BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi ke-5. Kabupaten Brebes terletak disepanjang pantai utara Laut Jawa, merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah, memanjang keselatan berbatasan dengan wilayah Karesidenan Banyumas. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal, serta sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar wilayah kabupaten Brebes adalah dataran rendah, bagian barat daya adalah dataran tinggi dengan puncaknya Gunung Kumbang dan Gunung Pojoktiga sedangkan untuk bagian tenggaranya sendiri terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet. Kabupaten Brebes jika dilihat dari garis bujur dan garis lintang terletak di antara LS dan antara BT. Kabupaten Brebes mempunyai luas wilayah sebesar 1.662,96 km 2, terdiri dari 17 Kecamatan dan 297 desa/kelurahan. Menurut penggunaan tanah dibagi menjadi tanah sawah dan tanah bukan sawah. Berdasarkan Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) pada tahun 2014, luas tanah sawah sebesar 627,03 km 2 (37,70%) dan luas

2 67 tanah bukan sawah sebesar 1.035,93 km 2 (62,30%). Sebagian besar luas tanah sawah merupakan sawah berpengairan Ha (73,50%), baik merupakan irigasi terknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana maupun irigasi desa, sedangkan sisanya (26,50%) merupakan sawah tadah hujan. b. Kondisi Geografis Kabupaten Pemalang Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang secara astonomis terletak di antara LS dan BT. Kabupaten Pemalang sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan. Berdasarkan topografinya Kabupaten Pemalang terdiri atas: daerah dataran pantai, daerah dataran rendah, daerah dataran tinggi, dan daerah pegunungan. Kabupaten Pemalang dilalui sungai Waluh dan Comal, dan terdapat sumber mata air antara lain: Gung Agung, Telaga Gede, dan Asem. Kabupaten Pemalang mempunyai luas wilayah 1.115,30 km 2 yang terdiri atas lahan sawah yang luasnya 383,51 km 2 atau 34,39% dari total luas wilayah dan lahan bukan sawah yang luasnya 731,79 km 2 atau 65,61% dari total luas wilayah. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Pemalang terdiri atas: tanah alluvial, Regosil, dan Lestasol.

3 68 Tanah alluvial terutama terdapat pada daerah dataran rendah, tanah regosil yang terdiri atas batu-batuan pasir dan intermedier terdapat di daerah bukit sampai gunung, dan tanah lestasol yang terdiri dari batu bekuan pasir intermedier terdapat di daerah bukit sampai gunung. 2. Kondisi Demografi Demografi merupakan kondisi yang menggambarkan mengenai kependudukan antara lain: jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, ketenagakerjaan. a. Kabupaten Brebes Tabel 4.1. No. Tahun Penduduk Kabupaten Brebes Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Jenis Kelamin Lakilaki Perempuan Jumlah Pertumbuhan % (1) (2) (3) (4) (5) (6) , , , , ,49 Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015: 83) Tabel 4.1. menunjukan mengenai keadaan jumlah pen-duduk Kabupaten Brebes tahun berdasarkan jenis kelamin, dari data di atas pada pertumbuhan penduduk mengalami penurunan sebesar 0,60% dari tahun 2009 yang berjumlah jiwa. Pertumbuhan penduduk terjadi pada tahun tahun 2013 sebesar 0.92%

4 69 dari tahun Pertumbuhan penduduk terbesar berikutnya pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,49%. Tabel 4.2. menunjukan mengenai jumlah penduduk ber- dasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, dari tabel di atas kelompok umur yang paling banyak jumlah penduduknya pada umur yaitu berjumlah jiwa atau sebesar 9,56% dari total penduduk tahun Sedangkan yang paling sedikit terdapat dalam kelompok umur yaitu berjumlah jiwa atau sebesar 2,65 % dari total penduduk tahun Tabel 4.2. Penduduk Kabupaten Brebes Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 No. Umur Jenis Kelamin Laki-laki % Perempuan % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00

5 70 Jumlah/Total Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015:73) Secara umum, jika dilihat dari rentang usia jumlah penduduk terbanyak pada usia di bawah 60 tahun baik termasuk dalam usia produktif atau termasuk angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja yang merupakan generasi penerus dan berpotensi untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi. Tabel 4.3. Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Brebes Tahun No. Tahun Luas Wilayah km2 Jumlah Penduduk Tingkat Kepadatan Penduduk jiwa/km2 (1) (2) (3) (4) (5) , , , , , , , , , ,40 Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Tabel 4.3. menunjukan mengenai tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Brebes tahun , dari tabel di atas rata-rata kepadatan penduduk setiap km 2 adalah berjumlah 1.054,82 jiwa. Tahun 2014 tingkat kepadatan penduduk terbesar dari tahun sebelumnya pada tabel di atas yaitu berjumlah 1.066,40 jiwa/km 2.

6 71 Tabel 4.4. Jumlah Penduduk yang Sekolah berdasarkan Usia Tahun 2014 No. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) tahun tahun tahun Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Tabel 4.4 menunjukan bahwa jumlah penduduk yang sedang menjalankan pendidikan pada rentang usia sekolah 7 12 tahun adalah berjumlah jiwa. Usia 7 hingga 12 tahun adalah usia yang masuk kedalam pendidikan sekolah dasar (SD). Jumlah pendudukan dalam rentang usia tahun yang bersekolah berjumlah jiwa. Usia 13 hingga 15 tahun merupakan usia yang masuk dalam tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jumlah penduduk dalam rentang usia tahun yang bersekolah berjumlah jiwa. Usia 16 hingga 18 tahun merupakan usia yang masuk dalam tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Secara umum, setiap peningkatan rentang usia dan tingkat pendidikan di Kabupaten Brebes jumlah penduduk yang bersekolah semakin menurun. Peningkatan kesadaran untuk memperoleh pendidikan yang tinggi hasus semakin diupayakan di Kabupaten Brebes untuk me- ningkatkan kualitas SDM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

