INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA"

Transkripsi

1

2 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA TAHUN 2014

3 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunianya pubikasi Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura Tahun 2014 dapat terselesaikan. Keragaman data dan informasi statistik saat ini sangat dibutuhkan guna menunjang proses percepatan pembangunan. Informasi mengenai besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun satu unit bangunan/konstruksi per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota yang diukur melalui sekelompok barang dan jasa yang digunakan menjadi salah satu informasi yang begitu penting. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui Indeks Kemahalan Konstruksi dan luas wilayah yang disebut juga sebagai indeks kewilayahan. Indeks Kemahalan Kontruksi (IKK) Provinsi dan IKK kabupaten/kota dihitung sejak tahun 2004 berdasarkan UU no 33 tahun 2004 yang mendasarkan kepada Indeks Harga Bangunan (IHB). Pada akhirnya kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan publikasi berikutnya. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga publikasi ini dapat diterbitkan diucapkan terimakasih. Semoga publikasi ini bermanfaat. Jayapura, Agustus 2014 KEPALA BPS Kota Jayapura Drs. Parjan, M.Si NIP i

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR GRAFIK... iv BAB I PENDAHULUAN 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.1.1 Variabel Kebutuhan Fiskal... 7 I.1.2 Variabel Kapasitas Fiskal I.2 Tujuan I.3 Ruang Lingkup BAB II KONSEP DAN DEFINISI 15 BAB III METODOLOGI 27 III.1 Paket Komoditas III.2 Diagram Timbang III.2.1 Diagram Timbang Kelompok Jenis Bangunan/konstruksi III.2.2 Diagram Timbang Umum III.3 Kegiatan Pengumpulan Data III.4 Identifikasi Kualitas Barang ii

5 III.5 Formula Penghitungan IKK III.5.1 Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan/konstruksi-j Kabupaten/Kota (TKK kab ) j III.5.2 Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan/konstruksi Rata-rata Nasional (TKK nas ) j III.5.3 Indeks Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan/konstruksi Kabupaten/Kota (IKK kab ) j 34 III.5.4 Indeks Kemahalan Konstruksi Umum Kabupaten/kota (IKK Umum Kab) BAB IV ANALISIS IKK KOTA JAYAPURA 36 IV.1 Profil Kota Jayapura IV.2 Indeks Kemahalan Konstruksi IV.3 Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura DAFTAR PUSTAKA 44 LAMPIRAN 47 iii

6 DAFTAR TABEL Tabel 1 Wilayah administrasi dan luas wilayah Tabel 2 Indeks Kemahalan Konstruksi tahun DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Besaran Dana Alokasi Umum Berdasarkan UU No 33 Tahun Gambar 2 Komponen Dana Alokasi Umum Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun Gambar 3 Peta Kota Jayapura DAFTAR GRAFIK Grafik 1 Luas wilayah dan Jumlah Kelurahan/Kampung Grafik 2 Indeks Kemahalan Konstruksi tahun iv

7 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang serta kewajiban daerah otonom, untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada daerah tersebut. Otonomi daerah dilaksanakan berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 dan direvisi melalui UU No. 32 tahun 2004, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Sedangkan untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, pemerintah mengalokasikan dana, yang dikenal dengan Dana Alokasi Umum (DAU) yang bersumber dari Pendapatan APBN sesuai UU Nomor 25 tahun 1999 yang direvisi melalui UU Nomor 33 tahun 2004 dan PP 55 tahun DAU merupakan instrumen transfer yang bertujuan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah, sekaligus memeratakan kemampuan antar daerah (equalization grant). Besaran Dana Alokasi Umum (DAU) sekurang-kurangnya adalah 1

8 25% dari total penerimaan dalam negeri netto pada APBN, untuk periode transisi dinyatakan 25.5% dan pada tahun 2008 dinyatakan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto. Alokasi DAU murni secara efektif dilaksanakan pada tahun anggaran 2008, dan dengan diterapkannya formula DAU murni, ada kemungkinan suatu daerah mendapat DAU lebih rendah atau tidak mendapatkan DAU sama sekali, sebagai contoh apabila Celah Fiskal negatif (CF 0) atau kebutuhan fiskal lebih kecil daripada kapasitas fiskal dan nilai celah fiskal sama atau lebih besar dari alokasi dasar, maka hasil penghitungan DAU adalah nol atau negatif (untuk kasus DAU negatif, akan disesuaikan menjadi nol yang berarti daerah tidak menerima DAU). Dengan demikian sangatlah jelas bahwa pada sistem alokasi DAU murni, kondisi Celah Fiskal yang merupakan selisih kebutuhan fiskal terhadap kapasitas fiskal atau potensi keuangan daerah, sangat berpengaruh terhadap besaran DAU yang akan diterima oleh suatu Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Untuk itu alokasi DAU pada tahun 2008 atau alokasi DAU murni, sangat berbeda dengan pola alokasi DAU pada tahun-tahun sebelumnya. 2

9 Adapun total besar DAU secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: ( lihat gambar 1 ) Gambar 1. Besaran Dana Alokasi Umum Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 Sumber: Ditjen Perimbangan Keuangan, 2007 dalam Penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan Daerah, Departemen Keuangan Komponen Dana Alokasi Umum (DAU) berdasarkan UU Nomor 33 tahun 2004 terdiri dari dua komponen, yaitu Alokasi Dasar (AD) dan Celah Fiskal (CF), dapat dirumuskan sebagai berikut: 3

10 Alokasi Dasar Pada pasal 27 ayat 4 disebutkan bahwa alokasi dasar (AD) dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah, berbeda dengan formula DAU berdasarkan UU Nomor 25 tahun 1999 yang terdiri dari belanja pegawai dan lumpsum. Penghitungan Alokasi Dasar berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2005 didasarkan atas : Realisasi Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah termasuk peningkatan gaji pokok, tunjangan keluarga dan tunjangan PPh pasal 21 dengan rata-rata 15% Kenaikan Tunjangan Jabatan Fungsional dan Struktural Tingkat Pertumbuhan (Accres) 2,5% Gaji Bulan ke-13 Formasi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Pada UU nomor 33 tahun 2004, komponen belanja hanya belanja pegawai sipil daerah. Komponen belanja pegawai untuk masing-masing daerah (misal daerah A) dapat dirumuskan sebagai berikut: Alokasi DAU dari komponen belanja pegawai daerah A = x 4

11 Celah Fiskal (CF) Celah fiskal merupakan selisih dari kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal atau potensi fiskal suatu daerah. Kebutuhan fiskal daerah secara umum menggambarkan perkiraan besarnya kebutuhan anggaran yang diperlukan oleh daerah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, yang diukur dengan jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Indeks Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia. Sedangkan kapasitas fiskal merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil (DBH Pajak serta DBH SDA) yang mencerminkan kemampuan daerah dalam memberikan pelayanan. Pengalokasian DAU berdasarkan formula dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana: CF = Celah Fiskal 5

12 K b f = Kebutuhan Fiskal TBR = Total Belanja Rata-Rata APBD IP = Indeks Jumlah Penduduk IW = Indeks Luas Wilayah IPM = Indeks Pembangunan Manusia IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi IPDRB = Indeks PDRB Perkapita = Bobot Indeks Kpf = Kapasitas Fiskal PAD = Pendapatan Asli Daerah DBH Pajak = Dana Bagi Hasil Pajak DBH SDA = Dana Bagi hhasil dari Penerimaan Sumber Daya Alam Sejak tahun 2008 perolehan DAU sepenuhnya berdasarkan pada penggunaan formula penghitungan DAU murni. Karena itu Kebijakan hold harmless atau alokasi DAU yang tidak boleh lebih rendah dibandingkan DAU sebelumnya, sudah tidak berlaku lagi. Adapun untuk mengatasi kemungkinan ketimpangan kemampuan fiskal antar daerah yang terjadi, dipergunakan beberapa kemungkinan penghitungan celah fiskal : 6

13 1. Apabila Celah Fiskal positif (CF 0) atau kebutuhan fiskal lebih besar dari pada kapasitas fiskal, maka daerah akan menerima DAU sebesar alokasi dasar ditambah dengan nilai Celah Fiskal. 2. Apabila Celah Fiskal sama dengan nol (CF=0) atau kebutuhan fiskal sama dengan kapasitas fiskal, maka daerah akan menerima DAU sebesar alokasi dasar. 3. Apabila Celah Fiskal negatif (CF 0) atau kebutuhan fiskal lebih kecil daripada kapasitas fiskal dan nilai celah fiskal lebih kecil dari alokasi dasar, maka daerah akan menerima DAU sebesar alokasi dasar dikurangi dengan nilai celah fiskal. 4. Apabila Celah Fiskal negatif (CF 0) atau kebutuhan fiskal lebih kecil daripada kapasitas fiskal dan nilai celah fiskal sama atau lebih besar dari alokasi dasar, maka hasil penghitungan DAU adalah nol atau negatif. Untuk kasus DAU negatif, akan disesuaikan menjadi nol yang berarti daerah tidak menerima DAU. I.1.1 Variabel Kebutuhan Fiskal Variabel kebutuhan fiskal suatu daerah hendaknya dapat mengakomodir kebutuhan suatu daerah, yang digunakan untuk pembiayaan program-program pembangunan fasilitas daerah 7

14 seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan kebutuhan pokok lainnya. Indikator dari Variabel-variabel yang digunakan hendaknya mampu untuk mengakomodir kebutuhan untuk program-program pembiayaan fasilitas daerah, sehingga dapat terbentuk suatu rumusan sederhana, mudah dihitung dan dengan data yang mudah diperoleh. Berikut variabel kebutuhan fiskal yang dugunakan dalam penghitungan Dana Alokasi Umum. 1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk suatu daerah mencerminkan kebutuhan pelayanan yang diperlukan penduduk/masyarakat. Pelayanan tersebut dapat meliputi beberapa aspek, seperti pendidikan, kesehatan, transportasi dan lainnya. Untuk membedakan kebutuhan satu daerah dengan daerah lain berdasarkan jumlah penduduk, maka dibuatlah indeks penduduk. Indeks penduduk dihitung dengan cara: 8

15 dimana: 2. Luas Wilayah Daerah dengan cakupan wilayah yang luas membutuhkan pembiayaan yang lebih besar, maka dibentuklah suatu indeks untuk membedakan besaran luas wilayah tersebut. Hal tersebut yang dijadikan alasan untuk digunakannya variabel luas wilayah. Data luas wilayah bersumber dari Departemen Dalam Negeri dan Bakosurtanal. Apabila terdapat perbedaan luas daerah yang cukup besar, maka digunakan luas daerah yang memiliki tingkat densitas yang memenuhi kewajaran. Indeks Wilayah tersebut dihitung dengan cara: 9

16 3. Indeks Pembangunan Manusia Pembangunan daerah dilaksanakan bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Sebagai indikator untuk mengukur variabel kemajuan pembangunan di daerah digunakan IPM sebagai pengganti dari Indeks Kemiskinan yang telah digunakan sebelumnya. Komponen IPM meliputi angka harapan hidup waktu lahir, indeks pendidikan yang terdiri dari angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah dan Indeks daya beli. Penghitungan masing-masing indeks memperhatikan nilai maksimum dan minimum standar UNDP. 4. Indeks Kemahalan Konstruksi Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau provinsi. TKK diperoleh melalui pendekatan terhadap harga sejumlah bahan bangunan/konstruksi, upah tukang dan harga sewa alat berat yang mempunyai nilai atau andil cukup besar dalam bangunan tersebut. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang menggambarkan perbandingan TKK suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap TKK kabupaten/kota atau provinsi lain. 10

17 Sesuai dengan pengertiannya, IKK dapat dikategorikan sebagai indeks spasial, yaitu indeks yang menggambarkan perbandingan harga untuk daerah/wilayah yang berbeda pada periode waktu tertentu. Berbeda dengan pengertian indeks periodikal yang selama ini sudah dikenal, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) atau Indeks Harga Konsumen (IHK), kedua indeks harga tersebut menggambarkan perkembangan harga di suatu daerah/wilayah pada periode waktu tertentu terhadap harga periode tahun dasar. 5. Produk Domestik Regional Bruto Dalam penghitungan DAU PDRB yang dihitung adalah PDRB perkapita yaitu membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB perkapita merupakan ukuran untuk melihat kemajuan pembangunan suatu daerah ditinjau dari jumlah penduduk. 11

18 Gambar 2. Komponen Dana Alokasi Umum Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 Dana Alokasi Umum Alokasi dasar Alokasi berdasarkan celah fiskal Belanja pegawai Kebutuhan fiskal Indeks Penduduk Indeks Luas Wilayah Indeks Kemahalan Konstruksi Kapasitas Fiskal Pendapatan Asli daerah Bagi Hasil Pajak Bagi hasil SDA Indeks Pembangunan/konstruks i Manusia Indeks PDRB Perkapita Sumber: Ditjen Perimbangan Keuangan, 2007 dalam Penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan Daerah, Departemen Keuangan 12

19 I.1.2 Variabel Kapasitas Fiskal Variabel kapasitas fiskal mengindikasikan kemampuan daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kapasitas fiskal suatu daerah diukur melalui tiga variabel yaitu pendapatan asli daerah, dana bagi hasil pajak, dan dana bagi hasil dari penerimaan sumber daya alam. I.2 Tujuan Tujuan utama penghitungan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) tahun 2013 adalah untuk menyediakan data dasar dalam rangka kebijakan dana perimbangan 2014 dan utamanya digunakan sebagai salah satu variabel kebutuhan fiskal dalam penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk pengalokasian tahun Dalam Undang-undang No. 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa IKK digunakan sebagai proksi untuk menggambarkan tingkat kesulitan geografis suatu daerah, dengan demikian semakin sulit letak geografis daerah, maka akan semakin besar pula angka Indeks Kemahalan Konstruksi-nya(IKK). Disamping itu IKK juga merupakan sumber data yang bersifat spasial yang menggambarkan perbandingan antar wilayah. 13

20 1.3 Ruang Lingkup Terhitung mulai tahun 2010 dan selanjutnya, penentuan tahun dasar tidak lagi mengacu pada rata-rata nasional, akan tetapi mengacu pada kabupaten/kota yang memiliki nilai IKKnya paling dekat dengan nilai 100. Sesuai hasil penghitungan IKK Kabupaten/Kota pada tahun 2010 berdasarkan versi 491 kabupaten/kota, terpilih kota Samarinda sebagai kota pembanding terhadap IKK kabupaten/kota lainnya. Oleh karena itu untuk lima tahun kedepan, kota Samarinda akan menjadi kota pembanding terhadap IKK kabupaten/kota lainnya di Indonesia. 14

21 BAB II KONSEP DAN DEFINISI Beberapa konsep dan definisi secara umum yang digunakan dalam proses pengumpulan data dan penghitungan indeks kemahalan konstruksi (IKK) antara lain: konsep mengenai harga barang konstruksi termasuk harga sewa alat berat, pedagang besar, pedagang campuran, kegiatan konstruksi, tingkat kemahalan konstruksi, diagram timbang, dan indeks kemahalan konstruksi. Harga perdagangan besar (HPB) adalah harga transaksi penjualan bahan bangunan/konstruksi yang dilakukan oleh pedagang besar/distributor ke pedagang besar berikutnya atau kepada konsumen dalam jumlah besar (partai). Yang dimaksud dengan pengertian HPB disini adalah harga lokal gudang yaitu harga penjualan bahan bangunan/konstruksi yang dijual berada di tempat/gudang penjual. Harga pedagang campuran adalah harga transaksi barang dagangan yang dilakukan secara partai besar dan sebagian lagi dilakukan secara eceran dengan konsumen, sedangkan data yang dicatat adalah harga untuk penjualan barang dalam partai besar. 15

22 Harga produsen adalah transaksi yang terjadi antara produsen sebagai penjual dengan pedagang besar/distributor sebagai pembeli secara party/grosir. Sedangkan yang dimaksud dengan harga eceran (HE) adalah harga yang terjadi karena transaksi penjualan bahan bangunan/konstruksi yang dilakukan oleh pedagang eceran ke konsumen. HPB bahan bangunan/konstruksi adalah harga berbagai jenis bahan bangunan/konstruksi yang digunakan dalam kegiatan konstruksi dalam jumlah besar (party) yang merupakan hasil transaksi antara pedagang besar/distributor/supplier bahan bangunan/konstruksi dengan pengguna bahan bangunan/ konstruksi tersebut. Pedagang Besar (PB) adalah pedagang/distibutor yang menjual bahan bangunan/konstruksi secara party/grosir atau dalam jumlah besar. Pedagang campuran adalah pedagang yang dapat menjual barang dagangannya dalam jumlah besar maupun eceran. Party/grosir atau jumlah besar yang dimaksud adalah bukan eceran. Batasan ini relatif mengingat sulit menentukan besarannya, baik kuantitas maupun nilai dari suatu komoditas. Hal ini sangat tergantung dari karakteristik komoditas itu sendiri. 16

23 Kegiatan Konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan tersebut antara lain: gedung, jalan jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan/konstruksi air dan drainase, bangunan/konstruksi sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan/konstruksi pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan/konstruksi jaringan komunikasi. Kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran, dan perbaikan bangunan/konstruksi. Berdasarkan KBLI 2005 yang disusun Badan Pusat Statistik yang merupakan revisi KBLI 2000, secara umum jenis bangunan/konstruksi dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu: i. Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal, mencakup rumah dan gedung yang digunakan untuk tempat tinggal oleh rumah tangga. Bangunan bukan tempat tinggal meliputi hotel, sekolah, rumah sakit, pusat pertokoan, perkantoran dan pusat perdagangan, industri atau pabrik, bangunan perdagangan, bangunan tempat pemeliharaan hewan, ternak dan unggas, banguan tempat ibadat,banguan 17

24 gedung kesenian dan olahraga serta bangunan bukan tempat tinggal lainnya. ii. Prasarana Pertanian meliputi pembuatan kolam pemeliharaan ikan, pintu pengendali air, bagan, percetakan tanah sawah, pembukaan hutan, irigasi, dan sejenisnya. iii. Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan, mencakup pembuatan sarana jalan dan jembatan untuk angkutan jalan raya maupun kereta api, pelabuhan laut dan udara, dermaga, landasan pesawat terbang, tempat parkir, trotoar dan sejenisnya. iv. Bangunan & Instalasi Listrik, Gas, Air Minum dan Komunikasi Mencakup Bangunan/konstruksi Pengolahan Penyaluran dan Penampungan Air Bersih/Air Limbah/Drainase, Bangunan/konstruksi Pengolahan/Penyaluran dan Penampungan Barang Migas, Bangunan/konstruksi Elektrikal, Konstruksi Telekomunikasi Sarana Bantu Navigasi Laut dan Rambu Sungai, Konstruksi Telekomunikasi Navigasi Udara, Konstruksi Sinyal dan Telekomunikasi Kereta Api, Konstruksi Sentral Telekomunikasi, Konstruksi Elektrikal dan Telekomunikasi Lainnya, Pembuatan/Pengeboran Sumur Air tanah, Instalasi Listrik Bangunan/konstruksi Sipil, Instalasi Navigasi Laut dan Sungai, Instalasi Meteorologi dan Geofisika, Instalasi Navigasi Udara, Instalasi Sinyal dan Telekomunikasi 18

25 Kereta Api, Instalasi Sinyal dan Rambu - Rambu Jalan Raya, Instalasi Telekomunikasi. v. Bangunan/konstruksi Lainnya Mencakup Bangunan/konstruksi Terowongan, Bangunan/ konstruksi Sipil Lainnya, Pemasangan Perancah, Pemasangan Bangunan/konstruksi Kostruksi Prefab dan Pemasangan Kerangka Baja, Pengerukan, Konstruksi Khusus Lainnya, Instalasi Jaringan Pipa, Instalasi Bangunan/konstruksi Sipil Lainnya, Dekorasi Eksterior,serta bangunan/konstruksi sipil lainnya termasuk peningkatan mutu tanah melalui pengeringan dan pengerukan. Berdasarkan asas keterbandingan penghitungan IKK, bahwa untuk setiap daerah harus mempunyai bobot nilai di setiap jenis bangunan/konstruksi, sedangkan pada kenyataannnya tidak setiap kabupaten/kota memiliki kelima jenis bangunan/konstruksi tersebut, maka dalam penghitungan IKK jenis bangunan/konstruksi dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: i. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, terdiri dari: a. Kontruksi gedung tempat tinggal, meliputi: rumah yang dibangun sendiri, real estate, rumah susun dan perumahan dinas. 19

26 b. Konstruksi gedung bukan tempat tinggal, meliputi: konstruksi gedung perkantoran, industri, kesehatan, pendidikan, tempat hiburan, tempat ibadah, terminal, stasiun dan bangunan/konstruksi monumental. ii. Bangunan/konstruksi pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan terdiri dari: a. Bangunan/konstruksi jalan, jembatan dan landasan meliputi: pembangunan/konstruksi jalan, jembatan, landasan pesawat terbang, pagar/tembok, drainase jalan, marka jalan dan rambu-rambu lalu lintas. b. Bangunan/konstruksi jalan dan jembatan kereta. c. Bangunan/konstruksi dermaga meliputi: pembangunan/konstruksi, pemeliharaan dan perbaikan dermaga/pelabuhan, sarana pelabuhan dan penahan gelombang. iii. Bangunan/konstruksi lainnya terdiri dari: a. Bangunan/konstruksi sipil, pembangunan/konstruksi lapangan olah raga, lapangan parkir dan sarana lingkungan pemukiman. b. Bangunan/konstruksi pekerjaan umum untuk pertanian meliputi: 20

27 - Bangunan/konstruksi pengairan diantaranya: pembangunan/konstruksi waduk (reservoir), bendungan, jaringan irigasi, pintu air, sipon dan drainase irigasi, talang, check dam, tanggul pengendali banjir, tanggul laut, krib dan vaduk. - Bangunan/konstruksi tempat proses hasil pertanian, diantaranya bangunan/konstruksi penggilingan dan bangunan/konstruksi pengeringan. c. Bangunan/konstruksi elektrikal meliputi: pembangkit tenaga listrik, transmisi dan transmisi tegangan tinggi. d. Konstruksi telekomunikasi udara meliputi: konstruksi bangunan/konstruksi telekomunikasi dan navigasi udara, bangunan/konstruksi pemancar/ penerima radar, dan bangunan/konstruksi antenna. e. Konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api, pembangunan/konstruksi konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api. f. Konstruksi sentral telekomunikasi meliputi: bangunan/konstruksi sentral telepon/telegraph, konstruksi bangunan/konstruksi menara pemancar dan bangunan/konstruksi stasiun kecil. 21

28 g. Instalasi air meliputi instalasi air bersih dan air limbah dan saluran drainase pada gedung. h. Instalasi listrik meliputi: pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan lemah dan pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan kuat. i. Instalasi gas meliputi: pemasangan instalasi gas pada gedung tempat tinggal dan pemasangan instalasi gas pada gedung bukan tempat tinggal. j. Instalasi listrik jalan k. Instalasi jaringan pipa: jaringan pipa gas, jaringan air dan jaringan minyak. Harga sewa alat berat konstruksi adalah harga yang terjadi ketika seseorang/organisasi/institusi menyewa alat-alat berat yang digunakan untuk kegiatan konstruksi dalam periode tertentu seperti dalam waktu jam, hari, minggu, atau bulan. Satuan/unit yang digunakan dalam harga sewa ini adalah satu unit/jam. Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi yang akan dibandingkan antar daerah, yaitu besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun satu unit bangunan/konstruksi per satuan 22

29 ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau provinsi yang diukur melalui sekelompok barang dan jasa yang digunakan. Paket komoditas adalah sejumlah barang terpilih yang digunakan sebagai komponen penghitungan IKK. Komoditas /jenis barang tersebut dipilih karena memenuhi asas representativeness dan comparibility yaitu andil yang cukup besar dan data harganya dapat dipantau dan mempunyai tingkat keterbandingan antar kabupaten/kota. Diagram Timbang atau bobot yang digunakan dalam penghitungan IKK terdiri dari diagram timbang IKK menurut kelompok jenis bangunan/konstruksi dan diagram timbang umum. Diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi adalah bobot setiap jenis barang dan jasa dalam memperoleh nilai TKK masing-masing kelompok jenis bangunan/konstruksi. Diagram timbang umum adalah bobot setiap jenis bangunan/konstruksi dalam memperoleh IKK umum setelah diperoleh IKK masingmasing kelompok jenis bangunan/konstruksi. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang menggambarkan perbandingan Tingkat Kemahalan Konstruksi suatu kabupaten/kota terhadap kota acuan, yang mana kota Samarinda terpilih sebagai kota acuan untuk periode 5(lima) tahun kedepan terhitung sejak tahun

30 Berbeda dengan Indeks Harga Perdagangan Besar Konstruksi (IHPB konstruksi) yang merupakan indeks periodical, IKK merupakan indeks spasial yang menunjukkan perbedaan harga antar wilayah dalam waktu yang sama. Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi adalah angka indeks yang menggambarkan besarnya perubahan harga pada tingkat harga perdagangan besar/grosir dari komoditas bahan bangunan/konstruksi di suatu negara/daerah. Secara makro ekonomi perubahan harga bahan bangunan/konstruksi dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan. Namun berbagai faktor yang juga mempengaruhi perubahan harga bahan bangunan/konstruksi adalah faktor biaya produksi dan faktor biaya transportasi. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Bahan Bangunan/konstruksi yang merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk keperluan perencanaan pembangunan, dapat mengambarkan perkembangan statistik harga bahan bangunan/konstruksi di suatu daerah. Manfaat IHPB bahan bangunan/konstruksi semakin diperlukan terutama didalam penghitungan eskalasi nilai kontrak sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003 dan telah direkomendasikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 105/PMK.06/2005 tanggal 9 Nopember 2005, serta 24

31 didukung oleh Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 11/SE/M/2005 tanggal 16 Desember Data IHPB konstruksi dibuat menjadi dua bentuk penyajian, yaitu : 1). IHPB konstruksi menurut kelompok barang Jumlah kelompok jenis barang yang dihitung dalam kelompok IHPB bahan bangunan/konstruksi adalah sebanyak 33 kelompok barang, yaitu kelompok kayu gelondongan; barang galian segala jenis; kayu gergajian dan awetan; kayu lapis dan sejenisnya; bahan bangunan/konstruksi dari kayu; cat, vernis, dan lak; aspal; hasil kilang minyak lainnya; barang-barang dari plastik; kaca lembaran; bahan bangunan/konstruksi dari keramik dan tanah liat; semen; batu split; barang-barang lainnya dari bahan bukan logam; barang-barang dari besi dan baja dasar; barang-barang dari logam dasar bukan besi; alat pertukangan dari logam; bahan bangunan/konstruksi dari logam; barangbarang logam lainnya; alat-alat berat dan perlengkapannya; mesin listrik dan pengatur listrik; perlengkapan listrik lainnya; dan aki. 25

32 2). IHPB konstruksi menurut kelompok bangunan/konstruksi. IHPB konstruksi menurut kelompok bangunan/konstruksi dibagi dalam 5 jenis bangunan/konstruksi, yaitu : a. Bangunan/konstruksi tempat tinggal dan bukan tempat tinggal b. Bangunan/konstruksi pekerjaan umum untuk pertanian c. Bangunan/konstruksi pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan d. Bangunan/konstruksi dan instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi e. Bangunan/konstruksi lainnya Selanjutnya IHPB konstruksi umum yang merupakan indeks tertimbang dari indeks ke lima kelompok bangunan/konstruksi di atas digunakan dalam penyesuaian IKK secara nasional (inflator). 26

33 BAB III METODOLOGI III.1 Paket Komoditas Data dasar penghitungan IKK adalah harga bahan bangunan/konstruksi, balas jasa pekerja sektor konstruksi dan sewa alat berat dilakukan secara triwulanan. Harga tersebut meliputi harga 145 kualitas barang yang berasal dari 60 jenis barang, 7 jenis balas jasa pekerja dan harga sewa 6 macam alat berat sektor konstruksi. Selanjutnya dari barang tersebut dipilih komoditas yang mempunyai nilai atau andil yang cukup besar dalam membuat masing-masing kelompok jenis bangunan/konstruksi, serta harga barang-barang tersebut comparable atau mempunyai keterbandingan antar kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Kualitas yang terpilih pada penghitungan IKK periode berjalan tidak harus selalu sama dengan tahun sebelumnya. Dalam pemilihan paket komoditas IKK, perlu diperhatikan azas pemilihan paket komoditas sebagai berikut : a. Comparability (keterbandingan) - Specific product description - Characteristic determining price b. Representativeness (mewakili) 27

34 Berdasarkan azas tersebut dan sesuai perkembangan yang ada, paket komoditas yang digunakan dalam penghitungan IKK 2013 yaitu terdiri dari 33 jenis barang meliputi tanah urug, pasir, batu pondasi, batu bata, batako, bata ringan, batu split, seng gelombang, paku, semen Portland, besi beton, bak mandi fiber, kloset, seng plat, pipa pvc, kayu balok, kayu papan, kayu triplek/lapis, cat, tegel/keramik, genteng/atap, kaca, aspal, gypsum, kabel, bahan bangunan siap pasang dari kayu, mesin pompa, rangka baja, tangki air, lampu dan MCB. Dan untuk balas jasa pekerja sektor konstruksi meliputi Upah Mandor, Kepala Tukang, Tukang Kayu, Tukang,Batu, Tukang Cat, Tukang Listrik dan pembatu tukang. Sedangkan untuk sewa alat berat itu sendiri meliputi: excavator, bulldozer, Skidsleer loader, tandem/vibrating roller, dump truck, compact track loader. III.2 Diagram Timbang Diagram timbang atau bobot terdiri dari diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi untuk menghitung Tingkat Kemahalan Konstruksi, sedangkan diagram timbang umum (dari data Bill of Quantity). digunakan untuk menghitung Indeks Kemahalan Konstruksi. 28

35 III.2.1 Diagram Timbang Kelompok Jenis Bangunan/Konstruksi Diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi disusun berdasarkan besarnya andil atau nilai masing-masing jenis bahan bangunan/konstruksi untuk membangun satu unit bangunan/konstruksi per satuan ukuran luas dan digunakan untuk menghitung tingkat kemahalan konstruksi. Diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi menggunakan data kuantitas atau volume barang-barang konstruksi termasuk sewa alat yang dibutuhkan atau digunakan untuk membangun 1 (satu) unit jenis bangunan/konstruksi. Jenis bangunan/konstruksi yang dimaksud terdiri dari tiga kelompok jenis bangunan/konstruksi, yaitu: i) Bangunan/konstruksi tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; ii) Bangunan/konstruksi jalan, jembatan, dan pelabuhan; dan iii) Bangunan/konstruksi lainnya. Dalam menyusun diagram timbang kelompok jenis bangunan/konstruksi, selain data hasil studi, ditunjang pula dengan data table Input-Output dan data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan kontraktor. Sesuai dengan tujuan penyusunan IKK, maka penggunaan (kuantitas/volume) barang untuk membangun satu unit 29

36 bangunan/konstruksi per satuan ukuran luas di masing-masing kabupaten/kota adalah sama, artinya seluruh kabupaten/kota menggunakan satu penimbang yang berlaku secara nasional, meskipun memiliki struktur tanah dan kondisi yang berbeda. III.2.2 Diagram Timbang Umum Diagram timbang umum disusun berdasarkan data Bill of Quantity (BoQ) pembangunan/konstruksi fisik masing-masing pemerintah kabupaten/kota, seperti pembangunan/konstruksi gedung kantor, rumah dinas, jalan, jembatan, lapangan olah raga dan lain-lain yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota tersebut. Pengeluaran tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan kelompok jenis bangunan/konstruksinya, lalu dibuat persentase total pengeluaran masing-masing kelompok jenis bangunan/konstruksi tersebut terhadap total seluruh pengeluaran. Selanjutnya nilai tersebut di-update setiap tahun untuk mendapatkan nilai penimbang yang lebih representative. III.3 Kegiatan Pengumpulan Data Khusus untuk barang-barang bahan bangunan/konstruksi yang menjadi paket komoditas IKK, pengumpulan data harga dilakukan di 491 kabupaten/kota di seluruh Indonesia melalui survei serentak. Sejak tahun 2010 pelaksanaan survei serentak 30

37 dilakukan dengan periode waktu triwulanan yaitu pada bulan Januari, April, Juli dan oktober pada setiap tahunnya. Responden yang menjadi sumber data pada kegiatan survei serentak terdiri dari beberapa kategori yaitu pedagang besar/distributor, pedagang campuran, produsen, pedagang eceran, dan kategori lainnya seperti: kontraktor, PT. PLN dan Dinas Pekerjaan Umum (Kimpraswil) atau instansi terkait lainnya (khususnya untuk mengumpulkan data harga sewa alat-alat berat, BoQ dan upah pekerja/jasa konstruksi). Pemilihan responden dilakukan secara purposif dengan mengutamakan pedagang besar (PB). Jika pedagang besar tidak ada maka dipilih responden dengan urutan skala prioritas yaitu dari pedagang campuran, produsen dan pilihan terakhir yaitu pedagang eceran (PE). Sehingga jenis harga yang dikumpulkan dalam survei HPB-K ini terdiri dari harga perdagangan besar (HPB), harga produsen (HP), dan harga eceran (HE). III.4 Identifikasi Kualitas Barang Setelah menetapkan paket komoditas IKK 2010 dan harga bahan bangunan/konstruksi, kegiatan selanjutnya adalah melakukan kegiatan Survei Identifikasi Kualitas Barang (SIKB). Kegiatan ini dimaksudkan untuk validasi data harga dengan cara mengumpulkan data harga seluruh kualitas dari komoditas 31

38 terpilih, dan memastikan/mencocokkan bahwa jenis barang dan harga adalah untuk jenis barang dengan kualitas yang ditetapkan dalam paket komoditas IKK. SIKB juga digunakan sebagai dasar justifikasi untuk mendapatkan harga dengan kualitas barang yang setara, jika kualitas yang tercakup dalam paket komoditas tidak terdapat di provinsi tertentu. III.5 Formula Penghitungan IKK Sejak tahun 2010, penghitungan IKK tidak lagi mengacu pada rata-rata nasional dan penggunaan inflator, tetapi menggunakan kota acuan. Pertimbangan penggunaan salah satu ibukota provinsi sebagai kota acuan adalah, kota acuan dapat memberikan flexibilitas dalam penghitungan IKK apabila ada penambahan jumlah kabupaten/kota yang akan dihitung IKKnya, serta literatur tentang indeks spasial pada umumnya mengacu pada satu wilayah tertentu sebagai dasar. Oleh karena itu pada tahun 2010 telah terpilih dan ditetapkan bahwa kota Samarinda merupakan kota pembanding dalam penghitungan IKK untuk lima tahun kedepan. Selain kota acuan metode penghitungan IKK juga mengalami perubahan yaitu dari metode eksponensial berubah 32

39 ke metode Regresi Country Product Dummy (CPD). Dengan metode CPD barang yang tidak terdapat di suatu kabupaten/kota nilainya dikosongkan saja, tidak perlu di estimasi. Hal ini tentunya berbeda ketika masih menggunakan metode Eksponensial yaitu harga barang tidak boleh dikosongkan dan harus diestimasi meskipun barang tersebut tidak terdapat dikabupaten/kota yang bersangkutan. III.5.1 Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan/konstruksi j Kabupaten/Kota (TKK kab ) j ( ) i = jenis barang/bahan bangunan dan sewa alat berat j = kelompok jenis bangunan (j=1,2,3) P i = harga jenis barang/bahan bangunan i Q ij = kuantitas/volume bahan bangunan i kelompok jenis bangunan ke-j 33

40 III.5.2 Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan/konstruksi Rata-rata Nasional (TKK n ) j ( ) n = nasional k = kabupaten/kota (1,2, 491) j = jenis bangunan ke-j III.5.3 Indeks Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan/konstruksi Kabupaten/Kota (IKK kab ) j ( ) n = nasional k = kabupaten/kota (1,2, 491) j = jenis bangunan ke-j 34

41 III.5.4 Indeks Kemahalan Konstruksi Umum Kabupaten/kota (IKK Umum Kab) ( ) Q j = diagram timbang IKK umum kabupaten/kota kelompok bangunan j I = suatu konstanta yang menggambarkan perkembangan harga barang-barang yang digunakan di sektor konstruksi di Indonesia (IHPB sektor konstruksi) Februari 2010-Juni

42 BAB IV ANALISIS IKK KOTA JAYAPURA IV.1. Profil Kota Jayapura Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2001 pemerintah Indonesia telah melaksanakan kebijakan tentang otonomi daerah untuk melakukan percepatan pembangunan di beberapa wilayah potensial, termasuk Propinsi Papua, baik itu Provinsi Papua maupun Papua Barat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kota Jayapura yang merupakan bagian dari Wilayah Provinsi Papua, secara kewilayah Pemerintahan Kota Jayapura terbagi kedalam 5 Distrik dan 39 kelurahan/kampung dengan jumlah penduduk sebesar jiwa dan luas wilayah 940 km 2. Dari luas wilayah Kota Jayapura tersebut, lebih dari separuh luas Kota Jayapura (61%) berada di distrik Muaratami yang berbatasan langsung dengan negara Papua New Guinea. Sedangkan distrik dengan jumlah kelurahan/kampung terbanyak berada di distrik Abepura sebanyak 11 Kelurahan/kampung terdiri dari 8 berstatus kelurahan dan 3 berstatus Kampung, seperti terlihat pada Tabel 1 dan Grafik 1 dibawah ini : 36

43 Tabel. 1. Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah Distrik di Kota Jayapura No Distrik/Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Jumlah Kel/Kamp (1) (2) (3) (4) (5) 1 Muara Tami Skouw Mabo 626,7 8 2 Abepura Kota Baru 155, H e r a m Waena 63,2 5 4 Jayapura Selatan Entrop 43,4 7 5 Jayapura Utara Tanjung Ria 51 8 Sumber: BPS Kota Jayapura 2013 Sumber: BPS Kota Jayapura

44 Secara geografis Kota Jayapura terletak pada Bujur Timur dan Lintang Selatan, berbatasan langsung dengan Lautan Pasifik di sebelah utara dan Kabupaten Keerom di sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Jayapura di sebelah barat dan Negara Papua New Guinea di sebelah timur. Adapun batas - batas administrasinya adalah sebagai berikut: Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Depapre Kabupaten Jayapura Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Arso Kabupaten Keerom. Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Papua New Guinea. Sebelah Utara berbatasan dengan Lautan yaitu lautan Pasifik. 38

45 Gambar 3. Peta Kota Jayapura Sumber: BPS Kota Jayapura 39

46 IV.2 Indeks Kemahalan Konstruksi Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang menggambarkan perbandingan Tingkat Kemahalan Konstruksi suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap Tingkat Kemahalan Konstruksi rata-rata nasional. Pada umumnya perubahan besaran IKK dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1) Kesulitan geografis 2) Tingkat kemahalan harga barang / bahan bangunan, sewa alat dan balas jasa pekerja sektor konstruksi 3) Besaran realisasi anggaran (Realisasi BoQ) Untuk itu besaran nilai IKK yang telah dicapai menunjukkan, bahwa besaran nilai IKK tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor kesulitan geografis semata, tetapi juga oleh faktor-faktor lain yang merupakan komponen pembetuk IKK itu sendiri, seperti Tingkat kemahalan harga barang/bahan bangunan, Besaran sewa alat berat dan Besaran balas jasa pekerja sektor kontruksi, serta Besaran Realisasi Anggaran pembangunan (BoQ) itu sendiri. 40

47 IV.3 Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura Kota Jayapura terletak di ibukota provinsi papua, jika dilihat dari sisi sarana dan prasarana serta letak geografis, tentu saja Pemerintah Kota Jayapura memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik dan lengkap dengan tingkat kesulitan geografis yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Papua. Terlepas dari perihal tersebut diatas capaian Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kota Jayapura dapat dilihat pada Grafik 2 dibawah ini. Grafik 2 IKK KOTA JAYAPURA TAHUN ,08 197,71 170, Sumber: IKK BPS Kota Jayapura

48 Dari Grafik 2 diatas capaian Indeks kemahalan Konstruksi Kota Jayapura tahun 2013 sebesar turun sebesar 0.14% dibandingkan capaian pada pada tahun 2012 sebesar , IKK sebagai salah satu indikator dari 5 indikator ( Penduduk, PDRB, IPM, IKK dan Luas Wilayah) dalam pembentukan DAU, tentu saja penurunan besaran nilai IKK pada tahun 2013, akan berdampak pada besaran DAU 2014 yang diterima oleh Pemerintah Kota Jayapura. Meskipun capaian IKK Kota Jayapura tahun 2013 mengalami penurunan, capaian IKK tersebut masih menempati rangking ke- 24 dari 29 Kabuapten/Kota se-provinsi Papua. Dengan demikian capaian tersebut masih lebih baik dibanding 5(lima) kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Waropen, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Nabire dan yang terakhir adalah Kabupaten kepulauan Yapen. Untuk itu besaran nilai IKK Kota Jayapura yang telah dicapai menunjukkan, bahwa besaran nilai IKK tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor kesulitan geografis semata, tetapi juga oleh faktor-faktor lain yang merupakan komponen pembetuk IKK itu sendiri, seperti tingkat kemahalan harga barang/bahan bangunan, besaran sewa alat berat dan besaran balas jasa pekerja 42

49 sektor kontruksi, serta besaran realisasi anggaran pembangunan itu sendiri. Perkembangan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kota Jayapura dan rangking dari tahun secara lengkap dapat dilihat pada tabel. 2 di bawah ini: Tabel. 2 Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura Tahun Tahun IKK Peringkat Keterangan (1) (2) (3) (4) ,62 29 Menggunakan Kota acuan Sumber : Pengolahan IKK tahun 2013 Dari 29 Kab/kota di Papua ,08 26 Dari 29 Kab/kota di Papua Dari 29 kab/kota di Papua Dari 29 kab/kota di papua 43

50 DAFTAR PUSTAKA Adi, Priyo Hari Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kabupaten dan Kota Se Jawa Bali). Salatiga : Jurnal Studi Pembangunan/konstruksi Kritis. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Brata, Aloysius Gunadi Komposisi Penerimaan Sektor Publik Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya. Abimanyu, Anggito Format Anggaran Terpadu Menghilangkan Tumpang Tindih. Bapekki Depkeu. Khusaini, Muhammad, SE, MSS, MA Ekonomi Publik, Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan/konstruksi Daerah. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dana Alokasi Umum. 44

51 Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Pusat dan daerah, Departemen Keuangan. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2005 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan kabupaten/kota. UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. UU Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Kegiatan Percepatan Penyediaan Data Statistik dalam Rangka Kebijakan Dana Perimbangan Tahun Padang:Simposium Nasional Akuntansi IX Kegiatan Percepatan Penyediaan Data Statistik dalam Rangka Kebijakan Dana Perimbangan Tahun Padang:Simposium Nasional Akuntansi IX. 45

52 Daftar Kecamatan di Kota Jayapura. Kabupaten Kota Jayapura. Jayapura. Lembar Negara Tentang Pembentukan Kota Jayapura. _nomor_3_tahun_2008. Mendagri Resmikan Enam Kabupaten Baru. Republik Indonesia. Papua Tambah Lima Kabupaten. ask=view&id=7655&itemid=

53 47

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 41 halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten Pidie

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Sejak diterapkan penghitungan DAU berdasarkan formula yang dimulai sejak 2002, Badan Pusat Statistik menyiapkan data yang akan

Lebih terperinci

WEJANGAN STATISTIK. Copyright BPS Kabupaten Pakpak Bharat

WEJANGAN STATISTIK. Copyright BPS Kabupaten Pakpak Bharat WEJANGAN STATISTIK 1. Membangun itu sulit, tetapi jauh lebih sulit melaksanakan pembangunan tanpa dukungan data statistik. 2. Data yang baik, akurat, bebas bias, dan terpercaya, adalah data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012

DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012 DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 44 halaman + v halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU

ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU 2015 PEMERINTAH KOTA PEKANBARU BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH JALAN JENDERAL SUDIRMAN NO. TELEPON 35842 21204 FAX. 44787 PEKANBARU KATA SAMBUTAN

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2013

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2013 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2013 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 37 halaman + v halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten

Lebih terperinci

HARGA PERDAGANGAN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI

HARGA PERDAGANGAN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI RATA-RATA HARGA PERDAGANGAN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 No. Katalog : 7303.3322 No. Publikasi : 33224.10.02 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 5,83 inci x 8,27 inci :74 halaman Naskah

Lebih terperinci

Rata-Rata Harga Perdagangan Bahan Bangunan/Konstruksi Kabupaten Semarang Tahun 2009

Rata-Rata Harga Perdagangan Bahan Bangunan/Konstruksi Kabupaten Semarang Tahun 2009 Rata-Rata Harga Perdagangan Bahan Bangunan/Konstruksi Kabupaten Semarang Tahun 2009 No. Katalog : 7302.3322 Ukuran Buku : 8,5 In x 11 In Jumlah Halaman : 70 halaman Naskah: Seksi Distribusi Gambar Kulit:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 71/11/Th. XIV, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR NAIK 0,20 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 30/05/Th. XIV, 2 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR APRIL HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada Bulan April Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 44/07/Th. XIII, 1 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI HARGA GROSIR NAIK 0,72 PERSEN Pada bulan Juni Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 24/04/Th. XIII, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR FEBRUARI HARGA GROSIR NAIK 0,04 PERSEN, HARGA GROSIR BAHAN BAKU NAIK 0,05 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR DESEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,68 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Perhitungan Dana Alokasi Umum TA 2017 DAMPAK PENGALIHAN KEWENANGAN DARI PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/12/Th. XIII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,36 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI. KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN

DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI. KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN Dengan memanjatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 76/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada bulan Oktober Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 38 halaman + iv halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah pasal 1 angka

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 70/11/Th. XIII, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR NAIK 0,17 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,73 PERSEN Pada bulan November Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI PAPUA BARAT 2016 ISSN : - No. Katalog : 7102025. 91 No. Publikasi : 91540. 1701 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,0 cm x 29,7 cm : vi + 50 Halaman Penyunting : BPS Provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI Page 1 of 5 www.sertifikasi.biz DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI L ampiran Peraturan LPJK Nomor 2 Tahun 2014 A. KLASIFIKASI USAHA BERSIFAT UMUM Sub-bidang, bagian Sub-bidang

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI LAMPIRAN 24 DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 2 TAHUN 2011 KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 10 TAHUN 2013 Kode Subbid Sub-bidang, bagian Sub-bidang kode

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI LAMPIRAN 24 DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 2 TAHUN 2011 KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 10 TAHUN 2013 Kode Subbid Sub-bidang, bagian Sub-bidang kode

Lebih terperinci

R E K A P I T U L A S I BILL OF QUANTITY (BOQ)

R E K A P I T U L A S I BILL OF QUANTITY (BOQ) R E K A P I T U L A S I BILL OF QUANTITY (BOQ) PEKERJAAN KECAMATAN BALAESANG TAHUN ANGGARAN : 2012 NO. URAIAN PEKERJAAN JUMLAH HARGA ( Rp) I. PEKERJAAN PERSIAPAN 750,000.00 II. III. IV. PEKERJAAN JEMBATAN

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 - 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Penyunting Gambar Kulit Diterbitkan Oleh : 21 cm x 15 cm : x + 88 Halaman

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM LUAS WILAYAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2015... 1 STATISTIK GEOGRAFIS PROVINSI JAMBI... 2 NAMA IBUKOTA KAB/KOTA DAN JARAK KE IBUKOTA PROVINSI MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2015... 3 JUMLAH

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah diolah dan diterbitkan oleh lembaga yang berkaitan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Gambar Kulit : BPS Kabupaten Pulau Morotai KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Survei Kemahalan Konstruksi, 2014

Survei Kemahalan Konstruksi, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Kemahalan Konstruksi, 2014 ABSTRAKSI Kegiatan pengumpulan data konstruksi secara serentak merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arsyad (1999) dalam Setiyawati (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arsyad (1999) dalam Setiyawati (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Halim (2008:96) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok PAD dipisahkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DASAR PERHITUNGAN NILAI JUAL OBYEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08 / PRT / M / 2011 TENTANG PEMBAGIAN SUBKLASIFIKASI DAN SUBKUALIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08 / PRT / M / 2011 TENTANG PEMBAGIAN SUBKLASIFIKASI DAN SUBKUALIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08 / PRT / M / 2011 TENTANG PEMBAGIAN SUBKLASIFIKASI DAN SUBKUALIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA 2010 KATA PENGANTAR Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) tahun 2010 merupakan salah satu variable yang digunakan dalam penghitungan Dana Alokasi Umum

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Otonomi Daerah Di dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan di daerah, peranan yang sangat penting dari keuangan daerah adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Otonomi selalu dikaitkan atau disepadankan dengan pengertian kebebasan dan kemandirian. Sesuatu akan dianggap otonomi jika ia menentukan diri sendiri, membuat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAERAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA TAHUN 2007

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAERAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA TAHUN 2007 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAERAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA TAHUN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko : Mandiri Alamat : Karanggmojo NAMA BAHAN A. BAHAN BESI DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN JENIS / MERK UKURAN SATUAN bulan co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm, kayu 8/10,

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG HARGA KOMPONEN BANGUNAN DAN UPAH TENAGA KERJA SEBAGAI DASAR PENYESUAIAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BANGUNAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN DASAR PERHITUNGAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA MENARA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB MEKAR AGUNG Alamat :JL. GODEAN KM 17

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB MEKAR AGUNG Alamat :JL. GODEAN KM 17 DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB MEKAR AGUNG Alamat :JL. GODEAN KM 17 NAMA BAHAN A. BAHAN BESI JENIS / MERK UKURAN SATUAN Harga co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm,

Lebih terperinci

Daftar Harga Bahan Bangunan PIP2b diy Toko : TB. Pucuk Logam Alamat : Gedongtengan

Daftar Harga Bahan Bangunan PIP2b diy Toko : TB. Pucuk Logam Alamat : Gedongtengan Daftar Harga Bahan Bangunan PIP2b diy Toko : TB. Pucuk Logam Alamat : Gedongtengan NAMA BAHAN JENIS / MERK UKURAN Harga co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, co : besi 12 mm, dll kayu 8/10, dll Agustus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013 Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Kaur 2013 Halaman i INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI(IKK) KABUPATEN KAUR 2013 Nomor Publikasi : 1704.1336 Katalog BPS :

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI LAMPIRAN 2a DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI A. KLASIFIKASI USAHA BERSIFAT UMUM KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 02 TAHUN 2011 KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 10 TAHUN 2013

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

URAIAN. Tenaga Oh Tukang 90, Oh Kepala Tukang 110, Oh Pekerja 75, Oh Mandor 120,000.

URAIAN. Tenaga Oh Tukang 90, Oh Kepala Tukang 110, Oh Pekerja 75, Oh Mandor 120,000. NO URAIAN HARGA SATUAN (RP) I PEKERJAAN PERSIAPAN 1 M' Pasangan Bouwplank + Pengukuran 0.012 M3 Kayu kls.iv 5/7 1,600,000.00 0.007 Btg Kayu kls.iv papan 1,300,000.00 0.020 Kg Paku biasa 18,000.00 0.100

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TARAKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN JALAN PULAU KALIMANTAN NOMOR 1 T A R A K A N

PEMERINTAH KOTA TARAKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN JALAN PULAU KALIMANTAN NOMOR 1 T A R A K A N PEMERINTAH KOTA TARAKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN JALAN PULAU KALIMANTAN NOMOR 1 T A R A K A N POKJA JASA KONSTRUKSI BERITA ACARA Addendum Dokumen Pengadaan Nomor: 02.D/ADD.DOC/POKJA-GEDUNG SEKOLAH/DISDIK/VI/2013

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko : Barokah Putu Jaya Alamat : Pathuk NAMA BAHAN A. BAHAN BESI BESI Beton Polos DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN JENIS / MERK UKURAN SATUAN harga co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko : TB Makmur Abadi Alamat : Kecamatan Galur NAMA BAHAN A. BAHAN BESI BESI Beton Polos JENIS / MERK UKURAN SATUAN co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll Kurus co : besi 12 mm, kayu 8/10,

Lebih terperinci

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan L

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan L LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2012 KEUANGAN NEGARA. APBD. DAU. Daerah. Provinsi. Kabupaten/Kota. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

M. Wahyudi Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri

M. Wahyudi Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri ANALISIS PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) M. Wahyudi Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PEKERJAAN UMUM A. Panjang Jalan

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN SURVEY PIP2B DIY 2015

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN SURVEY PIP2B DIY 2015 Nama Toko : TB SAHABAT Alamat : Dlingo NAMA BAHAN A. BAHAN BESI BESI Beton Polos DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN SURVEY PIP2B DIY 2015 JENIS / MERK UKURAN SATUAN co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips,

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN SURVEY PIP2B DIY 2015

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN SURVEY PIP2B DIY 2015 Nama Toko : Alamat : Bantul NAMA BAHAN A. BAHAN BESI DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN SURVEY PIP2B DIY 2015 JENIS / MERK UKURAN SATUAN co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm, kayu

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB HENI JAYA Alamat :JL. MAGELANG KM 16.5

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB HENI JAYA Alamat :JL. MAGELANG KM 16.5 DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB HENI JAYA Alamat :JL. MAGELANG KM 16.5 NAMA BAHAN A. BAHAN BESI JENIS / MERK UKURAN SATUAN co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm, kayu

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko : TB Maju Bangun Alamat : Lendah NAMA BAHAN A. BAHAN BESI BESI Beton Polos JENIS / MERK UKURAN SATUAN Harga co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm, kayu 8/10, dll Kurus

Lebih terperinci

Daftar Harga Bahan Bangunan Toko : TB. Salam Makmur Alamat : Ngampilan

Daftar Harga Bahan Bangunan Toko : TB. Salam Makmur Alamat : Ngampilan Daftar Harga Bahan Bangunan Toko : TB. Salam Makmur Alamat : Ngampilan NAMA BAHAN NAMA BAHAN UKURAN co : besi 12 mm, kayu 8/10, dll Harga desember BESI Beton Polos Kurus BESI Beton Polos SNI (kurus) 6

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko : Canden Jaya Alamat : Kalibawang NAMA BAHAN A. BAHAN BESI DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN JENIS / MERK UKURAN SATUAN co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm, kayu 8/10,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah)

KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN INSTANSI : DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PROGRAM : KESEJARAHAN, KEPURBAKALAAN DAN PERMUSEUMAN KEGIATAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN FASILITAS PELABUHAN LAUT SEPO/SAGEA Nomor : PL.106/2/3.1/ULP/KSOP.

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN FASILITAS PELABUHAN LAUT SEPO/SAGEA Nomor : PL.106/2/3.1/ULP/KSOP. ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN FASILITAS PELABUHAN LAUT SEPO/SAGEA Nomor : PL.106/2/3.1/ULP/KSOP.TTE-2014 Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Empat bulan April tahun

Lebih terperinci

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA BILL OF QUANTITY (BOQ) DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA Kegiatan : Pembangunan Embung Teknis Lokasi : Desa Lookeu, Kecamatan Tasifeto Barat Kab. Belu Tahun Ang. : 2016 HARGA SATUAN PEKERJAAN ( Rp. ) JUMLAH HARGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGUJIAN MUTU MATERIAL DAN KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

REKAPITULASI BIAYA NO URAIAN SUB TOTAL

REKAPITULASI BIAYA NO URAIAN SUB TOTAL REKAPITULASI BIAYA KEGIATAN : PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR PEKERJAAN : PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR TAHAP III LOKASI : BINCAU MARTAPURA KABUPATEN BANJAR NO URAIAN SUB TOTAL I. PEKERJAAN PERSIAPAN Rp. II. PEKERJAAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama membangun daerahnya sendiri. Otonomi daerah adalah

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR VI.I. Daftar Harga Satuan Bahan dan Daftar Upah Tenaga Kerja RAB memuat analisa harga satuan pekerjaan struktur yang dihitung secara konvensional. Data harga satuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko : TB Putri Jaya Alamat : Wonosari NAMA BAHAN A. BAHAN BESI DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN JENIS / MERK UKURAN SATUAN harga co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, co : besi 12 mm, co : dll

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN ANALISA BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN PERSIAPAN SNI.01.2.6.1 1 m² Membersihkan lapangan dengan peralatan 0,1000 Oh Pekerja Rp. - - 0,0500 Oh Mandor Rp. - - SNI.01.2.6.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang dikumpulkan dari dokumen pemerintah daerah di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY berupa

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SORONG INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2013 Katalog BPS/ BPS Catalogu : 7102013.9109

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

Survei Kemahalan Konstruksi, 2015

Survei Kemahalan Konstruksi, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Kemahalan Konstruksi, 2015 ABSTRAKSI Kegiatan pengumpulan data survei Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

REKAPITULASI BOQ. JENIS PEKERJAAN ( Rp. ) Jumlah Konstruksi PPN 10 % Jumlah Semua Dibulatkan

REKAPITULASI BOQ. JENIS PEKERJAAN ( Rp. ) Jumlah Konstruksi PPN 10 % Jumlah Semua Dibulatkan REKAPITULASI BOQ KEGIATAN : PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG PEKERJAAN : PENINGKATAN SALURAN DRAINASE Jl. KUSUMA BANGSA LOKASI : KEL. PANJANG WETAN KEC. PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN TH.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli

Lebih terperinci

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 diarahkan untuk:

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I

KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I Pekerjaan : Pembangunan Gedung Perpustakaan SD Negeri 1 Gumanano Lokasi : Kecamatan Mawasangka Tahun Anggaran : 2016 NO JUMLAH (Rp.) 1 2 3 I PEKERJAAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci