SEGMENTASI PELANGGAN RITEL PERUSAHAAN ALAT BERAT BERDASARKAN CATATAN TRANSAKSI DENGAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA BINAPRI VINDY TURNINGTIAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEGMENTASI PELANGGAN RITEL PERUSAHAAN ALAT BERAT BERDASARKAN CATATAN TRANSAKSI DENGAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA BINAPRI VINDY TURNINGTIAS"

Transkripsi

1 SEGMENTASI PELANGGAN RITEL PERUSAHAAN ALAT BERAT BERDASARKAN CATATAN TRANSAKSI DENGAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA BINAPRI VINDY TURNINGTIAS DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Segmentasi Pelanggan Ritel Perusahaan Alat Berat berdasarkan Catatan Transaksi dengan Pembobotan Komponen Utama adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2015 Binapri Vindy Turningtias NIM G

4

5 ABSTRAK BINAPRI VINDY TURNINGTIAS. Segmentasi Pelanggan Ritel Perusahaan Alat Berat berdasarkan Catatan Transaksi dengan Pembobotan Komponen Utama. Dibimbing oleh MOHAMMAD MASJKUR dan MUHAMMAD NUR AIDI. Segmentasi pelanggan adalah pengalokasian pelanggan ke dalam segmensegmen berdasarkan kemiripan karakteristik yang dimiliki untuk mengidealkan penerapan manajemen hubungan pelanggan. Karakteristik pelanggan ritel dapat diidentifikasi berdasarkan catatan transaksinya. Analisis komponen utama digunakan untuk meringkas karakteristik pelanggan ritel suku cadang PT United Tractors Tbk. berdasarkan catatan transaksi tahun Peubah-peubah dalam analisis dan segmentasi pelanggan ritel adalah frekuensi transaksi ( ), banyaknya bulan transaksi ( ), total banyaknya suku cadang ( ), banyaknya jenis produk ( ), dan total nilai transaksi ( ). Bobot peubah transaksi diperoleh dengan menggunakan analisis komponen utama sebesar 0.41 untuk, 0.78 untuk, 0.61 untuk, 0.28 untuk, dan 0.72 untuk. Skor transaksi setiap pelanggan ritel dihitung dengan mengombinasi peubah transaksi yang telah distandardisasi. Segmentasi ideal diperoleh dengan algoritme -rataan. Banyaknya segmen ideal adalah 4 segmen. Rataan skor transaksi bagi segmen 1 hingga 4 secara berurutan adalah 9.09, 3.34, -1.39, dan Pelanggan ritel terbagi ke dalam 4 segmen dengan persentase 2.79%, 12.09%, 54.88%, dan 30.23%. Kata kunci: analisis gerombol, analisis komponen utama, manajemen hubungan pelanggan, segmentasi pelanggan ritel. ABSTRACT BINAPRI VINDY TURNINGTIAS. Retail Customer Segmentation of Heavy Equipment Company by Principal Component Weighing based on Transaction Record. Supervised by MOHAMMAD MASJKUR and MUHAMMAD NUR AIDI. Customer segmentation is allocation of customers into segments according to characteristics similarity to optimize the implementation of customer relationship management. The characteristics of retail customer could be identified based on their transaction record. Principal component analysis is used to summarize the characteristics of PT United Tractors Tbk. spare part retail customer from transaction record in Variables in the transaction analysis and segmentation are transaction frequency ( ), count of transaction months ( ), count of product ( ), count of product type ( ), and total transaction amount ( ). The weight of those variables are determined by principal component analysis. The weight of each variable obtained is 0.41 for, 0.78 for, 0.61 for, 0.28 for, dan 0.72 for. Transaction score of each customer is calculated by combining the standardized transaction variables. Ideal segmetation is conducted by k-means algorithm. The ideal number of segment is 4. The mean of transaction score for segmen 1 to 4 are 9.09, 3.34, -1.39, and Customers

6 are devided into 4 segments by percentage 2.79%, 12.09%, 54.88%, and 30.23% for segment 1 to 4. Key words: cluster analysis, customer relationship management, principal component analysis, retail customer segmentation.

7 SEGMENTASI PELANGGAN RITEL PERUSAHAAN ALAT BERAT BERDASARKAN CATATAN TRANSAKSI DENGAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA BINAPRI VINDY TURNINGTIAS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8

9

10

11 PRAKATA Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Segmentasi Pelanggan Ritel Perusahaan Alat Berat berdasarkan Catatan Transaksi dengan Pembobotan Komponen Utama. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam pembuatan karya ilmiah ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengungkapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir Mohammad Masjkur, MS selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyusunan karya ilmiah. 2. Bapak Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS selaku anggota komisi pembimbing untuk saran dan nasihat selama pengembangan topik yang penulis teliti. 3. Rekan-rekan Statistika IPB angkatan 2008, 2009, dan 2010, terutama Dania Siregar dan Aep Hidayatulloh yang telah membantu dalam diskusi untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. 4. Staf Tata Usaha Departemen Statistika atas bantuan dalam kelancaran administrasi. 5. Rekan-rekan di UT Call PT United Tractors Tbk., terutama Bapak Arief Ripana yang telah memberikan masukkan dalam penelitian yang penulis lakukan. 6. Mama, Bapak, adinda Devita Khoirunnisa, Lolyta Nur Atika, Tribowo Kurniawan, seluruh keluarga, dan sahabat di Wisma RZ atas semua doa dan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengungkapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, untuk dukungan serta dorongan semangat selama pembuatan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menjadi sumber keberkahan. Aamiin. Bogor, Mei 2015 Binapri Vindy Turningtias

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Pembobotan dengan Komponen Utama 2 Penggerombolan dengan Algoritme k-rataan 4 Penggerombolan dengan Metode Ward 5 Indeks Hartigan 6 Persentase Kepadatan Gerombol 7 BAHAN DAN METODE 7 Bahan 7 Metode 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Eksplorasi Data 9 Pemeriksaan Korelasi 12 Pembobotan dengan Komponen Utama 13 Segmentasi dengan Menggunakan Plot Titik 16 Segmentasi dengan Algoritme -rataan 18 Segmentasi dengan Metode Ward 19 Evaluasi Hasil Segmentasi 20 Interpretasi Hasil Segmentasi Ideal 21 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 25 RIWAYAT HIDUP 26

14 DAFTAR TABEL 1 Daftar ringkasan aspek transaksi sebagai peubah yang digunakan dalam segmentasi 7 2 Nilai peubah asal masing-masing pelanggan ritel 8 3 Nilai korelasi Person peubah,,,, dan 12 4 Akar ciri dan kontribusi keragaman dari matriks korelasi peubah,,,, dan 13 5 Vektor ciri dari matriks korelasi peubah,,,, dan 13 6 Skor dan skor masing-masing pelanggan ritel bisnis suku cadang melalui Telesales tahun Nilai peubah dan skor transaksi masing-masing pelanggan ritel bisnis suku cadang melalui Telesales tahun Nilai-nilai keragaman dalam gerombol, antargerombol, dan persentase kepadatan gerombol bagi ketiga metode segmentasi pelanggan ritel PT United Tractors Tbk Nilai rataan skor transaksi dan masing-masing peubah asal pada setiap segmen 22 DAFTAR GAMBAR 1 Grafik banyaknya pelanggan ritel yang melakukan transaksi melalui Telesales dan banyaknya catatan transaksi pelanggan ritel bisnis suku cadang yang terjadi setiap bulan sepanjang tahun Diagram lingkaran persentase pelanggan ritel peringkat A, B, C, dan D pada setiap banyaknya bulan transaksi tahun Diagram batang banyaknya suku cadang yang dibeli pelanggan ritel melalui Telesales setiap bulan sepanjang tahun Diagram batang banyaknya jenis produk suku cadang yang dibeli pelanggan ritel melalui Telesales setiap bulan selama tahun Diagram batang nilai transaksi pelanggan ritel setiap bulan selama tahun Plot tebaran pelanggan ritel berdasarkan skor dan skor 15 7 Plot titik segmentasi pelanggan ritel bisnis suku cadang melalui Telesales tahun 2012 berdasarkan skor transaksi 16 8 Plot tebaran segmentasi pelanggan ritel dengan menggunakan plot titik untuk segmen 1, segmen 2, segmen 3, segmen 4, dan segmen 5 berdasarkan skor dan skor 17 9 Nilai indeks Hartigan untuk masing-masing banyaknya segmen pada segmentasi pelanggan ritel bisnis suku cadang dengan menggunakan algoritme k-rataan Plot tebaran segmentasi pelanggan ritel dengan menggunakan algoritme k-rataan untuk segmen 1, segmen 2, segmen 3, dan segmen 4 berdasarkan skor dan skor Nilai indeks Hartigan untuk masing-masing banyaknya segmen pada segmentasi pelanggan ritel bisnis suku cadang dengan menggunakan 19

15 metode Ward 12 Plot tebaran segmentasi pelanggan ritel dengan menggunakan metode Ward untuk segmen 1, segmen 2, segmen 3, segmen 4, segmen 5, segmen 6, dan segmen 7 berdasarkan skor dan skor Diagram kotak garis masing-masing segmen hasil segmentasi ideal pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. tahun

16

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Segmentasi pelanggan adalah pengalokasian pelanggan ke dalam segmensegmen berdasarkan kemiripan karakteristik yang dimiliki untuk mengidealkan penerapan manajemen hubungan pelanggan. Manajemen hubungan pelanggan merupakan strategi untuk membangun, mengatur, dan meningkatkan keeratan hubungan antara pelanggan dan perusahaan. Manajemen hubungan pelanggan diterapkan secara intensif kepada pelanggan ritel karena pelanggan ritel memiliki loyalitas rendah dan cenderung lebih mudah untuk beralih kepada perusahaan pesaing. Penerapan manajemen hubungan pelanggan membutuhkan pemahaman mengenai karakteristik pelanggan (Tsiptsis dan Chorianopoulos 2009). Karena itu, perusahaan memerlukan informasi untuk memahami karakteristik pelanggannya. Informasi mengenai karakteristik pelanggan dapat diidentifikasi dari perilaku transaksi pelanggan dengan perusahaan. Perilaku transaksi tersebut terkandung dalam catatan transaksi pelanggan yang telah didokumentasikan (Chen dan Cheng 2009). Dengan demikian, identifikasi karakteristik pelanggan ritel dapat dilakukan berdasarkan catatan transaksinya. Walaupun penerapan strategi manajemen hubungan pelanggan pada masing-masing pelanggan sesuai karakteristiknya efektif untuk dilakukan, namun hal tersebut tidak efisien berdasarkan biaya yang harus disediakan perusahaan. Karena itu, pelanggan ritel perlu disegmentasi. PT United Tractors Tbk. merupakan perusahaan distributor alat berat yang bergerak pada penyediaan jasa dan alat berat kelas dunia di Indonesia. Bisnis PT United Tractors Tbk. dijalankan dalam tiga unit usaha, yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan, dan pertambangan. PT United Tractors Tbk. memiliki pusat kontak pelayanan pelanggan dengan nama UT Call. UT Call memiliki program pelayanan bernama Telesales, yaitu program pemasaran dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Telesales berfokus pada transaksi pelanggan ritel dari bisnis suku cadang. Pelanggan ritel pada bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. yang bertransaksi melalui Telesales belum tersegmentasi secara spesifik. Kondisi tersebut memunculkan gagasan untuk melakukan segmentasi pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. yang bertransaksi melalui Telesales berdasarkan catatan transaksinya. Catatan transaksi pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. terdiri atas beberapa peubah transaksi dengan bobot masing-masing yang belum diketahui. Bobot peubah transaksi dapat ditentukan dengan Analisis komponen utama (AKU). Pembobotan dengan AKU akan menghasilkan bobot bagi setiap peubah transaksi. Bobot peubah transaksi tersebut mencerminkan besarnya keragaman peubah transaksi yang dijelaskan oleh komponen utama terpilih (Sumertajaya 2005). Selain untuk menentukan bobot peubah transaksi, AKU digunakan untuk meringkas informasi karakteristik pelanggan ritel dari peubah-peubah transaksi ke dalam sesedikit mungkin komponen utama yang memuat sebagian besar informasi karakteristik pelanggan ritel. AKU merupakan analisis dengan ide dasar mengakomodasi informasi keragaman dari data dalam sesedikit mungkin komponen utama pertama (Jolliffe 2002). Peubah transaksi dengan bobotnya masing-masing dikombinasi menjadi skor transaksi bagi setiap

18 2 pelanggan. Skor transaksi digunakan sebagai dasar segmentasi, sedangkan segmentasi pelanggan dapat dilakukan dengan plot titik skor transaksi dan analisis gerombol. Analisis gerombol yang digunakan untuk melakukan segmentasi adalah metode berhierarki yaitu metode Ward dan tidak berhierarki yaitu algoritme k- rataan. Segmentasi yang dilakukan menghasilkan segmen-segmen pelanggan yang spesifik sehingga PT. United Tractors Tbk. dapat meningkatkan strategi pemasaran dan manajemen hubungan pelanggan ritel suku cadangnya. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah melakukan segmentasi terhadap pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. yang bertransaksi melalui Telesales berdasarkan catatan transaksi tahun 2012 menggunakan analisis gerombol dengan pembobotan komponen utama terhadap peubah transaksinya. TINJAUAN PUSTAKA Pembobotan dengan Komponen Utama Ide dasar dari analisis komponen utama adalah mengurangi dimensi dari seperangkat data yang memiliki banyak peubah saling berhubungan dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin keragaman di dalam data. Hal tersebut dilakukan dengan transformasi peubah-peubah asal menjadi peubah-peubah baru yang tidak saling berhubungan. Peubah baru yang dihasilkan disebut sebagai komponen utama. Komponen utama merupakan kombinasi linear dari peubahpeubah asal dan mengandung keragaman dari peubah-peubah asal secara berurutan dari kandungan keragaman tertinggi hingga terendah. Kandungan keragaman tertinggi terdapat pada komponen utama pertama, dan terus menurun hingga komponen utama terakhir. Dengan demikian, sebagian besar informasi keragaman dari data dapat termuat dalam sesedikit mungkin komponen utama pertama (Jolliffe 2002). Analisis komponen utama digunakan pada penelitian Sumertajaya (2005) untuk menentukan bobot bagi masing-masing peubah asal sebelum dikombinasi menjadi peubah tunggal. Bobot masing-masing peubah asal diasumsikan belum diketahui. Misalkan merupakan peubah-peubah asal dengan satuan yang berbeda dan saling berhubungan. Hubungan antarpeubah asal diidentifikasi dengan korelasi Pearson, dalam bentuk matriks ditulis sebagai berikut, [ ]

19 3 dengan ( )( ) ( ) ( ) Nilai adalah korelasi Pearson antara peubah dan,, untuk objek, dan adalah nilai peubah dan untuk objek ke-, kemudian dan adalah rataan peubah dan. Selanjutnya, korelasi Pearson tersebut digunakan untuk memperoleh vektor ciri dan akar ciri dari persamaan. Vektor cirivektor ciri yang berpadanan dengan akar ciri-akar ciri disusun menjadi matriks A dengan kendala untuk, dan untuk. Komponen utama ( ) adalah kombinasi linier dari peubah asal yang ditentukan dari persamaan dengan adalah vektor komponen utama dan adalah vektor peubah asal berukuran. Dengan demikian, persamaan kombinasi linier untuk komponen utama adalah sebagai berikut. Komponen utama pertama memuat bagian keragaman terbesar dari data. Komponen utama kedua memuat bagian keragaman terbesar kedua yang belum termuat dalam dan keduanya tidak saling berhubungan. Demikian seterusnya hinggan komponen utama terakhir memuat keragaman terkecil yang belum termuat dalam komponen utama-komponen utama sebelumnya. Ragam dari komponen utama ke- diperoleh dengan persamaan: ( ) ( ) ( ) Dengan demikian, kontribusi keragaman dari komponen utama ke- adalah sebesar: Banyaknya komponen utama yang diambil merupakan komponen utama yang memuat sebagian besar keragaman. Hal tersebut dapat ditentukan berdasarkan persentase keragaman kumulatif yang dicapai hingga mencukupi kriteria yang akan digunakan (Jolliffe 2002). Batas minimal persentase keragaman kumulatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80%. Bobot peubah asal yang saling berkorelasi, yaitu, ditentukan berdasarkan nilai vektor ciri dalam matriks, yaitu, dan nilai akar ciri dengan persamaan sebagai berikut. Misalkan banyaknya komponen utama yang diambil adalah 2, maka bobot bagi peubah asal ke- adalah:

20 4 Bobot masing-masing peubah asal mencerminkan besarnya keragaman peubah asal yang dijelaskan oleh komponen utama terpilih (Sumertajaya 2005). Afifi dan Clark (1984) menyatakan bahwa peubah-peubah asal dapat dikombinasi menjadi peubah tunggal sebagai peubah majemuk yang mewakili informasi keragaman dari peubah-peubah asal. Abeyasekara (2005) memberikan persamaan kombinasi peubah-peubah asal menjadi peubah tunggal sebagai jumlah dari perkalian bobot masing-masing peubah asal dengan nilai setiap peubah asal atau ditulis sebagai: Keragaman dari suatu peubah asal tidak independen terhadap satuannya. Karena itu, apabila peubah-peubah asal memiliki satuan yang berbeda maka pengombinasian untuk memperoleh nilai peubah dilakukan setelah peubahpeubah asal tersebut dibakukan (Dillon dan Goldstein 1984). Pembakuan yang digunakan adalah dengan skor z yang diperoleh dari persamaan: dengan adalah nilai baku dari peubah untuk objek ke-, adalah nilai peubah untuk objek ke-, adalah rataan peubah, dan adalah standar deviasi peubah. Dengan demikian, semua peubah asal yang telah dibakukan memiliki ragam dan rataan sehingga persamaan untuk P menjadi: dengan peubah adalah peubah asal yang telah dibakukan. Penggerombolan dengan Algoritme k-rataan Algoritme -rataan merupakan metode penggerombolan tidak berhierarki terhadap sekumpulan objek dengan tujuan menggerombolkan objek-objek tersebut sehingga jarak setiap objek ke pusat gerombol dalam suatu gerombol bernilai minimal. Salah satu konsep jarak dalam penggerombolan algoritme -rataan adalah jarak Euclidean. Jarak Euclidean suatu objek terhadap pusat gerombol didefinisikan sebagai: ( ) [ ( ) ] dengan adalah nilai objek pada peubah, adalah nilai rataan peubah pada pusat gerombol, dan merupakan banyaknya peubah yang diamati. Langkah-langkah dalam penggerombolan dengan menggunakan algoritme k-rataan adalah sebagai berikut (Johnson dan Wichern 2007): 1. Menentukan nilai sebagai banyaknya gerombol yang akan dibentuk. 2. Menentukan pusat setiap gerombol, yaitu dengan membagi objek menjadi gerombol secara acak. 3. Menghitung nilai rataan peubah yang digunakan dalam penggerombolan berdasarkan pusat gerombol yang terbentuk. 4. Menghitung matriks jarak Euclidean antara objek dan setiap pusat gerombol yang dibentuk. Matriks jarak ini berdimensi dengan adalah banyaknya objek yang digerombolkan.

21 5. Membandingkan nilai jarak Euclidean pada setiap baris dan memilih nilai jarak terkecil, kemudian mengecek kesesuaian objek dengan nilai jarak terkecil itu terhadap pusat gerombol yang telah dibentuk. 6. Jika objek dengan nilai jarak terkecil tidak sesuai dengan pusat gerombol yang telah dibentuk maka langkah selanjutnya adalah membentuk gerombol baru berdasarkan nilai jarak Euclidean terkecil tersebut. 7. Ulangi langkah ke-2 sampai ke-6 hingga tidak ada lagi pembentukan gerombol baru. Penggerombolan dengan Metode Ward Mattjik dan Sumertajaya (2011) menyebutkan metode penggerombolan berhierarki memiliki keunggulan tersendiri yaitu penggerombolan terjadi secara alamiah. Penggerombolan berhierarki tidak memungkinkan adanya perpindahan objek selama proses penggerombolan sehingga suatu objek yang telah masuk ke dalam gerombol tertentu tidak akan berpindah ke dalam gerombol lain. Metode penggerombolan berhierarki yang digunakan adalah metode aglomeratif. Metode aglomeratif berasumsi bahwa terdapat gerombol yang masing-masing beranggotakan satu objek. Dua gerombol paling dekat digabung menjadi satu gerombol yang dilakukan seterusnya hingga diperoleh satu gerombol yang beranggotakan semua objek (Dillon dan Goldstein 1984). Penggabungan gerombol dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya dengan menggunakan metode Ward, pautan tunggal dan pautan rataan. Metode Ward merupakan prosedur penggerombolan berhierarki yang meminimalkan hilangnya informasi dalam penggabungan gerombol (Johnson dan Wichern 2007). Rencher (2002) menyatakan bahwa metode Ward menggunakan kuadrat jarak dalam gerombol dan kuadrat jarak antargerombol. Misalkan gerombol terbentuk dari gerombol dan, maka nilai sebagai jumlah jarak dalam gerombol bagi gerombol adalah: ( ) ( ) Sedangkan jumlah jarak dalam gerombol bagi gerombol dan masing-masing secara berurutan adalah: ( ) ( ) 5 ( ) ( ) dengan dan ( ) ( ) Keterangan: = banyaknya objek di dalam gerombol AB

22 6 = banyaknya objek di dalam gerombol A = banyaknya objek di dalam gerombol B = objek ke-t di dalam gerombol A = objek ke-u di dalam gerombol B = objek ke-v di dalam gerombol AB = rataan dalam gerombol AB = rataan dalam gerombol A = rataan dalam gerombol B Metode Ward menggabungkan gerombol dan gerombol sehingga peningkatan menjadi minimal. Peningkatan didefinisikan sebagai: ( ) Peningkatan yang minimal sama dengan jarak antargerombol yang minimal. Jika gerombol dan gerombol hanya terdiri atas satu objek dan satu objek maka dan bernilai nol. Dengan demikian, persamaan untuk peningkatan adalah: ( ) ( ) ( ) Indeks Hartigan Indeks Hartigan digunakan untuk menentukan banyaknya gerombol terbaik yang memiliki hasil penggerombolan paling ideal. Misalkan terdapat sebanyak objek yang digerombolkan ke dalam gerombol, maka kebaikan penggerombolan ke dalam gerombol tersebut dicerminkan sebagai jumlah total kuadrat galat dari semua objek yang dirumuskan sebagai: ( ) ( ) dengan ( ) merupakan jarak antara nilai objek yang ingin dihitung ( ) dengan nilai pusat gerombol ( ) terdekat. Indeks Hartigan ditentukan sebagai: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Penentuan indeks Hartigan dilakukan pada rentang banyaknya gerombol yang diinginkan, misal dari sampai dengan. Peningkatan dari menjadi dilakukan dengan memisah salah satu gerombol menjadi dua gerombol. Nilai ( ) tidak meningkat seiring peningkatan sehingga indeks Hartigan merupakan ukuran beda kuadrat galat saat banyaknya gerombol meningkat dari menjadi. Nilai indeks Hartigan maksimal menunjukkan penggerombolan optimal menjadi dengan beda kuadrat galat tertinggi. Dengan demikian, banyaknya gerombol optimal adalah dengan indeks Hartigan maksimal dari dari menjadi (Hartigan 1975).

23 7 Persentase Kepadatan Gerombol Persentase kepadatan gerombol ditentukan oleh keragaman dalam gerombol dan antargerombol. Penggerombolan yang ideal memiliki keragaman dalam gerombol yang rendah dan keragaman antargerombol yang tinggi. Jika terdapat gerombol dan setiap gerombol memiliki banyaknya objek anggota dengan dan adalah pusat gerombol ke-, maka keragaman dari gerombol ke- yaitu dihitung dengan: ( ) sedangkan keragaman dalam gerombol adalah: ( ) dengan N adalah total banyaknya objek. Selanjutnya, keragaman antargerombol terhadap rataan dari keseluruhan amatan dihitung dengan: ( ) dengan adalah rataan dari nilai seluruh objek. Persentase kepadatan gerombol ditentukan dengan perbandingan antara dan yang dirumuskan: Nilai yang minimal menunjukkan penggerombolan yang ideal (Barakbah dan Arai 2004). BAHAN DAN METODE Bahan Tabel 1 Daftar ringkasan aspek transaksi sebagai peubah yang digunakan dalam segmentasi No Aspek Transaksi Peubah Keterangan 1 Total nomor dokumen Frekuensi transaksi (bill) transaksi 2 Total month terjadinya transaksi Banyaknya bulan dilakukannya transaksi 3 Kuantitas Total banyaknya produk suku cadang yang dibeli 4 Total nomor kode suku cadang (part number) Total banyaknya jenis produk suku cadang yang dibeli 5 Penjualan (Sales) Total nilai transaksi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data transaksi melalui Telesales yang dilakukan oleh pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. tahun Banyaknya transaksi pelanggan ritel suku cadang pada

24 8 data tersebut adalah 2,152 transaksi, dilakukan oleh 215 pelanggan. Data berisi aspek-aspek transaksi pelanggan ritel. Aspek-aspek transaksi dalam data kemudian diringkas sesuai keperluan penelitian menjadi peubah-peubah asal yang digunakan dalam segmentasi pelanggan ritel. Peubah asal dari hasil peringkasan aspek-aspek transaksi tersebut ditampilkan pada Tabel 1 sebagai peubah asal dengan. Tabel 2 menampilkan nilai peubah X masing-masing pelanggan ritel. Tabel 2 Nilai peubah masing-masing pelanggan ritel Nomor ID pelanggan X 1 X 2 X 3 X 4 X ,957, ,450, ,416, ,265, Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan eksplorasi data dengan menggunakan statistika deskriptif terhadap semua peubah untuk mengetahui gambaran umum karakteristik transaksi yang dilakukan pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. melalui Telesales pada tahun Memeriksa korelasi antarpeubah untuk mengetahui hubungan antarpeubah. Peubah memiliki satuan berbeda-beda sehingga pemeriksaaan korelasi dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson. 3. Melakukan analisis komponen utama terhadap peubah berdasarkan korelasi Pearson yang telah diperoleh. Analisis komponen utama dilakukan untuk meringkas dimensi peubah dan menentukan bobot bagi setiap peubah asal. Peubah asal yang dibakukan menjadi peubah dikombinasi untuk memperoleh skor transaksi. Skor transaksi sebagai peubah tunggal majemuk memuat sebagian besar informasi dari peubah asal. 4. Melakukan segmentasi berdasarkan skor transaksi masing-masing pelanggan ritel. Segmentasi dilakukan dengan plot titik skor transaksi, algoritme -rataan, dan metode Ward. Banyaknya segmen optimal dalam penggerombolan dengan algoritme -rataan dan metode Ward ditentukan berdasarkan nilai indeks Hartigan. 5. Menghitung nilai persentase kepadatan gerombol dari masing-masing hasil segmentasi untuk mengetahui hasil segmentasi yang ideal. 6. Melakukan interpretasi terhadap hasil segmentasi pelanggan ritel yang ideal dengan meninjau kembali pada peubah-peubah asalnya. Alat analisis yang digunakan dalam analisis komponen utama, penggerombolan algoritme -rataan dan metode Ward adalah R versi

25 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Eksplorasi data dilakukan untuk mengidentifikasi gambaran umum mengenai transaksi pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. yang dilakukan melalui Telesales. Gambar 1 menampilkan grafik banyaknya pelanggan yang melakukan transaksi dan banyaknya transaksi pada setiap bulan. Rataan pelanggan yang melakukan transaksi pada setiap bulan adalah 79 pelanggan dengan galat baku Banyaknya pelanggan ritel terbesar yang melakukan transaksi terjadi pada bulan November, yaitu 102 pelanggan. Sedangkan banyaknya pelanggan ritel terkecil yang bertransaksi terjadi pada bulan Februari, yaitu sebanyak 59 pelanggan. Rataan catatan transaksi yang dilakukan setiap bulan adalah 179 transaksi dengan galat baku Banyaknya transaksi tertinggi terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebanyak 227 transaksi. Sedangkan banyaknya transaksi terendah terjadi pada bulan Januari, yaitu sebanyak 124 transaksi. Dengan demikian, ada 5 bulan dalam tahun 2012 yang banyaknya transaksi per bulannya lebih kecil dari rataan transaksi setiap bulan, yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Agustus. Hal tersebut menunjukkan bahwa transaksi cenderung semakin meningkat, kecuali pada pertengahan tahun Banyaknya Pelanggan Transaksi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 1 Grafik banyaknya pelanggan ritel yang melakukan transaksi melalui Telesales dan banyaknya transaksi pelanggan ritel bisnis suku cadang yang terjadi setiap bulan sepanjang tahun 2012 Korelasi antara banyaknya pelanggan yang melakukan transaksi dan banyaknya transaksi yang dilakukan adalah 0.90 dengan p-value kurang dari Hal tersebut berarti bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara banyaknya pelanggan yang melakukan transaksi dengan banyaknya transaksi per bulan.

26 10 Banyaknya transaksi meningkat seiring dengan peningkatan banyaknya pelanggan yang melakukan transaksi. Gambar 2 adalah persentase banyaknya pelanggan berdasarkan banyaknya bulan transaksinya melalui Telesaes selama tahun Program Telesales memiliki peringkat bagi pelanggan ritelnya berdasarkan banyaknya bulan transaksi. Peringkat tersebut adalah A untuk pelanggan yang bertransaksi dalam 10 hingga 12 bulan, peringkat B untuk pelanggan yang bertransaksi dalam 7 hingga 9 bulan, peringkat C untuk pelanggan yang bertransaksi dalam 4 hingga 6 bulan, dan peringkat D untuk pelanggan yang bertransaksi dalam 1 hingga 3 bulan. Sebanyak 8.84% pelanggan ritel merupakan pelanggan peringkat A, 17.67% adalah pelanggan ritel dengan peringkat B, 22.33% merupakan pelanggan dengan peringkat C, dan 51.16% adalah pelanggan dengan peringkat D % 3.72% 2.79% % 3.72% % % % % % % % Gambar 2 Diagram lingkaran persentase pelanggan ritel peringkat A ( ), B ( ), C ( ), dan D ( ) pada setiap banyaknya bulan transaksi tahun 2012 Pelanggan ritel peringkat A yang melakukan transaksi setiap bulan adalah sebanyak 2.79% dari total jumlah pelanggan ritel. Pelanggan peringkat A yang bertransaksi dalam 10 dan 11 bulan secara berurutan adalah 2.33% dan 3.72%. Selanjutnya, pelanggan peringkat B sebanyak 17.67% adalah total dari 7.91% pelanggan ritel yang bertransaksi dalam 7 bulan, 3.72% pelanggan yang bertransaksi dalam 8 bulan, dan 6.05% pelanggan yang bertransaksi dalam 9 bulan. Sebanyak 22.33% pelanggan ritel peringkat C melakukan transaksi dalam 4 hingga 6 bulan dengan rincian dari jumlah total pelanggan ritel adalah 9.30% bertransaksi dalam 4 bulan, 6.05% bertransaksi dalam 5 bulan, dan 6.98% bertransaksi dalam 6 bulan. Lebih dari setengah total banyaknya pelanggan ritel, yaitu 51.16% pelanggan ritel hanya melakukan transaksi dalam 1 hingga 3 bulan transaksi. Sebanyak 30.23% pelanggan ritel hanya bertransaksi dalam 2 dan 3 bulan, sedangkan sisanya yaitu 20.93% merupakan pelanggan yang bertransaksi hanya pada 1 bulan selama tahun Gambar 3 menampilkan diagram batang banyaknya produk suku cadang yang dibeli pelanggan ritel melalui Telesales setiap bulan. Rataan banyaknya suku cadang yang dibeli pelanggan ritel melalui Telesales setiap bulan adalah sebanyak 1,943 suku cadang dengan galat baku Banyaknya suku cadang yang dibeli pelanggan ritel tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan total 3,172

27 sedangkan banyaknya suku cadang terendah terjadi pada bulan Januari dengan total 860 suku cadang. Meskipun demikian, banyaknya suku cadang yang dibeli setiap bulan tidak mengalami peningkatan secara berkesinambungan dari bulan Januari hingga Desember Banyaknya suku cadang 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, ,316 2,168 2,134 1,863 1,879 1,542 1,327 1,436 1,537 3,087 3,172 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 3 Diagram batang banyaknya suku cadang yang dibeli pelanggan ritel melalui Telesales setiap bulan sepanjang tahun 2012 Banyaknya jenis produk suku cadang yang ditransaksikan pelanggan ritel melalui Telesales setiap bulan ditampilkan pada Gambar 4. Jenis produk suku cadang yang tersedia adalah 23 jenis, di antaranya adalah general, oil, dan filter. Transaksi pelanggan ritel melalui Telesales mencakup semua jenis produk namun tidak semua jenis dibeli oleh pelanggan pada setiap bulannya. Rataan banyaknya jenis produk suku cadang yang dibeli setiap bulan adalah 15 jenis dengan galat baku Banyaknya jenis produk bisnis suku cadang yang dibeli tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 19 jenis produk suku cadang. Sedangkan banyaknya jenis produk bisnis suku cadang terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebanyak 13 jenis produk suku cadang. Banyaknya jenis produk Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 4 Diagram batang banyaknya jenis produk suku cadang yang dibeli pelanggan ritel melalui Telesales setiap bulan selama tahun 2012

28 12 Total besarnya transaksi selama tahun 2012 adalah Rp 18,206,933,575 dari 215 pelanggan ritel bisnis suku cadang yang bertransaksi melalui Telesales. Besarnya nilai transaksi yang diperoleh dari pelanggan ritel setiap bulan ditampilkan pada Gambar 5. Rataan besarnya nilai transaksi yang diperoleh setiap bulan adalah Rp 1,517,244,465 dengan galat baku sebesar Rp 126,319,861. Nilai transaksi terbesar yaitu Rp 2,172,273,037 yang terjadi pada bulan Maret, sedangkan yang terkecil adalah Rp 813,141,910 yang terjadi pada bulan Januari. Rataan besarnya transaksi setiap pelanggan ritel adalah Rp 84,683,412. Pendapatan (juta) 2,500 2,000 1,500 1, ,030 2,172 2,130 1,649 1,197 1,891 1,445 1,134 1,279 1,678 1,790 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 5 Diagram batang nilai transaksi pelanggan ritel bisnis suku cadang melalui Telesales setiap bulan selama tahun 2012 Pemeriksaan Korelasi Tabel 3 Nilai korelasi Pearson peubah,,,, dan p-value p-value p-value p-value p-value Tabel 3 menunjukkan nilai korelasi Pearson bagi kelima peubah yang dianalisis. Korelasi Pearson digunakan untuk mengidentifikasi hubungan linier antarpeubah dengan tipe data numerik (Johnson dan Wichern 2007). Semua nilai p-value kurang dari 0.05 berarti terdapat hubungan linier yang signifikan antara peubah,,,, dan. Korelasi tertinggi terdapat antara peubah dan yaitu 0.90 yang berarti bahwa hubungan linier yang terkuat terdapat antara peubah X 1 dan X 4. Hubungan linier tinggi terdapat antara peubah dan sebesar 0.81, dan sebesar 0.74, dan serta dan secara berurutan sebesar 0.75 dan Hubungan linier positif yang tinggi antara 2 peubah

29 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan atau penuruan nilai kedua peubah terjadi secara bersamaan tanpa adanya hubungan kausalitas. Hubungan linier positif yang rendah ditunjukkan dengan nilai korelasi Pearson yang kurang dari Hubungan linier rendah terdapat antara peubah dan sebesar 0.69, dan sebesar 0.62, dan sebesar 0.68, serta yang terendah yaitu antara peubah dan sebesar Hubungan linier yang rendah menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan nilai peubah yang satu tidak disertai oleh peubah yang lain secara bersama-sama. Pembobotan dengan Komponen Utama Akar ciri dan kontribusi keragaman akar ciri dari korelasi peubah,,,, dan ditampilkan pada Tabel 4. Vektor ciri dari korelasi peubah,,,, dan ditampilkan pada Tabel 5. Kolom proporsi kontribusi keragaman relatif pada tabel akar ciri matriks korelasi menunjukkan bahwa komponen utama pertama hingga kelima secara berurutan memuat 75.27%, 13.41%, 5.89%, 3.67%, dan 1.75% dari keragaman total. Banyaknya komponen utama yang diambil diidentifikasi berdasarkan persentase kumulatif yang dicapai hingga sama dengan atau lebih dari kriteria cakupan keragaman yang diinginkan (Jolliffe 2002). Besarnya kumulatif keragaman dari komponen utama pertama dan kedua mencapai 88.68%, melebihi kriteria yang diinginkan yaitu 80%. Dengan demikian, banyaknya komponen utama yang diambil adalah 2 komponen utama pertama. Tabel 4 Akar ciri dan kontribusi keragaman dari matriks korelasi peubah,,,, dan Akar ciri Proporsi kontribusi Kontribusi keragaman keragaman relatif kumulatif % 75.27% % 88.68% % 94.57% % 98.25% % 100% Tabel 5 Vektor ciri dari matriks korelasi peubah,,,, dan Matriks A diperoleh dari susunan vektor ciri-vektor ciri 2 komponen utama pertama adalah: * + 13

30 14 Sedangkan vektor akar ciri λ adalah: [ ] Skor komponen utama pertama dan kedua masing-masing pelanggan ritel diperoleh berdasarkan persamaan adalah sebagai berikut. Komponen utama pertama ( ) memuat semua peubah asal secara hampir merata yang berarti bahwa kelima peubah memiliki dominasi hampir sama bagi. Meskipun demikian, peubah memiliki nilai vektor ciri yang terbesar. Komponen utama kedua ( ) memuat kelima peubah asal secara tidak merata, dengan peubah dan mendominasi secara kontras. Hal demikian diidentifikasi dari tanda nilai vektor cirinya (Dillon dan Goldstein 1984). Skor dan skor bagi masing-masing pelanggan ritel ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6 Skor dan skor masing-masing pelanggan ritel bisnis suku cadang melalui Telesales tahun 2012 Nomor ID pelanggan Skor Skor Gambar 6 menampilkan plot tebaran pelanggan ritel berdasarkan skor dan skor yang dimiliki. Tebaran pelanggan ritel menunjukkan bahwa sebagian kecil pelanggan ritel memiliki skor dan skor yang berbeda jauh dengan sebagian besar pelanggan ritel. Hal demikian ditunjukkan dengan letak relatifnya yang jauh terhadap pelanggan-pelanggan lain. Sebagian besar pelanggan ritel memiliki skor dan skor yang tidak jauh berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan letak relatifnya yang berdekatan dan menggerombol.

31 15 Gambar 6 Plot tebaran pelanggan ritel ( ) berdasarkan skor dan skor Komponen utama pertama dan kedua dikombinasi untuk menentukan persamaan bagi skor transaksi. Untuk menentukan skor transaksi, peubah asal distandardisasi dengan skor- menjadi peubah dengan rataan 0 dan ragam 1, kemudian mengalikannya dengan bobot dari masing-masing peubah asal, lalu menjumlahkannya. Hal demikian dilakukan karena peubah asal memiliki satuan yang berbeda-beda. Bobot dari masing-masing peubah asal berdasarkan dan ditentukan sebagai berikut. ( ) ( ) ( ) Dengan demikian, persamaan bagi peubah tunggal baru yang terbentuk, yaitu skor transaksi, adalah:

32 16 Skor transaksi bagi masing-masing pelanggan ritel dan nilai peubah ditampilkan dalam Tabel 7. Nilai peubah pelanggan yang bertanda negatif menunjukkan bahwa nilai peubah asal yang dimiliki pelanggan tersebut berada di bawah rataan dari seluruh pelanggan. Sedangkan nilai peubah yang positif menunjukkan sebaliknya. Misalkan pelanggan ritel dengan nomor ID memiliki nilai hingga secara berurutan adalah 0.00, -0.45, 0.15, 0.84, dan Dengan demikian berarti bahwa nilai pelanggan ritel tersebut pada peubah dan lebih rendah daripada rataan dari seluruh pelanggan ritel. Sedangkan untuk peubah dan, pelanggan ritel dengan nomor ID memiliki nilai yang lebih tinggi daripada rataan dari seluruh pelanggan ritel. Nilai rataan bagi peubah hingga secara berurutan adalah 10.00, 4.43, 108, 28.69, dan Rp 84,683,412. Nilai pelanggan ritel dengan nomor ID untuk setiap peubah secara berurutan adalah 10, 3, 137, 64, dan Rp 3,491,500. Dengan demikian, tampak bahwa nilai pelanggan ritel tersebut pada peubah dan lebih rendah daripada rataan dari seluruh pelanggan ritel sedangkan untuk peubah dan lebih tinggi daripada rataan dari seluruh pelanggan ritel. Tabel 7 Nilai peubah dan skor transaksi masing-masing pelanggan ritel bisnis suku cadang melalui Telesales tahun 2012 Nomor ID pelanggan Skor Transaksi Segmentasi dengan Menggunakan Plot Titik Gambar 7 Plot titik segmentasi pelanggan ritel bisnis suku cadang melalui Telesales tahun 2012 berdasarkan skor transaksi

33 Segmentasi dengan menggunakan plot titik skor transaksi setiap pelanggan ritel ditunjukkan pada Gambar 7. Pelanggan ritel yang memiliki selisih skor transaksi relatif lebih kecil dimasukkan ke dalam satu segmen sedangkan pelanggan dengan selisih skor transaksi yang lebih besar dipisahkan ke dalam segmen yang lain. Banyaknya segmen yang terbentuk ditentukan berdasarkan banyaknya gerombol dari skor transaksi berdekatan. Pemisahan segmen dilakukan pada selisih skor transaksi yang besar. Dengan demikian, banyaknya segmen yang terbentuk adalah 5. Gambar 8 menampilkan plot tebaran hasil segmentasi pelanggan ritel berdasarkan plot titik skor transaksi. Segmen-segmen pelanggan terbentuk berdasarkan skor transaksi sesuai dengan skor dan skor yang dimiliki. Walaupun demikian, tampak bahwa nilai skor lebih mendominasi dalam pembentukan segmen. Hal demikian disebabkan karena memuat persentase keragaman yang lebih besar daripada. Sebagian kecil pelanggan ritel memiliki skor dan skor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sebagian besar pelanggan ritel lainnya. Pelanggan ritel dengan skor dan skor tinggi tersegmentasi ke dalam segmen-segmen yaitu Segmen 1, Segmen 2, dan Segmen 3 sehingga segmen-segmen tersebut terdiri atas sedikit pelanggan ritel. Sebagian besar pelanggan ritel masuk ke dalam segmen dengan skor dan skor yang relatif lebih rendah, yaitu Segmen 4 dan Segmen 5 dengan banyaknya anggota terbesar. Segmentasi dengan menggunakan plot titik skor transaksi menyebarkan pelanggan ritel ke dalam 5 segmen dengan persentase 1.40%, 1.40%, 0.93%, 6.51%, dan 89.77%. 17 Gambar 8 Plot tebaran segmentasi pelanggan ritel dengan menggunakan plot titik untuk segmen 1 ( ), segmen 2 ( ), segmen 3 ( ), segmen 4 ( ), dan segmen 5 ( ) berdasarkan skor dan skor

34 18 Segmentasi dengan Algoritme -rataan Analisis gerombol tidak berhierarki yang digunakan untuk melakukan segmentasi terhadap skor transaksi pelanggan ritel adalah algoritme -rataan. Banyaknya gerombol dievaluasi dari 2 hingga 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa perubahan nilai indeks Hartigan terbesar terjadi pada menuju, yaitu dari menjadi atau sebesar Dengan demikian, banyaknya segmen optimal bagi segmentasi dengan penggerombolan tidak berhierarki menggunakan algoritme -rataan adalah 4. Gambar 10 menampilkan plot hasil segmentasi pelanggan ritel dengan algoritme -rataan pada bidang skor terhadap skor. Pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. yang bertransaksi melalui Telesales secara berurutan terbagi ke dalam segmen 1 hingga segmen 4 dengan persantase 2.79%, 12.09%, 54.88%, dan 30.23%. Gambar 9 Nilai indeks Hartigan untuk masing-masing banyaknya segmen pada segmentasi pelanggan ritel bisnis suku cadang dengan menggunakan algoritme -rataan

35 19 Gambar 10 Plot tebaran segmentasi pelanggan ritel dengan menggunakan algoritme k-rataan untuk segmen 1 ( ), segmen 2 ( ), segmen 3 ( ), dan segmen 4 ( ) berdasarkan skor dan skor Segmentasi dengan Metode Ward Gambar 11 Nilai indeks Hartigan untuk masing-masing banyaknya segmen pada segmentasi pelanggan ritel bisnis suku cadang dengan menggunakan metode Ward Penggerombolan berhierarki yang digunakan terhadap skor transaksi pelanggan ritel adalah metode Ward. Banyaknya gerombol sebagai dievaluasi

36 20 dari 2 hingga 9. Gambar 11 menunjukkan bahwa perubahan nilai indeks Hartigan terbesar terjadi pada menuju, yaitu dari 9.46 menjadi atau sebesar Dengan demikian, banyaknya segmen optimal bagi segmentasi dengan penggerombolan berhierarki menggunakan metode Ward adalah 7. Gambar 12 menampilkan plot hasil segmentasi pelanggan ritel dengan metode Ward pada bidang skor terhadap skor. Pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. yang bertransaksi melalui Telesales secara berurutan terbagi ke dalam segmen 1 hingga segmen 7 dengan persantase 17.67%, 6.51%, 3.27%, 12.09%, 21.40%, 11.63%, dan 26.98%. Gambar 12 Plot tebaran segmentasi pelanggan ritel dengan menggunakan metode Ward untuk segmen 1 ( ), segmen 2 ( ), segmen 3 ( ), segmen 4 ( ), segmen 5 ( ), segmen 6 ( ), dan segmen 7 ( ) berdasarkan skor dan skor Evaluasi Hasil Segmentasi Segmentasi pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. yang bertransaksi melalui Telesales telah dilakukan dengan menggunakan plot titik, analisis gerombol berhierarki dan tidak berhierarki. Evaluasi untuk mengidentifikasi hasil yang ideal dilakukan dengan membandingkan nilai persentase kepadatan gerombol. Nilai persentase kepadatan gerombol diperoleh dari rasio antara keragaman intergerombol terhadap keragaman antargerombol. Penggerombolan yang ideal memiliki keragaman intergerombol yang rendah dan keragaman antargerombol yang tinggi (Barakbah dan Arai 2004; Mattjik dan Sumertajaya 2011). Dengan demikian, metode segmentasi yang tepat adalah yang memiliki persentase kepadatan gerombol yang kecil.

37 Tabel 8 menunjukkan nilai-nilai keragaman dalam gerombol, antargerombol, dan persentase kepadatan gerombol bagi ketiga metode segmentasi pelanggan ritel PT United Tractors Tbk. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa keragaman dalam gerombol hasil segmentasi dengan algoritme -rataan adalah yang paling rendah. Walaupun demikian, nilai keragaman antargerombol yang paling tinggi dihasilkan oleh segmentasi dengan menggunakan metode Ward. Persentase kepadatan gerombol yang diperoleh untuk segmentasi dengan plot titik, algoritme -rataan, dan metode Ward secara berurutan adalah 0.49%, 0.13%, dan 3.68%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil segmentasi dengan penggorombolan tidak berhierarki, yaitu dengan algoritme -rataan, merupakan hasil segmentasi yang ideal untuk pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. yang melakukan transaksi melalui Telesales pada tahun Tabel 8 Nilai-nilai keragaman dalam gerombol, antargerombol, dan persentase kepadatan gerombol bagi ketiga metode segmentasi pelanggan ritel PT United Tractors Tbk. Metode plot titik Algoritme skor transaksi -rataan Metode Ward , % 0.13% 3.68% 21 Interpretasi Hasil Segmentasi Ideal Gambar 13 Diagram kotak garis masing-masing segmen hasil segmentasi ideal pelanggan ritel bisnis suku cadang PT United Tractors Tbk. tahun 2012 Diagram kotak garis segmen 1 hingga segmen 4 ditampilkan dalam Gambar 13. Rataan skor transaksi masing-masing segmen menunjukkan bahwa rataan

38 22 terbesar dimiliki oleh segmen 1, kemudian diikuti oleh segmen 2, segmen 4 dan segmen 3. Segmen 3 memiliki rataan skor transaksi paling rendah. Meskipun tampak adanya kemenjuluran pada setiap segmen namun tidak ada pencilan yang terindentifikasi. Nilai rataan skor transaksi dan masing-masing peubah asal pada setiap segmen ditunjukkan pada Tabel 9 sedangkan interpretasi masingmasing segmen berdasarkan skor transaksi dan masing-masing peubah asal transaksi diuraikan sebagai berikut. Tabel 9 Nilai rataan skor transaksi dan masing-masing peubah asal segmen pada setiap Segmen Rp 841,986, Rp 248,778, Rp 22,633, Rp 61,785,991 Segmen 1 Pelanggan dalam segmen 1 memiliki rataan skor transaksi terbesar yaitu Persentase banyaknya pelanggan ritel dalam segmen 1 adalah 2.79% dari keseluruhan pelanggan ritel, yaitu sebanyak 6 pelanggan ritel. Rataan frekuensi transaksi yang dimiliki adalah transaksi sepanjang tahun Rataan banyaknya bulan transaksi sebesar 11 bulan, menunjukkan bahwa pelanggan ritel segmen 1 bertransaksi secara intensif hampir pada setiap bulan selama tahun Rataan jumlah produk dan jenis produk yang dibeli secara berurutan adalah dan Pelanggan segmen 1 melakukan transaksi suku cadang dengan banyaknya jenis produk suku cadang terbesar. Nilai transaksi pelanggan pada segmen 1 memiliki rataan sebesar Rp 841,986,343 dengan total kontribusi terhadap penerimaan perusahaan dari bisnis suku cadang ritel Telesales sebesar Rp 5,051,918,062. Hal demikian berarti bahwa pelanggan ritel dalam segmen 1 memiliki kontribusi yang paling besar bagi penerimaan perusahaan dari transaksi bisnis suku cadang ritel. Rataan nilai transaksi pelanggan segmen 1 lebih besar daripada rataan nilai transaksi keseluruhan pelanggan ritel yaitu Rp 84,683,412. Secara umum, pelanggan segmen 1 berpotensi besar untuk terus dipertahankan hubungannya dengan perusahaan. Segmen 2 Besarnya rataan skor transaksi segmen 2 adalah 3.35, merupakan rataan skor transaksi terbesar kedua. Banyaknya pelanggan dalam segmen 2 adalah 12.09% atau sebanyak 26 pelanggan. Rataan frekuensi transaksi setiap pelanggan sepanjang tahun 2012 adalah kali dengan rataan bulan transaksi adalah Hal demikian berarti bahwa pelanggan segmen 2 memiliki konsistensi transaksi yang cukup tinggi dengan bertransaksi pada 9 bulan selama tahun Banyaknya produk suku cadang yang dibeli memiliki rataan untuk jenis produk suku cadang secara rataan. Besarnya kontribusi nilai transaksi bagi penerimaan perusahaan adalah yang terbesar, yaitu Rp 6,648,230,537 dengan rataan kontribusi setiap anggotanya sebesar Rp 284,778,097. Rataan kontribusi pelanggan yang termasuk dalam segmen 2 lebih besar daripada rataan kontribusi

39 nilai individu secara keseluruhan, yaitu Rp 84,683,412. Segmen 2 juga merupakan segmen dengan potensi yang besar untuk dipertahankan eksistensinya terhadap perusahaan. Segmen 3 Besarnya rataan skor transaksi segmen 3 adalah yang terkecil, yaitu Rataan skor transaksi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa secara umum, segmen 3 memiliki rataan nilai peubah transaksi yang lebih rendah daripada rataan nilai peubah transaksi secara umum. Pelanggan ritel yang menjadi anggota segmen 3 adalah 118 pelanggan ritel dengan persentase 54.88% dari keseluruhan banyaknya pelanggan ritel bisnis suku cadang yang bertransaksi melalui Telesales. Rataan frekuensi transaksi yang dilakukan adalah 3 kali sepanjang tahun Setiap anggota segmen 3 memiliki rataan bulan transaksi per tahun sebanyak 2.17 bulan. Hal tersebut menunjukkan rendahnya konsistensi pelanggan ritel pada segmen 3 dalam bertransaksi dengan perusahan. Banyaknya produk suku cadang yang dibeli secara rataan adalah untuk 8.43 jenis suku cadang secara rataan. Nilai transaksi yang dikontribusikan untuk penerimaan perusahaan adalah Rp 2,670,695,552 dengan rataan nilai untuk setiap anggotanya adalah Rp 22,633,013. Rataan nilai transaksi tersebut jauh lebih rendah daripada rataan individu pelanggan secara keseluruhan. Pelanggan anggota segmen 3 kemungkinan adalah pelanggan accidental, yaitu yang melakukan transaksi hanya sewaktu-waktu. Dengan demikian, segmen 3 termasuk segmen dengan potensi kecil untuk terus dipertahankan komunikasinya dan sebaiknya lebih distimulasi agar loyalitas dalam bertransaksi dengan perusahaan semakin meningkat. Survey evaluasi terhadap kinerja manajemen hubungan pelanggan yang diterapkan dapat dilakukan pada segmen 3 sebagai segmen yang tidak loyal terhadap perusahaan. Segmen 4 Skor transaksi yang dimiliki pelanggan ritel segmen 4 adalah terbesar ketiga, yaitu Banyaknya pelanggan dalam segmen 4 adalah 30.23% dari keseluruhan pelanggan atau sebanyak 65 pelanggan. Rataan frekuensi transaksi yang dilakukan adalah sebanyak kali sepanjang tahun Setiap pelanggan anggota segmen 4 memiliki rataan bulan transaksi per tahun sebanyak 5 bulan. Banyaknya produk suku cadang yang dibeli melalui Telesales secara rataan adalah dengan rataan jenis produk Besarnya kontribusi nilai transaksi yang diberikan adalah Rp 4,179,788,351 dengan rataan kontribusi setiap pelanggan sebesar Rp 298,556,311. Rataan nilai transaksi individu pelanggan ritel segmen 4 lebih besar daripada rataan nilai transaksi individu secara keseluruhan pelanggan ritel bisnis suku cadang secara keseluruhan. Segmen 4 merupakan segmen dengan potensi kontribusi nilai transaksi terbesar ketiga bagi penerimaan perusahaan dari bisnis suku cadang ritel. 23

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN DUA TAHAP DESA-DESA DI JAWA TENGAH ALIFTA DIAH AYU RETNANI

PENGGEROMBOLAN DUA TAHAP DESA-DESA DI JAWA TENGAH ALIFTA DIAH AYU RETNANI PENGGEROMBOLAN DUA TAHAP DESA-DESA DI JAWA TENGAH ALIFTA DIAH AYU RETNANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN ALIFTA DIAH AYU RETNANI.

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN SUKU CADANG HYDRAULIC OIL FILTER KOMATSU DI PT KOMATSU MARKETING AND SUPPORT INDONESIA

ANALISIS PERAMALAN SUKU CADANG HYDRAULIC OIL FILTER KOMATSU DI PT KOMATSU MARKETING AND SUPPORT INDONESIA ANALISIS PERAMALAN SUKU CADANG HYDRAULIC OIL FILTER KOMATSU DI PT KOMATSU MARKETING AND SUPPORT INDONESIA NAMA MAHASISWA : Galih Trisno Saputra Instansi : -- Alamat : -- Telp : -- Email Penulis : galihtrisno@ymail.com

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil dan Bahasan 4.1.1 Penentuan Suku Cadang Prioritas Untuk menentukan suku cadang prioritas pada penulisan tugas akhir ini diperlukan data aktual permintaan filter fleetguard

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN 4 karena adanya perbedaan satuan pengukuran antar peubah. 1.. Memastikan tidak adanya pencilan pada data dengan mengidentifikasi adanya pencilan pada data. Pengidentifikasian pencilan dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA

PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA 2.1. Pengumpulan Data Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian adalah kualitas data yang di kumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal BAB III ANALISIS FAKTOR 3.1 Definisi Analisis faktor Analisis faktor adalah suatu teknik analisis statistika multivariat yang berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

Lebih terperinci

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier Bernhard M. Wongkar 1, John S. Kekenusa 2, Hanny A.H. Komalig 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, bernhard.wongkar2011@gmail.com

Lebih terperinci

PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PONTIANAK DENGAN DEKOMPOSISI SENSUS II

PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PONTIANAK DENGAN DEKOMPOSISI SENSUS II Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 02(2016), hal 227 234. PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PONTIANAK DENGAN DEKOMPOSISI SENSUS II Eka Rahmilia, Helmi INTISARI Metode Dekomposisi

Lebih terperinci

Resume Regresi Linear dan Korelasi

Resume Regresi Linear dan Korelasi Rendy Dwi Ardiansyah Putra 7410040018 / 2 D4 IT A Statistika Resume Regresi Linear dan Korelasi 1. Regresi Linear Regresi linear merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan

Lebih terperinci

Minggu XI ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Utami, H

Minggu XI ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Utami, H Minggu XI ANALISIS KOMPONEN UTAMA Utami, H Outline 1 Pendahuluan 2 Tujuan 3 Analisis Komponen Utama 4 Contoh Utami, H Minggu XIANALISIS KOMPONEN UTAMA 2 / 16 Outline 1 Pendahuluan 2 Tujuan 3 Analisis Komponen

Lebih terperinci

SURVEY PENJUALAN ECERAN

SURVEY PENJUALAN ECERAN SURVEY PENJUALAN ECERAN September Indeks riil penjualan eceran pada September mengalami penurunan Harga-harga umum diperkirakan meningkat dan tingkat suku bunga kredit diperkirakan relatif stabil Perkembangan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Abstract. Abstrak. Keywords : Principal Component Analysis, Agriculture Production and Plantation

Abstract. Abstrak. Keywords : Principal Component Analysis, Agriculture Production and Plantation JdC, Vol. 3, No. 2, September, 2014 1 Penggunaan Analisis Komponen Utama Dalam Penggabungan Data Peubah Ganda pada Kasus Produksi Pertanian dan Perkebunan Di Wilayah Bolaang Mongondow Tahun 2008 1 Sunarsi

Lebih terperinci

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor. Jika plot peluang dan plot kuantil-kuantil membentuk garis lurus atau linier maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi (Mallor et al. 2009). Tingkat Pengembalian Dalam praktik, besaran atau

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara L A M P I R A N Lampiran 1 Data Inflasi Tahun 2007 s/d 2010 Tahun 2007 2008 2009 Bulan Tingkat Inflasi Januari 6.26% Februari 6.30% Maret 6.52% April 6.29% Mei 6.01% Juni 5.77% Juli 6.06% Agustus 6.51%

Lebih terperinci

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 Nop-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 17-22 ISSN: 2303-1751 KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN I MADE ANOM ARIAWAN 1, I PUTU EKA NILA KENCANA 2, NI LUH PUTU

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Peubah Ganda Analisis peubah ganda merupakan salah satu jenis analisis statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas (independen

Lebih terperinci

Tabel 6 Daftar peubah karakteristik

Tabel 6 Daftar peubah karakteristik 6 Tabel 6 Daftar peubah karakteristik Kode. Keterangan X1 Hasil gabah (kg/ha) X2 Umur saat akar tembus lilin (HST) X3 Jumlah akar tembus X4 Panjang akar tembus (cm) X5 Berat akar (gr) X6 Laju asimilasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/11/81/Th. VII, 1 November 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU SEPTEMBER TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER MENCAPAI 29,30 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 No.09/02/Th.VII, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang di Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Desember 2016 tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/01/62/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama November, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 15.421 Orang dan 134.810 Orang.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012 I. TOTAL SIMPANAN NASABAH PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012 Total pada bulan April 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp14,48 Triliun dibandingkan dengan total pada bulan Maret 2012 sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU Oleh : Heru Novriyadi G4004 PROGRAM STUDI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014 FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014 Bulan mengelilingi Bumi dalam bentuk orbit ellips sehingga pada suatu saat Bulan akan berada pada posisi terdekat dari Bumi, yang disebut perigee, dan

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN DAN FASILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN BERBELANJA DI GIANT SUN CITY SIDOARJO USULAN PENELITIAN. Oleh :

PENGARUH PELAYANAN DAN FASILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN BERBELANJA DI GIANT SUN CITY SIDOARJO USULAN PENELITIAN. Oleh : PENGARUH PELAYANAN DAN FASILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN BERBELANJA DI GIANT SUN CITY SIDOARJO USULAN PENELITIAN Oleh : ACHMAD BAIDHONI 0512315077 / FE / EM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/01/81/Th. VIII, 3 Januari 2017 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU NOVEMBER TPK HOTEL BINTANG NOVEMBER MENCAPAI 38,23 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER II-2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I.

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS Juni 2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I. Total Simpanan...

Lebih terperinci

BAB III HASIL ANALISIS

BAB III HASIL ANALISIS 51 BAB III HASIL ANALISIS 3.1 Pengumpulan Data Pada tahap ini, penulis secara langsung mengambil data dari PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan pada periode Januari 00 sampai dengan Desember 006. Disamping

Lebih terperinci

ANALISIS LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN GRAFIK BIPLOT SQRT (SQUARE ROOT BIPLOT)

ANALISIS LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN GRAFIK BIPLOT SQRT (SQUARE ROOT BIPLOT) ANALISIS LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN GRAFIK BIPLOT SQRT (SQUARE ROOT BIPLOT) SKRIPSI Disusun Oleh : ANIK NURUL AINI 240 102 111 300 28 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Curah Hujan DAS Brantas Data curah hujan di DAS Brantas merupakan data curah hujan harian, dimana curah hujan harian berasal dari stasiun-stasiun curah hujan yang ada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG SKRIPSI GERLI 070306038 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

STATISTIKA. Tabel dan Grafik

STATISTIKA. Tabel dan Grafik STATISTIKA Organisasi Data Koleksi data statistik perlu disusun (diorganisir) sedemikian hingga dapat dibaca dengan jelas. Salah satu pengorganisasian data statistik adalah dengan: tabel grafik Organisasi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini berdasarkan pendekatannya yaitu penelitian kuantitatif. Menurut Sutama (2015: 43) penelitian kuantitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 i BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut: . Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif. Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif. Menurut Sukardi (2009:14), penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk eksplorasi,

Lebih terperinci

E-book Statistika Gratis... Statistical Data Analyst. Penyajian Data Statistik

E-book Statistika Gratis... Statistical Data Analyst. Penyajian Data Statistik Penyajian Data Statistik Pada penulisan kedua tentang Statistika Elementer ini, penulis akan memberikan bahasan mengenai Penyajian Data Statistik kepada para pembaca untuk mengetahui bentuk penyajian data

Lebih terperinci

MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTFOLIO

MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTFOLIO MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTFOLIO ANALISA PENILAIAN SAHAM PADA PT LIPPO KARAWACI Tbk Disusun Oleh: Muhammad Fuad Adisaputra 2511101022 Jurusan Manajemen Bisnis Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda STK511 Analisis Statistika Pertemuan 13 Peubah Ganda 13. Peubah Ganda: Pengantar Pengamatan Peubah Ganda Menggambarkan suatu objek tidak cukup menggunakan satu peubah saja Kasus pengamatan peubah ganda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE KUADRAT TERKECIL DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MULTIKOLINEARITAS OLEH : GUGUN M. SIMATUPANG

ANALISIS PENERAPAN METODE KUADRAT TERKECIL DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MULTIKOLINEARITAS OLEH : GUGUN M. SIMATUPANG ANALISIS PENERAPAN METODE KUADRAT TERKECIL DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MULTIKOLINEARITAS OLEH : GUGUN M. SIMATUPANG PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK GUGUN M. SIMATUPANG.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO

MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN MAGRI HANDOKO. Manajemen

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO

KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

BAB II PENYAJIAN DATA. Dalam bab ini, dibahas bagaimana cara memvisualisasikan bentuk-bentuk

BAB II PENYAJIAN DATA. Dalam bab ini, dibahas bagaimana cara memvisualisasikan bentuk-bentuk BAB II PENYAJIAN DATA Dalam bab ini, dibahas bagaimana cara memvisualisasikan bentuk-bentuk penting dari sebuah data set, baik untuk data kualitatif maupun kuantitatif. Data yang sudah terkumpul, baik

Lebih terperinci

METODE PAUTAN TERBAIK DALAM PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI

METODE PAUTAN TERBAIK DALAM PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI 35 METODE PAUTAN TERBAIK DALAM PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI NI WAYAN ARIS APRILIA A.P 1008405033 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha di Indonesia, hal ini terlihat dari besarnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya)

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya) (M.2) ANALISIS BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR PADA MASYARAKAT MISKIN ANTAR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) A. LANDASAN TEORI Misalkan χ merupakan matriks berukuran nxp, dengan baris-baris yang berisi observasi sebanyak n dari p-variat variabel acak X. Analisis

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59

Lebih terperinci

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k)

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Faktor Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang utamanya dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel yang banyak

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2016 No. 48/09/Th. VII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juli 2016 tercatat US$ 11,47 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012 I. TOTAL

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada. 18-Aug-17. Statistika Teknik.

Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada. 18-Aug-17.  Statistika Teknik. Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada Statistika Teknik Tabel dan Grafik Organisasi Data Koleksi data statistik perlu disusun (diorganisir) sedemikian hingga dapat dibaca dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KORELASI KANONIK ROBUST DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINAN

BAB III ANALISIS KORELASI KANONIK ROBUST DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINAN BAB III ANALISIS KORELASI KANONIK ROBUST DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINAN 3.1 Deteksi Pencilan Multivariat Pengidentifikasian pencilan pada kasus multivariat tidaklah mudah untuk dilakukan,

Lebih terperinci

Analisis Regresi 2. Multikolinier & penanganannya

Analisis Regresi 2. Multikolinier & penanganannya Analisis Regresi 2 Pokok Bahasan : Multikolinier & penanganannya TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat menjelaskan adanya multikolinieritas pada regresi linier berganda serta prosedur penanganannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI 070803049 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 8 eigenvalue masing-masing mode terhadap nilai total eigenvalue (dalam persen). PC 1 biasanya menjelaskan 60% dari keragaman data, dan semakin menurun untuk PC selanjutnya (Johnson 2002, Wilks 2006, Dool

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN SURVEI PENJUALAN ECERAN Mei Indeks riil penjualan eceran mengalami penurunan Harga-harga umum dan tingkat suku bunga kredit diperkirakan masih akan tetap meningkat Perkembangan Penjualan Eceran Indeks

Lebih terperinci

S 10 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)

S 10 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) PROSIDING ISBN : 978 979 6353 6 3 S 0 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) Wirayanti ), Adi Setiawan ), Bambang Susanto

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.48/08/35/Th. X, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI Selama bulan Juni jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013 5 Jan Jul 2 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.49/8/35/Th. XI, 1 Agustus 213 PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 213 Selama bulan Juni 213 jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK hotel berbintang di

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan merupakan suatu uji dalam atau deretan uji baik menggunakan statistika deskripsi maupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci