KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO"

Transkripsi

1 KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 214

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Pengaruh Noise dalam Analisis Komponen Utama untuk Peubah-Peubah yang Berkorelasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 214 Fajrianza Adi Nugrahanto NIM G14914

4 ABSTRAK FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO. Kajian Pengaruh Noise dalam Analisis Komponen Utama untuk Peubah-Peubah yang Berkorelasi. Dibimbing oleh KUSMAN SADIK dan YENNI ANGRAINI. Analisis Komponen Utama (AKU) merupakan salah satu teknik peubah ganda yang pada umumnya digunakan untuk mereduksi dimensi data. AKU menggunakan matriks ragam-peragam sebagai informasi awal analisisnya. Perubahan nilai pada matriks ragam-peragam dapat mengubah skor AKU yang dihasilkan. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan perubahan ini adalah adanya pengaruh noise pada data. Kondisi tersebut telah diteliti oleh Tsakiri dan Zurbenko (211), dengan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari skor AKU ketika data dipengaruhi oleh noise. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh noise pada data dengan peubah-peubah yang saling berkorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa noise memberikan pengaruh yang besar pada hasil AKU untuk nilai koefisien korelasi tertentu. Kata kunci: analisis komponen utama, korelasi, matriks ragam-peragam, noise ABSTRACT FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO. Study on Effect of Noise on Principal Component Analysis for Correlated Variables. Supervised by KUSMAN SADIK and YENNI ANGRAINI. Principal Component Analysis (PCA) is one of multivariate techniques that generally used for dimension reduction. PCA uses covariance matrices as initial information. Change in values of those matrices can result in different PCA scores. One of conditions that can cause the change is noise presence, which was studied by Tsakiri and Zurbenko (211). It showed that PCA results will be different when the data were affected by noise. This study was conducted to see the effect of noise on PCA results for data with correlated variables. The results showed that noise have greater influence on PCA results for certain correlation coefficient values. Keywords: correlation, covariance matrices, noise, principal component analysis

5 KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 214

6

7 Judul Skripsi : Kajian Pengaruh Noise dalam Analisis Komponen Utama untuk Peubah-Peubah yang Berkorelasi Nama : Fajrianza Adi Nugrahanto NIM : G14914 Disetujui oleh Dr Ir Kusman Sadik, MSi Pembimbing I Yenni Angraini, SSi, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Anang Kurnia, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah pengaruh noise terhadap matriks ragam-peragam, dengan judul Kajian Pengaruh Noise dalam Analisis Komponen Utama untuk Peubah-Peubah yang Berkorelasi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Kusman Sadik, MSi dan Ibu Yenni Angraini, SSi MSi selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman Statistika 46 atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 214 Fajrianza Adi Nugrahanto

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Pengaruh Noise terhadap Nilai Akar Ciri dan Vektor Akar Ciri 2 METODE 4 Bahan 4 Tahapan Analisis 4 Tahapan Penentuan Parameter 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Hasil Simulasi Pertama 8 Hasil Simulasi Kedua 16 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 19 RIWAYAT HIDUP 32

10 DAFTAR TABEL 1 Matriks ragam-peragam 5 pada,.1,.2,, Nilai matriks 5 untuk seluruh nilai Selisih nilai vektor akar ciri matriks dan Nilai matriks dan untuk ,.2,, Nilai matriks 5 dan 75 pada ,.2,, Vektor akar ciri pertama dan kedua matriks 5 pada 25.1,.2,, Parameter simulasi modifikasi nilai konstanta 14 8 Nilai matriks 5 3 pada kondisi untuk.1,.11,, Nilai vektor akar ciri data bangkitan 17 1 Nilai akar ciri dan % proporsi keragaman kumulatif data bangkitan 17 DAFTAR GAMBAR 1 Proses pembuatan matriks simulasi 8 2 Grafik untuk 1,2 1 3 Grafik untuk 1, Grafik dengan berbagai nilai rasio 13 5 Grafik besaran nilai rotasi vektor akar ciri 13 6 Grafik dengan berbagai nilai 14 7 Grafik pada kondisi simulasi dan 16 DAFTAR LAMPIRAN 1 Syntax simulasi untuk nilai 19 2 Syntax simulasi untuk nilai 21 3 Syntax simulasi untuk nilai rotasi vektor akar ciri 23 4 Syntax pembangkitan data regresi 25 5 Daftar nilai parameter untuk simulasi pada kondisi 26 6 Daftar nilai parameter untuk simulasi pada kondisi dengan modifikasi nilai konstanta () 27 7 Daftar nilai parameter untuk simulasi pada kondisi dan kondisi 28 8 Hasil simulasi pada kondisi 29 9 Hasil simulasi pada kondisi dengan modifikasi nilai konstanta () 3 1 Hasil simulasi pada kondisi dan kondisi 31

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Analisis Komponen Utama (AKU) merupakan salah satu teknik peubah ganda yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang. Analisis ini pada umumnya digunakan untuk mereduksi dimensi dari data sehingga menjadi lebih sederhana (Johnson dan Wichern 1988). AKU menggunakan informasi dari matriks ragamperagam atau matriks korelasi untuk membuat beberapa kombinasi linear dari peubah-peubah awal. Kombinasi linear ini yang kemudian disebut sebagai komponen utama. Komponen-komponen utama tersebut kemudian dipilih sedemikian rupa sehingga banyaknya komponen utama yang dipilih lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya peubah awal yang ada. Joliffe (22) menjelaskan bahwa nilai komponen utama dari AKU dapat berubah pada kondisi tertentu. Pengujian sensitifitas dan stabilitas untuk nilai komponen utama ini telah dilakukan untuk berbagai kondisi, salah satunya adalah ketika terjadi perubahan pada keragaman data. Krzanowski (1984) menyatakan bahwa komponen utama hanya dapat diinterpretasikan dengan baik apabila nilai skornya stabil untuk perubahan nilai akar ciri yang kecil. Pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai skor komponen utama menjadi tidak stabil ketika suatu nilai akar ciri berubah sebesar pada kondisi nilai dan saling berdekatan. Tsakiri dan Zurbenko (211) melakukan pengujian yang sama terhadap stabilitas komponen utama ketika terdapat pengaruh noise pada data. Statistical noise merupakan sebuah istilah yang merujuk kepada keragaman yang tidak dapat dijelaskan dari sebuah data (Tsakiri dan Zurbenko 211). Secara umum, statistical noise ditemukan pada data riil dalam bentuk galat (error) atau residual. Berdasarkan Pirker (29), nilai pencilan atau amatan berpengaruh juga dapat dikatakan sebagai statistical noise. Terdapatnya noise pada data dapat mempengaruhi hasil dari AKU, terutama untuk nilai skor komponen utama. Hasil penelitian Tsakiri dan Zurbenko (211) dengan menggunakan kondisi vektor data yang saling bebas menunjukkan bahwa apabila suatu matriks ragam-peragam dengan perbedaan nilai akar ciri yang lebih kecil dari besarnya noise digunakan pada AKU, maka hasil yang didapat dari analisis tersebut akan sangat berbeda jauh dengan hasil analisis tanpa adanya noise. Dalam penelitian ini, akan dilakukan simulasi terkait pengaruh noise terhadap AKU dengan menggunakan vektor data yang memiliki korelasi. Hasil dari simulasi yang dilakukan akan dibandingkan dengan teorema yang dikemukakan dari hasil penelitian Tsakiri dan Zurbenko (211). Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah mengkaji hasil simulasi terkait pengaruh noise terhadap analisis komponen utama untuk data dengan peubah-peubah yang berkorelasi.

12 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Noise terhadap Nilai Akar Ciri dan Vektor Akar Ciri Tsakiri dan Zurbenko (211) mengemukakan tiga buah teorema yang berkaitan dengan pengaruh noise terhadap nilai akar ciri dan vektor akar ciri untuk analisis komponen utama. Didefinisikan sebagai x 1 vektor acak yang berasosiasi dengan matriks peragam. Didefinisikan juga sebagai vektor acak yang memiliki noise, dengan merupakan vektor noise acak yang berasosiasi dengan matriks peragam. Matriks peragam yang berasosiasi dengan adalah. Dekomposisi spektral dari matriks peragam diberikan oleh (1) dengan,,, merupakan nilai akar ciri dari yang memenuhi, dan,,, merupakan vektor akar ciri yang berasosiasi dengan nilai-nilai akar ciri tersebut. Norma dari matriks peragam didefinisikan sebagai, dengan merupakan nilai akar ciri terbesar dari matriks peragam. Didefinisikan juga norma dari suatu vektor acak x 1 sebagai / / (2) Teorema 1 Teorema pertama menyebutkan bahwa apabila didefinisikan,,,, sebagai dekomposisi spektral dari yang memenuhi pertidaksamaan untuk 1,2,, 1 dengan. Maka dekomposisi spektral dari, yaitu,,,,, memenuhi kondisi: dan untuk 1,2,,. a. Pembuktian Didefinisikan sebagai suatu vektor noise yang berasosiasi dengan matriks ragam-peragam Σ. Diasumsikan,,,,,, adalah pasangan akar ciri dan vektor akar ciri dari matriks ragam-peragam dengan noise,. Berdasarkan definisi Σ λ, akan didapat: Σ Σ Σ Σ Σ. Perubahan nilai terbesar akar ciri dengan noise dan nilai terbesar akar ciri tanpa noise tidak akan melebihi nilai, sehingga. Matriks ragam-peragam dapat didekomposisi sebagai Σ Σ dan matriks ragam-peragam dapat didekomposisi sebagai Σ Σ. akan diasumsikan sebagai sebuah operator. Perbedaan dari nilai akar ciri kedua dapat diestimasi sebagai berikut: Σ Σ Σ Σ Σ,,, sehingga dapat disimpulkan.

13 Proses selanjutnya adalah menunjukkan bahwa. Matriks ragam-peragam dapat didekomposisi sebagai Σ Σ dan matriks ragam-peragam dapat didekomposisi sebagai Σ Σ, sehingga perbedaan antara nilai akar ciri ke- didapat dengan: Σ Σ Σ Σ Σ,,. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa. 3 b. Pembuktian Penentuan kondisi selisih vektor eigen akan dibagi menjadi tiga kasus yang didasarkan dari persamaan. Kasus pertama adalah apabila vektor noise memiliki arah yang sama dengan. Selisih vektor eigen dengan noise dan vektor eigen tanpa noise dalam kasus ini adalah sama dengan, sehingga, dengan merupakan nilai standar deviasi dari komponen noise dengan panjang maksimum. Kasus kedua adalah apabila vektor noise tegak lurus dengan. Berdasarkan teorema Phytagoras dan persamaan (2), perbedaan antara vektor akar ciri dengan noise dan vektor akar ciri tanpa noise dapat diestimasi berdasarkan sin, dengan merupakan sudut antara vektor / / akar ciri dengan noise dan vektor akar ciri tanpa noise. Kasus ketiga adalah apabila arah vektor noise tidak sama maupun tegak lurus dengan. Perbedaan antar vektor akar ciri dengan noise dan vektor akar ciri tanpa noise dapat diestimasi berdasarkan sin. / Akibat dari adanya ketiga kasus ini adalah nilai norma dari perbedaan vektor akar ciri dengan noise dan vektor akar ciri tanpa noise tidak akan melebihi,. Pemeriksaan lebih lanjut akan menghasilkan dan dengan mengetahui bahwa max, dapat disimpulkan bahwa. Penentuan selisih vektor eigen kedua dari ketiga kasus di atas dimulai dengan cara memproyeksikan vektor pada bidang yang tegak lurus terhadap, yang kemudian akan disebut sebagai proj. Berdasarkan persamaan (2), maka dapat disimpulkan bahwa: proj proj proj proj 2. Dari bagian sebelumnya, diketahui bahwa berlaku untuk semua 1,2,, 1, sehingga dapat ditunjukkan dengan induksi matematika bahwa berlaku untuk seluruh 1,2,,. Diasumsikan bahwa kondisi sebelumnya dipenuhi untuk sebanyak dan perbedaan antara vektor eigen dengan noise dan vektor eigen tanpa noise ditentukan oleh pertidaksamaan. Maka akan diperoleh proj proj proj proj 1 dengan proj merupakan proyeksi pada bidang yang tegak lurus terhadap. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pertidaksamaan untuk perbedaan antara vektor eigen dengan noise dan vektor eigen tanpa noise,, berlaku untuk seluruh 1,2,,.

14 4 Teorema 2 Teorema kedua menyebutkan bahwa apabila didefinisikan sebagai komponen utama ke-i dari matriks peragam dan untuk 1,2,, 1. Maka panjang dari komponen utama dengan noise,, dapat ditentukan oleh pertidaksamaan: / untuk 1,2, dan perbedaan antara dengan dapat didefinisikan oleh untuk 1,2,,. Pembuktian teorema ini diperoleh dengan melakukan langkah sebagai berikut. Didefinisikan VarY λ, maka nilai norma dari komponen utama pertama dengan noise didapat dari: Y λ / V / V / V / λ / σ, dengan V / merupakan matriks yang berisikan nilai standar deviasi dari peubah-peubah tanpa noise. Berdasarkan teorema 1 dan induksi matematika, panjang dari komponen utama ke- dengan noise didapat berdasarkan: Y λ / λ / σ Teorema 3 Teorema ketiga menyebutkan bahwa x didefinisikan sebagai vektor acak dengan matriks peragam dan didefinisikan juga untuk 1,2,, 1. Jika vektor acak noise dengan matriks peragam yang memenuhi terdapat pada vektor acak sehingga 1 untuk 1,2,, 1, maka ruang akar ciri akan bersifat asymptotically invariant, sedangkan nilai dari vektor akar ciri di dalam ruang tersebut akan berubah secara signifikan. METODE Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data populasi berupa matriks ragam-peragam dengan dimensi 2 x 2 yang disimulasikan dengan fungsi yang terdapat di dalam piranti lunak statistika R Tahapan Simulasi Tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dua simulasi. Simulasi pertama merupakan simulasi yang bertujuan untuk membandingkan hasil simulasi pada kondisi data dengan peubah-peubah yang berkorelasi dengan teorema yang dikemukakan oleh Tsakiri dan Zurbenko (211). Simulasi kedua merupakan simulasi yang bertujuan untuk melihat pengaruh noise terhadap hasil analisis komponen utama pada data bangkitan. Data bangkitan yang digunakan dalam simulasi kedua merupakan data bangkitan untuk analisis regresi.

15 Simulasi pertama Tahapan simulasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari simulasi pertama adalah sebagai berikut: a. Menentukan nilai ragam (, ) untuk membuat matriks noise dengan antar noise bersifat saling bebas. b. Menentukan nilai, yaitu max(, ). c. Membuat matriks noise ( ) berdasarkan poin [a]. d. Menentukan nilai ragam (, ) serta koefisien korelasi () untuk membuat matriks ragam-peragam populasi awal. Nilai ragam vektor dengan > 1 ditentukan oleh persamaan: 2 (3) dengan nilai berupa e. Membuat matriks ragam-peragam data populasi ( ) berdasarkan poin [d]. f. Membuat matriks ragam-peragam data noise ( *) dengan cara menjumlahkan dengan. g. Menghitung nilai akar ciri () dan vektor akar ciri () untuk setiap matriks *dan. h. Menghitung nilai, yaitu vektor akar ciri, 1,2 untuk setiap pasang matriks ( *, ). i. Mengulang proses dari poin [a]-[h] untuk nilai koefisien korelasi () yang berbeda. Nilai yang digunakan adalah.1-.9 dengan peningkatan sebesar.1. Simulasi kedua Tahapan simulasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari simulasi kedua adalah sebagai berikut: a. Membangkitkan peubah bebas ~ 1,15, ~ 15,3, ~ 4,5 dan ~ 7,1 dengan masing-masing 1. b. Membangkitkan nilai galat (noise) berdasarkan sebaran peluang normal dengan parameter tertentu ( ~,1, ~ 2,5 dan ~ 5,8. c. Menentukan nilai parameter regresi 1,.5, 1.2,.9,.75. d. Membangkitkan nilai berdasarkan persamaan (4) (4) e. Membangkitkan nilai berdasarkan persamaan (5) (5) f. Melakukan analisis komponen utama untuk gugus peubah,,,,. g. Melakukan analisis komponen utama untuk gugus peubah,,,,. h. Membandingkan hasil analisis berdasarkan poin [f] dan [g]. i. Mengulang tahapan simulasi [d]-[h] untuk nilai dengan parameter sebaran yang berbeda. 5

16 6 Tahapan Penentuan Parameter Tahapan penentuan parameter merupakan tahapan yang dilakukan untuk menentukan nilai dari parameter yang digunakan dalam simulasi pertama. Parameter yang digunakan dalam simulasi pertama meliputi matriks ragamperagam populasi, matriks noise dan matriks simulasi. Matriks ragam-peragam populasi Matriks ragam-peragam populasi merupakan matriks ragam-peragam yang menggambarkan karakteristik dari data populasi. Matriks ini berdimensi 2 2. Penentuan dimensi dilakukan berdasarkan dari hasil simulasi pendahuluan. Matriks ragam-peragam dengan dimensi lebih dari 2 x 2 tidak mampu memenuhi kondisi awal yang disyaratkan oleh teorema untuk beberapa nilai koefisien korelasi, sedangkan matriks ragam-peragam dengan dimensi 2 x 2 mampu memenuhi kondisi awal yang disyaratkan untuk seluruh nilai koefisien korelasi, sehingga dipilih matriks ragam-peragam dengan dimensi 2 x 2 untuk digunakan dalam simulasi. Matriks ragam-peragam populasi dibentuk dari suatu matriks ragamperagam yang memiliki nilai di luar diagonal utama berupa nol. Pembuatan matriks ini adalah dengan cara menentukan terlebih dahulu nilai-nilai ragam setiap peubah, yaitu nilai-nilai pada diagonal utama matriks. Nilai-nilai ini ditentukan dengan menggunakan persamaan (3). Nilai konstanta ( ) dengan kondisi simulasi menggunakan nilai yang lebih besar atau sama dengan. Nilai pada kolom diagonal utama ke-1 pada matriks ditentukan secara subjektif agar nilai pada kolom diagonal terakhir tidak bernilai negatif maupun nol. Hal ini dilakukan karena nilai ragam tidak dapat bernilai negatif dan apabila nilai ragam adalah nol, maka nilai peragam akan juga bernilai nol untuk semua nilai koefisien korelasi. Seluruh nilai konstanta dan matriks ragamperagam populasi awal yang digunakan dalam simulasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada penelitian ini, nilai-nilai di luar diagonal utama (peragam) pada matriks ragam-peragam populasi menjadi salah satu fokus penelitian. Nilai peragam akan berubah sesuai dengan besarnya nilai koefisien korelasi antar dua peubah, sehingga matriks ragam-peragam populasi yang digunakan dalam penelitian akan memiliki nilai peragam yang berbeda-beda disesuaikan dengan nilai koefisien korelasi yang diinginkan dengan tetap menggunakan nilai diagonal utama yang sama. Penentuan nilai peragam ini dilakukan dengan menggunakan persamaan (6).., 1, 2 (6) dan merupakan akar kuadrat dari nilai diagonal utama pada kolom ke- dan kolom ke-. Sebagai contoh kasus, matriks ragam-peragam populasi awal 5 pada.1,.2,,.9 dapat dilihat pada Tabel 1. Dalam simulasi 25 yang dilakukan, nilai di luar diagonal utama pada matriks ragam-peragam populasi awal 5 akan disesuaikan untuk nilai koefisien korelasi dengan peningkatan sebesar.1 (.1,.11,.12,,.9, sehingga akan

17 terdapat 81 matriks ragam-peragam yang berbeda. Setiap peningkatan sebesar.1 akan meningkatkan nilai di luar diagonal utama sebesar.353. Tabel 1 Matriks ragam-peragam 5 pada,.1,.2,,.9 25 Matriks Ragam- Peragam Matriks Ragam- Peragam Matriks noise Matriks noise merupakan matriks ragam-peragam yang menggambarkan karakteristik dari noise. Matriks noise memiliki dimensi 2 2, yang disesuaikan dengan dimensi matriks ragam-peragam populasi. Matriks ini dibentuk dengan menentukan terlebih dahulu nilai terbesar pada diagonal utamanya. Nilai terbesar ini kemudian akan dijadikan sebagai nilai. Nilai-nilai diagonal utama lainnya akan ditentukan secara subjektif dengan memperhitungkan agar setiap elemen diagonal utama tidak memiliki nilai yang sama, bernilai nol maupun negatif. Hal ini dilakukan karena apabila elemen diagonal utama bernilai sama, maka komponen utama yang dihasilkan oleh matriks ragam-peragam dengan noise dan tanpa noise akan sama sehingga nilai selisihnya akan sama dengan nol. Seluruh matriks noise yang digunakan memiliki yang bernilai setengah dari nilai, yang dimaksudkan untuk mempermudah simulasi. Nilai-nilai di luar diagonal utama akan diisi dengan nilai nol yang bertujuan untuk memenuhi asumsi, yaitu bahwa antar noise tidak terdapat korelasi (saling bebas). Seluruh matriks noise yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 5. Matriks simulasi Matriks simulasi merupakan matriks yang dibentuk dengan menjumlahkan matriks ragam-peragam populasi dengan matriks noise. Hasil dari penjumlahan ini akan menghasilkan suatu matriks ragam-peragam yang telah berubah keragamannya dikarenakan telah ditambahkan aspek noise. Salah satu contoh kasus proses pembuatan matriks ini dapat dilihat pada Gambar 1 yang

18 8 menggunakan matriks matriks ragam-peragam populasi awal 5 dengan 25.5 dan matriks noise = Matriks ragam-peragam populasi Matriks noise Matriks simulasi Gambar 1 Proses pembuatan matriks simulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Simulasi Pertama Pembahasan simulasi pertama terdiri atas tiga sub pembahasan, yaitu hasil simulasi pada kondisi, hasil simulasi dengan modifikasi nilai konstanta ( ), dan hasil simulasi pada kondisi. Seluruh pembahasan simulasi pertama akan mengacu kepada teorema pertama mengenai pengaruh noise yang dikemukakan oleh Tsakiri dan Zurbenko (211). Hasil simulasi pada kondisi Bagian pertama dari pembahasan hasil simulasi ini merupakan pembahasan hasil simulasi pada kondisi dengan menggunakan parameter yang telah ditentukan. Simulasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh noise pada hasil analisis komponen utama ketika data yang digunakan merupakan data dengan peubah-peubah yang berkorelasi. Parameter-parameter yang digunakan dalam bagian simulasi ini telah disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan agar teorema berlaku. Hasil akhir dari simulasi ini kemudian akan dibandingkan dengan teorema yang ada. Langkah awal yang dilakukan dalam simulasi ini adalah pemeriksaan awal nilai pada matriks ragam-peragam populasi untuk nilai koefisien korelasi yang berbeda. Pemeriksaan ini dilakukan agar kondisi yang dibutuhkan oleh teorema, yaitu, terpenuhi. Sebagai contoh kasus, pada Tabel 2 dapat dilihat nilai yang didapat dari matriks ragam-peragam awal 5 25, dengan nilai yang didapat selalu lebih besar dari untuk setiap nilai koefisien korelasi, sehingga syarat awal teorema telah terpenuhi. Langkah berikutnya dari simulasi ini adalah menjalankan proses simulasi untuk mendapatkan nilai dan untuk seluruh nilai. Tahapan penghitungan nilai dimulai dengan menghitung selisih antara vektor akar ciri matriks ragam-peragam simulasi dengan vektor akar ciri matriks ragamperagam tanpa noise, yaitu matriks ragam-peragam populasi. Salah satu contoh kasus perhitungan nilai vektor akar ciri dan nilai selisihnya dapat dilihat pada Tabel 3 yang menggunakan matriks tanpa noise, yaitu matriks

19 ragam-peragam populasi awal 5 dengan =.5, dan matriks simulasi (matriks ragam-peragam populasi dengan noise) Tabel 2 Nilai matriks 5 untuk seluruh nilai Tabel 3 Selisih nilai vektor akar ciri matriks dan Nilai Vektor Akar Ciri Vektor Akar Ciri Ke-1 Vektor Akar Ciri Ke-2 dengan tanpa dengan tanpa selisih noise noise noise noise selisih Tahapan berikutnya adalah menghitung nilai norma dari masing-masing selisih vektor akar ciri. Penghitungan nilai norma selisih vektor akar ciri ini menggunakan persamaan (2). Nilai untuk.1,.2,,.9 dengan matriks noise 25 dan matriks ragam-peragam populasi awal 5 dapat dilihat pada Tabel 4.

20 1 Tabel 4 Nilai matriks dan untuk.1,.2,, Total Hasil dari simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai yang didapat untuk 1,2 selalu lebih kecil dari nilai, serta nilai untuk 1,2 juga selalu lebih kecil dari nilai. Hal ini menunjukkan bahwa teorema tetap berlaku untuk data dengan dua peubah yang berkorelasi. Sebagai contoh kasus, pada Gambar 2 dan 3 dapat dilihat hasil dari simulasi ini untuk matriks ragam-peragam awal 5 dengan matriks noise 25. Gambar menunjukkan hasil simulasi untuk nilai. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai akan naik dimulai dari =.1 sampai.56 kemudian turun dimulai dari.57 sampai.9. Gambar 3 menunjukkan hasil simulasi untuk nilai. Garis lurus ( ) menunjukkan nilai, sedangkan garis putus-putus ( ) menunjukkan nilai. Garis lurus pada Gambar 3 selalu berada di bawah garis putus-putus, sehingga dapat disimpulkan bahwa 1,2. Deviasi Deviasi Koefisien Korelasi Korelasi Koefisien Korelasi Korelasi Gambar 2 Grafik untuk 1,2

21 11 Deviasi Deviasi Koefisien Korelasi Korelasi Koefisien Korelasi Korelasi Gambar 3 Grafik untuk 1,2 Pada bagian hasil simulasi ini, di samping pembahasan mengenai perbandingan antara hasil simulasi dan teorema, akan dibahas juga mengenai beberapa hal lain terkait dengan hasil simulasi yang didapat. Pembahasan pertama yaitu mengenai grafik. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai akan berkurang nilainya ketika nilai koefisien korelasi data semakin besar, sedangkan nilai akan bertambah ketika nilai koefisien korelasi data semakin besar. Hal ini disebabkan karena penjumlahan nilai untuk 1,2 akan bernilai sama dengan penjumlahan nilai diagonal utama pada matriks noise yang digunakan, atau secara matematis dapat dituliskan sebagai. Nilai yang tetap untuk seluruh nilai koefisien korelasi akan membuat nilai membesar ketika nilai semakin menurun. Salah contoh kasus untuk pembahasan ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menggunakan matriks ragam-peragam awal 5 dan matriks noise Tabel 5 Nilai matriks 5 25 dan 75 pada.1,.2,,

22 12 Pembahasan kedua yaitu pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa grafik akan memiliki bentuk dan nilai yang sama dengan grafik. Hal ini disebabkan karena penggunaan data dengan peubah sebanyak dua akan menghasilkan dua komponen utama yang bernilai sama tetapi berbeda tanda positif dan negatif serta posisinya. Pada Tabel 6 dapat dilihat nilai kedua komponen utama untuk matriks ragam-peragam awal 5 pada berbagai nilai 25 koefisien korelasi. Kondisi ini berlaku baik untuk matriks ragam-peragam awal maupun matriks ragam-peragam dengan noise, sehingga nilai dari kedua matriks tersebut akan sama untuk seluruh komponen utama. Tabel 6 Vektor akar ciri pertama dan kedua matriks 5 25 pada.1,.2,, Pembahasan ketiga adalah pembahasan mengenai pengaruh rasio antara nilai dan nilai ragam terbesar dari matriks ragam-peragam populasi awal (. Pada Lampiran 5 dapat dilihat nilai rasio ini untuk seluruh parameter yang digunakan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa semakin besar rasio antara nilai dan nilai akan mengakibatkan semakin besarnya nilai. Hal ini dapat dilihat dari keempat grafik pada Gambar 4. Masing-masing grafik menggambarkan nilai rasio yang berbeda. Pembahasan keempat yaitu pembahasan mengenai besarnya rotasi yang terjadi antara komponen utama yang mengandung noise dengan komponen utama tanpa noise. Grafik dari besarnya rotasi ini akan memiliki bentuk yang sama dengan grafik. Hal ini disebabkan karena perubahan nilai pada komponen utama disebabkan karena adanya rotasi dari vektor akar ciri, sehingga perubahan nilai komponen utama dan besarnya rotasi akan saling berhubungan. Semakin besar rotasi yang terjadi, maka akan semakin besar pula perubahan nilai komponen utama. Gambar 5 menunjukkan besarnya rotasi yang terjadi untuk matriks ragam-peragam awal 5 dengan matriks noise Hasil simulasi dengan modifikasi nilai konstanta () Bagian kedua dari simulasi dilakukan dengan melakukan modifikasi nilai konstanta ( dalam pembentukan matriks ragam-peragam awal. Terdapat dua kondisi modifikasi nilai konstanta yang digunakan dalam simulasi ini, yaitu nilai konstanta yang lebih besar dari nilai konstanta kontrol ( ) dan nilai konstanta yang lebih kecil dari nilai konstanta kontrol (. Nilai-nilai

23 13 Deviasi Deviasi Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Korelasi.2.3 Deviasi Deviasi Korelasi Koefisien Korelasi Korelasi Koefisien Korelasi.4.5 Gambar 4 Grafik dengan berbagai nilai rasio Theta Koefisien Korelasi Korelasi Gambar 5 Grafik besaran nilai rotasi vektor akar ciri konstanta yang digunakan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Bagian simulasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh perubahan hasil komponen utama ketika nilai konstanta diubah dengan tetap memperhatikan kondisi yang diperlukan agar teorema terpenuhi. Pada bagian simulasi ini, nilai dari matriks ragam-peragam populasi awal 5 akan diubah sesuai dengan nilai yang dipakai. Penentuan nilai 25 untuk kedua kondisi dilakukan secara subjektif agar dapat mempermudah simulasi. Pada Tabel 7 dapat dilihat kondisi simulasi yang digunakan sebagai contoh kasus.

24 14 Tabel 7 Parameter simulasi modifikasi nilai konstanta Kondisi simulasi Garis a Matriks Garis a Matriks 25 b b a 5 24c a 5 23a a 5 22a a Bentuk garis mengacu kepada grafik pada Gambar 6 b Nilai konstanta ini dijadikan sebagai kontrol c Matriks noise yang digunakan adalah 2 1 Hasil simulasi pada Gambar 6 menunjukkan bahwa kedua kondisi modifikasi yang digunakan mampu memberikan hasil yang berbeda. Pada kondisi ( ), nilai yang didapat akan semakin kecil ketika nilai konstanta dibuat lebih besar, sedangkan pada kondisi (, nilai yang didapat akan semakin besar ketika nilai konstanta dibuat lebih kecil. Dari hasil simulasi ini dapat disimpulkan bahwa di bawah pengaruh noise, hasil analisis komponen utama yang didapat akan lebih baik apabila selisih nilai ragam pada matriks ragam-peragamnya semakin besar. Deviasi Deviasi Koefisien Korelasi Korelasi Koefisien Korelasi Korelasi Gambar 6 Grafik dengan berbagai nilai

25 Hasil simulasi pada kondisi Bagian ketiga dari simulasi dilakukan dengan mencoba kondisi simulasi yang tidak mendukung kondisi yang dibutuhkan agar teorema terpenuhi, yaitu kondisi. Hasil dari kondisi simulasi ini akan dibandingkan dengan kondisi yang memenuhi teorema, yaitu. Simulasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat dampak dari tidak terpenuhinya kondisi awal dari teorema untuk hasil analisis komponen utama. Seluruh parameter yang digunakan dalam bagian simulasi ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Langkah awal yang dilakukan dalam simulasi ini adalah pemeriksaan awal nilai pada matriks ragam-peragam populasi untuk nilai koefisien korelasi yang berbeda. Pemeriksaan ini dilakukan agar matriks ragam-peragam awal tidak memenuhi syarat awal teorema. Sebagai contoh kasus, pada Tabel 9 dapat dilihat nilai yang didapat dari matriks ragam-peragam awal 5 dengan matriks 3 noise 25. Kondisi yang harus dicapai agar teorema tidak terpenuhi adalah Nilai pada Tabel 8 menunjukkan bahwa kondisi yang dibutuhkan agar teorema tidak terpenuhi hanya dapat tercapai hingga nilai.19, sehingga dalam simulasi ini nilai yang digunakan dimulai dari.1 sampai.191 dengan peningkatan sebesar.5. Tabel 8 Nilai matriks 5 pada kondisi 3 untuk.1,.11,,.25 * * * * * * * * * * * * * * * * * * Langkah berikutnya adalah menjalankan simulasi untuk mendapatkan nilai dan untuk 1,2 pada kondisi dan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai untuk kondisi selalu lebih kecil dari nilai walaupun matriks ragam-peragam awal yang digunakan tidak memenuhi syarat dari teorema. Perbandingan nilai untuk kedua kondisi yang berbeda menunjukkan bahwa kondisi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan kondisi. Salah satu hasil simulasi ini dapat dilihat pada Gambar 7 dengan matriks ragam-peragam awal 5 (kondisi 25 ) berasosiasi dengan garis lurus ( ) dan matriks ragam-peragam awal 5 3 (kondisi ) berasosiasi dengan garis putus-putus ( ). Matriks noise yang digunakan adalah

26 16 Deviasi Koefisien Korelasi Korelasi Gambar 7 Grafik pada kondisi simulasi dan Hasil Simulasi Kedua Bagian simulasi ini dilakukan untuk melihat pengaruh noise pada data yang dibangkitkan dari sebaran normal. Data yang dibangkitkan merupakan data yang digunakan dalam analisis regresi. Peubah yang digunakan yaitu empat peubah bebas dan satu peubah tak bebas serta banyak data yang dibangkitkan adalah seribu data. Keempat peubah bebas dibangkitkan berdasarkan sebaran normal dengan ~ 1,15, ~ 15,3, ~ 4,5 dan ~ 7,1. Peubah tak bebas dibangkitkan dalam dua bentuk, yaitu peubah tak bebas dengan adanya pengaruh noise dan peubah tak bebas tanpa adanya pengaruh noise. Peubah tak bebas tanpa adanya pengaruh noise dibentuk berdasarkan persamaan (4), sedangkan peubah tak bebas dengan adanya pengaruh noise dibentuk berdasarkan persamaan (5). Analisis komponen utama kemudian dilakukan untuk empat gugus peubah, yaitu gugus AKU 1 untuk peubah,,,,, gugus AKU 2 untuk peubah,,,, dengan ~,1, gugus AKU 3 untuk peubah,,,, dengan ~ 2,5, dan gugus AKU 4 untuk peubah,,,, dengan ~ 5,8. Hasil analisis komponen utama ini dapat dilihat pada Tabel 9 dan 1. Pengaruh noise pada analisis komponen utama dalam kasus data bangkitan ini pada umumnya meliputi perubahan nilai vektor akar ciri, tetapi ketika nilai noise semakin besar (kasus AKU 4), posisi vektor akar ciri tersebut juga dapat berubah (perubahan pada tanda positif dan negatif). Besarnya % proporsi keragaman secara kumulatif tidak mengalami perubahan yang signifikan pada data yang dikenakan pengaruh noise, tetapi dengan semakin besarnya nilai noise, nilai % proporsi keragaman kumulatif dari beberapa komponen utama pertama akan berkurang.

27 17 Tabel 9 Nilai vektor akar ciri data bangkitan Vektor akar ciri ke- Gugus AKU 1 AKU 2 ~,1 AKU 3 ~ 2,5 AKU 4 ~ 5, Tabel 1 Nilai akar ciri dan % proporsi keragaman kumulatif data bangkitan Vektor akar ciri ke- Nilai Gugus % proporsi keragaman kumulatif AKU AKU AKU AKU AKU AKU AKU AKU

28 18 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil simulasi menunjukkan bahwa teorema mengenai pengaruh noise yang dikemukakan oleh Tsakiri dan Zurbenko (211) berlaku untuk kondisi data dengan dua peubah yang berkorelasi. Nilai norma selisih vektor akar ciri akan mengalami kenaikan dimulai dari.1 hingga.57, kemudian akan mengalami penurunan hingga.9. Nilai konstanta yang digunakan dalam pembentukan matriks ragam-peragam awal akan mempengaruhi besarnya nilai. Nilai konstanta yang memiliki perbandingan yang lebih besar terhadap besaran noise akan membuat nilai semakin kecil. Penggunaan kondisi simulasi yang tidak mendukung syarat awal teorema menghasilkan hasil simulasi dengan karakteristik yang sama tetapi dengan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan kondisi simulasi yang mendukung syarat awal teorema. Saran Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menambahkan berbagai kondisi simulasi baik pada matriks ragam-peragam awal maupun matriks noise sehingga didapat hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Johnson RA, Wichern DW Applied Multivariate Statistical Analysis. 2nd Ed. New Jersey (US): Prentice-Hall. Joliffe IT. 22. Principal Component Analysis. 2nd Ed. New York (US): Springer-Verlag. Krzanowski WJ Sensitivity of Principal Components. J R Statist Soc B. 46(3): Pirker, Clemens. 29. Statistical Noise of Valuable Information: The Role of Extreme Cases in Marketing Research [dissertation]. Germany: University of Innsbruck. Tsakiri KG, Zurbenko IG Effect of Noise in Principal Component Analysis. J Stat Math. 2(2):4-48.

29 19 Lampiran 1 Syntax simulasi untuk nilai fp <- function(diag.pop,diag.noi,w) #diag.pop, vektor berisi nilai diagonal utama matriks populasi #diag.noi, vektor berisi nilai diagonal utama matriks noise #w, indeks nilai akar ciri (dalam simulasi ini, w=1 atau w=2) { n <- 2 #dimensi matriks (n x n) rho <-.1 #nilai koefisien korelasi awal temp <- NULL #tempat penyimpanan nilai deviasi nilai akar ciri #pembentukan matriks populasi for(l in 1:81) { mat.elm <- NULL #tempat penyimpanan nilai elemen matriks ct <- 1 #counter for(i in 1:n) { for(j in 1:n) { if(i==j) { mat.elm[ct] <- ct <- ct + 1 } else { mat.elm[ct] <- rho*sqrt(diag.pop[i])*sqrt(diag.pop[j]) ct <- ct + 1 } } } mat.pop diag(mat.pop) <- matrix(mat.elm,n,n) <- diag.pop #pembentukan matriks noise mat.noi <- matrix(rep(,n*n),n,n) diag(mat.noi) <- diag.noi #pembentukan matriks simulasi mat.sim <- mat.pop + mat.noi #penghitungan nilai akar ciri eig.sim <- eigen(mat.sim) eig <- eigen(mat.pop) eig.val.sim <- eig.sim$values eig.val <- eig$values #penghitungan nilai selisih akar ciri eig.dev <- abs(eig.val.sim[w] - eig.val[w]) temp <- c(temp,eig.dev) rho <- rho +.1 } #nilai koefisien korelasi baru #pembuatan grafik trhld <- diag.noi[1] #nilai up.lim <- trhld + 5 #batas nilai atas sumbu-y pada grafik rho.list <- seq(.1,.9,by=.1)

30 2 plot(rho.list,temp,type="l",col=2,lwd=4,xlab="koefisien Korelasi",ylab="Deviasi",ylim=c(,up.lim)) abline(h=trhld,lwd=4,col=4) }

31 21 Lampiran 2 Syntax simulasi untuk nilai fp <- function(diag.pop,diag.noi,w) #diag.pop, vektor berisi nilai diagonal utama matriks populasi #diag.noi, vektor berisi nilai diagonal utama matriks noise #w, indeks vektor akar ciri (dalam simulasi ini, w=1 atau w=2) { n <- 2 #dimensi matriks (n x n) rho <-.1 #nilai koefisien korelasi awal temp <- NULL #tempat penyimpanan nilai norma #pembentukan matriks populasi for(l in 1:81) { mat.elm <- NULL #tempat penyimpanan nilai elemen matriks ct <- 1 #counter for(i in 1:n) { for(j in 1:n) { if(i==j) { mat.elm[ct] <- ct <- ct + 1 } else { mat.elm[ct] <- rho*sqrt(diag.pop[i])*sqrt(diag.pop[j]) ct <- ct + 1 } } } mat.pop diag(mat.pop) <- matrix(mat.elm,n,n) <- diag.pop #pembentukan matriks noise mat.noi <- matrix(rep(,n*n),n,n) diag(mat.noi) <- diag.noi #pembentukan matriks simulasi mat.sim <- mat.pop + mat.noi #penghitungan vektor akar ciri eig.sim <- eigen(mat.sim) eig <- eigen(mat.pop) eig.vec.sim <- eig.sim$vectors eig.vec <- eig$vectors #penghitungan nilai norma selisih vektor akar ciri dev <- abs(eig.vec.sim[,w]) - abs(eig.vec[,w]) temp <- c(temp, sqrt(sum(dev^2))) rho <- rho +.1 } #nilai koefisien korelasi baru

32 22 #pembuatan grafik up.lim <-.15 #batas nilai atas sumbu-y pada grafik rho.list <- seq(.1,.9,by=.1) plot(rho.list,temp,type="l",col=2,lwd=4,xlab="koefisien Korelasi",ylab="Deviasi",ylim=c(,up.lim)) }

33 23 Lampiran 3 Syntax simulasi untuk nilai rotasi vektor akar ciri fp <- function(diag.pop,diag.noi) #diag.pop, vektor berisi nilai diagonal utama matriks populasi #diag.noi, vektor berisi nilai diagonal utama matriks noise { n <- 2 #dimensi matriks (n x n) rho <-.1 #nilai korelasi awal temp.dev <- NULL #penyimpanan nilai deviasi vektor akar ciri temp.norm <- NULL #penyimpanan nilai norma #pembentukan matriks populasi for(l in 1:81) { mat.elm <- NULL #tempat penyimpanan nilai elemen matriks ct <- 1 #counter for(i in 1:n) { for(j in 1:n) { if(i==j) { mat.elm[ct] <- ct <- ct + 1 } else { mat.elm[ct] <- rho*sqrt(diag.pop[i])*sqrt(diag.pop[j]) ct <- ct + 1 } } } mat.pop diag(mat.pop) <- matrix(mat.elm,n,n) <- diag.pop #pembentukan matriks noise mat.noi <- matrix(rep(,n*n),n,n) diag(mat.noi) <- diag.noi #pembentukan matriks simulasi mat.sim <- mat.pop + mat.noi #penghitungan vektor akar ciri eig.sim <- eigen(mat.sim) eig <- eigen(mat.pop) eig.vec.sim <- eig.sim$vectors eig.vec <- eig$vectors #penghitungan nilai rotasi rot <- sum(eig.vec.sim[,1] * eig.vec[,1]) temp[l] <- acos(rot)*18/pi rho <- rho +.1 } #nilai koefisien korelasi baru

34 24 #pembuatan grafik up.lim <- 1 #batas nilai atas sumbu-y pada grafik rho.list <- seq(.1,.9,by=.1) p plot(rho.list,temp,type="l",col=2,lwd=4,xlab="koefisien Korelasi",ylab="Theta",ylim=c(,up.lim)) }

35 25 Lampiran 4 Syntax pembangkitan data regresi set.seed(1) #pembentukan peubah penjelas x1 <- rnorm(1,1,15) x2 <- rnorm(1,15,3) x3 <- rnorm(1,4,5) x4 <- rnorm(1,7,1) #pembentukan nilai noise e <- rnorm(1,5,8) #pembentukan peubah respon y < *x *x2 +.9*x3 +.75*x4 y.noi < *x *x2 +.9*x3 +.75*x4 + e #penghitungan nilai skor komponen utama pca <- matrix(c(x1,x2,x3,x4,y1),1,5) pca.noi <- matrix(c(x1,x2,x3,x4,y.noi),1,5) v1 <- var(pca) v2 <- var(pca.noi) eigen(v1) eigen(v2)

36 26 Lampiran 5 Daftar nilai parameter untuk simulasi pada kondisi dan Matriks Ragam-Peragam Populasi Awal Matriks Noise Rasio dan = 25 = 1 = 25 = 15 = 25 = 2 = 25 = 25 = 5 = 2 = 5 = 3 = 5 = 4 = 5 =

37 Lampiran 6 Daftar nilai parameter untuk simulasi pada kondisi dengan modifikasi nilai konstanta () 27 Parameter simulasi pada kondisi Matriks Noise Matriks Ragam-Peragam Populasi Awal a a a a a Matriks kontrol Parameter simulasi pada kondisi Matriks Noise Matriks Ragam-Peragam Populasi Awal a a a a a Matriks kontrol

38 28 Lampiran 7 Daftar nilai parameter untuk simulasi pada kondisi dan kondisi, a Matriks Ragam-Peragam Populasi Awal Matriks Noise = 25 = 2 = 25 = 15 = 25 = 1 = 5 = 4 = 5 = = = a Nilai berasosiasi dengan matriks ragam-peragam pada kondisi, sedangkan nilai berasosiasi dengan matriks ragam -peragam pada kondisi

39 29 Lampiran 8 Hasil simulasi pada kondisi Matriks ragam-peragam populasi awal : 1 5 Matriks noise : 4 2 Deviasi Deviasi Koefisien Korelasi Korelasi Koefisien Korelasi Korelasi Deviasi Deviasi Koefisien Korelasi Korelasi Koefisien Korelasi Korelasi

40 3 Lampiran 9 Hasil simulasi pada kondisi dengan modifikasi nilai konstanta () Parameter simulasi modifikasi nilai konstanta Kondisi simulasi Garis a Matriks Garis a Matriks 5 b 1 5 5b a 1 47c a 1 44a a 1 41a a Bentuk garis mengacu kepada grafik pada gambar di bawah b Nilai konstanta ini dijadikan sebagai kontrol c Matriks noise yang digunakan adalah 4 2 Deviasi Deviasi Koefisien Korelasi Korelasi Koefisien Korelasi Korelasi

41 Lampiran 1 Hasil simulasi pada kondisi dan kondisi 31 Matriks ragamperagam awal Matriks noise Grafik 5 25 a 5 4 b Deviasi Koefisien Korelasi Korelasi 1 5 a 1 6 b 5 25 Deviasi Koefisien Korelasi Korelasi 1 5 a 1 7 b 5 25 Deviasi a Matriks ini berasosiasi dengan garis ( ) b Matriks ini berasosiasi dengan garis ( ) Koefisien Korelasi Korelasi

42 32 RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan putra pertama dari pasangan Bapak Budi Suharjo dan Ibu Rina Bogidarmanti yang dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 1 Mei Penulis mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bogor sebelum diterima di Departemen Statistika IPB pada tahun 29. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan, di antaranya adalah menjadi anggota Himpunan Profesi Gamma Sigma Beta Statistika IPB, mengikuti kegiatan PKM dan menjadi juara pertama pada kompetisi Bank Mandiri Risk Management Goes To Campus

S 10 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)

S 10 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) PROSIDING ISBN : 978 979 6353 6 3 S 0 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) Wirayanti ), Adi Setiawan ), Bambang Susanto

Lebih terperinci

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier Bernhard M. Wongkar 1, John S. Kekenusa 2, Hanny A.H. Komalig 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, bernhard.wongkar2011@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN 4 karena adanya perbedaan satuan pengukuran antar peubah. 1.. Memastikan tidak adanya pencilan pada data dengan mengidentifikasi adanya pencilan pada data. Pengidentifikasian pencilan dilakukan dengan

Lebih terperinci

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 14, No. 1, 93-99, Juli 2017 Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Nurhasanah Abstrak Regresi berganda dengan peubah bebas saling berkorelasi (multikolinearitas)

Lebih terperinci

MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO

MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN MAGRI HANDOKO. Manajemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut: . Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses

Lebih terperinci

Minggu XI ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Utami, H

Minggu XI ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Utami, H Minggu XI ANALISIS KOMPONEN UTAMA Utami, H Outline 1 Pendahuluan 2 Tujuan 3 Analisis Komponen Utama 4 Contoh Utami, H Minggu XIANALISIS KOMPONEN UTAMA 2 / 16 Outline 1 Pendahuluan 2 Tujuan 3 Analisis Komponen

Lebih terperinci

Abstract. Abstrak. Keywords : Principal Component Analysis, Agriculture Production and Plantation

Abstract. Abstrak. Keywords : Principal Component Analysis, Agriculture Production and Plantation JdC, Vol. 3, No. 2, September, 2014 1 Penggunaan Analisis Komponen Utama Dalam Penggabungan Data Peubah Ganda pada Kasus Produksi Pertanian dan Perkebunan Di Wilayah Bolaang Mongondow Tahun 2008 1 Sunarsi

Lebih terperinci

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Ronny Susetyoko, Elly Purwantini Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU TENDI FERDIAN DIPUTRA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 RINGKASAN TENDI

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal BAB III ANALISIS FAKTOR 3.1 Definisi Analisis faktor Analisis faktor adalah suatu teknik analisis statistika multivariat yang berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN METODE STATISTIKA MULTIVARIAT 3 SKS KODE :

SILABUS PERKULIAHAN METODE STATISTIKA MULTIVARIAT 3 SKS KODE : SILABUS PERKULIAHAN METODE STATISTIKA MULTIVARIAT 3 SKS KODE : JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2005-2006 MATAKULIAH

Lebih terperinci

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) A. LANDASAN TEORI Misalkan χ merupakan matriks berukuran nxp, dengan baris-baris yang berisi observasi sebanyak n dari p-variat variabel acak X. Analisis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 i BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya)

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya) (M.2) ANALISIS BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR PADA MASYARAKAT MISKIN ANTAR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA. Bahriddin Abapihi 1)

ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA. Bahriddin Abapihi 1) Bahriddin Abapihi//Paradigma, Vol.15 No.1 Pebruari 2011 hlm.11 18 11 ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA Bahriddin Abapihi 1) 1) Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Haluoleo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua peubah atau lebih (Draper dan Smith, 1992).

Lebih terperinci

Reduksi Data Luaran GCM Stasiun Amahai Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama

Reduksi Data Luaran GCM Stasiun Amahai Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama Reduksi Data Luaran GCM Stasiun Amahai Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama Ferry Kondo Lembang Jurusan Matematika FMIPA UNPATTI ferrykondolembang@yahoo.co.id Abstrak Reduksi dimensi adalah bagian

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BOOTSTRAP RESIDUAL DALAM MENGATASI BIAS PADA PENDUGA PARAMETER ANALISIS REGRESI

PENERAPAN METODE BOOTSTRAP RESIDUAL DALAM MENGATASI BIAS PADA PENDUGA PARAMETER ANALISIS REGRESI PENERAPAN METODE BOOTSTRAP RESIDUAL DALAM MENGATASI BIAS PADA PENDUGA PARAMETER ANALISIS REGRESI Ni Made Metta Astari 1, Ni Luh Putu Suciptawati 2, I Komang Gde Sukarsa 3 1 Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 17-22 ISSN: 2303-1751 KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN I MADE ANOM ARIAWAN 1, I PUTU EKA NILA KENCANA 2, NI LUH PUTU

Lebih terperinci

MENGATASI MULTIKOLINEARITAS MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

MENGATASI MULTIKOLINEARITAS MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) MENGATASI MULTIKOLINEARITAS MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) Laporan Praktikum ke-2 Disusun untuk Memenuhi Laporan Praktikum Analisis Regresi Lanjutan Oleh Nama : Faisyal Nim : 125090507111001

Lebih terperinci

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2009 p : ISSN :

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2009 p : ISSN : , Oktober 2009 p : 26-34 ISSN : 0853-8115 Vol 14 No.2 METODE PENDUGAAN MATRIKS RAGAM-PERAGAM DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA (RKU) (Variance-Covariance Matrix Estimation Method for Principal Component

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran?? TINJAUAN PUSTAKA Data Disagregat dan Agregat Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dibedakan atas data internal dan data eksternal. Data internal berasal dari lingkungan sendiri sedangkan data eksternal

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 507 516. PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Juliarti Hardika,

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPONEN UTAMA PADA PENERAPAN APLIKASI PEMBELAJARAN METODE GLENN DOMAN

ANALISIS KOMPONEN UTAMA PADA PENERAPAN APLIKASI PEMBELAJARAN METODE GLENN DOMAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA PADA PENERAPAN APLIKASI PEMBELAJARAN METODE GLENN DOMAN Anik Rufaidah 1, Muhamad Afif Effindi 2 1 Program Studi Teknik Industri, 2 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK RUDIANSYAH. Evaluasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA BEBERAPA METODE KLASIFIKASI HASIL REDUKSI DATA BERDIMENSI TINGGI

PERBANDINGAN KINERJA BEBERAPA METODE KLASIFIKASI HASIL REDUKSI DATA BERDIMENSI TINGGI ISSN 1858-4667 JURNAL LINK Vol 16/No. 1/Februari 212 PERBANDINGAN KINERJA BEBERAPA METODE KLASIFIKASI HASIL REDUKSI DATA BERDIMENSI TINGGI Ronny Susetyoko 1, Elly Purwantini 2 1,2 Departemen Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Principal Component Analysis Siana Halim. Subhash Sharma, Applied Multivariate Techniques, John Willey & Sons, 1996

Principal Component Analysis Siana Halim. Subhash Sharma, Applied Multivariate Techniques, John Willey & Sons, 1996 Principal Component Analysis Siana Halim Subhash Sharma, Applied Multivariate Techniques, John Willey & Sons, 1996 Pendahuluan Sebuah analis keuangan ingin menentukan sehat tidaknya sebuah departement

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT MAHASISWA ASAL LUAR BALI KULIAH DI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA BALI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT MAHASISWA ASAL LUAR BALI KULIAH DI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA BALI FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT MAHASISWA ASAL LUAR BALI KULIAH DI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA BALI DAIMATUL KHOIRIYAH 1, MADE SUSILAWATI 2, DESAK PUTU EKA NILAKUSMAWATI 3 1, 2, 3 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Penggunaan Analisis Faktor (Factor Analysis) dengan Aplikasi Program SPSS 11.5

Penggunaan Analisis Faktor (Factor Analysis) dengan Aplikasi Program SPSS 11.5 Penggunaan Analisis Faktor (Factor Analysis) dengan Aplikasi Program SPSS 11.5 Oleh: Muji Gunarto (mgunarto@hotmail.com) I. Pendahuluan (Landasan Teori) Analisis faktor adalah salah satu analisis yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

PENGARUH UTAMA ADITIF DENGAN INTERAKSI GANDA (UAIG)

PENGARUH UTAMA ADITIF DENGAN INTERAKSI GANDA (UAIG) 1 PENGARUH UTAMA ADITIF DENGAN INTERAKSI GANDA (UAIG) SKRIPSI LASTRI MANURUNG 090823012 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 2 PENGARUH

Lebih terperinci

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali Jurnal Matematika Vol. 6 No. 1, Juni 2016. ISSN: 1693-1394 Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali I Gusti Ayu Made Srinadi Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS FAKTOR KLASIK DAN KELOMPOK BAHAN MAKANAN DI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN ANALISIS FAKTOR KLASIK DAN KELOMPOK BAHAN MAKANAN DI JAWA TENGAH PERBANDINGAN ANALISIS FAKTOR KLASIK DAN ANALISIS FAKTOR ROBUST UNTUK DATA INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN DI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh: ERNA PUSPITASARI NIM :24010210130059 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

PENDUGA PENCILAN BOGOR 2013

PENDUGA PENCILAN BOGOR 2013 PERBANDINGAN PENDUGA MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT (MCD) DENGAN MAXIMUMM LIKELIHOOD ESTIMATION (MLE) PADA ANALISIS DISKRIMINANN UNTUK DATA YANG MENGANDUNGG PENCILAN TRI HARDI PUTRA DEPARTEMEN STATISTIK

Lebih terperinci

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS)

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS) BAB. IX ANALII REGREI FAKTOR (REGREION FACTOR ANALYI) 9. PENDAHULUAN Analisis regresi faktor pada dasarnya merupakan teknik analisis yang mengkombinasikan analisis faktor dengan analisis regresi linier

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENGGEROMBOLAN BERDASARKAN GAUSSIAN MIXTURE MODELS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPECTATION MAXIMIZATION ULA SUSILAWATI

PENERAPAN METODE PENGGEROMBOLAN BERDASARKAN GAUSSIAN MIXTURE MODELS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPECTATION MAXIMIZATION ULA SUSILAWATI PENERAPAN METODE PENGGEROMBOLAN BERDASARKAN GAUSSIAN MIXTURE MODELS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPECTATION MAXIMIZATION ULA SUSILAWATI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

SKRIPSI WANDA SURIANTO

SKRIPSI WANDA SURIANTO ANALISIS PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS PADA MODEL REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI WANDA SURIANTO 120803034 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 529-536 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS VARIAN PERCOBAAN FAKTORIAL DUA FAKTOR RAKL DENGAN METODE

Lebih terperinci

METODE PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA

METODE PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 169 174. METODE PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA Romika Indahwati,

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 1-5 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA NI WAYAN

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI 070803049 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

aljabar geo g metr me i

aljabar geo g metr me i Pertemuan 12 & 13 ANALIS KOMPONEN UTAMA & FUNGSI DISCRIMINAN Obyektif : Reduksi variabel Interpretasi Aplikasi AKU dalam Anls Regresi Discrimination Fisher and Classification Classification with two Multivariate

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 697-704 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL

Lebih terperinci

Fajar Ropi BINUS UNIVERSITTY, Jakarta, Indonesia, Abstrak. Seiring dengan berjalannya waktu persaingan dan kompetisi untuk meraih

Fajar Ropi BINUS UNIVERSITTY, Jakarta, Indonesia, Abstrak. Seiring dengan berjalannya waktu persaingan dan kompetisi untuk meraih Analisis Sikap DAN Faktor Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Jakarta Berbasis Komputer Menggunakan Model Fishbein dan Biplot (Studi kasus : SMA Kota Bogor) Fajar Ropi BINUS UNIVERSITTY, Jakarta, Indonesia,

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan data sekunder pengamatan yang dilakukan oleh Dr. Ir. Ben Juvarda Takaendengan, M.Si. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan

Lebih terperinci

Jurnal Gradien Vol. 10 No. 1 Januari 2014 : 957-962 Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface * Henoh Bayu Murti, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 2, April 2013, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 2, April 2013, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume, Nomor, April 013, Halaman 119-18 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN KOEFISIEN KORELASI KANONIK DAN INTERPRETASI FUNGSI KANONIK MULTIVARIAT Muhamad

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU v PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Matriks adalah himpunan bilangan real yang disusun secara empat persegi panjang, mempunyai baris dan kolom dengan bentuk umum : Tiap-tiap bilangan yang berada didalam

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR E-Jurnal Matematika Vol. 4 (2), Mei 2015, pp. 37-42 ISSN: 2303-1751 KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR Ni Luh Ardila Kusumayanti 1, I Komang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG SKRIPSI GERLI 070306038 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat BAB III Model Regresi Linear 2-Level Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat linear. Untuk data berstruktur hirarki 2 tingkat, analisis regresi yang dapat digunakan adalah

Lebih terperinci

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 91 98. SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Febrianti,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Statistika Multivariat Analisis statistika multivariat adalah teknik-teknik analisis statistik yang memperlakukan sekelompok variabel terikat yang saling berkorelasi sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KORELASI KANONIK ROBUST DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINAN

BAB III ANALISIS KORELASI KANONIK ROBUST DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINAN BAB III ANALISIS KORELASI KANONIK ROBUST DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINAN 3.1 Deteksi Pencilan Multivariat Pengidentifikasian pencilan pada kasus multivariat tidaklah mudah untuk dilakukan,

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA)

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA) PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA) SKRIPSI Disusun Oleh : NOVIKA PRATNYANINGRUM 24010211140095

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, metode statistika telah banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan keputusan / kebijakan.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR Jur. Ris. & Apl. Mat. I (207), no., xx-xx Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 258-054 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA Rina Fitrianita Rizki 1, Susiswo 2 Universitas Negeri Malang E-mail: rin.bluey.7@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR DAN ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PRODUK SUSU BALITA DENGAN GRAFIK KENDALI Z-MR

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR DAN ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PRODUK SUSU BALITA DENGAN GRAFIK KENDALI Z-MR PENERAPAN ANALISIS FAKTOR DAN ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PRODUK SUSU BALITA DENGAN GRAFIK KENDALI Z-MR Inge Ratih Puspitasari, Hendro Permadi, dan Trianingsih Eni Lestari Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT UNTUK VARIABILITAS BERDASARKAN MATRIKS KOVARIANSI DAN MATRIKS KORELASI. Abstrak

PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT UNTUK VARIABILITAS BERDASARKAN MATRIKS KOVARIANSI DAN MATRIKS KORELASI. Abstrak PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT UNTUK VARIABILITAS BERDASARKAN MATRIKS KOVARIANSI DAN MATRIKS KORELASI Dwi Yuli Rakhmawati, Muhammad Mashuri 2,2) Institut Teknologi Sepuluh Nopember dwiyuli_rakhmawati@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Regresi Regresi adalah suatu studi statistik untuk menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan. Salah satu variabel merupakan variabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar

Lebih terperinci

STUDI METODE REGRESI RIDGE DAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MULTIKOLINEARITAS SKRIPSI OCKTAVALANNI SIREGAR

STUDI METODE REGRESI RIDGE DAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MULTIKOLINEARITAS SKRIPSI OCKTAVALANNI SIREGAR STUDI METODE REGRESI RIDGE DAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MULTIKOLINEARITAS SKRIPSI OCKTAVALANNI SIREGAR 100803011 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: MAS AD DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016

SKRIPSI. Disusun Oleh: MAS AD DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWPCA) ADAPTIVE BANDWIDTH SKRIPSI Disusun Oleh: MAS

Lebih terperinci

PRA-PEMPROSESAN DATA LUARAN GCM CSIRO-Mk3 DENGAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT

PRA-PEMPROSESAN DATA LUARAN GCM CSIRO-Mk3 DENGAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT TUGAS AKHIR - ST 1325 PRA-PEMPROSESAN DATA LUARAN GCM CSIRO-Mk3 DENGAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT ANGGREINI SUPRAPTI NRP 1305 100 005 Dosen Pembimbing Dr. Sutikno, S.Si, M.Si JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Sri Siska Wirdaniyati 1), Edy Widodo ) 1) Mahasiswa Prodi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Korelasi Kanonik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Korelasi Kanonik 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Korelasi Kanonik Menurut Gittins (1985) analisis korelasi kanonik adalah salah satu teknik analisis statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara segugus peubah

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL 2-TOEPLITZ DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL CHEBYSHEV MELIZA DITA UTAMI

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL 2-TOEPLITZ DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL CHEBYSHEV MELIZA DITA UTAMI PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL 2-TOEPLITZ DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL CHEBYSHEV MELIZA DITA UTAMI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 1 11. IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Aswin Bahar, Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak. Pernikahan dini merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) SKRIPSI Oleh : VICA NURANI 24010211130033 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Estimasi Interval Kepercayaan Bootstrap pada Parameter Regresi Komponen Utama

Estimasi Interval Kepercayaan Bootstrap pada Parameter Regresi Komponen Utama Estimasi Interval Kepercayaan Bootstrap pada Parameter Regresi Komponen Utama Shinta Anisa Putri Y 1, Raupong 2, Sri Astuti Thamrin 3 1 Program Studi Statistika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface

Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface Jurnal Gradien Vol. 10 No. 1 Januari 2014 : 957-962 Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface * Henoh Bayu Murti, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

DATA DAN METODE Sumber Data

DATA DAN METODE Sumber Data 14 DATA DAN METODE Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil simulasi dan data dari paket Mclust ver 3.4.8. Data simulasi dibuat dalam dua jumlah amatan yaitu 50 dan 150. Tujuan

Lebih terperinci

Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan

Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan Desy Komalasari Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail: Desi_its@yahoo.com Mustika Hadijati Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail:

Lebih terperinci

LATENT ROOT REGRESSION DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

LATENT ROOT REGRESSION DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI LATENT ROOT REGRESSION DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci