VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Kabupaten Bogor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Kabupaten Bogor"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Kabupaten Bogor Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan usaha JUN UBH-KPWN Bogor yang telah berjalan selama lima tahun. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PBP). Analisis kriteria tersebut menggunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Arus kas membutuhkan penentukan asumsi-asumsi yang terkait dengan usaha UBH-KPWN Bogor serta melakukan analisis terhadap inflow dan outflow Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor Komponen inflow usaha JUN UBH-KPWN Bogor diterima dari penerimaan penjualan jasa investasi dan penerimaan penjualan pohon JUN. Jasa investasi merupakan penerimaan yang didapat dari investor dalam menanamkan modalnya kepada UBH-KPWN Bogor untuk membiayai kegiatan JUN sedangkan penerimaan penjualan diperoleh dengan mengalikan harga jual dengan total penjualan kayu yang siap panen. a. Penerimaan Penjualan Jasa Investasi Penerimaan dari penjualan jasa investasi diperoleh dengan mengalikan harga jasa investasi per pohon dengan jumlah pohon yang laku ditawarkan kepada investor. Jumlah tanaman awal merupakan tanaman yang ditanam oleh pihak UBH-KPWN Bogor sejumlah pohon yang tersebar di Kabupaten Bogor, sedangkan tanaman yang terjual merupakan pohon yang laku dijual kepada

2 investor mulai dari tahun dengan jumlah tanaman pohon. Tanaman sebanyak pohon yang belum laku akan dipasarkan kepada investor. Apabila sampai batas penebangan tanaman belum laku, maka pohon jati akan dikembalikan kepada pihak UBH-KPWN. Investasi per pohon merupakan ketetapan yang diberikan dari UBH-KPWN karena dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan JUN dari awal penanaman sampai pohon tersebut siap panen. Biaya kebutuhan pemeliharaan tanaman JUN yang semakin mahal menyebabkan investasi yang dikeluarkan investor akan mengalami kenaikan. Rincian penerimaan penjualan jasa investasi dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penerimaan Penjualan Jasa Investasi Tahun Jumlah Tanaman Awal (1) Jumlah Tanaman yang Terjual (2) Investasi per Pohon (Rp) (3) Nilai Investasi (Rp) (4) = (2x3) Total Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) Jumlah tanaman awal dari tahun mengalami peningkatan atau penurunan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena luas lahan yang tersedia tidak selalu sama pada setiap tahunnya tergantung dari pencarian lahan di lapangan. Penerimaan dari penjualan jasa investasi diperoleh dengan mengalikan harga jasa investasi per pohon dengan jumlah pohon yang ditawarkan. Total dana yang diterima dari penjualan jasa investasi sebesar Rp Dana investor ini digunakan untuk membiayai pohon selama umur tanam pohon. Penerimaan penjualan jasa investasi sudah diterima pada tahun 2007 karena pada umur enam bulan pohon jati sudah dipromosikan kepada investor. 50

3 b. Penerimaan Penjualan Pohon JUN Siap Panen Pohon JUN baru dapat dipanen pada tahun 2012, yaitu saat umur JUN lima tahun. Rincian estimasi penerimaan penjualan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Estimasi Penerimaan Penjualan Tanaman JUN Tahun Jumlah Pohon yang Siap Panen (1) Harga Jumlah per Pohon (Rp) (2) Jumlah Penerimaan (Rp) 3 = (1x2) Total Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) Harga jual pohon JUN pada saat panen diproyeksikan Rp per pohon dari tahun , sedangkan mulai tahun pada saat panen diproyeksikan Rp Hal ini merupakan asumsi dari harga kayu jati yang selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga pihak UBH-KPWN Bogor menjanjikan harga jual kayu jati pada tahun 2015 akan meningkat sebesar Rp dengan volume per pohon 0.2 m 3. Pada saat ini jumlah pohon yang siap panen berjumlah pohon, dari tanaman awal sebanyak pohon. Hal ini dikarenakan kematian yang berbeda-beda pada setiap tahunnya. Total penerimaan dari penjualan pohon JUN sebesar Rp Analisis Outflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor Analisis outflow JUN UBH-KPWN Bogor merupakan biaya pengeluaran yang harus dibayarkan untuk kebutuhan UBH-KPWN Bogor demi kelancaran kegiatan Jati Unggul Nusantara (JUN). Arus pengeluaran dalam usaha JUN UBH- KPWN dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu: biaya investasi, biaya operasional, dan bagi hasil kepada mitra usaha. 51

4 a. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek yaitu pada tahun pertama. Pada kasus ini terdapat perbedaan dimana biaya investasi tidak hanya dikeluarkan pada tahun pertama saja. Biaya investasi dapat dikeluarkan kapan saja sesuai dengan keperluan UBH-KPWN Bogor. Biaya investasi pada usaha JUN terdiri dari biaya investasi perlengkapan kantor dan peralatan mesin. Biaya investasi perlengkapan kantor merupakan biaya yang dikeluarkan pada barang yang digunakan di dalam membantu menyelesaikan urusan kantor. Total biaya investasi perlengkapan kantor sebesar Rp Rincian biaya investasi perlengkapan kantor dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Biaya Investasi Perlengkapan Kantor No Uraian Tahun Jumlah (unit) Harga per satuan (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun) 1 Dispenser Galon Komputer 1* Mesin fax Pemanas air Kursi kantor Lemari Meja Pesawat telepon Printer 1* Printer Stabiliser Komputer Modem Printer Kursi plastik Kipas angin LCD (monitor) Total Biaya Investasi Perlengkapan Kantor Keterangan: (*) = Komputer 1 dan Printer 1 merupakan barang bekas sehingga memiliki umur ekonomis yang cepat dan tidak ada reinvestasi. Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) 52

5 Kegiatan JUN UBH-KPWN Bogor tidak hanya mengeluarkan biaya investasi perlengkapan kantor karena dalam pelaksanaannya JUN merupakan kegiatan yang sebagian besar di lapangan. Perlengkapan mesin dibutuhkan guna mempercepat dan membantu kegiatan JUN agar berjalan lancar sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Biaya investasi peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan di lapang sesuai dengan kebutuhan JUN. Total biaya investasi yang diperlukan untuk peralatan mesin sebesar Rp Rincian biaya investasi peralatan mesin dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Biaya Investasi Peralatan Mesin No Uraian Tahun Jumlah (unit) Harga per satuan (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun) 1 Traktor tangan Timbangan Timbangan peer Drum* Sepeda motor Alat uji tanah kering Pompa air Sprayer GPS Total Biaya Investasi Peralatan Mesin Keterangan: (*) = Drum hanya digunakan pada awal tahun 2007 di Desa Cogreg sebagai penampung air dan tidak ada reinvestasi. Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) Barang investasi yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan UBH-KPWN terhadap kegiatan JUN demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut akan mengganggu jalannya kegiatan JUN. Biaya 53

