(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) TESIS"

Transkripsi

1 PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN GAYA BELAJAR SISWA perpustakaan.uns.ac.id (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Kimia Oleh: SEPTI APRILIA S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

2 PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN GAYA BELAJAR SISWA perpustakaan.uns.ac.id (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) Disusun oleh : SEPTI APRILIA (S ) Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof.Dr.H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP Pembimbing II Prof. Dr. H. Ashadi NIP Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Sains, Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP ii

3 PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN GAYA BELAJAR SISWA perpustakaan.uns.ac.id (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) Disusun oleh : SEPTI APRILIA (S ) Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji : Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Sekretaris Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. NIP Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP Prof. Dr. H. Ashadi NIP Mengetahui, Surakarta, Oktober 2011 Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi Pendidikan Sains, Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP NIP iii

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Septi Aprilia perpustakaan.uns.ac.id NIM : S Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Menggunakan Laboratorium Real dan Laboratorium Virtual ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. Surakarta, Oktober 2011 Yang membuat pernyataan, Septi Aprilia NIM. S iv

5 MOTTO Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat, sementara esok adalah cita-cita yang indah dan sekarang adalah kenyataan yang sedang terjadi perpustakaan.uns.ac.id (Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni) Yakinlah bahwa segala sesuatu yang diberikan Allah kepada kita adalah yang terbaik. (Septi Aprilia) v

6 PERSEMBAHAN perpustakaan.uns.ac.id Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada: Ã Teristimewa untuk papa dan mamaku tercinta, terimakasih yang telah membesarkanku, mendidikku, mendoakanku, memberiku semangat, cinta dan kasih sayang, serta mengajariku arti hidup. Segala perjuangan dan pengorbanan yang telah kalian lakukan tak akan terlupakan dan semoga Allah SWT membalas semua jasamu. Ã Kedua Adikku Tersayang, Lita Andes Clara dan Adi Guna Aji W yang selalu memberikanku keceriaan dan semangat. Ã Guru-guruku yang telah membimbingku, mengajariku dan memberikanku ilmu yang insya Allah sangat bermanfaat. Ã Seluruh keluarga besar yang turut membantu keberhasilanku. Almamaterku tercinta... vi

7 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : perpustakaan.uns.ac.id Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Menggunakan Laboratorium Real dan Laboratorium Virtual ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) dengan baik. Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin tesis ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu pada Program Pascasarjana UNS ini. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan fasilitas dan dukungannya dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana. 3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan dan tesis ini. vii

8 4. Prof. Dr. H. Ashadi, sebagai pembimbing II penyusunan tesis atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan tesis ini. 5. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mencurahkan segala ilmunya. perpustakaan.uns.ac.id 6. Kepala SMAN 1 Boja, guru beserta karyawan yang telah memberikan ijin tempat dalam penelitian ini. 7. Dinas Pendidkan Kabupaten Boja, yang telah memberikan rekomendasi penelitian. 8. Kepala SMAN 1 Limbangan, yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian. 9. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya dalam menghadapi perkuliahan dan penyusunan tesis ini. Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan. Maka demi sempurnanya penyusunan tesis ini kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Surakarta, Oktober 2011 Penulis viii

9 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL... i perpustakaan.uns.ac.id HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii ABSTRAK... xix ABSTRACT... xx BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Pembatasan Masalah... 9 D. Perumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian ix

10 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori Pembelajaran Kimia Teori Belajar perpustakaan.uns.ac.id 3. Problem Based Learning (PBL) Media Pembelajaran Laboratorium Real Laboratorium Virtual Kemampuan Matematik Gaya Belajar Prestasi Belajar Kimia Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel C. Metode Penelitian D. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Moderator Variabel Terikat x

11 E. Instrumen Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Uji Coba Instrumen Penelitian Uji Coba Instrumen Tes perpustakaan.uns.ac.id 2. Uji Coba Instrumen Angket H. Teknik Analisis Data Uji Prasarat Analisis Uji Hipotesis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data Kemampuan Matematik Siswa Data Gaya Belajar Siswa Data Prestasi B. Pengujian Persyaratan Analisis Uji Normalitas Uji Homogenitas C. Pengujian Hipotesis Uji Anava Uji Lanjut Anava D. Pembahasan E. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan xi

12 B. Implikasi Hasil Penelitian Implikasi Teoritik Impliksi Praktis C. Saran perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Daftar Nilai Prestasi Siswa Tahun Tabel 2.1 Bentuk Masalah PBL perpustakaan.uns.ac.id Tabel 2.2 Sintak untuk PBL Tabel 2.3 Tahapan Problem Based Learning Tabel 3.1 Jadual Penelitian Tabel 3.2 Hasil Uji Kesamaan Rerata Tabel 3.3. Tata Letak Rancangan Data Penelitian Tabel 3.4 Kategori Validitas Butir Soal Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrument Tes Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas Butir Soal Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrument Tes Tabel 3.8 Kategori Indeks Kesukaran Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Tabel 3.10 Kategori Indeks Daya Pembeda Tabel 3.11 Hasil Uji Coba Indeks Daya Beda Instrument Tes Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Angket Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Tabel 3.14 Desain Data Prestasi Kognitif Tabel 3.15 Desain Data Prestasi Afektif Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Matematik Siswa Tabel 4.2 Distribusi Data Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah xiii

14 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunkan Laboratoium Real Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunkan Laboratoium Virtual perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.5 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Laboratorium Real.. 97 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Laboratorium Virtual 98 Tabel 4.8 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Laboratorium Real Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Laboratorium Virtual Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan Kemampuan Matematik Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan Gaya Belajar Siswa Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa Tabel 4.14 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media, Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif pada Kelas Laboratorium Real xiv

15 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif pada Kelas Laboratorium Virtual Tabel 4.18 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Kemampuan Matematik perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Gaya Belajar Siswa Tabel 4.20 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media, Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Tabel 4.25 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Afektif Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA untuk Data Prestasi Kognitif Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA untuk Data Prestasi Afektif Tabel 4.28 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis Tabel 4.29 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis Tabel 4.30 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Kognitif Tabel 4.31 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Afektif Tabel 4.32 Tabel Hasil Uji Lanjut Anava Scheffe Prestasi Kognitif Tabel 4.33 Tabel Hasil Uji Rata-Rata Hipotesis xv

16 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Larutan Jenuh Basa perpustakaan.uns.ac.id Gambar 4.1 Histogram Kemampuan Matematik pada Kelas Laboratorium Real 94 Gambar 4.2.Histogram Kemampuan Matematik pada Kelas Laboratorium Virtual Gambar 4.3. Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas Laboratorium Real Gambar 4.4. Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas Laboratorium Real Gambar 4.5 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas Laboratorium Virtual Gambar 4.6 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas Laboratorium Virtual Gambar 4.7 Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Real Gambar 4.8 Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Virtual Gambar 4.9 Histogram Prestasi Afektif Kelas Laboratorium Real Gambar 4.10 Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Virtual xvi

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Silabus. 150 perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 2 Rpp Laboratorium Real. 152 Lampiran 3 Rpp Laboratorium Virtual. 172 Lampiran 4 Lks Laboratorium Real. 192 Lampiran 5 Lks Laboratorium Virtual 215 Lampiran 6 Kunci Jawaban Evaluasi Lks. 235 Lampiran 7 Kisi-Kisi Tes Prestasi Kognitif Lampiran 8 Lambar Soal Tes Prestasi Kognitif Lampiran 9 Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif Lampiran 10 Kisi-Kisi Penyusunan Angket Afektif. 257 Lampiran 11 Pedoman Penskoran Penilaian Afektif Lampiran 12 Angket Penilaian Aspek Afektif. 260 Lampiran 13 Kisi-Kisi Kemampuan Matematik Siswa 264 Lampiran 14 Petunjuk Penilaian Kemampuan Matematik Siswa 266 Lampiran 15 Lembar Tes Kemampuan Matematik Siswa Lampiran 16 Kunci Jawaban Kemampuan Matematik Siswa Lampiran 17 Kisi-Kisi Uji Coba Angket Gaya Belajar 272 Lampiran 18 Pedoman Penskoran Angket Gaya Belajar. 274 Lampiran 19 Angket Gaya Belajar Lampiran 20 Analisis Hasil Uji Coba Tes Kognitif. 281 xvii

18 [ Lampiran 21 Analisis Hasil Uji Coba Tes Afektif Lampiran 22 Analisis Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Matematika Lampiran 23 Analisis Hasil Uji Coba Gaya Belajar Siswa Lampiran 24 Uji T (Kesamaan Rerata). 289 perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 25 Data Induk Penelitian Lampiran 26 Uji Normalitas Prestasi Kognitif. 296 Lampiran 27 Uji Normalitas Prestasi Afektif Lampiran 28 Uji Homogenitas Prestasi Kognitif. 302 Lampiran 29 Uji Homogenitas Prestasi Afektif Lampiran 30 Hasil Pengujian Hipotesis Lampiran 31 Uji lanjut ANAVA Lampiran 32 Lampiran 33 Lampiran 34 Foto Penelitian. Surat Ijin Uji Coba Instrumen. Surat Ijin Penelitian Lampiran 35 Surat Keterangan Uji Coba Instrumen Lampiran 36 Surat Keterangan Penelitian xviii

19 ABSTRAK Septi Aprilia, S , 2011, Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Menggunakan Laboratorium Real dan Virtual ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas perpustakaan.uns.ac.id XI IPA Semester II SMA N 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011). Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Ashadi. Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning dengan menggunakan media laboratorium real dan virtual, kemampuan matematik, gaya belajar siswa dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 2 kelas, kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 yang diberi pembelajaran dengan media laboratorium virtual dan real. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif dan kemampuan matematik siswa, sedangkan angket untuk prestasi belajar afektif dan gaya belajar siswa. Pengujian hipotesis menggunakan Anova tiga jalan sel tak sama dengan desain faktorial 2x2x2. Dari hasil olah data disimpulkan: 1) ada pengaruh penggunaan media laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar kognitif siswa, tetapi tidak ada pengaruh penggunaan media laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar afektif siswa, 2) ada pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif siswa, tetapi tidak ada pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar afektif siswa, 3) ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 4) tidak ada interaksi antara media dan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 5) ada interaksi antara media dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif siswa, tetapi tidak ada interaksi antara media dan gaya belajar terhadap prestasi belajar afektif siswa, 6) tidak ada interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 7) tidak ada interaksi antara media, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. Kata Kunci :Metode PBL dengan Media Lab. Real dan Virtual, Kemampuan Matematik, Gaya Belajar, Prestasi Belajar Kognitif dan Afektif, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. xix

20 ABSTRACT Septi Aprilia, S , 2011, "Problem Based Chemistry Learning Using Real and Virtual Laboratory Viewed from Mathematical Ability and Student Learning Styles" (Case Study on Solubilities and Solubility Products of Chemical- Learning in the class of XI IPA of Semester II State of Senior High School 1 Boja perpustakaan.uns.ac.id Academic Year 2010/2011). Advisor 1: Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd., Advisor 2 : Prof. Dr. H. Ashadi. Thesis: Science Education Program, Postgraduate program, Surakarta Sebelas Maret University. The purposes of the research were to know the effect of Problem Based Learning method using real and virtual laboratory, mathematical ability, student learning styles and their interaction toward student achievement. The research used experimental method. The population was all of the students in grade XI IPA, SMAN 1 Boja Academic Year 2010/2011. The Sample was obtained by cluster random sampling and consisting of two classes, XI IPA 1 and XI IPA 2, which used virtual and real media respectively. The data of students cognitive achievement and mathematical ability were collected using achievement tests method. The data of affective students achievement and student learning style were collected using questionnaire. The data was analyzed using three ways Anova with 2x2x2 factorial design. Based on the results of data analysis can be concluded that: 1) there was an effect of real and virtual laboratory toward students cognitive achievement but there was not effect of real and virtual laboratoty toward students affective achievement, 2) there was an effect of mathematics ability toward students cognitive achievement but there was no effect of mathematical ability toward students affective achievement, 3) there was the effect of learning style toward students cognitive and affective achievement, 4) there was no interaction between media and mathematical ability toward student s cognitive and affective achievement, 5) there was an interaction between media and learning styles toward students' cognitive achievement but there was no interaction between media and learning styles toward students' affective achievement, 6) there was no interaction between mathematical ability and learning style toward students cognitive and affective achievement, 7) there was no interaction among media, mathematical ability, and learning styles toward students cognitive and affective achievement. Keywords: Problem Based Learning with Real and Virtual Laboratory, Mathematical Ability, Learning Styles, Cognitive and Affective Achievement, Solubilities and Solubility Products. xx

21 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan. Di dalamnya terdapat kegiatan pembelajaran yang merupakan kegiatan pokok dari seluruh rangkaian proses pendidikan di sekolah. Menurut Syaiful Sagala (2008:3) Pendidikan ialah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, dan umumnya pengajaran dilakukan disekolah sebagai lembaga formal. Jadi, kualitas pendidikan sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil agar bisa bersaing secara terbuka di era global. Pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek subtansif yang mendukungnya, yaitu kurikulum dan tenaga profesional yang melaksanakan kurikulum tersebut yaitu guru. Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Kurikulum yang digunakan untuk saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau biasa disebut dengan KTSP. Dengan sistem ini diharapkan penilaian dapat menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mancakup ranah afektif dan psikomotor. Berdasarkan KTSP, siswa harus memiliki kompetensi dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. 1

22 2 Materi kimia merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa, terutama materi kimia yang bersifat hitungan seperti : termokimia, laju reaksi, kesetimbangan kimia, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, akan tetapi diantara prestasi yang didapatkan tersebut yang paling dianggap sulit adalah materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal tersebut terbukti dari prestasi belajar siswa yang masih rendah, salah satunya terjadi di SMAN 1 Boja. Prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tahun pelajaran masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu siswa mencapai nilai 70, yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1. Daftar Nilai Prestasi Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran No Kelas Nilai rata-rata nilai KKM (%) 1. XI IPA 1 67,24 47,62 2. XI IPA 2 68,47 52,38 3. XI IPA 3 61,02 90,24 Salah satu penyebab belum tercapainya ketuntasan belajar pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, dikarenakan kegiatan pembelajaran kimia yang berlangsung di kelas masih menitikberatkan kepada guru sebagai pemeran utama dalam pembelajaran. Guru lebih banyak menjelaskan dan memberi informasi, sedangkan peserta didik hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru

23 3 saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Sofan Amri (2010:139) : Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi pendidikan Indonesia saat ini adalah berkenaan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang dipandang masih belum efektif, guru masih terjebak dalam praktik mengajar yang cenderung membosankan. Dalam berinteraksi dengan siswa, posisi guru terasa masih sangat dominan, sementara siswa berada pada posisi yang tidak berdaya, pendekatan dan metode yang digunakan tampak kurang bervariasi, biasanya hanya mengandalkan bentuk ceramah. Metode yang seperti ini, dapat mengakibatkan siswa cenderung malas dan tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran, mereka lebih terbiasa menerima informasi tanpa berusaha untuk mengembangkan potensi diri yang mereka miliki. Sementara, orientasi pembelajaran kimia perlu lebih ditujukan kepada peran aktif siswa untuk belajar dan guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Hal ini berarti harus ada perubahan dalam proses pembelajaran kimia, yakni dari yang semula guru menetapkan apa yang akan dipelajari (teacher centered) menjadi bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman siswa (student centered). Selain itu, di SMAN 1 Boja sudah memiliki laboratorium yang lengkap, seperti laboratorium kimia, fisika, biologi, bahasa, dan lain-lain. Namun, laboratorium tersebut khususnya laboratorium kimia jarang dipergunakan dalam proses pembelajaran, dengan alasan alat dan bahan yang dipergunakan untuk media pembelajaran tidak lengkap, bahkan banyak alat-alat yang sudah rusak karena usia yang sudah terlalu tua atau kurangnya perawatan. Oleh karena itu, perlu diadakan penanganan secara nyata dari guru agar laboratorium yang ada dapat dimanfaatkan dan dipergunakan dengan baik, karena kegiatan pembelajaran di laboratorium memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran kimia. Dengan proses belajar yang dilakukan di laboratorium, siswa dapat

24 4 melakukan dan mengamati percobaan secara langsung sehingga diharapkan siswa akan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menemukan sendiri konsepkonsep materi yang sedang mereka pelajari. Di samping pemanfaatan laboratorium IPA yang kurang maksimal disekolah, fasilitas lain seperti laboratorium komputer (labkom) juga belum dipergunakan secara maksimal dalam proses pembelajaran. Fasilitas elektronik canggih ini kebanyakan baru dipergunakan sebagai media pembelajaran salah satu mata pelajaran tertentu seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saja. Jika kita lihat faktanya, ilmu pengetahuan dan teknologi itu mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin maju, untuk itu siswa perlu dibekali kompetensi yang memadai supaya siswa dapat menyesuaikan diri dengan perubahan atau inovasi dalam memasuki dunia teknologi. Pada beberapa tahun terakhir, tidak sedikit materi pembelajaran yang dapat disampaikan dengan menggunakan media komputer. Menurut Azhar Arysad (2006:15) pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa. Dengan menggunakan komputer siswa menjadi lebih termotivasi karena penggunaan komputer mempunyai tampilan yang menarik seperti gambar, warna, dan musik. Selain itu, media komputer dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Penggunaan media komputer dalam proses pembelajaran commit mengajarkan to user tentang konsep-konsep yang

25 5 abstrak yang kemudian dikonkretkan dalam bentuk audio dan visual, dan pada akhirnya penggunaan komputer dapat menjadi pilihan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif dikelas untuk menunjang keberhasilan dalam pembelajaran kimia. Berdasarkan beberapa uraian permasalahan di atas, dalam proses pembelajaran strategi maupun metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, guru harus memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, dan fasilitas-media yang tersedia, karena memang dalam membelajarkan konsep kimia yang kompleks, sangat penting bagi guru untuk memperhatikan sifat dan karakteristik materi bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Ada banyak pilihan metode pembelajaran kimia inovatif untuk membelajarkan konsep kimia yang bersifat abstrak, namun belum banyak dipraktikkan oleh para guru di kelas, antara lain: metode eksperimen, demonstrasi, Problem Based Learning (PBL) Inkuiri, CTL, peer tutoring (tutor sebaya), jigsaw, STAD, TGT, dan lain-lain. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah dengan menggunaan metode Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Melalui PBL diharapkan prestasi belajar kimia siswa dapat lebih baik dan meningkat. Hal tersebut mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Johannes Strobel & Angela van Barneveld (2009: 53-55) yang menyatakan bahwa siswa yang diajar dengan PBL mengungguli siswa commit yang diajarkan to user dengan cara tradisional. Hasil

26 6 penelitian tersebut menunjukkan prestasi belajar siswa lebih baik apabila menggunakan metode PBL. Selain penggunaan metode, agar lebih efektif dan menarik perhatian siswa dapat menggunakan berbagai media antara lain animasi, modul, peta konsep, komik, laboratorium real, laboratorium virtual dan lain-lain. Media pembelajaran yang digunakan tentu saja harus memperhatikan kondisi siswa dan kondisi sekolah. Guru sebagai fasilitator harus dapat menentukan media pembelajaran apa yang sesuai. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media laboratorium real dan laboratorium virtual. Dengan menggunakan kedua media ini maka fasilitas laboratorium seperti laboratorium IPA dan laboratorium komputer dapat dimanfaatkan dengan baik dan prestasi siswa akan lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Cengiz Tuysuz (2010:37-53), yaitu menyebutkan bahwa dengan menggunakan laboratorium virtual mengakibatkan dampak positif terhadap prestasi dan sikap siswa dibandingkan dengan menggunakan metode tradisional. Keberhasilan dalam pembelajaran kimia, selain dipengaruhi metode dan media pembelajaran, juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal yang mempunyai pengaruh dalam proses belajar mengajar. Faktor internal siswa antara lain adalah kreativitas, kemampuan matematik, sikap ilmiah, gaya belajar, motivasi belajar, dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk melihat dari kemampuan matematik siswa, karena kemampuan matematik sangat diperlukan dalam mempelajari kimia terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang

27 7 kebanyakan bersifat hitungan. Namun, sejauh ini guru sangat jarang memperhatikan aspek-aspek tersebut. Guru hanya fokus pada penyampaian materi tanpa memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai materi kimia. Selain kemampuan matematik, tingkatan daya serap siswa dalam menerima pembelajaran sudah pasti berbeda-beda, ada siswa yang menerima pelajaran dengan cepat, sedang dan ada yang lambat. Sebagian siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah ketika guru menulis dipapan tulis dengan demikian siswa dapat membaca dan memahaminya, tetapi ada siswa yang lebih suka guru mereka dengan lisan, karena mereka dapat mendengarkan untuk bisa memahaminya, tetapi ada pula siswa yang cenderung melakukan gerakan pada saat guru memberikan pelajaran. Dengan kata lain, setiap siswa memiliki gaya belajar tertentu dalam menerima dan menyerap informasi pelajaran hingga menghasilkan suatu bentuk pengetahuan. Gaya belajar tersebut berupa gaya belajar visual, gaya belajar audio dan gaya belajar taktual atau kinestetik, dan selama ini guru kurang memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Bertolak dari uraian di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang pengaruh pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar kimia siswa baik aspek kognitif, maupun aspek afektif bagi siswa yang mempunyai kemampuan matematik dan gaya belajar yang berbeda-beda.

28 8 B. Identifikasi masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang dianggap sulit oleh siswa, hal itu ditunjukkan dengan rata-rata nilai prestasi belajar siswa yang rendah, dan masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu siswa mendapat nilai Prestasi belajar kimia siswa yang belum optimal, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Proses pembelajaran kimia yang berlangsung di kelas saat ini masih menitik beratkan kepada guru sebagai pemeran utama dalam pembelajaran. 4. Pada proses pembelajaran di kelas guru masih menggunakan metode yang konvensional (metode ceramah). 5. Pada faktanya banyak sekolah yang mempunyai fasilitas laboratorium lengkap terutama laboratorium IPA, namun laboratorium tersebut masih jarang dipergunakan pada proses pembelajaran. 6. Pemanfaatan fasilitas lain seperti laboratorium komputer juga belum dipergunakan secara maksimal pada proses pembelajaran terutama pembelajaran kimia. 7. Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran kimia yang belum tepat, inovatif, dan kreatif. 8. Ada banyak pilihan metode pembelajaran kimia inovatif untuk membelajarkan konsep kimia namun belum banyak commit dipraktikkan to user oleh para guru di kelas, antara

29 9 lain: metode eksperimen, demonstrasi, Problem Based Learning (PBL), inkuiri, CTL, peer tutoring (tutor sebaya), jigsaw, STAD, TGT, dan lain-lain. 9. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang memberikan peluang yang luas kepada siswanya, sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan guru hanyalah sebagai fasilitator. Metode pembelajaran tersebut adalah metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual, tetapi guru kurang memperhatikan pemilihan metode yang tepat dan masih menggunakan metode konvensional. 10. Keberhasilan dalam pembelajaran kimia, selain ditentukan oleh metode dan media pembelajaran juga ditentukan oleh kemampuan matematik yang dimiliki siswa, namun guru kurang dalam mengembangkan sikap tersebut. 11. Selain kemampuan matematik, guru belum memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka agar lebih jelas dan terarah pembahasan dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode Problem Based Learning (PBL). 2. Proses pembelajaran dibatasi pada pengamatan langsung (laboratorium real) dan pengamatan melalui komputer (laboratorium virtual) yang sudah dipersiapkan oleh guru disertai lembar kerja siswa. 3. Kemampuan matematik siswa dibatasi pada kemampuan matematik tinggi,

30 10 dan rendah yang diperoleh dengan pemberian tes sebelum proses belajar mengajar berlangsung. 4. Gaya belajar siswa dalam menerima informasi pelajaran dibatasi pada gaya belajar visual dan kinestetik, gaya belajar audiotorial tidak dilibatkan dalam penelitian ini karena metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual, siswa tidak banyak mendengar informasi dari pendengaran. 5. Prestasi belajar berupa tes hasil belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, prestasi belajar yang diukur adalah aspek kognitif dan aspek afektif. 6. Pembelajaran kimia dibatasi pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. \ D. Perumusan Masalah Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan lab real dan lab virtual terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? 2. Adakah pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? 3. Adakah pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?

31 11 4. Adakah interaksi metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan lab real dan lab virtual dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? 5. Adakah interaksi metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan lab real dan lab virtual dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? 6. Adakah interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? 7. Adakah interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan lab real dan lab virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? E. Tujuan Penelitian Adapun Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh penggunaan Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 2. Pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 3. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

32 12 4. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 5. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 6. Interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.. 7. Interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. F. Manfaat Penelitian [[[[[[[[[ Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai guru: Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih metode dan pembelajaran yang sesuai dengan siswanya. b. Bagi sekolah: Sebagai referensi untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran khususnya kimia.

33 13 c. Bagi perkembangan pembelajaran kimia: Sebagai bahan kajian bagi penelitian lain yang menggunakan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan virtual. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa: memberikan pengalaman kepada siswa tentang pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan virtual. b. Bagi guru : 1. Memberikan pengalaman kepada guru tentang pelaksanaan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan media laboratorim real dan virtual 2. Sebagai masukan bagi guru dalam mendesain model pembelajaran yang berorentasi pada guru sebagai fasilitator. 3. Sebagai bahan masukan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media komputer. 4. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar agar memperhatikan kemampun matematik yang berbeda pada siswanya. 5. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar agar memperhatikan gaya belajar yang berbeda pada siswanya. c. Bagi Sekolah : Memaksimalkan fasilitas pembelajaran kimia sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih optimal.

34 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A/A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kimia Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:11) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut Slameto (2003:2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri melalui pemecahan masalah serta dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan belajar jika telah mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan atau pemahaman (kognitif), sikap atau nilai (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu: (1). berpusat pada peserta didik; (2). mengembangkan kreativitas peserta didik; (3). menciptakan kondisi menyenangkan, (4). menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science. Menurut Sastrawijaya (1988:33), Pembelajaran kimia harus memberikan wawasan mengenai cara berpikir commit ilmiah dan to user memberikan pengalaman kerja kimia 14

35 15 nyata dan merangsang siswa berpikir ilmiah melalui kerja praktek di laboratorium. Berati dalam proses pembelajaran kimia tidak cukup hanya dengan menghafal materi saja, tetapi lebih menekankan keterampilan dan teknik pemecahan masalah dengan cara melakukan praktek di laboratorium, sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung, dan siswa akan lebih mengerti tetang materi yang sedang dipelajari. 2. Teori Belajar Teori belajar yang relevan dengan penelitian ada beberapa teori belajar,antara lain : a. Teori Belajar Konstruktivisme Teori konstruktivisme sangat berpengaruh dalam pembelajaran kimia. Teori belajar menurut pandangan Konstruktivisme menyatakan bahwa anak tidak menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi anak secara aktif membangun pengetahuannya. Menurut Slavin dalam Trianto (2007:13) Teori belajar konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Jadi, dalam proses belajar seorang siswa harus berusaha mendapatkan pengetahuan sendiri. Menurut teori kontruktivis untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan menyesuaikan commit informasi to user baru atau pengalaman yang

36 16 dimilikinya melalui interaksi dengan peserta didik lain atau dengan gurunya. Melalui metode PBL dengan menggunakan laboratorium real dan virtual siswa belajar secara berkelompok dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi melalui proses praktikum sehingga siswa dapat membangun konsep sendiri berdasarkan pada pembelajaran yang mereka lakukan. b. Teori belajar kognitif menurut Piaget Jean Piaget adalah seorang psikolog Swiss ( ) yang dikenal sebagai pelopor aliran kontruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang perkembangan individu. Menurut Jean Piaget dalam Syaiful Sagala (2008 : 24) terdapat dua proses yang terjadi dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak yaitu: (1). proses assimilation dimana dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu; (2). proses accomodation yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik. Pemikiran lain dari Jean Piget dalam Ratna Wilis (1989:152) menemukakan bahwa perkembangan individu meliputi empat tahap, yaitu (1). sensory motor (0-2 tahun) yaitu anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan; (2). pre operational (2-7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi matematika seperti menambah mengurangi dan lain sebagainya.

37 17 (3). concrete operational (7-11 tahun) tahap ini merupakan permulaan anak mulai berfikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materimateri abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini sifat egosentris berubah menjadi sensioenris; dan (4). formal operational (11 tahun keatas) anak pada periode ini dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya, untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berfikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwaperistiwa yang konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak. Kaitan teori belajar Piaget dengan penelitian ini adalah dalam sampel, metode dan media pembelajaran yang digunakan, dimana sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI dengan rata-rata berumur tahun. Pada usia ini anak mengalami tahapan perkembangan operasional formal, dimana siswa sudah mampu bekerja secara sistematis, menganalisis hasil, dan menarik kesimpulan. Sementara metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode berbasis masalah dengan laboratorium real dan virtual, dimana siswa dapat bekerjasama secara efektif dan sistematis, serta dapat menganalisis dan membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan secara berkelompok. Berdasarkan uraian tersebut, maka metode PBL sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget. Laboratorium real dan virtual yang digunakan dapat membantu siswa dalam proses menemukan konsep dan informasi yang sesuai dengan pola berfikir anak yang sudah mampu berfikir abstrak.

38 18 c. Teori Belajar Menurut Gagne Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang telah mengembangkan suatu pendekatan perilaku yang elektik mengenai psikologi belajar. Menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (1998:17) belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas disebabkan : (1). stimulus yang berasal dari lingkungan; (2). proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan demikian belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan yang telah melewati proses informasi dan menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut Gagne terdapat tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu: (1). motivasi; (2). pengenalan ; (3). pemerolehan; (4). penyimpanan; (5). ingatan kembali; (6). generalisasi; (7). perlakuan dan (8). umpan balik (Ratna Wilis,1989:134). Pembelajaran kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam penelitian ini dimulai dengan menganalisa tujuan instruksional pembelajaran, pada setiap pembelajaran siswa harus aktif. Metode pembelajaran yang digunakan adalah PBL menggunakan laboratorium real dan virtual dengan harapan siswa dapat mengerti tentang konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dipelajari secara langsung melalui langkah demi langkah proses pembelajaran dengan bimbingan lembar kegiatan siswa, sehingga siswa dapat menghubungkan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dipelajari sebagai hasil belajar pada kemampuan kognitif siswa.

