BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ladasa Teori Kebijaka Moeter Kebijaka moeter adalah upaya megedalika atau megarahka perekoomia makro ke kodisi yag diigika (yag lebih baik) dega megatur jumlah uag beredar. Kodisi yag lebih baik adalah meigkatya output keseimbaga da atau terpeliharaya stabilitas harga (iflasi terkotrol). Melalui kebijaka moeter pemeritah dapat mempertahaka, meambah, atau meguragi jumlah uag beredar dalam upaya mempertahaka kemampua ekoomi utuk tumbuh, sekaligus megedalika iflasi. Jika yag dilakuka adalah meambah jumlah uag beredar, maka kebijaka yag diambil adalah kebijaka ekspasif, sedagka kebijaka moeter kotraktif dilakuka dega meguragi jumlah uag beredar atau yag dikeal dega kebijaka uag ketat (tight moey policy) (Rahardja da Maurug, 2002 : 359). Meurut Poha (2008:31-34), istrume kebijaka moeter meliputi: a.cadaga Wajib (reserve requiremet) Cadaga Wajib merupaka ketetua bak setral yag mewajibka bak-bak utuk memelihara sejumlah alat-alat liquid sebesar persetase tertetu dari kewajiba lacarya. Peetapa besar kecilya cadaga miimum aka berdampak terhadap pergeraka suku buga. Maki tiggi cadaga miimum, aka meyebabka suku buga pijama (ledig rate) meigkat karea cost of loaable fud mejadi semaki tiggi, demikia juga sebalikya. 7

2 8 Di sampig itu, peetapa cadaga miimum oleh bak setral juga dapat merefleksika kemampua bak utuk dapat memberika pijama kepada masyarakat. Semaki kecil persetase cadaga miimum, semaki besar kemampua bak memafaatka daa cadagaya utuk memberika pijama dalam jumlah yag lebih besar kepada masyarakat. Sebalikya semaki besar persetase cadaga miimum, semaki berkurag kemampua bak utuk dapat memberika pijama kepada masyarakat. Melihat hal itu, pijama perbaka merupaka salah satu faktor yag dapat mempegaruhi jumlah uag beredar, sehigga dari pera iilah cadaga miimum dapat mejadi alat utuk meambah atau meguragi jumlah uag beredar. b.operasi Pasar Terbuka (ope market operatio) Operasi pasar terbuka merupaka kegiata jual-beli surat berharga yag dilakuka oleh bak setral. Kebijaka ii aka memiliki dampak kotraksi moeter saat bak setral melakuka pejuala surat-surat berharga. Hal ii disebabka karea peguraga alat-alat liquid bak aka memperkecil kemampua bak memberika pijama. Namu, jika bak setral melakuka kebijaka dega membeli surat-surat berharga maka aka membawa dampak ekspasi moeter. Hal ii disebabka karea peigkata alat-alat liquid bak aka memperbesar kemampuaya dalam memberika pijama. Operasi pasar terbuka dilakuka dega dua cara, yaitu melalui pejuala Sertifikat Bak Idoesia (SBI) da Itervesi Rupiah melalui fasilitas simpaa Bak Idoesia (FASBI). c. Fasilitas Diskoto (discout policy) Fasilitas diskoto merupaka kebijaka moeter utuk mempegaruhi jumlah uag beredar melalui pegatura suku buga pemberia kredit oleh bak

3 9 setral kepada bak-bak. Ketika bak setral meetapka tigkat diskoto lebih tiggi, maka bak-bak aka meguragi permitaa kredit dari bak setral yag pada giliraya aka meguragi kemampua bak-bak memberi pijama sehigga jumlah uag beredar meuru. Namu, jika bak setral meetapka tigkat diskoto lebih redah, bak-bak aka meigkatka permitaa kredit kepada bak setral utuk disalurka kepada masyarakat, sehigga jumlah uag beredar meigkat. d. Itervesi Valuta Asig (foreig exchage itervatio) Itervesi valuta asig merupaka kebijaka bak setral mempegaruhi jumlah uag beredar atau likuiditas di pasar uag melalui jual beli valuta asig atau cadaga devisa. Jika bak setral igi megetatka likuiditas rupiah di pasar uag, bak setral aka mejual cadaga devisaya. Sebalikya, pembelia valuta asig oleh bak setral aka meigkatka likuiditas rupiah di pasar uag. Dalam praktikya, itervesi valuta asig ii bayak dilakuka utuk upaya stabilisasi atau smoothig pergeraka ilai tukar mata uag sediri. e. Imbaua (moral suasio) Moral suasio merupaka imbaua bak setral kepada bak-bak utuk melakuka kebijaka tertetu. Imbaua ii bersifat tidak megikat, tetapi sebagai lembaga yag kredibel imbaua bak setral biasaya memiliki dampak yag cukup efektif dalam kebijaka moeter. Keragka strategis kebijaka moeter pada dasarya terkait dega peetapa tujua akhir kebijaka moeter (stabilitas harga, pertumbuha ekoomi, da perluasa lapaga kerja) serta strategi utuk mecapaiya

4 10 (exchage rate targetig, moetary targetig, iflatio targetig implicit but ot explicit achor) (Warjiyo da Soliki, 2004). Dalam hal ii tujua akhir yag igi dicapai oleh kebijaka moeter lebih terkait dega pertumbuha ekoomi da iflasi. Melalui pecapaia tujua ii, kebijaka moeter dapat memberika kotribusi yag optimal pada pecapaia stabilitas makro ekoomi secara keseluruha da pecapaia lapaga kerja. (i) Peargeta Nilai Tukar (exchage rate targetig) Strategi kebijaka moeter dega peargeta ilai tukar medasarka keyakia bahwa ilai tukarlah yag palig domia pegaruhya terhadap pecapaia sasara akhir kebijaka moeter. Umumya, strategi ii ditempuh oleh egara-egara dega perekoomia kecil tapi sagat terbuka, seperti Sigapura da Belada. Dalam pelaksaaaya ada tiga alteratif yag dapat ditempuh. Pertama, dega meetapka ilai mata uag domestik terhadap harga komoditas tertetu yag diakui secara iterasioal, seperti emas (stadar emas). Kedua, dega meetapka ilai mata uag domestik terhadap mata uag egaraegara besar yag mempuyai laju iflasi yag redah. Ketiga, meyesuaika ilai mata uag domestik terhadap mata uag egara tertetu ketika perubaha ilai mata uag diperkeaka sejala dega perbedaa laju iflasi diatara kedua egara (crawlig peg). Disampig kelebiha-kelebiha di atas peerapa strategi ii juga mempuyai kelemaha sebagai berikut. Pertama, peargeta ilai tukar dalam kodisi ketika perekoomia suatu egara sagat terbuka da mobilitas daa luar egeri sagat tiggi aka meghilagka idepedesi kebijaka moeter

5 11 domestik dari pegaruh luar egeri tersebut. Kedua, peargeta ilai tukar dapat meyebabka setiap gejolak struktural yag terjadi di egara lai aka ditrasmisika atau berdampak secara lagsug pada stabilitas perekoomia domestik. Ketiga, peargeta ilai tukar reta terhadap tidaka spekulasi dalam pemegaga mata uag domestik. (ii) Peargeta Besara Moeter (moetary targetig) Pada bayak egara, peargeta ilai tukar buka mejadi piliha utama dari strategi kebijaka moeterya karea tidak ada suatu egara yag mata uagya secara meyakika dapat dijadika acua dalam peetapa strategi oleh egara lai. Utuk itu, beberapa egara lebih memilih peargeta besara moeter sebagai sasara atara, misalya uag beredar dalam arti sempit (M1) da dalam arti luas (M2), serta kredit. Kelebiha utama dari peargeta besara moeter dibadigka dega peargeta ilai tukar adalah dimugkikaya kebijaka moeter yag idepede sehigga bak setral dapat memfokuska pecapaia tujua yag ditetapka seperti laju iflasi yag redah da pertumbuha ekoomi yag berkesiambuga. Sebagaimaa peargeta ilai tukar, peargeta besara moeter memugkika masyarakat segera megetahui stace arah kebijaka moeter yag ditempuh oleh bak setral. Siyal tersebut diharapka dapat megarahka ekspektasi masyarakat terhadap laju iflasi yag aka terjadi serta meguragi tekaa iflasi. Strategi ii sagat tergatug pada kestabila hubuga atara besara moeter dega sasara akhir kebijaka (perkembaga harga da output). Dega semaki berkembagya istrume keuaga da semaki

6 12 teritegrasiya perekoomia domestik dega iterasioal, maka kestabila hubuga tersebut mejadi tergaggu, seperti tercermi pada ketidakstabila icome velocity (tigkat perputara uag dalam ekoomi). Hal ii atara lai yag mejadi alasa megapa bak setral tidak meerapka strategi ii dega kaku, atau bahka meiggalka strategi ii. (iii) Peargeta Iflasi (iflatio targetig) Dega melemahya hubuga atara besara moeter da sasara akhir dari kebijaka moeter, bayak egara mulai megadopsi peargeta iflasi dalam pelaksaaa kebijaka moeterya. Peargeta iflasi dilakuka deg megumumka kepada publik megeai target iflasi jagka meegah da komitme bak setral utuk mecapai stabilitas harga sebagai tujua jagka pajag dari kebijaka moeter. Utuk mecapai sasara iflasi tersebut, strategi ii tidak medasarka pada satu idikator saja, misalya ilai tukar atau uag beredar saja, tetapi megevaluasi berbagai idikator kuci yag releva utuk perumusa kebijaka moeter. Hal yag diutamaka adalah pecapaia sasara akhir iflasi, da buka pecapaia sasara atara seperti uag beredar atau ilai tukar. (iv) Strategi kebijaka moeter tapa jagkar (implicit but ot explicit achor) Dalam ragka mecapai kierja perekoomia yag memuaska seperti iflasi yag redah da stabil serta pertumbuha ekoomi yag sehat, beberapa egara lebih memilih strategi kebijaka moeter tapa megugkapka peargeta secara tegas. Aka tetapi, bak setral tersebut tetap memberika perhatia da komitme utuk mecapai tujua akhir kebijaka moeter. Sebagai

7 13 salah satu cotoh adalah bak setral Amerika Serikat yag tidak meyebutka secara tegas megeai jagkar omial yag diguaka. Walaupu di Amerika Serikat strategi ii telah berhasil, strategi ii diaggap kurag terbuka/traspara sehigga masyarakat cederug mereka-reka maksud da tujua kebijaka yag dikeluarka oleh bak setral. Hal ii dapat memicu ketidakpastia di pasar megeai prospek perkembaga harga da output. Ketidaktegasa strategi tersebut juga dapat meuruka akutabilitas bak setral di mata masyarakat da parleme karea tidak adaya kriteria keberhasila pecapaia kebijaka moeter yag umumya ditetuka terlebih dahulu Iflatio Targetig Framework (ITF) Dalam melaksaaka kebijaka moeter, Bak Idoesia megaut sebuah keragka kerja yag diamaka Iflatio Targetig Framework (ITF). Keragka kerja ii diterapka secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumya megguaka kebijaka moeter yag meerapka uag primer (base moey) sebagai sasara kebijaka moeter. Iflatio Targetig Framework merupaka suatu keragka kerja kebijaka moeter yag mempuyai ciri-ciri utama yaitu adaya peryataa resmi dari bak setral da dikuatka dega udag-udag bahwa tujua akhir kebijaka moeter adalah mecapai da mejaga tigkat iflasi yag redah, serta pegumuma target iflasi kepada publik. Secara eksplisit diyataka bahwa iflasi yag redah da stabil merupaka tujua utama dari kebijaka moeter. Perluya mecapai da mejaga tigkat iflasi yag redah da stabil didasarka oleh dua hal (Warjiyo da Soliki, 2004) yaitu adaya biaya sosial

8 14 yag harus ditaggug oleh masyarakat akibat terjadiya laju iflasi yag tiggi, serta adaya temua empiris yag meujukka bahwa dalam jagka meegahpajag, kebijaka moeter haya aka berpegaruh terhadap iflasi, buka pada pertumbuha ekoomi, walaupu belum terdapat kesepakata tetag pegaruh kebijaka moeter dalam jagka pedek terhadap pertumbuha ekoomi dalam jagka pedek. Meurut Bak Idoesia terdapat sejumlah alasa pegguaa jagkar omial dega ITF yaitu : 1. ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dega sasara iflasi secara eksplisit masyarakat aka memahami arah iflasi. Sebalikya dega sasara base moey, apalagi jika hubugaya dega iflasi tidak jelas, masyarakat lebih sulit megetahui arah iflasi kedepa. 2. ITF yag memfokuska pada iflasi sebagai prioritas kebijaka moeter sesuai dega madat yag diberika kepada Bak Idoesia. 3. ITF bersifat forward lookig sesuai dega dampak kebijaka pada iflasi yag memerluka time lag. 4. ITF meigkatka trasparasi da akutabilitas kebijaka moeter medorog kredibilitas kebijaka moeter. Aspek trasparasi da akutabilitas serta kejelasa aka tujua ii merupaka aspek-aspek good goverace dari sebuah bak yag telah diberika idepedesi. 5. ITF tidak memerluka asumsi kestabila hubuga atara uag beredar, output da iflasi. Sebalikya, ITF merupaka pedekata yag lebih

9 15 komprehesif dega mempertimbagka sejumlah variabel iformasi tetag kodisi perekoomia Peaama Modal Asig (PMA) Meurut Krugma da Obsfeld (2003), FDI atau Peaama Modal Asig adalah arus modal iterasioal dimaa perusahaa dari suatu egara medirika atau memperluas perusahaaya ke egara lai. Oleh karea itu tidak haya terjadi pemidaha sumber daya, tetapi juga pemberlakua kotrol terhadap perusahaa di luar egeri. Ivestasi asig juga merupaka salah satu upaya utuk meigkatka jumlah modal utuk pembagua ekoomi yag bersumber dari luar egeri. Meurut Udag-udag Nomor 25 Tahu 2007 tetag peaama modal, peaama modal asig didefiisika sebagai kegiata meaam modal utuk melakuka usaha di wilayah egara Republik Idoesia yag dilakuka oleh peaam modal asig, baik yag megguaka modal asig sepeuhya maupu yag berpatuga dega peaam modal dalam egeri dega tujua atara lai utuk meigkatka pertumbuha ekoomi, meciptaka lapaga kerja, meigkatka pembagua ekoomi berkelajuta, meigkatka kemampua daya saig duia usaha dalam egeri, meigkatka kapasitas da kemampua tekologi asioal, medorog pegembaga ekoomi kerakyata, megolah ekoomi potesial mejadi kekuata ekoomi riil dega megguaka daa yag berasal, baik dari dalam egeri maupu luar egeri da meigkatka kesejahteraa masyarakat.

10 16 Meurut Salvatore (2007:418), ivestasi dibedaka atas ivestasi asig lagsug (foreig direct ivestmet) da ivestasi portofolio (portofolio ivestmet). Ivestasi asig lagsug meliputi ivestasi ke dalam aset-aset secara yata yaitu berupa pembagua pabrik-pabrik, pegadaa berbagai macam barag modal, pembelia taah utuk keperlua produksi, pembelajaa berbagai peralata ivetaris da sebagaiya, da biasaya dibaregi dega peyeleggaraa fugsi-fugsi maajeme, da pihak ivestor sediri tetap mempertahaka kotrol terhadap daa-daa yag telah ditaamkaya, sedagka ivestasi portofolio adalah ivestasi yag melibatka haya aset-aset fiasial saja, seperti obligasi da saham, yag dideomiasika atau terilai dalam mata uag asioal. Kegiata-kegiata ivestasi portofolio atau fiasial ii biasaya berlagsug melalui lembaga-lembaga keuaga seperti bak, perusahaa daa ivestasi, yayasa pesiu da sebagaiya. Dibadigka dega ivestasi portofolio, peaama modal asig lebih bayak mempuyai kelebiha diataraya sifatya jagka pajag, bayak memberika adil dalam alih tekologi, alih ketrampila maajeme, membuka lapaga kerja baru. Lapaga kerja ii sagat petig bagi egara sedag berkembag seperti Idoesia, megigat terbatasya kemampua pemeritah utuk meyediaka lapaga pekerjaa. Meurut Muwari (2007) pedekata terhadap petigya PMA dalam perekoomia suatu egara dapat dilihat melalui model perekoomia terbuka yag dimulai dega persamaa idetitas sebagai berikut : Y C + I + G + (X-M).....(2.1)

11 17 Y C + S + T... (2.2) Sehigga jika persamaa (1) da (2) disubstitusika mejadi: C + S + T = C + I + G + (X-M) (2.3) S + T = I + G + (X-M).....(2.4) (S-I) + (T-G) = (X-M) (2.5) Dalam suatu perekoomia dimaa kodisi (S-I) egatif atau terdapat kesejaga atara ivestasi da tabuga (savig-ivestmet gap) serta atara pajak da pegeluara pemeritah (T-G) egatif (aggara pemeritah defisit) maka seharusya dapat dibiayai dega surplus pada eraca perdagaga (X-M). Jika pada keyataaya surplus eraca perdagaga tidak mampu meutup kodisi double deficit tersebut, maka pemeritah harus mecari sumber dari luar egeri. Hal ii dapat diperoleh dega dua cara, yaitu dega pijama luar egeri da peaama modal asig (Muwari, 2007). Meurut Brooks,et,al (2003), alira modal dari suatu egara ke egara laiya bertujua utuk memperoleh pedapata yag lebih tiggi, yag lebih produktif da juga sebagai diversifikasi usaha. Hasil yag diharapka dari alira modal iterasioal adalah meigkatya output da kesejahteraa duia. Disampig peigkata icome da output, keutuga bagi egara tujua dari alira modal asig adalah: 1. ivestasi asig membawa tekologi yag lebih mutakhir. Besar kecilya keutuga bagi egara tujua tergatug pada kemugkia peyebara tekologi yag bebas bagi perusahaa.

12 18 2. ivestasi asig meigkatka kompetisi di egara tujua. Masukya perusahaa baru dalam sektor yag tidak diperdagagka (o tradable sector) meigkatka output idustri da meuruka harga domestik, sehigga pada akhirya aka meigkatka kesejahteraa. 3. ivestasi asig meghasilka ivestasi domestik. Dalam aalisis terhadap 58 egara berkembag, Bosworth da Colli dalam Brooks,et,al (2003) meemuka bahwa sekitar setegah dari setiap dollar alira modal meyebabka meigkatya ivestasi-ivestasi domestik. 4. ivestasi asig memberika keutuga dalam hal meigkatka akses pasar karea skala ekoomis. 5. ivestasi asig dapat berpera dalam megatasi kesejaga ilai tukar dega egara tujua (ivestmet gap). Masukya ivestasi asig dapat megatasi masalah tidak tercukupiya valuta asig yag diguaka utuk membiayai impor faktor produksi dari luar egeri. Kwa (1998), meyataka bahwa peigkata yag cepat dalam ivestasi lagsug di Asia sejak awal 1990-a mejadi sumber daa pedukug pembagua ekoomi Asia. Hal ii karea ivestasi lagsug merupaka sumber daa yag palig stabil da dapat lagsug memperbesar kapasitas produksi. Selai itu, PMA dipegaruhi oleh beberapa faktor, diataraya faktor stabilitas politik da keamaa suatu egara yag palig dipertimbagka oleh ivestor asig (Sjoholm, 2000). Meurut Sarwedi (2002) perlu dipahami bahwa sesugguhya ivestor asig (fud maager) sudah memahami kodisi da karakteristik suatu egara,

13 19 sehigga kebijaka apapu yag digulirka oleh satu egara aka terpatau oleh ivestor. Saat ii yag terjadi adalah peolaka oleh ivestor yag semaki tiggi yag disebabka oleh bayak faktor, baik ekoomi maupu o ekoomi. Peurua PMA di Idoesia saat ii perlu dicermati sebagai perigata (warig) bagi pemeritah utuk lebih memperhatika kebijaka sektor ii gua medorog peigkata perekoomia yag lebih baik. Bagaimaapu juga kebijaka ivestasi aka terkait lagsug dega kebijaka idustri, perdagaga, da juga kebijaka o ekoomi laiya. Hubuga atara variabel ekoomi da o-ekoomi ii aka lebih baik jika terjadi good commitmet seluruh kompoe bagsa utuk bersama-sama megejar ketertiggala dari egara lai. Dari hasil aalisis yag dilakuka oleh Sarwedi dega megguaka model koreksi kesalaha (error correctio model= ECM) meujukka bahwa variabel makroekoomi (GDP, Growth, ekspor, da upah pekerja) memiliki hubuga positif terhadap FDI di Idoesia sedagka variabel stabilitas politik memiliki hubuga egatif. Hal ii megidikasika bahwa sesugguhya peguata ecoomic determiat yag didukug oleh kebijaka (policy) yag kodusif aka berpegaruh terhadap kierja FDI di Idoesia. Hasil peelitia yag dilakuka oleh Tambua da Dasril (2009) meyataka bahwa dalam dua puluh egara yag palig mearik bagi PMA, Vietam berada pada posisi pertama di dalam kelompok ASEAN, atau egara ke tiga setelah Chia da Idia sebagai egara yag sagat mearik bagi PMA, meurut lapora dari UNCTAD. Fakta ii merupaka suatu tataga besar bagi Idoesia, dari hasil peelitia dapat diketahui bahwa terdapat bayak faktor yag

14 20 mejadi pertimbaga yag membuat Vietam jauh lebih mearik daripada Idoesia sebagai tempat tujua PMA, yag atara lai meliputi kemudaha melakuka usaha, biaya teaga kerja yag redah, adaya kebijaka ekoomi yag terbuka (outward lookig), jumlah peduduk yag terus meigkat yag membuat kosumsi dalam egeri juga terus meigkat. Terakhir adalah orag (pekerja) Vietam mudah dilatih karea disipli da pedidika dasarya relatif baik. Kombiasi atara faktor ii dega upah teaga kerja yag relatif murah mejadi sagat mearik bagi PMA, khususya di idustri-idustri yag tidak tergatug pada baha baku alam (footloose). Tambua da Dasril (2009) juga melakuka peelitia terhadap egara Thailad. Dimaa dalam upaya meigkatka ivestasi lagsug, termasuk mearik sebayak mugki PMA, hal yag dilakuka oleh pemeritah Thailad adalah dega memberika berbagai macam isetif, yag dapat digologka ke dalam dua kategori, yaki isetif o-pajak da isetif pajak. Isetif o-pajak adalah atara lai: hak kepemilika taah bagi ivestor asig, iji membawa teaga ahli da tekisi asig, da iji kerja da fasilitas pegurusa visa. Isetif pajak adalah atara lai: peghapusa pajak pedapata perusahaa sampai 8 tahu, peguraga pajak impor, atau bahka pembebasa pajak bagi mesimesi da baha metah Hubuga Kebijaka Moeter dega Peaama Modal Asig (PMA) Di bawah regim devisa bebas (perfect capital mobility), dalam sistem ilai tukar megambag bebas, maka kebijaka moeter aka lebih efektif. Hal ii sebagaimaa dijelaska dalam Model Mudell-Flemmig pada Gambar 2.1.

15 21 r ) ܯ) ܯܮ ܧ ଵ ܧ ) ଵ ܯ) ܯܮ r f =r 0 BP ଵ ݎ ) ଵ ߨ) ܫ ) ߨ) ܫ Y ଵ Sumber: Froye (2002) Gambar 2.1 Model Mudell-Flemmig Kebijaka moeter ekspasif aka meggeser kurva LM ke kaa dari LM (M 0 ) mejadi kurva LM (M 1 ). Hal ii meyebabka tigkat buga domestik aka turu da medorog ilai tukar domestik meigkat da akhirya meyebabka aikya et eksport. Naikya et eksport aka meggeser kurva IS ke kaa dari IS (π 0 ) sampai dega IS (π 1 ) yaitu sama dega aikya ilai tukar domestik dariπ 0 mejadiπ 1. Keseimbaga bergeser dari E 0 mejadi E 1, da meyebabka pedapata asioal meigkat dari Y 0 mejadi Y 1. McCulloh dalam Froot (1993) megataka bahwa keaika biaya produksi akibat deperesiasi mata uag domestik aka meyebabka ivestor berpidah ke daerah lai yag memiliki biaya produksi yag relatif lebih redah. Hal ii megigat bahwa sebagia besar PMA masih megguaka iput impor dalam proses produksi. Oleh karea itu, keuggula dari maajeme global yag

16 22 teritegrasi ditutut utuk membagu PMA yag lebih megutugka dari ilai mata uag egara tujua. Che (2005) megataka bahwa ilai tukar mata uag asig berpegaruh terhadap alira modal masuk. Dalam ragka meguragi tekaa iflasi dalam perekoomia, bak setral meuruka tigkat suku buga yag meyebabka jumlah uag beredar cederug berkurag, da medorog keaika ilai uag. Permitaa asig aka mata uag domestik meuru, da harga mata uag domestik di pasar valuta asig aka meuru. Jumlah yag tetap dari mata uag asig aka memperoleh lebih bayak mata uag domestik sehigga mejadi isetif bagi ivestor asig utuk berivestasi di dalam egeri. Hal ii aka medorog aikya tigkat pertumbuha PMA. Meurut Rosseberg (2003) tigkat mobilitas modal berpera petig dalam meetuka reaksi ilai tukar terhadap perubaha dalam kebijaka moeter. Sebagai cotoh, kebijaka moeter yag ekspasif aka meyebabka besarya depresiasi mata uag karea terpegaruh oleh tigkat buga domestik yag aka meyebabka alira modal keluar da aka meeka mata uag domestik. Semaki sesitif alira modal terhadap perubaha tigkat buga, semaki besar reaksi alira modal terhadap peurua tigkat buga. Semaki tiggi mobilitas modal berpidah, semaki besar depresiasi mata uag aka terjadi sebagai reaksi terhadap ekspasi moeter.

17 Hubuga Pertumbuha Ekoomi dega Peaama Modal Asig (PMA) Meurut Simo Kuzets dalam Todaro da Smith (2003:99) pertumbuha ekoomi adalah keaika kapasitas dalam jagka pajag dari egara yag bersagkuta utuk meyediaka berbagai barag ekoomi kepada pedudukya. Pertumbuha ekoomi juga merupaka salah satu idikator yag amat petig dalam melakuka aalisis tetag pembagua ekoomi yag terjadi pada suatu egara da lebih meujuk kepada perubaha yag bersifat kuatitatif (quatitative chage) da biasaya diukur dega megguaka data Produk Domestik Bruto (GDP) atau pedapata atau ilai akhir pasar (total market value) dari barag-barag akhir da jasa-jasa (fial goods ad services) yag dihasilka dari suatu perekoomia selama kuru waktu tertetu (biasaya satu tahu). Meurut Samuelso da Nordhaus (2000:248), pertumbuha ekoomi digambarka sebagai ekspasi Produk Domestik Bruto (PDB) potesial atau output asioal suatu egara. Oleh karea itu, secara umum ivestasi tergatug pada ilai PDB yag diperoleh dari seluruh kegiata ekoomi. Laju pertumbuha PDB selai mejadi salah satu idikator utama ekoomi makro yag serig diguaka dalam megaalisis kierja ekoomi suatu egara, juga mejadi cermia atas potesi pasar dalam egeri da proses pembagua ekoomi dari egara tersebut, yag terutama sagat petig bagi ivestor-ivestor asig, egara-egara door da lembaga keuaga iterasioal. Dalam megukur keseluruha kierja suatu egara, bak duia memakai presetase pertumbuha PDB da variabel-variabel makro laiya seperti laju

18 24 iflasi, pertumbuha ivestasi, da perkembaga eraca perdagaga sebagai idikator-idikator utama (Tambua, 1998:52). Ivestasi mejadi faktor pedukug yag petig bagi pertumbuha ekoomi da peigkata produktifitas teaga kerja. Semetara itu teaga kerja da jumlah (stock) capital da beberapa iput-iput yag lai merupaka faktor peetu pertumbuha ekoomi. Keaika PDB disebabka oleh adaya ivestasi yag dilajutka dega peigkata jumlah kapital yag kemudia mampu meigkatka jumlah output. Dari uraia tersebut dapat disimpulka besar kecilya ivestasi dicermika dari jumlah output yag dihasilka oleh suatu egara yag selajutya jumlah output meyebabka perubaha PDB suatu egara (Nopiri, 2000:133) Hubuga Suku Buga Kredit Ivestasi dega Peaama Modal Asig (PMA) Fisher (1986) meyataka hal yag meghubugka atara icome da capital adalah rate of iterest (tigkat buga). Defiisi tigkat buga adalah sebagai prosetase dari premium yag dibayarka atas uag pada satu hari jika uag masih di taga dalam waktu satu tahu kemudia. Fisher juga megataka bahwa secara teori, kita dapat meggati uag dalam peryataa ii dega gadum atau berbagai barag. Namu praktekya, haya uag yag dapat diperdagagka atara saat ii da yag aka datag. Oleh kareaya, tigkat buga serig disebut sebagai harga dari uag, da pasar dimaa uag diperdagagka utuk harga tertetu di saat ii da yag aka datag disebut dega pasar uag. Di Idoesia dikeal beberapa

19 25 jeis suku buga jagka pedek yaitu suku buga SBI (Sertifikat Bak Idoesia), suku buga SBPU (Surat Berharga Pasar Uag), suku buga PUAB (Pasar Uag Atar Bak), suku buga kredit modal kerja, suku buga kredit ivestasi, da deposito berjagka 1 bula sampai 2 tahu. Aalisis biaya dalam ivestasi adalah lebih rumit daripada biaya komoditi lai karea barag-barag modal yag diguaka berumur pajag. Apabila membeli barag-barag yag berumur pajag, maka harus meghitug harga dari modal itu, dalam hal ii diyataka dalam tigkat buga pijama atau kredit. Pegaruh dari tigkat suku buga kredit terhadap ivestasi dijelaska oleh pemikira ahli-ahli ekoomi klasik yag meyataka bahwa ivestasi adalah fugsi dari tigkat buga. Pada ivestasi, semaki tiggi tigkat buga maka keigia utuk melakuka ivestasi juga maki kecil. Alasaya, seorag ivestor aka meambah pegeluara ivestasiya apabila keutuga yag diharapka dari ivestasi lebih besar dari tigkat buga yag harus dibayarka utuk daa ivestasi tersebut yag merupaka biaya dari pegguaa daa (cost of capital). Semaki redah tigkat buga, maka ivestor aka lebih terdorog utuk melakuka ivestasi, sebab biaya pegguaa daa juga semaki kecil. Pada Gambar 2.2 meujukka bahwa ivestor haya melakuka ivestasi sebesar I1 pada tigkat buga sebesar i1. Namu, ketika tigkat buga turu mejadi i2, ivestor cederug meambah pegeluara ivestasiya mejadi sebesar I2. Kemudia, apabila tigkat buga semaki megalami peurua, yaitu mejadi sebesar i3, ivestor aka semaki meambah pegeluara ivestasiya, yaitu mejadi sebesar I3. Hal ii dikareaka semaki redah tigkat buga, maka

20 26 biaya pegguaa daa yag diguaka oleh para ivestor utuk melakuka ivestasi juga semaki redah. Oleh karea itu, para ivestor aka lebih tertarik utuk melakuka ivestasi pada kodisi tigkat buga yag redah. Tigkat Buga ଵ ଶ ଷ Sumber : Nopiri (2000) Gambar 2.2 Teori Klasik Tetag Tigkat Buga Tigkat buga dapat mempegaruhi aggregat moey demad, dimaa aikya tigkat buga dapat meyebabka idividu dalam perekoomia meguragi permitaa aka uag. Sehigga, jika faktor lai tetap, maka aggregat moey demad aka berkurag jika tigkat buga aik. Tigkat buga juga merupaka faktor yag diduga kuat berpegaruh terhadap ivestasi, karea tigkat buga merupaka salah satu kompoe utama dalam biaya modal (Muwari, 2007). 0 I ଵ I ଶ I ଷ Ivestasi Hubuga Nilai Tukar dega Peaama Modal Asig (PMA) Nilai tukar suatu mata uag didefiisika sebagai harga relatif dari suatu mata uag terhadap mata uag laiya. (BI, 2004). Pada dasarya terdapat tiga sistem ilai tukar, yaitu: (1) fixed exchage rate (sistem ilai tukar tetap), (2) maaged floatig exchage rate (sistem ilai tukar megambag terkedali), (3) floatig exchage rate (sistem ilai tukar megambag).

21 27 1. Fixed exchage rate system (Sistem ilai tukar tetap) Meurut Samuelso da Nordhaus (2004:320), sistem ilai tukar tetap merupaka sistem ilai tukar yag terjadi ketika pemeritah meetapka suatu ilai tukar resmi, yag dipertahaka melalui itervesi da kebijaka moeter. Ketika mematok ilai tukar, maka pemeritah harus megitervesi pasar valuta asig utuk mempertahaka ilai tukar mata uag tersebut. Itervesi pemeritah atas ilai tukar terjadi ketika pemeritah membeli atau mejual valuta asig utuk mempegaruhi mata uag. Halwai (2005:158) da Warjiyo (2004:69) meambahka dalam sistem ilai tukar tetap, bak setral meetapka tigkat ilai tukar mata uag domestik terhadap mata uag egara lai pada tigkat tertetu. Bila terjadi kekuraga atau kelebiha peawara atau permitaa valuta asig sehigga megakibatka tigkat ilai tukar mejadi lebih redah ataupu lebih tiggi dari yag ditetapka pemeritah, maka pemeritah dalam hal ii aka megambil tidaka utuk membawa tigkat ilai tukar kearah yag ditetapka atau utuk mempertahaka ilai tukar yag ditetapka dega cara mejalaka jual beli mata uag asig di pasar valuta asig. Meurut Dorbusch, dkk (2001:280) devaluasi merupaka kebijaka peurua ilai tukar mata uag domestic terhadap mata uag asig dalam sistem ilai tukar tetap (fixed exchage rate) yag dilakuka oleh pemeritah suatu egara. Devaluasi berarti bahwa orag asig membayar lebih sedikit utuk mata uag yag didevaluasi da masyarakat yag mata uagya didevaluasi membayar lebih mahal utuk mata uag asig. Tidaka pemeritah suatu egara utuk

22 28 meaikka ilai tukar mata uag dalam egeri terhadap mata uag domestik disebut revaluasi. 2. Freely floatig exchage rate (Sistem ilai tukar megambag bebas) Samuelso da Nordhaus (2004:319) meyataka bahwa sebuah egara memiliki ilai tukar yag fleksibel apabila pergeraka ilai tukar berasal dari pegaruh permitaa da peawara yag terjadi di pasar bebas. Dega demikia, meurut Warjiyo (2004:70) ilai tukar dikataka melemah apabila diperluka ilai uag yag lebih bayak utuk membeli valuta asig dalam jumlah yag sama, sebalikya ilai tukar dikataka meguat apabila ilai uag yag diperluka lebih sedikit utuk membeli valuta asig dalam jumlah yag sama. Pada sistem semacam ii, pemeritah tidak perlu meetapka ilai tukar valuta asig. Samuelso (2004:280) megemukaka bahwa peurua ilai tukar mata uag dalam egeri terhadap mata uag asig secara otomatis diyataka sebagai depresiasi, sedagka keaika ilai tukar mata uag domestik terhadap mata uag asig secara otomatis disebut apresiasi. Jadi istilah apresiasi da depresiasi diperguaka utuk megirigi sistem ilai tukar megambag bebas (floatig exchage rate). 3. Maaged floatig exchage rate (Sistem ilai tukar megambag terkedali) Meurut Samuelso da Nordhaus (2004:319) pada sistem ilai tukar megambag terkedali, ilai tukar ditetapka oleh kekuata pasar amu tetap melibatka campur taga pemeritah dalam hal mejual da membeli mata uag atau megubah peawara uag utuk mempegaruhi kurs. Meurut Carbaugh

23 29 (2001:486) ada dua motif yag medasari dilakukaya sistem ilai tukar megambag terkedali disuatu egara, yaitu motif pertama adalah suatu egara yag meerapka sistem ilai tukar megambag terkedali dapat melakuka itervesi pada pasar valuta asig utuk meghidari fluktuasi ilai tukar yag dapat meguragi posisi daya saig yag dimiliki suatu egara di dalam pasar iterasioal. Motif kedua adalah adaya pertimbaga bahwa sistem ilai tukar megambag bebas meyebabka kegagala pasar yag kemudia meimbulka adaya fluktuasi ilai tukar yag semaki tidak meetu. Sistem ilai tukar yag diaut suatu egara memaika peraa petig terhadap kestabila ilai tukar. Secara historis, perubaha kebijaka moeter dapat mempegaruhi ilai tukar. Pedekata moeter meyataka bahwa perubaha dalam jumlah uag beredar merupaka peetu utama dari pergeraka ilai tukar (Roseberg, 2003). Kebijaka moeter yag terlalu ekspasif meyebabka tekaa terhadap turuya ilai mata uag, begitu pula sebalikya. Meurut Fisher da Jordo (1995 :281), ilai tukar mejadi acua yag sagat petig bagi ivestor sebelum megivestasika daaya di suatu egara. Ivestor dalam melakuka ivestasi sagat mempertimbagka pergeraka ilai tukar, apakah ilai tukar diegara tersebut megalami apresiasi atau revaluasi ataukah megalami depresiasi atau devaluasi. Kurs da peaama modal asig memiliki hubuga yag egatif. Jika terjadi depresiasi atau devaluasi, ceteris paribus, maka PMA aka meigkat. Di sisi lai, jika suatu egara megalami apresiasi atau revaluasi, ceteris paribus, maka peaama modal asig di suatu egara aka turu.

24 Hubuga Iflasi dega Peaama Modal Asig (PMA) Pegertia iflasi adalah suatu posisi perekoomia dimaa tigkat harga umum terus meerus aik karea adaya perbedaaa atara pedapata asioal dalam betuk pegeluara yag lebih besar dibadigka produk asioal. Meurut Nopiri (2000:25) iflasi merupaka keaika terus meerus dalam ratarata tigkat harga yag berlaku dalam suatu perekoomia. Keaika harga dari satu barag saja tidak disebut iflasi da keaika yag haya terjadi sekali saja (meskipu dega presetase yag cukup besar) buka merupaka iflasi. Jeis-jeis iflasi berdasarka peyebabya atara lai (Nopiri, 2000) : a. Demad-pull iflatio Iflasi ii timbul karea permitaa masyarakat atas beberapa barag yag terlalu kuat. Oleh karea itu terjadi keaika harga sebagai akibat dari adaya keaika permitaa pada tigkat produksi yag telah berada pada keadaa kesempata kerja peuh. Gambar 2.3 meggambarka suatu demad-pull iflatio. Karea jumlah uag beredar bertambah, permitaa masyarakat atas kosumsi cederug meigkat, sehigga meggeser kurva permitaa ke kaa (AD2). Hal ii meyebabka produksi da permitaa dari Q1 ke Q2. Meskipu demikia, harga mejadi lebih mahal dari sebelumya (P1 ke P2). Sehigga iteraksi yag demikia meimbulka iflasi.

25 31 AS P 2 P 1 AD 1 AD 2 0 Q1 Q2 Q Sumber: Nopiri (2000) b. Cost Push Iflatio Gambar 2.3 Demad-pull Iflatio Keaika biaya produksi aka diikuti dega peristiwa aikya harga da turuya produksi secara terus meerus yag pada giliraya meimbulka costpush iflatio. Gambar 2.4 mejelaska keaika harga (P1 ke P2) terjadi akibat meigkatya biaya produksi. Hal ii medorog produse utuk meguragi jumlah produksiya (AS2), dampakya jumlah produksi barag mejadi berkurag da harga meigkat. Cost Push Iflatio membawa dampak yag lebih buruk, karea selai keaika harga, jumlah produksi juga ikut berkurag. Sehigga masyarakat meaggug keaika harga da kesulita medapatka barag. ଶ ܣ ଶ ଵ ܣ ଵ AD 0 ଶ ଵ Q Sumber : Nopiri (2000:31) Gambar 2.4 Cost Push Iflatio

26 32 Meurut Sadoo Sukiro (2000:339) dalam suatu egara, iflasi sagat mempegaruhi stabilitas perekoomia egara tersebut karea : a. Tigkat iflasi yag tiggi mempegaruhi tigkat produksi dalam egeri, melemahka produksi barag ekspor. Tigkat iflasi yag tiggi meuruka produksi karea harga mejadi tiggi da permitaa aka barag meuru sehigga produksi meuru. b. Iflasi meyebabka terjadiya keaika harga barag da keaika harga upah buruh, maka kalkulasi harga pokok meiggika harga jual produk lokal. Dilai pihak, turuya daya beli masyarakat terutama berpeghasila tetap aka megakibatka tidak semua baha habis terjual. c. Iflasi meyebabka aikya harga jual produksi barag ekspor, maka permitaa luar egeri mejadi turu sehigga tigkat ekspor meuru. Peurua ekspor berpegaruh terhadap eraca pembayara. Iflasi secara tidak lagsug mempegaruhi peaama modal asig, iflasi yag tiggi membuat harga barag da jasa mejadi mahal sehigga biaya iput produksi mejadi meigkat. Kodisi ii meyebabka pelaku usaha harus meigkatka harga output sehigga daya saig mejadi redah. Iflasi juga megakibatka daya beli masyarakat mejadi redah, permitaa terhadap barag da jasa meuru, akibatya kegiata perdagaga lesu da ivestor sulit utuk medapatka retur da keutuga. Dega kata lai, tigkat iflasi mempuyai hubuga egatif dega Peaama Modal Asig (PMA). Apabila suatu egara dilada iflasi yag tiggi, ceteris paribus, maka PMA suatu egara berkurag. Sebalikya apabila

27 33 suatu egara mempuyai tigkat iflasi redah, ceteris paribus, maka PMA yag masuk ke egara tersebut juga meigkat. Iflasi yag tiggi meyebabka harga dalam egeri meigkat. Keaika harga meyebabka harga faktor produksi meigkat yag kemudia berimbas pada keaika biaya produksi. Dalam kodisi demikia miat ivestor utuk meaamka modalya ke egara tersebut turu karea tigkat pegembalia (rate of retur) ivestasi pada ivestor berkurag. Sebalikya, dalam keadaa iflasi redah, harga-harga dalam egeri meuru amu harga-harga diluar egeri tetap. Kodisi ii medorog ivestor meaamka modalya ke suatu egara karea harga faktor produksi mejadi lebih murah sehigga tigkat pegembalia (rate of retur) yag diterima ivestasi mejadi lebih tiggi. Iflasi yag memiliki hubuga egatif dega Peaama Modal Asig (PMA) merupaka jeis iflasi doroga biaya (costpush iflatio) seperti yag ditujukka dalam gambar Peelitia Terdahulu 1. Peelitia yag dilakuka oleh Sri Muwari (2007) dega judul Aalisis Kebijaka Moeter kaitaya dega Peaama Modal Asig: pedekata Taylor rule. Meguji variabel ilai tukar, suku buga da iflasi terhadap PMA di Idoesia dega metode VAR. Kesimpula peelitia tersebut meyebutka bahwa iflasi merupaka variabel yag kuat dalam mempegaruhi PMA di Idoesia sehigga Iflatio Targetig framewok (ITF) merupaka kebijaka moeter yag tepat utuk diterapka dalam meigkatka PMA di Idoesia.

28 34 2. Peelitia yag dilakuka oleh Omakhale Alex Ehimire (2011) dega judul Foreig Direct Ivestmet Ad Its Effect O The Nigeria Ecoomy. Dimaa tujua dari aalisis ii adalah meeliti pegaruh PMA terhadap perekoomia Nigeria selama periode Berdasarka aalisis data yag telah dilakuka diketahui bahwa FDI berpegaruh positif da berdampak sigifika pada eraca trasaksi berjala dalam eraca pembayara. Semetara itu iflasi tidak memiliki pegaruh sigifika pada FDI sedagka ilai tukar berpegaruh positif terhadap FDI. Utuk itu diajurka bagi egara Nigeria dalam hal mearik FDI ketigkat yag diigika harus memperkealka kebijaka ekoomi yag sehat da egara yag ramah bagi ivestor. Selai itu juga diperluka stabilitas politik da ekoomi yag sehat serta ifrastruktur yag berkembag dega baik. 3. Eric Kehide Oguleye melakuka peelitia berkaita dega volatilitas ilai tukar da FDI dega judul Exchage Rate Volatility Ad Foreig Direct Ivestmet I Sub-Sahara Afica : Evidece From Nigeria Ad South Africa. Dalam peelitia ii meujukka bahwa ada edogeitas atara volatilitas ilai tukar da arus FDI pada egara Nigeria da afrika selata. Nilai volatilitas diperoleh dega megguaka model Geeralized Autoregressive Coditioal Heteroscedasticity (GARCH). Hasilya adalah volatilitas ilai tukar memiliki efek yag merugika pada arus FDI. Volatilitas ilai tukar tersebut dipegaruhi oleh gucaga iflasi, da cadaga devisa dikedua egara tersebut. Hal tersebut mejadi

29 35 tataga yag harus dihadapi oleh otoritas fiskal da moeter di kedua egara tersebut. 4. M. Arif Sambodo (2003) melakuka peelitia dega judul Aalisis Faktor-Faktor yag Mempegaruhi Peaama Modal Asig di Idoesia. Peelitia ii bertujua utuk megetahui pegaruh dari produk domestik bruto (PDB), tigkat suku buga deposito riil, tigkat suku buga luar egeri, ilai tukar rupiah da posisi daa masyarakat diperbaka terhadap peaama modal asig di Idoesia selama periode sebelum krisis ( ) da saat krisis ( ) dega megguaka model liier diamis kesalaha (error correctio method =ECM). Hasil peelitia meujuka bahwa dalam jagka pedek da jagka pajag peaama modal asig di Idoesia sebelum krisis ekoomi terjadi dipegaruhi secara sigifika oleh ilai tukar rupiah da posisi daa masyarakat, tigkat suku buga berpegaruh dalam jagka pajag. Saat krisis ekoomi, PMA dipegaruhi secara sigifika dalam jagka pedek maupu jagka pajag oleh PDB, posisi daa dalam masyarakat dalam jagka pedek berpegaruh terhadap PMA da tigkat suku buga berpegaruh secara sigifika dalam jagka pajag maupu jagka pedek. 5. Getiet da Hirut (2006) meeliti faktor yag mempegaruhi ivestasi asig lagsug di Ethiopia selama periode Peelitia ii meujukka bahwa tigkat pertumbuha GDP riil, orietasi ekspor, da liberalisasi berdampak positif terhadap FDI. Sebalikya, ketidakstabila

30 36 ekoomi makro da ifrastruktur yag buruk berdampak egatif terhadap FDI. Temua ii meyiratka bahwa liberalisasi rezim perdagaga da peratura, ekoomi makro yag stabil da perbaika ligkuga politik, serta ifrastruktur sagat petig utuk mearik FDI ke Ethiopia. Beberapa persamaa atara peelitia ii dega peelitia terdahulu atara lai : 1. Ada beberapa variabel dari peelitia terdahulu yag diguaka dalam peelitia ii. Variabel tersebut atara lai PMA, ilai tukar, suku buga da iflasi. 2. Metode yag diguaka adalah metode VAR seperti yag diguaka dalam peelitia Muwari. 3. Peelitia ii dilakuka di egara Idoesia seperti yag dilakuka oleh Muwari da Sambodo. Perbedaa peelitia ii dega peelitia terdahulu atara lai: 1. Pada peelitia ii variabel yag diguaka atara lai PMA, pertumbuha ekoomi, tigkat suku buga, ilai tukar da iflasi. Peelitia Sri Muwari megguaka variabel PMA, tigkat suku buga, ilai tukar da iflasi. Ehimire megguaka FDI, eraca trasaksi pembayara, eraca trasaksi berjala, ilai tukar da iflasi. Oguleye megguaka variabel ilai tukar da FDI. Sambodo megguaka PMA, PDB, tigkat suku buga deposito riil, tigkat suku buga luar egeri, ilai tukar rupiah da posisi daa masyarakat diperbaka. Getiet da Hirut megguaka GDP riil, orietasi ekspor, da FDI.

31 37 2. Tigkat suku buga yag diguaka dalam peelitia ii adalah tigkat suku buga kredit ivestasi. Muwari megguaka suku buga SBI da Sambodo megguaka suku buga deposito riil. 3. Data yag diguaka pada peelitia ii adalah data kuartal tahu Hipotesis da Model Aalisis Hipotesis Berdasarka pejelasa pada latar belakag da teori-teori di atas, maka hipotesis dalam peelitia ii dapat diuraika sebagai berikut: 1. Pertumbuha ekoomi, ilai tukar, iflasi da suku buga mempegaruhi Peaama Modal Asig (PMA) di Idoesia periode Model Aalisis Model aalisis yag diguaka dalam peelitia ii adalah pedekata kuatitatif. Metode ekoometrika pada peelitia ii megguaka model Vector autoregressio (VAR). Betuk dari model VAR yag diguaka utuk aalisis diformulasika sebagai berikut : Model...(2.6) PMA t = α 0 + α 1 PMA t-i + α 2 Growth t-i + α 3 KI t-i + α 4 EX t-i + α 5 INF t-i +U 1t Growth t = β 0 + β 1 PMA t-i + β 2 Growth t-i + β 3 KI t-i + ߚ 4 EX t-i + β 5 INF t-i +U 2t KI t = θ 0 + θ 1 PMA t-i + θ 2 Growth t-i + θ 3 KI t-i + θ 4 EX t-i + θ 5 INF t-i +U 3t

32 38 EX t = γ 0 + γ 1 PMA t-i + γ 2 Growth t-i + γ 3 KI t-i + γ 4 EX t-i + γ 5 INF t-i +U 4t INF t = δ 0 + δ 1 PMA t-i + δ 2 Growth t-i + δ 3 KI t-i + δ 4 EX t-i + δ 5 INF t-i +U 5t Dimaa : PMAt Growth t KIt EXt INFt α0,β0,θ0,γ0, δ0 αk,βk,θk,γk, δk : Peaama Modal Asig pada periode t : Pertumbuha ekoomi pada periode t : Suku buga kredit ivestasi pada periode t : Nilai tukar pada periode t : Iflasi pada periode t : Itersep : Koefisie parameter U1, U2, U3, U4, U5 : error term & i : Pajag lag 2.4 Keragka Berpikir Peaama modal asig merupaka salah satu sumber pembiayaa dalam mempercepat pembagua dalam suatu egara. Fudametal ekoomi yag kuat sagat diperluka utuk mejaga kepercayaa ivestor, disampig faktor oekoomi yag juga berpegaruh terhadap PMA, seperti sosial politik, kelembagaa, ifrastruktur fisik, da teaga kerja. Dalam peelitia ii diguaka beberapa faktor yag mempegaruhi peigkata peaama modal asig di Idoesia atara lai pertumbuha ekoomi, suku buga, ilai tukar, da iflasi. Pertumbuha ekoomi yag tercermi dalam gross domestic product (GDP) merupaka ilai barag-barag da jasa-jasa yag diproduksi di suatu

33 39 egara dalam satu tahu tertetu (Sukiro,2005). Meigkatya tigkat pedapata megakibatka meigkatya permitaa aka barag-barag da jasa-jasa kosumsi. Adaya peigkata permitaa tersebut medorog meigkatya ilai PMA yag dilaksaaka oleh ivestor. Selai itu, tigkat ilai tukar mejadi faktor petig yag berpegaruh terhadap alira PMA sehigga harus dikedalika utuk meghidari terjadiya fluktuasi dalam PMA. Megigat bahwa depresiasi mata uag domestik dapat meyebabka meigkatya pembiayaa impor yag dapat meigkatka biaya produksi. Dalam regim ilai tukar yag fleksibel, tigkat buga merupaka salah satu variabel yag berpegaruh utuk megedalika ilai tukar. Oleh karea itu, kebijaka moeter berkaita dega peetapa suku buga oleh bak setral bisa mejadi salah satu istrume utuk medorog pertumbuha PMA di suatu egara. Kebijaka moeter dalam meetuka tigkat suku buga aka berdampak pada jumlah uag beredar, sehigga pada akhirya dapat meyebabka iflasi. Otoritas moeter ditutut utuk megambil kebijaka yag dapat meciptaka stabilitas ilai tukar demi meigkatka PMA, amu di sisi lai juga harus mecegah terjadiya iflasi yag berdampak pada output, efisiesi, maupu terhadap pedapata. Terciptaya stabilitas harga dalam jagka pajag juga harus mejadi perhatia perhatia petig bagi pegambil kebijaka. Dalam ragka memperkuat fudametal ekoomi, pera pemeritah melalui berbagai kebijaka dipadag perlu utuk meciptaka stabilitas ekoomi, terutama melalui stabilitas moeter, yag meliputi stabilitas ilai tukar,

34 40 stabilitas harga da stabilitas tigkat buga. Oleh karea itu, kebijaka moeter yag tepat harus diarahka utuk meciptaka stabilitas moeter yag kodusif bagi masukya modal asig sehigga dapat meigkatka ilai PMA di Idoesia. Pertumbuha Ekoomi Tigkat Buga Nilai Tukar Peaama Modal Asig Tigkat Iflasi Gambar 2.5 KERANGKA BERPIKIR

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI MATERI 10 ANALISIS EKONOMI TOP-DOWN APPROACH KONDISI EKONOMI DAN PASAR MODAL VARIABEL EKONOMI MAKRO MERAMAL PERUBAHAN PASAR MODAL 10-1 TOP-DOWN APPROACH Dalam melakuka aalisis peilaia saham, ivestor bisa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka di Kota Bogor Pemiliha lokasi peelitia berdasarka tujua peelitia (purposive) dega pertimbaga bahwa Kota Bogor memiliki jumlah peduduk yag

Lebih terperinci

4/15/2009. Arti investasi : a. Hasil penjualan. b. Biaya c. Ekspektasi dan kepercayaan.

4/15/2009. Arti investasi : a. Hasil penjualan. b. Biaya c. Ekspektasi dan kepercayaan. Arti ivestasi : a. Hasil pejuala. b. Biaya c. Ekspektasi da kepercayaa. Ivestasi : peigkata barag modal berujud Kekuata Ekoomi Utama; Hasil pegembalia ivestasi yag dipegaruhi oleh struktur ekoomi, biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Daerah peelitia adalah Kota Bogor yag terletak di Provisi Jawa Barat. Pemiliha lokasi ii berdasarka pertimbaga atara lai: (1) tersediaya Tabel Iput-Output

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 49 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat da Waktu Peelitia Ruag ligkup peelitia mecakup perekoomia Provisi NTT utuk megkaji peraa sektor pertaia dalam perekoomia. Kajia ii diaggap perlu utuk dilakuka dega

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Halama Tulisa Jural (Judul da Abstraksi) Jural Paradigma Ekoomika Vol.1, No.5 April 2012 PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Oleh : Imelia.,SE.MSi Dose Jurusa Ilmu Ekoomi da Studi Pembagua,

Lebih terperinci

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik Aalisis Sektor Kuci Dimaa : KLBj aij = Keterkaita lagsug ke belakag sektor j = Usur matriks koefisie tekik (b). Keterkaita Ke Depa (Forward Ligkage) Forward ligkage meujukka peraa suatu sektor tertetu

Lebih terperinci

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO PETA KONSEP RETURN da RISIKO PORTOFOLIO RETURN PORTOFOLIO RISIKO PORTOFOLIO RISIKO TOTAL DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO DENGAN DUA AKTIVA PORTOFOLIO DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI MANAJEMEN RISIKO INVESTASI A. PENGERTIAN RISIKO Resiko adalah peyimpaga hasil yag diperoleh dari recaa hasil yag diharapka Besarya tigkat resiko yag dimasukka dalam peilaia ivestasi aka mempegaruhi besarya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakag Peelitia Keadaa perekoomia yag terus berubah-ubah aka mempegaruhi tigkat pertumbuha perusahaa-perusahaa yag ada di Idoesia. Utuk itu, perusahaa yag ada di Idoesia harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain III. METODE PENELITIAN 3.1 Jeis da Sumber Data Data yag diguaka pada peelitia ii merupaka data sekuder yag diperoleh dari Bada Pusat Statistik (BPS) Provisi NTB, Bada Perecaaa Pembagua Daerah (BAPPEDA)

Lebih terperinci

MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN

MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN EPS DAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN KELEMAHAN PELAPORAN EPS DALAM LAPORAN KEUANGAN ANALISIS RASIO PROFITABILITAS PERUSAHAAN EARNING PER SHARE (EPS) PRICE EARNING RATIO (PER)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,

Lebih terperinci

PERENCANAAN KARIR DAN KOMPENSASI

PERENCANAAN KARIR DAN KOMPENSASI PERENCANAAN KARIR DAN KOMPENSASI PENGERTIAN Karier adalah seluruh pekerjaa yag ditagai selama kehidupa kerja seseorag. Jalur karier, adalah pola pekerjaa-pekerjaa beruruta yag membetuk karier seseorag.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa

Lebih terperinci

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ASUMSI-ASUMSI DASAR ANALISIS TEKNIKAL KEUNTUNGAN DAN KRITIK TERHADAP ANALISIS TEKNIKAL TEKNIK-TEKNIK DALAM ANALISIS TEKNIKAL - The Dow Theory - Chart Pola Pergeraka Harga Saham

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di PT. Bak Bukopi, Tbk Cabag Karawag yag berlokasi pada Jala Ahmad Yai No.92 Kabupate Karawag, Jawa Barat da Kabupate Purwakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara yang sedang melakukan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara yang sedang melakukan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Iflasi merupaka suatu feomea moeter yag selalu meresahka da meggerogoti stabilitas ekoomi suatu egara yag sedag melakuka pembagua. Iflasi yag melebihi agka dua digit,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGETAHUAN BISNIS KODE : EK11. B112. Sub pokok bahasan TIK Referensi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGETAHUAN BISNIS KODE : EK11. B112. Sub pokok bahasan TIK Referensi SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGETAHUAN BISNIS KODE : EK11. B112 Ma ter i Pokok bahasa 1 Pegatar Dasar- Dasar Ekoomi 2 & 3 Aalisis pasar Usus- Usur permitaa Sub pokok bahasa TIK Referesi 1.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Keragka Pemikira Peelitia Perkembaga zama yag meutut setiap idividu baik dari segi kemampua maupu peampila. Boss Parfum yag bergerak di bidag isi ulag miyak wagi didirika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desai Peelitia Meurut Kucoro (003:3): Peelitia ilmiah merupaka usaha utuk megugkapka feomea alami fisik secara sistematik, empirik da rasioal. Sistematik artiya proses yag

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pusat Statistik dan dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pusat Statistik dan dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan 4.. Jeis da Sumber Data IV. METODOLOGI PENELITIAN Peelitia ii megguaka data sekuder yag diperoleh dari Bada Pusat Statistik da dari berbagai sumber lai yag diaggap releva dega peelitia. Utuk keperlua aalisis,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. lain meliputi data kependudukan dan ketenagakerjaan Kota bandung, Produk Domestik

IV. METODE PENELITIAN. lain meliputi data kependudukan dan ketenagakerjaan Kota bandung, Produk Domestik 3 IV. METODE PENELITIAN 4.. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di Kota Badug, Jawa Barat. Pemiliha lokasi di Kota Badug megigat posisi kota tersebut yag sagat strategis dalam meopag pembagua

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah. BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung 42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3. Jeis da Sumber Data Data yag diguaka dalam peelitia ii adalah data sekuder yag berasal dari Tabel Iput-Output Provisi Jambi tahu 2007 klasifikasi 70 sektor yag kemudia diagregasika

Lebih terperinci

ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo

ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010 Erie Sadewo Kodisi Makro Ekoomi Kepulaua Riau Pola perekoomia suatu wilayah secara umum dapat diyataka meurut sisi peyediaa (supply), permitaa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa III. METODE PENELITIAN A. Settig Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia tidaka kelas yag dilaksaaka pada siswa kelas VIIIB SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Kabupate Lampug Selata semester geap tahu pelajara

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 6 (4) (2017) Ecoomics Developmet Aalysis Joural http://joural.ues.ac.id/sju/idex.php/edaj Kausalitas Ekspor Idoesia ke Tiogkok dega Iflasi Idoesia, Suku Buga Dasar Tiogkok, da Nilai Tukar Idoesia

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP STABILITAS RUPIAH

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP STABILITAS RUPIAH EKUITAS ISSN 4-0393 Akreditasi No.0/DIKTI/Kep/2009 DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP STABILITAS RUPIAH Azhar Bafadal azharbafadal@yahoo.com Uiversitas Haluoleo, Kedari ABSTRACT This research aimed to study

Lebih terperinci

Inflasi dan Indeks Harga I

Inflasi dan Indeks Harga I PERTEMUAN 1 Iflasi da Ideks Harga I 1 1 TEORI RINGKAS A Pegertia Agka Ideks Agka ideks merupaka suatu kosep yag dapat memberika gambara tetag perubaha-perubaha variabel dari suatu priode ke periode berikutya

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DI PASAR SAHAM: BUKTI DARI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DI PASAR SAHAM: BUKTI DARI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE ISSN : 2355-9357 e-proceedig of Maagemet : Vol.4, No.1 April 2017 Page 395 PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DI PASAR SAHAM: BUKTI DARI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2006-2015 IMPACT OF MACROECONOMIC

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham adalah surat berharga yag dapat dibeli atau dijual oleh peroraga atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelika. Sebagai istrumet ivestasi, saham memiliki

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi.

MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi. MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret DOSEN Fitri Yuliati, SP, MSi. Deret Deret ialah ragkaia bilaga yag tersusu secara teratur da memeuhi kaidah-kaidah tertetu. Bilaga-bilaga yag merupaka usur da pembetuk sebuah

Lebih terperinci

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARA DAN FAKTOR DIKON 3.1 Ecoomic Order Quatity Ecoomic Order Quatity (EOQ) merupaka suatu metode yag diguaka utuk megedalika

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jeis da Sumber Data Jeis peelitia yag aka diguaka oleh peeliti adalah jeis peelitia Deskriptif. Dimaa jeis peelitia deskriptif adalah metode yag diguaka utuk memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 III. METODE PENELITIAN A. Latar Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia yag megguaka total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester gajil SMP Sejahtera I Badar Lampug tahu pelajara 2010/2011 dega

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da waktu Peelitia ii dilakuka di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yag beralamat di Jala Raya Ciherag o 48 Kecamata Cipaas, Kabupate Ciajur, Propisi Jawa Barat.

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA. Tim Penyusun KDBK Perekonomian Indonesia FAKULTAS EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA. Tim Penyusun KDBK Perekonomian Indonesia FAKULTAS EKONOMI FAKULTAS EKONOMI RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Tim Peyusu KDBK Perekoomia Idoesia FAKULTAS EKONOMI RPS Mata Kuliah Perekoomia Idoesia 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

Lebih terperinci

PEMODELAN SUKU BUNGA DAN INFLASI DENGAN PENDEKATAN THRESHOLD VECTOR ERROR CORRECTION MODEL. Surabaya, 30 Januari 2011

PEMODELAN SUKU BUNGA DAN INFLASI DENGAN PENDEKATAN THRESHOLD VECTOR ERROR CORRECTION MODEL. Surabaya, 30 Januari 2011 PEMODELAN SUKU BUNGA DAN INFLASI DENGAN PENDEKAAN HRESHOLD VECOR ERROR CORRECION MODEL OLEH : HERI PURNOMO 1309201721 PEMBIMBING : Dr. PURHADI, M.Sc Surabaya, 30 Jauari 2011 Pedahulua Suku buga da iflasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tijaua Peeliti Terdahulu Peelitia yag dilakuka oleh Laraswati tahu 2010 yag meeliti tetag portofolio optimal saham yag masuk dalam Jakarta Islamic Idex (JII). Kesimpula dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang. Dan diperlukan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. orang. Dan diperlukan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Saat ii Idoesia merupaka egara yag berpeduduk lebih dari 200 juta orag. Da diperluka pembagua asioal utuk meigkatka kesejahteraa rakyat, sehigga pemeritah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Keragka Pemikira Pegukura kierja keuaga perusahaa pada dasarya dilaksaaka karea igi megetahui tigkat profitabilitas (keutuga) da tigkat resiko atau tigkat kesehata suatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur 0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia

Lebih terperinci

SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA Lampira 1. Prapembelajara SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA Satua Pedidika : SMK Mata Pelajara : Fisika Kelas/ Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakag Permasalaha Matematika merupaka Quee ad servat of sciece (ratu da pelaya ilmu pegetahua). Matematika dikataka sebagai ratu karea pada perkembagaya tidak tergatug pada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di Kawasa Patai Ayer, Kabupate Serag Provisi Bate. Lokasi ii dipilih secara segaja atau purposive karea Patai Ayer merupaka salah

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA INVESTASI PADA PERUMAHAN GRIYA PANIKI INDAH

ANALISIS BIAYA INVESTASI PADA PERUMAHAN GRIYA PANIKI INDAH Jural Sipil Statik Vol. No.5, April 203 (377-38) ISSN: 2337-6732 ANALISIS BIAYA INVESTASI PADA PERUMAHAN GRIYA PANIKI INDAH Steve Fredrik Josef Maopo J. Tjakra, R. J. M. Madagi, M. Sibi Fakultas Tekik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keuangan terdiri dari tiga bidang yang saling berhubungan: (1) pasar uang

BAB II LANDASAN TEORI. Keuangan terdiri dari tiga bidang yang saling berhubungan: (1) pasar uang BAB II LANDASAN TEORI A. Maajeme Keuaga Keuaga terdiri dari tiga bidag yag salig berhubuga: (1) pasar uag da pasar modal, berkaita dega pasar sekuritas da lembaga keuaga; () ivestasi, yag memfokuska pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab BAB III METODE PENELITIAN Metode peelitia merupaka suatu cara atau prosedur utuk megetahui da medapatka data dega tujua tertetu yag megguaka teori da kosep yag bersifat empiris, rasioal da sistematis.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disai Peelitia Tujua Jeis Peelitia Uit Aalisis Time Horiso T-1 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-2 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-3 Assosiatif survey Orgaisasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar

METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar III. METODE PENELITIAN A. Settig Peelitia Subyek dalam peelitia ii adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Badar Lampug, semester gajil Tahu Pelajara 2009-2010, yag berjumlah 19 orag terdiri dari 10 siswa

Lebih terperinci

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Variabel da Defiisi Operasioal Variabel-variabel yag diguaka pada peelitia ii adalah: a. Teaga kerja, yaitu kotribusi terhadap aktivitas produksi yag diberika oleh para

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL PASAR TRADISIONAL MODERN PLAJU PALEMBANG

ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL PASAR TRADISIONAL MODERN PLAJU PALEMBANG ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL PASAR TRADISIONAL MODERN PLAJU PALEMBANG Hei Fitriai Jurusa Tekik Sipil Fakultas Tekik Uiversitas Sriwijaya Jala Raya Prabumulih Km. 32 Ideralaya Oga Ilir Sumatra Selata E-mail:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Bagi Negara yag mempuyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yag dikeliligi lauta, laut merupaka saraa trasportasi yag dimia, sehigga laut memiliki peraa yag petig bagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di tiga kator PT Djarum, yaitu di Kator HQ (Head Quarter) PT Djarum yag bertempat di Jala KS Tubu 2C/57 Jakarta Barat,

Lebih terperinci

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA Ari Darmawa, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawa_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. PENAKSIRAN DAN PRAKIRAAN FUNGSI BIAYA C. PENAKSIRAN JANGKA PENDEK - Ekstrapolasi sederhaa - Aalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi,

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi, 7 III. METODE PENELITIAN 3.1 Idetifikasi Masalah Variabel yag diguaka dalam peelitia ii adalah variabel X da variabel Y. Variabel X merupaka variabel bebas adalah kepemimpia da motivasi, variabel Y merupaka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS.1 Pegertia-pegertia Lapaga pekerjaa adalah bidag kegiata dari pekerjaa/usaha/ perusahaa/kator dimaa seseorag bekerja. Pekerjaa utama adalah jika seseorag haya mempuyai satu pekerjaa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Indonesia Tahun

PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Indonesia Tahun PENDAHULUAN I. 1.1 Latar Belakag Sektor pertaia mempuyai peraa yag petig dalam kegiata perekoomia di Idoesia. Pertaia juga dipadag sebagai suatu sektor yag memiliki kemampua khusus dalam memaduka pertumbuha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Objek peelitia merupaka sasara utuk medapatka suatu data. Jadi, objek peelitia yag peulis lakuka adalah Beba Operasioal susu da Profit Margi (margi laba usaha).

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ii aka memberika iformasi hal yag berkaita dega lagkah-lagkah sistematis yag aka diguaka dalam mejawab pertayaa peelitia.utuk itu diperluka beberapa hal sebagai

Lebih terperinci

Buku Padua Belajar Maajeme Keuaga Chapter 0 KONSEP NILAI WAKTU UANG. Pegertia. Nilai Uag meurut waktu, berarti uag hari ii lebih baik / berharga dari pada ilai uag dimasa medatag pada harga omial yag sama.

Lebih terperinci

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka Itegral etu Jika fugsi kotiu yag didefiisika utuk, kita bagi selag mejadi selag bagia berlebar sama Misalka berupa titik ujug selag bagia ii da pilih titik sampel di dalam selag bagia ii, sehigga terletak

Lebih terperinci

FORECASTING (Peramalan)

FORECASTING (Peramalan) FORECASTING (Peramala) PENDAHULUAN Forecastig adalah ramala tetag apa yag aka terjadi dimasa yag aka datag. Forecast Demad atau peramala permitaa mejadi dasar yag sagat petig dalam perecaaa suatu keputusa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia adalah metode deskriptif, yaitu peelitia yag didasarka pada pemecaha masalah-masalah aktual yag ada pada masa sekarag.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 Flowchart Metodologi Peelitia BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 31 Flowchart Metodologi Peelitia 18 311 Tahap Idetifikasi da Peelitia Awal Tahap ii merupaka tahap awal utuk melakuka peelitia yag

Lebih terperinci

Tujuan Pengelolaan Perikanan. Suadi Lab. Sosial Ekonomi Perikanan Jurusan Perikanan UGM

Tujuan Pengelolaan Perikanan. Suadi Lab. Sosial Ekonomi Perikanan Jurusan Perikanan UGM Tujua Pegelolaa Perikaa Suadi Lab. Sosial Ekoomi Perikaa Jurusa Perikaa UGM suadi@ugm.ac.id Tujua Pegelolaa teggelamka setiap kapal lai kecuali milik saya (sik every other boat but mie) (David Cushig)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak: PENGUJIAN HIPOTESIS A. Lagkah-lagkah pegujia hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaa megeai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tetag ilai-ilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeis peelitia Peelitia ii merupaka jeis peelitia eksperime. Karea adaya pemberia perlakua pada sampel (siswa yag memiliki self efficacy redah da sagat redah) yaitu berupa layaa

Lebih terperinci

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika Prosidig Semirata FMIPA Uiversitas Lampug, 0 Model Pertumbuha BeefitAsurasi Jiwa Berjagka Megguaka Deret Matematika Edag Sri Kresawati Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Sriwijaya edagsrikresawati@yahoocoid

Lebih terperinci

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD) Prosidig Statistika ISSN: 2460-6456 Pegedalia Proses Megguaka Diagram Kedali Media Absolute Deviatio () 1 Haida Lestari, 2 Suliadi, 3 Lisur Wachidah 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas Matematika da Ilmu

Lebih terperinci

Bab III Metoda Taguchi

Bab III Metoda Taguchi Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi da Waktu Peelitia Kegiata peelitia ii dilaksaaka pada bula Mei 2011 bertempat di Dusu Nusa Bakti, Kecamata Serawai da Dusu Natai Buga, Kecamata Melawi yag merupaka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia deskriptif dega pedekata kuatitatif karea bertujua utuk megetahui kompetesi pedagogik mahasiswa setelah megikuti mata kuliah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di kawasa huta magrove, yag berada pada muara sugai Opak di Dusu Baros, Kecamata Kretek, Kabupate Batul. Populasi dalam peelitia ii adalah

Lebih terperinci

TEORI PENAKSIRAN. Bab 8. A. Pendahuluan. Kompetensi Mampu menjelaskan dan menganalisis teori penaksiran

TEORI PENAKSIRAN. Bab 8. A. Pendahuluan. Kompetensi Mampu menjelaskan dan menganalisis teori penaksiran Bab 8 TEORI PENAKSIRAN Kompetesi Mampu mejelaska da megaalisis teori peaksira Idikator 1. Mejelaska da megaalisis data dega megguaka peaksira titik 2. Mejelaska da megaalisis data dega megguaka peaksira

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perecaaa Produksi 2.1.1 Pegertia Perecaaa Produksi Perecaaa produksi dapat diartika sebagai proses peetua sumber-sumber yag diperluka utuk melaksaaka operasi maufaktur da megalokasikaya

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cuci mobil CV. Sangkara Abadi di Bumiayu. Metode analisis yang dipakai

BAB III METODE PENELITIAN. cuci mobil CV. Sangkara Abadi di Bumiayu. Metode analisis yang dipakai 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka aalisis tetag kelayaka ivestasi usaha cuci mobil CV. Sagkara Abadi di Bumiayu. Metode aalisis yag dipakai adalah metode aalisis kuatitatif

Lebih terperinci

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecaha Masalah Dalam ragka peigkata keakurata rekomedasi yag aka diberika kepada ivestor, maka dicoba diguaka Movig Average Mometum Oscillator (MAMO). MAMO ii

Lebih terperinci

2.3. PENGEMBANGAN MODEL

2.3. PENGEMBANGAN MODEL megadopsi mesi pae, mesi perotok, mesi pegerig da mesi peggilig padi. Perotoka dega mesi perotok (power thresher), dapat meuruka susut hasil sebesar 3,5 % dari total produksi. 2.2.8. Mekaisasi (Alat da

Lebih terperinci

Kinerja Sektor Industri Kota Bandung Berdasarkan Analisis Shift Share pada Model Input Output

Kinerja Sektor Industri Kota Bandung Berdasarkan Analisis Shift Share pada Model Input Output Statistika, Vol. 17 No. 2, 71 76 November 217 Kierja Sektor Idustri Kota Badug Berdasarka Aalisis Shift Share pada Model Iput Output Teti Sofia Yati Program Studi Statistika, Fakultas MIPA, Uiversitas

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI

REGRESI DAN KORELASI REGRESI DAN KORELASI Pedahulua Dalam kehidupa sehari-hari serig ditemuka masalah/kejadia yagg salig berkaita satu sama lai. Kita memerluka aalisis hubuga atara kejadia tersebut Dalam bab ii kita aka membahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1 Latar belakag Model pertumbuha Solow-Swa (the Solow-Swa growth model) atau disebut juga model eoklasik (the eo-classical model) pertama kali dikembagka pada tahu 195 oleh Robert Solow da

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yang menggunakan Tabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yang menggunakan Tabel 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jeis da Sumber Data Jeis data yag diguaka berupa data sekuder yag megguaka Tabel Iput Output Idoesia Tau 2005 dega klasifikasi 9 sektor. Data tersebut berasal dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.. Jeis Peelitia Peelitia perpustakaa yaitu peelitia yag pada hakekatya data yag diperoleh dega peelitia perpustakaa ii dapat dijadika ladasa dasar da alat utama bagi pelaksaaa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Dalam peelitia ii, pegambila da peroleha data dilakuka di UKM. Bakso Solo, Bakauhei, Lampug Selata. Utuk pegukura kualitas pelayaa, objek yag diteliti adalah

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Januari 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Januari 2014 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka pada bula Juli 2013 sampai Jauari 201 berlokasi di Kabupate Gorotalo. B. Jeis Peelitia Peilitia tetag evaluasi program pegembaga

Lebih terperinci