6 reinvestasi dari tahun sebesar Rp Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis suatu barang tidak sampai proyek selesai. Barang-barang yang membutuhkan biaya reinvestasi antara lain, yaitu: dispenser, galon, komputer 2, mesin fax, pemanas air, printer 2, timbangan, timbangan peer, dan traktor tangan. Rincian biaya reinvestasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Biaya reinvestasi menghasilkan nilai sisa sebesar Rp b. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. b.1 Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan usaha JUN UBH-KPWN Bogor yaitu menyangkut biaya manajemen kantor. Rincian biaya manajemen kantor dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Biaya Manajemen Kantor No Uraian Tahun Gaji Listrik Telepon ATK (Alat Tulis Kantor) Rapat & Keperluan harian kantor Pemeliharaan kendaraan roda dua Koran Internet Upah kebersihan kantor & jaga malam Pemeliharaan SAPROTAN Pengawasan dan Pengendalian Pembinaan SDM Upah pengamanan lahan Sewa kantor Total Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) 54

7 Pada tahun 2007 biaya tetap yang dikeluarkan hanya sebesar Rp karena usaha belum berjalan baik. Pada tahun usaha dinilai berjalan optimal, sehingga total biaya yang dikeluarkan relatif konstan yaitu sebesar Rp b.2 Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya variabel pada usaha ini meliputi biaya sosialisasi, biaya pengadaan input untuk pembuatan tanaman (bibit, pupuk dasar, upah), pemeliharaan tanaman (pemupukan lanjutan, upah), dan penebangan tanaman. Biaya sosialisasi dilakukan sebelum adanya pengadaan kegiatan JUN di suatu daerah kepada petani, pemilik lahan, dan perangkat desa. Biaya sosialisasi dibutuhkan oleh pihak UBH-KPWN karena sebelum adanya kegiatan JUN semua pihak yang terkait harus mengetahui aturan main yang ada dalam proyek sehingga apa yang akan dilakukan oleh UBH-KPWN jelas dan tidak ada kesalahan pada akhir pembagian bagi hasil yang akan diterima pada tiap-tiap pihak. Biaya sosialisasi pada tahun membutuhkan biaya sebesar Rp Tahun pembiayaan tanaman dimulai dari tahun 2006 yaitu pada pembelian bibit dan pupuk, akan tetapi dalam penanamannya sendiri mulai tahun Hal ini disebabkan pihak UBH-KPWN Bogor harus melakukan pemesanan bibit dan pupuk terlebih dahulu sebelum diadakannya penanaman pohon JUN. Pembelian bibit dan pupuk tidak bisa dilakukan secara mendadak karena harus dipersiapkan secara matang. Rincian biaya pembuatan tanaman dapat dilihat pada Tabel

8 Tabel 23. Biaya Pembuatan Tanaman Tahun Bibit Pembuatan Pembiayaan (Rp) Tanaman Tanaman (1) Pupuk Dasar (Rp) (2) Upah (Rp) (3) /I /II /I /II /I /II /I /II /I /II /I Jumlah Total Biaya Pembuatan Tanaman (1+2+3) Rp Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) Pada pembuatan tanaman dilakukan dua periode dimana pihak UBH- KPWN Bogor mengadakan penanaman pohon JUN pada awal tahun yaitu antara bulan Januari-Februari yang diberi kode I, sedangkan periode kedua dilakukan antara bulan November-Desember yang diberi kode II. Pihak UBH-KPWN Bogor dalam satu siklus dengan jangka waktu lima tahun dapat melakukan penanaman sebanyak sebelas kali yaitu dari 2007/I-2012/I. Total pembuatan tanaman (bibit, pupuk dasar, dan upah) JUN sebesar Rp Tanaman JUN memerlukan pemeliharaan yang sangat intensif dimana pihak UBH-KPWN Bogor harus mengadakan pemupukan secara berkala. Pemupukan sangat penting demi keberlanjutan usaha kegiatan JUN dengan melakukan pemupukan yang intensif maka pertumbuhan tanaman JUN akan baik. Pemupukan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman karena tanah menjadi gembur dan banyak zat hara yang dapat diserap oleh tanaman Jati Unggul Nusantara (JUN). Biaya pemeliharaan tanaman dilakukan pada tahun Rincian biaya pemeliharaan tanaman dapat dilihat pada Tabel

9 Tabel 24. Biaya Pemeliharaan Tanaman Selama Satu Siklus (5 Tahun) No Pemeliharaan Pemupukan (Rp) Upah (Rp) 1 Tanaman 2007/I Tanaman I (2007/II /I) Tanaman II (2008/II /I) Tanaman III (2009/II /I) Tanaman IV (2010/II /I) Tanaman V (2011/II /I) Jumlah Total Pemeliharaan Tanaman Rp Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) Biaya pemeliharaan dikeluarkan mulai tahun 2007 karena setelah selesai penanaman pohon JUN pemupukan akan terus dilakukan agar pohon jati menghasilkan kayu yang kokoh. Selain itu, dalam pengerjaan pemeliharaan akan dilakukan oleh petani JUN yang bersangkutan karena mereka mempunyai tugas menjaga pohonnya masing-masing. Petani JUN akan diberikan upah oleh pihak UBH-KPWN Bogor atas andilnya dalam memelihara pohon JUN agar tanaman bebas dari gangguan seperti pencurian dan kematian pohon. Total pemeliharaan (pemupukan, upah) dari tahun sebesar Rp Proses penebangan dilakukan setelah lima tahun pohon ditanam. Proses penebangan UBH-KPWN bekerja sama dengan pihak lain. Rincian biaya penebangan tanaman dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Biaya Penebangan Tanaman Tahun Penebangan Biaya Penebangan (Rp) 2012 Tanaman 2007/I Tanaman I (2007/II /I) Tanaman II (2008/II /I) Tanaman III (2009/II /I) Tanaman IV (2010/II /I) Tanaman V (2011/II /I) Total Biaya Penebangan Tanaman Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) Pengeluaran biaya variabel ini dihitung berdasarkan sistem trees management (manajemen pohon), sehingga biaya atau pengeluaran ini dihitung 57

10 per pohon. Biaya penebangan tanaman dari tahun membutuhkan biaya sebesar Rp Adapun biaya pembuatan sertifikat dibutuhkan oleh investor untuk memperkuat kepemilikan atas tanaman JUN karena mereka telah berinvestasi dalam proyek UBH KPWN Bogor. Total biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan sertifikat oleh UBH KPWN Bogor sebesar Rp Selain itu, UBH KPWN Bogor harus mengeluarkan pajak pendapatan setiap tahunnya. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasakan UU No. 23 Tahun 2000 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap. UBH-KPWN Bogor harus mengeluarkan biaya untuk pajak pendapatan sebesar Rp /tahun. c. Bagi Hasil Pihak-pihak yang terlibat dalam usaha budidaya JUN UBH-KPWN, antara KPWN Bogor. Pihak-pihak ini akan mendapat imbal jasa berupa bagian hasil dari penjualan tanaman JUN tersebut. Bagian hasil ini dapat diperoleh mulai tahun Rincian bagi hasil tanaman dapat dilihat pada Tabel 26. lain: investor, petani penggarap, pemilik lahan, pemerintah desa, dan UBH- Tabel 26. Bagi Hasil kepada Petani Penggarap, Pemilik Lahan, Investor, Perangkat Desa, dan UBH-KPWN Bogor Jumlah Bagi Hasil (Rp 000) Tahun UBH- Petani Pemilik Perangkat Investor KPWN Penggarap Lahan Desa Bogor Total Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) 58

11 Imbal jasa yang akan diterima petani penggarap, pemilik lahan, investor, perangkat desa, dan UBH-KPWN Bogor adalah sebesar 25, 10, 40, 10, dan 15 persen dari jumlah pohon tanaman awal yang ditanam. Harga jual tanaman pada tahun yaitu sebesar Rp per pohon dengan jumlah pohon , sedangkan harga jual tanaman pada tahun yaitu sebesar Rp dengan jumlah pohon Pihak petani penggarap, perangkat desa, dan UBH-KPWN Bogor menanggung resiko sebesar 50, 20, dan 30 persen jika ada kematian pada tanaman JUN. Investor dan pemilik lahan tidak dikenakan beban resiko kematian karena mereka tidak secara langsung berhubungan dengan tanaman JUN. Rincian perhitungan bagi hasil dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan Tabel 26, pembagian hasil yang paling besar diperoleh oleh investor sebesar Rp Hal ini wajar diperoleh oleh investor karena investor memberikan kontribusi yang besar terhadap berjalannya kegiatan JUN. Investor juga merupakan tulang punggung dari pihak UBH-KPWN Bogor. Ketiadaan investor berpengaruh terhadap usaha kegiatan JUN sehingga usaha ini tidak akan berjalan. Selain itu, investor tidak diberikan beban resiko walaupun kegiatan JUN mengalami kerugian. Perangkat desa merupakan pihak yang mendapatkan bagi hasil yang paling kecil dari kelima pihak yaitu sebesar Rp Pihak desa mendapatkan persentase yang terkecil sebesar 10 persen karena beban pekerjaan yang diberikan kepada pihak desa tidak terlalu berat yaitu hanya melakukan pengawasan dan pengamanan terhadap tanaman JUN dari gangguan, pencurian, dan kebakaran. Apabila ada kematian pada tanaman JUN pihak desa mendapatkan beban resiko sebesar 20 persen sehingga akan mengurangi pendapatan dari bagi hasil tersebut. 59

12 6.1.3 Analisis Kelayakan Finansial Usaha JUN UBH-KPWN Bogor Usaha JUN UBH-KPWN Bogor pada tahun memperoleh PV net benefit bernilai negatif karena pada tahun tersebut membutuhkan biaya investasi yang besar. Pada tahun 2008 usaha mulai memperoleh keuntungan atau PV net benefit bernilai positif, namun pada tahun usaha mengalami kerugian kembali. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut, UBH-KPWN Bogor membutuhkan biaya yang lebih besar dimana semua biaya pemeliharaan dikeluarkan untuk semua umur tanaman JUN. Sejak awal tahun 2013 sampai akhir usaha, UBH-KPWN Bogor selalu memperoleh PV net benefit positif. Kelayakan finansial usaha JUN ini dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PBP). Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada usaha JUN UBH-KPWN Bogor dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kriteria Hasil NPV IRR 57% Net B/C 3 Payback Period 8 tahun 9 bulan Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa usaha JUN dengan pola bagi hasil yang diusahakan oleh UBH-KPWN Bogor menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp Hal ini menunjukkan usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp Berdasarkan kriteria NPV usaha JUN UBH-KPWN Bogor ini layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 57 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 12 60

13 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 57 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha JUN UBH-KPWN Bogor ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar tiga. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 3. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar delapan tahun sembilan bulan. Nilai PBP ini masih berada di bawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian perhitungan investasi usaha JUN UBH-KPWN Bogor dapat dilihat pada Lampiran Analisis Sensitivitas Usaha JUN UBH-KPWN Bogor Analisis sensitivitas pada UBH-KPWN Bogor dapat dilihat dari peningkatan harga pupuk sebesar 32 persen. Hal ini dilihat dari rata-rata kenaikan pupuk pada kegiatan JUN yang telah berlangsung selama lima tahun. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan pupuk perlu dilakukan oleh UBH- KPWN Bogor karena pupuk merupakan komponen penting di dalam berlangsungnya kegiatan JUN. Keberadaan pupuk akan mempengaruhi tanaman JUN dalam hal pertumbuhan terhadap diameter dan ketinggian pohon JUN. Peningkatan harga pupuk 32 persen akan berdampak pada NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period (PBP). NPV menjadi Rp sehingga usaha ini memberikan manfaat bersih sebesar Rp Nilai IRR yang diperoleh turun menjadi 28 persen dan nilai Net B/C yang diperoleh menjadi dua. Payback Period (PBP) menjadi semakin lama yaitu 9 tahun 6 bulan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel

14 Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas Kriteria Hasil NPV IRR 28% Net B/C 2 Payback Period 9 tahun 6 bulan Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) Peningkatan harga pupuk sebesar 32 persen usaha UBH-KPWN Bogor masih layak untuk dilanjutkan karena semua kriteria memenuhi syarat, akan tetapi UBH-KPWN Bogor harus tetap mengantisipasi apabila ada kenaikan yang lebih besar karena akan menyebabkan usaha mengalami kerugian. Rincian perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran Dampak Ekonomi dan Lingkungan dari Kegiatan JUN Perbandingan Pendapatan Petani JUN Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan JUN Awalnya lahan yang ditanami JUN pada tanaman umur empat dan lima tahun di Desa Cogreg (lahan Universitas Nusa Bangsa) dan di Desa Ciaruteun Ilir (lahan Kopassus 23 ) merupakan lahan produktif yang ditanami berbagai macam palawija, sayur mayur, dan buah-buahan. Keberadaan JUN menyebabkan petani penggarap mengubah kebiasaannya yang semula menanam berbagai macam tanaman non kayu menjadi petani pohon jati. Pendapatan yang didapat dari pengelolaan JUN berupa upah, bonus, hasil kayu setelah lima tahun (pasca panen), dan tumpang sari (kecuali singkong) selama dua tahun. Pendapatan petani JUN dari berbagai macam jenis tanaman sebelum adanya kegiatan JUN di Desa Cogreg sebesar Rp /tahun, sedangkan pada Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp /tahun. Pendapatan petani JUN di Desa Cogreg meningkat sebesar Rp /tahun dari pengelolaan lahan UNB tersebut. Pada Desa Ciaruteun Ilir meningkat sebesar Rp /tahun 62

15 dari pengelolaan lahan Kopassus 23. Peningkatan pendapatan di Desa Cogreg lebih besar dibandingkan Desa Ciaruteun Ilir karena sebelum adanya kegiatan JUN lahan di Desa Cogreg tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan pendapatan dalam bidang pertanian. Perbandingan pendapatan petani JUN dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Perbandingan Pendapatan Petani JUN Tanpa dan dengan Adanya Kegiatan JUN Tahun 2012 A. Pendapatan Tanpa JUN Kriteria Desa Cogreg/tahun Desa Ciaruteun Ilir/tahun 1. Lahan UNB Lahan Kopassus Total Pendapatan Rp Rp B. Pendapatan dengan Adanya JUN Kriteria Desa Cogreg/tahun Desa Ciaruteun Ilir/tahun 1. Upah Petani JUN Bonus Bagi Hasil Tumpang sari Total Pendapatan Rp Rp Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Adanya kegiatan JUN menyebabkan para petani yang pada awalnya menanam tanaman non kayu beralih ke tanaman berkayu yaitu pohon jati. Pendapatan bagi petani JUN setelah adanya kegiatan JUN, yaitu: a. Upah Petani JUN Petani di dalam pengelolaan JUN akan mendapatkan upah dari UBH- KPWN Bogor setelah lima tahun. Upah diberikan karena petani JUN melakukan beberapa kegiatan, yaitu: pembuatan lubang, pemupukan awal, penanaman, penyiangan dan pemupukan, pemeliharaan, dan pengamanan. Dari tahun ke tahun upah yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan umur tanaman JUN. Desa Cogreg memiliki tanaman JUN yang berumur empat tahun dan lima tahun. Petani JUN mendapatkan upah sebesar Rp dari tanaman umur 63

16 empat tahun, sedangkan untuk tanaman yang berumur lima tahun petani JUN mendapatkan upah sebesar Rp Upah yang diperoleh Desa Cogreg kepada petani dari semua umur tanaman jati sebesar Rp (Rp /tahun). Desa Ciaruteun Ilir memiliki tanaman JUN yang berumur empat tahun. Hasil yang akan diperoleh dari upah pengelolaan JUN sebesar Rp (Rp /tahun). Rincian perhitungan upah Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dilihat pada Lampiran 5. b. Bonus Petani JUN Pada pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan JUN petani mendapatkan bonus dari hasil yang mereka lakukan dengan cara merawat JUN agar tumbuh sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh UBH-KPWN. Setiap petani JUN berpeluang mendapatkan bonus tersebut dengan catatan tanaman JUN miliknya masuk ke dalam kriteria yang telah ada. Adanya bonus maka ada kesadaran dari petani JUN untuk memelihara pohon jati dengan baik. Adapun kriteria yang ditetapkan pihak UBH-KPWN terhadap bonus tersebut pada Tabel 30. Tabel 30. Klasifikasi Tanaman JUN Klasifikasi Bawah Umur Standar Baik Amat Baik Standar (tahun) Kell T Kell T Kell T Kell T (cm) (m) (cm) (m) (cm) (m) (cm) (m) 0,5 - < 2,5-2, ,5-3,5 1 < 15 < < 27 < < 39 < < 50 < < 61 < Keterangan: T = Tinggi pohon rata-rata (m), Kell = Keliling rata-rata (cm) Sumber: UBH-KPWN (2012) Petani JUN yang memiliki pohon jati dalam klasifikasi baik dan amat baik akan dilombakan dimana para petani JUN akan mendapatkan bonus dari pihak 64

17 UBH-KPWN. Besarnya bonus tergantung dari jumlah tanaman yang dimiliki setiap petani JUN. Semakin banyak pohon jati yang dimiliki petani JUN maka akan semakin besar pula bonus yang diterima. Rincian klasifikasi bonus petani JUN dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Klasifikasi Bonus Petani JUN Klasifikasi Jumlah Tanaman Bonus yang Diterima < 100 Rp Baik dan Amat Baik Rp Rp > 300 Rp Sumber: UBH-KPWN (2012) Petani yang mempunyai jumlah pohon lebih dari 300 pohon yang memiliki lima keliling terbesar pada klasifikasi amat baik akan mendapatkan bonus. Juara pertama mendapatkan Rp , juara kedua Rp , juara ketiga Rp , juara keempat Rp , dan juara kelima Rp Penyeleksian tanaman JUN dilakukan setiap tahun sekali sehingga petani JUN di kedua desa berlomba-lomba agar memperoleh bonus tersebut. Desa Cogreg memperoleh bonus rata-rata sebesar Rp /tahun yang berasal dari tanaman jati umur empat tahun maupun lima tahun, sedangkan di Ciaruteun Ilir memperoleh bonus rata-rata Rp /tahun yang berasal dari tanaman jati umur empat tahun. Petani JUN yang mendapatkan bonus karena pohon yang ditanam sudah memenuhi standar yang berlaku pada UBH-KPWN. c. Hasil Kayu Pasca Panen Petani penggarap mendapatkan bagian hasil sebesar 25 persen dari jumlah tanaman JUN yang ditanam. Pohon tanaman awal yang ditanam di Desa Cogreg (tanaman 4 tahun & 5 tahun) sebanyak pohon, sedangkan di Desa Ciaruteun Ilir (tanaman 4 tahun) sebanyak pohon. Tanaman 2007 dan 2008 harga 65

18 jualnya sebesar Rp per pohon, maka bagi hasil yang diterima petani penggarap di Desa Cogreg sebesar Rp , sedangkan di Desa Ciaruteun Ilir menerima pendapatan sebesar Rp Kematian yang diakibatkan kelalaian sumber daya manusia, maka petani penggarap ikut menanggung resiko. Petani penggarap turut menanggung resiko sebesar 50 persen dari kematian pohon JUN. Hal tersebut merupakan kewajiban petani yang memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan budidaya kegiatan JUN di lapangan. Total bagi hasil yang diterima petani penggarap di Desa Cogreg setelah dikurangi beban resiko sebesar Rp (Rp /tahun) dari pohon, sedangkan Desa Ciaruteun Ilir akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp (Rp /tahun) dari pohon. d. Tumpang Sari Petani JUN dibolehkan untuk melakukan tumpang sari oleh UBH-KPWN Bogor selama dua tahun akan tetapi tidak boleh menanam singkong. Singkong berpengaruh besar terhadap tanaman jati karena memakan unsur hara dan makanan yang diperuntukkan untuk jati, sehingga jati tidak akan berkembang dengan baik. Apabila petani JUN tetap menanam tanaman singkong maka pendamping JUN dari UBH-KPWN Bogor akan mencabut paksa, sehingga tidak ada ruang bagi petani untuk menanam singkong di daerah areal tanaman JUN. Tanaman tumpang sari yang ditanam oleh petani di Cogreg berupa jagung, kacang-kacangan, ubi, kentang, dan paria. Selama lima tahun petani JUN Desa Cogreg menghasilkan pendapatan sebesar Rp (Rp /tahun). Rincian perhitungan pendapatan dari tumpang sari di Desa Cogreg dapat dilihat di Lampiran 6. Tanaman tumpang sari yang berada di Desa Ciaruteun Ilir tidak jauh 66

19 berbeda dengan di Desa Cogreg, yaitu: jagung, ubi jalar, kentang, kacangkacangan, kucai, mentimun, kangkung, bayam, paria, cabai rawit, terong, dan pepaya. Selama dua tahun petani JUN di Ciaruteun Ilir memperoleh pendapatan sebesar Rp (Rp ). Rincian perhitungan pendapatan dari tumpang sari Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat di Lampiran Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir Pasca penebangan tanaman JUN akan ada pembagian hasil yang sudah ditentukan dan disepakati oleh kelima aktor, yaitu: investor, petani penggarap, UBH-KPWN, pemilik lahan, dan perangkat desa. Pihak-pihak ini akan mendapatkan imbal jasa berupa bagi hasil dari penjualan tanaman JUN tersebut setelah lima tahun. Berdasarkan Tabel 32, pembagian hasil di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir yang mendapatkan hasil paling besar diperoleh oleh investor sebesar Rp dan Rp Perangkat desa merupakan pihak yang mendapatkan bagi hasil yang paling kecil dari kelima pihak tersebut sebesar Rp dan Rp Tabel 32. Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg No Penerima Bagi Hasil Pendapatan 1 Investor Petani Penggarap UBH-KPWN Pemilik Lahan (UNB) Perangkat Desa Cogreg Total B. Desa Ciaruteun Ilir No Penerima Bagi Hasil Pendapatan 1 Investor Petani Penggarap UBH-KPWN Pemilik Lahan (Kopassus Batalyon 23) Perangkat Desa Ciaruteun Ilir Total Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah) 67

20 Berdasarkan survey di lapangan pembagian hasil yang dirasakan oleh semua pihak dirasakan cukup adil karena semua pihak yang terkait mendapatkan bagian yang sesuai dengan pekerjaan dan andilnya dalam kelancaran proses kegiatan JUN Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan JUN terhadap Pendapatan Rumah Tangga Sumber pendapatan petani JUN di Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir berasal dari dua sumber, yaitu: dari JUN dan non JUN. Pendapatan JUN berasal dari upah, bonus, tumpang sari, dan pasca panen pohon jati setelah lima tahun. Pendapatan dari non JUN meliputi peternak, tukang bangunan, pedagang, petani, buruh tani, buruh, wiraswasta, wartawan, tukang ojek, supir, pegawai, dan pensiunan. Berdasarkan Tabel 33, total pendapatan terbesar di Desa Cogreg diperoleh dari hasil beternak sebesar Rp Hal ini menunjukkan banyak petani JUN yang bekerja sebagai peternak karena mereka tidak memiliki lahan lagi untuk melakukan pekerjaan di bidang pertanian setelah lahan yang sebelumnya mereka garap ditanami pohon JUN. Beternak yang dilakukan di Desa Cogreg ini adalah ternak ayam (kampung dan broiler) dan kambing. Berbeda halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir, peternak merupakan total pendapatan terkecil yaitu sebesar Rp Hal ini menunjukkan beternak di Desa Ciaruteun Ilir kurang diminati oleh petani JUN terlihat hanya satu orang yang bekerja sebagai peternak. Total pendapatan terbesar di Desa Ciaruteun Ilir masih dalam bidang pertanian yaitu sebesar Rp karena sebagian besar petani JUN menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian sebagai petani maupun buruh tani. Sebagian besar lahan di Desa Ciaruteun Ilir sangat cocok untuk bertani, 68

21 didukung dengan lahan mereka yang masih luas dan memadai. Berbanding terbalik dengan Desa Cogreg pekerjaan pada bidang pertanian yaitu petani dan buruh tani menjadi total pendapatan terkecil hanya sebesar Rp Tabel 33. Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan JUN terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 A. Desa Cogreg Kontribusi No Pendapatan Pendapatan JUN terhadap Total Pekerjaan di luar JUN dari JUN Pendapatan Pendapatan (n) (Rp/tahun) (Rp/tahun) Rumah Tangga 3 = (1+2) (1) (2) (%) 4 = (2/3) 1 Peternak (7) % 2 Tukang bangunan (5) % 3 Petani (4) % 4 Buruh tani (4) % 5 Pedagang (3) % Total Rata-rata % B. Desa Ciaruteun Ilir Kontribusi No Pendapatan Pendapatan JUN terhadap Total Pekerjaan di luar JUN dari JUN Pendapatan Pendapatan (n) (Rp/tahun) (Rp/tahun) Rumah Tangga 3 = (1+2) (1) (2) (%) 4 = (2/3) 1 Petani (19) % 2 Buruh tani (29) % 3 Pedagang (10) % 4 Buruh (7) % 5 Wiraswasta (3) % 6 Pegawai (3) % 7 Wartawan (1) % 8 Ngojek (2) % 9 Supir (1) % 10 Pensiunan (2) % 11 Peternak (1) % Total Rata-rata Sumber: Data Primer 2012 (diolah) 36.52% 69

22 Kontribusi pendapatan JUN terhadap pendapatan rumah tangga petani JUN di Desa Cogreg yang terbesar adalah pada pekerjaan buruh tani sebesar persen. Hal ini menunjukkan peran pendapatan dari JUN sangat membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga buruh tani di Desa Cogreg. Kontribusi pendapatan JUN pada pekerjaan beternak di Desa Cogreg memberikan kontribusi terkecil dibandingkan dengan bidang lainnya sebesar persen. Berbeda halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir, pekerjaan sebagai peternak memberikan kontribusi terbesar yaitu persen. Hal ini menunjukkan di Desa Cogreg pekerjaan sebagai peternak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga petani JUN. Pada Desa Ciaruteun Ilir masih banyak lahan yang dapat digunakan untuk pertanian sehingga para petani JUN menghidupi kebutuhan rumah tangga mereka dari kegiatan bertani. Secara keseluruhan kontribusi rata-rata pendapatan JUN terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Cogreg (46.62%) memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan dengan Desa Ciaruteun Ilir (36.52%). Hal ini disebabkan petani JUN di Desa Cogreg lebih bergantung dari pendapatan JUN dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Selain itu, pendapatan utama petani JUN di Desa Cogreg tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sehingga membutuhkan pendapatan tambahan yaitu salah satunya menjadi petani JUN Manfaat Ekologis Keberadaan JUN Bagi Masyarakat Sekitar Keberadaan JUN di kedua desa ini memberikan pengaruh terhadap masyarakat sekitar khususnya manfaat lingkungan. Sebelumnya lahan digunakan oleh petani penggarap untuk menanam bermacam-macam tanaman non kayu. Tanaman non kayu berbeda karakteristik dengan tanaman kayu dimana tanaman 70

23 kayu di dalam pengadaan/penyediaan sumber air lebih baik daripada tanaman non kayu khususnya tanaman jati. Pada musim kemarau di kedua desa mengalami kekeringan, akan tetapi setelah adanya JUN mengalami perubahan yang cukup positif. Petani JUN tidak mengalami kendala apabila musim kemarau telah tiba. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Pengaruh Keberadaan JUN terhadap Sumber Air di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir No Pilihan Desa Cogreg Desa Ciaruteun Ilir Jawaban % Jawaban % 1 Semakin membaik Semakin memburuk Sama saja Total Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Sebagian besar petani JUN di Desa Cogreg (17 petani JUN atau 73.91%) mengaku bahwa keberadaan JUN sangat berpengaruh terhadap sumber air. Petani lebih mudah mendapatkan air pada sumur-sumur sekitar lahan JUN tersebut walaupun pada musim kemarau. Hanya sebanyak enam orang petani (26.09%) yang mengatakan sama saja. Berbeda halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir dimana pengaruh JUN tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap perubahan sumber air. Persentase yang mengatakan semakin membaik (57.69%) tidak terlalu jauh dengan yang mengatakan sama saja (42.31%). Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian mereka dalam melihat perbedaan lingkungan yang terjadi pada keadaan sekitar sebelum maupun sesudah adanya kegiatan JUN. Semua petani JUN di Desa Cogreg maupun Desa Ciaruteun Ilir tidak ada yang mengatakan keberadaan JUN merusak kualitas lingkungan sekitar. Keberadaan JUN tidak hanya mempengaruhi perubahan sumber air pada kedua 71

24 desa tersebut akan tetapi mempengaruhi kualitas udara di lingkungan sekitar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Pengaruh Keberadaan JUN terhadap Kualitas Udara di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir No Pilihan Desa Cogreg Desa Ciaruteun Ilir Jawaban % Jawaban % 1 Semakin membaik Semakin memburuk Sama saja Total Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Sebagian besar petani JUN merasakan perubahan kualitas udara menjadi semakin baik karena yang pada awalnya gersang setelah ada JUN udara semakin bersih, sejuk, dan segar. Hanya tiga orang atau persen yang mengatakan tidak adanya perubahan sebelum maupun sesudah ada JUN pada Desa Cogreg. Pada Desa Ciaruteun Ilir semua petani JUN mengatakan perubahan yang lebih baik mencapai 100 persen. Secara umum perubahan lingkungan menjadi lebih baik karena lingkungan semakin asri dan teduh bagi masyarakat sekitar. Menurut petani JUN setelah adanya JUN, pemandangan menjadi lebih indah karena awalnya lahan tersebut ditanami oleh berbagai macam tanaman. Setelah ada JUN tanaman menjadi seragam yaitu lahan ditanami oleh pohon jati. Selain itu, di lingkungan tanaman JUN dijadikan tempat peristirahatan para petani JUN setelah selesai mengelola JUN. Keberadaan JUN mempunyai manfaat lainnya kepada petani JUN yaitu menambah pengetahuan bagi para petani tentang pengelolaan jati karena sebelumnya petani di kedua desa tersebut belum pernah menanam pohon jati setelah adanya JUN petani mengetahui cara-cara mengelola dan menanam jati secara intensif. Pohon jati mempunyai fungsi intangable dalam penyerapan 72

25 karbondioksida yang nantinya apabila sudah terjadi perdagangan karbon maka kedua desa akan mendapatkan penghasilan dari penjualan jasa karbon tersebut. Jumlah karbondioksida yang dapat diserap oleh pohon jati tergantung dari beberapa kriteria, salah satunya berdasarkan diameter pohon. Berikut merupakan hasil dari penelitian Heriyanto (2007) yang mengklasifikasikan kandungan karbondioksida berdasarkan diameter pohon jati pada Tabel 36. Tabel 36. Pengklasifikasian Kandungan Karbondioksida Berdasarkan Diameter Pohon Jati (cm) Kandungan Jenis Kelas Diameter Tinggi Total Kelas Karbondioksida Kayu (cm) (m) (ton CO 2 /pohon) Jati (Tectona grandis) Sumber: Heriyanto (2007) A B C D E F > Total Berdasarkan Tabel 36, tanaman JUN pada Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir masuk ke dalam kelas B. Hasil evaluasi perhitungan terhadap JUN mempunyai diameter rata-rata cm, sehingga tanaman JUN dapat menyerap karbondioksida sebanyak ton CO 2 /pohon. Tanaman JUN di Desa Cogreg dapat menyerap karbondioksida sebesar ton CO 2 dari tanaman umur empat tahun dan umur tanaman lima tahun, sedangkan di Desa Ciaruteun Ilir dapat menyerap karbondioksida sebesar ton CO 2 dari tanaman umur empat tahun. Rincian perhitungan dapat dilihat pada Tabel

26 Tabel 37. Lokasi Cogreg Penyerapan Karbondioksida pada Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir Diameter Jumlah Penyerapan Umur Jumlah Rata-rata Karbondioksida Tanaman Pohon (cm) (ton C) 4 tahun tahun Ciaruteun Ilir 4 tahun Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Perdagangan karbon menurut Hamilton et al (2010) dalam Prasetyo (2011) dihargai sebesar US$ 4,6/ton CO 2 yang apabila dirupiahkan menjadi sebesar Rp /ton CO 2 dengan asumsi US$ 1 = Rp Desa Cogreg akan menghasilkan jasa sebesar Rp dari pohon JUN. Pada Desa Ciaruteun Ilir akan menghasilkan jasa sebesar Rp dari pohon JUN. Nilai tersebut akan diperoleh apabila perdagangan karbon telah dilaksanakan secara baik. Akan tetapi pada saat ini belum ada perdagangan karbon yang sudah dijalankan, sehingga sampai saat ini nilai penyerapan karbondioksida masih merupakan nilai potensial. Manfaat ekonomi yang diperoleh pada Desa Cogreg dengan keberadaan kegiatan JUN sebesar Rp , sedangkan manfaat ekonomi yang diperoleh oleh Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp Manfaat ekonomi meliputi upah, bonus, tumpang sari (2 tahun), dan bagi hasil setelah lima tahun. 6.3 Dampak Ekonomi dan Lingkungan Menurut Para Pihak terhadap Kegiatan JUN Dampak Ekonomi Keberadaan JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir menimbulkan dampak ekonomi dan lingkungan. Dampak ekonomi dan lingkungan yang dirasakan para pihak memiliki persepsi yang berbeda-beda dengan adanya kegiatan JUN. Para pihak meliputi petani JUN, pemilik lahan, dan aparat desa. 74

27 Adanya kegiatan JUN petani di Desa Cogreg maupun Desa Ciaruteun Ilir memiliki penghasilan tambahan guna mencukupi kebutuhan rumah tangga petani. Berdasarkan Tabel 38, semua petani JUN di Desa Cogreg merasakan keberadaan JUN mempengaruhi kehidupan mereka terutama dalam segi pendapatan. Pada awalnya di Desa Cogreg tidak semua lahan UNB mereka manfaatkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada saat JUN yang mengelola lahan tersebut serta memperkerjakan petani, mereka dapat memperoleh pendapatan dari kegiatan JUN. Para petani JUN dalam pengelolaannya tidak terlalu membutuhkan waktu yang banyak. Pekerjaan sebagai petani JUN dijadikan pekerjaan sampingan yang dapat menambah penghasilan rumah tangga dan yang paling penting di dalam pengelolaannya tidak menggangu pekerjaan utama mereka. Tabel 38. Dampak Ekonomi Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN A. Desa Cogreg Penilaian No Pernyataan SS S TS STS % % % % 1 Meningkatkan pendapatan masyarakat Keberadaan JUN mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar Pendapatan JUN membantu kebutuhan hidup masyarakat JUN merupakan aset jangka lima tahun Menaikkan upah bagi petani JUN JUN mempunyai sistem bagi hasil yang adil B. Desa Ciaruteun Ilir Penilaian No Pernyataan SS S TS STS % % % % 1 Meningkatkan pendapatan masyarakat Keberadaan JUN mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar Pendapatan JUN membantu kebutuhan hidup masyarakat JUN merupakan aset jangka lima tahun Menaikkan upah bagi petani JUN JUN mempunyai sistem bagi hasil yang adil Keterangan: SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju Sumber: Data Primer 2012 (diolah) 75

28 Pada Desa Ciaruteun Ilir dalam hal meningkatkan pendapatan masyarakat, sebanyak 34 orang (43.6%) mengatakan tidak setuju karena petani JUN di Desa Ciaruteun Ilir sudah mengelola lahan Kopassus 23 secara intensif. Petani JUN juga memperoleh pendapatan dari lahan tersebut. Pada saat adanya JUN, sebagian petani memberikan respon negatif karena berpikir upah yang diberikan oleh JUN tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga petani JUN. Selain itu, pendapatan dari JUN juga tidak bisa dijadikan sebagai mata pencaharian sehari-hari. Petani JUN harus tetap memiliki pekerjaan lain di luar JUN untuk memenuhi kebutuhan karena bagi hasil yang diberikan oleh UBH-KPWN Bogor akan diperoleh setelah lima tahun. Dampak ekonomi yang positif menurut petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dapat dianalisis dengan menggunakan Skala Likert. Interval nilai tanggapan petani JUN yang menyatakan sangat setuju berada dalam interval (21-24), setuju (16-20), tidak setuju (11-15), dan sangat tidak setuju (6-10). Tabel 39. Dampak Positif Ekonomi Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN dalam Skala Likert Tingkat Persepsi Skala Likert Desa Cogreg Desa Ciaruteun Ilir % % Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Berdasarkan Tabel 39, secara keseluruhan menurut petani JUN di kedua desa menyatakan setuju dengan adanya dampak positif ekonomi dari kegiatan JUN. Sebanyak 22 orang (95.45%) di Desa Cogreg dan 77 orang (98.7%) di Desa Ciaruteun Ilir mengatakan kegiatan JUN mempengaruhi kehidupan petani JUN 76

29 terutama dalam segi peningkatan pendapatan. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan dengan para pihak seperti aparat Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir, pemilik lahan UNB dan pemilik lahan Kopassus 23 memberikan respon yang positif adanya kegiatan JUN dalam segi ekonomi. Para pihak yang bersangkutan mendapatkan bagi hasil setelah lima tahun, sehingga ada rasa keadilan di dalam kegiatan JUN tersebut. Menurut aparat Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dengan adanya kegiatan JUN maka akan ada penyerapan tenaga kerja. Bagi masyarakat kedua desa tersebut akan berdampak pada bertambahnya penghasilan mereka guna menghidupi rumah tangga para petani JUN. Bagi pemilik lahan yang awalnya lahan hanya digunakan pada waktuwaktu tertentu dan tidak ada pajak atau sewa lahan, namun setelah adanya JUN lahan menjadi lebih produktif serta pembagian hasil semakin jelas dan menguntungkan. Secara keseluruhan keberadaan JUN di Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir terhadap dampak ekonomi dapat dikatakan baik bagi semua pihak yang bersangkutan Dampak Lingkungan Keberadaan JUN berdampak juga pada lingkungan, seperti penyediaan sumber air, kualitas udara bersih, dan penyerapan karbondioksida (CO 2 ). Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para pihak khususnya dalam perubahan lingkungan yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya kegiatan JUN. Petani JUN merupakan orang yang paling merasakan adanya dampak keberadaan JUN karena mereka tinggal berdekatan dengan lokasi sehingga persepsi petani mengenai JUN pun muncul di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir. 77

30 Tabel 40. Dampak Lingkungan Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN A. Desa Cogreg Penilaian No Pernyataan SS S TS STS % % % % 1 Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis Membantu penyerapan air JUN penting bagi lingkungan JUN meningkatkan pasokan kebutuhan air tanah JUN meningkatkan kualitas udara bersih B. Desa Ciaruteun Ilir Penilaian No Pernyataan SS S TS STS % % % % 1 Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis Membantu penyerapan air JUN penting bagi lingkungan JUN meningkatkan pasokan kebutuhan air bersih JUN meningkatkan kualitas udara bersih Keterangan: SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Berdasarkan Tabel 40, sebagian besar petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir (>50%) menyatakan setuju dengan adanya dampak lingkungan yang semakin membaik dari kegiatan JUN. Pada Desa Cogreg sebanyak enam orang (26.2%) dan Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 33 orang (42.3%) mengatakan tidak setuju apabila kegiatan JUN itu mempermudah masyarakat dalam penyediaan air bersih. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran para petani JUN terhadap keadaan lingkungan sekitar sehingga ada dan tidak adanya JUN tidak terlalu berpengaruh. Sebanyak tiga orang (13.1%) di Desa Cogreg menyatakan tidak setuju bahwa kegiatan JUN mempengaruhi kualitas udara semakin bersih. Hal ini disebabkan rumah mereka yang jauh dari lokasi JUN sehingga pengaruhnya tidak terlalu dirasakan secara langsung. Berbeda halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir 78

31 dimana semua petani JUN (78 orang atau 100%) mengatakan setuju bahwa kualitas udara semakin bersih dan sejuk. Skala Likert dapat menganalisis dampak lingkungan yang positif menurut petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dengan adanya kegiatan JUN. Interval nilai tanggapan petani JUN yang menyatakan sangat setuju berada dalam interval (17-20), setuju (13-16), tidak setuju (9-12), dan sangat tidak setuju (5-8). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Dampak Positif Lingkungan Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN dalam Skala Likert Tingkat Persepsi Skala Likert Desa Cogreg Desa Ciaruteun Ilir % % Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Sebanyak 21 orang (91.10%) di Desa Cogreg dan 78 orang (100%) di Desa Ciaruteun Ilir menyatakan setuju dengan adanya dampak positif lingkungan dari keberadaan kegiatan JUN. Kegiatan JUN memberikan perubahan pada keadaan lingkungan mereka yaitu semakin membaiknya penyediaan air bersih dan kualitas udara. Para pihak yang lain mempunyai pandangan tersendiri terhadap keberadaan JUN. Menurut pemilik lahan UNB dan pemilik lahan Kopassus 23 menyatakan lahan yang semula tidak terlalu dimanfaatkan oleh mereka setelah adanya JUN lahan mereka semakin subur. Tanaman JUN diberi pupuk secara intensif dengan kualitas baik sehingga tanah menjadi gembur. Pada awalnya lahan tersebut ditanami oleh tanaman non kayu sehingga dalam penyerapan air tidak terlalu baik, berbeda dengan tanaman kayu seperti jati. Air tidak langsung 79

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang menjadi aset berharga dalam mendatangkan devisa bagi negara, sehingga dapat memberi kontribusi yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI Nama : Dedik Fahrudin NPM : 11212796 Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen LATAR BELAKANG Studi kelayakan terhadap suatu usaha

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Imah Gede. Alun-alun

Imah Gede. Alun-alun LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Kampung Budaya Sindangbarang Imah Gede Girang Serat Saung Talu Alun-alun Bale Pangriungan Mus holla Sawah Belajar Menanam Padi Kolam Ikan Belajar Menangkap Ikan Keterangan Warna

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Internet Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnectednetworking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Internet juga berarti

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG Lulu Widia Roswita NRP : 9721055 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M. Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PADA AGEN BARU AGEN KORAN KEJAR MEDIA, TANGERANG

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PADA AGEN BARU AGEN KORAN KEJAR MEDIA, TANGERANG ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PADA AGEN BARU AGEN KORAN KEJAR MEDIA, TANGERANG Nama : Afrian Herdiansyah NPM : 10203034 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Septi Mariani, TR. SE. MM FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara penyediaan kayu jati dengan kebutuhan industri tidak. mengatasi kontinuitas pasokan kayu jati, yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara penyediaan kayu jati dengan kebutuhan industri tidak. mengatasi kontinuitas pasokan kayu jati, yaitu: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jati Unggul Nusantara Kayu jati sangat terkenal untuk berbagai penggunaan karena kekuatan dan keawetannya, namun karena pertumbuhannya sangat lambat menyebabkan keseimbangan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Petani yang mengikuti program Koperasi Hutan Jaya Lestari di Desa Lambakara ini berjumlah 579 orang. Untuk pengambilan sampel digunakan statistik

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6.

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6. 76 BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Penjelasan Umum Bagian ini menjelaskan mengenai kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba-rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Menurut Surakhmad, (1994:140-143), metode deskriptif analisis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci