Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015)
|
|
- Verawati Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Senin, 2 Februari 2015 BI Punya Ruang Pelonggaran Seiring melambatnya tingkat inflasi, analis Morgan Stanley memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate sebesar 50 basis poin dari 7,75% menjadi 7,25% pada triwulan IV Kendati kian melonggar, Morgan Stanley yakin tingkat BI rate ini masih akan tetap mengatasi masalah defisit neraca transaksi berjalan dan mengantisipasi kenaikan Fed Fund Rate. Lebih lanjut, Morgan Stanley memproyeksikan defisit transaksi berjalan akan bertahan pada posisi 2,8% terhadap total PDB pada tahun 2015 dan menyempit menjadi 2,6% pada tahun (Sumber: Bisnis Indonesia, 2 Februari 2015, 4) DJP Minta Kemudahan data Saat ini tidak dipungkiri bahwa pembiayaan APBN sangat bertumpu pada penerimaan pajak. Untuk meningkatkan penerimaan pajak, Dirjen Pajak menuturkan bahwa perlu adanya akses terhadap kerahasian data nasabah perbankan (bank secrecy). Akses terhadap data nasabah bank ini diperlukan untuk pengawasan transaksi yang mencurigakan. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk membangun sistem IT yang terintegrasi. DJP mengatakan seharusnya Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dapat mengakses data transaksi di sistem perbankan, seperti contoh The Australian Taxation Office di Australia. Hal ini diperkirakan dapat mengamankan penerimaan pajak serta menggali potensi penerimaan pajak. PPATK selama ini masih hanya terfokus pada pencegahan terorisme dan kasus pencucian uang. Untuk tujuan pemeriksaan, menurut UU KUHP DJP sebenarnya dapat memperoleh akses data di perbankan namun harus melalui Kementerian Keuangan dan mengajukan memperoleh izin OJK. Oleh karena itu, DJP membutuhkan payung hukum melalui Peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) agar DJP dapat secara langsung mengakses data pada perbankan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 2 Februari 2015, 4)
2 BPD Patok Target NIM Tinggi Sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) kerap menetapkan NIM yang tinggi. Untuk mencapai NIM yang tinggi, sejumlah BPD saat ini sedang berupaya untuk meningkatkan porsi dana murah (CASA). Untuk meningkatkan porsi dana murah, Bank DKI kerap aktif berkontribusi pada program-program Pemerintah DKI Jakarta seperti Kartu Pembayaran Rumah Susun dan Kartu Tanda PKL. Selain itu, pada tahun ini, Bank DKI juga berencana untuk meluncurkan internet banking dan mobile banking. Adapun Bank DKI akan menjaga NIM pada level 6,5%. Sama halnya dengan Bank DKI, Bank Jabar pun akan meningkatkan porsi dana muuntuk menjaga NIM sebesar 6,7%. Sebelumnya NIM perseroan dapat mencapai 8%, namun kondisi ini semakin menurun seiring sulitnya likuiditas di industri perbankan. Berbeda halnya dengan Bank DKi dan Bank Jabar, Bank Sumsel Babel memutuskan untuk menurunkan NIM walaupun masih berada di posisi yang cukup tinggi yakni 7,45%. Terkait tren penurunan NIM, Eko Budiwiyono, Ketua Asosiasi Bank Pembangunan Daerah, tidak terlalu khawatir dengan tren penurunan ini pasalanya pihaknya optimis akan terjadi perbaikan penyaluran kredit, sehingga dapat meningkatkan NIM. (Sumber: Bisnis Indonesia, 2 Februari 2015, 24) Rasio Deviden Diminta Turun Sejumlah BPD meminta pemerintah daerah untuk mengurangi dividend payout ratio. Selain menurunkan rasio deviden, BPD juga meminta pemerintah daerah untuk menyeragamkan rasio tersebut agar tidak lebih dari 50%. Eko Budiwiyono, Ketua Asosiasi Banl Pembangunan Daerah mengatakan besarnya penetapan rasio ini penting bagi kelangsungan bisnis BPD. Dengan diturunkannya rasio deviden, BPD memiliki penambahan likuiditas baik untuk memperkuat permodalan, ekspansi usaha maupun untuk meningkatkan penyaluran kredit. Ekonom menilai pengurangan deviden mungkin dapat dilakukan, namun penyeragaman akan cenderung sulit dilakukan karena harus disesuaikan dengan APBD masing-masing daerah. (Sumber: Bisnis Indonesia, 2 Februari 2015, 24)
3 Selasa, 3 Februari 2015 Bank Lokal Bakal Dilibatkan Bank Indonesia akan membentuk prinsipal domestik kartu kredit pada tahun 2016 dan akan melibatkan bank lokal sebagai pemegang prinsipal kartu. Pembentukan ini akan dilakukan secara bertahap. Adapun untuk tahun ini, Bank Indonesia akan lebih fokus kepada switching kartu kredit. Bank Indonesia juga telah membentuk tim khusus untuk merealisasikan rencana tersebut. Berdasarkan data Statistik sistem pembayaran, jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia mencapai 15,97 juta keping dengan volume transaksi sebesar 229,85 juta transaksi hingga November Rencana ini juga diharapkan dapat mengurangi defisit neraca jasa yang hingga triwulan III/2014 mencapai US$2,5 miliar. Prinsipal asing menyambut baik upaya pembentukan prinsipal kartu kredit domestik ini dan siap membantu Bank Indonesia. Kendati demikian, pihaknya mengingatkan bahwa upaya ini membutuhkan investasi yang besar dan infrastruktur sarana-prasarana yang memadai. (Sumber: Bisnis Indonesia, 3 Februari 2015, 23) Sejumlah Bank Targetkan Naik Kelas Sejumlah bank berniat untuk naik kelas ke kelompok BUKU yang lebih tinggi. Beberapa upaya yang dilakukan untuk mendukung rencana ini antara lain meminta suntikan dana dari pemegang saham dan menahan laba bersih bank. Salah satu bank yang berniat naik kelas adalah PT Bank Sahabat Sampoerna. Untuk dapat naik kelas ke BUKU II, bank membutuhkan modal sebesar Rp 630 miliar. Adapun setelah masuk ke dalam kelompok bank BUKU II, bank akan fokus menyasar segmen ritel, mengembangkan mobile banking dan internet banking serta berencana untuk ikut serta dalam program branchless banking. Selanjutnya, PT Bank ICBC Indonesia juga berniat untuk masuk ke dalam BUKU III dengan dukungan penyertaan modal dari induk usaha yakni Bank ICBC China sebesar US$ 75 juta. Adapun dana penyertaan modal tersebut akan diperoleh setelah Bank ICBC menerbitkan obligasi global sebesar US$ 500 juta dalam jangka waktu tiga tahun. PT Bank Mandiri Tbk sebagai induk perusahaan dari PT Bank Sinar Harapan Bali berniat menyuntikkan modal sebesar Rp 200 miliar kepada anak perusahaannya tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendorong Bank Sinar Harapan Bali dapat menjadi bank BUKU II dan dapat lebih mengembangkan bisnisnya. Selain mendapat suntikan modal dari Bank Mandiri, BSHB juga berencana menerbitkan right issue sebesar Rp 800 miliar pada tahun ini dan saat ini rencana tersebut masih dalam pengkajian oleh IJK. Upaya yang
4 sama dilakukan oleh PT Bank Ina Perdana. Tahun ini, pihaknya berencana untuk melakukan right issue untuk mendorong bank masuk ke dalam BUKU II. (Sumber: Indonesia Finance Today, 3 Februari 2015, 8) Rabu, 4 Februari 2015 Risiko Bunga Diantisipasi Kewajiban untuk melakukan lindung nilai bagi korporasi yang memiliki utang luar negeri mendorong permintaan instrumen cross currency swap. Cross currency swap merupakan kontrak anatara dua pihak, yakni korporasi dan bank untuk bertukar pokok dan suku bunga untuk mata uang yang berbeda. Bank ikut mendukung hedging yang dilakukan korporasi. Sejumlah bank seperti BNI, CIMB Niaga dan Standard Chartered Bank melakukan cross currency swap dengan PT Garuda Indonesia. Kerjasama ini mencapai Rp 1 triliun dengan jangka waktu 3,5 tahun. Selain itu, transaksi didasarkan pada referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) per Januari 2015 sebesar Rp per Dollar AS. Hal ini dilakukan untuk menghindari korporasi dari resiko nilai tukar. (Sumber: Kompas, 4 Februari 2015, 20) Kajian Merger Mandiri dan BNI Masuki Tahap Awal OJK dan pemerintah telah melakukan pembicaraan awal terkait upaya merger Bank Mandiri dan BNI. Upaya merger kedua bank BUMN ini dilakukan agar perbankan Indonesia memiliki daya saing, khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sofyan Djalil, Menteri koordinator Bidang Perekonomian RI, berharap upaya merger ini tidak direspon negatif oleh pasar. Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri menyambut baik upaya merger ini. Pasalnya Bank Mandiri sedang menargetkan aset hingga Rp triliun untuk merambah ekspansi ke ASEAN sebagai Qualified ASEAN Banks (QAB). Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, mengungkapkan selain merger Bank Mandiri dan BNI, hal yang perlu dilakukan adalah menfokuskan Bank BRI ke segmen usaha mikro, kecil dan menengah. Di sisi lain, Gatot M. Suwondo, Direktur Utama Bank BNI justru mengatakan bahwa keempat bank
5 BUMN di Indonesia tidak perlu melakukan merger. Pasalnya keempat bank BUMN tersebut dinilai telah memiliki daya saing yang setara dengan bank asing. Terkait penerapan MEA, pihaknya mengatakan seharusnya OJK membatasi ekspansi bank asing di Indonesia dan mengedepannya asas resiprokal. (Sumber: Indonesia Finance Today, 4 Februari 2015, 1) Bank Indonesia Diprediksi Pertahankan Moneter Ketat Kendati inflasi awal tahun 2015 diperkirakan melambat, Bank Indonesia diperkirakan masih akan tetap menetapkan kebijakan moneter ketat. Hal ini dilakukan karena cukup tingginya defisit neraca transaksi berjalan, menjaga nilai tukar dan antisipasi kebijakan normalisasi di Amerika Serikat. Juniman, Kepala Ekonom Bank BII, mengatakan kedepannya masih terdapat potensi kenaikan harga minyak dunia, sehingga akan mendorong inflasi. Kendati demikian, tren cut easy yang berlangsung di beberapa negara tetangga dan kebijakan quantitative easing di Eropa dapat menjadi peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate ke level 7,50%. Senada, Lana Soelistianingsih, Kepala Ekonom PT Samuel Asset Management, menambahkan BI rate dapat diturunkan apabila S&P menaikkan peringkat investasi Indonesia, sehingga resiko capital outflow kecil. Sementara itu, Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia mengatakan saat ini BI akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat dan kedepannya akan dilakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi yang berlaku, khususnya setelah kebijakan the Fed. (Sumber: Indonesia Finance Today, 4 Februari 2015, 7) Kamis, 5 Februari 2015 Kredit Akan Meningkat Adanya kebijakan pembatasan impor buah akan mendorong produksi dalam negeri. Oleh karena itu kredit perbankan di sektor pertanian pun diperkirakan akan meningkat. Djarot Kusumajakti, Direktur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah PT BRI Tbk menambahkan sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah. Pasalnya pemerintah berkomitmen meningkatkan kedaulatan pangan, sehingga akan mendorong produksi dalam negeri dan permintaan kredit ke sektor tersebut. Adapun menurut Djarot, yang menjadi
6 pertimbangan perbankan dalam memberikan kredit adalah melihat bagaimana petani dapat memproduksi sesuai standar. Apabila petani mampu, maka perbankan tidak akan segan memberikan kredit, namun apabila tidak mampu, maka perlu pendampingan dari pemerintah, perguruan tinggi atau swasta. Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, menambahkan perbankan akan membiayai sektor riil yang sudah beroperasi dan memiliki prospek yang baik. Adapun saat ini perbankan sulit untuk membiayai perkebunan rakyat dengan skala usaha kecil karena resiko gagal bayar yang tinggi. Oleh karena itu, pihaknya menyarankan pemerintah untuk memberikan insentif kepada bank yang akan membiayai sektor tersebut. Berdasarkan data dari Statistik Perbankan Indonesia, per November 2014, total penyaluran kredit ke sektor pertanian mencapai Rp 206 triliun atau sekitar 5,7% dari total penyaluran kredit perbankan kepada pihak ketiga. (Sumber: Kompas, 5 Februari 2015, 17) Bunga KPR Turun, Daya Beli Menguat Penurunan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dalam skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari 7,5% menjadi 5% diperkirakan akan mendorong daya beli masyarakat, khususnya masyarat berpengahsilan rendah hingga 50%. Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mengatakan penurunan suku bunga FLPP dapat menurunkan cicilan yang harus dibayarkan masyarakat. (Sumber: Kompas, 5 Februari 2015, 17) Wacana Merger Bikin Tak Nyaman Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, belum memutuskan rencana merger kedua bank BUMN yakni Bank Mandiri dan BNI. Pasalnya masih banyak pihak yang belum menyetujui rencana merger ini. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu upaya menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), khususnya liberalisasi sektor keuangan pada tahun Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan RI, menuturkan walaupun merger Bank Mandiri dan BNI belum dapat mengalahkan bank DBS dari Singapura, namun potensi pembiayaan akan lebih besar setelah peleburan kedua bank pelat merah ini. Rosan P. Roeslani, Wakil Ketua Kadin Indonesia, mengungkapkan Indonesia membutuhkan bank besar untuk membiayai sektor infrastruktur. Pasalnya sektor ini kerap membutuhkan pembiayaan yang besar. Menurutnya, Bank Mandiri, BNI dan BTN perlu dileburkan karena berada pada segmen yang sama. Di sisi lain, Gatoto M. Suwondo, Ketua Umum Himbara, menolak rencana merger
7 tersebut. Menurutnya sebagai perusahaan terbuka BUMN tidak dapat begitu saja mengabaikan pemilik saham minoritas. Selain itu, pihaknya pun mempertanyakan urgensi upaya merger ini. (Sumber: Bisnis Indonesia, 5 Februari 2015, 23) Jumat, 6 Februari 2015 Risiko Dinilai Terlalu Besar Yap Tjay Soen, Direktur Keuangan BNI menurutkan bahwa merger antara Bank Mandiri dan BNI akan menimbulkan resiko yang lebih besar dibandingkan manfaat yang didapat. Hasil penggabungan akan meningkatkan biaya operasional akibat dari penyamaan beban bunga, sementara pendapatan justru menurun. Bank hasil merger juga akan tergolong bank lokal berdampak sistemik, sehingga harus menambah modal sebesar 1% - 2,5% dari bobot resiko. Terkait tujuan merger untuk menghadapi pasar ASEAN, Yap menuturkan bahwa saat ini bankbank di Indonesia sudah memiliki daya saing, sehingga tidak memerlukan upaya merger. Penguatan bank nasional juga ditunjukkan oleh kapitalisasi psar bank pemerintah yang lebih besar dibandingkan dengan bank nasional milik asing. (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Februari 2015, 23) Penurunan Bunga Kredit Jadi Pertimbangan Mulai membaiknya kondisi perekonomian baik global maupun domestik mendorong sejumlah bank menurunkan suku bunga kredit. Berdasarkan data uang beredar oleh Bank Indonesia, terjadi penurunan suku bunga kredit dari 12,97% ke 12,96% pada Desember OJK menyambut baik penurunan suku bunga kredit ini. Pasalnya penurunan ini dapat memberikan kemudahan dan menjangkau nasabah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dalam publikasi yang sama tercatat kredit UMKM mencapai Rp 671,7 triliun, meningkat 10,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year). Juniman, Ekonom Bank BII, menyebutkan bahwa suku bunga kredit akan turun seiring penurunan biaya dana (cost of fund). Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi domestik juga akan mendorong penyaluran kredit yang lebih tinggi. Bank BRI juga mengungkapkan bahwa pihaknya berencana untuk menurunkan suku bunga kredit pada semua segmen, namun penurunan akan bervariasi untuk masingmasing segmen. Hal yang berbeda justru dilakukan oleh Bank Mayapada. Pihaknya mengaku
8 belum berencana menurunkan suku bunga dasar kredit karena kondisi pasar yang belum berubah. (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Februari 2015, 23) DPK Masih Tumbuh Terbatas Sejumlah perbankan mengungkapkan optimis pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) akan mencapai target walaupun secara umum kondisi likuiditas diperkiarakan masih tetap ketat. Bank Mayapada menargetkan pertumbuhan DPK mencapai 30% pada tahun ini. Bank BRI juga menargetkan pertumbuhan DPK sebesar 145 hingga 16% pada tahun ini. Sementara Bank Victoria menargetkan pertumbuhan yang cenderung moderat yakni 7%. Rendahnya target pertumbuhan DPK diakui Bank Victoria agar bank tidak terlalu besar untuk membayar bunga simpanan. Lebih lanjutnya, tahun ini bank Victoria akan lebih fokus pada penghimpunan dana murah. (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Februari 2015, 24) ***
Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)
Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015)
Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Senin, 16 Februari 2015 Suku Bunga Simpanan: Ruang Penurunan Masih Terkendala LPS menuturkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi parameter penurunan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015)
Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015) Senin, 26 Januari 2015 BI Pertahankan Kebijakan Moneter Ketat Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat sebagai upaya untuk menjaga
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)
Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat
Lebih terperinciPolicy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016
Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015)
Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Senin, 9 Februari 2015 Bank RI Dapat Lampu Hijau Pertemuan Presiden RI, Joko Widodo, dengan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, membuahkan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015)
Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015) Senin, 12 Januari 2015 Pendatang Baru Kian Ekspansif Sejumlah bank pendatang baru di segmen mikro tengah aktif berekpansi menyalurkan kredit. Salah satu
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)
Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015)
Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015) Senin, 19 Januari 2015 Bank Siap Turunkan Bunga Seiring stabilnya beban bunga perbankan dan dampak dari kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya ekspor. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017)
Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017) PERATURAN PERBANKAN Soal Keterbukaan Pajak, Perbanas Harap Data Nasabah Tak Tersebar Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) meminta pemerintah dalam hal ini
Lebih terperinciTANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)
KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015)
Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015) Senin, 5 Januari 2015 Kredit Melemah hingga Akhir Tahun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pertumbuhan kredit cenderung melambat seiring dengan perlambatan
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciDr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI
Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan yang didasarkan pada unsur kepercayaan, memiliki tugas pokok sebagai perantara antara pihak yang membutuhkan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)
Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Senin, 02 Maret 2015 Protokol Krisis Harus Segera Diperbaiki Ketua Umum Perbanas mengungkapkan kinerja industri perbankan sepanjang lima tahun terakhir sudah
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK
DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK Bagaimana kinerja PT Bank Mandiri Persero (Tbk) dari awal 2014 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015)
Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Senin, 23 Maret 2015 ASEAN Finalisasi Kerangka Kerja Sama Perbankan Bank Negara Malaysia (BNM) mengumumkan bahwa para anggota ASEAN telah menuntaskan ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015)
Senin, 30 Maret 2015 Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Ruang Bank Menengah Menyempit Ruang pertumbuhan bisnis tujuh dari 15 bank terbesar Tanah Air kian menyempit dalam kurun waktu tiga tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.
Lebih terperinciKETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR
Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki peranan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)
Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) FINTECH DAN INOVASI DIGITAL Hadapi Fintech, Bank Kedepankan Inovasi Digital Di tengah pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk selanjutnya disebut dengan BNI pertama kali didirikan pada
Lebih terperinciMonthly Market Update
Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)
Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit. Seseorang dapat membeli rumah secara tunai apabila orang tersebut memiliki uang yang nilainya sama
Lebih terperinciNAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN
NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN Detik.com Hingga akhir Mei 2016, total utang pemerintah i pusat tercatat Rp3.323,36 triliun. Naik Rp44,08 triliun dibandingkan akhir April 2016,
Lebih terperinciJuni 2017 RESEARCH TEAM
RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciSEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?
Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciMengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro
Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian dunia. Bahkan pasar modal dapat juga dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2007, keadaan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007, keadaan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan baik dan stabil. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator yang memberikan nilai-nilai yang
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber
Lebih terperinciMencegah Krisis Ekonomi Datang Lagi 1
Mencegah Krisis Ekonomi Datang Lagi 1 Oleh Sunarsip Belakangan ini beberapa media massa memberitakan tentang perkembangan di pasar finansial Indonesia yang dinilai telah kebanjiran dana-dana jangka pendek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbankan ini meningkatkan lembaga bank itu sendiri serta peraturanperaturan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perbankan pada era sekarang menjadi lembaga keuangan yang meningkat dengan pesat dan menjadi lebih global. Globalisasi dalam perbankan ini meningkatkan lembaga bank
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018)
KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) Belum Ada Ruang Penurunan Bank Indonesia menyatakan suku bunga acuan yang kini berada pada level 4,25% sudah mengalami cukup penurunan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan termasuk sebagai salah satu negara berkembang di dunia membutuhkan dana untuk mendukung pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara
Lebih terperinciPRUlink Quarterly Newsletter
PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya di industri perbankan dibutuhkan sebuah bank nasional yang besar, kuat, kompeten, maju,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/8/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/PBI/2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah
Lebih terperinciKinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%
Kinerja BNI Semester I - 2017 Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Jakarta, 12 Juli 2017 --- Pada paruh I tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara, dimana pasar modal berfungsi sebagai pendanaan usaha atau untuk mendapatkan dana dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang dipicu dengan gejolak nilai tukar sejak Juli 1997 berdampak luas terhadap perekonomian nasional. Selama semester II/1997 dan tahun 1998, semua indikator
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (09 Maret 13 Maret 2015)
Banking Weekly Hotlist (09 Maret 13 Maret 2015) Senin, 09 Maret 2015 Bank BUMN Sepakati Penyatuan ATM Sejumlah bank-bank BUMN mengaku setuju dengan rencana pemerintah untuk menggunakan ATM menjadi satu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni diawali dengan didirikannya bank Muamalat pada tahun 1992 dan terus berkembang sampai
Lebih terperinciANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014
ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun
Lebih terperinci2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciKETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank
Lebih terperinciEconomic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)
Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang menjadi masalah serius. Amerika Serikat merupakan negara adidaya dimana ketika perekonomiannya
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
Lebih terperinciANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012
ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017)
KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) BI: GWM Averaging Cegah Bubble Likuiditas Bank Indonesia (BI) mengakui, adanya risiko menggelembungnya (bubble) likuiditas. Maka dari itu bank
Lebih terperinciANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007
ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV
SURVEI PERBANKAN Triwulan IV-2006 Target pemberian kredit baru pada triwulan I-2007 dan tahun 2007 diperkirakan meningkat Hanya sekitar 37,5% responden yang realisasi kredit barunya di bawah target yang
Lebih terperinciKINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007
KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa
Lebih terperinciEKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas
EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.
Lebih terperinciMempertahankan Soliditas
Hasil Kinerja Semester I 2017 Mempertahankan Soliditas Public Expose 2017 PT Bank Central Asia Tbk Jakarta, 9 Agustus 2017 Daftar Isi Tinjauan Makro Ekonomi halaman Kondisi makro ekonomi 4 Ikhtisar kinerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan rumah tinggal di Indonesia masih menjadi suatu masalah yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pekerjaan
Lebih terperincimenyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat pun semakin pintar dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman era globalisasi seperti saat ini ekonomi pun ikut berkembang seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat pun semakin pintar dan menuntut atas perkembangan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin
Lebih terperinciFebruari 2017 RESEARCH TEAM
RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,
Lebih terperinciAsesmen Pertumbuhan Ekonomi
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan
Lebih terperinci