ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
|
|
- Iwan Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY Zakki Nurul Amin, S.Pd. Guidance and Counseling Departement Program Universitas Negeri Semarang zakki.nurul.amin@mail.unnes.ac.id
2 Refleksi... Apakah saudara pernah mengalami (merasa) frustasi/ terpuruk/tak berharga/gagal? Apa yang anda pikirkan ketika anda merasa demikian? Ataukah anda pernah mengatakan wah setiap saya memakai baju ini saya seringkali sial...? Apakah anda sering berfikir sesuatu kecemasan/ketakutan, dan hal itu benar-benar terjadi?
3 Tidak ada yang baik buruk, namun pikirankanlah hal yang membuat demikian... Karena sejatinya bukanlah peristiwa yang menjadi masalah, namun bagaimana diri memandang/ memikirkan hal tersebut
4 Aaron Temkin Tim Beck
5 Pengembang Utama CBT Aaron Temkin Tim Beck (18 Juli 1921) seorang doktor dari University of Pennsylvania Anak keempat, pada usia 7 tahun mengalami penyakit yang hampir merenggut nyawa, memperkuat sifat overprotektif ibunya Tumbuh dewasa dengan banyak kecemasan dan fobia, takut ditinggalkan, takut mati, takut berbicara didepan umum, dan takut ketinggian. Periode menjadi periode awal berkembangnya terapi kognitif. Landasan terapi ini datang dari tiga sumber, (1) pendeketan fenomenologis psikologi, (2) teori struktural dan psikologi dalam, (3) karya psikologi kognitif. Sampai pada era sekarang CBT dikembangkan berdasarkan riset baru. Mengembangkan tes-tes dan pengukuran seperti Beck Depression theory, Beck hopelessness Scale, beck self-concept test, dll.
6 Pengantar 1. Hal yang harus diubah harus pikirannya (mengutamakan peran kognitif dan keyakinan dalam pengubahan perilaku) 2. Menekankan perubahan pikiran negative (negative thoughts) dan keyakinan-keyakinan maladaptive (maladaptive belief). 3. Manusia menggunakan wicara diri (self talk) sebagai cara instropeksi diri. 4. Keyakinan-keyakinan individu memiliki makna personal tinggi, sehingga masing-masing manusia memiliki core belief dan sisi subyektifitas. 5. Makna-makna tersebut dapat ditemukan oleh konseli daripada diajarkan/ditafsirkan oleh konselor/terapis.
7 Kajian kepribadian dalam perspektif CBT CBT emotions and behaviours result from cognitive processes Menekankan pada pengaruh pikiran pada kepribadian seseorang. Belief seseorang menentukan bagaimana individu mengambil keputusan dan memandang dunianya. Tekanan psikologis dapat disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, lingkungan, dan sosial (biopsikososial) yang saling berinteraksi jarang disebabkan oleh satu faktor. Terkadang peristiwa di masa kanak-kanak dapat mengarahkan individu pada kekaburan kognitif (cognitive distortion) Kurangnya pengalaman/ketrampilan memungkinkan individu pada ketidakefektifan cara berpikir. (Merumuskan tujuan yang tidak realistik/membuat asumsi yang tidak tepat. Apa lagi ketika individu mengantisipasi situasi yang mengancam dirinya) Pikiran-pikiran spontan (automatic thoughts) Memainkan peran penting terhadap tekanan psikologis (apalagi ketika mengalami sesuatu hal yang besar).
8 Automatic Thoughts (AT) dan Perkembangan sistem keyakinan (Schema) AT adalah Pikiran-pikiran yang biasanya terjadi spontan tanpa ada usaha/pilihan. Orang yang mengalami gangungan psikologis, pikiran tersebut (AT) sering didistorsi/tidak akurat. Dalam AT terdapat satu set inti keyakinan-keyakinan (belief) disebut Schema. CBT Keyakinan individu berawal ketika perkembangan masa kanak-kanak dan dikembangkan dalam keseluruhan kehidupan. Pada pengalaman masa awal kanak-kanak terbentuk keyakinan yang banyak dipengaruhi dari orang tua. Jika dimasa kanak-kanak dikembangkan keyakinan positif (saya adalah orang yang mampu) maka akan mengarahkan individu pada cara pandang positif pula. Setiap orang mengembangkan schema, basic belief, dan conditional belief masing-masing
9 Model Perkembangan Kognitif
10 Cognitive Schema in Therapy Bagaimana individu berfikir tentang dunianya, keyakinan-keyakinan yang terpenting dalam hidupnya dan asumsi ttg individu lain, peristiwa, dan lingkungannya. Schema berkembang dari pengalaman personal dan interaksi dengan orang lain. Terdapat dua tipe schema cognitive, positive (adaptive) dan negative (maladaptive) Everybido can be adaptive schema in one situation and may be maladaptive in another. Maladaptive schema (Ms) mengarahkan individu untuk menyusun kebenaran-kebenaran ttg diri dan lingkungannya. MS sulit untuk diubah dan dianggap sebagai penyebab kesulitan yang ada pada diri individu. MS dipicu/diaktivasi oleh perubahan yang terjadi dalam sebuah kondisi traumatis (ex: kehilangan pekerjaan, putus cinta) Ketika hal itu terjadi seringkali individu bereaksi dgn emosi negatif.
11 Lima ranah dalam Maladaptive Schema Disconection and rejection keyakinan individu bahwa kebutuhan rasa aman, peduli, penerimaan tidak didapatkannya. Impaired autonomy and performance schema yang mensugestikan diri anda untuk tidak dapat mandiri, tidak dapat bertanggung jawab, kegagalan yang terus menerus. Impaired Limits tidak dapat kerjasama, tidak dapat menghargai hak orang lain. Other directedness meletakkan kebutuhan untuk selalu dicintai. Over-vigliance and hibitions meyakini bahwa setiap apa yang ia pilih harus sempurna/ideal (perfecsionis)
12 Cognitive Distortions Distorsi kognitif muncul karena pemrosesan informasi yang tidak akurat/tidak efektif. Distorsi kognitif berperan penting dalam psychological stress and disorder (1) all-or-nothing thinking Pikiran ini membuat tuntutan yang ekstrim pada diri anda, dan jika tidak terpenuhi anda mengutuk dan menyalahkan diri anda sendiri. Ex jika aku tidak dapat nilai A, maka aku akan gagal (2) Selective abstraction Terkadang individu memilih sebuah gagasan atau fakta dari sebuah kejadian untuk mendukung pemikiran negatif. Ex memuji anak yang tidak PD, pujiannya tidak diterima, wah pasti ada maunya (3) Mind Reading Menggangap bahwa orang lain berpikir dengan cara tertentu. Ex kita berfikir bahwa teman kita tidak suka pada kita lagi karena tidak mau diajak jalan. Faktanya barangkali ada alasan lain
13 Cognitive Distortion (2) (4) Negative prediction Ketika seorang individu percaya bahwa sesuatu yang buruk yang akan terjadi, dan tidak ada bukti yang mendukung. Ex Wah mau bimbingan, jangan-jangan judulku jelek (5) Catastrophizing Memfokuskan pada kejadian terburuk yang terjadi sehingga individu menjadi takut. (6) Overgeneralization membesarkan-besarkan sesuatu yang terjadi dan berfikir secara general. Ex karena saya tidak pintar di matematika, maka saya adalah siswa yang bodoh
14 Cognitive Distortion (3) (7) Labelling and mislabelling Pandangan negatif diri dibuat oleh diri berdasarkan beberapa kesalahan. (8) Magnification or minimization individu membesarkan ketidaksempurnaan atau meminimalkan hal baik. (9) Personalization Mengambil sebuah peristiwa yang berkaitan dengan individu dan membuat makna personalisasi diri yang kadang tidak berhubungan. Ex kejatuhan cicak ada sesuatu terjadi
15
16 Tujuan konseling CBT Membuka pikiran dan memfokuskan pada pikiran. Mengubah kerangka pandang. Menekankan pada Pikiran otomatis (AT) dan kesalahan berfikir (distorsi kognitif) agar individu dapat berfungsi secara efektif. Konseli ditantang dan diajak berdiskusi untuk membawa perasaan, perilaku, dan pikiran yang positif Dalam merumuskan tujuan perlu dikembangkan secara spesifik, dibuat prioritas, dan berkerja secara kolaborasi dengan konseli. Tujuan yang jelas dan spesifik akan memudahkan konselor untuk memilih metode dan teknik untuk mengubah skema kognitif.
17 Merubah schema cognitive dapat dilakukan merujuk pada tiga level: Schema reinterpretation Here an individual recognizes the schema but avoids or works around it. Schema modification individual makes some but not total changes in the schema Schema restructuring would have restructured his significant cognitive schema
18 Hubungan Konseling Menekankan pada hubungan kolaborasi antara konselor dan konseli untuk bekerja bersama dalam merubah pola berfikir, dan sejalan dengan merubah perilaku konseli yang menjadi tujuannya. Caring Therapeutic menjadi hal yang sangat esensial. Konselor bertindak sebagai guide, co-investigator dan collaborative therapist Konselor terampil menangani dan menganalisa kasus.
19 Tahapan konseling CBT 1. Rapport, Mengembangkan hubungan baik 2. Assesment problem (Interviews, Self monitoring, Thought sampling/record, scale and kuisioner) 3. Memandu konseli untuk menemukan pikiran yang tidak akurat, maladaptive schema, dan cognitive distortion. 4. Menggunakan dialog socrates dan teknik-teknik konseling untuk membantu konseli merevisi negative thinking. a. Apa yang menyebakan perilaku itu muncul? b. Bagaimana anda menginterpretasikan hal itu? c. Jika itu benar, apa implikasinya bagi anda? 5. Menspesifikkan pikiran-pikiran otomatis yang muncul 6. Treatment 6. Homework assigment, 7. Menggali Feedback dari konseli. 8. Termination.
20 Theory of Causation CBT emotions and behaviours result from cognitive processes CBT tidak hanya seperangkat set teknik-teknik, melainkan teori yang komprehensif tentang perilaku individu. CBT menjelaskan bahwa perilaku individu merupakan kombinasi dari faktor biologis, psikis, dan social factor (biopsychosocial). Prinsip dasarnya adalah emosi dan perilaku seseorang adalah hasil dari pikiran dan belief individu (bagaiman ia berpikir tentang dirinya, orang lain, dan dunia secara keseluruhan). Untuk mengilustrasikan prinsip diatas, dapat dipahami dengan konsep Model ABC A : Activate (Merepresentasikan kejadian atau pengalaman) B : Belief ( Merepresentasikan belief/keyakinan seseorang tentang A) C: Consequence ( Merepresentasikan emosi dan perilaku yang muncul karena B)
21 Prinsip ABC, bukan A yang menyebabkan C. Namun A adalah trigger dari B, dan B mengakibatkan C. Episode ABC tidak berdiri sendiri, namun seringkali konseli yang datang ke konselor seringkali awalnya menceritakan/mengeluhkan C terlebih dahulu. Belief/keyakinan seringkali diluar kesadaran, dan datang karena kebiasaan atau otomatis. Keyakinan yang maladaptive dan disfungsional dapat mengakibatkan: (1) Menghambat seseorang untuk mencapai tujuannya (2) Mendistorsi realitas (3) Berpikir yang tidak logis dalam menilai diri, orang lain, dan dunia Dengan belajar memahami Belief/keyaninan diri, individu dapat secara adaptif menghadapi berbagai pengalaman hidup.
22 Dysfunctional Thought Record A = Activate Event B = Belief C = Consequence Date/time Situasi Pikiran otomatis Emotion Respon Alternatif Outcome Yudisium, 28 Januari 2016 Mendapat nilai AB untuk makul Model-model Konseling 1. Saya harus mendapat nilai A 2. Saya menda pat nilai AB, maka saya gagal di semester ini 3. Dosen saya tidak menkoreksi secara benar dan serius Sedih (90%) Marah-marah (80%) Tidak terima(80%)
23 Tahapan Konseling CBT Membina hubungan baik dan mengupayakan kenyaman konseli Melakukan assestment terhadap masalah, person, dan situasi Menyiapkan konseli untuk proses konseling Mengimplemetasikan program dan teknik konseling Mengevaluasi proses konseling Terminasi/pengakhiran
24 (1) Membina hubungan baik dan mengupayakan kenyaman konseli Menekankan pada hubungan kolaborasi antara konselor dan konseli untuk bekerja bersama dalam merubah pola berfikir, dan sejalan dengan merubah perilaku konseli yang menjadi tujuannya. Caring Therapeutic menjadi hal yang sangat esensial. Condisi empati, hangat, dan respect. Dapat mengatasi ketakutan, keraguan, dan kecemasan konseli pada saat awal proses konseling
25 (2) Melakukan assestment terhadap masalah, pribadi, dan situasi Akan bervariasi antara konseli satu dan yang lain. Interviews, Self monitoring, Thought sampling/record, scale and kuisioner Dimulai dengan pandangan konseli tentang sesuatu yang salah pada kehidupannya. Mengecek pula adakah relasi dengan hal-hal klinis. Menanyakan personal dan sejarah permasalahannya Mengases masalah yang paling menggangu kehidupan Mencari relevansi dengan faktor kepribadian Mengecek bagaiman perasaan ketika mempunyai masalah Mengecek hal-hal lain diluar faktor psikis seperti kecanduanobat, gaya hidup, dan lingkungan
26 (3) Menyiapkan konseli untuk proses konseling Menklarifikasi tujuan konseling Memastikan motivsi konseli untuk berubah Mengajarkan konselo prinsip dasar CBT, termasuk model ABC Mendiskusikan pendekatan dan teknik yang akan diterapkan Mengembangkan kontrak dengan konseli
27 (4) Mengimplemetasikan program dan teknik konseling Menganalisa ABC yang menjadi target masalah. Memahami belief yang berkembang pada diri individu. Merubah belief yang maladaptive dan disfungsional Memberikan home work assigment Mengimplemengtasikan teknik CBT
28 (5) Mengevaluasi proses konseling Mengecek dan memastikan kemajuan yang ada pada konseli, terkait perubahan cara berpikir dan memahami belief individu Dapat dikroscek dengan tujuan yang telah ditentukan. Buat kriteria yang spesifik pula tentang keberhasilan proses konseling.
29 (6) Terminasi Membuat akhir yang menenangkan. Apabila tujuan telah tercapai maka proses konseling dapat dihentikan, namun apabila tujuan belum tercapai dapat menegosiasikan kontrak ulang, Memberikan penguatan kepada konseli
MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK
www.mercubuana.ac.id MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK Aaron Beck adalah psikiater Amerika yang merintis penelitian pada psikoterapi dan mengembangkan terapi kognitif. Ia dianggap sebagai bapak cognitive
Lebih terperinciA. Identitas : Nissa (Nama Samaran)
A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus
Lebih terperinciPengantar Psikodiagnostik
Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Dasar-Dasar Interpretasi Tes Psikologi Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tes Psikologis menginterprestasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Mengompol merupakan suatu kondisi yang biasanya terjadi pada anakanak yang berusia di bawah lima tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak belum mampu melakukan pengendalian
Lebih terperinciPsikologi Konseling Konseling Berbasis Problem
Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konseling Berbasis Problem Konseling berbasis problem:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh
Lebih terperinciTHE COUNSELING INTERVIEW
THE COUNSELING INTERVIEW Setiap orang yang biasa dipanggil sebagai konselor, bertugas untuk membantu subjek memperoleh insight dan kemampuan untuk mengatasi masalah fisik, emosi, finansial, akademis ataupun
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) Caplan (2010) menjelaskan problematic internet use atau PIU dengan beberapa dimensi, yaitu (1) lebih memilih untuk berinteraksi sosial secara online
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Perguruan Tinggi di Indonesia menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang menyatakan
Lebih terperinciMODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA
MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI
Lebih terperinciABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menurunkan frekuensi dan intensitas perilaku Oppositional Defiant Disorder (ODD) pada remaja SMP dengan Cognitive Behavior Therapy (CBT). Melalui CBT, negative automatic
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses
Lebih terperinciOleh Nandang Rusmana, M.Pd
APLIKASI COGNITIVE-BEHAVIOR THERAPY DALAM KONSELING TRAUMATIK Oleh Nandang Rusmana, M.Pd Ciri-ciri Individu yang Mengalami Trauma (1) Fisik : Sesak napas, gangguan pencernaan, mudah sakit, dan mudah lelah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya
Lebih terperinciUJIAN AKHIR SEMESTER. Mata Kuliah Pengembangan Bimbingan dan Konseling Belajar Dosen Pengampu: Dr. Muh Farozin, M.Pd & Dr. Muh Nur Wangid, M.
UJIAN AKHIR SEMESTER Mata Kuliah Pengembangan Bimbingan dan Konseling Belajar Dosen Pengampu: Dr. Muh Farozin, M.Pd & Dr. Muh Nur Wangid, M. Si Oleh Moh Khoerul Anwar, S. Pd (14713251002) PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami
Lebih terperinciPsikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality
Lebih terperinciNO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan
179 LAMPIRAN 180 181 A. Pedoman Wawancara NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 1. Perkenalan dan Rapport 2. Riwayat Penyakit 3. Dampak penyakit terhadap kehidupan secara keseluruhan 4. Aspek Tujuan
Lebih terperinciKonsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai
BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa
Lebih terperinciABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai efek Cognitive Behavior Therapy (CBT) terhadap drug-related belief sehingga dapat mengubah negative automatic thoughts penggunaan NAPZA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciFenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)
Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,
Lebih terperinciThe problem is not the problem. The problem is your attitude about the problem. Do you understand?
The problem is not the problem. The problem is your attitude about the problem. Do you understand? Rational Emotive Behavior Therapy Nanang Erma Gunawan nanang_eg@uny.ac.id Albert Ellis Lahir di Pittsburgh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciKETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN
KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti
Lebih terperinciRANCANGAN KONSELING UNTUK MENDORONG MUNCULNYA EMOSI POSITIF DAN MENEKAN MUNCULNYA EMOSI NEGATIF PADA MAHASISWA YANG MENGERJAKAN SKRIPSI
RANCANGAN KONSELING UNTUK MENDORONG MUNCULNYA EMOSI POSITIF DAN MENEKAN MUNCULNYA EMOSI NEGATIF PADA MAHASISWA YANG MENGERJAKAN SKRIPSI Leni Syariyenti, S,Psi., Dr. Surya Cahyadi, Dra. Rasni Adha Yuanita,
Lebih terperinciSelf Esteem. it can help or destruct you
Self Esteem it can help or destruct you Self-esteem adalah bagaimana perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri dan apa yang ia lakukan. Orang yang punya positive self-esteem mempunyai pandangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik di SMA memasuki masa late adolescence yang berada pada rentang usia 15-18 tahun. Santrock (2007) menjelaskan, remaja mengalami berbagai perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan utama dalam setiap usaha pendidikan. Tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar, sehingga
Lebih terperinciA. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
A. Konsep Dasar Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Tujuan
A. Tujuan I. PENDAHULUAN Setelah mempelajari modul ini para konselor diharapkan : 1. Memiliki pemahamam tentang konselor sebagai suatu profesi 2. Memiliki pemahamam tentang kinerja profesional konselor
Lebih terperinciPsikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka
Lebih terperinciSejarah dan Aliran-Aliran Psikologi
Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Eksistensialisme dan Humanisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Perkembangan Aliran-Aliran Pesatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciKOGNISI SOSIAL. Pengertian, sumber kesalahan dalam kognisi sosial; Skema, jalan pintas mental; Afek dan kognisi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi.
Modul ke: KOGNISI SOSIAL Pengertian, sumber kesalahan dalam kognisi sosial; Skema, jalan pintas mental; Afek dan kognisi. Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi
Lebih terperinciSebagai pengalaman baru
Sebagai pengalaman baru Sekurang2nya ada 6 macam pengalaman baru yg diperoleh oleh klien dalam proses konseling yaitu : 1. Mengenal konflik internal 2. Menghadapi realitas 3. Mengembangkan konsep diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. One Group Pretest-Posttest Design O 1 XO 2. Gambar 3.1
48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan
Lebih terperinciKuisioner Kompetensi Kepribadian. Skor Diskripsi Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Kuisioner Kompetensi Kepribadian Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbasis kompetensi di Jurusan Biologi-UB, maka kami mohon kesediaan saudara unuk mengisi kuisioner ini. Petunjuk:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
Lebih terperinciDilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok
Lebih terperinciPERSONAL CONSTRUCT THEORY GEORGE KELLY
PERSONAL CONSTRUCT THEORY GEORGE KELLY 1905-1967 Gambaran Umum Teori Konstruk Personal Teori konstruk personal dari George Kelly tidak sama dengan teori kepribadian lainnya. Sebelumnya teori ini disebut
Lebih terperinciMODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA
MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI
Lebih terperinciIntervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi
Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar
Lebih terperinciTEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA
TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA Biografi Albert Bandura Tokoh ini dilahirkan pada tahun 1925 di Alberta, Canada. Albert menempuh pendidikan perguruan tinggi di bidang psikologi klinis di Universitas Iowa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Personal Adjustment 1. Definisi Personal Adjustment Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang yang mengakibatkan
Lebih terperinciKepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa
Keputusasaan (Hopelessness) Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pemecahan Masalah Matematika Pemecahan masalah berarti keikutsertaan dalam suatu tugas yang metode pemecahannya tidak diketahui sebelumnya. Masalah merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang dan Masalah Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang
Lebih terperinciMENGURANGI PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG KONSELOR SEKOLAH DENGAN STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR (COGNITIVE RESTRUCTURING)
MENGURANGI PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG KONSELOR SEKOLAH DENGAN STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR (COGNITIVE RESTRUCTURING) Ika Kusuma Wardani 1 dan Retno Tri Hariastuti 2 Penelitianyang dilakukan bertujuan
Lebih terperinciPRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi
9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
67 BAB II LANDASAN TEORI II.A. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS II.A.1. Definisi Kesejahteraan Psikologis Ryff (1989) meramu pandangan mengenai pemfungsian positif manusia dan kemudian mengemukakan bahwa individu
Lebih terperinciPanduan Konseling. Untuk Peningkatan Kapasitas Kesiapan Kerja Siswa
Panduan Konseling Untuk Peningkatan Kapasitas Kesiapan Kerja Siswa ii Panduan Konseling Untuk Peningkatan Kapasitas Kesiapan Kerja Siswa Harlina Nurtjahjanti, S.Psi., M.Si. Dinie Ratri Desiningrum, S.Psi.,
Lebih terperinciMENGATASI MASALAH DISTORSI KOGNITIF PADA KLIEN USIA REMAJA DENGAN METODE COGNITIVE RESTRUCTRING FORM
MENGATASI MASALAH DISTORSI KOGNITIF PADA KLIEN USIA REMAJA DENGAN METODE COGNITIVE RESTRUCTRING FORM OLEH: RINI RIZKIAWATI 1, DESSY HASANAH SITI ASIAH 2 1 Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial Universitas
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi
BAB IV ANALISA DATA A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Silaturahmi pada Seorang Remaja yang Mengalami Depresi di Desa Sembayat Kabupaten Gresik. Dalam proses pelaksanaan
Lebih terperinciSigit Sanyata
Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id Pelatihan REBT-MGBK SMK Kabupaten Sleman Rabu, 8 Januari 2014 Sejarah Albert Ellis pendiri dan pengembang REBT Lahir di Pittsburgh tahun 1913 Meninggal tahun 2007 pada
Lebih terperinciKONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional
KONSEP DASAR Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,
Lebih terperinciMENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa
MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa STRESS Segala kejadian (masa lalu/ masa datang) yang menimbulkan perasaan tidak enak
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang
85 BAB IV ANALISA DATA A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang Remaja Akibat Hamil di Luar Nikah di Desa UjungPangkah Gresik. Berdasarkan data yang dilakukan oleh konselor dalam
Lebih terperinciPsikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI
Psikologi Konseling Modul ke: Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kontrak Belajar
Lebih terperinciBK KELOMPOK Diana Septi Purnama HUBUNGAN INTERPERSONAL
BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id HUBUNGAN INTERPERSONAL Pembelajaran intereprsonal adalah faktor terapeutik yang luas dan kompleks dalam analog konseling kelompok seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive
121 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka di sini peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive
Lebih terperinciKONSELING. Oleh: Muna Erawati
TAHAPAN dan TEKNIK KONSELING Oleh: Muna Erawati Tujuan Konseling Insight: mendapat pemahaman mengenai asal muasal dan perkembangan kesulitan emosi, lalu meningkat pada peningkatan kapasitas pengendalian
Lebih terperinciLayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender
Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender oleh : Sigit Sanyata Pelatihan Sadar Gender Untuk Mengoptimalkan Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Kulonprogo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja
Lebih terperinciINTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id
INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut akan sesuatu yang terkadang tidak mengidap sesuatu adalah lucu dan aneh, tetapi bagi orang yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Oleh sebab itu, berikut akan dijelaskan beberapa hal terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini, dari tahun ke tahun menunjukkan fenomena yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan tak terbatas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa
Lebih terperinciTerapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Depresi
Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Danperawat pendamping Terapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Depresi Oleh: TirtoJiwo, Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas penggunaan CBT dalam mereduksi sindrom trauma tsunami. Metode penelitian yang
Lebih terperinciSigit Sanyata
#6 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id School guidance curriculum Individual student planning Responsive servise System support proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli penyiapan pengalaman terstruktur
Lebih terperinciSigit Sanyata
#2 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Pada saat anak dirawat di Rumah Sakit banyak hal yang baru dan juga
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:
BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis data, analisis data ini dilakukan peneliti untuk memperoleh suatu hasil penemuan dari lapangan berdasarkan fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciMATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session
MATERI DAN PROSEDUR Pertemuan I : Pre-Session 1. Sesi 1 : Penjelasan tentang program intervensi Tujuan : - Membuat partisipan paham tentang terapi yang akan dilakukan - Memunculkan motivasi pada diri partisipan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut perubahan sangat pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. Di bidang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Kecemasan pada Pemuda yang Gagal Tes TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo Proses pelaksanaan
Lebih terperinciPENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.
PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd ABSTRAK Banyak peserta didik yang masih belum percaya dengan kemampuan yang
Lebih terperinciMEMAHAMI INDIVIDU DENGAN TEKNIK NON TES (Observasi dan Wawancara)
MEMAHAMI INDIVIDU DENGAN TEKNIK NON TES (Observasi dan Wawancara) PETA KOGNITIF PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani Menyelenggarakan Bimbingan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
16 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Teknik Cognitive Restructuring 1. Pengertian Teknik Cognitive Restructuring Beck mengatakan bahwa terapi kognitif meliputi usaha memberikan bantuan kepada konseli
Lebih terperinciPsikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh
BAB IV ANALISIS DATA Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara, observasi dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh peneliti maka peneliti menganalisa dengan
Lebih terperinciREVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis)
REVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis) Oleh: Kartika Nur Fathiyah, M.Si Disampaikan dalam acara seminar tentang Revitalisasi Usaha Pedagang
Lebih terperinci