2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks"

Transkripsi

1 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad 1997). Ada dua kriteria peringkasan teks yaitu peringkasan teks berdasarkan eksktraksi dan abstraksi (Jezek & Steinberger 2008). Teknik ekstraksi merupakan suatu teknik untuk menyalin unit-unit teks yang paling penting atau paling informatif dari teks sumber menjadi ringkasan, sedangkan teknik abstraksi adalah mengambil intisari dari teks sumber kemudian membuat ringkasan dengan menciptakan kalimat-kalimat baru yang merepresentasikan intisari teks sumber dalam bentuk berbeda (Jezek & Steinberger 2008). 2.2 Paragraf Paragraf dapat didefinisikan sebagai unit informasi yang memiliki topik atau pikiran utama atau topik sebagai dasarnya dan disatukan oleh ide pengontrol. Suatu paragraf yang baik adalah paragraf yang mampu mengarahkan dan membawa pembaca memahami dengan baik kesatuan informasi yang diberikan penulisnya melalui ide-ide pengontrolnya (Gunawan et al. 2008). 2.3 Ekstraksi fitur teks Penelitian ini menggunakan sepuluh fitur teks berdasarkan penelitian Fattah dan Ren (2008) yaitu: posisi kalimat, positive keyword negative keyword, kemiripan antar kalimat, kalimat yang menyerupai judul kalimat, kalimat yang mengandung nama entiti, kalimat yang mengandung data numerik, panjang kalimat, koneksi antar-kalimat, penjumlahan bobot koneksi antar-kalimat, dan penambahan fitur teks kalimat semantik dengan menggunakan teknik SVD Posisi Kalimat (f1) Posisi kalimat adalah letak kalimat dalam sebuah paragraf. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa kalimat pertama pada tiap paragraf adalah kalimat yang

2 5 paling penting. Oleh karena itu, penelitian ini mengurutkan kalimat tersebut berdasarkan posisinya. Berikut ini contoh fitur teks posisi kalimat pada sebuah dokumen. Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Berdasarkan contoh dokumen tersebut, maka perhitungan skor fitur teks posisi kalimat untuk kalimat pertama adalah, skor kalimat kedua adalah, skor kalimat ketiga adalah, dan skor kalimat keempat adalah. Oleh karena itu, menghitung skor fitur teks posisi kalimat dapat dilihat pada (2.1). (2.1) Asumsikan s adalah kalimat didalam paragraf, adalah fitur teks posisi kalimat (fitur teks kesatu), N adalah total jumlah kalimat dalam satu paragraf dan X adalah posisi kalimat dalam tiap paragraf Positive Keyword (f2) Positive keyword adalah kata yang paling banyak muncul pada sebuah kalimat. Berikut ini ilustrasi positive keyword pada dokumen pelatihan dan ringkasan manual: Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Berdasarkan isi dokumen tersebut, kata merokok merupakan kata yang muncul pada kalimat dan memiliki peluang kemunculan yang tinggi pada

3 6 ringkasan (tahap pelatihan pada ringkasan manual). adalah, adalah, adalah, adalah. Oleh karena itu, menghitung skor fitur teks positive keyword dapat dilihat pada (2.2). (2.2) Asumsikan s adalah kalimat dalam ringkasan dokumen, S adalah kalimat dalam dokumen, adalah fitur teks positive keyword (fitur teks kedua), n adalah jumlah keyword dalam kalimat, adalah banyaknya keyword ke-i yang muncul dalam kalimat. adalah perhitungan dari korpus pelatihan (ringkasan manual),, n, dan panjang kalimat dihitung menggunakan kalimat s pada tahap pengujian Negative Keyword (f3) Negative keyword merupakan kebalikan dari fitur teks positive keyword. Negative keyword adalah kata yang sedikit muncul dalam kalimat. Berikut ini ilustrasi negative keyword pada dokumen pelatihan dan ringkasan manual: Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun.

4 7 Berdasarkan isi dokumen tersebut, kata ekstra merupakan kata yang mucul pada kalimat dan memiliki peluang yang tinggi tidak muncul pada ringkasan. adalah 1, adalah, adalah, adalah. Oleh karena itu, menghitung skor fitur teks negative keyword dapat dilihat pada (2.3). (2.3) Asumsikan s adalah kalimat dalam ringkasan dokumen, S adalah kalimat dalam dokumen, adalah fitur teks negative keyword (fitur teks ketiga), n adalah jumlah keyword dalam kalimat, adalah banyaknya keyword ke-i yang muncul dalam kalimat Kemiripan Antar-Kalimat (f4) Kemiripan antar-kalimat merupakan kata yang muncul dalam kalimat sama dengan kata yang muncul dalam kalimat lain. Berikut ini contoh penerapan kemiripan antar-kalimat yaitu : Saya pergi belajar dan nonton Saya pergi makan Saya sedang nonton Berdasarkan ketiga kalimat tersebut, maka perhitungan skor fitur teks kemiripan antar-kalimat diilustrasikan pada Gambar 1. Skor kalimat pertama adalah, skor kalimat kedua adalah, dan skor kalimat ketiga adalah. Pada kalimat pertama memiliki tiga kata yang sama dengan kalimat kedua dan kalimat ketiga, yaitu kata pergi, saya, nonton. Kalimat kedua memiliki dua kata yang sama dengan kalimat kesatu dan kalimat ketiga, yaitu kata pergi, saya. Kalimat ketiga memiliki dua kata yang sama dengan kalimat kesatu dan kalimat kedua yaitu kata saya, nonton. Berdasarkan ilustrasi kemiripan antar-kalimat pada Gambar 1, maka skor fitur teks kemiripan antar-kalimat dihitung dengan menggunakan (2.4) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks kemiripan antar-kalimat (fitur teks keempat). (2.4)

5 8 Gambar 1 Ilustrasi kemiripan antar-kalimat Kalimat yang Menyerupai Judul Dokumen (f5) Kalimat yang menyerupai judul dokumen adalah kata yang muncul dalam kalimat sama dengan kata yang ada dalam judul dokumen. Berikut ini contoh penerapan kemiripan antar-kalimat yaitu : Judul dokumen : Aktivitas Saya Saya pergi belajar Saya pergi makan Aktivitas saya adalah nonton Berdasarkan contoh tersebut, maka perhitungan skor fitur teks kalimat yang menyerupai judul diilustrasikan pada Gambar 2. Skor kalimat pertama adalah, skor kalimat kedua adalah, dan skor kalimat ketiga adalah. Pada kalimat pertama memiliki satu kata yang sama dengan judul dokumen yaitu kata saya. Kalimat kedua memiliki satu kata yang sama dengan judul dokumen yaitu kata saya. Kalimat ketiga memiliki dua kata yang sama dengan judul dokumen yaitu kata aktivitas, saya. Gambar 2 Ilustrasi kalimat yang menyerupai judul.

6 9 Berdasarkan ilustrasi Gambar 2, maka skor fitur teks kalimat yang menyerupai judul dokumen dapat dihitung dengan menggunakan (2.5) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks kalimat yang menyerupai judul dokumen (fitur teks kelima). (2.5) Kalimat yang Mengandung Nama Entiti (f6) Nama entiti adalah sebuah kumpulan kata yang memiliki makna atau membentuk nama sebuah institusi, nama orang, nama pulau. Misalnya Institut Pertanian Bogor merupakan kumpulan kata yang memiliki makna sebuah institusi perguruan tinggi. Berikut ini ilustrasi kalimat dalam dokumen yang mengandung nama entiti: Ada dua alasan utama mengapa saya memutuskan untuk memilih Institut Pertanian Bogor setelah tamat SMU. Pertama, biaya tidak terlalu mahal. Biaya kuliah cukup murah dan boleh dibayar dua kali. Hal ini penting karena orang tua saya bukan orang kaya. Kedua, sistem pendidikan yang baik. Institut Pertanian Bogor sudah dikenal karena tenaga pengajarnya banyak yang doktor dan berpengalaman dalam mengajar. Selain itu, mahasiswanya diberi praktek baik di laboratorium maupun di lapangan. Berdasarkan teks dokumen tersebut, kalimat yang mengandung nama entiti terdapat pada kalimat kesatu dan kalimat keenam, sehingga skor untuk kalimat kesatu adalah, skor kalimat keenam adalah, dan skor untuk kalimat yang lain adalah bernilai 0. Maka perhitungan fitur teks kalimat mengandung nama entiti dapat menggunakan (2.6) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks kalimat yang mengandung nama entiti (fitur teks keenam). (2.6) Kalimat yang Mengandung Data Numerik (f7) Pada peringkasan teks mempertimbangkan data numerik, karena dalam kalimat yang berisi data numerik terdapat kalimat yang penting. Dokumen keuangan merupakan contoh dokumen yang banyak mengandung data numerik,

7 10 sehingga peringkasan dokumen tersebut mempertimbangkan fitur teks data nemerik. Berikut ini ilustrasi kalimat dalam dokumen yang mengandung data numerik: Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Berdasarkan teks dokumen tersebut, kalimat yang mengandung data numerik terdapat pada kalimat kedua, sehingga skor untuk kalimat kedua adalah, sedangkan skor kalimat-kalimat lain adalah bernilai 0, maka perhitungan fitur teks kalimat mengandung data numerik dapat menggunakan (2.7) dengan s adalah kalimat, adalah fitur teks kalimat yang mengandung data numerik (fitur teks ketujuh). (2.7) Panjang Kalimat (f8) Panjang kalimat dihitung berdasarkan jumlah kata dalam kalimat dibagi jumlah kata unik dalam dokumen. Berikut ini ilustrasi panjang kalimat pada sebuah dokumen: Panjang kalimat Merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal. Seorang yang sudah candu merokok rata-rata menghabiskan rokok satu bungkus per hari. Dengan merokok rata-rata Rp. 9000,00 per bungkus, maka seorang pencandu akan mengeluarkan sekitar Rp ,00 per tahun. Banyaknya pengeluaran per tahun dapat melebihi nilai tersebut karena ekstra untuk mengganti bajunya yang berlubang karena percikan api rokok. Berdasarkan contoh dokumen tersebut, maka kata dalam kalimat pertama berjumlah 3 (tidak termasuk kata umum atau stoplist), sedangkan kata unik dalam dokumen berjumlah 25 kata, sehingga panjang kalimat pertama bernilai. Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka perhitungan fitur teks panjang kalimat dapat

8 11 menggunakan (2.8) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks panjang kalimat (fitur teks kedelapan). (2.8) Koneksi Antar-Kalimat (f9) Koneksi antar-kalimat adalah banyaknya kalimat yang memiliki kata yang sama dengan kalimat lain dalam satu dokumen. Berikut ini contoh penerapan koneksi antar-kalimat yaitu : Saya pergi belajar Saya pergi makan Saya nonton Dia sedang nonton juga Gambar 3 Ilustrasi koneksi antar-kalimat. Berdasarkan contoh kalimat tersebut, maka fitur teks koneksi antar-kalimat diilustrasikan pada Gambar 3. Kalimat pertama memiliki dua kata yang sama dengan kalimat kedua dan kalimat ketiga yaitu kata pergi, saya, sehingga kalimat pertama memiliki dua koneksi. Kalimat kedua memiliki dua kata yang sama dengan kalimat pertama dan kalimat ketiga yaitu kata pergi, saya, maka kalimat kedua memiliki dua koneksi. Kalimat ketiga memiliki dua kata yang sama dengan kalimat kedua dan kalimat keempat yaitu kata saya, nonton, maka kalimat kalimat ketiga memiliki dua koneksi. Kalimat keempat hanya memiliki kata yang sama dengan kalimat ketiga yaitu kata nonton, sehingga kalimat keempat hanya memiliki satu koneksi. Penelitian ini menggunakan normalisasi agar skor nilai pada tiap kalimat dalam jangkauan 0 sampai 1. Perhitungan fitur

9 12 teks koneksi antar-kalimat dilihat pada (2.9) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks jumlah koneksi antar-kalimat (fitur teks kesembilan). (2.9) Penjumlahan Bobot Koneksi Antar-Kalimat (f10) Fungsi fitur teks ini adalah menjumlahkan bobot koneksi antar-kalimat. Perhitungan fitur teks penjumlahan bobot koneksi antar-kalimat dilihat pada (2.10) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks penjumlahan bobot koneksi antar-kalimat (fitur teks kesepuluh). (2.10) Kalimat Semantik (f11) Kalimat semantik adalah kalimat yang mencirikan hubungan antar kalimat yang didasari semantik. Asumsikan D adalah sebuah dokumen, adalah banyaknya kata dalam D, dan adalah banyaknya kalimat dalam D. Matriks kata dapat dilihat pada (2.11), dengan adalah kalimat ke-j dalam dokumen dan adalah term ke-i yang muncul didalam dokumen. Pada penelitian ini menggunakan semua keyword atau term yang ada dalam dokumen kecuali kata-kata stoplist. A = (2.11) dengan didefinisikan pada (2.12), dan adalah banyaknya kemunculan term ke-i pada kalimat. sentences frequency i merupakan banyak kalimat yang mengandung term ke-i, sedangkan merupakan ukuran diskriminan kemunculan term ke-i dalam dokumen, N adalah banyaknya kalimat dalam satu dokumen. (2.12) Pada penelitian ini, kalimat semantik ditentukan dengan menggunakan teknik SVD (Yie et al. 2005). Persamaan Singular Value Decomposition (SVD)

10 13 adalah, dengan adalah matriks vektor singular kiri, adalah matriks diagonal singular value, dan adalah matriks vektor singular kanan. Dimana vektor V merepresentasikan kalimat, sedangkan vektor U merepresentasikan kata yang ada pada suatu dokumen. Vektor S merupakan tingkat penciri dari matrik A. Skor fitur teks kalimat semantik dapat diterapkan pada (2.13) dengan asumsi s adalah kalimat, adalah fitur teks kalimat semantik (fitur teks kesebelas), penjelasan secara detail pada bab pembahasan. (2.13) 2.4 Algoritme Genetika Menurut Goldberg (1989) algoritme genetika atau genetic algorithm adalah algoritme pencarian yang didasari pada mekanisme genetik alamiah dan seleksi alamiah. GA dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi kombinasi, yaitu dengan mendapatkan suatu nilai solusi optimal terhadap suatu permasalahan yang mempunyai banyak kemungkinan (Hermanto 2003). GA dikarakteristik dengan lima komponen dasar yaitu: 1. Representasi kromosom untuk memudahkan penemuan solusi dalam masalah pengoptimasian. 2. Inisialisasi populasi. 3. Fitness function yang mengevaluasi setiap solusi. 4. Proses genetik yang menghasilkan sebuah populasi baru dari populasi yang ada. 5. Parameter seperti ukuran populasi, peluang proses genetik, dan jumlah generasi Siklus Algoritme Genetika Siklus dari algoritme genetika pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg (1989), dapat dilihat pada Gambar 4. Siklus ini terdiri beberapa bagian yaitu: populasi awal, evaluasi fitness, seleksi individu, pindah silang (crossover), mutasi (mutation), dan populasi baru.

11 14 Gambar 4 Siklus algoritma genetika oleh Goldberg (1989) Populasi Populasi awal adalah sekumpulan kromosom awal yang dibangkitkan secara acak dalam satu generasi. Populasi baru merupakan sekumpulan kromosom baru hasil dari proses seleksi, pindah silang dan mutasi. Jumlah populasi dalam algoritme genetika bergantung pada masalah yang akan diselesaikan. Kromosom adalah kumpulan gen yang membentuk nilai tertentu, yang direpresentasikan sebagai solusi atau individu. Gen-gen dapat berupa nilai biner, float, integer, atau string. Allele merupakan nilai dari gen. Generasi merupakan satu siklus proses evolusi atau satu iterasi didalam algoritme genetika. Gambar 5 menjelaskan ilustrasi tentang representasi penyelesaian masalah dalam algoritme genetika. Teknik untuk pembangkitan populasi awal yaitu: random generator. Random generator adalah suatu proses pembangkitan bilangan acak untuk nilai tiap gen sesuai dengan representasi kromosom yang digunakan. Teknik ini digunakan untuk bilangan real atau float. Penerapan random generator pada Persamaan (2.14) dengan IPOP merupakan gen berisi nilai dari bilangan acak yang dibangkitkan sebanyak (jumlah populasi) dan (jumlah gen dalam tiap kromosom). Teknik pengkodean adalah suatu teknik untuk membuat kode atau membentuk struktur kromosom. Satu gen umumnya merepresentasikan satu variabel. Teknik pengkodean ini bergantung pada pemecahan masalah yang dihadapi. Kromosom dapat direpresentasikan sebagai string bit, array bilangan real. Berikut ini contoh representasi kromosom: String bit : 11001, 10111

12 15 Array bilangan real : 7.9, 9.7, -70 Gambar 5 Ilustrasi penyelesaian masalah dalam algoritme genetika Fungsi Evaluasi Suatu individu atau kromosom dievaluasi berdasarkan suatu fungsi tertentu sebagai ukuran performansinya. Fitness function adalah suatu fungsi yang digunakan untuk mengukur nilai kesamaan atau nilai optimal suatu individu. Nilai fitness adalah suatu nilai yang menyatakan baik atau tidak suatu solusi. Nilai fitness ini yang akan dijadikan referensi dalam mencapai nilai optimal dalam algoritme genetika. Pada evolusi alam, individu yang nilai evaluasi atau fitness tinggi akan bertahan hidup, sedangkan individu yang bernilai evaluasi rendah akan mati (Suyanto 2005). Pada peringkasan teks, nilai fitness ini direpresentasikan sebagai solusi atau irisan hasil ringkasan sistem dengan hasil ringkasan manusia Seleksi Seleksi adalah tahapan dalam algoritme genetika yang berfungsi memilih kromosom yang terbaik untuk proses pindah silang dan mutasi (Cox 2005) dan mendapatkan calon induk yang baik. Semakin tinggi nilai fitness suatu individu semakin besar kemungkinannya untuk dipilih. Jika kromosom memiliki nilai fitness kecil, maka tergantikan oleh kromosom baru yang lebih baik. Tiap kromosom dalam wadah seleksi akan menerima peluang reproduksi tergantung

13 16 pada nilai objektif kromosom terhadap nilai objektif dari semua kromosom dalam wadah seleksi tersebut Pindah Silang Pindah silang merupakan komponen yang penting dalam GA (Gen & Cheng 1997). Pindah silang adalah operator dari algoritme genetika yang melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru. Pindah silang menghasilkan titik baru dalam ruang pencarian yang siap diuji. Operasi ini tidak selalu dilakukan pada semua individu yang ada. Individu dipilih secara acak untuk dilakukan penyilangan dengan (peluang terjadi pindah silang) antara 0.6 sampai Jika pindah silang tidak dilakukan, maka nilai dari induk akan diturunkan kepada anak (keturunan). Prinsip dari pindah silang adalah melakukan operasi genetika (pertukaran, aritmatika) pada gen-gen yang bersesuaian dari dua induk untuk menghasilkan individu baru. Pindah silang dilakukan pada setiap individu dengan peluang pindah silang yang telah ditentukan. Gambar 6 mengilustrasikan diagram alir proses pindah silang. Gambar 6 Diagram alir proses pindah silang. Pindah Silang Satu Titik Pindah silang satu titik dan banyak titik biasanya digunakan untuk representasi kromosom dalam biner. Pada pindah silang satu titik, posisi pindah

14 17 silang k (k=1,2,,n-1) dengan N = panjang kromosom diseleksi secara acak. Variabel-variabel ditukar antar kromosom pada titik tersebut untuk menghasilkan anak. Pada Gambar 7, ilustrasi pindah silang satu titik dengan peluang pindah silang 0.65 dan Gambar 7 Pindah silang satu titik Mutasi Mutasi adalah operator sekunder atau operator pendukung dalam algoritme genetika yang berperan mengubah struktur kromosom secara spontan. Perubahan spontan ini menyebabkan terbentuknya suatu mutan, yaitu suatu kromosom baru yang secara genetik berbeda dengan kromosom sebelumnya. Mutasi diperlukan untuk mencari solusi optimum, yaitu 1) mengembalikan gen-gen yang hilang pada generasi berikutnya, 2) memunculkan gen-gen baru yang belum pernah muncul pada generasi sebelumnya (Gen & Cheng 1997). Tingkat mutasi atau peluang mutasi ( adalah rasio antara jumlah gen yang diharapkan mengalami mutasi pada setiap generasi dengan jumlah gen total dalam populasi. Peluang mutasi yang digunakan untuk running program biasanya rendah antara sampai 0.2. Jika tingkat mutasi rendah terlalu rendah, maka semakin kecil memunculkan gen-gen baru. Jika mutasi terlalu tinggi maka banyak

15 18 mutan yan muncul, akibatnya banyak karakteristik kromosom induk yang hilang pada generasi berikutnya sehingga algoritme generika akan kehilangan mengingat atau belajar dari proses sebelumnya (Gen & Cheng 1997). Gambar 8 mengilustrasikan diagram alir mutasi. Gambar 8 Diagram alir mutasi. Gambar 9 merupakan contoh penerapan mutasi pada gen yang berisi nilai biner, dengan r adalah indeks atau posisi gen yang mengalami mutasi. Mutasi biner merupakan salah satu cara sederhana untuk mengganti satu atau beberapa nilai gen dari kromosom. Pada Gambar 9, nilai acak r adalah tiga maka nilai gen ketiga yang mengalami mutasi. Gambar 9 Proses dan hasil mutasi.

PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES

PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Korpus Data korpus berisi berita-berita nasional berbahasa Indonesia dari tanggal 11 Maret 2002 sampai 11 April 2002. Berita tersebut berasal dari berita online harian

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Aristoteles Jurusan Ilmu Komputer FMIPA Universitas Lampung aristoteles@unila.ac.id Abstrak.Tujuan penelitian ini adalah meringkas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai dengan pembuatan metode term frequency oleh Luhn pada tahun 1958. Metode ini berasumsi bahwa frekuensi kata di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan informasi yang semakin banyak menjadikan ringkasan sebagai kebutuhan yang sangat penting (Mulyana, 2010). Menurut (Hovy, 2001) Ringkasan merupakan teks

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM Poetri Lestari Lokapitasari Belluano poe3.setiawan@gmail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Non Dominated Sorting pada

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tahap pengumpulan data Data awal dalam penelitian ini adalah dokumen berupa artikel teks berita online dalam bahasa Indonesia yang dikumpulkan secara acak dari portal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. 5 Mulai HASIL DAN PEMBAHASAN Kromosom P = rand [0,1] Ya P < Pm R = random Gen(r) dimutasi Selesai Tidak Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. Hasil populasi baru yang terbentuk akan dievaluasi kembali dan

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Oleh Dian Sari Reski, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT Scheduling problem is one type of allocating resources problem that exist to

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

METODA GENETIC ALGORITMA SEBAGAI PERENCANAAN LINTASAN ROBOT UNTUK APLIKASI PENGEBORAN PADA PCB ABSTRAK

METODA GENETIC ALGORITMA SEBAGAI PERENCANAAN LINTASAN ROBOT UNTUK APLIKASI PENGEBORAN PADA PCB ABSTRAK METODA GENETIC ALGORITMA SEBAGAI PERENCANAAN LINTASAN ROBOT UNTUK APLIKASI PENGEBORAN PADA PCB 1)Adam Ridiantho M, 2 Djoko Purwanto 1,2) Program Studi Teknik Elektro, Program Pasca Sarjana, ITS Ruang B205,

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi Cobb-Douglas dengan galat aditif merupakan salah satu fungsi produksi yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi.

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

V. MENENTUKAN NILAI MINIMUM DARI SEBUAH FUNGSI OBJEKTIVE DGN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (GA)

V. MENENTUKAN NILAI MINIMUM DARI SEBUAH FUNGSI OBJEKTIVE DGN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (GA) V. MENENTUKAN NILAI MINIMUM DARI SEBUAH FUNGSI OBJEKTIVE DGN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (GA) 5.1 Pendahuluan Algoritma genetika baru-baru ini telah menjadi subjek yang sangat menarik dan relatif berkembang

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Zainal Akbar 1), Muh. Fajri Raharjo 2), Eddy Tungadi 3) CAIR, Politeknik Negeri Ujung Pandang Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10, Tamalanrea Makassar,

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah diadopsi untuk mengurangi getaran pada gedung-gedung tinggi dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. telah diadopsi untuk mengurangi getaran pada gedung-gedung tinggi dan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuned mass damper (TMD) telah banyak digunakan untuk mengendalikan getaran dalam sistem teknik mesin. Dalam beberapa tahun terakhir teori TMD telah diadopsi untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB III. Solusi Optimal Permasalahan Penjadwalan Perkuliahan Menggunakan Algoritma Fuzzy Evolusi

BAB III. Solusi Optimal Permasalahan Penjadwalan Perkuliahan Menggunakan Algoritma Fuzzy Evolusi BAB III Solusi Optimal Permasalahan Penjadwalan Perkuliahan Menggunakan Algoritma Fuzzy Evolusi Pada bab ini dijelaskan mengenai penerapan dari algoritma fuzzy evolusi pada permasalahan penjadwalan perkuliahan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK Fajar Saptono 1, Taufiq Hidayat 2 Laboratorium Pemrograman dan Informatika Teori Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5] Algoritma Genetika [5] Fitness adalah nilai yang menyatakan baik-tidaknya suatu jalur penyelesaian dalam permasalahan TSP,sehingga dijadikan nilai acuan dalam mencari jalur penyelesaian optimal dalam algoritma

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori pada bab ini membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic programming dan algoritma genetika.

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jadwal Jadwal merupakan pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja, daftar atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan terperinci, sedangkan penjadwalan

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA Akmal Hidayat 1) & Entin Martiana 2) 1) Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl.

Lebih terperinci

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011 ANALISIS OPTIMASI PENJADWALAN JAGA DOKTER RESIDEN PENYAKIT DALAM PADA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Erlanie Sufarnap 1, Sudarto 2 STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 airlanee@yahoo.com 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan kegiatan administrasi utama di berbagai institusi. Masalah penjadwalan merupakan masalah penugasan sejumlah kegiatan dalam periode

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Azimatul Khulaifah 2209 105 040 Bidang Studi Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Dosen Pembimbing : Dosen

Lebih terperinci

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika M. Syafrizal, Luh Kesuma Wardhani, M. Irsyad Jurusan Teknik Informatika - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali)

Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali) Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali) I Made Budi Adnyana

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat sekarang ini memberikan dampak yang besar terhadap kinerja manusia khususnya dalam bekerja. Segala sesuatu yang dahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ALGORITMA Algoritma adalah metode langkah demi langkah pemecahan dari suatu masalah. Kata algoritma berasal dari matematikawan Arab ke sembilan, Al- Khowarizmi. Algoritma didasarkan

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITME GENETIKA DALAM SISTEM PERMAINAN TEBAK ANGKA HERMAN GUSTI ANUGRAH

PENERAPAN ALGORITME GENETIKA DALAM SISTEM PERMAINAN TEBAK ANGKA HERMAN GUSTI ANUGRAH PENERAPAN ALGORITME GENETIKA DALAM SISTEM PERMAINAN TEBAK ANGKA HERMAN GUSTI ANUGRAH DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PENERAPAN

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Rozak Arief Pratama 1, Esmeralda C. Djamal, Agus Komarudin Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika 1 Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika Zulkifli 1, Agung Toto Wibowo 2, Gia Septiana 3 123 Fakultas Informatika, Universitas Telkom, Bandung,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN III.1. Diskripsi Sistem Sistem pendistribusian produk dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan permasalahan vehicle routing problem (VRP). Berikut ini adalah gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika 1 Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika Annisti Nurul Fajriyah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Related research Penelitian yang dilakukan oleh Abdel Fatah dan Fuji Ren membahas beberapa bentuk model pembobotan pada fitur teks pada peringkasan teks yaitu mathematical

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Pengertian Penjadwalan Penjadwalan dalam proses produksi merupakan sesuatu yang cukup penting, dalam proses penjadwalan dapat menentukan waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA I Made Wartana, Mimien Mustikawati Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III Analisis. Gambar III.1 Rancangan Pemrosesan

BAB III Analisis. Gambar III.1 Rancangan Pemrosesan BAB III Analisis Bab ini memuat analisis yang dilakukan dalam penulisan Tugas Akhir, berupa analisis terhadap rancangan pemrosesan, yang dibagi menjadi bagian Preprosesor, Algoritma Genetika, dan bagian

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN 1907-5022 OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Manahan Siallagan, Mira Kania Sabariah, Malanita Sontya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA ABSTRAKSI RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Tedy Rismawan, Sri Kusumadewi Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengantar Algoritma genetika merupakan algoritma yang lahir dari sebuah inspirasi teori evolusi Darwin yang mengatakan anggota dari spesies yang lemah lambat laun akan mengalami

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Nico Saputro dan Suryandi Wijaya Jurusan Ilmu Komputer Universitas Katolik Parahyangan nico@home.unpar.ac.id

Lebih terperinci

Denny Hermawanto

Denny Hermawanto Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya Denny Hermawanto d_3_nny@yahoo.com http://dennyhermawanto.webhop.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

ALTERNATIF MODEL PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

ALTERNATIF MODEL PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK ALTERNATIF MODEL PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Nico Saputro dan Ruth Beatrix Yordan Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem dan Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Sutabri (2004), bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya berfungsi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca adalah salah satu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan intisari dari sebuah teks, misalnya teks berita. Untuk mendapatkan intisari dari

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika Dan Rapid Application Development (RAD)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika Dan Rapid Application Development (RAD) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Dan Rapid Application Development (RAD) 2.1.1 Algoritma Genetika Algoritma ini ditemukan di Universitas Michigan, Amerika Serikat oleh John Holland (1975) melalui

Lebih terperinci