39 19 d. Teori Belajar David Ausubel Ratna Wilis Dahar (1989: 112) menyatakan bahwa Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1968). Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsepkonsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel dan juga Novak (1977) dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 115), ada tiga kebaikan dari belajar bermakna, antara lain: a) informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat; b) informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip; c) informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi lupa. Selanjutnya, dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 116) dikemukakan bahwa Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel (1963), ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Prasyarat-prasyarat dari belajar bermakna adalah materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial dan anak yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna (meaningful learning set). Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor, yaitu materi itu harus memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan

40 20 materi yang nonarbitrer dan substantif. Yang dimaksud dengan materi yang nonarbitrer ialah materi yang ajek (konsisten) dengan apa yang telah diketahui. Sedangkan yang dimaksud dengan materi tersebut harus substantif berarti materi itu dapat dinyatakan dalam berbagai cara, tanpa mengubah arti. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna jika guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Pada penelitian ini menggunakan metode PBL dengan media real dimana dengan media yang digunakan tersebut siswa dapat mengenal obyek yang diamati secara langsung dalam mendapatkan konsep yang bermakna. Jika dilihat dari karateristiknya, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan, sehingga guru dalam menyajikan materi pelajaran tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat menghubungkannya dengan konsep kemampuan matematik yang relevan dalam struktur kognitif siswa. e. Teori Belajar Sosial Teori Belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku, Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada prosesproses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial kita dapat memahami bagaimana kita dapat belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam, tetapi jjuga tidak

41 21 dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang continue dan timbal balik dari determinan-determinan pribadi dan determinan-determinan lingkungan (Bandura dalam Ratna Wilis (1989:27). Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa implikasi dari teori Bandura dalam pembelajaran adalah upaya menciptakan tatanan pembelajaran dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar dengan tingkat kemampuan berbeda. Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama antar individu. 3. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata, Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa adalah model Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Dutch dalam Taufiq Amir (2010 : 21) memberi definisi bahwa PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa. Sementara pengertian metode PBL menurut Arends (2008 : 41) adalah Suatu metode yang memiliki esensi yang melibatkan presentasi situasi-situasi yang autentik dan bermakna, yang berfungsi sebagai landasan bagi investogasi dan penyelidikan siswa.

42 22 Dari kedua pengertian di atas, Problem Based Learning (PBL) dapat didefinisikan sebagai suatu metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal untuk memperoleh pengetahuan baru. Dalam metode Problem Based Learning (PBL), fokus pembelajaran terletak pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah. a. Hakikat Masalah dalam PBL Masalah dalam PBL adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya, jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, PBL memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping itu, tingkat kesukaran masalah juga harus disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh David H. Jonassen & Woei Hung (2008: 21-22), menyatakan bahwa tingkat kesukaran masalah memainkan peran penting dalam efektivitas hasil pembelajaran siswa di semua jenis metode pembelajaran yang menggunakan masalah. Masalah dengan tingkat kesulitan yang tepat pada peserta didik akan sesuai dengan kesiapan kognitifnya, sementara tingkat kesukaran masalah commit yang to user tidak tepat dapat melebihi kesiapan

43 23 pembelajar dan menyebabkan kegagalan. Tujuan dari menilai tingkat kesukaran masalah adalah untuk membantu peneliti mengidentifikasi jenis masalah yang paling efektif digunakan dalam PBL. Metode PBL dalam penelitian ini menekankan siswa untuk dapat memecahkan masalah yang dimunculkan oleh guru pada awal pembelajaran. Media pembelajaran yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut antara lain dengan laboratorium real dan virtual. Masalah yang diangkat juga disesuaikan dengan pokok bahasan yang sedang dipelajari, yakni tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan. Menurut Taufik Amir ( 2010 : 34) mengemukakan bentuk masalah dalam PBL, antara lain terdapat pada Tabel 2.1 dibawah ini : Tabel 2.1. Bentuk masalah dalam PBL Fitur dari masalah Karakteristik Lingkungan belajar dan sumber materi Pelaporan dan presentasi Hal-hal yang perlu diperhatikan Seperti apa relevansinya terhadap siswa? Seperti apa relevansinya terhadap dunia nyata? Seperti apa tingkat kompleksivitas dan kesulitannya? Apakah penyelesaiannya hanya menurut pemahan satu topik, atau penyelesaiannya menurut integrasi multitopik atau bahkan multidisiplin ilmu? Seberapa terbuka solusi masalahnya? Apakah masalah cukup mengembang (illstructured)? Apakah cukup mengundang rasa ingin tahu? Apakah cukup menantang dan menciptakan motivasi? Apakah cukup membuat pemelajar harus memanfaatkan pengetahuan terdahulunya dan mendapatkan informasi baru? Sejauh mana masalah yang dapat menstimulasi kerjasama kelompok? Apakah perlu tuntutan mendapatkan sumber materi? Data/ informasi seperti apa yang dituntut dari sumber materi? Adakah sekenario dari penyelesian masalah? Sejauh mana rincian laporan dan presentasi yang harus dibuat?

44 24 b. Tahapan-tahapan PBL Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan PBL. Arends (2008: 57) menjelaskan sintak PBL yang tersaji / dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah ini : Tabel 2.2. Sintak untuk PBL Fase Fase 1 Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa Fase 2 Mengorganisasikan siswa untuk meneliti Fase 3 Membantu investigasi mandiri dan kelompok Fase 4 Mengembangkan dan mempresentasikan Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Perilaku Guru Guru membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan untuk mengatasi masalah. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya. Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan seperti laporan, dan model-model dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap proses-proses yang mereka gunakan.

45 25 Tabel 2.2 menjelaskan tahapan PBL melalui lima sintak atau langkah. Masing-masing langkah dijabarkan sesuai dengan pengertiannya. Sementara itu, Tabel 2.3 berikut ini menjelaskan tahapan PBL melalui enam langkah menurut pendapat John Dewey dalam Wina Sanjaya (2007: 217) menjelaskan 6 langkah PBL, yaitu: Tabel 2.3 Tahapan Problem Based Learning Tahapan Keterangan 1. Merumuskan masalah Langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. 2. Menganalisis masalah Langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. 3. Merumuskan hipotesis Langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4. Mengumpulkan data Langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5. Pengujian hipotesis Langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah Langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. Secara umum, kedua pendapat tersebut tidak jauh berbeda atau hampir sama. Pada penelitian ini, tahapan PBL yang digunakan disarikan dengan

46 26 menggabungkan kedua pendapat yang ada. Dari kedua pendapat ahli mengenai langkah-langkah PBL tersebut maka secara umum PBL dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini : (1). memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, guru menyajikan tujuan pembelajaran dalam bentuk masalah atau pertanyaan, siswa mengemukakan pendapat atau opini dari masalah itu; (2). mengorganisasikan siwa untuk meneliti permasalahan, Guru membantu siswa untuk mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya; (3). mengumpulkan data dan menganalisisnya, Guru mengarahkan siswa untuk melakukan pengumpulan data dari eksperimen/ pekerjaan siswa untuk mencari penjelasan dan solusi dari permasalahan, kemudian data yang didapatkan tersebut di Tabelkan; (4). mengembangkan dan menyajikan hasil penyelesaian masalah, data yang didapatkan tersebut dianalisis dengan mengacu pada tujuan penyelesaian masalah, lalu mengambil kesimpulan dan melakukan presentasi dari hasil penyelesaian masalah; (5). melakukan evaluasi, guru melakukan evaluasi hasil dari suatu proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan oleh siswa. c. Keunggulan dan kelemahan PBL Sebagai suatu strategi pembelajaran, PBL memiliki beberapa keunggulan, antara lain: (1). pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran; (2). pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa; (3). pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa; (4). pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana

47 27 mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata; (5). pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah tersebut juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya; (6). melalui pemecahan masalah dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja; (7). pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa; (8). pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru; (9). pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata; (10). pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terusmenerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Disamping keunggulan, PBL juga memiliki kelemahan, antara lain: (1). manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; (2). keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; (3). tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

48 28 Kelemahan pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat diatasi dengan cara selalu membangkitkan semangat, minat, dan motivasi siswa pada awal pembelajaran. Guru perlu menekankan kepada siswa bahwa setiap masalah yang ada, pasti ada jalan keluarnya dan dapat dipecahkan bersama-sama dengan kelompoknya. Untuk itu, perlu adanya variasi kegiatan awal pembelajaran yang menarik bagi siswa. Disamping itu, agar PBL dapat berjalan dengan baik maka perlu persiapan yang cukup oleh guru. 4. Media Pembelajaran Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode dan media pembelajaran, kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode pembelajaran tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Menurut Shofyan, media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna, ( diakses tanggal 31 Oktober 2010). Maka dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian media adalah komponen

49 29 sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun ciri-ciri umum media pembelajaran adalah : (1). media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera; (2). media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa; (3). penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio; (4). media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas; (5). media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran; (6). media pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP) atau perongan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video, recorder); (7). sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manjemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. Manfaat positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pengajaran di kelas adalah sebagai berikut: (1). penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama; (2). proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan; (3). pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya

50 30 teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan; (4). lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa; (5). kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan; (6). pengajaran dapat diberikan kapanpun dan dimanapun; (7). sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan; (8). peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif,dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran pada penelitian ini menggunakan Media pembelajaran dengan laboratorium real dan virtual. 5. Laboratorium Real Laboratorium merupakan suatu tempat untuk melakukan percobaan untuk melakukan pengamatan secara langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat : Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari jadi suatu laboratorium sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu serta sistem pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), ( pengertian laboratorium. html, diakses tanggal 1 november 2010). Jadi, dalam pengertian yang khusus laboratorium adalah suatu ruangan tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan agar siswa dapat mendapatkan konsep berdasarkan pengalaman siswa selama proses pembelajaran berlangsung sehingga laboratorium mempunyai peranan yang sangat penting

51 31 dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sementara pengertian laboratorium real adalah laboratorium khusus atau ruangan khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan nyata untuk melakukan percobaan, dalam laboratorium real ini siswa benar-benar dihadapkan dengan benda-benda yang nyata. Peranan laboratorium sudah lama dikembangkan dan dipergunakan dalam pembelajaran IPA untuk mendukung proses pembelajaran, karena dengan melakukan percobaan dilaboratorium dapat melibatkan siswa dalam pengalaman yang konkret terhadap benda-benda dan konsep-konsep. Kelebihan dari laboratorium nyata antara lain : (a). membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya; (b). dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia; (c). hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Sedangkan Kekurangannya : (a). metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi; (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal; (c). metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabaha; (d). setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian. 6. Laboratorium Virtual Laboratorium virtual berbeda dengan laboratorium real, pada laboratorium virtual alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan kegiatan praktikum adalah seperangkat komputer lengkap dengan software yang dirancang khusus

52 32 untuk kegiatan eksperimen. Software ini berisi animasi- animasi alat bahan dan desain untuk kegiatan eksperimen, dengan menggunakan media komputer sebagai media pembelajaran, harus direncanakan secara sistematik agar pembelajaran dan penggunaan komputer dapat berjalan dengan efektif. Pembelajaran dengan menggunakan komputer perlu direncanakan dengan baik agar : (1). menumbuhkan minat peserta didik; (2). menyampaikan materi baru; (3). melibatkan peserta didik secara aktif; (4). mengevaluasi tingkat pemahaman siswa; (5). menetapkan tindak lanjut. Kelebihan dari laboratorium virtual, antara lain: (1). lebih efisien dan efektif tidak menggunakan gedung dan alat-alat laboratorium yang rumit; (2). siswa dapat mengulang kembali praktikum di rumah masing-masing jika belum mengerti; (3). pengadaan laboratorium maya lebih murah dari pada sebuah laboratorium nyata. Sedangkan kekurangan laboraorium virtual : (1). siswa tidak dapat dapat meraba alat-alatnya secara nyata, sehingga psikomotor siswa kurang terlatih dalam merangkai alat-alat praktikum; (2). keterampilan guru saat ini dalam menggunakan IT masih kurang; (3). ketersediaan alat-alat IT di sekolah masih kurang. Berkenaan dengan masalah biaya, bagi sekolah penggunaan laboratorium virtual tidaklah mahal, hal itu akan sangat terasa apabila alat dan bahan yang dipergunakan untuk melakukan eksperimen di laboratorium real mahal (tidak terjangkau). Untuk dapat mengaplikasikanya hanya dibutuhkan seperangkat komputer dan softwarenya. Sedangkan menurut Bekir Bayrak (2007) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar yang nyata antara arahan laboratorium

53 [[ perpustakaan.uns.ac.id 33 dengan arahan komputer, artinya belajar dengan menggunakan komputer pada laboratorium virtual sama efektifnya dengan belajar menggunakan laboratorium real. 7. Kemampuan Matematik Menurut Yulia Kovas (2007), ada tiga kategori kemampuan matematik (mathematical ability), yaitu : (1). understanding number, kemampuan tentang pengoperasian angka dan proses aljabar untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan hitungan; (2). non-numerical processes, kemampuan dalam memahami proses matematika yang bukan angka dan memahami konsep-konsep seperti perputaran atau pencerminan simetris dan operasi spasial lainnya; (3). computation and knowledge, kemampuan untuk melakukan perhitungan sederhana menggunakan metode kertas-pensil dan mengingat kembali fakta matematika dan istilah-istilahnya. Penelitian yang dilakukan John W Adam (2007) mengkaji tentang perbedaan kemampuan matematik individu pada aspek : (1). genetics, kemampuan matematik individu memiliki kaitan kuat dengan faktor genetic; (2). cognition, perbedaan tingkat kemampuan matematik dapat dilihat dari ketepatan penghitungan, individu yang tingkat ketepatan penghitungannya rendah maka kaitan antar konsep dalam memori jangka panjangnya akan lemah; (3). behavioral, tingkat rasa takut terhadap matematika akan mempengaruhi kapasitas kerja otak. dan sikap terhadap matematika. Dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa kemampuan matematik bersifat individual, artinya tiap individu

54 34 memiliki kemampuan matematik yang berbeda-beda. Kemampuan matematik dapat dijadikan variabel dalam penelitian. Dalam pembelajaran kimia SMA, kemampuan matematik sangat diperlukan, terlebih yang terkait dengan kemampuan menyelesaikan perhitungan dan pengoperasian angka (understanding number) yaitu kemampuan dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan, operasi perkalian dan pembagian, operasi hitung aljabar, operasi dalam bentuk akar, dan kesebandingan. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan. Siswa agar mampu menyelesaikan soal hasil kali kelarutan tidak hanya dituntut paham konsep, namun juga memiliki kemampuan berhitung yang baik. 8. Gaya Belajar Pengertian gaya belajar menurut Bobi DePorter (2008 :112), gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang itu menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Jadi, setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Terdapat tiga modalitas belajar seseorang yaitu : modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya. Adapun karakteristik masing-masing gaya belajar antara lain:

55 35 a. Gaya belajar visual Bagi siswa yang mempunyai gaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan (visual), dalam hal ini metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sebaiknya lebih banyak dititik beratkan kepada peragaan / media, antara lain menggunakan materi-materi visual seperti gambar, diagram, gunakan warna untuk mengingat hal-hal penting, menggunakan multimedia (contoh: komputer dan video). Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual antara lain: bicara agak cepat, lebih mengingat yang dilihat daripada yang didengar, lebih suka membaca daripada dibacakan, memiliki masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis. b. Gaya belajar auditori (mendengar) Bagi siswa yang mempunyai gaya belajar auditori, yang memegang peranan penting adalah telinga/pendengaran (audio) dan lebih cepat dalam menerima pelajaran dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakana. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar auditori antara lain: mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat. Strategi untuk mempermudah belajar siswa auditori antara lain: ajak anak untuk ikut berpartisipasi baik dalam kelas maupun dalam keluarga, dorong anak untuk mempelajari materi pelajaran dengan keras, gunakan music untuk mengajarkan anak, diskusikan ide dengan anak secara verbal dan biarkan anak merekam materi pelajarannya kedalam kaset.

56 36 c. Gaya belajar kinestetik Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik antara lain: berbicara perlahan, penampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai permainan yang menyibukkan, dan menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik adalah : jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam, ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru), izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar dan gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan, izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik. Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan

57 37 lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. 9. Prestasi Belajar Kimia Setelah melakukan proses belajar mengajar kimia di kelas, untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Winkel (2007:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya, Jadi dengan adanya nilai dari guru dapat diketahui apakah prestasi belajar siswa itu baik atau tidak. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan. Hasil belajar terdiri dari tiga domain, yaitu: a. Domain kognitif, berhubungan dengan kemampuan intelektual Ada enam tingkatan domain kognitif dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks, yaitu: (1). Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; (2). Pemahaman (comprehention, understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan, atau meringkas; (3). Penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan atau menggunakan materi pelajaran yang commit telah to user dipelajari ke dalam situasi baru atau

58 38 konkret; (4). Analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti; (5). sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan; (6). evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. b. Domain afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, dan nilai Domain ini mempunyai lima tingkatan dari yang sederhana sampai kepada yang lebih kompleks, yaitu: (1). penerimaan (receiving), merupakan kepekaan menerima rangsangan (stimulus) baik berupa situasi maupun gejala; (2). penanggapan (responding), berkaitan dengan reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang; (3). penilaian (valuing), berkaitan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang datang; (4). organisasi (organization), yaitu penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang lebih tinggi; (5). karakteristik nilai (characterization by a value complex), merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. c. Domain psikomotor, meliputi keterampilan motorik dan gerak fisik Domain psikomotor mempunyai enam tingkatan dari yang sederhana hingga yang lebih kompleks, maliputi: (1). persepsi (perception), berkaitan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan; (2). kesiapan melakukan

59 39 pekerjaan (set), berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan, baik secara mental, fisik, maupun emosional; (3). mekanisme (mechanism), berkaitan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari; (4). respons terbimbing (guided respons), yaitu mengikuti atau mengulang perbuatan yang diperintahkan oleh orang lain; (5). kemahiran (complex overt respons), berkaitan dengan keterampilan yang sudah berkembang di dalam diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi pola gerakannya; (6). keaslian (origination), merupakan kemampuan menciptakan pola gerakan baru sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah belajar dan mengikuti proses pembelajaran, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik pula. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: (1). prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa; (2). prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu siswa; (3). prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan; (4). prestasi belajar sebagai indikator produktivitas suatu institusi pendidikan; (5) prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan siswa. Jadi, prestasi belajar tidak hanya berfungsi sebagai indikator keberhasilan dalam belajar bidang tertentu saja tetapi juga berfungsi sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Dalam penelitian ini, prestasi belajar kimia ditunjukkan

60 40 dengan penilaian formatif, yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kalil kelarutan. Alat penilaian yang dalam bentuk tes maupun non-tes. Penilaian non-tes digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek afektif, sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam aspek kognitif umumnya dilakukan dengan tes. Alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan keajegannya atau reliabilitasnya, (Nana Sudjana, 1996: 12). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar dilakukan evaluasi atau penilaian. Bentuk penilian berupa tes maupun non tes. Tes yang baik harus memenuhi kriteria tertentu dan juga harus sesuai dengan tujuan peruntukannya. 10. Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan a. Pengertian Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Untuk zat yang tergolong mudah larut, kelarutannya dinyatakan dalam gram per 100 gram air, untuk zat yang tergolong sukar larut dinyatakan dalam mol L -1 sama dengan kemolaran. Perak kromat (Ag 2 CrO 4 ) merupakan contoh garam yang sukar larut dalam air. Jika kita memasukkan sedikit saja Kristal garam itu kedalam segelas air kemudian diaduk, kita akan melihat bahwa sebagian besar dari garam tidak larut (mengendap di dalam gelas). Larutan perak kromat mudah sekali jenuh. Apakah setelah mencapai keadaan jenuh proses melarut berhenti? Ternyata tidak.

61 41 Kesetimbangan dalam larutan jenuh perak kromat terdapat pada gambar 1 dibawah ini sebagai berikut : Ag 2 CrO 4(s) 2Ag + (aq) + CrO 4 2- (aq) Ag + + CrO 4 - Ag 2 CrO 4(s) Gambar 1. Larutan Jenuh Perak Kromat Tetapan kesetimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang sedikit larut disebut tetapan hasil kali kelarutan dan dinyatakan dengan lambang Ksp. Persamaan tetapan hasil kali kelarutan untuk Ag 2 CrO 4, sesuai dengan persamaan berikut ini : Ksp = [Ag + ] 2 [CrO 4 2- ] Secara umum, persamaan kesetimbangan larutan garam A x B y sebagai berikut : A x B y(s) xa y+ (aq) + yb x- (aq) Ksp = [A y+ ] 2 [B x- ] y b. Hubungan Kelarutan (s) dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (K sp ) Pada reaksi kesetimbangan Ag 2 CrO 4(s) 2Ag + (aq) + CrO 4 2- (aq) konsentrasi kesetimbangan ion Ag + dan ion CrO 4 2- dalam larutan jenuh dapat dikaitkan dengan kelarutan Ag 2 CrO 4, yang commit sesuai dengan to user stoikiometri reaksi (perbandingan

62 42 koefisien reaksinya). Jika kelarutan Ag 2 CrO 4 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi Ag + dalam larutan sama dengan 2 s dan konsentrasi ion CrO 4 2- sama dengan s. Ag 2 CrO 4(s) 2Ag + 2- (aq) + CrO 4 (aq) s 2s s Dengan demikian, nilai tetapan hasil kali kelarutan (K sp ) Ag 2 CrO 4 dapat dikaitkan dengan nilai kelarutannya (s) sebagai berikut: K sp = [Ag + ] 2 [CrO 2-4 ] = (2s) 2 (s) = 4s 3 Secara umum, hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (K sp ) untuk elektrolit A x B y dapat dinyatakan sebagai berikut: A x B y(s) xa y+ (aq) + y B x- (aq) s xs ys K sp = [A y+ ] x [B x- ] y = (xs) x (ys) y = x x y y s (x+y) c. Pengaruh Ion Senama terhadap kelarutan Contoh pengaruh ion senama pada larutan elektrolit adalah pada larutan jenuh Ag 2 CrO 4, apakah yang akan terjadi apabila kedalam larutan jenuh itu kita tambahkan larutan AgNO 3 atau larutan K 2 CrO 4? Dalam larutan jenuh Ag 2 CrO 4

63 43 terdapat kesetimbangan antara Ag 2 CrO 4 padat dengan ion-ion Ag + dan ion-ion CrO4 2-. Ag 2 CrO 4 2Ag + (aq) + CrO4 2- (aq) Penambahan larutan AgNO 3 atau K 2 CrO 4 akan memperbesar ion 2Ag + atau ion CrO4 2- dalam larutan. AgNO 3(aq) Ag + (aq) + NO 3 - (aq) K 2 CrO 4(aq) 2K + (aq) + CrO 4 2- (aq) Sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan ion Ag + atau ion CrO 4 2- akan menggeser kesetimbangan kekiri. Akibat dari pergeseran itu, jumlah Ag 2 CrO 4 yang larut mulai berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama akan memperkecil kelarutan. Akan tetapi sebagaimana halnya kesetimbangan pada umumnya, ion senama tidak mempengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan selama suhu tidak berubah. d. Pengaruh ph terhadap kelarutan Tingkat keasaman larutan (ph) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat. Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.

64 44 1) ph dan kelarutan basa Sesuai dengan efek ion senama, suatu basa akan lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa daripada larutan yang bersifat netral. Contoh : Membandingkan kelarutan basa dalam air dan dalam larutan yang bersifat basa. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH) 2 = 2 x Tentukanlah kelarutan Mg(OH) 2 dalam: a) akuades (air murni) b) larutan dengan ph = 12 Jawab: a) dalam air, Mg(OH) 2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh dimana: [Mg 2+ ] [OH - ] 2 = K sp Mg(OH) 2 Misal kelarutan Mg(OH) 2 = s mol L -1 Mg(OH) 2(s) Mg 2+ (aq) + 2OH - (aq) s s 2s [Mg 2+ ] [OH - ] 2 = K sp Mg(OH) 2 (s) (2s) 2 = 2 x s 3 = 2 x s = 7,94 x 10-5 mol. L -1 jadi kelarutan Mg(OH) 2 dalam air sebesar 7,94 x 10-5 mol. L -1 b) dalam larutan dengan ph = 12 ph = 12 poh = 2

65 45 [OH - ] = 1 x 10-2 mol. L -1 Mg(OH) 2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh, misalkan kelarutan Mg(OH) 2 = x mol. L -1 Mg(OH) 2(s) Mg 2+ (aq) + 2OH - (aq) x x 2x konsentrasi ion OH - dalam larutan = 1 x x mol. L -1. Substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan konsentrasi Mg(OH) 2 menghasilkan persamaan sebagai berikut: [Mg 2+ ] [OH - ] 2 = K sp Mg(OH) 2 (x) (1 x x) = 2 x Oleh karena dapat diduga bahwa x << 1 x 10-2, maka 1 x x 1 x Persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: (x) (1 x 10-2 ) 2 = 2 x x = 2 x 10-8 jadi kelarutan Mg(OH) 2 dalam larutan dengan ph = 12 adalah 2 x 10 8 mol. L -1. Kelarutan ini kira-kira kali lebih kecil daripada kelarutan Mg(OH) 2 dalam akuades. 2) ph dan Kelarutan Garam Kalsium karbonat (CaCO 3 ) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan HCl. Fakta ini dapat diterangkan sebagai berikut:

66 46 Dalam larutan jenuh CaCO 3 terdapat kesetimbangan sebagai berikut: CaCO 3(s) Ca 2+ (aq) + CO 3 2- (aq) Dalam larutan asam, ion CO 3 2- akan diikat oleh H + membentuk HCO 3 - atau H 2 CO 3. H 2 CO 3 selanjutnya akan terurai membentuk CO 2 dan H 2 O. Hal ini akan menggeser kesetimbangan ke arah kanan. Dengan kata lain CaCO 3 melarut. 3) ph dan kelarutan garam Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan HCl. Fakta ini dapat diterangkan sebagai berikut, dalam larutan jenuh CaCO 3 terdapat kesetimbangan : CaCO 3(s) Ca 2+ (aq) + CO 3 2- (aq) Dalam larutan asam, ion CO 3 2- akan diikat oleh ion H + membentuk HCO 3 - atau H 2 CO 3. H 2 CO 3 selanjutnya akan terurai membentuk CO 2 dan H 2 O. Hal ini akan menggeser kesetimbangan diatas kekanan. Dengan kata lain, menyebabkan CaCO 3 melarut. e. Reaksi Pengendapan Kita dapat mengeluarkan suatu ion dalam larutannya melalui reaksi pengendapan. Misalnya ion kalsium (Ca 2+ ) dalam air sudah dapat dengan menambahkan larutan Na 2 CO 3. Dalam hal ini, ion Ca 2+ akan bergabung dengan ion carbonat (CO 3 2- ) membentuk CaCO 3, suatu garam yang sukar larut, sehingga mengendap. Ca 2+ (aq) + CO 3 2- (aq) CaCO 3(s)

67 47 Contoh lainnya yaitu mengendapkan ion Cl - dari air laut dengan menambahkan larutan perak nitrat (AgNO 3 ). Ion Cl - akan bergabung dengan ion Ag + membentuk AgCl yang sukar melarut. Cl - (aq) + Ag + (aq) AgCl (s) Proses terjadinya pengendapan AgCl ketika larutan yang mengandung ion Cl - ditetesi dengan ion Ag +. Apakah endapan AgCl langsung terbentuk begitu ada ion Ag + memasuki larutan? Kita ingat kembali bahwa AgCl dapat larut dalam air, meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit. Artinya ion Ag + dan ion Cl - dapat berada secara bersama dalam larutan sehingga larutan itu jenuh, yaitu sampai hasil kali [Ag + ][Cl - ] sama dengan nilai K sp AgCl. Apabila penambahan ion Ag + dilanjutkan hingga hasil [Ag + ][Cl - ] > K sp AgCl maka kelebihan ion Ag + dan ion Cl - akan bergabung membentuk endapan AgCl. Jadi pada penbahan larutan Ag + ke dalam larutan Cl - dapat terjadi tiga hal sebagai berikut: Jika [Ag + ][Cl - ] < K sp AgCl, larutan belum jenuh. Jika [Ag + ][Cl - ] = K sp AgCl, larutan tepat jenuh. Jika [Ag + ][Cl - ] > K sp AgCl, larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan). Sebagai mana telah dipelajari ketika membahas kesetimbangan kimia, hasil kali konsentrasi seperti dirumuskan dalam rumus tetapan kesetimbangan (bukan konsentrasi kesetimbangan) kita kenal dengan Q c. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa: Jika Q c < K sp, larutan belum jenuh. Jika Q c = K sp, larutan tepat jenuh. Jika Q c > K sp, larutan terjadi pengendapan

68 48 B. Penelitian yang relevan Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, di antaranya adalah : 1. Judul : Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah melalui Metode Proyek dan Inkuiri ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa. Peneliti : Septa Krisdiyanto, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar siswa, kesamaan antara penelitian yang akan dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan penerapan pembelajaran berbasis masalah tetapi pada penelitian ini membandingkan antara dua metode dan memperhatikan kreativitas dan sikap ilmiah. Perbedaannya terletak pada media pembelajaran yang digunakan, penulis membandingkan media pembelajaran dengan memperhatikan kemampuan matematik dan gaya belajar siswa. 2. Judul : Pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL dengan eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual dengan mempertimbangkan sikap ilmiah siswa pada materi pokok asam, basa dan garam siswa kelas VII SMP N 3 Karanganyar. Peneliti : Titin Catur Winarti, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas Sebelas

69 49 Maret Surakarta, Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan eksperimen virtual lebih baik jika dibandingkan prestasi belajar siswa dengan eksperimen laboratorium. Kesamaan antara yang dilakukan penulis dengan penelitian di atas adalah penulis juga menerapkan pembelajaran dengan laboratorium riil dan virtual dalam pengajaran kimia. Perbedaannya terletak pada pendekatan pembelajaran dan materi pelajaran yang diajarkan yaitu asam basa dan garam, sedangkan penulis menggunakan materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. 3. Judul : Pembelajaran Biologi Metode Inkuiri Terbimbing menggunakan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar. Peneliti : Supi Iswari, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa Pembelajaran Inkuiri terbimbing dengan laboratorium riil dan laboratorium virtuil dapat menunjukkan perbedaan prestasi belajar. Dalam proses pembelajaran konsep teoritis yang abstrak memerlukan media untuk memvisualisasikan materi menjadi konkret. Sikap ilmiah dan gaya belajar siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kesamaan antara yang dilakukan penulis dengan penelitian di atas adalah penulis juga menerapkan pembelajaran dengan laboratorium real dan virtual dalam pengajaran kimia, sama-sama membahas gaya belajar siswa. Perbedaannya terletak pada

70 50 metode pembelajaran yaitu penulis menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). 4. Judul : Pembelajaran Kimia melalui Metode TAI dan GI ditinjau dari Kemampuan Awal dan Kemampuan Matematik Siswa. Peneliti : Mawan Akhir Riwanto, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah terhadap prestasi belajar siswa, berarti dari analisa data dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pengaruh pembelajaran dengan metode TAI dan GI yang disertai kemampuan awal dan kemampuan matematik siswa tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal dan kemampuan matematik yang rendah. Kesamaan antara penelitian yang akan dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur kemampuan matematik siswa, sementara perbedaannya terletak pada metode pembelajajaran yang digunakan. Hasil penelitian lain yang dipublikasikan secara internasional dalam bentuk jurnal internasional menurut David H. Jonassen & Woei Hung yang berjudul All Problems are not Equal: Implications for Problem-Based Learning, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesukaran masalah memegang peran penting dalam efektivitas hasil pembelajaran siswa di semua jenis metode pembelajaran yang

71 51 menggunakan masalah. Masalah dengan tingkat kesulitan yang tepat pada peserta didik akan sesuai dengan kesiapan kognitifnya, sementara tingkat kesukaran masalah yang tidak tepat dapat melebihi kesiapan pembelajar dan menyebabkan kegagalan. Penelitian yang lain menurut Lucilia Domingues, tahun 2010 yang berjudul Virtual laboratories in (bio) chemical engineering education. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Informasi dan Komunikasi (ICT) telah mendorong terciptanya gaya belajar baru dengan menggunakan laboratorium virtual sebagai pelengkap atau pengganti sesi laboratorium, dengan laboratorium virtual dapat mengatasi beberapa keterbatasan dari percobaan yang konvensional. Kedua hasil penelitian yang dipublikasikan secara internasional di atas menekankan pada proses penyelesaian masalah dalam pembelajaran. Tujuan akhirnya yaitu untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang berbasis pada masalah. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti berusaha untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis masalah terhadap prestasi belajar siswa namun dengan tidak mengabaikan hakikat kimia sebenarnya yang merupakan satu kesatuan yang meliputi proses, produk, dan sikap. C. Kerangka Berfikir Berdasarkan teori yang telah diuraikan, dapatlah disusun suatu kerangka pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan, adapun kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

72 52 1. Pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) baik dengan laboratorium real maupun virtual terhadap prestasi belajar siswa. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan suatu materi yang sebagian besar materinya bersifat abstrak. Pada umumnya siswa dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) cendrung belajar dengan hafalan dari pada memahami konsep materi tersebut. Hal ini menyebabkan sebagian besar materi ini menjadi lebih abstrak, sehingga siswa tidak dapat mengenali konsep-konsep atau hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahaminya, sehingga, siswa tidak memiliki pemahaman konsep kimia yang bersifat dasar pada awal mereka mempelajari ilmu kimia. Akibatnya siswa tidak mampu berpikir ilmiah terhadap peristiwa sehari-hari yang terjadi dalam dunia nyata siswa. Hal ini tentu tidak sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran kimia yaitu memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, maka dapat digunakan suatu metode Problem Based Learning (PBL) yang dilengkapi dengan media laboratorium real dan virtual. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan laboratorium berarti memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan percobaan dan meningkatkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan prestasinya, karena dengan kegiatan laboratorium siswa dapat melakukan peragaan, simulasi, pengukuran, dan pengamatan secara langsung untuk menggali potensi sesuai dengan tuntutan dari standar kompetensi maupun kompetensi dasar yang

73 53 ditentukan dalam kurikulum. Guru dapat memfokuskan peranannya untuk memfasilitasi, membimbing, mengarahkan, dan memotivasi siswanya untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang dituangkan pada lembar kerja siswa. Menurut Ausebel Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Penggunaan laboratorium real dalam pembelajaran kimia memiliki keunggulan obyek yang diamati merupakan obyek yang nyata berada dalam lingkungan sehari-hari, dengan demikian siswa dapat lebih mengenal obyek dan mendapatkan konsep yang bermakna. Sedangkan kelemahan penggunaan laboratorium real adalah ketersediaan peralatan laboratorium yang terbatas jumlahnya dan perlu persiapan yang lama untuk melakukan pengamatan baik persiapan alat dan bahan, selain itu siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam menggunakan alat dan bahan percobaan. Sementara siswa yang pembelajarannya menggunakan laboratorium virtual, dalam melakukan percobaan tidak dihadapkan dengan alat dan bahan yang nyata tetapi melalui komputer yang telah dilengkapi dengan software yang didesain khusus untuk melakukan percobaan. Keunggulan dari penggunaan laboratorium virtual adalah siswa lebih dapat menekuni materi yang disajikan, karena siswa dapat dengan cepat mendapatkan materi yang diinginkan. Pada media laboratorium virtual dapat dilakukan secara berulang-ulang tanpa menghabiskan waktu untuk mempersiapkan pengulangan sehingga siswa dapat mengulang praktikum hingga mereka merasa paham. Akan tetapi kelemahan penggunaan laboratorium virtual adalah tidak semua siswa dapat mengoperasikan

74 54 komputer dengan baik, sehingga siswa tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. SMAN 1 Boja sudah mempunyai fasilitas laboratorium kimia yang lengkap tetapi fasilitas tersebut jarang dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran, sehingga apabila kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan laboratorium siswa akan merasa kesulitan, karena tidak terbiasa melakukannya, sehingga dimungkinkan memerlukan waktu yang lama untuk melakukan peercobaan. Sementara laboratorium komputer yang tersedia di SMAN 1 Boja memiliki jumlah komputer yang memadai untuk proses pembelajaran kimia, dimana dengan jumlah komputer yang banyak siswa lebih dapat berkonsentrasi dalam melakukan percobaan, dan jika melihat keadaan siswa di SMAN 1 Boja rata-rata sudah mempunyai kompetensi yang memadai untuk mengoperasionalkan komputer sehingga siswa dapat dengan lancar melakukan percobaan. Disamping itu pula, siswa akan merasa lebih semangat karena media pembelajaran laboratorium virtual mempunyai tampilan yang menarik, yang dilengkapi dengan animasi-animasi dan gambar. Dari pemikiran di atas diduga bahwa siswa yang pembelajarannya melalui Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual memperoleh prestasi belajar baik kognitif maupun afektif yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan laboratorium real.

75 55 2. Pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kimia. Ausebel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna bila guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkan dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan. Sementara itu kemampuan matematik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam mengoperasikan bilangan dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan kesebandingan. Siswa dengan struktur kognitif perhitungan yang baik, dapat menghubungkan persoalan hitungan kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan konsep perhitungan yang telah ada pada struktur kognitifnya. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi akan dapat melakukan perhitungan matematik dengan cepat dan tepat. Kemampuan matematik yang tinggi dimungkinkan akan membantu siswa dalam menyelesaikan soal hitungan yang ada dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, harapannya prestasi kognitif makin baik. Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi akan merasa senang dalam melakukan perhitunganperhitungan dalam soal kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal ini dapat mendorong sikap positif terhadap pelajaran. Berbeda dengan siswa yang memiliki kemamapuan matematik rendah, akan merasa terbebani dengan persoalan perhitungan. Orientasi perasaan dan sikap ini akan mempengaruhi perkembangan

76 56 afektif siswa selama pembelajaran. Dari pemikiran di atas, diduga siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi akan memiliki prestasi belajar ranah kognitif dan afektif yang lebih baik dibanding siswa dengan kemampuan matematik rendah. 3. Pengaruh Gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kimia. Siswa memiliki kecenderungan dalam menerima dan mengolah informasi selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Siswa yang memiliki gaya belajar visual cenderung melakukan proses belajar dengan penglihatan (visual), siswa yang seperti ini biasanya lebih mengingat daripada yang didengar. Sementara siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh dan melakukan. Biasanya siswa yang seperti ini cenderung lebih aktif pada saat proses pembelajaran. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan suatu materi yang bersifat hitungan, jadi dalam mempelajari materi tersebut diperlukan latihan soal secara terus menerus. Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai kegiatan seperti menulis sehingga ketika mereka mengerjakan soal-soal mereka lebih bersemangat, dan lebih mengingat materi pelajaran yang sedang dipelajari sehingga diduga bahwa siswa yang memiliki gaya belajar yang kinestetik akan memperoleh prestasi kognitif dan afektif yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki gaya belajar visual.

77 57 4. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar siswa. Pembelajaran metode PBL menggunakan media pembelajaran dengan kemampuan matematik sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi membutuhkan suatu media permbelajaran yang sesuai untuk lebih mengasah kemampuannya tersebut. Oleh karena itu pembelajaran dengan media laboratorium real dan virtual merupakan salah satu media yang tepat untuk memfasilitasi siswa dengan karakteristik tersebut di atas. Hal ini disebabkan karena prinsip dasar dari media pembelajaran dengan menggunakan laboratorium real dan virtual menekankan pada pengalamanpengalaman belajar yang mendorong siswa untuk dapat menemukan konsepkonsep ataupun membuktikan konsep-konsep dan prinsip melalui proses praktikum sehingga dapat menghubungkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan awal yang dimiliki, sementara itu karateristik materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan. Ditinjau dari kemampuan matematiknya, siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi jika diberikan perlakuan menggunakan media laboratorium virtual akan mendapatkan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dengan menggunakan media laboratorium real, Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah memiliki prestasi yang sama-sama rendah ketika diberikan perlakuan dengan laboratorium real maupun virtual, karena karakteristik materi kelarutan dan hasil

78 58 kali kelarutan bersifat hitungan, jadi kemampuan matematik sangat mendukung dalam menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas diduga bahwa terdapat interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. 5. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real, laboratorium virtual dan gaya belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Media pembelajaran dan gaya belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, siswa yang menggunakan media laboratorium real dengan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual. Sedangkan, siswa yang menggunakan laboratorium virtual dengan gaya belajar visual memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Jika dilihat dari gaya belajar siswa, siswa yang memiliki gaya belajar visual jika diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium virtual akan mendapatkan pretasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium real, karena siswa yang mempunyai gaya belajar visual cenderung lebih menyukai belajar dengan melihat sehingga ketika diberikan media commit laboratorium to user virtual akan lebih bersemangat.

79 59 Sedangkan, siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik jika diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium real akan mendapatkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium virtual, karena siswa yang mermiliki gaya belajar kinestetik cenderung banyak bergerak, sehingga akan lebih bersemangat ketika diberikan praktikum secara langsung di laboratorium. Berdasarkan uraian ini diduga bahwa terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa. 6. Interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa Kemampuan matematik dan gaya belajar merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan matematik siswa menunjukkan kemampuan dalam memecahkan persoalan dalam bentuk hitungan sedangkan gaya belajar siswa menunjukkan kemampuan untuk menerima dan menyerap informasi. Dari uraian tersebut, maka siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar kinestestetik akan memperoleh prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual. Sedangkan, siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dengan gaya belajar visual maupun kinestetik akan memperoleh prestasi yang sama-sama rendah, dengan gaya belajar apupun tanpa didukung dengan kemampuan matematik yang baik akan mendapatkan hasil yang kurang baik karena materi kelarutan dan hasil kali kelarutan commit bersifat to hitungan. user

80 60 Berdasarkan uraian ini diduga bahwa terdapat interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. 7. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan laboratorium real dan virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Media pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk melakukan penyelidikannya dengan inderanya sehingga siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya. Jika siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi, gaya belajar kinestetik dan diberikan pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual maka prestasinya akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dan gaya belajar visual. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dan diberikan pembelajaran dengan menggunakan laboratorium real maupun virtual dengan gaya belajar apapun akan memiliki prestasi yang samasama rendah. Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa terdapat interaksi antara media pembelajaran, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.

81 61 D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam penelitian ini, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui laboratorium virtual dan real dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa. 2. Ada pengaruh kemampuan matematik siswa yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. 3. Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. 4. Ada interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 5. Ada interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan virtual dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 6. Ada interaksi antara kemampuan matematik dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 7. Ada interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) dengan laboratorium real dan virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

82

83 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA N 1 Boja pada tahun pelajaran 2010/2011 yang dilaksanakan pada semester 2 (genap), dengan jadual penelitian pada Tabel 3.1. dibawah ini : Tabel 3.1. Jadual Penelitian No Kegiatan Bulan / Tahun Penyusunan proposal X 2 Pembimbingan proposal X X X 3 Penyusunan instrument X X 4 Seminar proposal X 5 Penyempurnaan X X proposal 6 Analilsis Uji Coba instrument X 7 Pelaksanaan penelitian X X 8 Pembimbingan pengolahan data X X 9 Penulisan laporan BAB IV dan V X X 10 Ujian tesis X 62

84 63 Berdasarkan Tabel 3.1. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut : a. Tahap persiapan, meliputi : pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing, pembuatan proposal, perizinan penelitian, dan konsultasi instrument penelitian. b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian, meliputi : uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis. B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMAN 1 Boja tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya kelompok-kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompokkelompok yang ada dalam populasi. Masing-masing kelas dari keseluruhan kelas XI IPA dipandang sebagai kelompok-kelompok yang akan dipilih dua kelas secara random (acak) untuk dijadikan sebagai kelompok sampel. Setelah diundi secara acak, terpilihlah kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai kelompok sampel dalam penelitian ini. Kelas XI IPA 1 diberikan perlakuan menggunakan media laboratorium virtual dan pada siswa kelas XI IPA2 diberikan perlakuan menggunakan media laboratorium commit real. to user

85 64 Diperlukan untuk dilakukan pengujian kesamaan rerata, agar hasil eksperimen benar-benar akibat dari perlakuan yang dibuat, bukan karena pengaruh yang lain. Untuk menguji kesamaan rerata kedua kelompok sampel digunakan uji t (t-test) dua pihak, berdasarkan hasil prestasi MID semester sebelumnya. Adapun langkah-langkah uji t dua pihak adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Hipotesis Adapun hipotesis yang diajukan adalah: H 0 = Tidak ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa kelompok eksperimen satu dengan kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dua sebelum diberikan perlakuan. H 1 = Ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa kelompok eksperimen satu dengan kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dua sebelum diberikan perlakuan. 2. Uji Statistik Statistik uji t menggunakan compare mean dengan pendekatan Independent-Samples T test. Ketentuan pengambilan kesimpulan yaitu H 0 diterima ketika P-value (2-tailed) > nilai a. Tingkat signifikansi (a) yang digunakan 0,05. Untuk menghitung uji kesamaan rerata dilakukan dengan menggunakan software program SPSS 15. Berikut ini hasil uji kesamaan rerata yang ditunjukkan oleh Tabel 3.2. dibawah ini :

86 65 Tabel 3.2. Hasil Uji Kesamaan Rerata Prestasi kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 Levene's Test t-test for Equality of Means F T P value (2-tailed) , Sebelum dilakukan uji kesamaan rerata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas, ternyata kedua sampel ini menunjukkan uji tidak normal dan homogen sehingga untuk pengambilan keputusan uji kesamaan rerata digunakan equal variance assumed, dimana besarnya sig.(2-tailed) > 0,05 sehingga Ho diterima. Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan rerata dapat dilihat bahwa P value (2-tailed) = 0,801 > t = 0,253 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa kelompok eksperimen satu dengan kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dua sebelum diberikan perlakuan. C. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen (experimental research). Dalam penelitian ini ada dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan dengan metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan kelompok kedua diberi perlakuan dengan metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium virtual. Untuk kelompok pertama dan kelompok kedua diasumsikan

87 66 sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan media pembelajaran, kemampuan matematik dan gaya belajar. Suatu penelitian yang baik diperlukan rancangan yang baik dan tepat, baik sasaran penelitian, instrument penelitian, serta faktor-faktor yang mungkin akan mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan, artinya penelitian ini diharapkan tidak menimbulkan kerancuan dan masalah dalam penetapan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian benar-benar menggambarkan apa adanya tidak dibuat-buat atau dimanipulasi. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan factorial 2 x 2 x 2 dengan teknik analisis varians (Anova) yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk meneliti perbedaan perlakuan pembelajaran yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dengan laboratorium real dan metode Problem Based Learning (PBL) yang menggunakan laboratorium virtual yang dihubungkan dengan kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. Tata letak rancangan data penelitian disajikan dalam Tabel 3.3. di bawah ini : Tabel Tata Letak Rancangan Data Penelitian Metode PBL (A) Lab. real (A 1 ) Lab. virtual (A 2 ) Kem.Matematik (B) Gaya Belajar (C) Tinggi (B 1 ) Rendah (B 2 ) Visual ( C 1 ) Kinestetik (C 2 )

88 67 Keterangan : A = Metode pembelajaran A 1 = Laboratorium real A 2 = Laboratorium virtual B B 1 = Kemampuan matematik = Kemampuan matematik tinggi B 2 = Kemampuan matematik rendah C = Gaya belajar C 1 = Gaya belajar visual C 2 = Gaya belajar kinestetik D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu : 1. Variabel bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual. a. Definisi Operasional : Metode pembelajaran adalah suatu cara atau langkah yang dilakukan guru dalam usahanya untuk membelajarkan siswa atau peserta didik guna meningkatkan proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran commit to kimia user dengan metode Problem Based

89 68 Learning (PBL) adalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. b. Simbol : A. 2. Variabel Moderator Variabel Moderator pada penelitian ini adalah kemampuan matematik dan gaya belajar siswa, yang dibatasi pada kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah dan gaya belajar siswa yang dibatasi pada gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik. a. Definisi Operasional Kemampuan matematik adalah keadaan internal seseorang dalam menyelesaikan perhitungan dan pengoperasian angka. Sedangkan gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang itu menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pelajaran di kelas. b. Simbol : B untuk Kemampuan matematik, dan C untuk gaya belajar. 3. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi (hasil) belajar kimia untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari proses pembelajaran dikelas pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, yang mengakibatkan perubahan diri siswa yang disimbolkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar dalam penelitian ini

90 69 meliputi dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, dan mengaplikasi. Sementara, aspek afektif adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang merupakan aktualisasi pengalaman, perasaan, minat, sikap, dan emosi seseorang yang muncul saat terjadi proses interaksi. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran Pada penelitian ini penulis menggunakan silabus Silabus, Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa. 2. Instrumen Pengambilan Data Dalam pengambilan data instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar kognitif dan angket prestasi belajar afektif, tes kemampuan matematik siswa, dan angket gaya belajar. F. Teknik Pengumpulan Data dan angket. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah tes 1. Metode tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar kognitif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan data kemampuan

91 70 matematik siswa, pada kelas XI IPA Semester 1 SMA Negeri 1 Boja tahun pelajaran 2010/ Metode Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data gaya belajar siswa dan nilai prestasi belajar afektif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. G. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Uji Coba Instrumen Tes a. Validitas Butir Soal Penghitungan validitas tes dimaksudkan untuk mengetahui keabsahan atau ketepatan suatu tes. Menurut Suharsimi (2001: 65), sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur sesuatu yang hendak diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas butir soal/item. Pada validitas item sebuah soal dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Suharsimi, 2001: 76). Validitas butir soal dicari dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir soal dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment Pearson, sebagai berikut: H Ƽ

92 71 Keterangan : r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan N = jumlah soal X = skor tiap butir soal Y = skor total Koefisien korelasi product momen pearson menunjukkan validitas item dari tes bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut r hitung. Selanjutnya hasil perhitungan dengan korelasi product momen pearson dapat dikonsultasikan ke Tabel r Tabel. Item dikatakan valid bila harga r hitung r Tabel. Kategori interpretasi derajat validitas berdasarkan interpretasi yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (1999 : 75) adalah : Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal Nilai Kategori 0,80< r 11 1,00 sangat tinggi 0,60< r 11 0,80 tinggi 0,40< r 11 0,60 cukup 0,20< r 11 0,40 rendah r 0,20 sangat rendah 11 Untuk menghitung validitas butir soal tes kemampuan matematik dan tes prestasi kognitif dilakukan dengan menggunakan software program ANATES pilihan ganda Versi Berikut ini hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.5.

93 72 Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Instrumen Jumlah Valid Tidak valid No item tidak valid Tes prestasi kognitif ,9,14,17,19,20,24,25,28 Tes Kemampuan Matematik ,3,12,18,22,24,28 Dari Tabel 3.5 terlihat bahwa pada prestasi belajar kognitif, terdapat 9 soal yang tidak valid. Soal-soal yang tidak valid tersebut tidak dipakai dalam penelitian, sedangakan soal yang valid ada 21 butir soal. Jumlah soal yang dipakai untuk pengambilan data penelitian sebanyak 20 soal, jadi terdapat 1 butir soal yang valid tidak digunakan dalam penelitian, dengan asumsi bahwa sudah ada indikator soal yang mewakili, yaitu soal nomor 13. Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif secara rinci dapat dilihat pada lampiran 20. Pada tes kemampuan matematik, ada 7 item soal yang tidak valid dan soal yang valid ada 23 soal. Soal-soal yang tidak valid tersebut tidak dipakai dalam penelitian. Jumlah soal tes kemampuan matematik yang dipakai pada saat penelitian adalah 20 soal, sehingga terdapat 3 item soal yang valid juga didrop yaitu dengan nomor soal 10,19,dan 29. Hasil uji validitas tes kemampuan matematik secara lebih rinci terdapat pada lampiran 22. c. Uji Reliabilitas Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau keajegan yang tinggi jika dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan

94 73 untuk meramalkan (predictability). Dengan demikian, alat ukur tersebut akan memberikan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan akan memberikan hasil yang serupa apabila digunakan berkali-kali. Suatu alat ukur atau instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur tersebut selalu memberikan hasil yang sama meskipun digunakan berkali-kali, baik oleh peneliti yang sama maupun oleh peneliti yang berbeda. Oleh karena itu, pengujian reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi atau keajegan hasil pengukuran yang digunakan. Pengukuran reliabilitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20. Keterangan : H ژ.ژ. Ǵ ژ. r 11 = koefisien reliabilitas n = banyaknya soal S = simpangan baku p q = proporsi subjek yang menjawab benar = proporsi subjek yang menjawab salah pq = jumlah hasil pekalian antara p dan q (Suharsimi Arikunto, 1999: 102) berikut: Kategori interpretasi derajat reliabilitas terdapat pada Tabel 3.6 sebagai

95 74 Tabel 3.6. Kategori Reliabilitas Butir Soal Batasan Kategori 0,80< r 11 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60< r 11 0,80 tinggi (baik) 0,40< r 11 0,60 cukup(sedang) 0,20< r 11 0,40 rendah (kurang) r 0,20 sangat rendah (sangat kurang) 11 Dibawah ini merupakan Tabel uji reliabilitas instrumen secara keseluruhan. Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes No. Instrumen Reliabilitas Kriteria 1. Prestasi Kognitif 0,79 tinggi 2. Kemampuan Matematika 0,83 sangat Tinggi Tabel 3.7. menunjukkan bahwa instrumen Prestasi kognitif memiliki kriteria uji reliabilitas tinggi, sedangkan kemampuan matematika memiliki kriteria uji reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian, kedua instrumen pengambilan data tersebut memenuhi syarat uji coba reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. C. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal Soal yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur adalah soal yang mempunyai derajat kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Derajat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks

96 75 kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan persamaan : Tingkat Kesukaran = S I A A + S + I B B x100% Keterangan : S A = Jumlah Skor Kelompok Atas S B = Jumlah Skor Kelompok Bawah I A = Jumlah Skor Ideal Kelompok atas I B = Jumlah Skor Ideal Kelompok Bawah Untuk menghitung daya pembeda atau indeks kesukaran tes prestasi kognitif dan tes kemampuan matematik dilakukan dengan menggunakan software program ANATES pilihan ganda Versi Kategori interpretasi nilai indeks kesukaran menurut Karno To adalah: Tabel 3.8. Kategori Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Kriteria 0 15 % sangat sukar, sebaiknya dibuang 16 % 30 % sukar 31 % 70 % sedang 71 % 85 % mudah 86 % 100 % sangat Mudah, sebaiknya di buang Uji taraf kesukaran hanya diujikan pada instrumen yang berbentuk tes karena instrumen tes ini akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Dengan demikian, perlu adanya gambaran dari hasil uji taraf kesukaran ini untuk mengetahui distribusi tingkat kesukaran soal. Suatu instrumen tes dikatakan

97 76 memiliki distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika soal dengan kategori sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sulit dan mudah. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen Kognitif dan Kemampuan Matematik terangkum dalam Tabel 3.9 dibawah ini : Tabel 3.9. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen tes No. Instrumen Tes Tingkat Kesukaran Nomor Soal Jumlah 1. Prestasi Kognitif Sukar 7,9,15,28 4 Sedang 3,4,5,6,8,10,11,12,13,14,16, 23 17,18,19,20,21,22,23,24,25, 26,27,29 Mudah 1,2, Kemampuan Sukar 12,22,28 3 Matematik Sedang 5,6,7,8,9,11,13,14,15,18,25, 26,27,30 14 Mudah 1,2,3,4,10,16,17,19,20,2, 23, Pada instrument tes kognitif diatas yang mempunyai tingkat kesukaran sukar terdapat pada nomor 7,9 dan 8, dari ketiga soal diatas tidak valid, tetapi pada soal nomor 15 valid sehingga digunakan untuk penelitian, sedangkan nomor soal dengan kategori soal sedang yang tidak valid berdasarkan Tabel diatas adalah soal nomor 13,14,17,19,20,24,25 soal tersebut tidak dipakai untuk penelitian, dan nomor soal dengan kategori mudah semuanya valid sehingga digunakan pada saat penelitian. Pada instrument tes kemampuan matematik diatas yang mempunyai tingkat kesukaran sukar terdapat pada nomor 12,22 dan 28, dari ketiga soal diatas tidak valid sehingga soal tersebut tidak digunakan untuk penelitian, sedangkan nomor soal dengan kategori soal sedang commit yang tidak to user valid berdasarkan Tabel diatas adalah

98 77 soal nomor 18, dan nomor soal dengan kategori soal mudah yang tidak valid berdasarkan Tabel diatas nomor 1,3,24, soal yang tidak valid tersebut tidak digunakan untuk penelitian, tetapi pada soal nomor 10,15,29 valid tetapi tidak digunakan pada saat penelitian. Berdasarkan hasil uji instrumen kognitif dan kemampuan matematik diatas menunjukkan hasil instrumen tes yang memiliki distribusi tingkat kesukaran soal yang baik, karena kategori sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sulit dan mudah. Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif secara rinci dapat dilihat pada lampiran 20. d. Uji Daya Pembeda Butir Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda atau indeks diskriminan dilakukan dengan membagi tiga subjek menjadi 27% kelompok atas, 46% kelompok sedang dan 27% kelompok bawah. Pembagian kelompok ini dengan cara mengurutkan nilai siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dalam menentukan daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus berikut: Daya Pembeda = S A - S I A B x100% Keterangan: S A = Jumlah Skor Kelompok Atas S B = Jumlah Skor Kelompok Bawah I A = Jumlah Skor Ideal salah commit satu kelompok to user pada butir soal yang diolah

99 78 Kategori Indeks daya pembeda soal menurut Suharsimi Arikunto dapat diklasifikasikan pada Tabel sebagai berikut : Tabel Kategori Indeks Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda Kriteria negatif 20 % Jelek 21 % 40 % Cukup 41 % 70 % Baik 71% - keatas Sangat baik Penghitungan daya pembeda atau indeks diskriminan tes kemampuan awal dan prestasi kognitif dilakukan dengan menggunakan software program ANATES pilihan ganda Versi Berikut ini rangkuman hasil uji coba instrumen untuk mengetahui indeks daya beda butir soal yang disajikan dalam Tabel dibawah ini : Tabel Hasil Uji Coba Indeks Daya Beda Instrumen Tes No. Instrumen Tes 1. Prestasi Kognitif 2. Kemampuan Matematik Kualifikasi Daya Beda Nomor Soal Jumlah Jelek 7,17,19,20,24,25,28 7 Cukup 2,4,9,12,14,15,18,21,26,30 10 Baik 1,3,5,6,8,10,11,13,16,22,23,27,29 13 Jelek 1,3,18,24,28 5 Cukup 2,4,6,10,12,15,17,19,20,21, 14 22,26,29,30 Baik 5,7,8,9,11,13,14,16,23,25,27 11 Tabel 3.11 di atas menunjukkan bahwa instrumen tes prestasi kognitif dengan kualifikasi daya beda jelek hanya berjumlah tujuh soal atau sebesar 16,67% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang ada, yang mana soal yang mempunyai daya beda jelek terdapat pada soal 7,17,19,20,24,25,28, keseluruhan soal tersebut tidak valid dan tidak digunkan dalam penelitian. Sementara itu,

100 79 instrumen tes kemampuan matematik dengan kualifikasi daya beda jelek hanya berjumlah lima soal atau sebesar 13,33% dari keseluruhan soal kemampuan matematik yang ada, terdapat pada nomor soal 1,3,18,24,28. Sementara itu untuk instrument tes prestasi kognitif yang mempunyai daya beda cukup dan tidak valid terdapat pada nomor 9,14 dan pada instrumen tes kemampuan matematik terdapat pada nomor 12,22, keseluruhan soal tersebut tidak digunkan dalam penelitian. Secara umum dapat disimpulkan kedua instrumen tes tersebut telah memenuhi uji daya beda sehingga cukup untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. 2. Uji Coba Instrumen Angket Validasi tidak hanya dilakukan pada instrumen tes, instrumen yang berupa angketpun harus divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Analisis instrumen angket sebagai berikut: a. Validitas angket Validasi terhadap butir-butir soal dicari dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir soal dengan skor total. Validasi terhadap butir-butir soal angket dicari dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir soal dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment Pearson, sebagai berikut: H

101 80 Keterangan : r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan N = jumlah soal X = skor tiap butir soal Y = skor total (Suharsimi Arikunto, 2001:72) Koefisien korelasi product momen pearson menunjukkan validitas item angket yang selanjutnya disebut r hitung. Selanjutnya hasil perhitungan dengan korelasi product momen pearson dapat dikonsultasikan ke tabel r tabel. Item dikatakan valid bila harga r hitung r Tabel. Penghitungan validitas item angket dilakukan dengan menggunakan software program ANATES Uraian Versi Kategori validitas instrumen angket sama halnya dengan kategori validitas instrumen tes pada Tabel 3.4. Berikut ini hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas angket yang disajikan dalam Tabel Tabel Hasil Uji Validitas Instrumen Angket No Instrumen Pengambilan Data 1. Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Kinestetik 2. Prestasi Afektif Nomor Soal yang Valid 1,2,4,6,7,9,10, 11,12,13,14,16,17, 18,19,20,21,22,23, 24 2,3,4,5,6,7,8,10, 11,12,13,15,16,17, 18,20,21,22,23 1,3,4,5,6,7,9,10,11, 12,13,15,16,17,19, 20,21,22,24,25,26, 28,29,30,31,32,35, 36,37,38,39,40,42, 45,46,50 Jumlah Nomor Soal yang Tidak Valid Jumlah Jumlah soal yang dipakai 20 3,5,8, revisi 19 1,9,14,19, revisi 36 2,8,14,18,23,27, 33,34,41,43,44, 47,48,

102 81 Pada angket gaya belajar visual, ada 4 item soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 3,5,8 dan 15. Untuk soal nomor 5 dan 15 tidak dipakai dalam penelitian, sedangkan pada soal nomor 3 dan 8 direvisi dengan cara memperbaiki atau mengubah redaksi kalimat soal. Sedangkan untuk angket kinestetik terdapat 5 butir soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 1,9,14,19,24. Untuk soal nomor 14 dan 24 tidak dipakai dalam penelitian, sedangkan pada soal nomor 1,9 dan 19 direvisi dengan cara memperbaiki atau mengubah redaksi kalimat soal. Soal- soal tersebut direvisi untuk memenuhi kebutuhan indikator soal karena hanya terdapat satu soal pada indikator. Hasil uji validitas angket gaya belajar secara lebih rinci terdapat pada lampiran 23. Pada angket prestasi afektif terdapat 14 soal yang tidak valid, dan soal-soal yang tidak valid tersebut didrop selebihnya soal yang valid dipakai pada saat penelitian. Hasil uji validitas prestasi afektif secara lebih rinci terdapat pada lampiran 21. b. Reliabilitas instrumen angket Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Pengukuran reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha. Keterangan : H ژ.ژ. 1 ژ. n = jumlah soal 2 = jumlah varians skor tiap-tiap item. 2 = varians total

103 82 Tabel Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket No. Instrumen Reliabilitas Kriteria 1. Gaya Belajar Visual 0,85 Sangat tinggi Gaya Belajar Kinestetik 0,76 Tinggi 2. Prestasi Afektif 0,92 Sangat tinggi H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Dalam penelitian ini untuk menganalisa data digunakan analisis varian (anava) tiga jalan. Namun sebelum dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan variabel bebas, media, kemampuan matematik dan gaya belajar. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data prestasi belajar, kemampuan matematik dan gaya belajar berdistribusi normal atau tidak. Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Menentukan hipotesis Hipotesis nol (H 0 ) adalah sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, dan hipotesis alternatif (H 1 ) adalah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Menetapkan uji statistik Uji normalitas terhadap prestasi belajar dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15,0.

104 83 3) Menentukan taraf signifikansi α Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi (α) ditetapkan = 0,05 atau 5%. 4) Menetapkan keputusan uji Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol, jika p value > 0,05. b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dihitung menggunakan software program SPSS 15. Adapun langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut: 1) Penentuan Hipotesis H 0 = sampel berasal dari populasi tidak homogen H 1 = sampel berasal dari populasi homogen 2) Uji Statistik Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol, jika p value > 0,05.

105 84 2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan dan uji lanjut anava jika antar metode pembelajaran, kemampuan matematik, dan gaya belajar terdapat pengaruh yang signifikan. a. Uji Anava Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan ditolak atau diterima. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari tiga variabel bebas yang meliputi metode pembelajaran, kemampuan matematika dan gaya belajar. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real (A 1 ) dan menggunakan laboratorium virtual (A 2 ). Kemampuan matematik dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (B 1 ) dan kategori rendah (B 2 ). Gaya belajar siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori visual (C 1 ) dan kategori kinestetik (C 2 ). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia siswa pada aspek kognitif dan afektif. Desain data prestasi kognitif dengan uji anava 3 jalan 2x2x2 terdistribusi seperti pada Tabel dibawah ini : Tabel 3.14 Desain Data Prestasi Kognitif Gaya Belajar (C) Metode PBL (A) Lab.Real (A1 ) Lab.Virtual ( A2 ) Kemampuan Matematik ( B ) Tinggi ( B1 ) Rendah ( B2 ) Visual (C1 ) Kinestetik (C2 ) Visual (C1 ) Kinestetik (C2 ) A 1 B 1 C 1 A 1 B 1 C 2 A 1 B 2 C 1 A 1 B 2 C 2 A 2 B 1 C 1 A 2 B 1 C 2 A 2 B 2 C 1 A 2 B 2 C 2

106 85 Keterangan : A = Metode pembelajaran A 1 = Laboratorium real A 2 = Laboratorium virtual B B 1 = Kemampuan matematik = Kemampuan matematik tinggi B 2 = Kemampuan matematik rendah C = Gaya belajar C 1 = Gaya belajar visual C 2 = Gaya belajar kinestetik Desain penelitian tersebut terbentuk matrik yang terdiri dari 8 sel. Secara umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut : A 1 B 1 C 1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real. A 1 B 1 C 2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real. A 1 B 2 C 1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) commit menggunakan to user laboratorium real.

107 86 A 1 B 2 C 2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real. A 2 B 1 C 1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual. A 2 B 1 C 2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual. A 2 B 2 C 1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual. A 2 B 2 C 2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual. Tabel Desain Data Prestasi Afektif Gaya Belajar (C) Metode PBL (A) Lab.Real (A1 ) Lab.Virtual ( A2 ) Kemampuan Matematik ( B ) Tinggi ( B1 ) Rendah ( B2 ) Visual (C1 ) Kinestetik (C2 ) Visual (C1 ) Kinestetik (C2 ) A 1 B 1 C 1 A 1 B 1 C 2 A 1 B 2 C 1 A 1 B 2 C 2 A commit 2 B 1 C 1 A to user 2 B 1 C 2 A 2 B 2 C 1 A 2 B 2 C 2

108 87 Seperti pada Tabel 3.14, masing-masing sel atau kotak pada Tabel juga berisi lambang yang berbeda-beda. Lambang-lambang tersebut menunjukkan interaksi antar ketiga variabel terhadap prestasi afektif. Sel pertama dengan lambang A 1 B 1 C 1 menunjukkan interaksi antar metode pembelajaran PBL, kemampuan matematik, dan gaya belajar terhadap prestasi afektifnya. Artinya, pada sel tersebut terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode PBL dengan menggunakan laboratorium real (A 1 ), memiliki kemampuan matematika kategori tinggi (B 1 ), dan gaya belajar visual (C 1 ). Sel kedua dengan lambang A 2 B 1 C 1 mengandung pengertian bahwa pada sel tersebut terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode PBL dengan menggunakan laboratorium virtual (A 2 ), memiliki kemampuan matematika kategori tinggi (B 1 ), dan gaya belajar visual (C 1 ). Begitu pula dengan sel-sel yang lainnya. Pengujian hipotesis prestasi kognitif dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis Dari analisis data penelitian, dapat ditentukan H 0 sebagai berikut : a) H 0 A : Tidak ada pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual terhadap prestasi belajar siswa. H 1 A : Ada pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual terhadap prestasi belajar siswa. b) H 0 A : Tidak ada pengaruh kemampuan matematik siswa yang tinggi dan rendah terhadap prestasi commit belajar to user siswa.

109 88 H 1 A : Ada pengaruh kemampuan matematik siswa yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. c) H 0 A :Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. H 1 A : Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. d) H 0 A : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar siswa. H 1 A : Ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar siswa. e) H 0 A : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. H 1 A : Ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. f) H 0 A : Tidak ada interaksi antara kemampuan matematik dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. H 1 A : Ada interaksi antara kemampuan matematik dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

110 89 g) H 0 A : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. H 1 A : Ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. 2) Menentukan statistik uji Statistik uji menggunakan Tests of Between-Subjects Effects atau uji F. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H 0 ditolak ketika P-value < 0,05. Tingkat signifikansi (a) yang digunakan 0,05. 3) Uji lanjut Anava Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda dilakukan apabila terdapat Ho yang ditolak. Uji lanjut yang dilakukan menggunakan Uji mean dan Uji Scheefe. Uji mean (uji rata-rata) dilakukan untuk mengetahui perbedaan mana yang lebih baik dari suatu variabel, sedangkan hipotesis Uji Scheefe digunakan untuk pengujian hipotesis interaksi dari suatu variabel. Apabila terdapat perbedaan maka setelah dilakukan uji scheffe dilanjutkan dengan uji mean agar mengetahui bentuk interaksinya. b. Uji Prestasi Afektif Pengujian hipotesis prestasi afektif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

111 90 1) Menentukan hipotesis a) Hipotesis nol (H 0 ) H 01 : Tidak ada pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab real dan virtual terhadap prestasi afektif siswa. H 02 : Tidak ada pengaruh kemampuan matematik kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif siswa. H 03 : Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi afektif siswa. b) Hipotesis alternatif (H 1 ) H 11 : Ada pengaruh penggunaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dengan lab real dan virtual terhadap prestasi afektif siswa. H 12 : Ada pengaruh kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah terhadap prestasi afektif siswa. H 13 : Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi afektif siswa. 2) Menentukan statistik uji Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) yang perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 15 dan statistik uji menggunakan Tests of Between-Subjects Effects atau uji F. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H 0 ditolak ketika P-value < 0,05.

112 91 Pada prinsipnya sama dengan pengambilan keputusan pada pengujian hipotesis prestasi kognitif. Apabila (H 0 ) ditolak yang berarti hipotesis alternatif (H 1 ) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji mean dan uji Scheffe sama dengan pengujian hipotesis pada prestasi kognitif.

113 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data-data yang terkumpul pada penelitian ini meliputi : data kemampuan matematik, data gaya belajar dan data prestasi siswa. Data tersebut diperoleh dari hasil tes dan angket siswa kelas XI IPA 2 dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan metode Problem Based Learning (PBL) dengan media laboratorium real dan siswa kelas XI IPA 1 dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan metode Problem Based Learning (PBL) dengan media laboratorium virtual di SMA Negeri 1 Boja tahun pelajaran 2010/ Data Kemampuan Matematik Siswa Data ini diperoleh melalui tes kemampuan matematik siswa sebanyak 20 butir soal. Data kemampuan matematik dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kemampuan matematik tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai kemampuan matematik rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh kelas dan kategori kemampuan matematik rendah bagi siswa yang mempunyi nilai kemampuan matematik rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh kelas. Dengan kriteria tersebut diperoleh data kemampuan matematik siswa yang menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan media laboratorium real dan laboratorium virtual yang dideskripsikan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut: 92

114 93 Kelompok Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Matematik Siswa Jumlah data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Ratarata Standar Deviasi Media Lab.real ,86 Media Lab.Virtual ,64 19,51 Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa pada kelas yang menggunakan media laboratorium real nilai tertinggi untuk kemampuan matematik adalah 95, nilai terendah adalah 45, nilai rata-ratanya adalah 70 dan nilai standar deviasinya adalah 15,86, sedangkan pada kelas yang menggunakan media laboratorium virtual nilai tertinggi untuk kemampuan matematik adalah 100, nilai terendah adalah 35, nilai rata-ratanya adalah 67,64 dan nilai standar deviasinya adalah 19,51. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa kemampuan matematik siswa pada kelas yang menggunakan laboratorium real dan kelas yang menggunakan laboratorium virtual relatif sama. Untuk mengetahui distribusi frekuensi siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dan rendah pada setiap kelas ditunjukkan oleh Tabel 4.2. dibawah ini : Tabel 4.2 Distribusi Data Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah Kemampuan Matematik Kelas XI IPA 2 Lab. Real Kelas XI IPA 1 Lab. Virtual Jumlah Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Tinggi ,56% 16 44,44% Rendah ,44% 20 55,56% Jumlah % % Berdasarkan Tabel di atas terdapat 36 siswa yang dikategorikan mempunyai kemampuan matematik tinggi dan 36 siswa dikategorikan mempunyai

115 94 kemampuan matematik rendah. Pada kelas yang menggunakan media laboratorium real terdapat 20 siswa dengan kemampuan matematik tinggi dan 16 siswa dengan kemampuan matematik rendah. Distribusi frekuensi siswa pada kelas yang menggunakan media laboratorium real berdasarkan kemampuan matematik siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.3. dibawah ini : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunakan Media Laboratorium Real Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%) , , , , , ,33 Jumlah Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terbanyak yaitu dengan nilai frekuensi 8 berada pada nilai kemampuan matematik Untuk lebih jelas maka disajikan gambar histogram yang ditunjukkan oleh gambar 4.1. frekuensi interval Gambar 4.1 Histogram Kemampuan Matematik Siswa pada Kelas Laboratorium Real

116 95 Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat 16 siswa pada kelas yang menggunakan media laboratorium virtual dengan kemampuan awal tinggi dan 20 siswa dengan kemampuan awal rendah. Distribusi frekuensi siswa pada yang menggunakan media laboratorium real berdasarkan kemampuan matematik siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.4. dibawah ini : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunakan media Lab. Virtual Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%) , , , , , ,00 Jumlah Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terbanyak yaitu dengan nilai frekuensi 16 berada pada nilai kemampuan matematik Untuk lebih jelas maka disajikan gambar histogram yang ditunjukkan oleh gambar 4.2. frekuensi interval Gambar 4.2 Histogram Kemampuan Matematik Siswa pada Kelas Laboratorium Virtual

TESIS. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Kimia

TESIS. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Kimia MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN PROYEK DAN EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS MAHASISWA Pembelajaran Kimia pada Materi Termokimia Mahasiswa

Lebih terperinci

(Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

(Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI TEKNIK FISHBONE DIAGRAM DAN CONCEPT MAPPING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BELAJAR SISWA (Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh NANIK SURYANTI S

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh NANIK SURYANTI S PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN MATEMATIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA (Studi Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrolisis Garam Kelas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN CD MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN CD MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN CD MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA (Studi Kasus pada Materi Impuls Momentum Kelas XI Semester

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA DI PURWODADI GROBOGAN Tesis Untuk

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran pada Materi Ekosistem Kelas X Semester II MA Negeri 1 Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Studi Pembelajaran pada Materi Ekosistem Kelas X Semester II MA Negeri 1 Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013) PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PBL DENGAN METODE EKSPERIMEN DISERTAI TEKNIK VEE DIAGRAM DAN FISHBONE DIAGRAM DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Studi Pembelajaran pada

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA ( Studi Pembelajaran Fisika Pokok

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN SIKLUS BELAJAR 5E DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS DAN KEMAMPUAN MATEMATIS

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN SIKLUS BELAJAR 5E DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS DAN KEMAMPUAN MATEMATIS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN SIKLUS BELAJAR 5E DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS DAN KEMAMPUAN MATEMATIS (Materi Pokok Larutan Penyangga Kelas XI Semester II MAN Babakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DENGAN PERMAINAN WORD SQUARE DAN CROSSWORD TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Tengah ISSN Volume 2 Nomor 2, November 2015

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Tengah ISSN Volume 2 Nomor 2, November 2015 ISSN 2442-6350 Volume 2 Nomor 2, November 2015 PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DENGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS FLASH DAN VIDEO DITINJAU DARI

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DENGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS FLASH DAN VIDEO DITINJAU DARI PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DENGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS FLASH DAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KREATIVITAS (Pembelajaran Kimia Materi Pokok Lambang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KREATIVITAS VERBAL

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KREATIVITAS VERBAL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KREATIVITAS VERBAL (Eksperimentasi Pembelajaran Pesawat Sederhana Pada Siswa

Lebih terperinci

(Pembelajaran Kimia Materi Tata Nama Senyawa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Dagangan Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

(Pembelajaran Kimia Materi Tata Nama Senyawa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Dagangan Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DENGAN MEDIA KARTU DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA (Pembelajaran Kimia Materi Tata Nama Senyawa

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: IKA NOVIANTARI NIM S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: IKA NOVIANTARI NIM S digilib.uns.ac.id 0 EKSPERIMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF DENGAN TIPE STAD DAN TGT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF DENGAN TIPE STAD DAN TGT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF DENGAN TIPE STAD DAN TGT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL (Pokok Bahasan Identifikasi dan Penyimpanan Bahan Kimia pada Pembelajaran Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DENGAN PROBLEM BASE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR (Penelitian Dilakukan

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran Biologi Pada KD 3.2 Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI-IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014) TESIS

(Studi Pembelajaran Biologi Pada KD 3.2 Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI-IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014) TESIS EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL), BLENDED LEARNING (BL), SERTA INTEGRASINYA TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Pembelajaran

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENG

PEMBELAJARAN FISIKA DENG PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA MATERI FLUIDA KELAS XI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : Emilia Nur

Lebih terperinci

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA Skripsi Oleh : Anantyas Kusuma D K2311006 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

(Pembelajaran Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Pembelajaran Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014) PENGARUH PEMBELAJARAN CTL DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN VERBAL (Pembelajaran Materi Sistem Peredaran

Lebih terperinci

Skripsi diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: ASIH APRILIA A

Skripsi diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: ASIH APRILIA A EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING DAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI TINGKAT KEAKTIFAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA Skripsi

Lebih terperinci

(Materi Struktur Jaringan Tumbuhan Siswa Kelas VIII SMP BK Klego Pada Tahun Ajaran 2011/2012) TESIS

(Materi Struktur Jaringan Tumbuhan Siswa Kelas VIII SMP BK Klego Pada Tahun Ajaran 2011/2012) TESIS PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE PROYEK DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MACROMEDIA FLASH DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN GAYA BELAJAR SISWA (Materi Struktur Jaringan Tumbuhan Siswa Kelas VIII

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU DAN ULAR TANGGA DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK REAKSI

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SUSMONO S

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SUSMONO S EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DITINJAU DARI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE

PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DILENGKAPI MEDIA ANIMASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII

HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII Skripsi Oleh: Dwi Isworo K 2308082 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN LABORATORIUM VIRTUIL DAN RIIL MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN MEMPERHATIKAN EMOTIONAL SPIRITUAL

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN LABORATORIUM VIRTUIL DAN RIIL MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN MEMPERHATIKAN EMOTIONAL SPIRITUAL PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN LABORATORIUM VIRTUIL DAN RIIL MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN MEMPERHATIKAN EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT ( ESQ ) DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA (Studi Kasus pada Madrasah Aliyah

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Zainal Arifin S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Zainal Arifin S EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII MTs KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika FISIKA MELALUI DISCOVERY LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA SMK NEGERI 1 KEBONSARI KABUPATEN MADIUN KELAS X PADA MATERI SIFAT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Muhammad Fauzan K8412052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL PROCESS-ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KREATIVITAS PADA MATERI HIDROKARBON KELAS X SMA

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PICTORIAL RIDDLE DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN ANALISIS

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PICTORIAL RIDDLE DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN ANALISIS PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PICTORIAL RIDDLE DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN ANALISIS (Pembelajaran Fisika Materi Pembelajaran Getaran dan Gelombang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains. Oleh:

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains. Oleh: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KETERAMPILAN METAKOGNITIF DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN DAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN DAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN DAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas V di SD Negeri Kecamatan Selogiri Kabupaten

Lebih terperinci

Muhamad Ajwar S

Muhamad Ajwar S PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI BERPIKIR KRITIS DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN TUTOR SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI DI KEBUMEN

Lebih terperinci

TESIS. Program Studi Magister Pendidikan Sains OLEH : JOKO DWI SURANTO S FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

TESIS. Program Studi Magister Pendidikan Sains OLEH : JOKO DWI SURANTO S FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET KAJIAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) DENGAN METODE OBSERVASI LABORATORIUM DAN METODE OBSERVASI LAPANGAN DI TINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN

Lebih terperinci

Oleh: IMAM SANTOSA S

Oleh: IMAM SANTOSA S PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONS ( STAD ) TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI

Lebih terperinci

Oleh : AZMI AKBAR K SKRIPSI

Oleh : AZMI AKBAR K SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK SISWA MATERI POKOK TERMOKIMIA KELAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran Mikrobiologi pada Materi Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Kelas XI SMK Negeri 3 Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014) TESIS

(Studi Pembelajaran Mikrobiologi pada Materi Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Kelas XI SMK Negeri 3 Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014) TESIS KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL), GENERATIF LEARNING (GL) DAN INTEGRASINYA TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGANALISIS DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Pembelajaran Mikrobiologi

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN STAD

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN STAD STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI MACROMEDIA FLASH PLAYER DAN MOLYMOD PADA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK IKATAN KOVALEN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA KELAS X

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERBEDAAN PENGARUH JENIS PERMAINAN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR (Eksperimen Pada Siswa Umur 6-7 tahun dan Siswa Umur 10-11 tahun pada SD Negeri Jombor 01 Sukoharjo) TESIS

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR SKRIPSI Oleh: ASRI NAFI A DEWI X4307018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K EKSPERIMEN BLENDED LEARNING TIPE KELAS MURNI DAN APLIKASI PRAKTIS SUB TEMA BIOMASSA ENERGI TERBARUKAN DITINJAU DARI MINAT SISWA KELAS VIII SMP N 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: July Trianita Widya Rahayu K2311039

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MODIFIED FREE INQUIRY

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MODIFIED FREE INQUIRY EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MODIFIED FREE INQUIRY DISERTAI PEER TUTORING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM SISWA KELAS XI SEMESTER GENAP SMA N 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Pembelajaran Sifat Koligatif Larutan Kelas XI SMK Muhammadiyah

Lebih terperinci

(Studi pada Pembelajaran Kimia Materi Pokok Laju Reaksi Kelas XI Semester 1 SMA N 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012) TESIS

(Studi pada Pembelajaran Kimia Materi Pokok Laju Reaksi Kelas XI Semester 1 SMA N 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012) TESIS PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MENGGUNAKAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK SISWA (Studi pada Pembelajaran Kimia Materi

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran Biologi Materi Ekskresi Kelas XI Semester II SMAN Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

(Studi Pembelajaran Biologi Materi Ekskresi Kelas XI Semester II SMAN Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DISERTAI TEKNIK ROUNDHOUSE DIAGRAM DAN MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA (Pembelajaran Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan Kelas VII Semester 1 di

Lebih terperinci

Skripsi Oleh: Gina Puri Utari K

Skripsi Oleh: Gina Puri Utari K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS SISWA PADA MATERI MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN KELAS X DI SMA BATIK 2 SURAKARTA Skripsi Oleh: Gina Puri Utari

Lebih terperinci

( Pembelajaran Fisika pada Materi Kinematika Gerak Lurus untuk Siswa Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013 SMK Negeri 1 Mojosongo) TESIS.

( Pembelajaran Fisika pada Materi Kinematika Gerak Lurus untuk Siswa Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013 SMK Negeri 1 Mojosongo) TESIS. PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION, AND EXPLANATION) MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA ( Pembelajaran Fisika pada Materi

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA Skripsi Oleh: Triliana Nurprikawati K4306012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SKRIPSI Oleh: SRI MEKARWATI K2309074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MATERI SIFAT MEKANIK ZAT MELALUI MEDIA EDMODO PADA SISWA KELAS X TKJ B SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING (DL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI BOYOLALI TESIS Disusun Untuk

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan EFEKTIVITAS INTERNALISASI NILAI KARAKTER MELALUI MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII SMP 4 SURAKARTA TESIS

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ARCS PADA MATERI HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ARCS PADA MATERI HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ARCS PADA MATERI HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SKRIPSI Oleh: FARDANI ARFIAN K2311028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH ARINA MUSTIKA NIM

SKRIPSI OLEH ARINA MUSTIKA NIM PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING ORGANIZING REFLECTING EXTENDING) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BALONG SKRIPSI

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD DENGAN METODE PEMBELAJARAN GI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KOMPETENSI DASAR TATA SURYA DAN JAGAD RAYA KELAS X SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2013-2014

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : DWI ROSITA AGUSYATI A

Diajukan Oleh : DWI ROSITA AGUSYATI A IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PENALARAN MATEMATIS SISWA (Penelitian Eksperimen pada Kelas VII Semester Genap MTs

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Quasi Eksperimen KD Sebaran Flora Dan Fauna Kelas XI IPS SMA N 1 Karanganyar Tahun Ajaran

Lebih terperinci

: RISMAYA WINIASIH K

: RISMAYA WINIASIH K KONTRIBUSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN MEMORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X IPA SEMESTER 1 SMAN 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : RISMAYA WINIASIH

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI DI KABUPATEN BOYOLALI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh: Fatmawati Nur Hasanah S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh: Fatmawati Nur Hasanah S PERBEDAAN PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN EKSPOSITORI TERHADAP KETERAMPILAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TESIS

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INKUIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI SISWA. (Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri

PENGARUH METODE INKUIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI SISWA. (Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri PENGARUH METODE INKUIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI SISWA (Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri di Kota Surakarta) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI KOLOID DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: AZWAR ANNAS K3309021 FAKULTAS

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program studi Teknologi Pendidikan. Oleh. Istanto S

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program studi Teknologi Pendidikan. Oleh. Istanto S PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN COMPETENCY BASED TRAINING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MELAKUKAN PERBAIKAN DAN ATAU SETING ULANG KONEKSI JARINGAN BERBASIS LUAS (WIDE

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : SRI WULANNINGSIH K4308057 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

: CANDRA WRI WANDANA K

: CANDRA WRI WANDANA K HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA POKOK BAHASAN ASAM BASA DAN GARAM KELAS VII SEMESTER GASAL SMP NEGERI 1 TASIKMADU TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IPA PESERTA DIDIK SMP KELAS VII

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IPA PESERTA DIDIK SMP KELAS VII PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IPA PESERTA DIDIK SMP KELAS VII RIYANTI, S.Si NIM 10708251002 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh ANDI HAKIM S

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh ANDI HAKIM S PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL (Studi Prestasi Belajar Kimia Kompetensi Dasar Larutan Buffer

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan IKA RIZKA ANNISA S

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan IKA RIZKA ANNISA S PENGARUH PENERAPAN METODE PEER TEACHING DAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN INSTALASI SOUND SYSTEM DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMK KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DI KABUPATEN

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister. Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: SIGIT PRIHADI S.

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister. Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: SIGIT PRIHADI S. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK DAN STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI SE- KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013/2014 TESIS

Lebih terperinci

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY (IT) PADA PEMBELAJARAN IPA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DI GUGUS DIPONEGORO UNIT PELAKSANA TUGAS (UPT) PENDIDIKAN

Lebih terperinci

(Eksperimentasi Pembelajaran Impuls, Momentum, dan Tumbukan Pada Siswa Kelas XI Semester Gasal SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016) TESIS

(Eksperimentasi Pembelajaran Impuls, Momentum, dan Tumbukan Pada Siswa Kelas XI Semester Gasal SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016) TESIS PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH (Eksperimentasi Pembelajaran Impuls,

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran pada Materi Evolusi di Semester VI Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan, Tahun Akademik 2012/2013) TESIS

(Studi Pembelajaran pada Materi Evolusi di Semester VI Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan, Tahun Akademik 2012/2013) TESIS PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL MENGGUNAKAN TEKNIK VEE DIAGRAM DAN CONCEPT MAP DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN ILMIAH (Studi Pembelajaran pada Materi Evolusi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP Oleh: RATNA WULANDARI NIM 10708259013 Tesis ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

Skripsi Oleh: Muhammad Taufik Akbar K

Skripsi Oleh: Muhammad Taufik Akbar K EKSPERIMEN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X MIA SMAN 4 SURAKARTA DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS SISWA Skripsi Oleh: Muhammad Taufik Akbar K2311051 FAKULTAS

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Matematika

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Matematika EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM K

SKRIPSI. Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM K PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENGGUNAKAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG DAN PETA KONSEP PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS), TIPE MAKE A MATCH (MAM) DAN TIPE GUIDE NOTE TAKING (GNT) DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA (Studi Kasus Pada Materi Logaritma Siswa

Lebih terperinci

MOHAN TAUFIQ MASHURI NIM

MOHAN TAUFIQ MASHURI NIM PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BERBASIS PEDAGOGICAL CHEMISTRY KNOWLEDGE TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA MOHAN TAUFIQ MASHURI NIM 10708251032

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN LEARNING CYCLE 7E PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR TERHADAP PRESTASI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM DISERTAI TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF QUESTION STUDENT HAVE

HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF QUESTION STUDENT HAVE HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF QUESTION STUDENT HAVE DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh: ENI RAHAYU X4306023 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Oleh : K

SKRIPSI Oleh : K digilib.uns.ac.id KETERKAITAN EQ ( Emotional Quotient ), POLA BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMAN

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN PACITAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN PACITAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN PACITAN TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

TESIS. O l e h : NUR ROCHMAH S

TESIS. O l e h : NUR ROCHMAH S PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MODEL JIGSAW DAN MODEL STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TESIS O l e h : NUR ROCHMAH

Lebih terperinci

( Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA Semester 2 di SMA Negeri 7 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015) TESIS

( Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA Semester 2 di SMA Negeri 7 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015) TESIS PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LABORATORY DIPADUKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (IL-2TS) PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN KOMUNIKASI SISWA

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH (JUCAMA) DAN PROBLEM BASED LEARNING

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH (JUCAMA) DAN PROBLEM BASED LEARNING EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH (JUCAMA) DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI SEGI EMPAT DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI OLEH : AMY TRISNA RAHMAWATI

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister. Program Studi Pendidikan Sains. Oleh : WINDA APTIKA SARI S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister. Program Studi Pendidikan Sains. Oleh : WINDA APTIKA SARI S PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN FREE MODIFIED CONCEPT SENTENCE DAN GUIDED CONCEPT SENTENCE DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN VERBAL (Studi Pembelajaran

Lebih terperinci