7 72 Tabel 4.5. Banyaknya Penduduk menurut Mata Pencaharian Kabupaten Brebes Tahun 2014 No. Mata Pencaharian Jumlah % (1) (2) (3) (4) 1 Petani/ Peternak ,15 2 Buruh Tani ,34 3 Nelayan ,62 4 Pengusaha ,87 5 Buruh Industri ,43 6 Buruh Bangunan ,65 No. Mata Pencaharian Jumlah % (1) (2) (3) (4) 9 PNS/ TNI/ Polisi ,53 10 Pensiunan ,65 11 Lain-lain ,79 Jumlah ,00 Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Tabel 4.5. menunjukan banyaknya penduduk berdasarkan mata pencahariannya, dari tabel di atas mata pencaharian yang terbanyak yaitu sebagai buruh tani yang mencapai 37,34% dari total penduduk bekerja di Kabupaten Brebes atau sebanyak jiwa. Sedangkan yang terendah sebagai pensiunan yaitu sebesar 0,65% dari total penududuk yang bekerja atau berjumlah jiwa. b. Kabupaten Pemalang Tabel 4.6. Penduduk Kabupaten Pemalang dan Sex Ratio berdasarkan Jenis Kelamin Tahun No. Tahun Jenis Kelamin Lakilaki Perempu an Jumlah Sex Ratio Pertumbuh an

8 73 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ,30 0, ,60 0, ,80 0, ,00 0, ,00 0,36 Sumber: diolah dari Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) Tabel 4.6. menunjukan jumlah penduduk Kabupaten Pemalang dari tahun 2010 hingga 2014, terlihat bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk Kabupaten Pemalang meningkat. Tahun 2012 pertumbuhan penduduk terbanyak sebesar 0,49% kemudian tahun 2014 sebesar 0,36%. Tabel 4.7. Penduduk Kabupaten Pemalang Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 No. Umur Lakilaki Jenis Kelamin % Perempuan % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,60

9 , , , , , , , , ,24 Jumlah/Total Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) Tabel 4.7. secara umum, jika dilihat dari rentang usia jumlah penduduk terbanyak pada usia di bawah 60 tahun baik termasuk dalam usia produktif atau termasuk angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja yang merupakan generasi penerus dan berpotensi untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi. Tabel 4.8. Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Pemalang Tahun No. Tahun Luas Wilayah km2 Jumlah Penduduk Tingkat Kepadatan Penduduk jiwa/km2 (1) (2) (3) (4) (5) , , , , , , , , , ,47 Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) Tabel 4.8. menunjukan mengenai tingkat kepadatan penduduk dari tahun 2010 hingga 2014, pada tahun 2014 merupakan tahun yang tingkat kepadatan penduduknya paling tinggi yaitu sebesar 1.151,47 jiwa/km 2. Tingkat kepadatan pen- duduk Kabupaten

10 75 Pemalang tiap tahunnya meningkat, pada tahun 2010 tingkat kepadatannya paling rendah yaitu sebesar 1.139,65 jiwa/km Kondisi Ekonomi Kabupaten Brebes dan Pemalang Kondisi perekonomian Kabupaten Brebes pada tahun 2014 melambat, hal tersebut ditunjukan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dalam laju PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga konstan. Berikut ini akan dipaparkan mengenai PDRB Kabupaten Brebes menurut lapangan usaha Tahun berdasarkan harga konstan tahun 2010: Tabel 4.9 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Brebes menurut Lapangan Usaha Tahun atas dasar harga konstan tahun 2010 (dalam jutaan rupiah) No. Kategori Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9,352, ,602, ,626, % B Pertambangan dan Penggalian 445, , , % C Industri Pengolahan 2,691, ,054, ,419, % D Pengadaan Listrik dan Gas 14, , , E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang % , , , % F Konstruksi 909, , ,014, %

11 76 7 G PB dan PE; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,178, ,406, ,629, % H Transportasi dan Pergudangan 625, , , I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum % , , ,090, % J Informasi dan Komunikasi 706, , , % K Jasa Keuangan dan Asuransi 394, , , % L Real Estate 274, , , % M,N Jasa Perusahaan 47, , , % No. Kategori Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 14 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 511, , , % P Jasa Pendidikan 744, , , % Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 152, , , % R,S,T,U Jasa lainnya 453, , , % PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 22,482, ,823, ,091, Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Dalam tabel 4.9 nilai dari PDRB 17 sektor atau lapangan usaha hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun dalam sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang yang mengalami penurunan pada tahun 2013 dan pada sektor Informasi dan

12 77 Komunikasi yang mengalami penurunan pada tahun Secara Umum di masing-masing sektor mengalami perkembangan positif. Kontribusi terbesar terhadap PDRB pada tahun 2012 adalah sektor pertanian yaitu sebesar 41,60 %, dan kontribusi terendah adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas yaitu sebesar 0,06%. Pada tahun 2013, sektor pertanian masih berkontribusi terbesar terhadap total PDRB yaitu sebesar 40,31%, kontribusi sektor pertanian berkurang meskipun trendnya positif. Sektor pengadaan listrik dan gas, serta sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang memberikan kontribusi terendah yaitu sebesar 0,07% terhadap total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten Brebes tahun Pada tahun 2014, kontribusi terbesar adalah sector pertanian yang sebesar 38,37% turun jika dibandingkan dengan tahun 2013 meskipun dengan trend yang positif. Tabel 4.10 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pemalang menurut Lapangan Usaha Tahun atas dasar harga konstan tahun 2010 (dalam jutaan rupiah) No. Kategori Uraian (1) (2) (3) (5) (6) 1 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,680, ,615, % B Pertambangan dan Penggalian 600, , % C Industri Pengolahan 2,471, ,808, %

13 78 4 D Pengadaan Listrik dan Gas 15, , E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang % , , % F Konstruksi 559, , % G PB dan PE; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,185, ,317, % H Transportasi dan Pergudangan 389, , % I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 711, , % J Informasi dan Komunikasi 293, , % K Jasa Keuangan dan Asuransi 371, , % No. Kategori Uraian (1) (2) (3) (5) (6) 13 M,N Jasa Perusahaan 42, , O % Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 475, , % P Jasa Pendidikan 628, , % Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 124, , % R,S,T,U Jasa lainnya 367, , % PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 13,166, ,893, Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015)

14 79 Perekonomian Kabupaten Pemalang tahun 2014 sedikit menguat jika dibandingkan dengan tahun Dalam tabel 4.11 menunjukan bahwa sektor pertanian berkontribusi terbesar yaitu sebesar 27,96% pada tahun 2013 dan 26,03% kontribusi pada tahun 2014 sedikit menurun terhadap total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang berkontribusi terendah terhadap total PDRB Kabupaten Pemalang pada tahun 2013 dan 2014 yaitu sebesar 0,07%. Tahun 2013 nilai PDRB Kabupaten Pemalang sebesar 13,16 Triliun rupiah dan pada tahun 2014 meningkat sebesar 13,89 Triliun rupiah. Dari peningkatan PDRB tersebut dapat diketahui mengenai kondisi ekonomi Kabupaten Pemalang yang menguat. Sektor penglohan memiliki peran yang dominan dalam penguatan perekonomian Kabupaten Pemalang, terlihat peningkatan nilai output barang dan jasa yaitu sebesar 336,97 Miliar rupiah. Sektor lain yang berkontribusi terhadap penguatan perekonomian antara lain: Pertambangan dan Penggalian, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang, Konstruksi, PB dan PE; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa lainnya.

15 80 Gambar 4.1 Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten Brebes Tahun Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Gambar 4.1 menunjukan perkembangan PDRB Kabupaten Brebes atas dasar harga berlaku dan konstan tahun Perkembangan PDRB Kabupaten Brebes mengalami trend positif terlihat pada gambar yang grafiknya terus meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan yang fluktuatif. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai dari barang jasa yang dihasilkan semua unit ekonomi yang termasuk dalam 17 sektor lapangan usaha di suatu wilayah. PDRB disajikan dalam bentuk time series untuk menunjukan perkembangan dan pergeseran perekonomian di suatu wilayah. Data PDRB bermanfaat bagi kepentingan perencanaan, evaluasi, dan kajian suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tabel 4.11 Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Brebes Tahun

16 81 No. Tahun PDRB Laju Pertumbuhan (%) (1) (2) (3) (4) ,482, ,823, ,091, Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes tahun 2014 yang ditunjukan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010 yaitu sebesar 5,32%, melambat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 5,97%. Inflasi sebagai indikator perubahan adalah suatu fenomena ekonomi dimana harga semua barang dan jasa mengalami kenaikan berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Laju inflasi di Kabupaten Brebes pada tahun 2010 sebesar 6,04%, menurun pada tahun 2011 yaitu sebesar 3,09%, tahun 2012 sebesar 4,61% meningkat dari tahun 2011, tahun 2013 laju inflasi sebesar 9,83% peningkatan laju inflasi yang signifikan dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2014 laju inflasi menurun menjadi 6,2%. Berikut ini gambaran mengenai perkembangan laju inflasi di Kabupaten Brebes yang fluktuatif: Gambar 4.2 Laju Inflasi Kabupaten Brebes Tahun

17 Laju Inflasi Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Tabel 4.12 Laju Inflasi Kabupaten Pemalang Tahun No Tahun Laju Inflasi (%) (1) (2) (3) Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) Tabel 4.12 menunjukan bahwa laju inflasi Kabupaten Pemalang dari tahun mengalami kenaikan penurunan. Pada tahun 2010 dengan 2012 merupakan tahun dengan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 7,38%. Tahun 2011 sebagai tahun dengan laju inflasi terendah yaitu sebesar 2,80%, tahun 2012 sebesar 4,40% dan tahun 2013 sebesar 7,38%. Berikut ini gambaran mengenai perkembangan laju inflasi Kabupaten Pemalang tahun :

18 83 Gambar 4.3 Laju Inflasi Kabupaten Pemalang Tahun Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Berikut ini adalah hasil analisis deskriptif yang terbagi dalam rasio kemandirian daerah, derajat desentralisasi fiskal, indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, dan rasio pertumbuhan: b. Rasio Kemandirian Daerah Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukan tingkat kemampuan suatu daerah untuk membiayai sendiri kegiatan pemerintah, dalam pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal sumber lain. Berikut ini dalam tabel 4.13 menunjukan mengenai tingkat kemandirian Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014: Laju Inflasi

19 84 Tabel 4.13 Rasio Kemandirian Kabupaten Brebes Tahun No. Tahun PAD Bantuan Pemerintah Pusat/Provinsi+pinja man Rasio Kemandiria n Brebes % (1) (2) (3) (4) (5) , , , , ,807 1,123, ,836 1,248, ,773 1,337, Rata-rata Tabel 4.13 rasio kemandirian Kabupaten Brebes pada tahun 2010 hingga 2014 rata-ratanya sebesar 11,30% masih tergolong dalam daerah yang mempunyai tingkat kemampuan keuangan yang sangat rendah sekali dengan pola hubungan instruktif, karena masih di bawah 25%. Tingkat kemampuan keuangan terendah terjadi pada tahun 2010 yang sebesar 8,19%, sedangkan kemampuan keuangan yang tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 20,02%. Tingkat kemampuan keuangan yang sangat rendah menunjukan bahwa ketergantungan pemerintah Kabupaten Brebes terhadap pihak eksternal/pemerintah pusat masih sangat tinggi. Setiap tahunnya tingkat kemampuan keuangan Kabupaten Brebes terus meningkat, artinya bahwa pemerintah semakin berupaya untuk meningkatkan pendapatan daerah. Semakin meningkatnya kemampuan keuangan menunjukan semakin tinggi kemampuan masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi,

20 85 hal tersebut juga menunjukan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Brebes. Tabel 4.14 No. Tahun PAD Rasio Kemandirian Kabupaten Pemalang Tahun Bantuan Pemerintah Pusat/Provinsi+pinj aman Rasio Kemandirian Pemalang % (1) (2) (3) (4) (5) , , , , , , ,362 1,029, ,342 1,100, Rata-rata Tabel 4.14 menunjukan rasio kemandirian keuangan Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga Rata-rata rasio kemandirian Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 sebesar 12,52% masih tergolong dalam daerah dengan tingkat kemampuan keuangan yang sangat rendah dengan pola hubungan instruktif, karena nilai rasio kemandirian masih di bawah 25 %. Tingkat kemampuan terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 9,24%, dan tingkat kemampuan tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 19,75%. Tingkat kemampuan yang ditunjukan dalam rasio kemandirian di Kabupaten Pemalang mempunyai tren yang positif terlihat rasio mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar

21 Rasio Kemandirian 86 0,06% dari tahun 2011 yang sebesar 10,20%. Peningkatan rasio kemandirian menunjukan bahwa pemerintah daerah telah berupaya untuk meningkatkan pendapatan daerah. Rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga 2014 secara umum mengalami peningkatan meskipun kemampuan keuangan daerahnya tergolong sangat rendah. Pemerintah dalam pelaksanaan otonomi daerah terus mengupayakan peningkatan kemampuan keuangan daerahnya untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Perhitungan rasio kemandirian dari Kabupaten Brebes dan Pemalang jika digambarkan adalah sebagai berikut: Gambar 4.4 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun Brebes Pemalang

22 87 Gambar 4.4 menggambarkan mengenai perkembangan rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga Terlihat dalam gambar, bahwa nilai rasio meningkat dengan besaran yang berfluktuatif setiap tahunnya. Kabupaten Pemalang mempunyai nilai rasio kemandirian yang lebih baik dibandingkan dengan kabupaten Brebes. Kabupaten Pemalang mempunya kemampuan keuangan yang lebih baik berdasarkan perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah, namun Kabupaten Brebes dan Pemalang termasuk dalam kategori sangat kurang kemampuan keuangan. Gambar di atas menunjukan perkembangan rasio kemandirian Kabupaten Brebes dan Pemalang. Kabupaten pemalang lebih unggul pada tahun 2010 hingga 2013, sedangkan pada tahun 2014 Kabupaten Brebes mampu sedikit mengungguli Kabupaten Pemalang. Kabupaten Pemalang meskipun lebih mengungguli kabupaten Brebes dalam kemampuan keuanganya, namun ke-dua Kabupaten masih tergolong sangat rendah. Brebes dan Pemalang mempunyai kemampuan keuangan berdasarkan rasio kemandirian daerah adalah sama yaitu termasuk dalam kategori sangat rendah, hal ini terjadi dalam penelitian Adipta (2014) yang menunjukan hasil bahwa kemampuan keuangan Kabupaten Lombok Tengah NTB tahun 2010 hingga 2013 sangat rendah dan berpola instruktif. Penelitian Rahman dkk (2014)

23 88 perhitungan menunjukan bahwa Kota Manado dan Bitung tahun 2008 hingga 2012, kemampuan keuangan daerah tersebut tergolong rendah dengan persentase di bawah 20%. Penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus (2015) menunjukan hasil bahwa rasio kemandirian kota Bitung dan Tomohon tahun 2010 hingga 2014 tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah dengan pola yang instruktif. Ke- tiga penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa Kabupaten/Kota Lombok Tengah, Bitung, Manado, Tomohan tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah begitupula dalam penelitian ini menunjukan hasil bahwa Kabupaten Brebes dan Pemalang tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah. c. Derajat Desentralisasi Fiskal Derajat desentralisasi fiskal dihitung untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam membiayai pembiayaannya dari Pendapatan Asli Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Kemampuan tersebut diukur dengan membandingka pos Pendapatan Asli Daerah terhadap pos Total Pendapatan daerah. Perhitungan ini bermaksud untuk mengetahui kontribusi PAD terhadap Total Penerimaan Daerah. Berikut ini tabel 4.15 yang menjelaskan mengenai nilai derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes:

24 89 Tabel 4.15 Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Brebes Tahun No. Tahun PAD Total Pendapatan Daerah DDF % (1) (2) (3) (4) (5) ,026 1,103, ,276 1,315, ,807 1,567, ,836 1,781, ,773 2,043, Rata-rata 7.90 Tabel 4.15 menunjukan bahwa nilai rata-rata derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes adalah sebesar 7,90%. Hasil tersebut menunjukan bahwa kemampuan keuangan Kabupaten Brebes Tahun 2010 hingga 2014 tergolong dalam kategori sangat kurang, terlihat dari nilai rata-rata derajat desentralisasi fiskal masih di bawah 10%. Nilai derajat desentralisasi fiskal pada tahun 2010 adalah sebesar 6,44%, tergolong dalam kategori sangat kurang kemampuan keuangannya. Tahun 2011 kemampuan keuangan Kabupaten Brebes masih tergolong sangat rendah, dan mengalami penurunan sebesar 0,49% dari tahun sebelumnya. Tahun 2012 kemampuan keuangan Kabupaten Brebes meningkat sebesar 0,55% dari tahun sebelumnya, meskipun meningkat nilainya namun nilai derajat desentralisasi fiskal tahun 2012 masih tergolong sangat rendah yaitu sebesar 6,50%. Tidak berbeda dengan tahun 2012, tahun 2013 nilai derajat desentralisasi fiskal tergolong dalam kategori kemampuan keuangan yang sangat

25 90 rendah karena nilainya masih sangat kurang meskipun meningkat dari tahun Tahun 2014 kemampuan keuangan tergolong dalam kategori kurang. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan keuangan kabupaten Brebes dengan perhitungan derajat desentralisasi fiskal termasuk dalam kategori sangat kurang. Artinya, Kabupaten Brebes masih sangat kurang mampu untuk membiayai pengeluarannya sendiri, dan kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Brebes dalam membiayai pengeluarannya menunjukan sangat kurang. Derajat desentralisasi fiskal di Brebes berkontribusi sangat rendah terhadap Total Pendapatan. Tabel 4.16 Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Pemalang Tahun No. Tahun PAD Total Pendapatan Daerah DDF % (1) (2) (3) (4) (5) , , ,678 1,188, ,951 1,344, ,362 1,486, ,342 1,687, Rata-rata 8.69 Tabel 4.16 merupakan hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014, hasil perhitungan menunjukan rata-rata nilai derajat desentralisasi fiskal sebesar 8,69%. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa kemampuan keuangan

26 Axis Title 91 Kabupaten Pemalang termasuk dalam kategori sangat kurang. Kemampuan keuangan Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2013 termasuk dalam kategori sangat kurang, sedangkan pada tahun 2014 membaik menjadi kategori kurang. Artinya, bahwa Kabupaten Pemalang dilihat dari segi keuangan masih belum mampu untuk membiayai pengeluaran daerahnya sendiri. Derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pemalang menunjukan bahwa kontribusi PAD sangat kurang terhadap Total Pendapatan. Namun terlihat bahwa nilai derajat desentralisasi fiskal dari tahun 2010 hingga 2014 meningkat kecuali pada tahun 2011 yang mengalami sedikit penurunan sebesar 0,7% dari tahun Nilai derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes dan Pemalang jika digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.5 Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun Brebes Pemalang

27 92 Gambar 4.5 menunjukan perkembangan derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes dan Pemalang mengalami peningkatan pada tahun 2010, 2012, 2013, 2014, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan. Artinya bahwa kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan mengalami peningkatan pada tahun 2010, 2012, 2013, 2014, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan. Kabupaten Brebes dan Pemalang dalam rasio Derajat Desentralisasi Fiskal menunjukan hasil yang sama dengan kemampuan keuangan yang sangat rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Adipta (2014) juga menunjukan hasil bahwa kemampuan keuangan Kabupaten Lombok Tengah termasuk dalam kategori sangat lemah. Penelitian Rahman dkk (2014) menunjukan hasil bahwa kemampuan keuangan Kota Manado kurang dan Kota Bitung yang sangat kurang. Penelitian Oktavianus (2015) juga menunjukan hasil yang menyebutkan bahwa Kota Bitung dan Tomohon kemampuan keuangannya berdasarkan perhitungan derajat desentralisasi fiskal tergolong sangat kurang. Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa Kabupaten/Kota Lombok Tengah, Bitung, Manado, Tomohan tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah, dalam penelitian ini menunjukan hasil bahwa Kabupaten Brebes dan Pemalang tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah. Otonomi daerah yang sudah dilaksanakan selama kurun waktu 18 tahun mengalami perkembangan yang positif bagi kabupaten/kota

28 93 di Indonesia dalam upaya meningkatkan dan menggali potensi-potensi daerah. Dari data hasil analisis besaran PAD dalam berkontribusi terhadap total pendapatan daerah mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang menandai hal tersebut adalah nilai PAD yang mengalami kenaikan pada tahun 2010 hingga 2014 di Kabupaten Brebes dan Pemalang lihat dalam tabel 4.15 dan Otonomi daerah yang dijalankan masih dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pemerintah pusat untuk mencapai otonomi daerah yang berhasil. Saat ini memang keberhasilan otonomi daerah masih dibutuhkan perjuangan untuk mencapai dalam posisi tersebut. Terlihat bahwa jumlah penduduk miskin masih sebesar 28,55 juta penduduk di Indonesia berdasarkan data Badan Statistik September 2013 dan Kabupaten Brebes dan Pemalang menduduki posisi ke-satu untuk Kabupaten Brebes dan ke-lima untuk Kabupaten Pemalang Se- Jawa Tengah lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran II, hal tersebut menjadi salah satu indikator mikro kinerja pemerintah daerah. d. Indeks Kemampuan Rutin Indeks kemampuan rutin dihitung dengan membandingkan pos PAD dengan pos belanja tidak langsung. Indeks kemampuan rutin diukur untuk mengetahui kontribusi PAD dalam membiayai belanja tidak langsung. Tabel 4.17 menunjukan hasil perhitungan indeks kemampuan rutin Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga Rata-rata indeks

29 94 kemampuan rutin adalah sebesar 11,28%, nilai tersebut masih tergolong dalam kategori sangat kurang karena nilai indeks kemampuannya masih di bawah 20%. Tahun 2010 hingga 2014 nilai indeks kemampuan rutin mengalami peningkatan meskipun masih tergolong dalam kategori sangat kurang. Berikut ini adalah hasil perhitungan indeks kemampuan rutin Kabupaten Brebes: Pada tahun 2014 nilai indeks kemampuan rutin tergolong dalam kategori kurang, karena nilai indeksnya berkisar antara 20,01% - 40,00%. Artinya bahwa Kabupaten Brebes dalam membiayai belanja tidak langsung mempunyai kemampuan yang sangat kurang. Dibutuhkan peningkatan nilai PAD guna meningkatkan kemampuan daerah Brebes sehingga bisa bersaing dalam menghadapi globalisasi ekonomi khususnya dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Tabel 4.17 Indeks Kemampuan Rutin Kabupaten Brebes Tahun No. Tahun PAD belanja rutin/belanja operasi/belanja tidak langsung IKR (%) (1) (2) (3) (4) (5) , , , , ,807 1,239, ,836 1,261, ,773 1,106, Rata-rata 11.84

30 95 Tabel 4.18 berikut ini menunjukan indeks kemampuan rutin kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga Rata-rata nilai indeks kemampuan rutin kabupaten Pemalang adalah sebesar 13,19%, menunjukan bahwa nilai tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Tahun 2010 nilai indeks kemampuan rutin sebesar 9,75%, tahun 2011 sebesar 9,98%, tahun 2012 sebesar 11,36%, tahun 2013 sebesar 14,39% dimana masing-masing termasuk dalam kategori kemampuan keuangan yang sangat kurang namun setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tabel 4.18 Indeks Kemampuan Rutin Kabupaten Pemalang Tahun No. Tahun PAD belanja rutin/belanja operasi/belanja tidak langsung IKR (%) (1) (2) (3) (4) (5) , , , , , , , , ,342 1,060, Rata-rata Berbeda dengan tahun 2010 hingga 2013, pada tahun 2014 nilai indeks kemampuan rutin sebesar 20,49% yang termasuk dalam kategori kurang. Tahun 2014 kemampuan keuangan Kabupaten Pemalang meningkat dari sangat kurang menjadi kurang, meskipun demikian nilai tersebut masih jauh dari keadaan yang sangat baik

31 Axis Title 96 kemampuan keuangannya. Masih dibutuhkan peningkatan PAD Kabupaten Pemalang. Berikut ini adalah gambar yang menunjukan perkembangan nilai indeks kemampuan keuangan Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga 2014: Gambar 4.6 Indeks Kemampuan Rutin Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun Brebes Pemalang Gambar 4.6 berikut ini menggambarkan perkembangan mengenai indeks kemampuan rutin Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga Terlihat dalam gambar di atas indeks kemampuan rutin tahun 2010 hingga 2014 Kabupaten Pemalang mengalami peningkatan yang bervariasi, dimana peningkatan yang paling mencolok adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,1% dari tahun Artinya bahwa pos PAD berkontribusi dalam membiayai belanja rutin setiap tahunnya meningkat. Kabupaten Brebes peningkatan indeks kemampuan rutin meningkat pada tahun 2010, 2011, 2013, dan 2014, tahun 2011 mengalami sedikit penurunan dari tahun 2011.

32 97 Kabupaten Brebes dan pemalang dilihat dari indeks kemampuan rutin termasuk dalam kategori sangat kurang kemampuan keuanganya. Kabupaten Brebes dan Pemalang berdasarkan analisis yang menggunakan Indeks Kemampuan Kemampuan Rutin menunjukan hasil bahwa kemampuan keuangan daerah tersebut adalah sama yang menunjukan bahwa kemampuan keuangan Kabupaten Brebes dan Pemalang sama yaitu sangat rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Adipta (2014) dengan perhitungan Indeks Kemampuan Rutin menunjukan bahwa kabupaten Lombok Tengah kemampuan keuangannya masih sangat kurang. Penelitian yang dilakukan Rahman dkk (2014) menunjukan hasil bahwa kemampuan keuangan kota Manado dan Bitung masih termasuk dalam kategori kurang. Penelitian yang dilakukan Oktavianus dkk (2015) juga menunjukan hasil yang sama di kota Bitung dan Tomohon yaitu kemampuan keuangan yang sangat kurang. Kabupaten/Kota Brebes, Pemalang, Manado, Bitung, Tomohon, Lombok Tengah menunjukan hasil bahwa daerah tersebut kemampuan keuangannya masih sangat rendah. e. Rasio Keserasian Rasio keserasian dihitung untuk mengetahui bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada belanja tidak langsung dan belanja langsung. Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio belanja tidak langsung Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014:

33 98 Tabel 4.19 menunjukan bahwa nilai rata-rata rasio belanja tidak langsung Kabupaten Brebes adalah sebesar 74,74% dari total belanja APBD. Tabel 4.19 No. Tahun Rasio Belanja Tidak Langsung Kabupaten Brebes Tahun belanja tidak langsung Total Belanja APBD Rasio Belanja Tidak Langsung (%) (1) (2) (3) (4) (5) ,432 1,100, ,224 1,315, ,239,198 1,440, ,261,947 1,661, ,106,094 1,967, Rata-rata Artinya bahwa dari total belanja Kabupaten Brebes sebesar 74,74% digunakan untuk belanja tidak langsung tahun 2010 nilai rasio belanja tidak langsung sebesar 87,85% diatas rata-rata rasio belanja tidak langsung tahun 2010 hingga Tahun 2011 nilai rasio belanja tidak langsung sebesar 67,61% mengalami penurunan sebesar 20,24%. Tahun 2012 nilai rasio belanja tidak langsung sebesar 86,03% yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dan memiliki nilai persentase yang lebih besar dari nilai rata-rata. Tahun 2013 nilai rasio belanja rutin sebesar 75,96%, tahun 2014 sebesar 56,23%. Nilai rasio

34 99 Kabupaten Brebes mengalami perkembangan yang berfluktuatif selama kurun waktu 5 tahun. Tabel 4.20 Rasio Belanja Langsung Kabupaten Brebes Tahun No. Tahun Belanja Langsung Total Belanja APBD Rasio Belanja Langsung (1) (2) (3) (4) (5) ,398 1,100, ,952 1,315, ,983 1,440, ,811 1,661, ,075 1,967, Rata-rata Tabel 4.20 menunjukan rata-rata nilai rasio belanja langsung Kabupaten Brebes sebesar 24,22%. Nilai rasio belanja langsung lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai rata-rata rasio belanja tidak langsung yang sebesar 74,74%. Artinya bahwa, Kabupaten Brebes belum memprioritaskan terhadap pembangunan daerah terlihat bahwa rasio belanja langsung nilainya yang berfluktuatif dan lebih rendah dari rasio belanja tidak langsung. Tahun 2010 nilai rasio belanja langsung adalah sebesar 11,94%, lebih rendah dari rata-rata rasio belanja langsung selama kurun waktu 5 tahun. Tahun 2011 nilai rasio belanja langsung meningkat menjadi 32,39% lebih tinggi dari rata-rata dalam kurun waktu 2010 hingga Tahun 2012 nilai rasio belanja

35 100 langsung menurun menjadi 13,40%, dan nilainya lebih sedikit dari nilai rata-rata. Tahun 2013 nilai rasio pembangunan Kabupaten Brebes sebesar 19,61%, dan tahun 2014 nilai rasio belanja langsung sebesar 43,77%. Lebih jelasnya mengenai rasio belanja tidak langsung dan rasio belanja langsung Kabupaten Brebes digambarkan dalam gambar berikut ini: Gambar 4.7 Rasio Belanja Tidak Langsung dan Rasio Belanja Langsung Kabupaten Brebes Tahun Gambar 4.7 menunjukan nilai rasio belanja tidak langsung dan nilai rasio belanja langsung Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga Dalam gambar terlihat persentase rasio belanja tidak langsung lebih besar jika dibandingkan dengan rasio belanja langsung. Artinya bahwa Kabupaten Brebes belum memprioritaskan untuk pembangunan daerahnya, rasio belanja langsung terbesar terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 43,77% rasio belanja tidak langsung rasio belanja langsung

36 101 Tabel 4.21 di bawah ini menunjukan nilai rasio belanja tidak langsung Kabupaten Pemalang, nilai rata-rata rasio belanja tidak langsung adalah sebesar 68,77%. Tahun 2010 nilai rasio belanja tidak langsung sebesar 74,27% lebih tinggi jika dibandingkan dengan ratarata selama 2010 hingga Tabel 4.21 Rasio Belanja Tidak Langsung Kabupaten Pemalang Tahun No. Tahun belanja tidak langsung Total Belanja APBD Rasio belanja tidak langsung (%) (1) (2) (3) (4) (5) , , ,170 1,178, ,001 1,196, ,855 1,477, ,060,961 1,615, Rata-rata Tahun 2011 nilai rasio belanja tidak langsung 67,71%, tahun 2012 sebesar 72,05%, tahun 2013 sebesar 64,17%, tahun 2014 sebesar 65,66%. Nilai rasio yang demikian dapat diketahui bahwa Kabupaten Pemalang memprioritaskan belanja tidak langsung, karena nilai rasionya lebih dari 50%. Tabel 4.22 menunjukan mengenai rasio belanja langsung Kabupaten Pemalang, terlihat bahwa rata-rata rasio tahun 2010 hingga 2014 adalah sebesar 31,23%. Tahun 2010 rasio belanja

37 102 langsung sebesar 25,73% dari total belanja APBD tahun Tahun 2011 sebesar 32,29%, tahun 2012 sebesar 27,95, tahun 2013 sebesar 35,83%, tahun 2014 sebesar 34,34%. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa nilai rasio belanja langsung nilainya lebih kecil dari belanja tidak langsung, jadi prioritas Kabupaten Pemalang lebih dominan untuk memenuhi belanja tidak langsung. Tabel 4.22 Rasio Belanja Langsung Kabupaten Pemalang Tahun No. Tahun belanja langsung Total Belanja APBD Rasio Belanja Langsung (1) (2) (3) (4) (5) , , ,586 1,178, ,452 1,196, ,251 1,477, ,849 1,615, Rata-rata Berikut ini gambar mengenai rasio belanja tidak langsung dan belanja langsung Kabupaten Pemalang: Gambar 4.8 Rasio Belanja Tidak Langsung dan Rasio Belanja Langsung Kabupaten Pemalang Tahun

38 rasio belanja tidak langsung rasio belanja langsung Gambar 4.8 menggambarkan mengenai besaran dan perkembangan rasio belanja tidak langsung serta rasio belanja langsung Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga Terlihat bahwa nilai rasio belanja tidak langsung lebih tinggi jika dibandingkan dengan rasio belanja langsung baik dari tahun 2010 hingga Artinya, bahwa Kabupaten Pemalang belum berorientasi dan memprioritaskan pembangunan daerah. Gambar 4.9 Rasio Belanja Tidak Langsung dan Rasio Belanja Langsung Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun

39 Axis Title Belanja Tidak Langsung Brebes Belanja Langsung Brebes Belanja Tidak Langsung Pemalang Belanja Langsung Pemalang Belanja tidak langsung Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga 2014 secara umum lebih mendominasi nilainya jika dibandingkan dengan belanja langsung. Artinya bahwa Kabupaten Brebes dan Pemalang kurang mengutamakan/ memprioritaskan pembangunan daerahnya. Penyelenggaraan Masyarakat Ekonomi ASEAN dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung masyarakat dalam menghadapi persaingan dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya. Sarana dan prasarana yang mendukung tersebut misalkan, pelabuhan yang memadai untuk mengirimkan barang ke luar negeri, bandara yang bertaraf internasional, transportasi darat yang terstandarisasi layak jalan, dan akses jalan yang memadai. Artinya bahwa pembangunan daerah sangat dibutuhkan guna mendukung pelaksanaan dan persaingan ASEAN Community, hal tersebut dapat

40 105 tercermin dalam APBD besaran yang digunakan untuk pembangunan daerah tersebut. Pemeriintah daerah dalam menggunakan dana pendapatan seharusnya lebih efisien dan efektif diperuntukan bagi kepentingan masyarakat tidak hanya mengutamakan penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Adipta (2014) di kabupaten Lombok Tengah menunjukan bahwa rasio belanja rutin yang saat ini menjadi belanja tidak langsung masih mendominasi dari belanja pembangunan yang menjadi belanja langsung. Peneliitian Oktavianus dkk (2015) menunjukan hasil yang sama bahwa belanja rutin/ belanja tidak langsung lebih mendominasi dari belanja langsung. Penelitian ini yang menggunakan sampel Kabupaten Brebes dan Pemalang menunjukan hasil bahwa belanja rutin/ belanja tidak langsung lebih mendominasi dari belanja pembangunan/belanja langsung. f. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode lainnya. Pertumbuhan APBD dilihat dari berbagai komponen penyusun APBD yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Total Pendapatan Daerah, Belanja rutin dan Belanja Pembangunan (Widodo dalam

41 106 Rahman, 2014). Berikut ini adalah nilai PAD, TPD, dan Belanja kabupaten Brebes tahun : Tabel 4.23 Nilai Pos PAD, Total Pendapatan, dan Belanja Kabupaten Brebes Tahun No Uraian (1) (2) (1) (2) (3) (4) (5) 1 PAD 71,026 78, , , , Total Pendapatan Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung 1,103,000 1,315,176 1,567,078 1,781,873 2,043, , ,224 1,239,198 1,261,947 1,106, , , , , ,075 Tabel 4.23 menunjukan besaran nilai dari pos PAD, Total Pendapatan, Belanja Tidak Langsung, Belanja langsung tahun 2010 hingga Tahun 2014 nilai PAD memang paling besar jika dibandingkan dengan tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 yaitu sebesar 267 Miliar. Pos total pendapatan, tahun 2014 mempunyai nilai yang tertinggi yaitu sebesar 2,04 Triliun. Pos belanja tidak langsung mengalami perkembangan yang berfluktuatif, tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 899 Miliar dari tahun 2010 yang sebesar 966 Miliar. Tahun 2014 juga mengalami penurunan menjadi 1,11 triliun dari tahun 2013 sebesar 1,3 Triliun. Pos belanja langsung juga mengalami perkembangan yang berfluktuatif, nilai yang terbesar adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar 861 Miliar. Besaran belanja

42 107 langsung memang lebih rendah dibandingkan dengan besaran belanja tidak langsung. Tabel 4.24 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten Brebes No Uraian Ratarata (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 PAD 2 Total Pendapatan Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Tabel 4.24 menunjukan pertumbuhan dalam pos PAD, total pendapatan, dan pos belanja Kabupaten Brebes. Pos PAD menunjukan pertumbuhan yang positif, pos total pendapatan mengalami pertumbuhan yang negatif, pos belanja tidak langsung dan belanja langsung mengalami perkembangan yang berfluktuatif. Nilai pertumbuhan pos PAD tahun 2011 sebesar 10,21%, tahun 2012 sebesar 30,06%, tahun 2013 sebesar 31,46%, dan tahun 2014 sebesar 100,08%. Pos total pendapatan mempunyai nilai pertumbuhan pada tahun 2011 sebesar 19,24%, tahun 2012 sebesar 19,15%, tahun 2013 sebesar 13,71%, dan tahun 2014 sebesar 14,71%. Tahun 2011 pos belanja tidak langsung mengalami penurunan sebesar -7,99%, tahun 2012 sebesar 39,36%, tahun 2013 sebesar 1,84%, dan tahun 2014

43 108 sebesar -12,35%. Pos belanja langsung pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 224,17%, tahun 2012 sebesar -54,69%, tahun 2013 sebesar 68,83%, dan tahun 2014 sebesar 164,29%. Tabel 4.25 Nilai Pos PAD, Total Pendapatan, dan Belanja Kabupaten Pemalang Tahun No Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 PAD 2 Total Pendapatan 71,726 79,678 97, , , ,382 1,188,521 1,344,382 1,486,774 1,687,334 3 Belanja Tidak Langsung 735, , , ,855 1,060,961 4 Belanja Langsung 254, , , , ,849 Tabel 4.25 menunjukan besaran nilai dari pos PAD, Total Pendapatan, Belanja Tidak Langsung, Belanja langsung tahun 2010 hingga 2014 Kabupaten Pemalang. Tahun 2010 hingga 2014 nilai PAD, Total Pendapatan Daerah, dan Belanja Tidak Langsung lebih tinggi dari nilai Belanja Langsung. Tahun 2014 nilai PAD memang paling besar jika dibandingkan dengan tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 yaitu sebesar 217 Miliar. Pos total pendapatan, tahun 2014 mempunyai nilai yang tertinggi yaitu sebesar 1,68 Triliun. Pos belanja tidak langsung mengalami perkembangan yang positif, tahun 2010 nilainya sebesar 735 Miliar, tahun 2011 sebesar 798 Miliar, tahun 2012

44 109 sebesar 862 Miliar, tahun 2013 sebesar 947 Miliar, dan tahun 2014 sebesar 1,060 Miliar. Pos belanja langsung nilai yang terbesar adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar 554 Miliar. Besaran belanja langsung memang lebih rendah dibandingkan dengan besaran belanja tidak langsung. Tabel 4.26 menunjukan pertumbuhan dalam pos PAD, total pendapatan, dan pos belanja Kabupaten Pemalang. Pos PAD menunjukan pertumbuhan yang positif, pos total pendapatan mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif, pos belanja tidak langsung dan belanja langsung mengalami perkembangan yang berfluktuatif. Tabel 4.26 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten Pemalang No Uraian Rata-rata (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 PAD Total Pendapatan Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Nilai pertumbuhan pos PAD tahun 2011 sebesar 11,09%, tahun 2012 sebesar 22,93%, tahun 2013 sebesar 39,21%, dan tahun 2014 sebesar 59,39%. Pos total pendapatan mempunyai nilai pertumbuhan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan rencana yang telah dibuat dan melakukan pengoptimalan potensi yang ada di

BAB V PENUTUP. dengan rencana yang telah dibuat dan melakukan pengoptimalan potensi yang ada di 136 BAB V PENUTUP Keberhasilan otonomi daerah dalam era globalisasi dapat terwujud apabila pemerintah daerah mampu melakukan efisiensi dan efektivitas anggaran dan pengoptimalan pendapatan daerah serta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017 No. 26/05/15/Th.XI, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- TUMBUH 4,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/08/31/75/Th.VII, 10 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2016 tumbuh 4,65 persen. Pada tahun 2016, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 No. 26/05/75/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,27 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian Gorontalo yang diukur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

https://binjaikota.bps.go.id

https://binjaikota.bps.go.id BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 No. 27/05/17/X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 4,99 PERSEN, MELAMBAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN I 2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 02/12/1204/Th. XIX, 1 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2015 sebesar 5,08 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 44/08/13/Th XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,32 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonom i pada dasarnya memiliki perbedaaan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas seperti peningkatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 29/5/13/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,46 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 No. 35/05/33/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,5 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016 No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 HALAMAN SAMPUL DEPAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y)

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y) No. 49/08/17/XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y) Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 BPS KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 No. 01/08/03/Th. V, 1 Agustus 2017 Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 kecamatan dan 248 desa/kelurahan Pertumbuhan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017 EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III- 2017 TUMBUH 6,49 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015 No. 64/11/13/Th.XVIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- TUMBUH 4,71 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 No. 62/11/75/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 Perekonomian Gorontalo

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 28/05/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-2017 TUMBUH 8,39 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 No. 027/05/16/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 TUMBUH 0,56 PERSEN DIBANDING TRIWULAN IV-2015 Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015 No. 47/08/75/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015 Perekonomian Gorontalo yang diukur

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara N o. 61/11/Th.IX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 26/05/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,11

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 No. 09/09/12.77/Th.XII, 1 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/8/Th.XIX, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-217 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-217 TUMBUH 5,19 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 47/08/17/X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,41 PERSEN, MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 5/5/Th. IX, Mei 1 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-1 TUMBUH 5,1 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-1 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,14 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH DALAM LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Pembangunan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN LANGKAT No. 01/11/1213/Th. IX, 1 Nopember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA 5.1. PEREKONOMIAN MASING-MASING KABUPATEN/KOTA. Nilai tambah yang dihasilkan dari seluruh aktivitas ekonomi di suatu daerah selama satu tahun sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 07/08/53/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016 EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016 TUMBUH PERSEN 5,29 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 19945 alinea keempat, mengatakan bahwa fungsi dan tujuan Negara Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum. Hal tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/10/1207/Th. IX, 6 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Labuhanbatu Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/08/Th.IX, 8 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTT No. 07/05/53/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,60 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017 No. 45/8/15/Th.XI, 7 Agustus 17 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-17 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-17 TUMBUH 1,8 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I-17 Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 47/8/16/Th.XVII, 5 Agustus 215 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-215 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-215 TUMBUH 4,87 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2016 TUMBUH 5,34 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2016 Tumbuh 6,61 Persen Meningkat Dibanding Triwulan I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2016 Tumbuh 6,61 Persen Meningkat Dibanding Triwulan I-2015 No. 7/5/75/Th.X, Mei 1 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-1 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-1 Tumbuh,1 Persen Meningkat Dibanding Triwulan I-15 Perekonomian Gorontalo yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/10/1272/Th.XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 07/01/53/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,18 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2016 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 07/05/53/Th.XIX, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2016 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 47/8/61/Th.XIX, 5 Agustus 216 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-216 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-216 TUMBUH 4,21 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 37/08/31/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,15 PERSEN LEBIH CEPAT 0,07 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN I/2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III-2016 No. 65/11/17/X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III-2016 SEBESAR 5,19 PERSEN, MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y ) Perekonomian Provinsi Bengkulu triwulan III-2016

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015 No. 29/5/15/Th.IX, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-215 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-215 TUMBUH 5,9 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci