Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Blora 2015 KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Blora 2015 KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2

3

4

5 KATA PENGANTAR Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan kemampuan kita dalam menyusun kajian Indeks Kemahalan Konsumen (IKK) Kabupaten Blora Tahun Buku ini disusun dengan maksud untuk menyediakan data perbandingan indeks harga bangunan di Kabupaten Blora dengan kabupaten lain di sekitar Kabupaten Blora. IKK merupakan salah satu variabel yang digunakan dalam perhitungan Dana Alokasi Umum Tahun Anggaran Data dalam publikasi ini diperoleh melalui survei harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi di setiap kabupaten/kota yang dilakukan secara nasional. Dengan demikian, melalui IKK ini kita mendapat gambaran tentang tingkat kemahalan konstruksi di Kabupaten Blora. Artinya, dengan mengetahui nilai IKK Kabupaten Blora, kita sudah mampu menganalisa kebutuhan bahan bangunan dalam membangun suatu bangunan/kontruksi. Di era otonomi daerah, semangat menyediakan indikator pembangunan ini menjadi termotivasi. Lebih-lebih bagi perencana, indikator yang dimiliki digunakan sebagai dasar dalam percepatan pembangunan daerah dan perencanaan pembangunan secara merata dan adil agar tujuan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sebagai lembaga perencana, Bappeda Kabupaten Blora selalu memanfaatkan data dan informasi yang valid dan akurat dalam menyusun perencanaan pembangunan. Hal ini merupakan amanat Undang-undang Nomor iii

6 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah khususnya Pasal 274 yang menyatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah didasarkan pada data dan informasi yang dikelola dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah. Akhir kata, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dalam terbitan atau penyusunan buku IKK Kabupaten Blora pada tahun yang akan datang. Blora, Desember 2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA Ir. SAMGAUTAMA KARNAJAYA, MT Pembina Utama Muda NIP iv

7 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel. Daftar Grafik.... I. Pendahuluan... II Latar Belakang Permasalahan Tujuan Sistematika Penulisan... 7 Metodologi Ruang Lingkup dan Sumber Data Kegiatan Pengumpulan Data Kuesioner yang Digunakan Pemilihan Kualitas Konsep dan Definisi Metode Penghitungan Diagram Timbang IKK Paket Komoditas Sistem Konstruksi Komponen Konstruksi Prosedur Penghitungan Penimbang Metode Penghitungan IKK Perbedaan dengan IKK hal iii v vii viii v

8 hal III. Pembahasan Gambaran Umum Kabupaten Blora Keadaan Kependudukan Gambaran Transportasi dan Infrastruktur Jalan Kesenjangan Infrastruktur Antar Wilayah IKK Kabupaten Blora Tahun IV. Kesimpulan vi

9 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Blora, Tabel 3.2 Tekstur, Kedalaman, dan Kemiringan Lahan di Kabupaten Blora, Tabel 3.3 Perkembangan Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten Blora, Tabel 3.4 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Persebaran Penduduk Kabupaten Blora, Tabel 3.5 Jumlah Kendaraan Menurut Jenisnya di Kabupaten Blora, Tabel 3.6 Panjang Jalan, Luas Wilayah dan Kerapatan Jalan Antar Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun Tabel 3.7 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Antar Kecamatan di Kabupaten Blora, Tabel 3.8 Indeks Kemahalan Konstruksi Provinsi, se- Indonesia Hal vii

10 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Blora, Gambar 3.2 Persentase Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kabupaten Blora, Gambar 3.3 Persentase Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Blora, Gambar 3.4 Persentase Panjang Jalan Menurut Kelas Jalan di Kabupaten Blora, Gambar 3.5 Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan Antar Kecamatan di Kabupaten Blora, Gambar 3.6 Panjang Jalan dan Rasio Panjang Jalan per 1000 Penduduk Antar Kecamatan di Kabupaten Blora, Gambar 3.7 Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), Kabupaten Blora Kabupaten Sekitar, dan Provinsi Jawa Tengah viii

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah diarahkan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut direalisasikan oleh pemerintah dengan melakukan berbagai pembangunan fisik maupun non fisik yang tersebar sampai pelosok wilayah yang sekaligus secara bertahap diharapkan dapat mengurangi kemiskinan. Pembangunan fisik yang tersebar merata diharapkan dapat membawa perubahan pada tingkat kesejahteraan masyarakat secara merata, sehingga mengurangi kesenjangan sosial baik antar daerah maupun antar masyarakat. Pembangunan fisik berupa gedung-gedung perkantoran, tempat ibadah, maupun tempat untuk kegiatan sosial masyarakat di berbagai bidang terus mengalami perkembangan yang dinamis sesuai dengan gerak roda perekonomian daerah. Dalam rangka mendukung semua keberhasilan pembangunan tersebut, pemerintah menempuh kebijakan otonomi daerah yang ditujukan agar pembangunan dapat dirasakan merata dan adil di seluruh wilayah. Disamping itu, kebijakan otonomi daerah dapat juga mengatasi masalah ketimpangan horizontal antar daerah dengan tujuan utama yaitu pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 telah mengisyaratkan bahwa sebagian besar urusan pemerintahan pusat diserahkan kepada 1

12 pemerintah daerah. Dengan berlakunya UU No.22 tahun 1999 tersebut, maka kedudukan pemerintah daerah kabupaten/kota menjadi sangat strategis, dimana Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pemerintah dan pembangunan di daerah. Dengan besarnya kewenangan tersebut maka pemerintah daerah dapat mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri serta sumber keuangan lain seperti perimbangan keuangan pusat dan daerah yang dapat berupa : Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Kewenangan pembangunan yang besar oleh pemerintah daerah ini disebut desentralisasi pembiayaan. Kewenangan ini diatur melalui UU No.25 tahun 1999 mengenai pengaturan keuangan pusat dan daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada 1 Januari 2001 sampai sekarang ini, salah satu sumber pendapatan utama daerah kabupaten/kota adalah DAU. Selama beberapa tahun terakhir pun, DAU juga merupakan salah satu pendapatan utama Pemerintah Kabupaten Blora dan pemerintah kabupaten/kota lainnya di provinsi Jawa Tengah. Agar pembagian DAU ke daerah kabupaten/kota menjadi adil, proporsional, dan merata maka perlu adanya dukungan data yang valid, akurat dan terkini sebagai data dasar dalam penghitungan DAU yang didasarkan pada azas kesenjangan fiskal (fiscal gap). Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, kebutuhan fiskal yang dianggarkan melalui DAU dihitung berdasarkan lima variabel yaitu 2

13 jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita, dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). DAU dihitung berdasarkan kesenjangan fiskal antar daerah, dimana kesenjangan fiskal merupakan selisih antara potensi dan kebutuhan daerah. Indikator-indikator pokok kebutuhan daerah dalam penghitungan DAU adalah Indeks Jumlah Penduduk (IP), Indeks Luas Wilayah (IW), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), Indeks PDRB perkapita (IPP) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Salah satu indikator penting yang menunjukkan kebutuhan daerah dalam penghitungan DAU yaitu Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Pentingnya IKK ini ditunjukkan oleh bobot penghitungannya dalam penghitungan DAU yang sangat besar. Dalam penghitungan tingkat kebutuhan fiskal daerah pada alokasi DAU 2015, IKK memiliki peran yang sama dengan jumlah penduduk, memilki bobot tiga kali lipat dari IPM dan dua kali lipat dari bobot IPP dan IW. DAU i,2015 = Belanja Rata-rata Realisasi APBD 2013 (0,3 IP ,15 IW ,3 IKK ,15 IPP ,1 IPM 2013) Dari kelima variabel pada penghitungan DAU di atas terlihat bahwa jumlah penduduk dan kemahalan harga barang/jasa konstruksi memiliki bobot atau peran paling besar dalam menentukan tingkat kebutuhan fiskal suatu daerah. Hal ini menunjukkan bahwa selain data jumlah penduduk maka data lain yang tidak kalah penting yang harus dimiliki oleh suatu daerah adalah data harga barang-barang konstruksi. Oleh karena itu, sebagai daerah 3

14 kabupaten yang sedang giat-giatnya membangun, Kabupaten Blora sangat membutuhkan data harga barang-barang konstruksi yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam penghitungan IKK yang berimplikasi pada besaran DAU untuk tahun-tahun mendatang. Selain itu data IKK juga memberikan manfaat yang optimal bagi Pemerintah Kabupaten Blora khususnya dalam penetapan nilai/biaya suatu bangunan konstruksi Permasalahan IKK digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesulitan geografis suatu daerah, semakin sulit letak geografis suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat harga di daerah tersebut. Tidak ada dua gedung kantor yang identik atau jembatan yang sama persis karena masing-masing memiliki karakter dan desain yang khusus untuk ditempatkan pada lokasi masing-masing. Penghitungan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), karenanya didasarkan atas suatu pendekatan atau kompromi tertentu. Misalnya yang menjadi objek adalah bangunan tempat tinggal, maka bangunan tempat tinggal tersebut harus mengakomodir berbagai macam rancangan dan model. Untuk tujuan membandingkan harga konstruksi antar wilayah/daerah, dikenal ada dua metode penghitungan, yang pertama dengan pendekatan input dan yang kedua pendekatan harga output. 4

15 Pendekatan harga input yaitu dengan mencatat semua material penting yang digunakan digabung dengan upah dan sewa peralatan sesuai dengan bobotnya masing-masing. Kelemahan metode ini adalah bahwa kegiatan konstruksi dianggap mempunyai produktivitas yang sama dan tidak mempertimbangkan overhead cost. Pendekatan output dilakukan dengan cara menanyakan harga konstruksi yang sudah jadi. Pada harga output kelemahannya adalah bahwa dalam harga bangunan sudah termasuk manajemen cost dan keuntungan kontraktor yang bervariasi antar daerah dan antar proyek sehingga tidak memadai untuk tujuan membandingkan kemahalan konstruksi antar wilayah. Alternatifnya adalah mengumpulkan harga konstruksi yang bisa mencakup overhead cost dan produktivitas pekerja tanpa memasukkan manajemen cost dan keuntungan kontraktor. Caranya adalah dengan mengumpulkan harga komponen bangunan seperti harga dinding, atap, dan sebagainya. Apabila harga-harga komponen tersebut digabungkan maka akan didapatkan harga total proyek yang besarannya berada di atas harga input tetapi di bawah harga output karena sudah memasukkan overhead cost dan upah tetapi mengeluarkan biaya manajemen dan keuntungan kontraktor. Data seperti ini bisa didapatkan dari dokumen Bill of Quantity (BoQ) satu proyek yang sudah selesai. Dengan digunakannya realisasi APBD pembentukan modal tetap sebagai salah satu penimbang IKK, maka setiap tahun IKK satu kabupaten/kota relative terhadap kabupaten/kota berubah-ubah tergantung dari realisasi APBD masing-masing kabupaten/kota. 5

16 1.3.Tujuan Dalam rangka optimalisasi manfaat IKK bagi Pemerintah Kabupaten Blora upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis IKK Kabupaten Blora untuk melihat secara utuh berbagai aspek tentang IKK seperti : 1. Memberikan gambaran komponen-komponen Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Blora Tahun 2015; 2. Mengetahui berapa nilai Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Blora Tahun 2015; 3. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan daerah dan pembangunan daerah, sehingga perencanaan pembangunan Kabupaten Blora kedepannya dapat lebih terarah dan tepat sasaran; 4. Merupakan salah satu ukuran yang dapat menjadi starting point bagi Pemerintah Kabupaten Blora dalam perencanaan pembangunan sumber daya manusia Kabupaten Blora pada tahun-tahun yang akan datang; dan 5. Untuk membantu pengambil kebijakan, peneliti atau konsumen data lainnya dalam memahami keadaan masyarakat Kabupaten Blora secara lebih spesifik. 6

17 1.4. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan Indeks Kmehalan Konstruksi Kabupaten Blora Tahun 2015, disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Bab II Bab III Bab IV merupakan Pendahuluan yang membahas latar belakang, permasalahan dan tujuan menguraikan Metodologi yang digunakan dalam penghitungan Indeks Kemahalan Konstruksi termasuk didalamnya ruang lingkup dan sumber data, kegiatan pengumpulan data, kuesioner yang digunakan dan metode penghitungan diagram timbang IKK tahun 2015 merupakan Pembahasan yang menguraikan gambaran umum Kabupaten Blora, kesenjangan infrastruktur di Kabupaten Blora dan IKK Kabupaten Blora merupakan kesimpulan yang berisi kesimpulan dari bab-bab yang telah diuraikan sebelumnya 7

18 8

19 BAB II METODOLOGI 2.1. Ruang Lingkup dan Sumber Data Data dasar yang digunakan dalam penghitungan IKK kabupaten/kota adalah harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi dan harga sewa alat berat yang diperoleh melalui survei yang dilakukan di seluruh kabupaten/kota. Untuk penghitungan IKK Provinsi menggunakan data harga rata-rata dari seluruh kabupaten/kota di masing-masing provinsi. Harga bahan bangunan/konstruksi yang dikumpulkan meliputi barang-barang hasil pertambangan/penggalian dan barang-barang hasil industri pengolahan, dan jasa sewa alat berat. Sumber data utama dalam penghitungan angka Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) ini menggunakan data primer yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blora, dan sebagai data pendukung adalah data sekunder dari DPPKAD Kabupaten Blora. Data primer yang diambil BPS didapat melalui survei yang dikenal dengan Survei Serentak Harga Bahan Bangunan/Konstruksi Tahun Sedangkan data sekunder berasal dari DPPKAD Kabupaten Blora,yakni realisasi belanja daerah APBD Blora tahun Dari data APBD tersebut dibuat diagram timbang umum IKK Kabupaten Blora, dengan cara dipilih pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan konstruksi dan kelompokkan ke dalam 5 (lima) jenis bangunan, yaitu: 9

20 bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; bangunan pekerjaan umum untuk pertanian; pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan, bangunan untuk instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi; serta bangunan lainnya Kegiatan Pengumpulan Data Untuk keperluan penghitungan IKK 2015 dilakukan survei serentak khusus untuk barang-barang konstruksi dan sewa alat berat yang menjadi paket komoditas IKK. Survei Serentak Harga Bahan Bangunan/Konstruksi ini dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota (491 kabupaten/kota) di 33 provinsi di Indonesia. Informasi yang ditanyakan adalah harga bahan bangunan, sewa alat-alat berat dan upah jasa konstruksi seperti yang terdapat pada kuesioner survei. Survei serentak ini dilakukan empat kali dalam setahun yaitu pada tanggal bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Responden survei terdiri dari beberapa kategori yaitu pedagang besar/distributor, pedagang campuran, produsen, pedagang eceran, dan kategori lainnya seperti : kontraktor, dinas PU atau instalasi terkait lainnya (khusus untuk mengumpulkan data harga sewa alat-alat berat, dan upah pekerja), Pemilihan responden diutamakan pedagang besar (PB), jika tidak ada PB maka dipilih responden dengan urutan skala prioritas yaitu dari pedagang campuran, produsen, dan pilihan terakhir yaitu pedagang eceran (PE). Pedagang campuran adalah pedagang yang dalam menjual barang dagangannya sebagian dilakukan secara partai besar dan sebagian lagi 10

21 dilakukan secara eceran, sedangkan data harga yang dicatat adalah harga untuk penjualan barang dalam partai besar. Jumlah sampel untuk setiap komoditas adalah 1-3 responden. Dari jumlah sampel ini diharapkan dapat melengkapi isian kuesioner. Pencacahan dalam survei ini dilakukan dengan cara kunjungan dan wawancara langsung terhadap responden terpilih pada periode pencacahan. Jika tidak memungkinkan untuk wawancara langsung, maka kuesioner bisa ditinggal kepada responden untuk kemudian diambil kembali paling lambat keesokan harinya. Pada saat kuesioner diambil seyogyanya isian pada daftar tersebut diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan daftar isian telah terisi dengan baik dan benar Kuesioner yang Digunakan Untuk mengumpulkan data harga bahan bangunan dan sewa alat berat paket komoditas IKK digunakan satu kuesioner/daftar yaitu daftar VIKK2015. Daftar ini digunakan untuk mencatat harga bahan bangunan/konstruksi, sewa alat berat, dan upah jasa konstruksi Pemilihan Kualitas Agar hasil pengumpulan data harga dalam survei ini sesuai dengan kebutuhan data harga seperti yang tertuang dalam daftar VIKK2015, maka perlu dilakukan pemilihan kualitas sebagai berikut : 11

22 1. Kualitas terpilih harus kualitas yang telah ditentukan oleh BPS - RI, yaitu kualitas umum yang biasanya ada di seluruh kabupaten/kota dan tertulis dalam pilihan daftar VIKK2014 sebagai pertanyaan tertutup. Contoh : a. Jenis barang : semen Abu-abu b. Kualitas : Tiga Roda 50 kg, Tiga Roda 40 kg 2. Apabila kualitas jenis barang atau bahan bangunan/konstruksi tidak tersedia dalam pilihan dalam kuesioner VIKK2014, maka pilih kualitas yang setara dan dominan digunakan di kabupaten/kota bersangkutan dengan menggunakan satuan standar yang tertulis dalam daftar VIKK2014 dalam isian yang terbuka. Contoh, apabila di daerah pencacahan tidak terdapat data harga cat kayu isi 1 kg dengan kualitas/merk Glotex, maka pilih kualitas yang setara dengan cat kayu Glotex tersebut dengan mengisi isian yang kosong/terbuka yang tersedia. Ukuran kesetaraan ini dapat dilihat dari kualitas/mutu maupun harganya Konsep dan Definisi Kualitas hasil pengumpulan data dalam survei ini sangat ditentukan oleh kualitas pemahaman petugas pengumpul data (pencacah) tentang konsep dan definisi dari beberapa istilah yang digunakan dalam pelaksanaan survei ini. Istilah-istilah dan konsep yang perlu dipahami tersebut adalah sebagai berikut: 1. Harga perdagangan besar (HPB) adalah harga transaksi yang terjadi antara pedagang besar pertama sebagai penjual dengan pedagang 12

23 besar berikutnya sebagai pembeli secara party/grosir di pasar pertama atas suatu barang. 2. Harga produsen adalah harga transaksi yang terjadi antara produsen sebagai penjual dengan pedagang besar/distributor sebagai pembeli secara party/grosir di pasar pertama atas suatu barang. 3. Harga eceran adalah harga transaksi yang terjadi antara pedagang eceran sebagai penjual dengan konsumen sebagai pembeli secara eceran/satuan yang digunakan untuk konsumsi langsung bukan untuk diperjualbelikan. 4. Harga pedagang campuran adalah harga transaksi yang terjadi antara pedagang yang menjual barang secara partai/grosir dan juga menjual barang secara eceran dengan konsumen baik yang digunakan untuk konsumsi langsung atau konsumsi tidak langsung. 5. HPB bahan bangunan/konstruksi adalah harga berbagai jenis bahan bangunan yang digunakan dalam kegiatan konstruksi dalam jumlah besar (party) yang merupakan hasil transaksi antara pedagang besar/distributor/supplier bahan bangunan/konstruksi dengan pengguna bahan bangunan tersebut. 6. Produsen adalah Penghasil barang-barang baik dilakukan secara manual maupun dengan bantuan mesin. 13

24 7. Pedagang Besar (PB) adalah pedagang/distibutor yang menjual bahan bangunan/konstruksi secara party/grosir atau dalam jumlah besar. 8. Pedagang campuran adalah pedagang yang dalam menjual barang dagangannya sebagian dilakukan secara partai besar dan sebagian lagi dilakukan secara eceran, sedangkan data harga yang dicatat adalah harga untuk penjualan barang dalam partai besar. 9. Pedagang Besar Pertama (PB I) adalah pedagang besar sesudah produsen/penghasil. 10. Party/grosir atau jumlah besar yang dimaksud adalah bukan eceran. Batasan ini relatif mengingat sulit menentukan besarannya, baik kuantitas maupun nilai dari suatu komoditas. Hal ini sangat tergantung dari karakteristik komoditasnya sendiri. 11. Kegiatan Konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi yang dimaksud dalam survei ini adalah hanya kegiatan pembangunan baru. Hasil kegiatan antara lain: gedung, jalan jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi. Sedangkan kegiatan konstruksi 14

25 meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran, dan perbaikan bangunan. 12. Harga sewa alat berat konstruksi adalah harga yang terjadi ketika seseorang/organisasi/institusi menyewa alat-alat berat yang digunakan untuk kegiatan konstruksi dalam periode tertentu seperti dalam waktu jam, hari, mingguan, dan bulanan. Satuan/unit yang digunakan dalam harga sewa ini adalah unit/jam. 13. Excavator adalah suatu mesin alat berat yang berfungsi untuk menggali tanah dan menuangkannya ke dalam kendaraan truk. 14.Buldozer adalah alat berat yang berfungsi untuk menggusur/memindahkan (mendorong) tanah dalam jarak pendek. 15. Three Wheel Roller (Mesin Giling) adalah alat berat yang digunakan untuk memadatkan tanah atau mengeraskan permukaan jalan. 16. Dumptruck, sudah jelas. 17. Mandor adalah pekerja konstruksi yang memiliki tugas untuk mengawasi jalannya proyek dan berkoordinasi dengan kepala tukang. Pada pekerjaan yang lebih kecil, Mandor merangkap kepala tukang. 18. Kepala Tukang adalah pekerja konstruksi yang memiliki tugas mengawasi dan membimbing buruh konstruksi untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan. 15

26 19. Tukang batu adalah buruh konstruksi yang memiliki tugas untuk memasang batu kali, batu bata, ubin, dan membuat plester tembok. Alat kerja yang digunakan biasanya adalah cetok, mal, dan water pass. 20. Tukang kayu adalah buruh konstruksi yang mempunyai tugas untuk membuat struktur bangunan dari kayu dan alat kerja yang digunakan biasanya adalah serut, gergaji, bor, pahat, dll. 21. Tukang cat adalah buruh konstruksi yang bekerja untuk mengecat tembok, papan, dan dinding lainnya. 22. Tukang listrik adalah buruh konstruksi yang memiliki tugas memasang instalasi listrik dan perlengkapannya dan memasang sistem listrik generator, trafo, dll Metode Penghitungan Diagram Timbang IKK 2015 Pengumpulan data harga di sektor konstruksi menggunakan pendekatan Basket of Construction Component (BOCC). Metode pendekatan ini didesain untuk tujuan perbandingan antar wilayah. Data harga yang dikumpulkan terdiri dari komponen konstruksi utama dan input dasar yang umum dalam suatu wilayah. Komponen konstruksi adalah output fisik konstruksi yang diproduksi sebagai tahap intermediate dalam proyek konstruksi. Elemen kunci dalam proses pendekatan ini adalah semua harga yang diestimasi berhubungan dengan komponen yang dipasang, termasuk 16

27 biaya material, tenaga kerja, dan peralatan. Tujuan penggunaan pendekatan BOCC adalah memberikan perbandingan harga konstruksi yang lebih sederhana dan biaya yang murah dan memungkinkan menggunakan metode Bill of Quantity (BOQ). Pendekatan BOCC didasarkan pada harga 2 jenis komponen, yakni komponen gabungan dan input dasar. Selanjutnya untuk tujuan estimasi perbandingan antar wilayah, komponen-komponen tersebut dikelompokkan dalam bentuk sistem-sistem konstruksi. Sistem-sistem tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam basic heading. Beberapa konsep dan definisi yang perlu dipahami adalah mengenai kegiatan konstruksi dan klasifikasi jenis bangunan. Kegiatan konstruksi meliputi kegiatan pembangunan baru, perluasan, renovasi/pemugaran, pemeliharaan/perbaikan, pembongkaran, penyiapan lahan (tidak termasuk pembelian lahan/tanah). Kegiatan konstruksi ini dibedakan/kelompokkan ke dalam 5 (lima) jenis bangunan/konstruksi, yaitu: 1. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; 2. Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian; 3. Pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan; 4. Bangunan untuk instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi; 5. Bangunan lainnya Kemudian konsep dan definisi dari kelima jenis bangunan tersebut adalah : 17

28 1. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal a. Konstruksi gedung tempat tinggal, meliputi : rumah yang dibangun sendiri, real estate, rumah susun, dan perumahan dinas. b. Konstruksi gedung bukan tempat tinggal, meliputi : konstruksi gedung perkantoran, industri, kesehatan, pendidikan, tempat hiburan, tempat ibadah,terminal/stasiun dan bangunan monumental. 2. Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian a. Bangunan pengairan, meliputi : pembangunan waduk (reservoir), bendungan (weir), embung, jaringan irigasi, pintu air, sipon dan drainase irigasi, talang, check dam, tanggul pengendali banjir, tanggul laut, krib, dan waduk. b. Bangunan tempat proses hasil pertanian, meliputi : bangunan penggilingan dan bangunan pengeringan. 3. Bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan a. Bangunan jalan, jembatan, dan landasan, meliputi : pembangunan jalan, jembatan, landasan pesawat terbang, pagar/tembok, drainase jalan, marka jalan, dan rambu-rambu lalu lintas. b. Bangunan jalan dan jembatan kereta, pembangunan jalan dan jembatan kereta. 18

29 c. Bangunan dermaga, meliputi : pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan dermaga/pelabuhan, sarana pelabuhan, dan penahan gelombang. 4. Bangunan untuk instalasi listrik, gas. Air minum, dan komunikasi a. Bangunan elektrikal, meliputi : pembangkit tenaga listrik, transmisi dan transmisi tegangan tinggi. b. Konstruksi telekomunikasi udara, meliputi konstruksi bangunan telekomunikasi dan navigasi udara, bangunan pemancar/penerima radar, dan bangunan antena. c. Konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api, pembangunan konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api. d. Konstruksi sentral telekomunikasi, meliputi : bangunan sentral telepon/telegraf, konstruksi bangunan menara pemancar/penerima radar microwave, dan bangunan stasiun bumi kecil/stasiun satelit. e. Instalasi air, meliputi : instalasi air bersih dan air limbah dan saluran drainase pada gedung. f. Instalasi listrik, meliputi : pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan lemah dan pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan kuat. 19

30 g. Instalasi gas, meliputi : pemasangan instalasi gas pada gedung tempat tinggal dan pemasangan instalasi gas pada gedung bukan tempat tinggal. h. Instalasi listrik jalan, meliputi : instalasi listrik jalan raya, instalasi listrik jalan kereta api, dan instalasi listrik lapangan udara. i. Instalasi jaringan pipa, meliputi : jaringan pipa gas, jaringan air, dan jaringan minyak. 5. Bangunan lainnya, meliputi : bangunan sipil, pembangunan lapangan olah raga, lapangan parkir, dan sarana lingkungan pemukiman. Paket Komoditas Yang dimaksud dengan paket komoditas IKK adalah suatu keranjang atau paket yang mencakup sejumlah bahan bangunan/ konstruksi yang cukup dominan digunakan untuk membangun satu unit bangunan/ konstruksi. Untuk penghitungan IKK tahun 2015 diperkirakan jumlah bahan bangunan dan sewa alat-alat berat yang menjadi paket komoditas berjumlah 41 terdiri dari 33 jenis bahan bangunan, yaitu: tanah urug, pasir, batu pondasi, batu bata, batako, bata ringan, batu split, seng gelombang, paku, semen portland, besi beton, bak mandi fiber, kloset, seng plat, pipa PVC, kayu balok, kaku papan, kayu lapis/ triplek, cat emulsi, cat minyak, tegel/keramik, genteng/atap, kaca, aspal, gypsum, kabel, bahan bangunan siap pasang dari kayu kelas II, mesin pompa air, rangka atap baja, aluminium, tangki air fiber, 20

31 lampu, MCB dan 8 sewa alat berat, yaitu: excavator, bulldozer, three wheel roller (mesin gilas), tandem/vibrating roller, dump truck, motor grader, asphalt finisher, dan generator set. dan upah. Azaz pemilihan paket komoditas adalah : 1. Comparability (keterbandingan) 2. Representativeness (mewakili) 3. Trade off comparability vs representativeneness Selanjutnya tahapan dalam pemilihan paket komoditas IKK adalah : Spesifikasi/kualitas barang dipilih berdasarkan prioritas kualitas/merek barangyang telah ditentukan pada kuesioner. Jika tidak ditemukan maka cari kualitas yang setara. Spesifikasi/kualitas barang setiap periode pencacahan harus sama. Jenis barang yang dicatat harganya merupakan barang ready stock, harus benar-benar diperdagangkan di kabupaten/kota itu sendiri kecuali untuk barang-barang natural. Pencacahan barang natural (pasir, batu pondasi, batu split, batu bata, batako, dan kusen) tidak harus ready stock Sistem Konstruksi Sistem menurut konsep pendekatan BOCC adalah suatu kumpulan komponen dalam suatu proyek konstruksi yang bisa menjalankan 21

32 suatu fungsi tertentu. Sistem adalah struktur dalam sebuah bangunan yang diklasifikasikan kembali ke dalam kumpulan komponen bertujuan untuk mendukung bangunan seperti pondasi, atap, eksterior dan interior, dan lainnya. Sistem konstruksi pada bangunan rumah dan gedung berbeda dengan klasifikasi jenis bangunan lainnya. Berikut adalah jenis sitem untuk bangunan rumah dan gedung, dan system untuk klasifikasi jenis bangunan lainnya. Sistem Konstruksi untuk Bangunan Rumah dan Gedung Nama Sistem Site-Work (Persiapan) Substructure Superstructure Exterior Shell/Building Envelope Penjelasan Sistem Sistem yang berisi komponen konstruksi yang berhubungan dengan pekerjaan persiapan dalam rangka pembangunan suatu proyek Sistem yang berisi komponen struktur dan jenis pekerjaan dibawah permukaan tanah. Sistem ini menahan semua beban bagian bangunan yang berada di atasnya seperti balok, atap dan lainnya Sistem yang meliputi komponen struktur dan jenis pekerjaan di atas permukaan tanah. Sistem ini menahan beban bagian bangunan di atasnya. Sistem yang berisi komponen konstruksi yang menyelimuti bangunan (atap). Bangunan ini member beban pada system superstructure pada 22

33 bangunan ini. Interior Partitions Interior and Exterior Finishes Mechanical and Plumbing Electrical Sistem yang terdiri dari semua dinding, dan bagian bangunan untuk jalan keluar masuk bangunan Sistem yang meliputi komponen konstruksi yang bertujuan untuk memperindah bangunan, misalnya pengecatan Sistem yang meliputi komponen konstruksi yang mengatur suhu, saluran air, komunikasi, system pemadam kebakaran dan lainnya Sistem yang meliputi komponen konstruksi yang berhubungan dengan distribusi listrik dalam sebuah bangunan Sistem Konstruksi untuk jenis bangunan lainnya adalah sebagai berikut : Nama Sistem Site-Work (Persiapan) Substructure Penjelasan Sistem Sistem yang berisi komponen konstruksi yang berhubungan dengan pekerjaan persiapan dalam rangka pembangunan suatu proyek Sistem yang berisi komponen struktur dan jenis 23

34 pekerjaan dibawah permukaan tanah. Sistem ini menahan semua beban bagian bangunan yang berada di atasnya Superstructure Mechanical Equipment Electrical Equipment Underground Utility Sistem yang meliputi komponen struktur dan jenis pekerjaan di atas permukaan tanah. Sistem ini menahan beban bagian bangunan di atasnya. Perlengkapan mekanik yang dipasang pada suatu bangunan seperti pompa, turbin, pipa penghubung, tower pendingin, dan lainnya Peralatan yang terpasang pada bangunan yang digunakan untuk system distribusi tenaga listrik, distribusi panel, pusat control pencahayaan, komunikasi dan lainnya Jaringan bawah tanah, system atau fasilitas yang digunakan untuk memproduksi, menyimpan, transmisi dan distribusi komunikasi atau telekomunikasi, listrik, gas, minyak bumi, saluran pembuangan akhir, dan lainnya. Peralatan ini termasuk pipa, kabel, fiber optic cable, dan lainnya yang terpasang di bawah permukaan tanah. 24

35 Komponen Konstruksi Komponen adalah kombinasi dari beberapa material pada lokasi akhir yang dapat diidentifikasikan secara jelas pada tujuannya dalam sebuah proyek bangunan dan juga sistemnya. Contoh komponen adalah beton, pengecatan eksterior, pengecatan interior, pondasi kolom, dan linnya. Sebuah komponen secara umum terdiri dari beberapa material, tenaga kerja dan peralatan. Biaya masing-masing komponen disusun dari biaya per unit dari material yang digunakan dan perkiraan kuantitas dari material, koefisien dan upah tenaga kerja, koefisien dan sewa peralatan yang digunakan untuk membangun komponen tersebut. Konsep yang mendasar dari pendekatan BOCC adalah mengukur relatif harga pada level komponen konstruksi. Sebuah komponen kemudian dibagi-bagi kembali kedalam beberapa item pekerjaan konstruksi. Komponen konstruksi dapat dianggap sebagai agregasi dari beberapa item pekerjaan konstruksi yang meliputi material, tenaga kerja, dan peralatan yang diperlukan untuk menyelesaikan item pekerjaan tersebut. Komponen-komponen yang digunakan dalam penghitungan diagram timbang IKK 2015 berbeda antara bangunan tempat tinggal; bangunan umum (untuk pertanian, jalan, jembatan, pelabuhan, jaringan air, listrik dan komunikasi) dan bangunan lainnya. Pendekatan BOCC menggunakan 3 sistem penimbang, yaitu : 25

36 1. W1 adalah penimbang yang digunakan pada level agregasi jenis bangunan seperti bangunan tempat tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal, bangunan umum untuk pertanian, jalan, jembatan, dan jaringan, dan bangunan lainnya 2. W2 adalah penimbang untuk agregasi pada level system konstruksi 3. W3 adalah penimbang untuk agregasi pada level komponen yang termasuk upah tenaga kerja dan sewa peralatan konstruksi Prosedur Penghitungan Penimbang Langkah awal yang dilakukan untuk menghitung penimbang IKK adalah mengumpulkan Bill of Quantity (BoQ). Pengumpulan BoQ ini dilakukan melalui Survei Diagram Timbang IKK tahun BoQ yang dikumpulkan dalam survey ini adalah BoQ realisasi pembangunan suatu konstruksi selama tahun 2014 di kabupaten/kota yang bersangkutan. Jika tidak ada pembangunan selama tahun 2014 maka bisa digantikan dengan BoQ dari pembangunan pada tahun BoQ ini dikumpulkan dari masing-masing kabupaten/kota agar setiap kabupaten/kota memiliki penimbang yang sesuai dengan karakteristik pembangunan di wilayahnya masing-masing. Tahapan penghitungan diagram timbang dari data BoQ untuk masing-masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut : 1. Pengkodean Data BoQ 26

37 Pengkodean merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengolahan data BoQ. Terdapat beberapa macam kode yang diberikan, diantaranya : a). Melakukan pengkodean jenis bangunan untuk masing-masing jenis dokumen BoQ yang dikumpulkan b). Melakukan pengkodean sistem pada setiap uraian pekerjaan yang terdapat dalam BoQ c).melakukan pengkodean jenis komponen dari setiap uraian pekerjaan yang terdapat dalam BoQ 2. Menghitung share nilai untuk masing-masing tahapan penimbang (W1, W2 dan W3) a). Menghitung penimbang W1 Pada tahapan penimbang W1 dihitung share nilai setiap system untuk masing-masing bangunan. Nilai sistem adalah jumlah nilai dari seluruh bahan bangunan, upah tenaga kerja, sewa peralatan yang digunakan dalam suatu system konstruksi. Penimbang W1 diperoleh dengan menggunakan rumus berikut : 1 = Nilai Sistem Nilai Sistem n1 = 1,2,,8 untuk bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal n1 = 1,2,,6 untuk bangunan selainnya 27

38 b). Menghitung penimbang W2 Pada tahapan penimbang W2 dihitung share nilai setuiap komponen masing-masing sistem. Nilai komponen adalah jumlah nilai dari seluruh bahan bangunan, upah tenaga kerja, sewa peralatan yang digunakan dalam sebuah komponen konstruksi. Penimbang W2 bisa diperoleh dengan rumus berikut : Nilai Sistem 2 = 1. Nilai Sistem n2 menunjukkan jumlah komponen dalam sistem yang bersangkutan c). Menghitung share untuk penimbang W3 Pada tahapan penimbang W3 dihitung share nilai setiap komoditi untuk masing-masing komponen. Penimbang W3 bisa diperoleh dengan rumus berikut : Nilai Sistem 3 = 2. Nilai Sistem n3 menunjukkan jumlah komoditi pada komponen yang bersangkutan. Dimana : W =1 28

39 W =1 W =1 Selain sistem penimbang dengan menggunakan pendekatan BOCC, untuk menghitung IKK juga menggunakan penimbang umum (W0) yang digunakan sebagai penghubung masing-masing jenis bangunan menjadi satu kesatuan konstruksi. Penimbang umum berasal dari realisasi anggaran daerah tingkat II (kabupaten/kota) untuk pembangunan konstruksi yang diperoleh melalui Survei Keuangan Pemda Tingkat II (K-2) dengan sumber data DPPKAD Kabupaten Blora. Dari data realisasi anggaran daerah tingkat II untuk pembangunan masing-masing jenis bangunan diperoleh bobot masing-masing jenis bangunan ke total konstruksi di kabupaten/kota yang bersangkutan Metode Penghitungan IKK Misalkan p kn adalah harga komponen konstruksi n di kabupaten k (k= 1, 2,, K ; n= 1, 2,,N). Maka model statistic metoda Contry Product Dummy (CPD) dituliskan sebagai P kn = a k b n u kn dalam hal ini k= 1, 2,,K ; n= 1, 2,, N, a k dan b n merupakan parameter yang akan diduga dari data harga sedangkan u kn merupakan random variabel yang berdistribusi identik dan independen. 29

40 Dengan asumsi bahwa random variabel ini berdistribusi lognormal atau dengan kata lain log p kn berdistribusi normal dengan mean 0 dan varian 2, dalam bentuk logaritma model di atas berbentuk linier ln p kn = ln a k + ln b n + ln u kn = α k + n + kn Parameter a k diartikan sebagai tingkat harga konstruksi di kabupaten k relatif terhadap harga konstruksi di kabupaten lain yang sedang dibandingkan. Bila a k dinyatakan sebagai relatif harga konstruksi terhadap kabupaten yang dijadikan referensi, katakan Kabupaten X, maka a k adalah harga konstruksi di Kabupaten K relatif terhadap 1 (satu), yaitu harga di Kabupaten X. Dengan kata lain harga konstruksi di kabupaten K setinggi a k dibanding harga konstruksi di Kabupaten X. Karenanya IKK di Kabupaten K dinyatakan sebagai IKK k = exp (α k). Persamaan di atas dikalikan dengan 100 sehingga perbandingan data dinyatakan dalam persen. Berbeda dengan tahuntahun sebelumnya, dimana kota referensi/sister city penghitungan IKK adalah Kota samarinda, maka pada penghitungan IKK tahun 2015 ini Kota Surabaya dijadikan kota referensi/sister city. Hal tersebut menyebabkan nilai IKK tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Nilai IKK hanya dapat dibandingkan antar wilayah saja. 30

41 2.6. Perbedaan dengan IKK 2012 Sebagaimana diketahui bahwa IKK sudah dihitung sejak tahun Penimbang yang digunakan untuk menghitung IKK adalah BoQ tahun Perkembangan teknik sipil sangat cepat ditambah lagi dengan pesatnya industry bahan bangunan. Saat ini material yang digunakan untuk kegiatan konstruksi sudah banyak yang berubah atau muncul model baru seperti batako ringan, atap baja ringan, kusen alumunium dan sebagainya. Peraturan Pemerintah baik pusat maupun daerah yang mempengaruhi kegiatan konstruksi juga banyak berubah. Hal-hal tersebut mengakibatkan BoQ 2003 yang selama ini digunakan untuk menghitung IKK tidak lagi sesuai dengan kondisi di lapangan. Oleh karena itu mulai tahun 2013 penghitungan IKK sudah menggunakan BoQ terbaru yang dikumpulkan pada tahun Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, IKK tahun 2015 menggunakan data harga komoditi yang dikumpulkan dalam 4 periode pencacahan yaitu pada tanggal bulan Januari, April, Juli, dan Oktober sehingga lebih tervalidasi dibandingkan hanya menggunakan satu kali pengambilan data lapangan. 31

42 32

43 BAB III PEMBAHASAN 3.1.Gambaran Umum Kabupaten Blora Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah, secara administratif berbatasan dengan beberapa kabupaten sebagai berikut: - Sebelah Barat : Kab. Grobogan, Prov. Jawa Tengah - Sebelah Utara : Kab. Rembang dan Kab.Pati, Prov. Jawa Tengah - Sebelah Timur : Kab.Bojonegoro, Prov.Jawa Timur - Sebelah Selatan : Kab.Ngawi, Prov. Jawa Timur Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara 111 o 16 Bujur Timur sampai dengan 111 o 338 Bujur Timur dan antara 6 o 528 sampai dengan 7 o 248 Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.820,59 km 2. Wilayah Kabupaten Blora diapit oleh jajaran pegunungan Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng Selatan, dengan ketinggian antara 25 meter sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Blora bagi atas 16 kecamatan yang terdiri dari 271 desa dan 24 kelurahan, dusun, rukun warga (RW) dan rukun 33

44 tetangga (RT). Jarak Kota Blora (ibukota kabupaten) dengan kota-kota sekitar relatif jauh. Jarak ke Kota Semarang (ibukota provinsi) sekitar 127 km atau sekitar 4 jam perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan umum. Jarak ke Kota Rembang (ibukota Kabupaten Rembang) sekitar 35 km atau sekitar 45 menit perjalanan darat. Jarak ke Kota Bojonegoro sekitar 60 km atau sekitar 1,5 jam perjalanan darat. Jarak ke Kota Surakarta sekitar 130 km atau sekitar 4 jam perjalanan dan jarak ke Kota Purwodadi (ibukota Kabupaten Grobogan) sekitar 65 km atau sekitar 2 jam perjalanan. Dengan jarak yang relatif jauh untuk menjangkau kota-kota sekitar tersebut menyebabkan letak Kabupaten Blora relatif kurang menguntungkan secara ekonomis. Kabupaten Blora memiliki luas wilayah sebesar ,797 hektar terdiri atas lahan sawah seluas ,990 hektar (25,27 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 74,73 persen. Lahan sawah yang ada di Kabupaten Blora sebagian besar merupakan sawah tadah hujan sebesar ,990 hektar (64,30 persen). Lahan sawah dengan pengairan teknis sebesar hektar (16,19 persen) sedangkan sisanya merupakan lahan sawah P2AT (2.256 ha), lahan sawah dengan pengairan ½ tehnis (967 ha), lahan sawah dengan pengairan sederhana (4.114 ha), serta lahan sawah dengan pengairan desa (1.640 ha). 34

45 Tabel 3.1. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Blora Tahun Jenis Penggunaan 2013 (ha) 2014 (ha) (1) (2) (3) A. LAHAN SAWAH , , Irigasi Teknis 7.449, , Irigasi Setengah Teknis 967, , Irigasi Sederhana 4.114, , Irigasi Desa/Non PU 1.640, , Tadah Hujan , , P2AT 2.256, ,000 B. LAHAN BUKAN SAWAH , , Bangunan dan Pekarangan , , Tegal/Kebun , , Waduk 56,962 56, Hutan , , Perkebunan 4,000 4, Lain-lain 2.395, ,428 JUMLAH , ,797 Sumber : Blora Dalam Angka 2015 Lahan bukan sawah terdiri dari ,520 ha (49,66 persen) lahan hutan, lahan tegalan ,468 ha (14,38 persen), serta lahan perkebunan rakyat, lahan lain-lain dan waduk yang luasnya mencapai ,819 ha (10,68 persen). Dalam jangka waktu satu tahun, penggunaan 35

46 lahan sawah tadah hujan dan tegal/kebun sebesar 76,649 hektar mengalami alih fungsi menjadi bangunan dan pekarangan. Tabel 3.2. Tekstur, Kedalaman, dan Kemiringan Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2014 Uraian Luas (Ha) Persen (%) (1) (2) (3) Tekstur Tanah Halus 28, Sedang 152, Kasar Kedalaman Efektif Tanah cm 1.879,468 1, cm ,872 5, cm ,046 30,11 - > 90 cm ,411 63,15 Kemiringan Tanah persen ,478 31, persen ,819 41, persen ,500 27,48 - > 40 persen 261,000 0,14 Sumber : Blora Dalam Angka 2015 Walaupun Kabupaten Blora memiliki wilayah yang sangat luas, namun kondisi lahannya bukanlah termasuk tanah yang subur untuk pertanian berdasarkan struktur, tekstur, kedalaman efektif tanah dan kemiringan tanah. Struktur tanah di Kabupaten Blora terdiri atas 56 persen tanah gromosol, 39 36

47 persen mediteran dan 5 persen aluvial. Tanah grumusol merupakan jenis tanah yang berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah yang curah hujan kurang dari mm/tahun. Tanah mediteran merupakan jenis tanah yang tidak subur terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Sedangkan tanah aluvial adalah tanah endapan yang terbentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Tekstur tanah di Kabupaten Blora sebagian besar memiliki tekstur sedang yaitu sebesar 83,83 persen. Tanah yang memiliki tekstur halus hanya sebesar 15,64 persen. Dilihat dari kedalaman efektif tanah, sebagian besar memiliki kedalaman efektif lebih dari 90 cm, dengan luas hektar atau sebesar 63,15 persen, diikuti tanah dengan kedalaman efektif cm seluas hektar atau 30,11 persen. Tingkat kemiringan tanah di Kabupaten Blora sebagian besar memiliki kemiringan antara 3-15 persen yaitu sebesar hektar atau 41,21 persen. Lahan dengan kemiringan persen di Kabupaten Blora cukup luas dengan luas hektar atau 27,48 persen. Kabupaten Blora dikenal sebagai daerah dengan curah hujan rendah dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau. Selama tahun 2014, hari hujan tercatat sebanyak 93 hari, lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 108 hari. Hari hujan terbanyak tercatat pada bulan Januari dan paling sedikit pada bulan September. Curah hujan selama tahun 2014 tercatat sebesar mm dengan curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Januari sebesar 261 mm dan terendah pada bulan 37

48 September sebesar 10 mm. Curah hujan di tahun ini lebih rendah dibanding tahun 2013 yang tercatat sebesar mm atau turun sekitar 454 mm. Dengan luas sawah tadah hujan yang mencapai ,990 hektar (64,30 persen) maka banyaknya curah hujan dan kondisi iklim sangat berpengaruh terhadap hasil pertanian di Kabupaten Blora. Tabel 3.3. Perkembangan Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten Blora Tahun Hari Hujan (Hari) Curah hujan (mm) (1) (2) (3) Sumber : Blora Dalam Angka Keadaan Kependudukan Penduduk sebagai sumberdaya manusia merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan ekonomi. Penduduk berperan ganda sebagai subyek atau pelaku pembangunan dan juga sebagai obyek atau sasaran pembangunan. Besarnya jumlah penduduk dapat menjadi pendorong ataupun penghambat pembangunan. Bila sebagian besar penduduk memiliki kualitas dan etos kerja yang tinggi maka dapat menjadi motor pendorong 38

49 pembangunan, namun sebaliknya bila jumlah penduduk besar dan berkualitas rendah maka akan menjadi beban pembangunan. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Blora dari tahun mengalami perkembangan yang terus meningkat. Pada tahun 2014 penduduk Kabupaten Blora tercatat sebesar , atau tumbuh sebesar 0,46 persen pertahun. Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Blora tahun Sumber : Blora Dalam Angka

50 Persebaran penduduk di Kabupaten Blora menurut kecamatan pada tahun 2014 ataupun tahun-tahun sebelumnya tampak tidak merata. Kecamatan Kota Blora dengan luas wilayah 79,79 km 2 memiliki jumlah penduduk terbesar, mencapai jiwa (11 persen), menyusul di urutan kedua Kecamatan Randublatung dengan wilayah paling luas di Kabupaten Blora sebesar 211,13 km 2 memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa atau 8,89 persen dan di tempat ketiga Kecamatan Cepu dengan jumlah penduduk jiwa (8,64 persen). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Sambong dengan jumlah penduduk sebesar jiwa atau 2,99 persen dan Kecamatan Bogorejo sebesar jiwa atau sebesar 2,82 persen. Sebagaimana dengan sebaran penduduk, kepadatan penduduk antar kecamatan di Kabupaten Blora juga menunjukkan adanya ketimpangan yang cukup signifikan. Ada kecamatan dengan kepadatan jiwa/km 2 tetapi disisi lain ada kecamatan yang kepadatan penduduknya hanya 229 jiwa/km 2. Kecamatan Cepu sebagai kota yang cukup dinamis, memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu jiwa/km 2, diikuti oleh Kecamatan Blora sebagai ibukota kabupaten dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar jiwa/km 2 dan di urutan ketiga adalah Kecamatan Ngawen sebesar 566 jiwa/km 2. Adapun 3 kecamatan yang penduduknya masih jarang adalah Kecamatan Jiken dengan kepadatan 229 jiwa/km2, Kecamatan Jati dengan kepadatan 250 jiwa/km2, dan Kecamatan Sambong dengan kepadatan 286 jiwa/km2. 40

51 Tabel 3.4.Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Persebaran Kecamatan Penduduk Kabupaten Blora Tahun 2014 Penduduk (jiwa) Luas (km 2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km) (1) (2) (3) (4) 1. Jati , Randublatung , Kradenan , Kedungtuban , Cepu , Sambong , Jiken , Bogorejo , Jepon , Blora , Banjarejo , Tunjungan , Japah , Ngawen , Kunduran , Todanan , Jumlah , Sumber : Blora Dalam Angka

52 3.3. Gambaran Transportasi dan Infrastruktur Jalan Indeks Kemahalan konstruksi (IKK) dihitung dengan mengumpulkan sejumlah harga komoditi di bidang konstruksi. Salah satu hal yang berpengaruh dalam membentuk harga di suatu wilayah antara lain ketersediaan barang dan jasa dan kelancaran pendistribusian barang ke wilayah tersebut. Untuk mendukung kelancaran arus distribusi barang dan jasa diperlukan sarana penunjang berupa sarana transportasi maupun infrastruktur jalan. Gambar 3.2. Persentase Panjang Jalan menurut Kondisi di Kabupaten Blora Tahun 2014 Rusak Berat; 9,35% Rusak; 25,28% Baik ; 39,43% Sedang; 25,94% 42

53 Infrastruktur jalan darat yang menghubungkan antar wilayah di Kabupaten Blora terbentang sepanjang 948,27 km yang terdiri dari jalan yang dikelola Bina Marga Provinsi Jawa Tengah sepanjang 153,58 km dan jalan yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Blora sepanjang 794,69 km. Berdasarkan kondisinya, jalan di Kabupaten Blora sebanyak 39,43 persen kondisinya baik, 25,94 persen kondisi sedang, 25,28 persen kondisi rusak dan 9,35 persen kondisi rusak berat. Gambar 3.3. Persentase Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Blora Tahun 2014 tanah; 0,33% batu; 16,07% diaspal; 83,60% 43

54 Berdasarkan jenis permukaannya, dari total 948,27 km panjang jalan di Kabupaten Blora, 792,770 km (83,60 persen) merupakan jalan diaspal, 152,340 km (16,07 persen) merupakan jalan batu dan 3,16 km (0,33 persen) merupakan jalan tanah. Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari: 1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton; 2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutanpeti kemas; 3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton; 44

55 4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton; 5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Gambar 3.4. Persentase Panjang Jalan menurut Kelas Jalan di Kabupaten Blora Tahun 2014 Tidak diperinci; 0,40 Kelas III A; 6,75 Kelas III B; 25,48 Kelas III C; 67,37 45

56 Di Kabupaten Blora, menurut kelas jalan hanya terdapat kelas jalan IIIA, IIIB, IIIC dan tidak terperinci, yang masing-masing memiliki panjang jalan sepanjang 64,03 km untuk kelas jalan IIIA (6,75 persen); 241,60 km untuk jalan kelas IIIB (25,48 persen); 638,86 km untuk kelas jalan IIIC (67,37 persen) dan 3,78 km untuk kelas jalan tidak diperinci (0,40 persen). Media transportasi di Kabupaten Blora masih mengandalkan transportasi darat dalam mendistribusikan barang dan jasanya. Alat transportasi roda empat jenis mobil penumpang mengalami perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan jenis mobil beban dan mobil bus. Perkembangan jumlah transportasi darat yang terus mengalami perkembangan adalah kendaraan roda dua atau motor. Jumlah sepeda motor mendominasi jumlah kendaran yang ada di Kabupaten Blora sepanjang lima tahun terakhir. Tabel 3.5. Jumlah Kendaraan menurut Jenisnya di Kabupaten Blora Tahun Jenis Kendaraan (1) (3) (4) (5) (6) (6) 1. Mobil Penumpang Mobil Beban Mobil Bus Sepeda Motor Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka

57 3.4. Kesenjangan Infrastruktur Antar Wilayah Salah satu penyebab kesenjangan yang terjadi antar daerah di Indonesia dapat diakibatkan oleh kesenjangan ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur merupakan suatu input dalam proses produksi yang dapat memberikan peningkatan produktivitas marjinal pada output. Infrastruktur yang layak dan tepat dapat membntu mendorong berbagai kegiatan ekonomi melalui fungsinya yang dapat melancarkan proses produksi dan mobilitas manusia, barang dan jasa.dengan demikian, infrastruktur berperan sebagai prasyarat dalam meningkatkan perekonomian. Perbedaan ketersediannya antardaerah dapat menciptakan perbedaan kemampuan antardaerah dalam menciptakan pendapatan. Selanjutnya, hal itu akan berdampak pada kesenjangan pendapatan antardaerah. Salah satu peran infrastruktur adalah menjadi faktor daya tarik investasi di tiap daerah. Dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai tentunya memudahkan para investor dalam melakukan kegiatan usaha. Contohnya adalah infrastruktur jalan, energi listrik dan telekomunikasi. Dengan ketersediaan infrastruktur jalan yang baik tentunya akan menjadikan proses distribusi barang maupun jasa menjadi lebih cepat dan efisien dalam hal biaya dan waktu. Ketersediaan energi listrik akan meningkatkan kapasitas pengembangan industri, dan pengembangan telekomunikasi akan meningkatkan interaksi dan komunikasi antar daerah dan dunia global. Infrastruktur memiliki hubungan yang erat dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan keputusan pelaku usaha untuk melakukan investasi/ketersediaan dan kualitas infrastruktur merupakan 47

58 penentu faktor penentu keputusan pelaku usaha karena sangat menentukan biaya distribusi input dan output produksinya. Karenanya, ketersediaan infrastruktur dapat menjadi faktor pendorong produktivitas suatu daerah. Tabel 3.6. Panjang Jalan, Luas Wilayah dan Kerapatan Jalan Antar Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2014 Kecamatan Panjang Jalan Luas Wilayah (Km) Persen (Km2) Persen Rasio Kerapatan Jalan (Km/Km2) 1. Jati 39,88 5,02 183,62 10,09 0,22 2. Randublatung 76,00 9,56 211,13 11,60 0,36 3. Kradenan 60,25 7,58 109,51 6,01 0,55 4. Kedungtuban 33,30 4,19 106,86 5,87 0,31 5. Cepu 46,77 5,89 49,15 2,70 0,95 6. Sambong 13,10 1,65 88,75 4,87 0,15 7. Jiken 32,00 4,03 168,17 9,24 0,19 8. Bogorejo 25,20 3,17 49,81 2,74 0,51 9. Jepon 64,85 8,16 107,72 5,92 0, Blora 142,45 17,93 79,79 4,38 1, Banjarejo 51,62 6,50 103,52 5,69 0, Tunjungan 31,28 3,94 101,82 5,59 0, Japah 43,40 5,46 103,05 5,66 0, Ngawen 35,15 4,42 100,98 5,55 0, Kunduran 32,00 4,03 127,98 7,03 0, Todanan 67,44 8,49 128,74 7,07 0,52 Kabupaten Blora 794,69 100, ,59 100,00 0,44 Sumber : Hasil Pengolahan Blora Dalam Angka

59 Kesenjangan ketersediaan infrastruktur jalan antar kecamatan di Kabupaten Blora dapat ditunjukkan melalui indikator Rasio Kerapatan Jalan yang menggambarkan panjang jalan setiap luas wilayah 1 kilometer persegi. Rasio kerapatan jalan di Kecamatan Blora merupakan yang paling tinggi mencapai 1,79 Km/Km 2, sementara Kecamatan Sambong merupakan yang paling rendah hanya sebesar 0,15 Km/Km 2. Perbedaan yang cukup nyata dari kerapatan jalan di kedua kecamatan tersebut, disebabkan panjang jalan di Kecamatan Blora meliputi 17,93 persen dari total panjang jalan di Kabupaten Blora, sementara luasan wilayahnya hanya meliputi 4,38 persen. Gambar 3.5. Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan Antar Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun ,22 0,36 0,55 0,31 0,95 0,15 0,19 0,51 0,6 1,79 0,5 0,31 0,42 0,52 0,35 0,25 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Panjang Jalan (km) Rasio Kerapatan Jalan (Km/Km2) 49

60 Dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), nilai rasio Kabupaten Blora sebesar 0,94 Km/1000 orang. Kecamatan dengan nilai rasio panjang jalan per 1000 penduduk di atas nilai Kabupaten Blora antara lain : Kecamatan Blora, Kradenan, Japah, Todanan, Jepon, Bogorejo, Randublatung. Hal ini menunjukkan ketersediaan infrastruktur jalan dalam mendukung kebutuhan mobilitas penduduk pada sebagian besar kecamatan masih lebih rendah dibanding rata-rata Kabupaten Blora, terutama di Kecamatan Kunduran. Gambar 3.6. Panjang jalan dan Rasio Panjang Jalan per 1000 Penduduk Antar Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun ,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan panjang jalan (km) rasio panjang jalan dengan jumlah penduduk (km/1000orang) 50

61 Tabel 3.7. Panjang Jalan menurut Kondisi Jalan Antar Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2014 Kecamatan Baik Sekali Kondisi Jalan Rusak Rusak Ringan Rusak Berat (1) (2) (3) (4) (5) 1. Jati 17,45 4,13 12,45 5,86 2. Randublatung 30,39 12,29 24,40 8,93 3. Kradenan 13,62 8,64 29,33 8,66 4. Kedungtuban 14,45 4,00 11,00 3,85 5. Cepu 18,67 12,43 14,23 1,45 6. Sambong 9,22 1,42 2,46 0,00 7. Jiken 10,05 3,60 14,85 3,50 8. Bogorejo 8,14 6,24 8,48 2,34 9. Jepon 15,70 11,72 31,05 6, Blora 90,82 23,36 26,04 2, Banjarejo 16,17 7,26 24,69 3, Tunjungan 11,06 4,39 10,00 5, Japah 22,93 6,33 12,56 1, Ngawen 16,79 4,19 13,17 1, Kunduran 20,59 5,24 4,62 1, Todanan 27,50 10,90 19,98 9,06 Jumlah 343,54 126,13 259,29 65,74 Sumber Data : Blora Dalam Angka Tahun

62 Kualitas jalan yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Blora antar kecamatan, jalan Tidak Mantap tertinggi terdapat di Kecamatan Blora yaitu meliputi panjang 51,63 Km (6,5 persen dari total panjang jalan), dengan komposisi 2,94 persen Rusak Ringan; 3,28 persen Rusak dan 0,28 persen Rusak Berat. Sementara kondisi jalan Tidak Mantap di Kabupaten Blora adalah sepanjang 451,16 Km atau 56,77 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 15,87 persen Rusak Ringan; 32,63 persen Rusak dan 8,27 persen Rusak Berat IKK Kabupaten Blora Tahun 2015 Penghitungan IKK dilakukan pada setiap kabupaten/kota dan Provinsi se-indonesia dengan menggunakan metode jenis barang dan jasa, serta saat pencacahan yang sama sehingga hasilnya comparable untuk menggambarkan tingkat kemahalan konstruksi antar wilayah se-indonesia dalam kurun waktu yang sama. IKK tahun 2015 telah dihitung untuk seluruh kabupaten/kota dan 34 Provinsi se-indonesia, termasuk diantaranya adalah IKK Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Nilai IKK 2015 merupakan salah satu variabel dalam penentuan DAU tahun anggaran Nilai IKK 2014 merupakan salah satu variabel dalam penentuan DAU tahun anggaran Pada tahun , IKK disajikan dengan menentukan IKK Nasional sama dengan 100, sehingga rata-rata IKK Kabupaten dan IKK Provinsi menggunakan IKK Nasional sebagai acuan. Pertimbangan penggunaan salah satu ibukota provinsi sebagai acuan dalam menghitung IKK adalah memberikan fleksibilitas 52

63 dalam penghitungan IKK apabila ada penambahan jumlah kabupaten/kota yang akan dihitung IKK nya dan literatur tentang indeks spasial pada umumnya mengacu pada satu wilayah tertentu sebagai dasar. Gambar 3.7. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitar Tahun 2015 Jepara Kudus 92,57 93,69 Pati 100,70 Rembang 97,57 Blora Grobogan 92,48 93,22 Provinsi Jawa Tengah 95, Sumber : Badan Pusat Statistik Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Blora pada tahun 2015 sebesar 92,48. Hal ini dapat diartikan harga barang dan jasa konstruksi di Kabupaten Blora lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Tengah (95,99) dan nasional. Diantara kabupaten sekitar yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah, IKK Kabupaten Blora merupakan yang terendah. Hal ini memberikan 53

64 gambaran bahwa harga barang dan jasa konstruksi di Kabupaten Blora paling rendah dibandingkan Kabupaten di sekitarnya. Tabel 3.8. Indeks Kemahalan Konstruksi Provinsi Tahun 2015 Selanjutnya Tabel 3.8 menunjukkan perbandingan IKK antarprovinsi di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah memiliki IKK sebesar 95,99. Hal ini menunjukkan bahwa harga bahan bangunan/konstruksi di Jawa Tengah relatif lebih murah, karena indeksnya kurang dari 100. Jika melihat IKK di Indonesia terdapat 23 wilayah provinsi yang memiliki tingkat harga bahan bangunan/ konstruksi yang relatif tinggi, hal ini dilihat dari IKK yang lebih dari 100. Adapun lima teratas Provinsi yang memiliki IKK terbesar yaitu Papua, Papua Barat, Kalimantan Utara, Maluku Utara dan Kepulauan Riau. Kemudian 54

65 dari IKK Provinsi Jawa Tengah yang ditunjukkan pada tabel 3.9 di atas memperlihatkan bahwa wilayah dengan tingkat harga bahan bangunan/ konstruksi yang relatif serupa dengan Provinsi Jawa Tengah adalah Provinsi Sulawesi Selatan. Jika IKK Provinsi Jawa Tengah berada pada posisi ke-32 dengan indeks sebesar 95,99, maka Provinsi Sulawesi Selatan berada di posisi ke-31 dengan indeks sebesar 96,38. 55

66 56

67 BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : - Kesenjangan ketersediaan infrastruktur jalan dapat ditunjukkan melalui indikator Rasio Kerapatan Jalan yang menggambarkan panjang jalan setiap luas wilayah 1 kilometer persegi. Rasio Kerapatan Jalan di kabupaten Blora tercatat sebesar 0,44 Km/Km 2. - Rasio kerapatan jalan di Kecamatan Blora merupakan yang paling tinggi mencapai 1,79 Km/Km 2, sementara Kecamatan Sambong merupakan yang paling rendah hanya sebesar 0,15 Km/Km 2. - Ketersediaan panjang jalan per jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang), nilai rasio Kabupaten Blora sebesar 0,94 Km/1000 orang. - Kecamatan dengan nilai rasio panjang jalan per 1000 penduduk di atas nilai Kabupaten Blora antara lain : Kecamatan Randublatung, Kradenan, Bogorejo, Jepon, Blora, Japah dan Todanan. Hal ini menunjukkan ketersediaan infrastruktur jalan dalam mendukung kebutuhan mobilitas penduduk pada sebagian besar kecamatan masih lebih rendah dibanding rata-rata Kabupaten Blora, terutama di Kecamatan Kunduran. 57

68 - Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) merupakan salah satu variabel yang digunakan dalam penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 33 tahun IKK digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesulitan geografis suatu daerah, semakin sulit letak geografis suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat harga di daerah tersebut. Tidak ada dua gedung kantor yang identik atau jembatan yang sama persis karena masing-masing memiliki karakter dan desain yang khusus untuk ditempatkan pada lokasi masing-masing. Penghitungan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), karenanya didasarkan atas suatu pendekatan atau kompromi tertentu. - IKK merupakan spatial index, yang digunakan untuk membandingkan antar wilayah, namun bukan antar waktu - Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Blora pada tahun 2015 sebesar 92,48. Hal ini dapat diartikan harga barang dan jasa konstruksi di Kabupaten Blora lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Tengah (95,99) dan Nasional. - Jika dibandingkan kabupaten sekitar yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah, IKK Kabupaten Blora merupakan yang terendah. Hal ini memberikan gambaran bahwa harga barang dan jasa konstruksi di Kabupaten Blora lebih rendah dibandingkan kabupaten lain di sekitarnya. 58

69

70

71 61

72 62

73 63

74 64

75 65

76 66

77 67

78 68

79 69

80 70

81 71

82 72

83 73

84 74

85 75

86 76

87

88

ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU

ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU 2015 PEMERINTAH KOTA PEKANBARU BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH JALAN JENDERAL SUDIRMAN NO. TELEPON 35842 21204 FAX. 44787 PEKANBARU KATA SAMBUTAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI

PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN BLORA TAHUN 2016 SEBESAR 94,13 Pada tahun 2016, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI PAPUA BARAT 2016 ISSN : - No. Katalog : 7102025. 91 No. Publikasi : 91540. 1701 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,0 cm x 29,7 cm : vi + 50 Halaman Penyunting : BPS Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013 Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Kaur 2013 Halaman i INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI(IKK) KABUPATEN KAUR 2013 Nomor Publikasi : 1704.1336 Katalog BPS :

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SORONG INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2013 Katalog BPS/ BPS Catalogu : 7102013.9109

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN SORONG TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SORONG INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN SORONG TAHUN 2013 Katalog BPS/ BPS Catalogu : 7102014.9107 ISSN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI. KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN

DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI. KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN Dengan memanjatkan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Manusia, binatang, dan tumbuhan memerlukan air untuk kehidupannya. Air baku adalah air yang sudah melalui

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 41 halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten Pidie

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang memiliki prospek perkembangan menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas Blok Cepu. Untuk mendukung hal itu diperlukan

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 38 halaman + iv halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten

Lebih terperinci

Analisis Skalogram Guttman Kabupaten Blora Page 1

Analisis Skalogram Guttman Kabupaten Blora Page 1 Latar Belakang Analisis skalogram adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis pusat-pusat permukiman khususnya hirarki atau orde pusat-pusat permukiman. Adapun yang menjadi subyek di dalam analisis

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunianya pubikasi Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura

Lebih terperinci

REKAPITULASI BOQ. JENIS PEKERJAAN ( Rp. ) Jumlah Konstruksi PPN 10 % Jumlah Semua Dibulatkan

REKAPITULASI BOQ. JENIS PEKERJAAN ( Rp. ) Jumlah Konstruksi PPN 10 % Jumlah Semua Dibulatkan REKAPITULASI BOQ KEGIATAN : PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG PEKERJAAN : PENINGKATAN SALURAN DRAINASE Jl. KUSUMA BANGSA LOKASI : KEL. PANJANG WETAN KEC. PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN TH.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Sejak diterapkan penghitungan DAU berdasarkan formula yang dimulai sejak 2002, Badan Pusat Statistik menyiapkan data yang akan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 - 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses yang menyebabkan pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang, sehingga dikatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

Survei Kemahalan Konstruksi, 2014

Survei Kemahalan Konstruksi, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Kemahalan Konstruksi, 2014 ABSTRAKSI Kegiatan pengumpulan data konstruksi secara serentak merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik dalam menunjang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I

KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I Pekerjaan : Pembangunan Gedung Perpustakaan SD Negeri 1 Gumanano Lokasi : Kecamatan Mawasangka Tahun Anggaran : 2016 NO JUMLAH (Rp.) 1 2 3 I PEKERJAAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) Kegiatan : PENINGKATAN JALAN Pekerjaan Nama Paket Kabupaten Sumber Dana : DAU + DAK Tahun Anggaran : 2012 Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) 1 Umum - 2 Drainase

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

WEJANGAN STATISTIK. Copyright BPS Kabupaten Pakpak Bharat

WEJANGAN STATISTIK. Copyright BPS Kabupaten Pakpak Bharat WEJANGAN STATISTIK 1. Membangun itu sulit, tetapi jauh lebih sulit melaksanakan pembangunan tanpa dukungan data statistik. 2. Data yang baik, akurat, bebas bias, dan terpercaya, adalah data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN Sub Kompetensi Mengerti komponen-komponen dasar drainase, meliputi : Pengantar drainase perkotaan Konsep dasar drainase Klasifikasi sistem drainase Sistem drainase

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI PAPUA BARAT 2015 Anggota Tim Penyusun : Penanggung Jawab : Drs. Simon Sapary, M.Sc Penyunting Penulis Pengolah Data/ Penyimpan Draft : Hendra Wijaya, S.ST, M.Si Leonardo

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Sekapur. Penutup. Publikasi ini merupakan momentum awal kami sebelum publikasi lain diterbitkan dari hasil pengolahan data final hasil SP2010.

Sekapur. Penutup. Publikasi ini merupakan momentum awal kami sebelum publikasi lain diterbitkan dari hasil pengolahan data final hasil SP2010. Penutup Sekapur Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan. Pembangunan yang melalui proses perencanaan yang matang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kerusakan Komponen Gedung D Lantai Dasar Lantai 4 1. Komponen Arsitektur a. Keramik Kerusakan lantai yang terdapat pada lantai dasar Gedung KH.Mas Mansur adalah lantai keramik

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Gambar Kulit : BPS Kabupaten Pulau Morotai KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN DAFTAR ANALISA PEKERJAAN SATUAN HARGA Harga Harga I PEKERJAAN PERSIAPAN 1.4 1 M' Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank 0.012 M 3 Kayu 5/7 kelas III 0.020 Kg Paku Biasa 0.007 M 3 Kayu Papan 3/20 0.100 Oh

Lebih terperinci

BAB IV Analisis Data

BAB IV Analisis Data BAB IV Analisis Data IV.1. Studi Kasus Studi kasus penelitian ini dilakukan pada proyek pengembangan perumahan kelas menengah di wilayah Bandung. Pemilihan perumahan kelas menengah didasarkan pada pertimbangan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGHUBUNG

LAPORAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGHUBUNG LAPORAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGHUBUNG 1. Latar Belakang Perguruan Tinggi Raharja memiliki 2 gedung yaitu Gedung Modern dan Gedung Lake View dimana mobilitas sivitas pribadi Raharja pada dua bangunan ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 8 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL MOR : 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI MOR 04 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA REGISTRASI ULANG,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012

DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012 DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 44 halaman + v halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN FASILITAS PELABUHAN LAUT SEPO/SAGEA Nomor : PL.106/2/3.1/ULP/KSOP.

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN FASILITAS PELABUHAN LAUT SEPO/SAGEA Nomor : PL.106/2/3.1/ULP/KSOP. ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN FASILITAS PELABUHAN LAUT SEPO/SAGEA Nomor : PL.106/2/3.1/ULP/KSOP.TTE-2014 Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Empat bulan April tahun

Lebih terperinci

R E K A P I T U L A S I BILL OF QUANTITY (BOQ)

R E K A P I T U L A S I BILL OF QUANTITY (BOQ) R E K A P I T U L A S I BILL OF QUANTITY (BOQ) PEKERJAAN KECAMATAN BALAESANG TAHUN ANGGARAN : 2012 NO. URAIAN PEKERJAAN JUMLAH HARGA ( Rp) I. PEKERJAAN PERSIAPAN 750,000.00 II. III. IV. PEKERJAAN JEMBATAN

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI LAMPIRAN 24 DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 2 TAHUN 2011 KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 10 TAHUN 2013 Kode Subbid Sub-bidang, bagian Sub-bidang kode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat signifikan dalam menentukan proses pelaksanaan pekerjaan tersebut dengan baik, benar, dan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA Dalam melaksanakan suatu proyek, diperlukan perencanaan yang matang agar waktu pelaksanaan proyek dapat selesai tepat waktu dengan biaya yang efisien. Besarnya biaya pelaksanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap Pekerjaan atap yang diseting pada software rab meliputi pekerjaan sbb: 1. Rangka atap baja ringan 2. Tutup atap genting plentong 3. Genting bubung plentong 4. Listplang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI LAMPIRAN 24 DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 2 TAHUN 2011 KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 10 TAHUN 2013 Kode Subbid Sub-bidang, bagian Sub-bidang kode

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

BILL OF QUANTITY (BQ)

BILL OF QUANTITY (BQ) BILL OF QUANTITY (BQ) Rekapitulasi Program : Wajib Belajar Pendidikan Sembilan Tahun Lokasi : SMP N 1 Palmatak Kec.Palmatak NO URAIAN PEKERJAAN Rp. HARGA I PEKERJAAN PENDAHULUAN Rp. II PEKERJAAN GALIAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II : KEPUTUSAN WALIKOTA MADIUN NOMOR : / 279 /2017 TANGGAL : 18 Desember 2017

LAMPIRAN II : KEPUTUSAN WALIKOTA MADIUN NOMOR : / 279 /2017 TANGGAL : 18 Desember 2017 LAMPIRAN II : KEPUTUSAN WALIKOTA MADIUN NOMOR : 050.401.012 / 279 /2017 TANGGAL : 18 Desember 2017 ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2018 KODE BARANG URAIAN

Lebih terperinci

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) Kegiatan Pekerjaan Nama Paket Kabupaten Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran : 2012 Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) 1 Umum - 2 Drainase - 3 Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA BAB IV PENYAJIAN DATA Pada bab IV ini ditampilkan data-data yang diperlukan untuk pengerjaaan pengolahan data dan analisis. Data-data yang didapatkan merupakan data sekunder yang diantaranya bersumber

Lebih terperinci

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60 528 s/d 70 248 Lintang Selatan 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI Page 1 of 5 www.sertifikasi.biz DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI L ampiran Peraturan LPJK Nomor 2 Tahun 2014 A. KLASIFIKASI USAHA BERSIFAT UMUM Sub-bidang, bagian Sub-bidang

Lebih terperinci

BILL OF QUANTITTY. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah)

BILL OF QUANTITTY. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) BILL OF QUANTITTY Kegiatan : REHABILITASI/PEMELIHARAAN JALAN Pekerjaan : PEMELIHARAAN JALAN Nama Paket : REHAB/PEMELIHARAAN JALAN NGATABARU - TOMPU Kabupaten : SIGI Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran :

Lebih terperinci

Daftar Harga & Upah. Daftar upah tenaga harian untuk perumahan.

Daftar Harga & Upah. Daftar upah tenaga harian untuk perumahan. Daftar Harga & Daftar upah tenaga harian untuk perumahan. Mandor Rp 145.000 / Hari Kepala Tukang Rp 125.000 / Hari Tukang Rp 95.000 / Hari Pembantu Tukang Bangunan Rp 60.000 / Hari Daftar upah Lembur Tenaga

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN DAFTAR SATUAN ANALISA PEKERJAAN No SATUAN UPAH BAHAN A PEKERJAAN PERSIAPAN 1 PEMASANGAN BOWPLANK/ 10 M' 0,01000 Kepala Tukang 0,10000 Tukang 0,10000 Pekerja 0,05000 Mandor 0,01200 M3 Balok Klas IV 0,02000

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci