KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN
|
|
- Lanny Glenna Budiaman
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN Oleh : Dra. Nelly Nurmelly, MM (Widyaiswara Muda Balai Diklat Keagamaan Palembang) ABSTRACT : Bimbingan dan Konseling merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Konselor sebagai petugas profesional mempunyai tugas tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah siswa. Sebagai helper ia bertugas sangat berat, sekalipun sudah dibekali wawasan dan kerampilan inipun belum cukup menjamin keterlaksanaan program bimbingan dan konseling secara efisien dan efektif. Sehubungan dengan keterlaksanaan layanan konseling khususnya, para konselor banyak mengalami kerisauan terhadap hasil bantuan yang diberikan kepada siswa / kliennya. Ia merasa kurang yakin apakah perubahan perilaku, sikap, pikiran, dan perasaan klien itu dari hasil intervensi konseling. Selama konselor belum berupaya mencari solusi kesulitan yang dialaminya maka perasaan perasaan tersebut senantiasa mengganggu. Sebagai salah satu profesi yang memberikan layanan sosial atau layanan kemanusiaan maka secara sadar atau tidak keberadaan profesi bimbingan dan konseling berhadapan dengan perubahan realitas baik yang menyangkut perubahan-perubahan pikiran, persepsi, demikian juga nilai-nilai. Perubahan yang terus menerus terjadi dalam kehidupan, mendorong konselor perlu mengembangkan awareness, pemahaman, dan penerapannya dalam perilaku serta keinginan untuk belajar, dengan diikuti kemampuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan yang serupa. Kata Kunci : Konselor, Konseling Behavioral. KONSELING BEHAVIORAL Psikologi yang dikenal sebagai ilmu tentang perilaku manusia sebenarnya banyak dipengaruhi oleh paradigma behavioris. Paradigma tersebut melihat manusia as the behaviorist views it, sehingga kepribadian manusia dalam perspektif behavioral adalah
2 perilaku nampak dari seseorang individu. Kemunculan behavioris sebagai peradigma merupakan gagasan dari akibat ketidakpuasan terhadap psikologi yang sudah ada sebelumnya (psikoanalisis). Asumsi dasar dari psikologi behavioristis antara lain (Alwisol, 2003:400): 1. Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu, artinya setiap peristiwa berhubungan secara teratur dengan peristiwa lainnya. 2. Tingkah laku dapat diramalkan (diprediksikan). 3. Tingkah laku manusia dapat dikontrol. Dari paradigma behavioris tersebut lahirlah pendekatan konseling yang disebut dengan konseling behavioral, yang menekankan aspek modifikasi perilaku. Sejak perkembangannya tahun 1960-an, teknik-teknik modifikasi perilaku semakin bervariasi baik yang menekankan aspek perilaku nampak (fisik) maupun kognitif. Saat ini konseling behavioral berkembang pesat dengan ditemukannya sejumlah teknik-teknik pengubahan perilaku, baik yang menekankan pada aspek fisiologis, perilaku, maupun kognitif (Hackman, 1993). Rachman (1963) dan Wolpe (1963) mengemukakan bahwa terapi behavioral dapat menangani masalah perilaku mulai dari kegagalan individu untuk belajar merespon secara adaptif hingga mengatasi gejala neurosis. Teknik Konseling Behavioral Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Karakteristik konseling behavioral adalah : (a) berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
3 Asumsi Tingkah Laku Bermasalah 1. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. 2. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah. 3. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. 4. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
4 DAFTAR PUSTAKA Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang. UMM Press Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan psikologi. Bandung. Refika Latipun. Psikologi Konseling. Malang. UMM Press Wijaya, Juhana. Psikologi Bimbingan. Bandung. PT Eresco
5
6
KONSEP DASAR. Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktorfaktor
KONSEP DASAR Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktorfaktor dari luar Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini
Lebih terperinciPENGANTAR. Semua tingkah laku dan tindakan yang dilakukan oleh seorang individu
PENGANTAR Semua tingkah laku dan tindakan yang dilakukan oleh seorang individu dipengaruhi oleh emosi yang ada dalam dirinya. Hurlock (1980) menyatakan bahwa emosi sangat berpengaruh dalam penyesuaian
Lebih terperinciPENERAPAN KONSELING KELOMPOK REALITA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA BERPRESTASI KURANG (UNDERACHIEVER) Eko Abdul Surozaq 1
PENERAPAN KONSELING KELOMPOK REALITA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA BERPRESTASI KURANG (UNDERACHIEVER) Eko Abdul Surozaq 1 ABSTRAK ; Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan skor
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Tingkah Laku Menyimpang. Tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku tercela, yang dilakukan
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkah Laku Menyimpang 1. Pengertian Tingkah Laku Menyimpang Tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku tercela, yang dilakukan oleh individu yang timbul akibat adannya faktor-faktor
Lebih terperinciPENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI St. Syamsudduha Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Kampus II: Jalan Sultan Alauddin Nomor
Lebih terperinciSTRATEGI GURU DALAM MEMBINA SISWA YANG BERTINGKAH LAKU MENYIMPANG
1 STRATEGI GURU DALAM MEMBINA SISWA YANG BERTINGKAH LAKU MENYIMPANG Nasruddin AR Dosen FKIP Universitas Abulyatama Aceh ABSTRAK Tingkah laku menyimpang merupakan suatu masalah yang dapat mengakibatkan
Lebih terperinciMODEL MENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN: ALAM SEKITAR, SEKOLAH KERJA, INDIVIDUAL, DAN KLASIKAL
MODEL MENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN: ALAM SEKITAR, SEKOLAH KERJA, INDIVIDUAL, DAN KLASIKAL Muhammad Idris Usman Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DDI Parepare Kampus Pontren DDI Lilbanat, Jl. Abu Bakar Lambogo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Pertiwi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa di mana remaja berada pada periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, masa mencari identitas, usia yang menimbulkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian belajar secara komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Pengertian belajar secara komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2008:1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung pada
Lebih terperinciKONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional
KONSEP DASAR Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan saat ini adalah pembangunan dibidang pendidikan, menyadari. kalangan pendidikan itu sendiri termasuk para guru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang giat-giatnya dilakukan oleh bangsa saat ini adalah upaya membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya, baik mental, spiritual dan fisik material. Salah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hasil Belajar Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil belajar
Lebih terperinciUNIT9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN. Masrinawatie AS. Pendahuluan
UNIT9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN Masrinawatie AS Pendahuluan P endapat yang mengatakan bahwa mengajar adalah proses penyampaian atau penerusan pengetahuan sudah ditinggalkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
28 BAB II KAJIAN PUSTAKA 3. Hasil Belajar Matematika 3. Hasil Belajar Kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan belajar semua diperoleh mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada. Maka terjadilah proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehinga mendorong
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen kurikulum pendidikan sangat penting, karena tanpa adanya manajemen maka pendidikan tidak akan dapat berjalan dengan baik Kurikulum merupakan program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi terjadi dimana-mana; di rumah, di kampus, di kantor, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi terjadi dimana-mana; di rumah, di kampus, di kantor, dan bahkan di masjid. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Sebuah penelitian
Lebih terperincipenting dalam pengertian belajar, yaitu sebagai berikut:
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar Akuntansi a. Pengertian Hasil Belajar Akuntansi Belajar merupakan suatu kebutuhan mutlak setiap manusia. Tanpa belajar manusia tidak dapat bertahan
Lebih terperinciKONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)
KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG DEWASA (ANDRAGOGI) Oleh: Drs. Asmin, M. Pd Staf Pengajar Unimed Medan (Sedang mengikuti Program Doktor di PPS UNJ Jakarta) Abstrak. Membangun manusia pembangunan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA Pada hakikatnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan kritik terhadap penelitian yang sudah ada, sekaligus sebagai bahan perbandingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Sumber Daya Manusia), terutama peningkatan dalam bidang pendidikan. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah sedang giat berupaya meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), terutama peningkatan dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciDisiplin: Sebuah Keharusan yang Wajib Dimiliki Setiap Pegawai
Review / Ulasan Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p.62-66 Disiplin: Sebuah Keharusan yang Wajib Dimiliki Setiap Pegawai Tata Zakaria Widyaiswara of Education and Training Institutes of Banten Province, Jl.
Lebih terperinciOleh : Yustiana K2303068
PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA TAHUN AJARAN 2006/2007 Oleh : Yustiana K2303068 Skripsi Ditulis dan
Lebih terperinciPERAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA
PERAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA Oleh: Bertha Reni P.M. Motivasi Mengapa orang bekerja? Mengapa orang memilih bekerja sebagai dosen? Mengapa memilih bekerja sebagai sekretaris? Mengapa
Lebih terperinciSUDAHKAH GURU SERTIFIKASI MEMENUHI KEBUTUHAN PESERTA DIDIK? Oleh : Sumadji. Pengawas TK/SD Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo
SUDAHKAH GURU SERTIFIKASI MEMENUHI KEBUTUHAN PESERTA DIDIK? Oleh : Sumadji Pengawas TK/SD Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo Email : majiprob@gmail.com Abstak Seringkali kita mendengar, guru memukul
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan tentang Standar Proses
17 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Standar Proses Standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang berarti dalam standar proses pembelajaran berlangsung. Penyusunan standar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang. yang sangat penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan
15 BAB II LANDASAN TEORI A. Guru dan Orang Tua 1. Pengertian Guru dan Orang Tua a. Pengertian Guru Guru atau disebut juga dengan tenaga kependidikan adalah; anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. kondisi langsung belajar dalam menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, semua
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Behavioristik Teori ini menekankan proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah, misalnya tentang hal hal yang berkaitan dengan tugas perkembangan remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti punya masalah. Masalah merupakan satu hal yang selalu mengiringi kehidupan setiap manusia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Kehidupan
Lebih terperinciPOLA PIKIR APARATUR SIPIL NEGARA SEBAGAI PELAYAN MASYARAKAT. Hak Cipta Pada: Lembaga Administrasi Negara EdisiTahun 2014
POLA PIKIR APARATUR SIPIL NEGARA SEBAGAI PELAYAN MASYARAKAT Hak Cipta Pada: Lembaga Administrasi Negara EdisiTahun 2014 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 Telp.
Lebih terperinci