INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010"

Transkripsi

1

2 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010 Katalog BPS : Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 41 halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten Pidie Jaya Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie Jaya Bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie Jaya Boleh mengutip dengan menyebutkan sumbernya

3 PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE JAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) Sambutan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie Jaya Pelaksanaan pembangunan dalam tatanan otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas bagi daerah untuk melakukan berbagai langkah pembangunan. Evaluasi kinerja dalam rangka peningkatan kualitas hasil pembangunan yang tengah dilaksanakan di Kabupaten Pidie Jaya, semakin memerlukan berbagai data statistik yang lengkap, akurat dan terpercaya. Data yang disajikan dalam publikasi ini adalah data-data mengenai harga barang dan jasa konstruksi yang kemudian diolah dan dianalisis hingga mendapatkan angka Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Data IKK yang menjadi dasar penghitungan DAU, dirasakan sangat penting bagi BAPPEDA Kabupaten Pidie Jaya yang senantiasa memerlukan informasi untuk mendasari dan memantapkan perencanaan dan pengendalian pembangunan. Kami menyambut baik penerbitan publikasi Penyusunan Indeks Kemahalan Kontruksi tahun 2010 ini dan pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih atas keberhasilan kerja sama dengan BPS Kabupaten Pidie Jaya yang telah merampungkan penyusunan publikasi ini. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu memberikan data yang diperlukan hingga terlaksananya penerbitan publikasi ini, diucapkan terima kasih. Meureudu, September 2011 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA Ir. H. Razali Adami, MP Pembina Tk. I (IV/b) NIP i

4 KATA PENGANTAR KEPALA BPS KABUPATEN PIDIE JAYA Dalam rangka penyusunan RAPBN Tahun Anggaran 2011 yang berkenaan dengan Dana Alokasi Umum (DAU) 2010 dan tahun-tahun selanjutnya, adalah penting meningkatkan akurasi data dasar penghitungan DAU. Oleh karena itu, pada tahun 2011 ini BAPPEDA bekerja sama dengan BPS Kabupaten Pidie Jaya melakukan penghitungan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Data dasar dalam publikasi ini berasal dari BPS Pusat, BPS Provinsi Aceh dan BPS Kabupaten Pidie Jaya. BPS Kabupaten Pidie Jaya khususnya telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas data, antara lain dengan melakukan pengecekan lapangan dan konsolidasi berupa diskusi antara petugas pengumpul data dengan BPS Provinsi. Dari pengecekan lapangan dan diskusi tersebut diharapkan diperoleh data yang valid, akurat, dan terkini. Kegiatan pengadaan dan percepatan data ini dlaksanakan atas kerjasama antara Bappeda Kabupaten Pidie Jaya dan BPS Kabuaten Pidie Jaya. Meureudu, September 2011 KEPALA BPS KABUPATEN PIDIE JAYA Drs. Anwar A.Wahab NIP ii

5 DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Kegunaan IKK Kualifikasi Data Cakupan Sensus dan Survei Jadwal Waktu Pelaksanaan Pengolahan dan Rekonsiliasi Data Sistematika Penyajian Laporan... II. METODOLOGI Konsep dan Definisi Ruang Lingkup dan Sumber Data Metode Penghitungan Paket Komoditas Diagram Timbang atau Bobot Formula Penghitungan III. ULASAN SINGKAT Gambaran Umum Peranan Sektor Konstruksi Indeks Kemahalan Konstruksi... LAMPIRAN Hal. i ii iii iv v iii

6 DAFTAR TABEL Hal. Tabel 2.1. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Daftar Jenis Barang dan Jasa Konstruksi yang Digunakan dalam Penghitungan IKK Tahun Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen)... Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (persen)... Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Beberapa Kabupaten/kota Provinsi Aceh Tahun Rata-rata Harga Barang Konstruksi di Beberapa Kabupaten/Kota Tahun iv

7 DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3. Persentase Panjang Jalan di Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kondisi Jalan Tahun 2009 (persen)... Kontribusi Sektor Konstruksi terhadap Total PDRB adhb Kabupaten Pidie Jaya Tahun (persen)... Perbandingan IKK Beberapa Kabupaten/Kota Tahun v

8

9 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak 1 Januari 2001 memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut, kepada Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri serta sumber keuangan lain seperti perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang berupa Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selama delapan tahun terakhir, DAU merupakan salah satu sumber pendapatan utama pendapatan Pemerintah Daerah. Azas kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang mendasari penghitungan DAU memerlukan dukungan data yang valid, akurat dan terkini sehingga pembagian DAU ke daerah menjadi adil, proporsional dan merata. Sehubungan dengan keperluan tersebut, ketersediaan data yang akan digunakan dalam penghitungan DAU sudah sangat penting dan mendesak. Data tersebut adalah Jumlah Penduduk, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tingkat Kabupaten/Kota. Sebagai salah satu variabel yang digunakan untuk menghitung kebutuhan daerah, IKK berkaitan erat dengan keinginan dan tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan pelayanan dengan membangun sarana dan prasarana yang berupa bangunan fisik, seperti: bangunan gedung, jalan, jembatan, saluran irigasi dan lain sebagainya. Perbedaan kondisi dan potensi geografis di masing-masing wilayah serta jarak antar wilayah menyebabkan terjadinya perbedaan pembiayaan untuk Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

10 membangun fasilitas-fasilitas tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar digunakannya Indeks Kemahalan Konstruksi untuk penyesuaian kebutuhan daerah dilihat dari sektor bangunan/konstruksi Tujuan dan Kegunaan IKK Penyusunan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 diharapkan dapat menjadi indikator keterbandingan tingkat kemahalan antar daerah. Dalam jangka panjang IKK dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam penyusunan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan pembangunan berkesinambungan di daerah ini. Salah satu contoh kegunaan IKK adalah sebagai rujukan dalam memperkirakan besaran nilai proyek pembangunan terutama yang berkaitan dengan pembangunan fisik (seperti: tempat tinggal, sekolah, jalan dan jembatan) agar penentuan besaran nilai proyek pembangunan fisik tersebut efisien dan tepat sasaran Kualifikasi Data Setiap saat, BPS selalu berupaya meningkatkan kualitas data untuk keperluan penghitungan DAU tahun-tahun selanjutnya. Peningkatan kualitas data tersebut meliputi: pertama, meningkatkan validitas data agar dapat menggambarkan kondisi riil daerah yang sebenarnya dengan memperbaiki konsep dan definisi variabel; kedua, meningkatkan akurasi data dengan memperluas cakupan dan cara penghitungan; dan ketiga, pemutakhiran data dengan mempercepat pengumpulan data yang selama ini mengalami keterlambatan (time gap). Dalam upaya peningkatan kualitas data tersebut, maka BPS bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Pidie Jaya melakukan suatu kegiatan penyediaan data IKK Kabupaten Pidie Jaya. Hal ini juga bertujuan Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

11 sebagai alat kontrol objetivitas data hasil penghitungan dengan melakukan analisis kewajaran angka IKK antar daerah Cakupan Kegiatan Penyusunan IKK Tahun Angaran 2010 ini mencakup wilayah Kabupaten Pidie Jaya dengan cakupan tingkat keragaman yang bervariasi. Selain itu, untuk melihat keterbandingan dengan daerah lain, juga dilakukan analisis keterbandingan untuk melihat posisi Kabupaten Pidie Jaya di antara kabupaten/kota lain di sekitarnya Sensus dan Survei Sensus dan survei yang merupakan sumber utama data BPS dilaksanakan pada periode tertentu (sebagai contoh Sensus Penduduk 10 tahun sekali, Survei Harga Perdagangan Besar sebulan sekali dan PDRB setiap tahun dengan cakupan terbatas). Sementara itu data yang dibutuhkan untuk penghitungan DAU bersifat tahunan dan mencakup semua wilayah administrasi kabupaten/kota. Hal ini menimbulkan masalah kesenjangan antara kebutuhan data dan ketersediaan data pada tingkat wilayah kecil. Untuk menutup kesenjangan ini, maka dilakukan penyesuaian (penambahan sampel), proyeksi dan proxi terhadap data hasil survei dan pengumpulan data yang ada seperti Survei Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Kontruksi, Susenas dan sumber data lainnya. Untuk menjaga konsistensi data, dalam penghitungan IKK juga diperhatikan time reference yang jelas serta tingkat kesulitan geografis antar daerah. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

12 1.6. Jadwal Waktu Waktu yang diperlukan dalam kegiatan pengumpulan data IKK 2010 adalah selama 9 bulan mencakup proses pengumpulan data, pengolahan data, perhitungan dan analisis data IKK a. Perencanaan integrasi kegiatan Indek Kemahalan Kontruksi (IKK) dan SHPB-Konstruksi, Januari sampai dengan Mei b. Pengolahan dan rekonsiliasi data, April sampai dengan Agustus c. Evaluasi hasil dan penyusunan laporan, September d. Pencetakan hasil, September Pelaksanaan Kegiatan penyediaan data dasar Indek Kemahalan Kontruksi (IKK) dilakukan melalui Survei Harga Perdagangan Besar Konstruksi (SHPB-K) terhadap berbagai jenis barang dan jasa konstruksi yang termasuk dalam paket komoditas penghitungan IKK. Selain itu dilakukan juga pengumpulan data sekunder lain dari berbagai sumber yang terkait dengan sektor konstruksi Pengolahan dan Rekonsiliasi Data Tingkat heterogenitas yang tinggi baik antar kabupaten maupun antar kecamatan membutuhkan proses pengolahan data yang cukup lama. Heterogenitas yang dimaksud adalah data variabel ekonomi menyebar dan berfluktuasi tidak sesuai dengan penyebaran wilayah administratif melainkan mengikuti jalur distribusinya. Oleh karena itu diperlukan adanya rekonsiliasi data untuk menjaga konsistensi dan agregasi data. Selain itu, dalam penghitungan IKK diperlukan data keterbandingan secara nasional terutama mengenai rata-rata tingkat Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

13 kemahalan konstruksi tingkat nasional. Angka IKK Kabupaten Pidie Jaya diperoleh dengan membandingkan Tingkat Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya dengan Tingkat Kemahalan Konstruksi Nasional Sistematika Penyajian Laporan hasil penghitungan IKK Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2010 terdiri dari beberapa bagian. Bagian pertama dijelaskan tentang latar belakang penyusunan, pengertian, tujuan dan kegunaan serta jadwal waktu penyusunan. Pada bagian kedua diulas tentang metodologi yang mencakup konsep dan definisi, teknis pengumpulan data dan metode penghitungan. Bagian tiga disajikan analisis ringkas mengenai data IKK Kabupaten Pidie Jaya dan beberapa data pendukung lain. Pada bagian akhir dilampirkan data dasar dan data pendukung dalam penghitungan IKK Kabupaten Pidie Jaya. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

14

15 II. METODOLOGI 2.1. Konsep dan Definisi Beberapa konsep dan definisi umum yang digunakan dalam proses pengumpulan data dan penghitungan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) antara lain adalah sebagai berikut: Harga Perdagangan Besar (HPB) adalah harga transaksi yang terjadi antara pedagang besar pertama sebagai penjual dengan pedagang besar berikutnya sebagai pembeli secara party/grosir di pasar pertama asal suatu barang. HPB bahan bangunan/konstruksi adalah harga berbagai jenis bahan bangunan yang digunakan dalam kegiatan konstruksi dalam jumlah besar (party) yang merupakan hasil transaksi antara pedagang besar/distributor/supplier bahan bangunan/konstruksi dengan pengguna bahan bangunan tersebut. Pedagang Besar (PB) adalah pedagang/distributor yang menjual bahan bangunan/konstruksi secara party/grosir atau dalam jumlah besar. Pedagang Besar Pertama (PB I) adalah pedagang besar sesudah produsen/penghasil. Party/grosir atau dalam jumlah besar yang dimaksud adalah bukan eceran. Batasan ini relative mengingat sulit menentukan besarannya, baik kuantitas maupun nilai dari suatu Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

16 komoditas. Hal ini sangat tergantung dari karakteristik komoditasnya sendiri. Kegiatan Konstruksi Adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi yang dimaksud dalam survey ini adalah hanya kegiatan pembangunan baru. Hasil kegiatan antara lain: gedung, jalan jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan-bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi. Sedangkan kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran, dan perbaikan bangunan. Kegiatan Konstruksi dalam penghitungan IKK dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok: I. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, terdiri dari: a. Konstruksi gedung tempat tinggal, meliputi: rumah yang dibagun sendiri, real estate, rumah susun dan perumahan dinas. b. Konstruksi gedung bukan tempat tinggal, meliputi: konstruksi gedung perkantoran, industri, kesehatan, pendidikan, tempat hiburan, tempat ibadah, terminal, stasiun dan bangunan monumental. II. Bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan terdiri dari: a. Bangunan jalan, jembatan dan landasan meliputi: pembangunan jalan, jembatan, landasan pesawat terbang, pagar/tembok, drainase jalan, marka jalan dan rambu-rambu lalu lintas. b. Bangunan jalan dan jembatan kereta. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

17 c. Bangunan dermaga meliputi: pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan dermaga/pelabuhan, sarana pelabuhan dan penahan gelombang. III. Bangunan Lainnya terdiri dari: Bangunan sipil, pembangunan lapangan olah raga, lapangan parkir, dan sarana lingkungan pemukiman. Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian meliputi: a. Bangunan pengairan diantaranya: pembangunan waduk (reservoir), bendungan, embung, jaringan irigasi, pintu air, sipon dan drainase irigasi, talang, check dam, tanggul pengendali banjir, tanggul laut, krib dan waduk. b. Bangunan tempat proses hasil pertanian, diantaranya bangunan penggilingan dan bagunan pengeringan. Bangunan elektrikal meliputi: pembangkit tenaga listrik, transmisi, dan transmisi tegangan tinggi. Konstruksi telekomunikasi udara meliputi: konstruksi bangunan telekomunikasi dan navigasi udara, bangunan pemacar/penerima radar, dan bangunan antenna. Konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api, pembangunan konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api. Konstruksi sentral telekomunikasi meliputi: bangunan sentral telepon/telegraph, konstruksi bangunan menara pemacar dan bangunan stasiun kecil. Instalasi air meliputi instalasi air bersih, air limbah dan saluran drainase pada gedung. Instalasi listrik meliputi: pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan lemah dan pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan kuat. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

18 Instalasi gas meliputi: pemasangan instalasi gas pada gedung tempat tinggal dan pemasangan instalasi gas pada gedung bukan tempat tinggal. Instalasi listrik jalan. Instalasi jaringan pipa: jaringan pipa gas, jaringan air dan jaringan minyak. Harga sewa alat berat konstruksi Adalah harga yang terjadi ketika seseorang/organisasi/institusi menyewa alat-alat berat yang digunakan untuk kegiatan konstruksi dalam periode tertentu seperti dalam waktu jam, hari, mingguan, dan bulanan. Satuan/unit yang digunakan dalam harga sewa ini adalah unit/jam. Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) TKK merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi, yaitu besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau provinsi. TKK diperoleh melalui pendekatan terhadap harga sejumlah jenis barang/bahan bangunan dan harga sewa alat yang mempunyai nilai atau andil cukup besar dalam bangunan tersebut. TKK menggambarkan perkembangan harga di suatu wilayah pada periode tertentu terhadap harga periode tahun dasar. Akan tetapi dalam penyajian IKK dari tahun 2005 sampai tahun 2009, diperhitungkan pula perkembangan harga terhadap harga periode dasar yairu Februari 2004 (sesuai dasar penghitungan IKK 2004). Paket Komoditas Paket komoditas adalah sejumlah barang terpilih yang digunakan sebagai komponen penghitungan IKK. Komoditas/jenis barang tersebut dipilih Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

19 karena andil yang cukup besar dan data harganya lebih mudah dipantau dan mempunyai tingkat keterbandingan antar kabupaten/kota. Diagram Timbang Diagram timbang (DT) atau bobot yang digunakan dalam penghitungan IKK terdiri dari DT kelompok jenis bangunan (3 kelompok) dan DT Umum. DT kelompok jenis bangunan digunakan untuk memperoleh nilai TKK masing-masing kelompok jenis bangunan. DT umum digunakan untuk menghitung IKK umum setelah diperoleh IKK masing-masing kelompok jenis bangunan. Indeks Kemahalan Konstruksi Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang menggambarkan perbandingan TKK suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap TKK rata-rata Nasional. Sesuai dengan pengertiannya IKK dapat dikategorikan sebagai indeks spasial, yaitu indeks yang menggambarkan perbandingan harga untuk lokasi yang berbeda pada periode waktu tertentu. Berbeda dengan pengertian indeks periodical, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar atau Indeks Harga Konsumen, kedua indeks harga tersebut menggambarkan perkembangan harga di suatu lokasi pada periode tertentu dibandingkan terhadap harga tahun dasar Ruang Lingkup dan Sumber Data Indeks Kemahalan Konstruksi dihitung berdasarkan data harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi dan sewa alat berat yang diperoleh melalui survei di Kabupaten Pidie Jaya. Jenis barang/bahan bangunan yang dikumpulkan datanya meliputi barang-barang natural hasil pertambangan/penggalian, barang-barang hasil industri pengolahan dan jasa sewa alat berat. Sumber data lain yang digunakan dalam Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

20 penghitungan IKK adalah Diagram Timbang (DT) yang terdiri dari DT kelompok jenis bangunan dan DT Umum. Data dasar yang digunakan dalam penghitungan IKK Kabupaten Pidie Jaya didapatkan dari harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi dan harga sewa alat berat. Proses pengumpulan data harga tersebut dilakukan melalui Survei Harga Perdagangan Besar bahan bangunan/konstruksi (HPB-K). Data harga yang dikumpulkan dalam survey HPB-K tersebut terdiri dari harga 60 jenis barang yang mencakup sekitar 145 kualitas serta harga sewa 4 macam alat berat. Untuk keperluan penghitungan IKK 2010, selain data yang dikumpulkan melalui survey HPB-K2, dikumpulkan pula data harga melalui survey serentak khusus untuk barang-barang konstruksi yang menjadi paket komoditas penghitungan IKK yang dilakukan di bulan Mei 2010 (19 jenis barang konstruksi, 4 harga sewa alat berat dan upah jasa konstruksi). Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan penghitungan indeks spasial adalah komoditas/jenis barang yang akan digunakan dalam penghitungan indeks (paket komoditas) harus mempunyai tingkat keterbandingan, yaitu mempunyai kualitas dan satuan yang standar untuk seluruh tempat/daerah. IKK termasuk kategori indeks spasial, oleh karena itu dalam penghitungan IKK diperlukan data harga barang-barang konstruksi dengan kualitas dan satuan yang sama/standar untuk 491 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sehubungan dengan sulitnya untuk memperoleh data yang memenuhi persyaratan tersebut di atas maka untuk daerah-daerah atau kabupaten/kota yang tidak mempunyai atau tidak diperdagangkan jenis barang dengan kualitas dan satuan standar yang telah ditetapkan tersebut maka perlu dilakukan estimasi harga. Untuk menunjang keperluan dalam melakukan estimasi harga barang-barang di kabupaten/kota yang tidak mempunyai kualitas dan satuan standar maka BPS melakukan kegiatan yang disebut Survei Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

21 Identifikasi Barang. Survei Identifikasi Kualitas Barang ini dilakukan di seluruh ibukota Provinsi. Dalam survey ini dikumpulkan harga seluruh kualitas barang dari 21 jenis barang yang menjadi paket komoditas IKK yang ada di masing-masing ibukota provinsi. Dengan demikian diharapkan seluruh data harga jenis barang yang dikumpulkan dari seluruh kabupaten/kota dapat di estimasi dengan cara mengkonversi harga ke kualitas dan satuan standar. Untuk daerah-daerah yang sangat sulit, seperti daerah kepulauan dan pegunungan dimana terdapat kecamatan-kecamatan yang sulit dijangkau maka dalam melakukan estimasi harga diperhitungkan pula variable jarak antar kecamatan ke ibukota kabupaten dan biaya transportasi. Diagram Timbang (DT) kelompok jenis bangunan disusun berdasarkan kuantitas/volume masing-masing bahan bangunan dan sewa alat berat yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit jenis bangunan per satuan ukuran luas. Data kuantitas/volume bahan bangunan tersebut disusun berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan 20 kabupaten/kota terpilih yang menyebar di 10 provinsi yang dilaksanakan pada bulan April 2003 dan April Kabupaten/kota-kabupaten/kota tersebut dipilih berdasarkan letak dan kondisi geografis serta struktur tanah yang berbeda sehingga data yang diperoleh dapat mewakili keseluruhan kondisi kabupaten/kota di Indonesia. Dalam menyusun diagram timbang kelompok jenis bangunan, selain data hasil studi, ditunjang pula dengan data tabel input-output dan data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum. Data diagram timbang kelompok jenis bangunan ini, dari tahun ke tahun selalu diupdate berdasarkan perkembangan data penunjang. Dengan asumsi bahwa penggunaan (kuantitas/volume) barang untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas di masing- Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

22 masing kabupaten/kota adalah sama, maka diagram timbang kelompok jenis bangunan yang digunakan sama untuk seluruh kabupaten/kota. Data lain yang dikumpulkan adalah perkiraan persentase pengeluaran kegiatan pembangunan fisik gedung/konstruksi setiap kelompok jenis bangunan terhadap total nilai pengeluaran kegiatan pembangunan tersebut. Data ini diperoleh dari setiap Pemerintah Kabupaten/Kota Metode Penghitungan IKK dihitung menurut kelompok jenis bangunan yang mengacu pada klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KBLI) yang disesuaikan agar memenuhi azas komparabilitas. Seperti halnya IKK 2008 dan IKK 2009, penghitungan IKK 2010 juga menggunakan 3(tiga) kelompok jenis bangunan, yaitu: a. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; b. Jalan, jembatan dan pelabuhan; dan c. Bangunan lainnya Dalam penyajian angka IKK 2010 terdapat sedikit perbedaan dengan penyajian IKK tahun-tahun sebelumnya. Dalam IKK tahun-tahun sebelumnya disajikan menggunakan acuan rata-rata nasional sama dengan 100 yang dikalikan dengan sebuah inflator yaitu perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) barang-barang konstruksi. Untuk IKK 2010 disajikan dengan menentukan salah satu ibukota provinsi, dimana terdapat satu kabupaten/kota dalam provinsi tersebut yang memiliki IKK mendekati angka rata-rata nasional yang digunakan sebagai kota acuan atau provinsi acuan. Berdasarkan hal tersebut itulah kemudian terpilih Kota Samarinda sebagai kota acuan IKK 2010 dan akan digunakan untuk penghitungan IKK tahun berikutnya Paket Komoditas Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

23 Paket komoditas yang digunakan dalam penghitungan IKK 2010 terdiri dari 17 jenis barang dan 4 sewa alat berat yaitu: pasir pasang, batu kali, kayu papan, kayu balok, kayu lapis, cat tembok, cat kayu atau besi, aspal, pipa PVC, kaca, batu bata, semen, batu split, lantai keramik, besi beton, seng plat, seng gelombang, sewa alat berat excavator, bulldozer, three wheel roller (mesin gilas) dan dump truck. Jenis barang dan sewa alat berat tersebut dipilih karena mempunyai nilai atau andil cukup besar dalam membuat masing-masing kelompok jenis bangunan serta harga barang-barang tersebut comparable atau mempunyai keterbandingan antara kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Untuk memperdalam analisis, dalam penyusunan IKK tahun 2010 ini sengaja disertakan juga data beberapa komoditas tambahan dalam berbagai kualitas dan merk yang sebenarnya tidak termasuk dalam Paket Komoditas yang digunakan untuk menghitung IKK. Hal ini dilakukan agar para pengguna data bisa mendapat gambaran yang lebih menyeluruh mengenai kondisi dan perkembangan harga barang dan jasa di sektor konstruksi/bangunan di Kabupaten Pidie Jaya. Lebih lengkapnya mengenai jenis-jenis barang yang dikumpulkan datanya dalam penghitungan IKK di Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada tabel 2.1 Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

24 Tabel 2.1 Daftar Jenis Barang dan Jasa Konstruksi yang Digunakan dalam Penghitungan IKK Tahun 2010 No. Jenis Barang Kualitas Barang Satuan (1) (2) (3) (4) 1 Pasir Pasir Pasang m 3 Pasir Cor/Beton m 3 Pasir Urug m 3 2 Batu Pondasi Batu Kali m 3 Batu Gunung m 3 Batu Belah m 3 Lainnya. (sebutkan) m 3 3 Batu Bata Batu Bata Merah Biasa ( 60 buah/m 2 ) 100 buah Lainnya Batu Bata Merah Biasa ( 60 buah/m 2 ) 100 buah 4 Batako Biasa 100 buah Lainnya. (sebutkan) 100 buah 5 Batu Split Ukuran 1-2 cm m 3 Ukuran 2-3 cm m 3 Lainnya. (sebutkan) m 3 6 Semen Abu-abu Tiga Roda 50 kg zak Padang 50 kg Gresik 50 kg Tonasa 50 kg Kupang 50 kg Holcim 50 kg Lainnya. (sebutkan) zak zak zak zak zak zak 7 Keramik Putih Polos Mulia (30 x 30) cm m 2 Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

25 Kualitas 1 (KW-1) KIA (30 x 30) cm m 2 Asiatile (30 x 30) cm m 2 Diamond (30 x 30) cm m 2 Arwana (30 x 30) cm m 2 Accura (20 x 20) cm m 2 Impresso (30 x 30) cm m 2 Hercules (30 x 30) cm m 2 Asahi (30 x 30) cm m 2 Masterina (30 x 30) cm m 2 Accura (30 x 30) cm m 2 Lainnya ikad m 2 8 Kayu Papan Kamper ( 2cm x 20cm x 4m ) m 3 Meranti ( 2cm x 20cm x 4m ) m 3 Lainnya. (sebutkan) m 3 9 Kayu Balok Kamper ( 6 cm x 12cm x 4m ) m 3 Meranti ( 6 cm x 12cm x 4m ) m 3 Lainnya. (sebutkan) m 3 10 Kayu Lapis Ukuran ( 0,3 x 122 x 244 ) cm lembar Ukuran ( 0,5 x 122 x 244 ) cm Ukuran ( 0,6 x 122 x 244 ) cm Lainnya. (sebutkan) lembar lembar lembar 11 Cat Tembok Vinilex 5 kg kaleng Catylac 5 kg Metrolite 5 kg Aries 5 kg Belmas 5 kg Maritex 5 kg Matex 5 kg Avian 5 kg kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

26 Vinilex 25 kg Catylac 25 kg Metrolite 25 kg Aries 25 kg Belmas 25 kg Maritex 25 kg Matex 25 kg Avian 25 kg Lainnya Evalux 5 kg Lainnya Viotex 5 kg Lainnya Polemix 5 kg kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng 12 Cat Kayu/besi Glotex 1 kg kaleng Avian 1 kg Altex 1 kg Emco 1 kg Lainnya Ultra Tex 1 kg Lainnya Sendai 1 kg Lainnya Kuda Terbang 1 kg kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng kaleng 13 Besi Beton (Full) Ukuran Ф 6 mm Panjang 12 m batang Ukuran Ф 8 mm Panjang 12 m Ukuran Ф 6 mm Panjang 12 m batang kg Ukuran Ф 8 mm Panjang 12 m Lainnya. (sebutkan) kg batang/kg *) 14 Seng Plat Ukuran ( 0,02 x 90 ) cm m Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm Ukuran ( 0,02 x 90 ) cm Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm m kaki kaki Lainnya. (sebutkan) m/kaki *) 15 Seng Gelombang Ukuran ( 0,02 x 90 x 180 ) cm lembar Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

27 Ukuran ( 0,03 x 90 x 180 ) cm Lainnya. (sebutkan) lembar lembar 16 Kaca Bening Mulia tebal 3 mm m 2 Asahi tebal 3 mm m 2 Mulia tebal 5 mm m 2 Asahi tebal 5 mm m 2 Lainnya. (sebutkan) m 2 17 Pipa PVC Merk Maspion, kw D, Ф 4" panjang 4 m batang Merk Wavin, kw D, Ф 4" panjang 4 m Merk Vinilon, kw D, Ф 4" panjang 4 m Merk Winlon, kw D, Ф 4" panjang 4 m Merk Maspion, kw AW, Ф 4" panjang 4 m Merk Wavin, kw AW, Ф 4" panjang 4 m Merk Vinilon, kw AW, Ф 4" panjang 4 m Merk Winlon, kw AW, Ф 4" panjang 4 m Lainnya. (sebutkan) batang batang batang batang batang batang batang batang 18 Aspal Aspal Curah Grade 60/70 Lokal ton Aspal Drum Grade 60/70 (155 kg) Lokal Aspal Curah Grade 60/70 Impor Aspal Drum Grade 60/70 (155 kg) Impor Lainnya. (sebutkan) drum ton drum 19 Sewa Excavator HP unit/jam Lainnya. (sebutkan) unit/jam 20 Sewa Buldozer HP unit/jam Lainnya. (sebutkan) unit/jam 21 Sewa Three Wheel Roller 8-10 ton unit/jam Lainnya. (sebutkan) unit/jam 22 Sewa Dump Truck 8-10 ton unit/jam Lainnya. (sebutkan) unit/jam Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

28 2.3.2 Diagram Timbang atau Bobot Diagram Timbang (DT) atau bobot terdiri dari DT kelompok jenis bangunan dan DT umum. DT kelompok jenis bangunan digunakan untuk menghitung Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) kabupaten/kota yang disusun berdasarkan besarnya volume masing-masing jenis bahan bangunan untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas. Sementara itu, Diagram Timbang Umum digunakan untuk menghitung Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Umum, disusun berdasarkan perkiraan persentase pengeluaran untuk pembangunan fisik yang ada di masing-masing kabupaten/kota dan dirinci menurut 3(tiga) kelompok jenis bangunan/konstruksi. a. Diagram Timbang Kelompok Jenis Bangunan Diagram timbang kelompok jenis bangunan disusun berdasarkan data kuantitas atau volume barang-barang konstruksi termasuk sewa alat yang dibutuhkan atau digunakan untuk membangun 1 (satu) unit jenis bangunan. Jenis bangunan yang dimaksud terdiri dari 3 (tiga) kelompok jenis bangunan, yaitu: i. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; ii. Jalan, jembatan dan pelabuhan; iii. Bangunan lainnya. Data kuantitas atau volume barang-barang konstruksi dan sewa alat berat tersebut diperoleh melalui kegiatan yang disebut Studi Tingkat Kemahalan Konstruksi. Kegiatan studi ini dilakukan di 20 (dua puluh) kabupaten/kota terpilih yang menyebar di 10 (sepuluh) provinsi yang dilaksanakan pada bulan April 2003 dan April Kabupaten/kota tersebut dipilih berdasarkan letak dan kondisi geografis dan struktur tanah yang berbeda sehingga data yang diperoleh dapat mewakili keseluruhan kondisi kabupaten/kota di Indonesia Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

29 Dalam menyusun diagram timbang kelompok jenis bangunan, selain data hasil studi, ditunjang pula dengan data table Input-Output dan data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Departemen Kimpraswil. Data diagram timbang kelompok jenis bangunan ini, dari tahun ke tahun selalu di up-date berdasarkan perkembangan data penunjang. Dengan asumsi bahwa penggunan (kuantitas/volume)barang untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas di masing-masing kabupaten/kota adalah sama, maka diagram timbang kelompok jenis bangunan yang digunakan pun sama untuk seluruh kabupaten/kota. b. Diagram Timbang Umum Diagram timbang umum disusun berdasarkan data realisasi APBD masing-masing Pemerintah kabupaten/kota yang dikeluarkan untuk pembangunan fisik, seperti pembangunan gedung kantor, rumah dinas, jalan, jembatan, lapangan olah raga dan lain-lain. Nilai pengeluaran tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan kelompok jenis bangunannya, lalu dibuat perkiraan persentase total pengeluaran masingmasing kelompok jenis bangunan tersebut terhadap total seluruh pengeluaran. Data persentase perkiraan pengeluaran masing-masing kelompok tersebut sudah dikumpulkan sejak triwulan I tahun 2004 sampai triwulan III tahun Untuk penghitungan IKK 2010 menggunakan rata-rata diagram timbang tahun 2004 sampai dengan Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

30 2.3.3 Formula Penghitungan a. Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan Kabupaten/Kota (TKK kj ) TKK kj = 21 i 1 H. Q i ij i = jenis barang /bahan bangunan dan sewa alat berat j = kelompok jenis bangunan (j=1,2,3) k = kabupaten/kota H i = harga jenis barang/bahan bangunan i Q ij = kuantitas/volume bahan bangunan I kelompok jenis bangunan j = diagram timbang kelompok jenis bangunan. b. Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan Rata-rata Nasional (TKK nj ) TKK nj = 491 k 1 TKK kj 491 k= kabupaten/kota (1,2,3,,491) c. Indeks Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan Kabupaten/Kota (IKK kj ) TKK kj IKK kj = x100 TKK nj Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

31 d. Indeks Kemahalan Konstruksi Umum Kabupaten/Kota (IKK uk ) IKK uk = 3 j 1 IKK kj. Q j Q j = diagram timbang IKK umum kabupaten/kota Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

32

33 III. ULASAN SINGKAT 3.1. Gambaran Umum Otonomi daerah yang mulai bergulir pada tahun 2001, secara perlahan telah memunculkan provinsi dan kabupaten/kota baru. Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu daerah yang terbentuk sebagai hasil dari pemekaran Kabupaten Pidie berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 dengan luas wilayah sebesar 1.073,6 KM2. Pada awal pencanangannya, pemekaran suatu wilayah administratif diharapkan menjadi jembatan pemerataan pembangunan dan upaya agar pelayanan lebih dekat dengan masyarakat. Permasalahan akan timbul ketika dihadapkan pada masalah finansial di daerah pemekaran karena tidak semua daerah mempunyai kemampuan yang sama dalam membiayai pembangunan di daerahnya. Hal itulah yang kemudian memunculkan adanya Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai perimbangan keuangan untuk pembangunan di daerah. Dalam pengalokasian DAU maupun DAK diperlukan berbagai indikator agar alokasinya proporsional. Oleh karena itu, dalam pengalokasiannya telah mengakomodir berbagai ukuran yang sekiranya dapat mewakili proporsionalitas besaran DAU dan DAK ke daerah. Ukuran-ukuran tersebut antara lain adalah Jumlah Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Membahas ukuran IKK suatu daerah secara langsung dapat menggambarkan tingkat kemahalan barang-barang konstruksi yang akan digunakan dalam berbagai proyek prasarana fisik yang dilakukan di daerah tersebut. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

34 Pada awal era pembangunannya, Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang paling dominan di Kabupaten Pidie Jaya. Tercatat, tahun 2007 distribusi persentase Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pidie Jaya sebesar 64,46 persen. Namun Sektor ini distribusi persentasenya semakin turun. Tahun 2008 distribusinya sebesar 63,78 persen dan tahun 2009 sebesar 62,05 persen. Di sisi lain, sektor lainnya menunjukkan adanya kenaikan distribusi persentase terhadap PDRB. Sektor Perdagangan dan Sektor Konstruksi menunjukkan kenaikan kontribusi terhadap PDRB yang semakin meningkat dalam dua tahun terakhir. Tabel 3.1. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) No Lapangan Usaha * 2009** (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 64,46 63,78 62,05 2. Pertambangan dan Penggalian 0,74 0,71 0,66 3. Industri Pengolahan 4,20 4,00 3,78 4. Listrik dan Air Minum 0,30 0,36 0,41 5. Bangunan dan Konstruksi 3,90 4,26 4,88 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,01 8,49 9,04 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,97 4,37 4,69 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,53 1,53 1,65 9. Jasa-jasa 12,89 12,49 12,85 Apabila dilihat dari sisi laju pertumbuhan, beberapa sektor menunjukkan pertumbuhan yang positif dan kecenderungan meningkat tiap tahunnya. Seperti pada Sektor Konstruksi, tahun 2008, laju pertumbuhannya sebesar 10,51 persen dan angka ini naik menjadi 15,75 persen pada tahun 2009 meskipun angka ini masih dibawah laju pertumbuhan beberapa sektor yang lain. Hal ini semakin mempertegas Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

35 bahwa sektor konstruksi semakin mempunyai peranan dalam pembangunan di Kabupaten Pidie Jaya. Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (persen) No Lapangan Usaha * 2009** (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 1,94 1,76 2,11 2. Pertambangan dan Penggalian 6,13 6,25 6,60 3. Industri Pengolahan 2,73 0,88 1,61 4. Listrik dan Air Minum 55,66 23,90 19,76 5. Bangunan dan Konstruksi 18,18 10,51 15,75 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 26,99 21,71 17,75 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,34 6,79 10,55 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,81 5,20 5,82 9. Jasa-jasa 5,31 8,96 12,94 Sumber: BPS Kabupaten Pidie Jaya Keberadaan sektor pertanian yang masih menjadi pilar perekonomian serta target pembangunan pada berbagai sektor memerlukan dukungan berbagai infrastruktur yang memadai. Sebagai Kabupaten yang masih baru, dalam perjalanannya masih dihadapkan pada berbagai kendala. Sampai saat ini pembangunan di kabupaten Pidie Jaya masih dihadapkan pada persoalan berbagai fasilitas infrastruktur seperti jalan, jembatan, irigasi dan lain-lain yang mendukung pembangunan di berbagai sektor. Infrastruktur yang belum optimal seperti rusaknya beberapa bagian jalan dapat menjadi salah satu penghambat kemajuan di daerah ini. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

36 Persentase Berdasarkan data dari Dinas Kimpraswil Kabupaten Pidie Jaya, angka kondisi panjang jalan tahun 2009 menunjukan bahwa dari 398,3 km, 22,17 persen jalan dalam keadaan baik; 13,27 persen dalam keadaan sedang; 18,58 persen dalam keadaan rusak dan 45,98 persen dalam keadaan rusak berat. Gambar 3.1. Persentase Panjang Jalan Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kondisi Jalan Tahun 2009 (persen) 50,00 45, ,00 35,00 30,00 25,00 20, , ,00 5,00 0,00 Baik Sedang Rusak Rusak Berat Sumber: BPS Kabupaten Pidie Jaya Kondisi Jalan Selanjutnya dari 398,3 km tersebut, 22,17 persen sudah dalam kondisi beraspal; 31,85 persen adalah jalan kerikil dan sisanya sebesar 45,98 persen masih berupa jalan tanah. Dua fakta di atas menunjukkan bahwa sampai saat ini pembangunan yang sedang berjalan baik masih menemui kendala. Oleh karena itu pembangunan dan perbaikan infrastruktur seperti salah satunya jalan menjadi sebuah program yang harus lebih diutamakan untuk memudahkan akses penduduk dalam kegiatan ekonominya. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

37 3.2 Peranan Sektor Konstruksi Pembangunan merupakan serangkaian usaha dan kebijaksanaan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan distribusi pendapatan dan meningkatkan hubungan ekonomi regional. Salah satu sektor yang berperan penting dan erat kaitannya dengan pembangunan adalah sektor konstruksi. Apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan maraknya pembangunan sarana dan prasarana, sepertinya sektor konstruksi akan terus mengalami pertumbuhan. Demikian juga jika dilihat dari Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Sektor Konstruksi di Indonesia sejak triwulan II tahun 2007 mengalami pertumbuhan yang signifikan. Artinya dalam beberapa tahun ke depan sektor konstruksi dapat menjadi ladang investasi yang potensial. Dari sisi pertumbuhan PDRB, dalam beberapa tahun ini, output sektor konstruksi senantiasa mengalami pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2008 pertumbuhan sektor konstruksi mencapai angka 10,51 persen dan meningkat pada tahun berikutnya menjadi 15,75 persen. Kontribusi sektor konstruksi terhadap Produk Domestik Regional Bruto dalam kurun waktu selalu mengalami peningkatan. Tahun 2004 kontribusi terhadap PDRB sebesar 3,44 persen dan naik menjadi sebesar 3,68 persen pada tahun Tahun 2006 kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 3,83 persen. Kontribusi ini terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya dan pada tahun 2009 kontribusi sektor ini mencapai 4,88 persen terhadap PDRB. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun ini, Sektor Konstruksi di Kabupaten Pidie Jaya telah berkembang dan menjadi sektor yang potensial serta berperan penting dalam pembangunan di Kabupaten Pidie Jaya. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

38 Kontribusi (%) Gambar 3.2. Kontribusi Sektor Konstruksi terhadap Total PDRB adhb Kabupaten Pidie Jaya Tahun (persen) 6 5 4,88 4 3,44 3,68 3,83 3,90 4, Sumber: BPS Kabupaten Pidie Jaya 3.3 Indeks Kemahalan Konstruksi Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) sebagai salah satu indikator yang digunakan dalam penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) memegang peranan yang sangat penting karena indikator tersebut secara tidak langsung dapat menggambarkan tingkat kemahalan barang-barang konstruksi di Kabupaten/Kota yang akan digunakan dalam berbagai proyek prasarana fisik. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat angka IKK Kabupaten Pidie Jaya dibandingkan dengan tiga kabupaten/kota lain di Provinsi Aceh. Angka IKK adalah jenis indeks spasial yang menunjukkan perbandingan antara dua atau beberapa wilayah dalam satu kurun waktu. Sehingga Angka IKK tidak dapat membandingkan antara dua atau beberapa kurun waktu. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

39 Tabel 3.3. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Beberapa Kabupaten/kota Provinsi Aceh Tahun No. Kabupaten/kota Indeks Kemahalan Konstruksi (1) (2) (3) (4) 1. Pidie 209,06 87,96 2. Pidie Jaya 209,37 88,72 3. Bireuen 216,62 93,43 4. Banda Aceh 208,61 86,66 Secara umum pada tahun 2009, IKK Kabupaten Pidie Jaya yakni sebesar 209,37 sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan IKK Kabupaten Pidie dengan IKK sebesar 209,06 dan Kota Banda Aceh dengan IKK sebesar 208,61. Namun IKK Pidie Jaya ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan IKK Kabupaten Bireuen yang mencapai 216,62. Secara implisit hal ini menggambarkan bahwa secara umum harga barangbarang konstruksi yang dibutuhkan untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas di Kabupaten Pidie Jaya lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Kabupaten Pidie dan Kota Banda Aceh, namun lebih rendah/lebih murah apabila dibandingkan dengan Kabupaten Bireuen. Hal ini tentunya menjadi modal bagi pemerintah daerah dalam hal perencanaan pembangunan sarana dan prasarana fisik, bagi usaha sektor perdagangan bahan konstruksi serta bagi para pelaku usaha sektor konstruksi di Kabupaten Pidie Jaya. Hal yang sama masih terjadi pada tahun 2009, dimana IKK Pidie Jaya sebesar 88,72 masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan IKK Kabupaten Pidie sebesar 87,96 dan IKK Kota Banda Aceh yang sebesar Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

40 86,66. Artinya pada tahun 2009, secara umum biaya yang diperlukan untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas di Kabupaten Pidie Jaya kondisinya tidak berubah yaitu masih lebih tinggi/lebih mahal bila dibandingkan dengan di Kabupaten Pidie dan Kota Banda Aceh. Selanjutnya apabila dibandingkan dengan Kabupaten Bireuen sama seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2009 IKK Pidie Jaya masih lebih rendah. Gambar 3.3. Perbandingan IKK Beberapa Kabupaten/Kota Tahun B.Aceh 2009 Bireuen Pidie Jaya Pidie Dari gambar di atas, secara umum dari empat kabupaten/kota itu tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal tingkat kemahalan konstruksinya. Hal ini memang wajar karena ke empat daerah ini secara geografis sama-sama terletak di wilayah pantai timur dimana dukungan sarana dan prasarana jalan yang sangat memadai dalam memperlancar arus barang dan jasa yang berdasarkan hasil survei, secara umum barangbarang yang masuk ke empat wilayah ini berasal dari Wilayah Sumatera Utara terutama Medan. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

41 Tabel 3.4. Rata-rata Harga Barang Konstruksi di Beberapa Kabupaten/Kota Tahun 2010 Kabupaten/Kota No. Jenis Barang Satuan Pidie Pidie Jaya Bireuen Banda Aceh (1) (2) (3) 1. Pipa PVC Wavin 4 4m Kw AW lembar Semen Padang 50 Kg Sak Keramik Mulia (30x30cm) M Batu Bata Biasa (60 bh/m2) 100 buah Sewa Dump Truck 8-10 Ton Unit/jam Seng Plat Uk. 0,03x90 cm m Cat Tembok Vinilex 5 KG Kaleng Banyak faktor yang mempengaruhi harga barang dan jasa di suatu wilayah. Selain sisi permintaan dan penawaran, juga terdapat faktor lain seperti jumlah pedagang besar di suatu kota, kondisi jalan yang mempengaruhi jalur distribusi, jarak ke tempat asal barang dan lain-lain. Berdasarkan Tabel di atas, kecenderungan harga berbeda sesuai dengan jenis barangnya. Namun varians dari harga ke tujuh komoditi di atas di Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

42 empat kabupaten/kota masih relatif kecil dan cenderung homogen. IKK yang secara tidak langsung menggambarkan perbandingan tingkat kemahalan konstruksi antar wilayah adalah agregat dari disparitas harga yang terjadi antar wilayah. Agregat perbedaan itulah yang kemudian membentuk perbedaan tingkat kemahalan antar wilayah. Secara kasat mata, harga yang tinggi pada suatu komoditas tidak otomatis menyebabkan IKK tinggi karena selain harga yang dicatat adalah harga agregat, juga terdapat unsur lain yang masuk dalam penghitungan IKK seperti diagram timbang umum konstruksi masing-masing kabupaten/kota yang merupakan cerminan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membiayai berbagai proyek prasarana fisik di masing-masing kabupaten/kota. Sebagai contoh, berdasarkan tabel di atas, secara umum harga barang-barang konstruksi di Kota Banda Aceh cenderung lebih tinggi atau sama dengan harga barang-barang konstruksi di Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Bireuen. Namun bila dilihat dari IKK-nya, Kota Banda Aceh memiliki angka IKK lebih rendah bila dibandingkan dengan tiga kabupaten/kota yang lain. Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

43

44 Lampiran 1. R A H A S I A REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI HARGA PERDAGANGAN BESAR BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI BLOK I : KETERANGAN TEMPAT 1. Provinsi 2. Nama Perusahaan 3. Alamat Perusahaan Kode Pos :..... Tel : ( ).Fax : ( ) Kategori Responden 1. Produsen 2. Pedagang Besar/Distributor 3. Pedagang Campuran 4. Importir 5. Lainnya (sebutkan) 5. Bulan dan Tahun Pencacahan.. BLOK II : KETERANGAN PENCACAHAN 1. Nama Pencacah 5. Nama Pemeriksa 2. N I P 6. N I P 3. Tanggal Pencacahan 7. Tanggal Pemeriksaan 4. Tanda tangan 8. Tanda tangan P E R H A T I A N 1. Survei Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi ini semata-mata hanya untuk keperluan Statistik, dan datanya akan disajikan dalam bentuk agregat. 2. Tujuan Survei ini adalah : a. Mendapatkan data Statistik Harga Perdagangan Besar bahan bangunan/konstruksi yang dapat dipercaya dan tepat waktu untuk mengetahui perkembangan harga antar waktu. b. Untuk bahan penghitungan Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi (IHPB Konstruksi) 3. Dalam pengumpulan data harga perdagangan besar konstruksi ini, responden tidak dikenai biaya apapun. 4. Responden dalam survei ini wajib memberikan keterangan sesuai dengan isian daftar pertanyaan dan kerahasiaan keterangan tersebut dijamin oleh Undang Undang Statistik No.16 tahun Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

45 SURVEI HARGA PERDAGANGAN BESAR BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI DAN SEWA ALAT BERAT DALAM RANGKA PENGHITUNGAN IKK 2010 Propinsi Kabupaten/Kota Tanggal Pencacahan :.. :.. :.. No. Jenis Barang Kualitas Barang Satuan Harga per satuan/unit Asal Barang (Rp) Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pasir Pasir Pasang m 3 Pasir Cor/Beton m 3 Pasir Urug m 3 2 Batu Pondasi Batu Kali m 3 Batu Gunung m 3 Batu Belah m 3 Lainnya. (sebutkan) m 3 3 Batu Bata Batu Bata Merah Biasa ( 60 buah/m 2 ) 100 buah Lainnya. (sebutkan) 100 buah 4 Batako Biasa 100 buah Lainnya. (sebutkan) 100 buah 5 Batu Split Ukuran 1-2 cm m 3 Ukuran 2-3 cm m 3 Lainnya. (sebutkan) m 3 6 Semen Abu-abu Tiga Roda 50 kg zak Padang 50 kg Gresik 50 kg Tonasa 50 kg Kupang 50 kg Holcim 50 kg Lainnya. (sebutkan) zak zak zak zak zak zak 7 Keramik Putih Polos Mulia (30 x 30) cm m 2 Kualitas 1 (KW-1) KIA (30 x 30) cm m 2 Asiatile (30 x 30) cm m 2 Diamond (30 x 30) cm m 2 Arwana (30 x 30) cm m 2 Accura (30 x 30) cm m 2 Impresso (30 x 30) cm m 2 Hercules (30 x 30) cm m 2 Asahi (30 x 30) cm m 2 Masterina (30 x 30) cm m 2 Accura (30 x 30) cm m 2 Lainnya. (sebutkan) m 2 8 Kayu Papan Kamper ( 2cm x 20cm x 4m ) m 3 Meranti ( 2cm x 20cm x 4m ) m 3 Lainnya. (sebutkan) m 3 9 Kayu Balok Kamper ( 6 cm x 12cm x 4m ) m 3 Meranti ( 6 cm x 12cm x 4m ) m 3 Lainnya. (sebutkan) m 3 10 Kayu Lapis Ukuran ( 0,3 x 122 x 244 ) cm lembar Ukuran ( 0,5 x 122 x 244 ) cm lembar Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

46 U k u r a n ( 0, 6 x x ) c m l e m b a r L a i n n y a. ( s e b u t k a n ) l e m b a r 11 C a t T e m b o k V i n i l e x 5 k g k a l e n g C a t y l a c 5 k g k a l e n g M e t r o l i t e 5 k g k a l e n g A r i e s 5 k g k a l e n g B e l m a s 5 k g k a l e n g M a r i t e x 5 k g k a l e n g M a t e x 5 k g k a l e n g A v i a n 5 k g k a l e n g V i n i l e x 2 5 k g k a l e n g C a t y l a c 2 5 k g k a l e n g M e t r o l i t e 2 5 k g k a l e n g A r i e s 2 5 k g k a l e n g B e l m a s 2 5 k g k a l e n g M a r i t e x 2 5 k g k a l e n g M a t e x 2 5 k g k a l e n g A v i a n 2 5 k g k a l e n g L a i n n y a. ( s e b u t k a n ) k a l e n g 12 C a t K a y u / b e s i G l o t e x 1 k g k a l e n g A v i a n 1 k g k a l e n g A l t e x 1 k g k a l e n g E m c o 1 k g k a l e n g L a i n n y a. ( s e b u t k a n ) k a l e n g 13 B e s i B e t o n ( F u l l ) U k u r a n Ф 6 m m P a n j a n g 1 2 m b a t a n g U k u r a n Ф 8 m m P a n j a n g 1 2 m b a t a n g U k u r a n Ф 6 m m P a n j a n g 1 2 m kg U k u r a n Ф 8 m m P a n j a n g 1 2 m kg L a i n n y a. ( s e b u t k a n ) b a t a n g / k g * ) 14 S e n g P l a t U k u r a n ( 0, 0 2 x 9 0 ) c m m U k u r a n ( 0, 0 3 x 9 0 ) c m m U k u r a n ( 0, 0 2 x 9 0 ) c m k a k i U k u r a n ( 0, 0 3 x 9 0 ) c m k a k i L a i n n y a. ( s e b u t k a n ) m / k a k i * ) 15 S e n g G e l o m b a n g U k u r a n ( 0, 0 2 x 9 0 x ) c m l e m b a r U k u r a n ( 0, 0 3 x 9 0 x ) c m l e m b a r L a i n n y a. ( s e b u t k a n ) l e m b a r 16 K a c a B e n i n g M u l i a t e b a l 3 m m m 2 A s a h i t e b a l 3 m m m 2 M u l i a t e b a l 5 m m m 2 A s a h i t e b a l 5 m m m 2 L a i n n y a. ( s e b u t k a n ) m 2 17 P i p a P V C M e r k M a s p i o n, k w D, Ф 4 " p a n j a n g 4 m b a t a n g M e r k W a v i n, k w D, Ф 4 " p a n j a n g 4 m b a t a n g M e r k V i n i l o n, k w D, Ф 4 " p a n j a n g 4 m b a t a n g M e r k W i n l o n, k w D, Ф 4 " p a n j a n g 4 m b a t a n g Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Pidie Jaya Tahun

DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012

DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012 DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 44 halaman + v halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2013

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2013 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2013 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 37 halaman + v halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten

Lebih terperinci

WEJANGAN STATISTIK. Copyright BPS Kabupaten Pakpak Bharat

WEJANGAN STATISTIK. Copyright BPS Kabupaten Pakpak Bharat WEJANGAN STATISTIK 1. Membangun itu sulit, tetapi jauh lebih sulit melaksanakan pembangunan tanpa dukungan data statistik. 2. Data yang baik, akurat, bebas bias, dan terpercaya, adalah data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014 Katalog BPS : 7312.1118 Ukuran Buku : 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 38 halaman + iv halaman Naskah: BPS Kabupaten Pidie Jaya Editor: BPS Kabupaten

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunianya pubikasi Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Jayapura

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU

ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU 2015 PEMERINTAH KOTA PEKANBARU BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH JALAN JENDERAL SUDIRMAN NO. TELEPON 35842 21204 FAX. 44787 PEKANBARU KATA SAMBUTAN

Lebih terperinci

Rata-Rata Harga Perdagangan Bahan Bangunan/Konstruksi Kabupaten Semarang Tahun 2009

Rata-Rata Harga Perdagangan Bahan Bangunan/Konstruksi Kabupaten Semarang Tahun 2009 Rata-Rata Harga Perdagangan Bahan Bangunan/Konstruksi Kabupaten Semarang Tahun 2009 No. Katalog : 7302.3322 Ukuran Buku : 8,5 In x 11 In Jumlah Halaman : 70 halaman Naskah: Seksi Distribusi Gambar Kulit:

Lebih terperinci

HARGA PERDAGANGAN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI

HARGA PERDAGANGAN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI RATA-RATA HARGA PERDAGANGAN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 No. Katalog : 7303.3322 No. Publikasi : 33224.10.02 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 5,83 inci x 8,27 inci :74 halaman Naskah

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Penyunting Gambar Kulit Diterbitkan Oleh : 21 cm x 15 cm : x + 88 Halaman

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA 2010 KATA PENGANTAR Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) tahun 2010 merupakan salah satu variable yang digunakan dalam penghitungan Dana Alokasi Umum

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Sejak diterapkan penghitungan DAU berdasarkan formula yang dimulai sejak 2002, Badan Pusat Statistik menyiapkan data yang akan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI. KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN

DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI. KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN Dengan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI PROVINSI PAPUA BARAT 2016 ISSN : - No. Katalog : 7102025. 91 No. Publikasi : 91540. 1701 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,0 cm x 29,7 cm : vi + 50 Halaman Penyunting : BPS Provinsi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 s. bp uk ab. am uj m :// ht tp id go. STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 ISSN : - No. Publikasi : 76044.1502 Katalog BPS : 830.1002.7604 Ukuran Buku : 18 cm x 24 cm Jumlah Halaman : v + 26 Halaman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013 Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Kaur 2013 Halaman i INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI(IKK) KABUPATEN KAUR 2013 Nomor Publikasi : 1704.1336 Katalog BPS :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah pasal 1 angka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Blora 2015 KATA PENGANTAR

Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Blora 2015 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan kemampuan kita dalam menyusun kajian Indeks Kemahalan Konsumen (IKK) Kabupaten Blora Tahun 2015. Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 - 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 30/05/Th. XIV, 2 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR APRIL HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada Bulan April Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI LAMPIRAN 24 DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 2 TAHUN 2011 KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 10 TAHUN 2013 Kode Subbid Sub-bidang, bagian Sub-bidang kode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Judul Buku : Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman : v + 44 hal Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Gambar Kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan disahkannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan direvisi menjadi Undang-undang No. 32 tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 71/11/Th. XIV, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR NAIK 0,20 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI LAMPIRAN 24 DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 2 TAHUN 2011 KLASIFIKASI PERATURAN LPJK NOMOR 10 TAHUN 2013 Kode Subbid Sub-bidang, bagian Sub-bidang kode

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI Page 1 of 5 www.sertifikasi.biz DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI L ampiran Peraturan LPJK Nomor 2 Tahun 2014 A. KLASIFIKASI USAHA BERSIFAT UMUM Sub-bidang, bagian Sub-bidang

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN MODEL HST BGN. V.1. Harga Satuan Tertinggi yang dikeluarkan Pemda Tingkat II

BAB V PENGUJIAN MODEL HST BGN. V.1. Harga Satuan Tertinggi yang dikeluarkan Pemda Tingkat II 72 BAB V PENGUJIAN MODEL HST BGN V.1. Harga Satuan Tertinggi yang dikeluarkan Pemda Tingkat II Kepmen Kimpraswil No. 332/KPTS/M/2002 menetapkan adanya standar harga satuan tertinggi untuk bangunan gedung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 24/04/Th. XIII, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR FEBRUARI HARGA GROSIR NAIK 0,04 PERSEN, HARGA GROSIR BAHAN BAKU NAIK 0,05 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB MEKAR AGUNG Alamat :JL. GODEAN KM 17

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB MEKAR AGUNG Alamat :JL. GODEAN KM 17 DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB MEKAR AGUNG Alamat :JL. GODEAN KM 17 NAMA BAHAN A. BAHAN BESI JENIS / MERK UKURAN SATUAN Harga co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 44/07/Th. XIII, 1 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI HARGA GROSIR NAIK 0,72 PERSEN Pada bulan Juni Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/12/Th. XIII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,36 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

R E K A P I T U L A S I BILL OF QUANTITY (BOQ)

R E K A P I T U L A S I BILL OF QUANTITY (BOQ) R E K A P I T U L A S I BILL OF QUANTITY (BOQ) PEKERJAAN KECAMATAN BALAESANG TAHUN ANGGARAN : 2012 NO. URAIAN PEKERJAAN JUMLAH HARGA ( Rp) I. PEKERJAAN PERSIAPAN 750,000.00 II. III. IV. PEKERJAAN JEMBATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku walaupun terjadi secara berlanjut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku walaupun terjadi secara berlanjut dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi menggambarkan tentang kenaikan rill dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Gambar Kulit : BPS Kabupaten Pulau Morotai KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG Katalog BPS : 7102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG No. Katalog : 7102004.3322 No. Publikasi : 33224.13.04 Ukuran Buku : 5,83 inci x 8,27 inci Jumlah

Lebih terperinci

BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SKTh 2012 SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN Provinsi : 2. Kabupaten / Kota 2) : 3. Kecamatan : 4. Desa / Kelurahan 2) : 2) 5. No.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko : Mandiri Alamat : Karanggmojo NAMA BAHAN A. BAHAN BESI DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN JENIS / MERK UKURAN SATUAN bulan co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm, kayu 8/10,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT 5.1. Peran Infrastruktur dalam Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SKTh 2012 SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN 1. Provinsi : 2. Kabupaten / Kota 2) : 3. Kecamatan : 4. Desa / Kelurahan 2) : 5. No.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 70/11/Th. XIII, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR NAIK 0,17 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB HENI JAYA Alamat :JL. MAGELANG KM 16.5

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB HENI JAYA Alamat :JL. MAGELANG KM 16.5 DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko :TB HENI JAYA Alamat :JL. MAGELANG KM 16.5 NAMA BAHAN A. BAHAN BESI JENIS / MERK UKURAN SATUAN co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm, kayu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SORONG INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2013 Katalog BPS/ BPS Catalogu : 7102013.9109

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko : TB Maju Bangun Alamat : Lendah NAMA BAHAN A. BAHAN BESI BESI Beton Polos JENIS / MERK UKURAN SATUAN Harga co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co : besi 12 mm, kayu 8/10, dll Kurus

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN SKTH 2015 KIP 1) : F BLOK I KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN 1 Provinsi : 2 Kabupaten / Kota 2) : 3 Kecamatan : 4 Desa / Kelurahan 2) : 5 No Blok

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN

DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN Nama Toko : Barokah Putu Jaya Alamat : Pathuk NAMA BAHAN A. BAHAN BESI BESI Beton Polos DAFTAR HARGA BARANG BANGUNAN JENIS / MERK UKURAN SATUAN harga co : besi KS, semen Gresik, lampu Phillips, dll co

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR DESEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,68 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.

Lebih terperinci