SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN PENUKAR PROTON POLISTIRENA TERSULFONASI SEBAGAI BAHAN PERANGKAT DIRECT METHANOL FUEL CELL HANY FITRI SUSIYANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN PENUKAR PROTON POLISTIRENA TERSULFONASI SEBAGAI BAHAN PERANGKAT DIRECT METHANOL FUEL CELL HANY FITRI SUSIYANTI"

Transkripsi

1 SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN PENUKAR PROTON POLISTIRENA TERSULFONASI SEBAGAI BAHAN PERANGKAT DIRECT METHANOL FUEL CELL HANY FITRI SUSIYANTI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN PENUKAR PROTON POLISTIRENA TERSULFONASI SEBAGAI BAHAN PERANGKAT DIRECT METHANOL FUEL CELL HANY FITRI SUSIYANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

3 ABSTRAK HANY FITRI SUSIYANTI. Sintesis dan Karakterisasi Membran Penukar Proton Polistirena Tersulfonasi sebagai Bahan Perangkat Direct Methanol Fuel Cell. Dibimbing oleh SRI MULIJANI dan ARMI WULANAWATI. Polistirena (PS) tersulfonasi dapat digunakan sebagai membran penukar proton (PEM). Karakterisasi dan kinerja PEM dilakukan terhadap polistirena tersulfonasi (PSS) menggunakan spektrofotometer fourier transform infrared, mikroskopi elektron payaran, dan parameter derajat sulfonasi (DS). Keberhasilan proses sulfonasi ditunjukkan oleh nilai DS membran PSS 3%, 5%, dan 10% secara berturut-turut adalah 35.09%; 42.26%; dan 48.15%. Pada spektrum inframerah terlihat bahwa sulfonasi telah terjadi pada membran PSS 10% dengan adanya gugus sulfonat (-SO 3 ) pada bilangan gelombang dan cm - 1. Morfologi permukaan membran PSS dikategorikan non-pori. Uji permeabilitas metanol secara kualitatif menunjukkan bahwa membran PSS 3%, 5%, dan 10% tidak ada resapan. Hasil pengukuran nilai konduktivitas (σ) yang diperoleh PS, PSS 3%, PSS 5%, dan PSS 10% secara berturut-turut adalah ( ; ; ; dan ) 10-6 S/cm. Sehingga membran PSS 3%, 5%, dan 10% dapat dijadikan sebagai bahan perangkat pada direct methanol fuel cell. Kata Kunci: polistirena tersulfonasi, membran penukar proton (PEM), Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) ABSTRACT HANY FITRI SUSIYANTI. Synthesis and Characterization of Proton Exhange Membrane on Sulfonated Polystyrene for Direct Methanol Fuel Cell. Supervised by SRI MULIJANI and ARMI WULANAWATI. Sulfonated polystyrene can be used as proton exchange membrane (PEM). Characterization and performance of PEM has been performed on sulfonated polystyrene (PSS) using fourier transform infrared spectrophotometer, scanning electrone microscope, and degree of sulfonation (DS) parameter. The success of the process indicated by the DS of the membrane PSS 3%, 5%, and 10% were 35.09%; 42,26%; and 48.15%, respectively. The infrared spectrum shows that sulfonation has been succesful in 10% PSS membranes as indicated by the presence of sulfonate groups (-SO 3 ) at wavenumber and cm -1. PSS membrane surface morphology is categorized non-porouse. Methanol permeability with qualitative test showed that the membrane PSS 3%, 5%, and 10% have no infiltration. The results of measurements of the conductivity (σ) obtained by PS, PSS 3%, PSS 5%, and PSS 10% were (0.0114; ; ; and ) 10-6 S/cm, respectively. So that the membrane PSS 3%, 5%, and 10% can be used as a device in direct methanol fuel cell. Keyword: sulfonated polystyrene, Proton Exchange Membrane (PEM), Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)

4 Judul : Sintesis dan Karakterisasi Membran Penukar Proton Polistirena Tersulfonasi sebagai Bahan Perangkat Direct Methanol Fuel Cell Nama : Hany Fitri Susiyanti NIM : G Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Sri Mulijani, MS NIP Armi Wulanawati, S.Si, M.Si NIP Diketahui, Ketua Departemen Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS. NIP Tanggal Lulus:

5 PRAKATA Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Sintesis dan Karakterisasi Membran Penukar Proton Polistirena Tersulfonasi sebagai Bahan Perangkat Direct Methanol Fuel Cell. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 8 Februari 2012 sampai dengan 30 Mei 2012 di Laboratorium Diploma IPB Cilibende dan Laboratorium Kimia Fisik IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Sri Mulijani, MS dan Ibu Armi Wulanawati, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan karya tulis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, Bapak, Yudha, Viyata, Mbah, dan Mas Hendro atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini. Terima kasih atas bantuan dan semangat yang diberikan, semoga mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb. Bogor, Juni 2012 Hany Fitri Susiyanti

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 20 Mei 1990 dari Bapak Kapten Infantri Ujang Sumisjana dan Ibu Sri Wuryanti. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kuningan pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT Indofarma (Persero) Tbk pada bulan Juli-Agustus. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan go field yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM-IPB) di PT Perkebunan Nusantara VIII, kebun Gedeh, Kabupaten Cianjur pada bulan Juli-Agustus. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif bergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama tahun , Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Himpunan Profesi Ikatan Mahasiswa Kimia , dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka sejak tahun Pada tahun 2010 penulis lolos proposal yang didanai oleh Dikti dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian masyarakat, dan pada tahun 2011 juga lolos proposal yang didanai oleh Dikti dalam Program Kreatifitas Mahasiswa bidang penelitian. Pada tahun 2012 penulis lolos proposal pengembangan usaha dalam kegiatan program mahasiswa wirausaha yang diadakan oleh Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) IPB. Selain itu, penulis menjadi asisten mata kuliah Kimia Anorganik Layanan pada tahun 2012, Kimia Fisik pada tahun 2012, dan Kimia Fisik Layanan pada tahun Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Sintesis dan Karakterisasi Membran Penukar Proton Polistirena Tersulfonasi Sebagai Bahan Perangkat Direct Methanol Fuel Cell.

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN... 1 BAHAN DAN METODE... 1 Alat dan Bahan... 1 Metode Penelitian... 1 HASIL DAN PEMBAHASAN... 2 Sintesis Polistirena Tersulfonasi... 2 Karakterisasi PEM... 4 Uji Kinerja PEM... 5 SIMPULAN DAN SARAN... 6 Simpulan... 6 Saran... 6 DAFTAR PUSTAKA... 6 LAMPIRAN... 8

8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Reaksi sulfonasi polistirena pada posisi para Ikatan silang pada polistirena tersulfonasi posisi para Perbedaan warna larutan (a) sebelum dan (b) setelah sulfonasi Membran PSS 10% Hasil FTIR uji membran polistirena ( ) dan polistirena tersulfonasi ( ) Hasil uji SEM pada permukaan membran (a) PS dan (b) PSS dengan perbesaran Hasil uji SEM pada penampang lintang membran (a) PS dan (b) PSS dengan perbesaran Skema dari DMFC Direct Methanol Fuel Cell menggunakan bahan perangkat membran PSS 10%... 6

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Diagram alir penelitian Data hasil penentuan bobot molekul Polistirena tersulfonasi Penentuan Derajat Sulfonasi (DS) Hasil pengukuran water uptake Konduktivitas membran... 12

10 1 PENDAHULUAN Permintaan dan penawaran energi yang tidak seimbang disertai laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan tersedotnya cadangan energi terutama bahan bakar fosil yang merupakan sumber energi utama dunia. Salah satu teknologi pengadaan energi alternatif yang ramah lingkungan adalah fuel cell (sel bahan bakar) yang mengkonversi energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi listrik secara langsung. Teknologi fuel cell ini dipandang lebih efisien dan tidak menimbulkan polusi (Sopiana 2005; Lu 2005; Byungchan 2005; Albert 2003). Fuel cell yang menggunakan bahan bakar metanol dikenal sebagai Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). Pada umumnya PEM yang digunakan untuk DMFC yaitu politetrafluoroetilena (PTFE) dengan cabang gugus asam sulfonat (Nafion) (Parra 2004; Cho 2005). Hal ini dikarenakan nafion yang merupakan polimer tersulfonasi memiliki konduktivitas ionik yang tinggi (0.1 S/cm pada 25 C) serta kestabilan mekanik, termal, dan kimia yang baik (Hendrana et al 2007). Selain itu, membran nafion tidak memiliki pori dengan penampang lintang isotropik dan ketebalan µm. Karakterisasi PEM yang baik dalam penggunaan sel bahan bakar yaitu memiliki konduktivitas proton yang tinggi, pemisah untuk bahan bakar dan oksigen, rendah tingkat pemindahan bahan bakarnya, tinggi kekuatan mekaniknnya, suhunya stabil, resistensinya tinggi terhadap oksidasi, reduksi dan hidrolisis (Dhuhita dan Kusuma 2010). Peixiang (2008) menggunakan poli (eter eter keton), PEEK tersulfonasi sebagai alternatif membran penukar proton. Konduktivitas ionik yang diperoleh adalah 0.1 S/cm pada 90 C. PEEK ini merupakan polimer termoplastik yang memiliki ketahanan kimia yang sangat baik, termooksidatif dengan stabilitas yang tinggi, dan sifat mekanik yang baik. Styrofoam merupakan polistirena (PS) yang tergolong polimer termoplastik. Styrofoam adalah limbah yang tidak dapat diuraikan oleh alam sehingga berakibat buruk bagi kesehatan (BPOM 2008). Polistirena dapat disulfonasi untuk meningkatkan konduktivitas proton dengan menangkap gugus sulfonat sehingga dapat digunakan sebagai PEM. Dengan demikian, pada penelitian ini akan dilakukan sintesis polistirena dari styrofoam yang termasuk limbah berbahaya menjadi polistirena tersulfonasi (PSS) sebagai PEM pada DMFC. Selanjutnya dilakukan karakterisasi meliputi: penentuan bobot molekul, pengujian struktur menggunakan spektrofotometer FTIR, pencirian morfologi dengan mikroskopi elektron payaran (SEM), pengukuran permeabilitas metanol, dan pengukuran konduktivitas proton. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengurangi limbah stryrofoam yang tidak dapat diuraikan oleh alam dan memberikan alternatif sumber energi yang ramah lingkungan. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah pengaduk mekanik, labu leher 3, spektrofotometer Fourier transform infrared (FTIR) Bruker Tensor 27, Scanning Electrone Microscope (SEM) JEOL JSM-836OLA dan impedansi spektroskopi LCR-meter (HIOKI ). Bahan yang digunakan adalah styrofoam, asam sulfat berasap 65% SO 3 (oleum), metanol, kloroform, diklorometana, gas nitrogen, dan air deionisasi. Metode Penelitian Pembuatan membran penukar proton (PEM) menggunakan polistirena tersulfonasi. Polistirena tersulfonasi ini diperoleh dari hasil sintesis gabus polistirena. Membran yang diperoleh, dikarakterisasi dengan 6 pengujian (Lampiran 1), yaitu: penentuan bobot molekul, pengujian struktur menggunakan spektrofotometri FTIR, pencirian morfologi dengan mikroskopi elektron payaran (SEM), pengukuran permeabilitas metanol, dan pengukuran konduktivitas proton. Sintesis Polistirena Tersulfonasi (PSS) (Peixiang et al 2004) Styrofoam dilarutkan ke dalam kloroform sehingga diperoleh larutan PS dengan konsentrasi 3%, 5%, dan 10%. Larutan oleum diteteskan secara bertahap ke dalam labu leher 3 dan gas SO 3 yang terbentuk didorong oleh gas nitrogen menuju larutan PS. Larutan PS ini diaduk menggunakan pengaduk mekanik hingga homogen. Sintesis PS ini dilakukan selama 30 menit di ruang asam.

11 2 Sintesis Membran (Peixiang et al 2004) Bubuk PSS kering dilarutkan dalam diklorometana kemudian diaduk hingga homogen. Larutan dituangkan ke dalam piring kaca, kemudian dikeringkan pada kondisi ambien selama 1 hari. Pengukuran Bobot Molekul Bobot molekul PSS dihitung menggunakan viskometer untuk mengukur waktu alir. PSS dilarutkan dalam kloroform hingga diperoleh konsentrasi 1.015%; 1.539%; 2.120%; 2.527%; dan 3.061%. Pengukuran viskositas menggunakan viskometer Ostwald pada suhu 30 C (suhu konstan menggunakan penangas air) dengan cara menghitung waktu alir kloroform sebagai pelarutnya dan waktu alir larutan PSS pada berbagai konsentrasi. Viskositas relatif ditentukan dengan membandingkan waktu alir PSS dengan waktu alir larutan pelarut (t/t 0 ). Viskositas intrinsik ditentukan dengan cara memplotkan viskositas spesifik/konsentrasi PSS sebagai sumbu Y dan konsentrasi PSS sebagai sumbu X. Bobot molekul (Mv) ditentukan berdasarkan persamaan Mark-Houwink: [η] = k (Mv) a k dan a merupakan tetapan yang bergantung pada pelarut, polimer, dan suhu. Nilai k dan a secara berturut turut dan Penentuan Derajat Sulfonasi Derajat Sulfonasi (DS) ditentukan dengan metode titrasi. Sampel membran sekitar 0.1 gram direndam dalam larutan NaOH 1 N selama 3 hari. Selanjutnya dititrasi dengan larutan HCl. Pengujian Struktur Pengujian struktur PS dan PSS 10% dilakukan menggunakan FTIR dengan resolusi 4 dan payar 32. Pengujian ini dilakukan untuk melihat gugus fungsi dari membran PS dan PSS. Analisis Morfologi Membran (SEM) Analisis morfologi membran dilakukan pada PS dan PSS 10%. Membran PS dan PSS dibekukan dengan nitrogen cair selama 10 menit sehingga membran menjadi beku. Membran beku kemudian dipatahkan dan ditempelkan pada cell holder. Membran dilapisi dengan emas lalu dimasukkan ke dalam chamber. Selanjutnya dilakukan pemotretan membran terhadap permukaan dan penampang lintang membran. Pengukuran Permeabilitas Metanol Pengukuran permeabilitas metanol dilakukan secara kualitatif. Membran PSS 3%, 5%, dan 10% dijepit diantara 2 chamber (chamber A dan chamber B). Sebanyak 50 ml larutan metanol 3 M dimasukkan kedalam chamber A. Pengukuran dilakukan selama 1 jam untuk mengetahui permeabilitas metanol dari membran tersebut. Pengukuran Konduktivitas Proton Konduktivitas proton yang melintang dari membran PSS diukur menggunakan impedansi spektroskopi. Membran dengan ukuran panjang 5,6 cm dan lebar 0,8 cm dijepit diantara 2 stell elektroda karbon. Kemudian nilai konduktans membran terbaca. Membran PSS yang diperoleh diaplikasikan sebagai Direct Methanol Fuel Cell, kemudian dihubungkan dengan alat voltmeter untuk mengetahui nilai voltase pada masing-masing membran. HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Polistirena Tersulfonasi Sintesis polistirena tersulfonasi dilakukan dengan mengalirkan oleum pada larutan polistirena menggunakan gas nitrogen sebagai gas pembawa. Polistirena tahan terhadap asam, basa, dan zat pengarat lainnya, tetapi mudah larut dalam hidrokarbon aromatik dan berklor (Cowd 1991). Larutan polistirena merupakan polistirena yang dilarutkan dalam kloroform. Reaksi sulfonasi merupakan suatu reaksi substitusi yang bertujuan untuk mensubstitusi atom H dengan gugus ~SO 3 pada molekul organik melalui ikatan kimia (Gambar 1). Reaksi sulfonasi yang dapat terjadi pada posisi orto dan para dilakukan selama 30 menit pada suhu 30 C di ruang asam.

12 3 Gambar 1 Reaksi sulfonasi polistirena pada posisi para. Polistirena yang digunakan berasal dari gabus styrofoam. Menurut BPOM (2008) Styrofoam atau gabus polistirena mengandung 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n- butana dan n-pentana. Polistirena merupakan polimer termoplastik yang aromatik, dapat meleleh jika dipanaskan dan kembali menjadi padatan jika didinginkan (Steven 2007). Polistirena tersulfonasi akan memberi kekuatan antifouling dan suasana hidrodinamis pada membran yang merupakan mekanisme yang sangat penting dalam perpindahan proton. Pada umumnya polistirena tersulfonasi (PSS) memiliki gugus ~SO 3 pada posisi para dan ikatan silang yang berguna untuk penukar ion dan membran penukar proton serta bersifat higroskopis (Gambar 2). Proses sulfonasi mengubah warna larutan awal yang tidak berwarna menjadi kuning bening (Gambar 3). Warna kuning ini secara fisik menunjukkan adanya gugus sulfonat pada larutan. (a) (b) Gambar 3 Perbedaan warna larutan (a) sebelum dan (b) setelah sulfonasi. Hasil sulfonasi yang telah diperoleh ini, dikeringudarakan selama 1 hari untuk menghilangkan kloroform sebagai pelarutnya. Selanjutnya, padatan PSS dilarutkan dalam 10 ml diklorometana agar menjadi pasta. Pasta PSS ini segera dicetak pada plat kaca dengan ketebalan µm (Gambar 4). Ketebalan membran yang dihasilkan akan mempengaruhi nilai konduktivitas membran. Gambar 2 Ikatan silang pada polistirena tersulfonasi posisi para. Gambar 4 Membran PSS 10%. Membran polistirena tersulfonasi yang telah diperoleh ditentukan bobot molekul

13 4 relatifnya. Bobot molekul relatif (Mv) PSS ditentukan dengan mengukur waktu alir menghasilkan Mv sebesar g mol -1 (Lampiran 2). Pelarut kloroform digunakan pada pengukuran bobot molekul PSS karena bersifat non polar dan tidak higroskopis sehingga mudah melarutkan PSS dan tidak mengubah konsentrasi larutan. Keberhasilan proses sulfonasi ditunjukkan oleh nilai Derajat Sulfonasi. Derajat Sulfonasi adalah jumlah rerata atom H pada benzena yang diubah menjadi gugus sulfonat. Derajat Sulfonasi membran PSS 3%, 5%, dan 10% secara berturut-turut adalah 35.09%, 42.26%, dan 48.15% (Lampiran 3). Semakin meningkat Derajat Sulfonasi, maka semakin besar transport proton dalam membran. Pengujian water uptake dilakukan untuk mengetahui jumlah air yang diserap oleh membran karena air pada permukaan membran merupakan media transport proton. Nilai water uptake pada membran PS, PSS 3%, PSS 5%, dan PSS 10% secara berturutturut adalah 0.52; 5.72; 0.05; dan 4.29% (Lampiran 4). Nilai water uptake ini menunjukkan kemampuan membran dalam transport proton. Semakin kecil nilai water uptake, maka semakin kecil nilai konduktivitas proton. Karakterisasi PEM Struktur membran elektrolit dapat dianalisis secara kualitatif menggunakan spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red). Spektrum FTIR diukur pada daerah bilangan gelombang cm -1. Serapan khas membran polistirena ditunjukkan dengan bilangan gelombang ; ; ; cm -1 yang menunjukkan adanya ikatan C-H pada cincin aromatik. Selain itu juga terdapat regang C=C aromatik pada bilangan gelombang cm -1. Hasil analisis FTIR membran polistirena tersulfonasi (PSS) berbeda dengan membran polistirena (PS). Gambar 5 menunjukkan perbedaan hasil uji FTIR membran PS dan PSS. Pada spektrum FTIR terlihat bahwa sulfonasi telah terjadi pada membran PSS yang ditunjukkan dengan adanya gugus sulfonat (-SO 3 ) pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1. Bilangan gelombang cm -1 merupakan vibrasi regang SO 3 simetrik dan cm -1 merupakan vibrasi regang S=O. Adanya gugus sulfonat diperkuat dengan adanya serapan hidroksil pada bilangan gelombang cm -1. Reaksi sulfonasi yang terjadi dipengaruhi oleh substituen alkil yang terdapat pada cincin aromatik. Substituen alkil ini merupakan salah satu gugus penyumbang elektron sehingga dapat meningkatkan rapatan elektron pada cincin. Oleh karena itu, reaksi sulfonasi dapat terjadi pada posisi orto dan para. Gugus sulfonat yang terikat pada benzena tersubstitusi 1.4 (posisi para) dilihat dari bilangan gelombang cm -1, sedangkan posisi orto ditunjukkan oleh bilangan gelombang cm -1. Puncak serapan posisi orto lebih besar dari pada posisi para, sehingga gugus -SO 3 lebih cenderung terikat pada posisi orto. p-so 3 S=O -OH -SO 3 o-so 3 Gambar 5 Hasil FTIR uji membran polistirena ( ) dan polistirena tersulfonasi 10% ( ).

14 5 Analisis morfologi membran dilakukan dengan menggunakan peralatan Scanning Electron Microscopy (SEM). SEM digunakan untuk menentukan ukuran pori-pori di permukaan membran dan penampang lintang membran polistirena (PS) dan polistirena tersulfonasi (PSS). Analisis SEM menunjukkan pori pada permukaan membran sangat rapat, sehingga ukuran pori tidak dapat ditentukan. Gambar 6 menunjukkan hasil uji SEM pada permukaan membran PS dan PSS. PSS cukup baik untuk diaplikasikan sebagai Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). (2) (1) (a) (2) (1) (a) (b) Gambar 7 Hasil uji SEM pada penampang lintang membran (a) PS dan (b) PSS dengan perbesaran Ket: 1 (toplayer); 2 (sublayer) (b) Gambar 6 Hasil uji SEM pada permukaan membran (a) PS dan (b) PSS 10% dengan perbesaran Mulder (1996) mengatakan bahwa membran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan struktur dan prinsip pemisahannya, yaitu membran berpori, non pori, dan pembawa (carier). Berdasarkan penampang lintang PS yang tidak berpori, membran PS dikategorikan membran non pori. Sementara itu, penampang lintang PSS tampak adanya lapisan berpori pada bagian sublayer membran, sedangkan pada bagian toplayer membran cenderung tidak berpori. Dengan demikian membran PSS dikategorikan pula membran non pori (Gambar 7). Hal ini membuktikan membran Uji Kinerja PEM Kriteria utama untuk memilih Proton Exchange Membrane pada DMFC adalah konduktivitas protonnya tinggi sedangkan permeabilitas metanolnya rendah. Permeabilitas adalah kemampuan membran untuk melewatkan senyawa spesifik. Pengukuran permeabilitas metanol memberikan informasi mengenai mekanisme transport dan pengaruh dari struktur PEM. Difusi metanol disebabkan oleh gradien konsentrasi PEM. Pengukuran permeabilitas metanol dilakukan secara kualitatif dari membran PSS 3%, PSS 5%, dan PSS 10%. Setelah 1 jam pengujian tidak terlihat adanya adanya resapan metanol dari membranmembran tersebut. Hasil pengukuran nilai konduktivitas (σ) yang diperoleh PS, PSS 3%, PSS 5%, dan PSS 10% secara berturut-turut adalah ( ; ; ; dan ) 10-6 S/cm (Lampiran 5). Nilai konduktivitas yang diperoleh ini 10 5 lebih kecil dari nilai

15 6 konduktivitas nafion. Direct Methanol Fuel Cell merupakan salah satu jenis Fuel cell yang dapat menghasilkan energi listrik, air dan panas, dengan cara mengoksidasi bahan bakar secara elekrokimia (Smith et al 2001). Prinsip kerja fuel cell merupakan kebalikan dari elektrolisis, hidrogen direaksikan dengan oksigen dan menghantarkan listrik (Larminie 2000). Komponen dasar sel bahan bakar DMFC (Gambar 8) terdiri dari dua buah elektroda (katoda dan anoda) yang dipisahkan oleh sebuah membran. Katoda langsung bertindak sebagai katalis (elektrokatalis) yang mempercepat terjadinya reaksi perubahan metanol di anoda. Gambar 8 Skema dari DMFC. Berdasarkan adanya peningkatan nilai konduktivitas membran PSS 10% sebesar 341 dari membran PS, maka membran yang diperoleh relatif baik apabila dijadikan sebagai bahan perangkat Direct Methanol Fuel Cell. Konduktivitas proton yang tinggi diharapkan dapat memindahkan proton secara maksimal dan memungkinkan perpindahannya dari anoda ke katoda agar dapat mempertinggi kinerjanya (Agoumba 2004). Dengan adanya konduktivitas proton tersebut, membran PSS 3%, 5%, dan 10% dapat dijadikan sebagai bahan perangkat pada DMFC (Gambar 9) dan menghasilkan nilai voltase secara berturutturut adalah 9.0; 13.5; dan 14.0 volt pada arus 1 ampere. Gambar 9 Direct Methanol Fuel Cell menggunakan bahan perangkat membran PSS 10%. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Polistirena tersulfonasi (PSS) telah berhasil disintesis dari limbah styrofoam. Hal ini dibuktikan dengan analisis FTIR, yaitu adanya gugus sulfonat (-SO 3 ) pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1 serta adanya serapan hidroksil pada bilangan gelombang cm -1. Nilai Derajat Sulfonasi membran polistirena tersulfonasi 10% adalah 48.15% dengan bobot molekul relatif sebesar 91693,42 g mol -1. Membran PSS ini dapat digunakan sebagai bahan perangkat Direct Methanol Fuel Cell dan digolongkan membran non pori dengan ketebalan membran mm. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sintesis Proton Exchange Membrane (PEM) polistirena tersulfonasi dalam penentuan kondisi suhu terbaik reaksi sehingga menghasilkan nilai konduktivitas membran yang tinggi. Selain itu perlu adanya pengukuran secara kuantitatif mengenai permeabilitas metanol, analisis termal menggunakan DSC dan TGA, dan derajat kristalinitas membran menggunakan XRD. DAFTAR PUSTAKA Albert Giulio et al Preparation of Nano-Structured Polymeric Proton Conducting Membranes for Use in Fuel cells. Annals of the New York Academy of Sciences 984: [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Kemasan Polistirena Foam (Styrofoam). Vol 9 no 5. ISSN Byungchan Bae Nafion -graftpolystyrene sulfonic acid membranes for Direct Methanol Fuel Cells. J: Membrane Science. 276(1-2): Cho et al Surface modified Nafion membrane by ion beam bombardment for fuel cell applications. J: Power Sources. 155(2): Dhuhita Anindyati dan Kusuma Dewa Arti Karakterisasi dan Uji Kinerja SPEEK, csmm, dan Nafion untuk Aplikasi Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) [Skripsi]. Semarang:

16 7 Universitas Diponegoro, Teknik Kimia. Hendrana Sunit, Pujiastuti Sri, Sudirman, Rahayu Imam, dan Rustam H. Yandhitra Pengaruh Suhu dan Tekanan Proses Pembuatan Terhadap Konduktivitas Ionik Membran PEMFC Berbasis Polistirena Tersulfonasi. J: Indonesian Journal of Materials Science. Vol 8 No 3 hal Larminie J dan Dicks A Fuel cell Systems Explained. John Wiley and Sons. Mulder M Basic Principles of Membrane Technology. Dordrecht: Kluwer. Parra et al Synthesis, Testing, and Characterization of a Novel Nafion Membrane with Superior Performance in Photoassisted Immobilized Fenton Catalysis. J: American Chemical Society 20: Peixiang Xing et al Synthesis and characterization of sulfonated poly(ether ether ketone) for Proton Exchange Membranes. J: Membrane Science 229: Smith JM, Van Ness HC, Abbott MM Chemical Engineering Thermodynamics 6 th. New York: McGraw-Hill Book Company. Sopiana dan Wan RamLi Wan Daud Challenges and future developments in Proton Exchange Membrane fuel cells. renewable energi 31(5): Steven Kimia Polimer. Sopyan I, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Polymer Chemistry: An Introduction.

17 8 Lampiran 1 Diagram alir penelitian Membran PS Polistirena (Styrofoam) Membran PSS Pengukuran bobot Aplikasi Uji Karakterisasi Uji Kinerja Derajat Sulfonasi FTIR SEM Permeabilitas metanol Konduktivitas proton

18 9 Lampiran 2 Data hasil penentuan bobot molekul Polistirena tersulfonasi Sampel [PSS] (%b/v) Waktu alir, t (detik) η Ulangan rerata Relatif Spesifik Reduktif Contoh perhitungan: Sampel 6 η relatif = t sampel t pelarut = η relatif = Keterangan: t pelarut = t sampel 1 η spesifik = η relatif 1 = η spesifik = η reduktif = η spesifik [PSS] = η reduktif = Hubungan [PSS] terhadap viskositas reduktif ηreduktif y = 0,1588x + 0,4356 R² = 0, [PSS] (%b/v) Penentuan bobot molekul Persamaan garis: y = x ηred = k intrinsik. C + [η] Viskositan intrinsik PSS = [η] = [η] = k (Mv) a = (Mv) a log Mv = (log log )/ = Mv = g mol -1

19 10 Lampiran 3 Penentuan Derajat Sulfonasi (DS) Larutan Bobot Volume Volume HCl (ml) Derajat Sulfonasi, membran (g) NaOH 1 N (ml) Awal Akhir Terpakai DS (%) Blangko PSS 3% PSS 5% PSS 10% Contoh pehitungan: PSS 10% V HCl terpakai = Vakhir Vawal = ml 0.00 ml V HCl terpakai = ml V NaOH N NaOH = V HCl N HCl 10 ml 1 N = 11 ml N HCl N HCl = N DS = (Vawal Vakhir) N HCl BE SO 3 bobot sampel 100% ( ) ml mol L gram mol 1 L = gram 1000 ml 100% DS = 48.15%

20 11 Lampiran 4 Hasil pengukuran water uptake. Membran Ulangan Bobot membran (g) Water uptake (%) Sebelum Setelah Xi X PS PSS 3% PSS 5% PSS 10% Keterangan: Xi = nilai water uptake ulangan ke- X = nilai water uptake rerata Contoh perhitungan: Membran PSS 3% ulangan 1 bobot membran setelah bobot membran sebelum %water uptake = 100% bobot membran sebelum g g = 100% g %water uptake = 8.98%

21 12 Lampiran 5 Konduktivitas membran Membran Konduktans, G Tebal membran, d Luas elektroda, A Konduktivitas, σ (µs) (cm) (cm 2 ) (S/cm) PS PSS 3% PSS 5% PSS 10% Contoh perhitungan: Membran PSS 3% σ = G d A = µs 0.55 cm 4.48 cm 2 σ = S/cm

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

MEMBRAN POLISTIRENA TERSULFONASI UNTUK APLIKASI PADA MICROBIAL FUEL CELL SUCI DWI APRILIANA

MEMBRAN POLISTIRENA TERSULFONASI UNTUK APLIKASI PADA MICROBIAL FUEL CELL SUCI DWI APRILIANA MEMBRAN POLISTIRENA TERSULFONASI UNTUK APLIKASI PADA MICROBIAL FUEL CELL SUCI DWI APRILIANA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-ZEOLIT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL ARIE SULISTYONO PUTRO

MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-ZEOLIT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL ARIE SULISTYONO PUTRO 1 MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-ZEOLIT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL ARIE SULISTYONO PUTRO DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) 2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN POLISTIRENA TERFLUORINASI UNTUK DIRECT METHANOL FUEL CELL ADE NURBANI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN POLISTIRENA TERFLUORINASI UNTUK DIRECT METHANOL FUEL CELL ADE NURBANI i SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN POLISTIRENA TERFLUORINASI UNTUK DIRECT METHANOL FUEL CELL ADE NURBANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA MEMBRAN ELEKTROLIT POLISTIRENA TERSULFONASI UNTUK APLIKASI MEMBRANE ELECTRODE ASSEMBLY EVA NURLAELA SARI

PENINGKATAN KINERJA MEMBRAN ELEKTROLIT POLISTIRENA TERSULFONASI UNTUK APLIKASI MEMBRANE ELECTRODE ASSEMBLY EVA NURLAELA SARI i PENINGKATAN KINERJA MEMBRAN ELEKTROLIT POLISTIRENA TERSULFONASI UNTUK APLIKASI MEMBRANE ELECTRODE ASSEMBLY EVA NURLAELA SARI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material, Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Program Studi Kimia ITB dari bulan

Lebih terperinci

MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL YENY ANGGRAINI

MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL YENY ANGGRAINI MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL YENY ANGGRAINI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI

Lebih terperinci

MEMBRANE ELECTRODE ASSEMBLY KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI-NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL DITA IRYANI

MEMBRANE ELECTRODE ASSEMBLY KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI-NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL DITA IRYANI MEMBRANE ELECTRODE ASSEMBLY KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI-NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL DITA IRYANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat Bab 3 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas tahap pembuatan kitin dan kitosan, sintesis karboksimetil kitosan dari kitin dan kitosan, pembuatan membran kitosan dan karboksimetil kitosan, dan karakterisasi.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SILIKA TERHADAP MEMBRAN SULFONASI POLIETER ETER KETON AKRILONITRILBUTADIENA STIRENA

PENGARUH PENAMBAHAN SILIKA TERHADAP MEMBRAN SULFONASI POLIETER ETER KETON AKRILONITRILBUTADIENA STIRENA E. Fitrianingsih. et. al. JRSKT Vol. 3 No. 1 Juli 2013 PENGARUH PENAMBAHAN SILIKA TERHADAP MEMBRAN SULFONASI POLIETER ETER KETON AKRILONITRILBUTADIENA STIRENA Eka Fitrianingsih, Yusmaniar, dan Afrizal

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)

2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) adalah salah satu tipe fuel cell yang sedang dikembangkan. PEMFC ini bekerja mengubah

Lebih terperinci

Pengembangan Membran Penukar Proton Berbasis Polisulfon Tersulfonasi untuk aplikasi Direct Methanol fuel cell (DMFC)

Pengembangan Membran Penukar Proton Berbasis Polisulfon Tersulfonasi untuk aplikasi Direct Methanol fuel cell (DMFC) MIPA LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING (LANJUTAN) Pengembangan Membran Penukar Proton Berbasis Polisulfon Tersulfonasi untuk aplikasi Direct Methanol fuel cell (DMFC) Oleh: Dr. Bambang Piluharto, SSi,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI-ZEOLIT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL YURISKA SEKAR RANI

SINTESIS DAN PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI-ZEOLIT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL YURISKA SEKAR RANI SINTESIS DAN PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI-ZEOLIT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL YURISKA SEKAR RANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor, menjalankan mesin-mesin pabrik, proses memasak

Lebih terperinci

Kata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled

Kata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled KAJIAN FISIKA KIMIA LIMBAH STYROFOAM DAN APLIKASINYA Ni Ketut Sumarni 1, Husain Sosidi 2, ABD Rahman R 3, Musafira 4 1,4 Laboratorium Kimia Fisik Fakultas MIPA, Universitas Tadulako 2,3 Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH POLI(VINIL ALKOHOL) DAN PATI JAGUNG DALAM MEMBRAN POLI(VINIL FORMAL) TERHADAP PENGURANGAN ION KLORIDA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

3. Metode Penelitian

3. Metode Penelitian 3. Metode Penelitian 3.1. Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Umumnya peralatan yang digunakan pada penelitian ini berada di Labotaorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan

Lebih terperinci

MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI SiO 2 UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL DAMIYATI

MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI SiO 2 UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL DAMIYATI i MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI SiO 2 UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL DAMIYATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 iii

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Morimoto, M. et al, (2002), Control of Functions of Chitin and Chitosan by Chemical Modification, 14(78),

Daftar Pustaka. Morimoto, M. et al, (2002), Control of Functions of Chitin and Chitosan by Chemical Modification, 14(78), Daftar Pustaka Bilmeyer, F. W., (1971), Textbook of Polymer Science.2 nd New York, 264-265, 395-397 Edition, Wiley-Interscience Inc., Chen, S.L. et al., (2004), Ion exchange resin/polystyrene sulfonate

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Sulfonasi terhadap Karakteristik Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan

Pengaruh Waktu Sulfonasi terhadap Karakteristik Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan Pengaruh Waktu Sulfonasi terhadap Karakteristik Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan SKRIPSI Lelly Dwi Ambarini NIM 10504018 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENGARUH SUHU SULFONASI TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN ELEKTROLIT POLIETER-ETER KETON TERSULFONASI Karakteristik membran elektrolit polieter-eter keton tersulfonasi (speek)

Lebih terperinci

MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL GINNA RAMADHINI PUTRI

MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL GINNA RAMADHINI PUTRI MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL GINNA RAMADHINI PUTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- KITOSAN UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL VALLIAN GHALI

MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- KITOSAN UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL VALLIAN GHALI MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- KITOSAN UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL VALLIAN GHALI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi dunia terhadap energi listrik kian meningkat seiring pesatnya teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang diharapkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) BERPENGISI LEMPUNG SEBAGAI MEMBRAN POLIMER ELEKTROLIT UNTUK APLIKASI SEL BAHAN BAKAR (FUEL CELL)

MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) BERPENGISI LEMPUNG SEBAGAI MEMBRAN POLIMER ELEKTROLIT UNTUK APLIKASI SEL BAHAN BAKAR (FUEL CELL) digilib.uns.ac.id MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) BERPENGISI LEMPUNG SEBAGAI MEMBRAN POLIMER ELEKTROLIT UNTUK APLIKASI SEL BAHAN BAKAR (FUEL CELL) Disusun oleh : PRIYADI M0307076 SKRIPSI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik karena listrik merupakan sumber energi utama dalam berbagai bidang kegiatan baik dalam kegiatan

Lebih terperinci

PERILAKU MEMBRAN KOMPOSIT NANOPORI SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA (CA-PS) AKIBAT PENGARUH SUHU DAN SURFAKTAN NOVI INDRIANI

PERILAKU MEMBRAN KOMPOSIT NANOPORI SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA (CA-PS) AKIBAT PENGARUH SUHU DAN SURFAKTAN NOVI INDRIANI PERILAKU MEMBRAN KOMPOSIT NANOPORI SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA (CA-PS) AKIBAT PENGARUH SUHU DAN SURFAKTAN NOVI INDRIANI Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen

Lebih terperinci

SINTESIS POLIMER SUPERABSORBEN ONGGOK TAPIOKA-AKRILAMIDA: PENGARUH KONSENTRASI MONOMER DAN INISIATOR MUHAMMAD IRVAN SAESARIO

SINTESIS POLIMER SUPERABSORBEN ONGGOK TAPIOKA-AKRILAMIDA: PENGARUH KONSENTRASI MONOMER DAN INISIATOR MUHAMMAD IRVAN SAESARIO SINTESIS POLIMER SUPERABSORBEN ONGGOK TAPIOKA-AKRILAMIDA: PENGARUH KONSENTRASI MONOMER DAN INISIATOR MUHAMMAD IRVAN SAESARIO DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM UNTUK MEMBRAN SEL BAHAN BAKAR (FUEL CELL) Nida Mariam, Indah Dewi Puspitasari, Ali Syari ati. Pembimbing: Prof. Dr. I Made Arcana. Institut Teknologi Bandung. 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai Oktober 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai Oktober 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai Oktober 2012. Tahapan sintesis dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu / 9 Maret 011 Kimia Polimer Waktu : 10.00-13.00 WIB Asisten : Prestiana PJP : Andriawan Subekti, S.Si, M. Si PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER MIRANTI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi Sri Handayani (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi Sri Handayani (2008) dengan penurunan konduktivitas proton 300% (3 kali) dibanding dengan tanpa menggunakan aditif. Selain itu membran yang terbentuk agak rapuh sehingga tidak dapat diuji tensil strength. Pemakaian H-Yzeolit

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Pusat Studi

Lebih terperinci

MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL ROMADHONI ANTO

MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL ROMADHONI ANTO MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-NATRIUM ALGINAT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL ROMADHONI ANTO DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Oktaviani, Ambyah Suliwarno dan Tita Puspitasari

Oktaviani, Ambyah Suliwarno dan Tita Puspitasari Pembuatan dan Karakterisasi Kopolimer c-ptfe-g-stirena (Oktaviani, dkk.) Pembuatan dan Karakterisasi Kopolimer c-ptfe-g-stirena Synthesis and Characterization of c-ptfe-g-styrene Copolymer by Preirradiation

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)

2. Tinjauan Pustaka Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Fuel cell (sel bahan bakar) merupakan alat pengkonversi energi elektrokimia. Sel ini menghasilkan energi listrik dari berbagai macam jenis sumber bahan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

A = log P dengan A = absorbans P 0 = % transmitans pada garis dasar, dan P = % transmitans pada puncak minimum

A = log P dengan A = absorbans P 0 = % transmitans pada garis dasar, dan P = % transmitans pada puncak minimum LAMPIRAN 12 Lampiran 1 Prosedur pencirian kitosan Penelitian Pendahuluan 1) Penentuan kadar air (AOAC 1999) Kadar air kitosan ditentukan dengan metode gravimetri. Sebanyak kira-kira 1.0000 g kitosan dimasukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- ZEOLIT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL SUCI RAHMADANI

MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- ZEOLIT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL SUCI RAHMADANI MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- ZEOLIT UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL SUCI RAHMADANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan suatu kebutuhan dasar bagi masyarakat modern. Tanpa energi, masyarakat akan sulit melakukan berbagai kegiatan. Pada era globalisasi seperti sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fuel cell merupakan sistem elektrokimia yang mengkonversi energi dari pengubahan energi kimia secara langsung menjadi energi listrik. Fuel cell mengembangkan mekanisme

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan E.Coli dalam air dengan menggunakan elektroda platina-platina (Pt/Pt) dilakukan di Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) merupakan salah satu jenis fuel cell, yaitu sistem penghasil energi listrik, yang bekerja berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN BAB 1 PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Pangan yang bersumber dari hasil ternak termasuk produk pangan yang cepat mengalami kerusakan. Salah satu cara untuk memperkecil faktor penyebab kerusakan pangan adalah

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

kata kunci: kitosan, silika, konsentrasi, membran, sel bahan bakar

kata kunci: kitosan, silika, konsentrasi, membran, sel bahan bakar PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN TERHADAP SIFAT MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-SILIKA UNTUK SEL BAHAN BAKAR M. ALI ZULFIKAR 1), D. WAHYUNINGRUM 2), DAN N. TANYELA BERGHUIS 2) 1) K.K. Kimia Analitik, Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang ini, kebutuhan manusia akan listrik semakin meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena listrik merupakan sumber energi

Lebih terperinci

PEMBUATAN HIDROGEL BERBASIS SELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L) DENGAN METODE IKAT SILANG SKRIPSI MARLINA PURBA

PEMBUATAN HIDROGEL BERBASIS SELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L) DENGAN METODE IKAT SILANG SKRIPSI MARLINA PURBA PEMBUATAN HIDROGEL BERBASIS SELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L) DENGAN METODE IKAT SILANG SKRIPSI MARLINA PURBA 130822002 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Rizki Pratama (2308 100 142) Zarra Miantina Putrie (2308 100 143) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Membran Nafion Relatif mahal ELECTROLYZED OXIDIZED

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat menyebabkan korosi atau karat pada reaktor

Lebih terperinci