VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL"

Transkripsi

1 VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial adalah arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), analisis kelayakan finansial, dan analisis switching value. Analsis kelayakan finansial dilakukan terkait dengan adanya rencana pemilik pembesaran lele sangkuriang yang ingin mengembangkan usahanya. Dalam pengembangan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal pada Yoyok Fish Farm, dilakukan dengan penambahan kapasitas produksi. Adapun penambahan kapasitas peroduksi yang dilakukan Yoyok Fish Farm dengan rencana penambahan jumlah kolam. Rencana penambahan jumlah kolam yang awalnya dilakukan adalah dari 13 unit kolam menjadi 25 unit kolam. Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan usaha Yoyok Fish Farm. Dengan membagi kedalam dua skenario yaitu skenario pertama merupakan usaha sebelum melakukan pengembangan dan skenario kedua merupakan rencana pengembangan usaha. Dengan pertimbangan luas lahan yang dimiliki oleh Yoyok Fish Farm 2 hektar, namun dalam menjalankan usaha selama ini, Yoyok Fish Farm belum mengoptimalkan penggunaan lahan yang dimilkinya. Asumsi yang digunakan dalam menganilisis kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah: 1) Modal pendanaan usaha berasal dari modal sendiri yaitu dari pemilik usaha. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dan oprasional dikeluarkan pada tahun pertama. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan variabel. Yang termasuk biaya tetap adalah listrik, gaji manager, gaji pengawas, gaji karyawan tetap. Sedangkan yang termasuk biaya variabel yaitu pembelian benih, gaji karywan harian, pakan, dan solar. Sedangkan pada pengembangan usaha (Pola usaha kedua) benih tidak lai menjadi biaya variable karena Yoyok Fish Farm telah mampu memproduksi benih sendiri. 2) Suku Bunga yang digunakan adalah 7 persen per tahun yang merupakan suku bunga tertinggi deposito Bank BRI tahun Tingkat suku bunga deposito

2 sebesar 7 persen per tahun atau 1,75 persen untuk satu siklus produksi (tiga bulan). 3) Pajak pendapatan penghasilan yang dikenakan berdasarkan tarif pajak pasal 17 Undang Undang PPh, dengan tarif penghitungan PPh untuk tahun pajak 2010 adalah tarif tunggal sebesar 25 persen. 4) Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) lele sangkuriang mencapai 90 persen. 5) Untuk tingkat kepadatan (populasi) adalah untuk satu kolam pembesaran lele sangkuriang adalah 100 ekor per 1 m 2. 6) Harga jual untuk lele sangkuriang per kilogramnya adalah Rp ditingkat petani dengan jumlah 8 ekor untuk setiap satu kilogram. 7) Usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm memiliki umur ekonomis selama 2 tahun. Penentuan umur usaha pembesaran lele sangkuriang tersebut berdasarkan umur ekonomis dari kolam terpal, karena merupakan aset yang paling penting untuk usaha pembesaran lele sangkuriang. 7.1 Skenario Pertama Pada skenario pertama merupakan usaha sebelum melakukan pengembangan usaha. Sebelum melakukan pengembangan usaha jumlah kolam terpal yang digunakan adalah 13 unit. Pada skenario pertama investasi atau perolehan dana diperoleh dari modal sendiri, dengan tingkat suku bunga deposito sebesar 7 persen atau 1,75 persen untuk satu siklus produksi (tiga bulan) Penerimaan (Inflow) Penerimaan (Inflow) merupakan arus penerimaan yang diperoleh selama usaha berjalan. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm, arus penerimaan (inflow) terbagi dalam dua jenis yaitu pendapatan penjualan dan nilai sisa. a. Pendapatan Pendapatan penjualan yang dihitung dari jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pendapatan penjualan pada usaha pembesaran ikan lele 55

3 sangkuriang sekitar tiga bulan. Dalam satu tahun berjalannya usaha, Yoyok Fish Farm dapat mencapai siklus produksi empat kali. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm terdapat 13 kolam terpal. Untuk target produksi panen pada pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah sekitar 7 ton dari 13 kolam yang dimiliki. Namun dari hasil produksi yang selama ini dijalankan, Yoyok Fish Farm hanya mampu mencapai produksi rata-rata 6,7 ton per siklusnya. Harga jual lele konsumsi rata-rata adalah Rp per kilogram. Harga jual tersebut diasumsikan konstan dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dengan tingkat harga Siklus produksi pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah empat kali dalam satu tahun. Untuk melihat pendapatan penjualan ikan lele sangkuriang mulai tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Selama Umur Usaha Pada Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Siklus Panen Jumlah Produksi Harga Satuan (Rp/kg) Nilai (Rp) (kg) b. Nilai Sisa (Salvage Value) Nilai sisa adalah semua biaya modal yang tidak habis digunakan selama umur usaha (Gittinger, 1986). Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur usaha dapat ditambahkan sebagai manfaat usaha. Biaya-biaya investasi pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang yang tidak habis selama umur usaha antara lain bangunan dan mesin pompa air. Pada Yoyok Fish Farm nilai sisa terjadi pada bangunan dan mesin pompa, harga bangunan diasumsikan seharga Rp dengan umur ekonomis lima tahun. Penyusutan pertahunnya Rp , sehingga nilai sisa bangunan hingga akhir usaha adalah Rp Pada mesin pompa, harga 56

4 pembelian awal adalah Rp , dengan umur ekonomis lima tahun. Nilai sisa untuk Mesin Pompa selama pemakaian dua tahun adalah tiga tahun dengan nilai sisa adalah Rp Untuk perincian nilai sisa pada bangunan dan mesin pompa dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Nilai Sisa Pembesaran Lele Sankuriang Yoyok Fish Farm Pada Skenario Pertama No Uraian Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Penyusutan Per Tahun (Rp) Sisa (Rp) 1 Bangunan Mesin pompa Total Hasil Analisis Pengeluaran (Outflow) Outflow merupakan arus pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan pada usaha atau bisnis yang dijalankan. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm arus pengeluaran (outflow) terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama usaha atau bisnis berjalan. a. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan usaha. Pengeluaran biaya investasi dikeluarkan pada awal tahun usaha, juga dapat dikeluarkan pada beberapa tahun setelah usaha berjalan. Biaya investasi umumnya dilakukan satu atau lebih, sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian. Pada usaha Yoyok Fish Farm biaya investasi hanya dilakukan pada awal berdirinya usaha. Yoyok Fish Farm memiliki lahan dua hektar, namun dalam menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal hanya menggunakan satu hektar. Dalam menentukan biaya investasi untuk lahan, biaya oppurtinity cost (biaya imbangan) yang digunakan adalah sebesar Rp per hektar untuk satu tahun. Sehingga biaya oppurtinity cost untuk lahan selama dua tahun berjalannya usaha adalah sebesar Rp Adapun penentuan biaya imbangan lahan dilakukan dengan melihat harga sewa lahan itu 57

5 sendiri. Pada Tabel 7, menjelaskan biaya-biaya investasi pada awal berdirinya usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm. Tabel 7. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Tahun 2009 No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Lahan 1 (ha) Bangunan Kolam Terpal Mesin Pompa Air Ember sortir Ember Biasa Selang Air (m) Serokan Gergaji Golok Palu Cangkul Kakatua Tang Meteran Total Investasi b. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah produksi atau penjualan hasil produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm meliputi Abodemen listrik, Upah Manajer, Upah pengawas, dan Upah karyawan. Uraian biaya tetap pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 8. 58

6 Tabel 8. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Tahun 2010 No Uraian Upah/Bulan (Rp) Satuan Jumlah Biaya (Rp/3 bulan) 1 Listrik Manajer orang Pengawas orang Karyawan Tetap orang Total Biaya c. Biaya Variabel Biaya variabel pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dikeluarkan setiap satu kali siklus produksi. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dalam satu siklus produksi terdiri dari tiga bulan atau empat kali dalam setahun. Uraian biaya produksi (variabel) usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm meliputi; benih, pakan, tenaga kerja, dan bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Tahun 2010 No Uraian Satuan Jumlah Biaya (Rp) 1 Benih Ekor Pakan Kg Tenaga Kerja HOK Bahan Bakar (Solar) Liter Analisis Kelayakan Finansial Dalam menganalisis kelayakan finansial usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Returm (IRR), dan Payback Periode. Perhitungan kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang menggunakan manfaat bersih (Net Benefit) yang diperoleh dari selislih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang ditentukan dalam peraturan pemerintah sebesar 25 persen dan dibuat dalam bentuk rugi laba (Lampiran 1). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kriteriakriteria investasi pada usaha Pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel

7 Tabel 10. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Kriteria Hasil Net Present Value (NPV) Rp Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 2,68 Internal Rate Return (IRR) 33,02 % Payback Periode (PP) 6,03 Dari hasil nilai keempat kriteria investasi di atas, dapat dilihat bahwa usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net B/C diperoleh 2,68 dimana Net B/C > 1 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 2,68 berarti setiap Rp 100 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 268 manfaat bersih. IRR yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan ini adalah 33,02 persen dan lebih besar dari discount rate yang berlaku yaitu 1,75 persen untuk tiga bulan siklus produksi. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 33,02 persen. Sedangkan lama pengembalikan semua biaya investasi adalah 6,03 siklus atau pada siklus 6 atau 1,5 tahun Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti (switching value) sampai memperoleh nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0). Jika nilai pengganti (switching value) memperoleh nilai NPV sama dengan nol, maka usaha mengalami titik impas atau usaha dapat ditoleransi. Namun apabila usaha memperoleh nilai dibawah nilai nol maka usaha tidak layak atau tidak menguntungkan. Hasil switching value pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm perubahan komponen yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu pengaruh terjadinya penurunan produksi dan pengaruh kenaikan harga pakan. Penentuan komponen yang dianggap berpengaruh dilihat dari faktor yang sering mengalami perubahan dalam menjalankan usaha 60

8 pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm. Pengaruh kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Perubahan Persentase (persen) Penurunan Produksi 8,61 Kenaikan Harga Pakan Dari hasil analisis switching value dapat dilihat bahwa batas minimum penurunan total hasil produksi ikan lele sangkuriang adalah 8,61 persen. Pada penurunan produksi dibawah 8,61 persen, maka usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dijalankan. Pada kenaikan harga pakan, batas maksimal kenaikannya adalah persen, sehingga apabila terjadi peningkatan harga pakan diatas persen usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal tidak layak atau tidak menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis switching value terhadap pada usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm dapat disimpulkan bahwa penurunan produksi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu kenaikan harga pakan ikan. Namun pengaruh terjadinya penurunan produksi lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga pakan. 7.2 Skenario Kedua Pada skenario kedua pengembangan usaha dilakukan dengan menambah kapasitas produksi. Penambahan kapasitas produksi dilakukan dengan menambah jumlah kolam dari 13 unit kolam menjadi 25 unit kolam. Rencana pengembangan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal dilakukan dengan penggunaan modal sendiri, dengan tingkat suku bunga deposito sebesar 7 persen atau 1,75 persen untuk satu siklus produksi (tiga bulan). 61

9 7.2.1 Penerimaan (Inflow) Arus penerimaan (inflow) pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal terbagi dalam dua jenis yaitu pendapatan penjualan dan nilai sisa. a. Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pada usaha Yoyok Fish Farm yang akan dijalankan, pendapatan diperoleh dari hasil penjualan pembesaran lele sangkuriang menjadi ikan konsumsi. Untuk target produksi panen pada pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah kilogram dari 25 unit kolam. Penentuan target produksi lele sangkuriang pada Yoyok Fish Farm tersebut antara lain sebagai berikut: Diketahui : a. Jumlah Benih : ekor b. SR (Survival Rate) : 90 persen c. Jumlah untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi adalah 8 ekor Maka target produksi = Jumlah Produksi x SR (Survival Rate) 8 ekor untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi = ekor benih x 90 persen 8 ekor = kilogram Tingkat harga jual lele konsumsi rata-rata adalah Rp per kilogram. Produksi dan harga jual tersebut diasumsikan konstan dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dengan kilogram per siklus panen dengan tingkat harga Siklus produksi pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah empat kali dalam satu tahun. Untuk melihat pendapatan penjualan ikan lele sangkuriang mulai tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 12 62

10 Tabel 12. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Pada Usaha Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Siklus Panen Jumlah Produksi Harga Satuan (Rp/kg) Nilai (Rp) (kg) b. Nilai Sisa (Salvage Value) Nilai sisa terjadi pada bangunan dan mesin pompa, harga bangunan yang sebelumnya diasumsikan seharga Rp dengan umur ekonomis lima tahun. Penyusutan pertahunnya Rp , sehingga nilai sisa bangunan hingga akhir usaha adalah Rp Adapun penyusutan dua tahun dari usaha sebelumnya yaitu Rp sehingga sisa pada tahun berikutnya menjadi Rp yang akan mengalami penyusutan 2 tahun berikutnya hingga akhir usaha menjadi Rp Sedangkan pada mesin pompa, harga pembelian awal adalah Rp , dengan umur ekonomis lima tahun. Pada pengembangan usaha mesin pompa air akan ditambah satu unit, sehingga mesin pompa menjadi dua unit. Nilai sisa untuk mesin pompa selama pemakaian empat tahun adalah satu tahun dengan nilai sisa adalah Rp Sedangkan pada mesin yang baru dibeli mengalami penyusutan dua tahun menjadi Rp Untuk perincian nilai sisa pada bangunan dan mesin pompa dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Nilai Sisa Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua No Uraian Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Penyusutan Per Tahun (Rp) Sisa (Rp) 1 Bangunan Mesin pompa lama Mesin pompa baru Total

11 7.2.2 Hasil Analisis Pengeluaran (Outflow) Outflow merupakan arus pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk membiayai selama kegiatan usaha dilakukan pada usaha Yoyok Fish Farm. Arus pengeluaran (outflow) terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaranpengeluaran yang akan terjadi selama usaha atau bisnis berjalan. a. Biaya Investasi Pada pengembangan usaha, Yoyok Fish Farm menggunakan lahan dua hektar. Dalam menentukan biaya investasi untuk lahan, biaya oppurtinity cost (biaya imbangan) yang digunakan untuk satu hektar lahan adalah sebesar Rp per hektar untuk satu tahun. Penentuan biaya imbangan digunakan dengan pertimbangan jika lahan tersebut disewakan. Sehingga biaya yang diperlukan untuk dua hektar lahan adalah sebesar Rp selama dua tahun umur usaha. Biaya investasi bangunan yang digunakan pada Yoyok Fish Farm awalnya namun setelah sebelumnya mengalami penyusutan dari usaha pembesaran sebelum pengembangan (skenario pertama) sebesar Rp untuk dua tahun usaha. Sehingga investasi bangunan pada scenario kedua menjadi Sedangkan pada mesin pompa air Yoyok Fish Farm berencana menggunakan dua mesin pompa air. Penggunaan mesin pompa lama akan ditambah dengan pembelian mesin pompa yang baru. Pada mesin pompa air lama telah mengalami penyusutan dari pemakaian usaha sebelumnya, sehingga biaya investasi untuk mesin pompa air lama menjadi Rp Sedangkan pada mesin yang baru mengeluarkan biaya investasi Rp Pada Tabel 14, menjelaskan biaya-biaya investasi pada awal perencanaan pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Yoyok Fish Farm. 64

12 Tabel 14. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Umur Harga No Uraian Unit Ekonomis Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Lahan 2 (ha) Bangunan Kolam Pembesaran Mesin Pompa Air baru Mesin pompa Air lama Ember sortir Ember Biasa Selang Air (m) Serokan Gergaji Golok Palu Cangkul Kakatua Tang Meteran c. Biaya Tetap Total Investasi Biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh usaha Yoyok Fish Farm meliputi Abodemen listrik, Upah Manajer, Upah pengawas, dan Upah karyawan. Pada pengembangan usaha yang akan dilakukan Yoyok Fish menambah jumlah tenaga kerja menjadi 5 orang. Penambahan tenaga kerja dilakukan dengan pertimbangan kemampuan tenaga kerja dalam mengelola kolam. Dari hasil pengamatan pada pengusahaan sebelumnya, 1 karyawan tetap mampu menangani 5 unit kolam. Pada rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh Yoyok Fish Farm dengan menambah 25 kolam membutuhkan 5 orang karyawan tetap. Uraian biaya tetap pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua No Uraian Upah/Bulan (Rp) Jumlah Biaya (Rp/3 bulan) 1 Listrik Manajer orang Pengawas orang Karyawan Tetap orang Total Biaya

13 d. Biaya Variabel Biaya variabel pada usaha Yoyok Fish Farm dikeluarkan setiap satu kali siklus produksi. Uraian biaya produksi (variabel) usaha Yoyok Fish Farm meliputi ; pakan, tenaga kerja, dan bahan bakar. Untuk melihat biaya variabel yang dikeluarkan setiap satu siklus produksi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Tahun 2011 No Uraian Satuan Jumlah Biaya (Rp) 1 Benih Ekor Pakan Kg Tenaga Kerja HOK Bahan Bakar (Solar) Liter Analisis Kelayakan Finansial Kelayakan finansial usaha Yoyok Fish Farm yang akan dilakukan, sama seperti menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yang dilakukan sebelumnya, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Returm (IRR), dan Payback Periode. Perhitungan kelayakan usaha menggunakan manfaat bersih (Net Benefit) yang diperoleh dari selislih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang ditentukan dalam peraturan pemerintah sebesar 25 persen dan dibuat dalam bentuk rugi laba (Lampiran 2). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh nilai NPV adalah sebesar Rp Sedangkan nilai Net B/C sebesar 3,34 lebih besar dari satu yang artinya, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 3,34 rupiah dan usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 43,52 persen yang artinya nilai investasi usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan deposito bank sebesar 1,75 persen selama tiga bulan untuk satu kali siklus produksi. Sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 4,87 siklus. Kriteria-kriteria investasi pada usaha Pembesaran lele sangkuriang kolam terpal dapat dilihat pada Tabel

14 Tabel 17. Hasil Analisis Finansial Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Kriteria Hasil Net Present Value (NPV) Rp Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 3,34 Internal Rate Return (IRR) 43,52 % Payback Periode (PP) 4,87 Dari hasil nilai keempat kriteria investasi di atas, dapat dilihat bahwa usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp , yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha pengembangan yang dilakukan Yoyok Fish Farm pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net B/C diperoleh 3,34 dimana Net B/C > 1 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian investasi sebesar 4,87 siklus atau 1 tahun 3 bulan Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti (switching value) sampai memperoleh nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0). Jika nilai pengganti (switching value) memperoleh nilai NPV sama dengan nol, maka usaha mengalami titik impas atau usaha dapat ditoleransi. Namun apabila usaha memperoleh nilai dibawah nilai nol maka usaha tidak layak atau tidak menguntungkan. Hasil switching value pada pengembangan usaha Yoyok Fish Farm, perubahan komponen yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu pengaruh terjadinya penurunan produksi dan pengaruh kenaikan harga pakan. Penentuan komponen yang dianggap berpengaruh dilihat dari faktor yang sering mengalami perubahan dalam menjalankan usaha pada Yoyok Fish Farm. Pengaruh kelayakan usaha Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Tabel 18. Hasil Analisis switching value Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Persentase Perubahan (persen) Penurunan Produksi 11,30 Kenaikan Harga Pakan 22,48 67

15 Dari hasil analisis switching value dapat dilihat bahwa batas minimum penurunan total hasil produksi ikan lele sangkuriang adalah 11,30 persen. Pada penurunan produksi dibawah 11,30 persen, maka usaha Yoyok Fish Farm tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dijalankan. Pada kenaikan harga pakan, batas maksimal kenaikannya adalah 22,48 persen, sehingga apabila terjadi kenaikan harga pakan diatas 22,48 persen usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dijalankan. Berdasarkan hasil analisis switching value pada pengembangan usaha yang akan dilakukan Yoyok Fish Farm dapat disimpulkan bahwa penurunan produksi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu kenaikan harga pakan ikan. Namun pengaruh terjadinya penurunan produksi lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga pakan. 7.3 Perbandingan Hasil Kelayakan Kedua Skenario Perbandingan dari kedua skenario dilakukan dengan membandingkan hasil kelayakan sebelum pengembangan dan setelah pengembangan. Kedua skenario pada Yoyok Fish Farm memang layak untuk dijalankan. Namun untuk melihat perbandingan antara kedua skenario yang mana paling menguntungkan, dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Skenario I Skenario II Kriteria Net Present Value (NPV) Rp Rp Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 2,68 3,34 Internal Rate Return (IRR) 33,02 % 43,52 % Payback Periode (PP) 6,03 4,87 Dari Tabel 19 menunjukkan bahwa skenario kedua yakni perlakuan pengembangan usaha merupakan usaha yang memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan skenario pertama. Hal tersebut berdasarkan hasil analisis finansial, nilai NPV skenario kedua lebih besar dari skenario pertama. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, skenario kedua menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar dari pada kedua skenario pertama. Sedangkan masa 68

16 pengembalian biaya investasi (payback period) dari kedua skenario, terjadi perbedaan yang mana pada skenario kedua masa pengembaliannya lebih cepat dibandingkan skenario pertama. 7.4 Hasil Analisis Switching Value Pada Kedua Skenario Hasil analisis switching value dengan membandingkan hasil kelayakan sebelum pengembangan dan setelah pengembangan usaha. Hasil perbandingan switching value pada kedua skenario dapat dilihat pada pada Tabel 20. Tabel 20. Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario Perubahan Skenario I Skenario II (persen) (persen) Penurunan produksi 8,61 11,30 Kenaikan harga pakan 16,02 22,48 Dari hasil analisis switching value di atas dapat diketahui bahwa skenario pertama merupakan skenario usaha yang paling sensitif terhadap perubahan. Batas maksimal penurunan produksi terhadap harga jual dan produksi yang masih memberikan keuntungan pada skenario pertama hanya sebesar 8,61 persen. Sedangkan untuk skenario kedua batas maksimal penurunan produksi yang masih memberikan keuntungan adalah 11,30 persen. Demikian pula dengan perubahan kenaikan harga pakan berupa pellet. Perbedaan persentase antara kenaikan harga pakan pada masing-masing skenario sangat besar perbedaannya. Batas maksimal kenaikan harga pakan yang masih mendatangkan keuntungan pada skenario pertama adalah sebesar 16,02 persen, sedangkan pada skenario kedua adalah sebesar 22,48 persen. Dari hasil analisis switching value di atas dapat diketahui bahwa pada skenario pertama dan skenario kedua, penurunan produksi merupakan faktor yang paling sensitif terhadap kelayakan usaha. Namun dari kedua skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang kecil terhadap perubahan adalah skenario kedua yaitu pengembangan usaha dengan penambahan kapasistas produksi. Sedangkan pada skenario pertama pengaruh penurunan produksi memiliki tingkat sensitif lebih tinggi dari skenario kedua. 69

Biaya Investasi No Uraian Unit

Biaya Investasi No Uraian Unit LAMPIRAN Biaya Investasi No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Bangunan Kantor dan Gudang 1 5 5,000,000 5,000,000 2 Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m 7 2 1,250,000 8,750,000

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 8.1. Analisis Biaya Usaha Pembesaran Lele Dumbo CV Jumbo Bintang Biaya merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011.

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011. LAMPIRAN Lampiran 1. Nilai rata-rata suku bunga deposito (jangka waktu 12 bulan) per Juli 2011. No Nama Bank Suku Bunga (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bank Mandiri BNI BRI BCA BII Bank Permata Bank Bukopin Bank

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Menurut Surakhmad, (1994:140-143), metode deskriptif analisis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Internet Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnectednetworking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Internet juga berarti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sangkuriang Jaya yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor berkeinginan untuk melakukan pengembangan usaha untuk meraup

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR Analisa Biaya Manfaat Ikan Hias Air Tawar Layak tidaknya usaha dapat diukur melalui beberapa parameter pengukuran seperti Net Present Value (NPV),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Analisa kelayakan untuk rencana ekspansi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan X menggunakan lima metode Capital Budgeting yaitu Payback Period, Accounting Rate

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Destriyuliani054@gmail.com Dedi Darusman 2) Fakultas

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan Dan Saran

BAB V. Kesimpulan Dan Saran BAB V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, maka dapat diperoleh kesimpulan antara lain: 1. Kebutuhan dana untuk investasi awal untuk proyek

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci