VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL"

Transkripsi

1 VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan dengan menggunakan kriteria-kriteria penialaian kelayakan yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period, dan Sensitivitas. Untuk menganalisis kriteria tersebut menggunakan arus kas ( cashflow). Selain itu juga akan dilakukan analisis laba rugi yang akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam cashflow perusahaan. 7.1 Analisis Kelayakan Kondisi Awal Pada Kondisi Awal ini DLF mengusahakan ekor ayam ras petelur untuk dijadikan ayam peteur. Pemenuhan jumlah ayam petelur yang dilakukan diusahakan 100 persen diperoleh dengan membeli dari produsen bibit atau DOC yaitu PT.Sierat,Tbk seharga Rp 3.500,00 per ekor dengan umur DOC nol hari ( starter ). DOC dibesarkan di kandang starter sampai berumur satu bulan, kemudian dipindahkan kekandang grower. Pada kondisi ini, menunjukkan keadaan usaha ketika belum melakukan pengembangan usaha atau penambahan jumlah kapasitas ayam ras petelur Arus Penerimaan Penerimaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah bisnis. Arus manfaat bisnis ini adalah penerimaan dari hasil penjualan telur ayam ras, ayam petelur afkir dan kotoran ayam dan nilai sisa. a. Penerimaan Penjualan Telur Ayam Jumlah ayam ras petelur yang diusahakan oleh DLF sebanyak ekor dimana setiap ayam petelur mampu menghasilkan satu butir telur per hari. Telur ayam dijual dalam satuan kilogram yang dikemas dalam sebuah peti yang berisi 15 kilogram telur ayam. Bobot telur ayam ras pada saat panen sekitar gram per telur, dengan harga jual ditingkat peternak adalah Rp ,00 per kilogram (cateris paribus) dan dalam satuan peti Rp ,00 per peti. Selain telur yang baik ada 80

2 juga pendapatan dari telur yang pecah dan kurang baik ( telur dengan kerabang berwarna putih ) yang dijual Rp ,00 per kilogram. Total penerimaan dari penjualan telur ayam sebesar Rp ,00 pada tahun pertama usaha dimulai dan pada tahun kedua sebesar Rp , hingga tahun selanjutnya. Dengan perhitungan dari jumlah ayam ekor diperkirakan bertelur setiap harinya 90 persen sehingga menghasilkan ± butir. b. Penerimaan Penjualan Ayam Afkir Penerimaan penjualan ayam petelur afkir adalah penerimaan sampingan yang dihasilkan pada saat periode pemeliharaan berakhir. Penerimaan penjualan Ayam petelur afkir mulai diperoleh pada awal tahun ke-3. Pada umumnya ayam petelur afkir banyak dicari pelanggan untuk dijadikan ayam potong yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi sehingga dapat dijual. Ayam afkir DLF di jual ke Pasar Darmaga, Pasar Ciampea, Pasar Leuwiliang disetiap pasar sudah ada pedagang ayam yang menerima atau melakukan kerja sama. Nilai jual ayam petelur afkir yaitu Rp per ekor. Adapun total nilai penerimaan dari penjualan ayam afkir sebesar Rp ,00. Dari ekor ayam yang diusahakan diperkirakan hidup hingga akhit tahun kedua umur produksi ayam yaitu sekitar 80 persen atau sama dengan ekor ayam. c. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam Penerimaan penjualan kotoran ayam petelur juga merupakan penerimaan sampingan yang memberikan manfaat cukup besar terhadap keuntungan perusahaan. Kotoran ayam dijual dalam bentuk karung dengan harga Rp 4.500,00 per karung. Kotoran ayam banyak dicari petani karena harganya yang cukup terjangkau untuk dijadikan pupuk kompos. Adapun total nilai penerimaan dari penjualan kotoran ayam sebsear Rp ,00 pada tahun pertama dan Rp ,00 tahun berikutnya. DLF dalam sebulan mampu menghasilkan lebih dari karung kotoran ayam. d. Nilai Sisa Penerimaan nilai sisa adalah penerimaan yang diperoleh dari sisa modal investasi yang tidak terpakai habis selama umur usaha. Investasi yang memberikan 81

3 nilai sisa pada usaha peternakan telur ayam ras DLF adalah nilai tanah, bangunan, mesin, dan kendaraan. Pada penelitian ini diperoleh nilai sisa investasi pada akhir tahun ke lima adalah sebesar Rp ,00 Rincian nilai sisa disajikan pada lampiran Arus Pengeluaran ( Outflow) Komponen biaya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan pada awal tahun usaha atau pada saat usaha telah berlangsung untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya operasional adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan agar proses produksi dapat berlangsung. 1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali dalam satu periode proses produksi untuk memperoleh berapa kali manfaat secara ekonomis yang dikeluarkan pada awal kegiatan dan jumlahnya cukup besar. Biaya tanah dan bangunan adalah biaya pembangunan yang dibayarkan pada awal periode usaha. Dalam analisis keuangan ini diasumsikan umur usaha adalah 5 tahun. Peralatan memiliki nilai ekonomis satu hingga empat tahun, sehingga dibeberapa peralatan setiap tahunnya dilakukan reinvestasi. Perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan adalah nilai harga beli dikurangi nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Nilai penyusutan dimasukkan dalam perhitungan laba rugi dan nilai sisa dimasukkan dalam perhitungan pendapatan atau penerimaan. Jumlah biaya investasi dari usaha ini adalah sebesar Rp 694,420,000,00 dan nilai sisanya adalah Rp ,00 dengan jumlah biaya penyusutan per tahunnya adalah Rp 95,872, Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel

4 Tabel 10. Biaya Investasi Dian Layer Farm No Uraian Satuan Jumlah Harga per Satuan Jumlah Biaya 1 Lahan Ha 1,5 Ha Kandang DOC Unit Kandang Layer Unit Perlengkapan DOC a. Kompor Gas Kecil Unit b. Tabung Gas 3 Kg Unit c. Tempat minum Pasang d. Tempat pakan Unit e. Lampu Pijar 75 watt Unit f. Terpal Penutup Lembar Peralatan produksi a. Tray Telur Unit b. Ember Plastik Buah c. Alat Penyemprot Unit d. Sekop Buah Pipa Air Unit Pompa Air 250 watt Unit Tandon Air 5100 liter Unit Tandon Air 1200 liter Unit Instalasi Listrik Unit Mobil Pick Up Unit Komputer Unit Box Kayu (Peti) Unit Timbangan Digital Unit Timbangan Pakan Unit Timbangan Manual Unit White Board Unit Kulkas Unit Mes Karyawan dan kantor Unit Gudang dan tempat 20 pengemasan Unit Tempat penggiling pakan Unit Mesin penggiling Pakan Unit Generator Unit Meja dan kursi Unit Sumber: Dian Layer Farm, 2011 TOTAL 694,420,000 83

5 2. Biaya operasional Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya variable dan biaya tetap. a. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi dan akan dikeluarkan selama usaha itu berlangsung. Biaya yang dikeluarkan oleh DLF meliputi biaya gaji yang terdiri dari gaji kepala kandang, bagian administrasi, supir dan bagian produksi. Pemberian gaji dilakukan sebulan sekali dimana setiap bagian berbeda jumlahnya, selain gaji ada biaya rekening listrik dan telepon yang dibayar sebulan sekali dan dihutung dalam setahun yang diasumsikan cateris paribus. Biaya alat dan bangunan atau investasi yang diasumsikan lima persen dari total investasi, alat tulis kantor yang dibeli setiap bulannya digunakan untuk keperluan selama proses produksi dan panen. Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan Pajak mobil yang dibayarkan setahun sekali, BBM atau bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak yang digunakan diperusahaan yaitu solar dan bensin. Solar digunakan untuk mesin disel yang menjalankan mesin penggiling pakan. Dalam satu kali penggilingan pakan perusahaan menggunakan tiga liter minyak solar, dimana dalam seminggu perusahaan melakukan penggilingan pakan sebanyak tiga kali produksi, sedangkan untuk bensin digunakan untuk mobil yang diperkirakan sehari 10 liter per hari. Harga bensin dan soalar yang digunakan berlaku harga saat ini yaitu Rp 4.500,00 ( cateris paribus ). Adapun rincian biaya tetap tersebut terdapat pada Tabel

6 Tabel 11. Biaya Tetap Dian Layer Farm No Uraian Satuan Jumlah Harga Biaya/Tahun 1 Gaji Karyawan a. Kepala Kandang Orang b. Administrasi Orang c.supir Orang d.bagian Produksi Orang ATK Rekening a. Listrik Bulan b. Telepon Bulan Pemeliharaan Investasi Tahun Penyusutan Pajak Mobil Tahun BBM Liter PBB Tahun Sumber: Dian Layer Farm, 2011 TOTAL b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan produksi dan jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya yang dikeluarkan diantaranya yaitu DOC, sekam dan koran bekas digunakan untuk alas lantai DOC dan alas peti kayu kemasan telur, karung bekas digunakan untuk kotoran ayam, pakan yang digunakan oleh perusahaan yaitu jagung, dedak, kulit kerang, konsentrat, ikan, insentif, gas untuk penghangat DOC, vaksin, obat-obatan dan desifektan. Gas elpiji yang digunakan untuk penghangat buatan DOC dalam satu siklus produksi digunakan sebanyak 180 tabung gas atau setara dengan 540 kilogram dimana penggunaan gas dilakukan mulai dari DOC umur nol hari. Sehari gas elpiji digunakan sebanyak 6 tabung, penghangat ini digunakan hingga DOC berumur 30 hari atau satu bulan. Dalam satu tahun ada 4 kali siklus produksi sehingga gas elpiji yang digunakan sebanyak 720 tabung gas. Biaya pakan terdiri dari jagung, dedak, kulit kerang, konsentrat, ikan dimana kuantitas pakan yang digunakan dalam sebulan yaitu jagung sebesar kilogram dengan harga beli Rp 3.250,00 per kilogram, dedak kilogram dengan harga beli Rp 2.000,00 per kilogram, kulit kerang 80 karung dengan 85

7 harga beli Rp 3.000,00 per kilogram, konsentrat kilogram dengan harga beli Rp 5.000,00 per kilogram dan ikan kilogram dengan harga beli Rp 2.500,00 per kilogram. Pakan merupakan salah satu input utama, apabila salah satu campuran paka dikurangi atau ditiadakan ketika melakukan penggilingan akan mengakibatkan strss pada ayam. Selain biaya pakan, biaya obat-obatan dan vitamin sangat perlu diperhatikan. Ayam sangat mudah terserang penyakit sehingga setiap peternakan harus mengetahui jenis obat-obatan dan vitamin yang digunakan, dan untuk menjaga kebersihan lingkungan peternakan serta kandang dari bakteri maka perlu malakukan penyemprotan secara teratur dengan menggunakan desikvektan. Pada tahun pertama biaya variabel yang digunakan setengah dari jumlah biaya pada tahun ke dua dan selanjutnya. Adapun biaya variabel yang digunakan oleh DLF dalam pengembangan usahanya dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 12. Biaya Variabel Dian Layer Farm No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan Jumlah pertahun 1 DOC Ekor Sekam Karung Karung Bekas Buah Pakan - Jagung Kg Dedak Kg Kulit Kerang Karung Konsentrat Kg Ikan Kg Koran Bekas Kg Spidol Buah Insentif Orang Vaksin Liter Obat-Obatan Pack Desifektan dan Antiseptik Liter Gas Elpiji tabung Sumber: Dian layer farm, 2011 TOTAL

8 7.1.3 Kriteria Kelayakan ( Cashflow ) Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Analisis cashflow merupakan analisis arus kas yang digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha. Adapun cashflow DLF dalam mengukur kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur adalah sebagai berikut dan perhitungan terdapat pada lampiran 8. a. NPV merupakan nilai yang menggambarkan apakah nilai yang dihasilkan dengan discount rate sama per tahunnya layak untuk dikembangkan. Nilai NPV yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh Dian Layer Farm adalah sebesar Rp ,73 atau lebih besar dari 0 maka usaha ayam petelur ini layak untuk dijalankan. b. IRR merupakan nilai yang menggambarkan tingkat pengembalian modal bagi pemilik perusahaan yang melakukan investasi selama proyek berlangsung. Nilai IRR yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh perusahaan adalah sebesar 71 persen atau lebih besar dari tingkat discount rate 6 persen, maka usaha ini layak untuk dijalankan c. Net B/C mengambarkan berapa besar keuntungan yang dapat dicapai jika mengeluarkan biaya sebesar Rp1,00. Nilai Net B/C yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh perusahaan adalah sebesar 3,28 atau lebih besar dari satu, artinya setiap pengeluaran sebesar RP 1,00 akan memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 3,28. d. Payback periode menunjukkan waktu pengembalian modal yang akan digunakan untuk melaksanakan pengembalian bisnis usaha ayam ras petelur. Nilai PP yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh perusahaan adalah 2,3 berarti tingkat pengembalian modal investasi pada usia usaha 2 tahun 3 bulan. Waktu pengembalian ini lebih rendah dari umur usaha, maka pengembangan bisnis ini layak untuk dijalankan Analisis Laba Rugi Perhitungan laba rugi per tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih setelah dikurangi nilai bunga dan pajak. DLF tidak menggunakan bunga karena DLF 87

9 tidak meminjam uang dari lembaga keuangan manapun atau biaya sendiri. Sedangkan hitungan pajak berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan yang mengenakan pajak sebesar 25 persen per tahun. Perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil perhitungan laba rugi bagian pajak dimasukkan kedalam cashflow sebagai pajak penghasilan atau PPh Analisis Sensitivitas Metode lain dalam analisis kepekaan yaitu dengan melihat perubahan pada suatu variabel untuk sampai ke hasil perhitungan yang membuat usaha tidak dapat diterima atau dijalankan. Tujuan sensitivitas adalah melihat apa yang terjadi dengan analisis usaha jika terjadi suatu perubahan pada biaya dan manfaat seperti adanya kenaikan biaya variabel dan penurunan produksi. Biaya variabel pakan konsentrat pada DLF pernah mengalami kenaikan sebesar 37 persen. Harga awal dari pakan konsentrat yaitu Rp 5.000,00 menjadi Rp 6.850,00. Pada saat tersebut perusahaan masih tetap layak untuk dijalankan karena NPV lebih besar dari 0, Net B/C lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat discount rate serta payback periode sebelum umur proyek. Kenaikan harga pakan ini disebabkan oleh kelangkaan pasokan pakan tersebut dari produsen. Apabila terjadi kondisi kenaikan harga pakan hendakya tidak lebih dari 76,2 persen dimana nilai NPV sama dengan 0, Net B/C sama dengan satu dan IRR lebih kecil dari tingkat discount rate serta payback periode lebih kecil dari umur proyek. Apabila kenaikan harga pakan 76,2 persen tidak segera ditanggulangi secara cepat perusahaan akan mengalami kerugiaan yang dapat mengakibatkan kebangkrutan. Keadaan tersebut membuat perusahaan harus mencari alternatif yang dapat meminimalkan kerugiaan perusahaan. Untuk itu pada saat kenaikan harga pakan terjadi, kondisi tersebut membuat perusahaan harus mengurangi jumlah pakan yang diberi kepada ternak. Pakan merupakan salah satu input utama dalam suatu usaha peternakan dalam menjalankan kegiatan produksinya. Apabila pakan yang diberikan kepada ternak dikurangi kuantitas dalam pemberian jumlah pakan terhadap ayamnya dapat menyebabkan ayam stress, karena kuantitas yang diberikan tidak sesuai dengan yang seharusnya. Apabila ayam sterss, 88

10 ayam akan lebih mudah terkena penyakit dan virus sehingga menyebabkan kematian dan penurunan produksi. Pada kondisi ini perusahaan mengalami penurunan produksi sebesar 26 persen sama dengan 31 peti atau ± 8000 butir telur perharinya. Dengan penurunan tersebut perusahaan masih mampu manjalankan usahanya, karena nilai NPV lebih 0, Net B/C sama dengan satu, dan nilai IRR sama dengan nilai lebih kecil dari discount rate. Jika terjadi penurunan produksi sebaiknya tidak lebih dari 37,1 persen maka perusahaan masih dapat menjalaankan usahanya tetapi jika terjasi penurunan produksi lebih dari 37,1 persen maka perusahaan akan mengalami kerugian. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV mendekati atau sama dengan 0, Net B/C sama dengan satu, dan nilai IRR sama dengan nilai lebih kecil dari discount rate. Penurunan produksi dapat disebabkan oleh penyakit dan virus yang menyerang ayam. Penyakit dan virus dapat mengakibatkan kematian ayam dan telur yang dihasilkan menurun karena ayam tidak mau bertelur atau telur tidak berkerabang. Hal ini akan menambah biaya lainnya seperti membeli DOC tidak sesuai dengan ketentuan produksi serta selalu melakukan vaksin untuk mengurangi penyakit dan virus. Selain itu kebersihan kandang juga harus tetap terjaga dengan menyemprotkan desikfektan disekitar kandang dan peternakan, agar bakteri, virus dan penyakit dari luar tidak menyerang ayam. Kenaikan harga DOC pernah terjadi di DLF sebesar 28,6 persen atau sama dengan Rp 4.500,00. Kenaikan DOC tidak berpengaruh besar pada aktivitas perusahaan. Kenaikan DOC diakibatkan berkurangnya pasokan telur yang ada di produsen. Hal ini dikarenakan indukan ayam yang dijadikan bibit untuk menghasilkan telur DOC terserang penyakit dan virus sehingga DOC yang dihasilkan kurang memenuhi syarat. Keterbatasan jumlah produksi tersebut membuat produsen harus meningkatka harga pasaran DOC agar tidak mengalami kerugian. Hasil perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada tabel berikut. 89

11 Tabel 13. Analisi Sensitivitas Hasil Analisi Sensitivitas Keterangan Besaran NPV Net B/C IRR PP (Tahun) Kondisi Normal ,73 3,28 71 % 2,3 Penurunan Produksi 26 % ,54 47 % 2,4 Kenaiakn Harga DOC 28.6 % ,25 70 % 2,7 Kenaikan Harga pakan 37 % ,3 2,34 43 % 2,7 Sumber: Dian Layer Farm, 2011 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, kelangsungan usaha ayam ras petelur sangat bergantung pada keberhasilan produksi. Keberhasilan produksi didukung degan adanya kelengkapan dan kecukupan dalam memenuhi jumlah pakan dan DOC. Untuk itu perusahaan harus tetap menjaga keadaan agar kenaikan dan penurunan yang dapat mempengaruhi kegiatan produksi perusahaan tidak lebih dari persentase yang ada. 7.2 Analisis Kelayakan Usaha Kondisi Pengembangan Pada skenario II, DLF melakukan Pengembangan usaha atau penambahan kapasitas ayam ras petelur untuk meningkatkan produksi telur. Penambahan kapasitas yang dilakukan berjumlah ekor dengan membangun dua kandang layer atau kandang baterai baru. Untuk memenuhi kebutuhan penambahan kapasitas ayam petelur tersebut DLF menambah beberapa investasi baru Arus Penerimaan ( Inflow ) Pada pengembangan penerimaan yang diterima perusahaan diperoleh dari penjualan telur, ayam afkir, kotoran dan nilai sisa dari investasi. Pada kondisi ini jumlah yang dihasilkan 2700 ekor ayam ditambah dengan hasil pada kondisi awal. Kondisi pengembangan merupakan pola pengembangan dari kondisi awal sehingga pemenuhan ayam petelur pada pengembangan sama dengan kondisi awal. Pendapatan yang diterima dari penjualan telur ayam pada tahun pertama setelah melakukan pengembangan usaha sebesar Rp ,00 dan tahun berikutnya sebesar Rp ,00, penjualan ayam afkir sebsar Rp ,00, penerimaan penjualan kotoran ayam sebesar Rp ,00 dan 90

12 nilai sisa yang diperoleh setelah melakukan pengembangan sebesar Rp , Arus Pengeluaran ( Outflow) Arus pengeluaran pada kondisi pengembangan sama dengan kondisi awal yang terdiri dari dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional yang dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh DLF dalam melaksanakan pengembangan bisnisnya sebesar Rp ,00. Biaya investasi ini dikeluarkan dalam penambahan kandang layer baru untuk ayam sebanyak dua kandang dan beberapa peralatan yang digunakan dalam produksi ketika pengembangan berjalan. Sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan DLF dalam melakukan pengembangannya usahanya dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap sebesar Rp ,00. Pada biaya tetap tidak terjadi perubahan yang sangat besar dikarenakan tidak adanya perubahan tenaga kerja dan variabel lain yang digunakan. Perubahan terjadi pada biaya penyusutan yang diakibatkan berubahnya nilai investasi serta berubanya nilai insentif. DLF tidak menambah tenaga kerja pada saat melakukan pengembangan. Perusahaan hanya memberikan insentif tambahan kepada pekerja yang melakukan pekrjaan tambahan. Selain biaya tetap perubahan biaya juga terjadi pada biaya variabel, perubahan yang terjadi diakibatkan berubahnya jumlah kuantitas setiap variabel yang digunakan pada saat produksi yang diakibatkan penambahan sebesar Rp ,00 Perubahan terbesar tampak pada biaya pakan. Karena pakan merupakan salah satu variabel utama dalam proses produksi selain DOC Kriteria Kelayakan ( Cashflow ) Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Analisis cashflow DLF yang diperoleh pada pengembangan menunjukkan hasil yang sama dengan kondisi awal bahwa usaha peternakan ayam ras petelur DLF layak untuk dijalankan dan dikembangkan dilihata dari kriteria investasi. Berdasarkan hasil perhitungan cashflow kondisi pengembangan nilai NPV sebesar Rp ,02 karena nilai tersebut lebih besar dari nol. Nilai IRR yang 91

13 diperoleh sebesar 98 persen lebih besar dari tingkat discount rate 6 persen, maka usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 3,43 atau lebih besar dari satu, artinya setiap pengeluaran sebesar RP 1,00 akan memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 3,43. Nilai Payback Periode yang diperoleh sebesar 2,3 berarti tingkat pengembalian modal investasi pada usia usaha 2 tahun 3 bulan.waktu pengembalian ini lebih rendah dari umur usaha, maka pengembangan bisnis ini layak untuk dijalankan Analisis Switching Value Hasil analisis yang diperoleh dari metode switching value pada kondisi pengembangan oleh DLF ini adalah kenaikan harga biaya variabel pakan konsentrat sebesar 57,3 persen maka perusahaan berada pada kondisi tidak rugi dan tidak untung karena NPV lebih sama dengan 0, Net B/C sama dengan satu dan IRR lebih besar dari tingkat discount rate. Jika terjadi penurunan produksi sebaiknya tidak lebih dari sebesar 18,5 persen maka perusahaan tidak untung dan tidak rugi.hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV mendekati atau sama dengan 0, Net B/C sama dengan satu, dan nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate. Kenaikan harga DOC walaupun tidak berpengaruh besar terhadap kelangsungan perusahaan tetap harus diperhatikan. 92

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KABUPATEN TULUNGAGUNG (Studi Kasus di Dofir Layer Farm)

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KABUPATEN TULUNGAGUNG (Studi Kasus di Dofir Layer Farm) ANALISIS BIAYA PRODUKSI PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KABUPATEN TULUNGAGUNG (Studi Kasus di Dofir Layer Farm) Zeni Budi Santoso 1), Eddy Trijana Sudjani 2), Adi Andaka 2) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Ternak

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

Biaya Investasi No Uraian Unit

Biaya Investasi No Uraian Unit LAMPIRAN Biaya Investasi No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Bangunan Kantor dan Gudang 1 5 5,000,000 5,000,000 2 Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m 7 2 1,250,000 8,750,000

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 48 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Umum Perusahaan AAPS merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak dalam peternakan ayam ras petelur. AAPS berdiri pada tahun 2002 dengan skala usaha yang relatif

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar MORT (%) FCR AGE (DAYS) AVG. B.W MORT. (%) FCR AGE (DAYS) AVG. B.W MORT. (%) 3 1.012 27 1.15 3.8 1.656 36 1.76 4.7 1.843 3 1.062 27 1.16 3.8 1.659

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi

KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi L A M P I R A N 17 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi I. IDENTITAS RESPONDEN No. Pertanyaan Jawaban 1 Nama 2 Usia tahun 3 Jenis Kelamin (1) Laki-laki (2) Perempuan

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh masyarakat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra

III. METODE PENELITIAN. Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra produksi ayam pedaging di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, dengan jumlah peternakan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2009

LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2009 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2009 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/Kelurahan *) 5. Nomor Urut Perusahaan............................................................................

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah 6.1.1 Identifikasi Biaya Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat pengelolaan sampah, kantor, kendaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN Lokasi perusahaan :...

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN Lokasi perusahaan :... DAFTAR-LTU RAHASIA REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2012 1. Provinsi................... 2. Kabupaten/kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/kelurahan *).........................................................

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau Lampiran 3. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2009. Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara Kabupaten Luas Areal (Ha) Labuhan Batu 85527 Tapanuli Selatan 57144 Simalungun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL

STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL NAMA : NIMAS SHYNTIA NPM : 15209386 JURUSAN : MANAJEMEN JENJANG : S1 PEMBIMBING : EDY NURSANTA. SE.MM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. Tabel XXIX Aktiva Tetap. No. Keterangan Biaya

BAB VI ASPEK KEUANGAN. Tabel XXIX Aktiva Tetap. No. Keterangan Biaya BAB VI ASPEK KEUANGAN Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan

Lebih terperinci

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU A. Jenis Ternak/Unggas Jenis Kegiatan/Usaha :... (... dari...) : 1. Pengembangbiakan 2. Penggemukan 4. Lainnya A). Mutasi

Lebih terperinci

Imah Gede. Alun-alun

Imah Gede. Alun-alun LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Kampung Budaya Sindangbarang Imah Gede Girang Serat Saung Talu Alun-alun Bale Pangriungan Mus holla Sawah Belajar Menanam Padi Kolam Ikan Belajar Menangkap Ikan Keterangan Warna

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI (STUDI KASUS CV. BELONA MANDIRI)

KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI (STUDI KASUS CV. BELONA MANDIRI) J. Agrisains () : 7, April 0 ISSN : 657 KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI (STUDI KASUS CV. BELONA MANDIRI) Sayekti Handayani ), Haerani Maksum

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6.

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6. 76 BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Penjelasan Umum Bagian ini menjelaskan mengenai kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba-rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi yang

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi serta penjualan pada tahun 2006. Umur proyek UPS Mutu Elok diasumsikan 20 tahun yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 LAMPIRAN 133 Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 Lampiran 2. Volume Ekspor Ikan Asap Indonesia Tahun 2005-2008 No Tahun Volume Nilai Value Kenaikan (%) (kg) (US $) 1. 2005 6.384.755 12.278.787

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual

Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual Jenis mutu Pengikisan Asal kulit Warna Rasa Panjang Vera AA Bersih dan licin Batang, diameter Kuning atau Tidak terlalu Min. 10 cm dengan gulungan

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Burung Puyuh Di Daerah Pasir Kawung Cileunyi Kabupaten Bandung *

Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Burung Puyuh Di Daerah Pasir Kawung Cileunyi Kabupaten Bandung * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Burung Puyuh Di Daerah Pasir Kawung Cileunyi

Lebih terperinci

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Untuk dapat mulai menjalankan bisnis penggemukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, disusun rencana aksi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 :... :... :... :... :...

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 :... :... :... :... :... DAFTAR-LTU REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 RAHASIA 1. KIP*) 2. Provinsi 3. Kabupaten/kota **) 4. Kecamatan 5. Desa/kelurahan **) 6. Nama

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di

I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan daerah penghasil telur yang cukup potensial, karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di Sumatera Barat pada tahun

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

i - - - ii iii iv v vi vii No. Asumsi A B C Aspek Pasar 1. Untuk prediksi ke depan, permintaan produk dianggap tidak mengalami penurunan dalam jangka waktu 10 tahun yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Wajib menjaga kelestarian lingkungan. I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur)

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur) Analisis Finansial Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur (Mariyah) 15 ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur) Mariyah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01 Perlakuan 3 13,23749 4,412497 48,60917 4,06618 7,590984 Linier 1 12,742 12,74204 140,3695 5,317645*

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam BAB VI ASPEK KEUANGAN Dalam aspek ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi dari perusahaan Saru

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 :... :... :... :... :...

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 :... :... :... :... :... DAFTAR-LTU REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 RAHASIA 1. KIP*) 2. Provinsi 3. Kabupaten/kota **) 4. Kecamatan 5. Desa/kelurahan **) 6. Nama

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DENGAN POLA KEMITRAAN (STUDI KASUS DI PETERNAKAN BU LILIS RANCAMIDIN, CIBODAS)

ANALISIS USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DENGAN POLA KEMITRAAN (STUDI KASUS DI PETERNAKAN BU LILIS RANCAMIDIN, CIBODAS) ANALISIS USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DENGAN POLA KEMITRAAN (STUDI KASUS DI PETERNAKAN BU LILIS RANCAMIDIN, CIBODAS) Yusuf Maulana 1, Yusuf Mauludin 2, Erwin Gunadhi 3 Jurnal Kalibrasi

Lebih terperinci

KOMPARASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM KANDANG CLOSED HOUSE DAN OPEN HOUSE

KOMPARASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM KANDANG CLOSED HOUSE DAN OPEN HOUSE KOMPARASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM KANDANG CLOSED HOUSE DAN OPEN HOUSE ABSTRAK Astri Maulina 1) astry_pc@hotmail.com Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM RAS PETELUR SUNJU MANDIRI DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM RAS PETELUR SUNJU MANDIRI DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI J. Agroland 24 (3) :228-236, Desember 2017 ISSN : 0854-641X E-ISSN : 2407-7607 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM RAS PETELUR SUNJU MANDIRI DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI Financial

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 2009)

Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 2009) Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 29) Pohon Gambir Daun Gambir Ranting Gambir Muda Batang Gambir Tua Kompos (Dari Daun Sisa Gambir Asalan Kayu Bakar Pelet Kayu Gambir untuk Menginang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner penelitian. A. Identitas Pemilik Nama : Alamat rumah : Tempat/ Tanggal lahir : Pendididkan Terakhir :

Lampiran 1. Kuesioner penelitian. A. Identitas Pemilik Nama : Alamat rumah : Tempat/ Tanggal lahir : Pendididkan Terakhir : LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner penelitian A. Identitas Pemilik Nama : Alamat rumah : Tempat/ Tanggal lahir : Pendididkan Terakhir : B. Identitas Usaha Nama Usaha : Nama Pemilik : Bidang Usaha : Jumlah

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL

STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL NAMA : DIAN RUSMITA NPM : 12209223 JURUSAN : MANAJEMEN JENJANG : S1 PEMBIMBING : EDY NURSANTA, SE., MM

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP MUTU DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK IKAN LEMURU Penelitian tahap satu ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan

Lebih terperinci