BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yuliana Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Boyolali yang berada di Provinsi Jawa tengah dengan luas wilayah mencapai 6.985,24 km². Secara geografis, Kabupaten Boyolali berada antara 110º22-110º50 Bujur Timur 7º 36-7º 71 Lintang Selatan dengan ketinggian antara 200 sampai dengan meter diatas permukaan laut. Adapun batas daerah Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut : Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Grobogan Selatan : Berbatasan dengan Kebupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kota Surakarta Lokasi penelitian tersebar di Tiga Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali, yaitu SMPN 01 Ngemplak, SMPN 03 Mojosongo dan SMPN 04 Boyolali. Waktu penelitian dilakukan selama 4 bulan terhitung mulai bulan Juni hingga Oktober Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 161 subjek yang diambil data identitas diri serta umur, jenis kelamin dan riwayat genetik, dan dilakukan pengukuran antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan, serta data kebugaran jasmani dan prestasi akademik. 34
2 35 2. Karakteristik Responden Penelitian Untuk mengetahui sebaran data karakteristik dari responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Variabel Jumlah n % Kegemukan Gemuk ,9 Obes 50 31,1 Umur 13 Tahun 33 20,5 14 Tahun 70 43,5 15 Tahun 58 36,0 Jenis Kelamin Laki-laki 68 42,2 Perempuan 93 57,8 Riwayat Genetik Kegemukan Ada Riwayat ,9 Tidak Ada Riwayat 5 3,1 Kebugaran Jasmani Kurang ,4 Cukup 27 16,8 Baik 19 11,8 Prestasi Akademik Kurang 6 3,7 Cukup 25 15,5 Baik ,7 Tabel. 4.1 menunjukkan bahwa dari sejumlah 161 responden, terdapat sebanyak 111 (68,9%) responden berstatus gizi gemuk, 70 (43,5%) responden berusia 14 tahun, 93 (57,8%) responden berjenis kelamin perempuan, 156 (96,9%) responden memiliki riwayat genetik dari kegemukan, 115 (71,4%) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang dan 130 (80,7%) responden memiliki tingkat prestasi akademik yang baik.
3 36 3. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Siswa Berbasis Gender. Untuk mengetahui hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani siswa berdasarkan gender di analisis menggunakan chi square yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel Tabel. 4.2 Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Siswa Jenis Kelamin Kategori Kegemukan Berbasis Gender Kebugaran Jasmani Total Nilai p Baik Kurang n % N % N % Laki-laki Gemuk 3 5, , ,0 0,00 Obes ,0 Perempuan Gemuk Obes 5 5 8,5 14, ,5 85, ,0 100,0 0,39 Dari Tabel. 4.2 diketahui bahwa dari responden penelitian yang berjenis kelamin laki-laki, ditemukan sebanyak 53 responden gemuk dan 15 responden obes. Sedangkan pada responden yang berjenis kelamin perempuan ditemukan sebanyak 58 responden gemuk dan 35 responden obes. Dari hasil analisis chi square didapatkan nilai p = 0,00 (p<0,05) pada laki-laki yang berarti bahwa ada hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani pada responden dengan jenis kelamin laki-laki, dan nilai p = 0,39 (p>0,05) pada perempuan yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani pada responden dengan jenis kelamin perempuan. 4. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Siswa Berbasis Gender. Untuk mengetahui hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik siswa berdasarkan gender di analisis menggunakan chi square yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel. 4.3
4 37 Tabel. 4.3 Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Siswa Jenis Kelamin Kategori Kegemukan Berbasis Gender Prestasi Akademik Total Nilai p Baik Kurang n % n % N % Laki-laki Gemuk 46 86,8 7 13, ,0 0,21 Obes 11 73,3 4 26, ,0 Perempuan Gemuk Obes ,8 71, ,2 28, ,0 100,0 0,19 Dari Tabel. 4.3 diketahui bahwa dari responden penelitian yang berjenis kelamin laki-laki, ditemukan sebanyak 53 responden gemuk dan 15 responden obes. Sedangkan dari responden penelitian yang berjenis kelamin perempuan ditemukan sebanyak 58 responden gemuk dan 35 responden obes. Dari hasil analisis chi square didapatkan nilai p = 0,21 (p>0,05) pada laki-laki yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik pada responden dengan jenis kelamin laki-laki, dan nilai p = 0,19 (p>0,05) pada perempuan yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik pada responden dengan jenis kelamin perempuan. 5. Hubungan Antara Kebugaran jasmani Dengan Prestasi Akademik Siswa Berbasis Gender. Untuk mengetahui hubungan antara kebugaran jasmani dengan prestasi akademik siswa berdasarkan gender di analisis menggunakan chi square yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel. 4.4 Jenis Kelamin Tabel. 4.4 Hubungan Antara Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Akademik Siswa Berbasis Gender Kategori Kebugaran Jasmani Prestasi Akademik Total Nilai p Baik Kurang n % n % N % Laki-laki Baik ,0 0,59 Kurang ,0 Perempuan Baik Kurang ,0 100,0 0,90
5 38 Dari Tabel. 4.4 diketahui bahwa dari responden penelitian yang berjenis kelamin laki-laki, ditemukan sebanyak 19 responden memiliki kebugaran jasmani yang baik dan 142 responden memiliki kebugaran jasmani yang kurang. Dari hasil analisis chi square didapatkan nilai p = 0,59 (p>0,05) pada laki-laki yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebugaran jasmani dengan prestasi akademik pada responden dengan jenis kelamin laki-laki, dan nilai p = 0,90 (p>0,05) pada perempuan yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebugaran jasmani dengan prestasi akademik pada responden dengan jenis kelamin perempuan. 6. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Setelah Mengendalikan Variabel Umur, Jenis Kelamin dan Riwayat Genetik. Untuk mengetahui kuat hubungan karakteristik responden secara bersamaan terhadap kebugaran jasmani menggunakan analisis regresi binary logistic dapat dilihat pada Tabel Tabel. 4.5 Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Setelah Mengendalikan Variabel Umur, Jenis Kelamin dan Riwayat Genetik Variabel B S.E Wald Df Exp (B) Nilai p 95% C.I R Square Kegemukan 1,282 0,538 5, ,60 0,017 1,26 10,34 0,122 Umur -0,624 0,561 1, ,54 0,267 0,18 1,61 Jenis Kelamin -0,591 0,525 1, ,55 0,260 0,20 1,55 Genetik -19, ,501 0, ,00 0,999 0,0 Constant. 20, ,501 0, ,15 0,999 Tabel. 4.5 menunjukkan bahwa dari beberapa variabel penelitian yaitu kegemukan, umur, jenis kelamin dan riwayat genetik, didapatkan bahwa kegemukanlah yang paling berhubungan dengan variabel terikat (dependent variable) yaitu kebugaran jasmani, ditandai dengan nilai Exp.(B) 3,60 dan nilai p = 0, Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Setelah Mengendalikan Variabel Umur, Jenis Kelamin dan Riwayat Genetik.
6 39 Untuk mengetahui kuat hubungan karakteristik responden secara bersamaan terhadap prestasi akademik juga menggunakan analisis regresi binary logistic dapat dilihat pada Tabel Tabel. 4.6 Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Setelah Mengendalikan Variabel Umur, Jenis Kelamin dan Riwayat Genetik Variabel B S.E Wald df Exp (B) Nilai p 95% C.I R Square Kegemukan -0,543 0,435 1, ,58 0,212 0,25 1,36 0,066 Umur 0,827 0,465 3, ,29 0,076 0,92 5,69 Jenis Kelamin -0,183 0,431 0, ,83 0,671 0,36 1,94 Genetik -0,255 1,159 0, ,77 0,825 0,08 7,50 Constant. -0,977 1,167 0, ,38 0,403 Tabel. 4.6 menunjukkan bahwa dari beberapa variabel penelitian yaitu kegemukan, umur, jenis kelamin dan riwayat genetik, didapatkan bahwa umur respondenlah yang paling berhubungan dengan variabel terikat (dependent variable) yaitu prestasi akademik, ditandai dengan nilai Exp.(B) 2,29 dan nilai p = 0,076. B. Pembahasan 1. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Siswa. Berdasarkan dari masih tingginya angka kegemukan pada remaja usia sekolah maka penelitian ini berfokus pada remaja siswa sekolah dengan usia 13 hingga 15 tahun di tiga Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali, dengan jumlah responden sebanyak 161 orang, selanjutnya dilakukan pendataan meliputi data diri dan data antropometri yaitu tinggi badan dan berat badan lalu dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu gemuk dan obes, selanjutnya dilakukan pengambilan data tingkat kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani dapat menjadi indikator utama dari pola aktivitas fisik dimana kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor penyebab terjadinya masalah kegemukan. Perkembangan pembangunan yang memudahkan segala akses cenderung merubah pola hidup menjadi kurang gerak. Konsumsi energi yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup dapat menyebabkan penimbunan energi dalam bentuk lemak di tubuh sehingga mengakibatkan kenaikan berat badan (Kemenkes RI, 2014).
7 40 Pembinaan akan kebugaran jasmani sangat berpengaruh bagi siswa guna menunjang proses pembelajaran di sekolah, serta aktivitas fisik lain diluar sekolah. Sementara pada usia remaja, akan mulai terjadi perbedaan pertumbuhan, perkembangan dan pematangan oleh adanya pengaruh dari hormon (Giriwijoyo & Sidik, 2012). Kebugaran jasmani antara pria dan wanita dapat berbeda karena adanya perbedaan tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Setelah masa pubertas terdapat perbedaan, karena wanita memiliki jaringan lemak yang lebih banyak dan hemoglobin lebih rendah dibanding dengan pria. Hal yang sama juga terjadi pada kekuatan otot, karena perbedaan kekuatan antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran otot baik besar maupun proporsinya dalam tubuh (Erminawati, 2009). Tingkat kebugaran jasmani putera biasanya lebih baik dibandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani puteri. Hal ini juga bisa saja disebabkan karena kegiatan fisik yang dilakukan oleh putera lebih banyak dibandingkan dengan puteri. Setelah mencapai/melewati usia pubertas, anak laki-laki biasanya mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani anak perempuan (Suharjana, 2008). Sementara dari hasil analisis chi square hubungan kegemukan dengan kebugaran jasmani menurut jenis kelamin siswa sekolah menengah pertama usia tahun pada penelitian ini ditemukan bahwa ada hubungan antara kegemukan dengan tingkat kebugaran jasmani siswa laki-laki dengan nilai p=0,00 (p<0,05) dan tidak ada hubungan antara kegemukan dengan tingkat kebugaran jasmani siswa perempuan dengan nilai p=0,39 (p>0,05). Utari (2007) dan Thibault et al. (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi indeks massa tubuh, maka akan semakin rendah tingkat kebugaran jasmani pada anak usia tahun. Dalam aktivitas sehari-hari, kebugaran jasmani menggambarkan keadaan tubuh seseorang selain mampu mengerjakan pekerjaan rutin harian juga masih sanggup melakukan aktivitas fisik lainnya. Orang yang memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik dapat menjalankan aktifitas fisiknya dengan lebih baik pula. Olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi terutama sumber energi dalam tubuh. Selain itu aktivitas fisik juga dapat memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk penyeimbangan zat gizi (Kemenkes RI, 2014), dan pada anak usia
8 41 sekolah, pembinaan kebugaran jasmani sangatlah berpengaruh guna menunjang proses pembelajaran, serta aktivitas lain diluar sekolah (Giriwijoyo & Sidik, 2012). 2. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Siswa Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan kegiatan tertentu. Sementara belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya, Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum definisi belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk dapat berubah ke arah yang lebih baik, melalui serangkaian kegiatan yang dijalani selama proses belajar berlangsung (Isnaini, 2014). Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru (Sunarsih, 2009). Prestasi atau keberhasilan akademik dapat dioperasionalkan dalam bentuk-bentuk atau indikator-indikator berupa nilai raport (Azwar, 2011). Dari hasil analisis chi square ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik siswa sekolah menengah pertama baik pada laki-laki maupun pada perempuan dimana didapatkan nilai p=0,21 pada laki-laki (p>0,05) dan p=0,19 pada perempuan (p>0,05). Sutjijoso dan Zarfiel (2009), Annas (2011) berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan, obesitas maupun status gizi dengan prestasi belajar siswa. Namun hal berbeda disampaikan oleh Hartini et al (2011) dan Deliens et al. (2013) dimana status berat badan dan obesitas berhubungan bermakna dengan prestasi akademik siswa. Menurut Davis dan Cooper (2011) menyatakan bahwa kebugaran fisik berhubungan dengan prestasi dan kemampuan kognitif yang lebih baik, sedangkan kegemukan akan memperburuk keadaannya. Rismayanthi (2012) juga menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dan kebugaran jasmani secara bersamaan dengan prestasi hasil belajar mahasiswa. Kebugaran jasmani memberikan kontribusi paling besar terhadap prestasi belajar mahasiswa, dengan
9 42 memberikan sumbangan efektif sebesar 28,68%, sedangkan status gizi sebesar 10,32%. Lain halnya di Korea, So (2012) menyatakan bahwa remaja dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi akan berkorelasi positif terhadap prestasi belajar namun hanya pada laki-laki, dan aktivitas fisik yang sedang akan berkorelasi positif terhadap prestasi belajar pada keduanya (laki-laki dan perempuan). Umumnya ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik siswa, namun ada beberapa yang mungkin bisa lebih di perhatikan seperti faktor kesehatan, konsentrasi, suasana lingkungan baik di sekitar rumah maupun sekolah (Daryanto, 2010), dan menjaga pola makan sebab ada peningkatan prestasi akademik pada remaja yang memiliki pola makan yang baik serta melakukan aktivitas fisik dengan aktif (Stea dan Torstveit, 2014). Sebenarnya pendidikan jasmani dan olahraga disekolah juga bertujuan memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan sekaligus mengembangkan potensi anak baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral, mengembangkan potensi dari setiap anak baik dari segi kognitif, psikomotor dan afektif sebagai satu kesatuan (Paturusi, 2012), karena remaja yang terlibat secara aktif dalam olahraga akan memperlihatkan hasil akademik yang lebih baik daripada yang tidak (Giriwijoyo dan Sidik, 2012). C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu : 1. Pemilihan populasi dan sampling responden penelitian yang secara khusus dan terbatas hanya pada responden dengan kegemukan saja, menyebabkan tidak dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas, namun tetap dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam penanggulangan kegemukan siswa sekolah pada usia yang lebih lanjut. 2. Penentuan lokasi penelitian yang hanya terbatas pada populasi siswa di sekolah saja, sehingga belum cukup kuat untuk mencerminkan keadaan di suatu daerah. 3. Pengambilan data yang hanya dilakukan satu kali dan dengan satu tekhnik memungkinkan adanya faktor perancu lain yang belum terkendali seperti pola asupan makanan, pola istirahat/tidur maupun faktor lingkungan. Perlu dilakukan
10 43 penggunaan metode pengambilan data yang lebih bervariasi serta berulang pada penelitian yang lebih lanjut. 4. Analisis hasil penelitian dilakukan hingga berdasarkan stratifikasi gender responden yang membuat jumlah dari jenis sampel menjadi semakin mengecil. Pada penelitian yang lebih lanjut perlu dilakukan pembatasan jumlah dari setiap jenis sampel penelitian khususnya saat analisis data yang membagi sampel menurut stratifikasi.
11 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani pada laki-laki siswa Sekolah Menengah Pertama, namun tidak terdapat hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani pada siswa perempuan. 2. Tidak terdapat hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik siswa Sekolah Menengah Pertama baik pada laki-laki maupun pada perempuan. 3. Tidak terdapat hubungan antara kebugaran jasmani dengan prestasi akademik siswa Sekolah Menengah Pertama baik pada laki-laki maupun pada perempuan. B. Implikasi 1. Secara teoritis status gizi gemuk dan obes dapat menurunkan tingkat kebugaran jasmani sehingga dapat menghambat aktivitas fisik sehari-hari. 2. Secara praktis hasil penelitian ini memiliki implikasi khususnya pada siswa sekolah untuk tetap mempertahankan kebugaran jasmani dengan tetap melakukan aktivitas fisik yang cukup sehingga status berat badan lebih dapat terkontrol. C. Saran 1. Perlu adanya pemantauan status gizi maupun status kesehatan siswa secara rutin di sekolah, sehingga dapat sedini mungkin menentukan langkah penanganan. 2. Perlu adanya perhatian secara khusus terhadap siswa dengan kegemukan, pemberian aktivitas fisik secara rutin dan bertahap, sehingga kejadian kegemukan pada usia selanjutnya dapat ditekan meski dalam jangka waktu yang panjang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan merupakan masalah serius yang dihadapi di dunia, karena terus meningkat disemua negara. Tahun 2014, sebanyak 39% penduduk dewasa ( 18 tahun) menderita kegemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kemajuan zaman seperti sekarang ini dan arus globalisasi sangatlah mempengaruhi kehidupan setiap individu di Indonesia maupun di negara-negara lainnya baik ditinjau
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v SURAT PERNYATAAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktifitas fisik atau jasmani yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh. Salah satu cabang olahraga yang banyak digemari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kegemukan a. Pengertian Kegemukan Kegemukan diartikan sebagai keadaan abnormal dan kondisi berat badan yang berlebih yang akan menggangu kesehatan. Indeks Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik karena bertambahnya
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... i ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia merupakan masalah yang sering ditemui pada remaja putri. Remaja putri termasuk dalam kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi yang menjadi faktor penghambat pembangunan sumber daya manusia karena dapat menyebabkan terganggunya
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Adanya pergeseran budaya dari budaya gerak menjadi budaya diam menyebabkan terjadinya permasalahan pada aspek kesegaran jasmani. Hal ini disebabkan oleh dampak teknologi
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK SD DI PERKOTAAN DAN PEDESAAAN NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK SD DI PERKOTAAN DAN PEDESAAAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : ANISTIA LARAS PRATIWI J 120 110 086 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dalam peningkatan kesehatan termasuk gizi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan yaitu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas. mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas mengalami penurunan beberapa tahun terakhir. Pada Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas tahun ajaran 2012/2013, tingkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan
Lebih terperinciSpecific Dynamic Action
Kebutuhan Energi Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan sumber daya manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal pembangunan nasional, sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Terdapat hukum fisika yang berbunyi energi masuk = energi terpakai. Berdasarkan prinsip kesetaraan energi tersebut maka diperlukan keseimbangan energi terutama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara pesat. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan suatu pergerakan tubuh, dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2011). Aktifitas fisik menurut Departemen Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 217 18 HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI Enggar Anggraeni
Lebih terperinciPERANAN TENAGA KESEHATAN DALAM MEMPERBAIKI INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) REMAJA MELALUI PROGRAM SCHOOL HEALTH REPORT
PERANAN TENAGA KESEHATAN DALAM MEMPERBAIKI INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) REMAJA MELALUI PROGRAM SCHOOL HEALTH REPORT Atikah Rahayu 1*), Fahrini Yulidasari 2 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARTASURA 1 KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah berada pada perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif. Untuk menunjang perkembangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
Lebih terperinciISSN Vol 2, Oktober 2012
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi overweight dan obesitas telah meningkat selama tiga dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius sejak awal abad ke-21 (WHO,
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTOR EDUCABILITY, INDEKS MASSA TUBUH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES. Myrza Akbari*)
HUBUNGAN MOTOR EDUCABILITY, INDEKS MASSA TUBUH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES Myrza Akbari*) Abstrak: Prestasi belajar pendidikan jasmani dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan dari keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan energi dan zat gizi makro seperti protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN SKRIPSI... iv SURAT PERNYATAAN... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis
Lebih terperinciGambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.
102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme
Lebih terperincirumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²
BAB 4 METODOLOGI PENELITIP AN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnyaa dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.. Gambaran Umum 5... Lokasi Penelitian Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan selesai dibangun pada Juni 96. Stadion renang dengan kapasitas 8000 penonton ini direnovasi ulang
Lebih terperinciMUHAMMAD DZIKRY ABDULLAH AL GHAZALY, 2015 DAMPAK LATIHAN PADA DAERAH TUBUH TERTENTU TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan setiap manusia dalam menjalani kehidupannya. Kesehatan juga merupakan hal yang sangat penting karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kesadaran akan osteoporosis masih rendah, terutama dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif di mana terjadi proses
Lebih terperinciMETODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas menjadi hal yang paling diperhatikan di dunia karena prevalensi obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan di segala bidang menuju pada keadaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan yang ada disekitarnya, khususnya pengaruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran, selain itu olahraga juga dapat ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap gizi, oleh karena itu remaja perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Pertumbuhan pada remaja berlangsung secara cepat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman telah mengantarkan kita pada era modernisasi dimana segala sesuatu serba praktis dan instan. Hampir semua peralatan yang diperlukan manusia saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam peningkatan kualitas SDM adalah gizi yang baik,
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012
HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat indeks kesegaran jasmani merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur secara berkala. Manusia yang sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah golongan kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan asupan serat makanan pada remaja akan
Lebih terperinciMETODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena
Lebih terperinciHUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA Ahmad Syauqy 1 1 Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi email : asqyjbi30@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR Iis Mega Arianti, Winarni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar belakang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia merupakan salah satu sistem pendidikan yang berfungsi untuk membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini menjaga penampilan merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang wanita dapat menunjang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa Tubuh 2.1.1. Defenisi Indeks Masa Tubuh Indeks Massa tubuh (IMT) adalah alat ukur paling umum yang digunakan untuk mendefenisikan status berat badan anak, remaja,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju pembangunan di segala bidang. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan pada kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarapan didefinisikan mengkonsumsi makanan atau minuman yang menghasilkan energi dan zat gizi lain pada pagi hari, yang dilakukan dirumah sebelum berangkat melakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Proses pengambilan data dilakukan pada Oktober 2015 di SMP Negeri 1
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN Proses pengambilan data dilakukan pada Oktober 2015 di SMP Negeri 1 Surakarta. Total populasi sebanyak 785 orang. Pengambilan sampel terpilih dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh supaya memudahkan dalam beraktivitas. Menurut Dawn (2000: 2), manusia memperoleh bahan bakar terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti dengan peningkatan pendidikan dapat mengubah pola hidup dan pola makan, dari pola makan tradisional ke pola makan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia menghadapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Ukuran yang menentukan obesitas adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1. Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Semarang. 3.1.2. Lingkup Waktu Penelitian dilakukan sejak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produktivitas merupakan hal yang menentukan tingkat daya saing, baik pada tingkat individu, perusahaan, industri, maupun pada tingkat negara (Sumbodo, 2007).
Lebih terperinciMETODE. Desain, Waktu dan Tempat
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disusun berdasarkan rangkuman tinjauan teori yang ada, khususnya mengenai hubungan antara satu faktor risiko dengan faktor risiko lain yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi gelombang II setelah krisis ekonomi tahun 1997 kembali terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global. Krisis ekonomi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
Lebih terperinci