Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015)"

Transkripsi

1 Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015) Senin, 5 Januari 2015 Kredit Melemah hingga Akhir Tahun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pertumbuhan kredit cenderung melambat seiring dengan perlambatan ekonomi. Selain itu, OJK juga memperkirakan bahwa perlambatan ekonomi masih akan berlanjut pada triwulan IV/2014 sebagai akibat dari berbagai tekanan, termasuk tekanan global. Per Oktober 2014, pertumbuhan kredit tercatat 12,62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan posisi September 2014 sebesar 13,16% (yoy). Laju kredit paling lambat terjadi pada kredit konsumsi yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 11,05% (yoy) menjadi Rp 990,21 Triliun pada Oktober Sementara itu, kredit modal kerja dan investasi meningkat masing-masing sebesar 12,77% dan 14,93% (yoy). Kendati demikian, sejumlah perbankan memperkirakan kredit investasi pun akan melambat, pasalnya ada peningkatan suku bunga kredit. Tingginya suku bunga kredit investasi akan menurunkan kebutuhan investasi untuk produksi. Namun OJK optimis memasuki tahun 2015, terdapat potensi peningkatan penyaluran kredit yang berasal dari peningkatan belanja pemerintah seiring membesarnya ruang fiscal. (Sumber: Bisnis Indonesia, 5 Januari 2015, 23) Aliran Dana Makin Seret Berbeda dengan pertumbuhan secara tahunan, kondisi kredit investasi dan modal kerja jika dibandingkan bulan sebelumnya justru mengalami penurunan. Pada Oktober 2014, kredit investasi tercatat Rp 869,3 triliun, lebih rendah dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang mencapai Rp 872,3 Triliun. Memburuknya kondisi kredit investasi juga ditunjukkan oleh meningkatnya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) dari Rp 22,6 Triliun pada September 2014 menjadi Rp 44,5 pada Oktober Sama halnya dengan kredit investasi, kredit modal kerja juga mengalami penurunan penyaluran dan peningkatan NPL. Per Oktober 2014, penyaluran kredit investasi sebesar Rp 1.698,5 triliun, lebih rendah dibandingkan posisi September 2014 sebesar Rp 1.708,4 triliun. Adapun posisi NPL kredit modal kerja bulan Oktober 2014 mencapai 44,5 triliun, meningkat tipis dibandingkan September 2014 yang mencapai Rp 43,5 triliun. Berbeda halnya dengan kredit investasi dan modal kerja, kredit

2 konsumsi justru mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Penyaluran kredit konsumsi pada Oktober 2014 tercatat Rp 990,2 triliun, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp 980,4 triliun. Dalam publikasi Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2014, Bank Indonesia memperkirakan penyaluran kredit investasi pada triwulan IV 2014 akan melambat karena kinerja investasi nonbangunan yang masih belum menunjukkan pertumbuhan akibat terkontraksinya impor barang modal. Selain itu, penurunan penjualan alat berat domestik dan minimnya insentif pelaku usaha untuk berinvestasi pun kerap menekan investasi nonbangunan. Sementara itu, publikasi tersebut juga memperkirakan investasi bangunan justru akan meningkat pada triwulan IV 2014 seiring meningkatnya penjualan semen. (Sumber: Bisnis Indonesia, 5 Januari 2015, 23) Debitur Masih Ragu Pada Oktober 2014, undisbursed loan atau fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik tercatat Rp triliun, meningkat 14,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Peter Jacobs, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia mengatakan hal ini dikarenakan prilaku debitur yang masih wait and see terhadap prospek pertumbuhan ekonomi. Selain itu, bank Indonesia juga mengatakan kondisi likuiditas perbankan relatif terjaga dengan dukungan modal kuat serta kuat terhadap resiko kredit. Akhir tahun 2014, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan DPK akan berkisar 14%-16% dan kredit sebesar 15% - 17%. Kartika Wirjoatmodjo, Kepala Eksekutif LPS mengatakan perbankan perlu menjaga rasio kecukupan likuiditasnya. Berdasarkan analisis stabilitas dan sistem pembayaran, hal ini dikarenakan: (i) kredit dan cadangan alat likuid merupakan bagian penting dari deposit pricing yang digunakan sebagai dasar pengelolaan kebijakan moneter; (ii) pangsa pasar murah (CASA) mempunyai peran positif bagi pricing; dan perbankan memperharikan efek signaling dari suku bunga pasar uang natar bank dan efek counter dari kondisi bisnis, apabila volatilitas pasar dan perekonomian rendah maka pengelolaan asset liability management (ALM) lebih baik dilakukan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 5 Januari 2015, 23) Bank Minta Relaksasi Aturan LTV Kalangan perbankan meminta Bank Indonesia untuk melakukan relaksasi terhadap kebijakan Loan To Value (LTV) karena kebijakan ini kerap menghambat masyarakat dalam mengakses pembiayaan perumahan, sehingga kebutuhan rumah menjadi tidak terpenuhi. Sejak aturan LTV

3 ditetapkan pada Juni 2012, outstanding KPR perbankan menjadi melambat, sehingga berdampak pada kinerja KPR perbankan. Oleh karena itu, perbankan berharap Bank Indonesia dapat mengkaji kembali ketentuan Down Payment agar lebih ringan dari 30%. Pasalnya beban nasabah menjadi lebih berat karena harus membayar uang muka yang lebih tinggi. Menanggapi hal tersebut, Bank Indonesia menyatakan pihaknya tidak akan mengubah kebijakan LTV karena dirasakan masih efektif dalam meredam spekulasi dan menjaga kualitas kredit di sektor properti. (Sumber: Bisnis Indonesia, 5 Januari 2015, 23) Mimpi Besar Kota Less Cash Society Upaya mewujudkan masyarakat dengan sedikit transaksi tunai memerlukan infrastruktur, iklim yang kondusif serta peran pemerintah daerah. Pemerintah daerah berwenang mengatur prioritas bidang-bidang tertentu yang akan menjadi target pengembangan transaksi nontunai. Provinsi DKI Jakarta terlebih dahulu memulai pemanfaatan transaksi nontunai dengan menjangkau sektor transportasi seperti jaringan kereta api commuterline dan bus TransJakarta. Kedepannya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan mencoba memperluas jaringan transaksi non tunai menggunakan uang elektronik di sektor ritel, seperti toko dan pedagang kaki lima. Selain itu, bantuan sosial yang diberikan masyarakat juga akan mengunakan uang elektronik. Bukan hanya untuk skala kecil, transaksi skala besar juga akan diupayakan dilakukan melalui transaksi non tunai. Rencana awal implementasi ini adalah aturan pembayaran sewa kios di jaringan pasar yang dikelola oleh PD Pasar Jaya. Pemprov DKI Jakarta pun telah menunjuk tujuh bank sebagai agen pembayaran dan nantinya pembayaran kios dapat dilakukan melalui mekanisme autodebet dari rekening penyewa. Dalam cakupan pemerintahan, Pemprov DKI Jakarta juga telah menerapkan aturan gerakan nontunai untuk transaksi yang bernilai Rp 25 Juta. Bank Indonesia mengatakan akan terus mengupayakan perbaikan fasilitas dan pembenahan sistem pembayaran nontunai agar lebih efisien, mudah dan murah. Perlu adanya dukungan dan tekad yang kuat dari regulator dan pemerintah untuk mendorong transaksi nontunai di Indonesia. Pasalnya transaksi nontunai di Indonesia masih sangat rendah, yakni hanya berkontribusi berkisar 0,6% dari total transaksi yang dilakukan masyarakat. Bahkan kondisi ini lebih rendah dibandingkan negara lainnya seperti Thailand sebesar 2,5%; Malaysia 7,5% dan Singapura pada posisi 45%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 5 Januari 2015, 24)

4 NIM Sulit Tembus 5% Per Oktober 2014, kondisi NIM bank umum meningkat menjadi 4,24% dari bulan sebelumnya yang mencapai 4,21%. Walaupun begitu, sejumlah pelaku mengatakan perbankan tidak dapat memacu Net Interest Margin (NIM) ke level yang lebih tinggi seperti tahun-tahun sebelumnya yakni 5%. Andry Asmoro, Ekonom Senior PT Bank Mandiri Tbk, memperkirakan NIM perbankan masih akan berkisar sebesar 4%. Hal ini dkarenakan kondisi likuiditas perbankan yang masih tertekan sebagai akibat dari sulitnya memacu pertumbuhan simpanan. Menurutnya, program inklusi keuangan yang sedang marak dijalankan otoritas dapat menjadi peluang bank untuk memacu likuiditas dan merupakan potensi pendapatan selain bunga. Terkait BI Rate, pihaknya mengatakan bank tidak bisa serta merta ikut menaikkan suku bunga karena akan menimbulkan resiko kredit macet. Untuk perkiraan tahun 2015, kebijakan the Fed dalam menaikkan Fed Fund Rate akan menjadi penentu utama kondisi ekonomi. Pasalnya apabila suku bunga Amerika Serikat tersebut dinaikkan akan mendorong volatilitas pasar keuangan dan memacu capital outflow, sehingga kondisi likuiditas domestik menjadi tertekan. Oleh karena itu, pihaknya menyarankan agar perbankan kerap menjaga kualitas asetnya. (Sumber: Bisnis Indonesia, 5 Januari 2015, 24) Kualitas Kredit Diyakini Cepat Pulih Bank Indonesia memperkirakan rasio kredit bermasalah (non performing loan/npl) akan membaik seiring dengan meningkatnya pendapatan debitor akibat meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang berasal dari ekspansi fiskal pemerintah. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan perlambatan ekonomi sebelumnya kerap menekan kualitas kredit khususnya kredit segmen usaha kecil dan menengah. Halim mengaku bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi tahun ini secara umum lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini juga mendorong kenaikan NPL baik secara spasial maupun secara sektoral. Secara spasial, kenaikan NPL terjadi di luar jawa, khususnya Sumatera dan Kalimanatan. Di kawasan tersebut, sektor komoditas mempunyai andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga ketika terjadi penurunan harga komoditas global, performa sektor komoditas juga kerap menurun. Sejalan dengan hal tersebut, secara sektoral, sektor komoditas juga mengalami lonjakan NPL yang tinggi dibandingkan empat tahun yang lalu, seperti pada sektor pertambangan yang mencatat NPL sebesar 3,34% pada Oktober 2014, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi tahun 2011 yang mencapai 0,34% dan NPL sektor pertanian yang meningkat dari 1,3% pada tahun 2011 menjadi 2% pada oktober Walaupun begitu, Bank Indonesia tetap optimis Indonesia akan mencapai pertumbuhan sebesar 5,4% - 5,8% seiring dengan ekspansi fiskal pemerintah yang akan mengalihkan subsidi BBM ke sektor produktif. Walaupun begitu, sejumlah pelaku perbankan pesimis kualitas kredit perbankan akan membaik. Pasalnya pemulihan kualitas kredit sektor komoditas masih sulit untuk dilakukan

5 karena kondisi harga komoditas global yang belum menunjukkan perbankan. Namun, pihaknya akan terus mencoba menekan tingkat NPL. (Sumber: Bisnis Indonesia, 5 Januari 2015, 24) Perang Bunga Simpanan Diestimasi Tidak Seketat 2014 Kalangan perbankan mengaku bahwa kondisi likuiditas tahun 2014 masih akan ketat karena rencana kenaikan Fed Fund Rate dan perlambatan ekonomi dunia. Adapun perkiraan kondisi likuiditas tahun 2015 diyakini tidak akan seketat tahun Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk, nenambahkan perubahan perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) akan sangat membantu perbankan dalam mengurangi tekanan likuiditas. Adapun menurut Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT BCA Tbk, perubahan suku bunga simpanan tergantung pada pertumbuhan kredit. Pasalnya jika pertumbuhan kredit stabil maka bunga simpanan juga akan stabil. Lebih lanjut bank harus mengimbangi antara pertumbuhan dana dengan pertumbuhan kredit agar stabilitas perbankan tetap terjaga. Menurut LPS dalam Laporan Analisis Stabilitas dan Sistem Perbankan Triwulan IV 2014, suku bunga deposito berperan pada keputusan strategic pricing perbankan. Estimasi pola interaksi Asset Liability Management (ALM) konsisten dengan hipotesis dimana suku bunga deposito menjadi instrumen positioning terhadap pricing bank lain. Seperti contoh, bank besar memiliki keunggulan kompetitif terhadap positioning pricing DPK. Pasalnya bank besar memiliki lebih banyak alternatif kesediaan alat likuid, baik dari pasar surat utang maupun porsi dana murah (CASA). Hal ini mengakibatkan suku bunga DPK bank besar cenderung lebih rendah dibandingkan bank menengah atau bank kecil. (Sumber: Indonesia Finance Today, 5 Januari 2015, 1) Target Pertumbuhan Kredit Valas Bank BUMN Konservatif Bank milik pemerintah (BUMN) menetapkan target pertumbuhan valas yang cenderung konservatif pada tahun ini. Hal ini dilakukan karena bank harus menyesuaikannya dengan pertumbuhan dan apihak ketiga (DPK). Sebagai contoh PT Bank Mandiri Tbk menetapkan target pertumbuhan kredit valas sebesar 14% -15% karena mneyesuaikan dengan target DPK valas sebesar 15% - 17%. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga indikator Loan To Deposit Ratio (LDR) tetap terjaga di level 75% - 80%. Menurut PT BNI Tbk mengatakan tidak terlalu fokus pada kredit valas karena potensi DPK valas juga kerap tertekan. Adapun kredit valas yang

6 digelontorkannya merupakan kredit sindikasi sejumlah proyek infrastruktur. Hal yang sama dilakukan oleh PT BRI Tbk. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), bank umum swasta nasional (BUSN) devisa mencatat pertumbuhan kredit valas tertinggi yakni 14,45% (yoy) pada Oktober 2014 dan 25,52% (yoy) secara kumulatif Januari-Oktober 2014 dibandingkan kumulatif Januari-Oktober Sementara kredit valas Bank BUMN hanya tumbuh sebesar 10,51% pada bulan Oktober (Sumber: Indonesia Finance Today, 5 Januari 2015, 9) Selasa, 6 Januari 2015 Tantangan Berat Menanti Tantangan berat masih akan menanti industri perbankan tahun Pasalnya pertumbuhan kredit akan melambat seiring perlambatan ekonomi, sehingga rasio laba bersih terhadap total aset (return on Asset/ROA) juga akan menurun. Per Oktober 2014, indikator ROA tercatat 2,89%. ROA cenderung menurun sejak Juni Seiring dengan penurunan ROA, NIM perbankan juga cenderung turun. Per Oktober 2014, NIM perbankan tercatat 4,24%. A. Prasentyantoko, Pengamat Ekonomi Universitas Atmajaya mengatakan industri perbankan masih akan menghadapi tantangan seiring belum membaiknya permintaan serta ketatnya kondisi likuiditas. Perbankan Indonesia masih mengandalkan pendapatan bunga kredit, kedepannya perbankan harus lebih mendiversifikasikan pendapatan. Pasalnya apabila bank tetap mengandalkan pendapatan bunga kredit, maka kondisi perlambatan kredit bank akan berpengaruh terhadap profitailitas bank tersebut. Selain itu, Eric Alexander Sugandi, Ekonom Standard Chartered, menambahkan kondisi likuiditas yang ketat mendorong bank untuk menghimpunan dana mahal. Hal ini nantinya justru akan meningkatkan beban biaya dana bagi perbankan. Sementara itu, Lana Soelistianingsih, Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, mengatakan penurunan ROA juga dipengaruhi oleh menurunkan imbal hasil aset yang berbasiskan sekuritas. Menganggapi hal tersebut, Bank Indonesia masih menunjukkan optimisme bahwa pertumbuhan kredit perbankan akan membaik. (Sumber: Kompas, 6 Januari 2015, 20) Bank Andalkan Pemegang Saham Sejumlah bank masih mengandalkan suntikan dana dari pemegang saham untuk memupuk permodalan dan ekspansi usaha. Salah satu contoh bank yang menerima suntikan dana adalah PT Bank of India Indonesia Tbk. Bank ini menerima suntikan dana dari Bank of India sebagai

7 pemegang saham mayoritas sebesar US$32 juta melalui skema penawaran umum terbatas. Dana ini akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas bank agar target pertumbuhan kredit akan tercapai yakni 30%. Hal yang sama juga dialami oleh PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pihaknya menerima dana paling besar Rp 500 miliar pada tahun Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk meningkatkan penyaluran kredit dan perluasan jaringan, khususnya ke daerah Jawa dan Sulawesi. Selain mengandalakan suntikan dana, Bank Mayapada juga mencoba memupuk modal dari penghimpunan laba dan penerbitan obligasi. (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Januari 2015, 23) OJK Akan Atur Penawaran Produk OJK berencana mengatur tata cara pemasaran produk dan layanan perbankan serta industri jasa keuangan melalui pesan pendek dan internet. Selain itu, OJK pun lebih jauh akan mengatur dan mengawasi konten penawaran investasi melalui media sosial dan internet. Pasalnya perlu ditelisik kebenaran informasi tersebut. Saat ini, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan dan Informatika. Mengagapi hal tersebut, Kemenkominfo mengatakan pihaknya siap bekerjasama dengan OJK terkait pengaturan konten informasi melalui pesan pendek dan internet agar tidak mengganggu kenyaman nasabah. Sebelumnya OJK telah mengeluarkan surat edaran yang menyatakan seluruh pelaku industri keuangan wajib menghentikan pemasaran produk dan layanan melalui pesan pendek atau telefon, kecuali atas persetujuan nasabah. Aturan tersebut tertuang dakan Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan konsumen Jasa keuangan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Januari 2015, 23) 40 Bank Bakal Terkena Disinsentif Bank Indonesia akan memberikan disinsentif kepada bank-bank dengan modal inti dibawah Rp 5 triliun (BUKU I dan BUKU II) yang belum memenuhi aturan penyaluran kredit ke sektor UMKM. Saat ini, Bank Indonesia masih menkaji bentuk insentif dan disinsentif yang tepat untuk dilakukan. Seperti contoh, bank yang telah menyalurkan 5% dari total outstanding-nya ke sektor UMKM akan diberikan penambahan jasa giro. Sementara, bank yang belum mencapai ketentuan tersebut akan diberikan pengurangan jasa giro. Menurut Bank Indonesia, sekitar 40 bank yang akan diberikan disinsentif. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/22/PBI/2012 tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam mengembangkan sektor UMKM, besaran kredit untuk sektor tersebut ditetapkan 20% dari total kredit yang dilakuakan secara bertahap hingga tahun Menanggapi hal tersebut, sejumlah perbankan mengaku setuju dan terus berupaya untuk meningkatkan

8 penyaluran kredit ke sektor UMKM. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), total outstanding kredit ke sektor UMKM mencapai Rp 654,52 Triliun pada Oktober 2014 atau tumbuh sebesar 11,08% (yoy). Adapun kredit macet juga tumbuh dari Rp 21,03 triliun pada Oktober 2013 menjadi Rp 26,48 triliun pada Oktober (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Januari 2015, 23) Akses Keuangan Diperluas Tahun ini, OJK akan memperluas akses keuangan kepada masyarakat dengan program pelayanan tanpa kantor. Akses keuangan ini juga mencakup asuransi mikro dan akses keuangan mikro yang lebih besar. Selain itu, OJK juga akan melakukan reformasi di bidang pengawasan dunia perbankan untuk memperbaiki tingkat kesehatan lembaga keuangan di Indonesia. Pada tahun lalu, OJK telah melakukan pengawasan terintegrasi yakni pengawasan grup keuangan atau konglomerasi. Lebih lanjut, OJK memperkirakan pertumbuhan kredit tahun 2015 akan mencapai 16% seiring kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM kembali, sehingga likuiditas akan kembali normal. (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Januari 2015, 23) Kinerja Diprediksi Masih Melambat Berbagai otoritas perbankan, seperti Bank Indonesia, OJK dan LPS memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan tahun 2015 akan mencapai 15%-17%. Lebih spesifik, OJK memperkirakan pertumbuhan akan mencapai 16%. Hal ini terlihat dari sejumlah Rencana Bisnis Bank (RBB). OJK lebih lanjut berharap nilai ini akan lebih tinggi walaupun kondisi ekonomi global masih cenderung dinamis. Kendati demikian, kalangan perbankan menuturkan bahwa masih terdapat hambatan dalam bisnis bank, seperti tingginya biaya dana dan kondisi pasar yang masih belum membaik. (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Januari 2015, 23) Singapura Target Kedua Setelah melakukan perjanjian bilateral dalam skema ABIF dengan Malaysia pada Desember 2014, OJK tengah merampungkan perjanjian yang sama dengan Singapura. Melalui prinsip resiprokal dan pengurangan kesenjangan, bank asal Indonesia akan lebih dimudahkan untuk

9 masuk ke Singapura. Saat ini di Indonesia terdapat 3 bank yang sahamnya dikuasai oleh Singapura, seperti Bank OCBC NISP, UOB Indonesia dan Bank DBS. Sementara itu, hanya bank BNI yang merupakan satu-satunya bank asal Indonesia yang berekpansi ke Singapura. Kedepannya, diharapkan setelah perjanjian tersebut rampung, bank asal Indonesia pun dapat aktif berekspansi di Singapura. Walalupun begitu, bank asal Indonesia harus berstatus Qualified ASEAN Bank (QAB) terlebih dahulu. Artinya bank asal Indonesia harus memiliki struktur permodalan yang cukup dan berdaya saing. Menanggapi hal tersebut, PT BRI Tbk mengaku siap untuk berekspansi ke Singapura, bahkan hal ini juga telah tertuang dalam RBB tahun Selain Singapura, BRI juga berencana untuk memperluasa ekspansi ke Malaysia dan Vietnam. BRI juga tidak hanya akan bergantung pada remitansi TKI, namun pihaknya juga akan fokus pada penyaluran kredit, khususnya kredit UMKM. Menurut OJK, pihaknya akan mendukung bank yang berencana ekspansi ke luar negeri dengan mempermudah izin bagi bank-bank tersebut. (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Januari 2015, 24) Rabu, 7 Januari 2015 Bunga Tinggi, BPD Terpukul Tekanan suku bunga tinggi dan kenaikan kredit bermasalah menekan kinerja kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD). Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia Oktober 2014, BPD mengalami penurunan laba sebesar 17,7% dibandingkan akhir tahun sebelumnya (year to date/ytd). Penurunan laba ini terutama bersumber dari menurunnya pendapatan bunga bersih sebesar 12,69% (ytd). Adapun penurunan pendapatan bunga bersih tersebut terjadi karena tekanan beban bunga deposito yang kian meningkat seiring dengan peningkatan BI rate secara bertahap sejak Juni Penurunan profitabilitas juga terlihat dari margin bunga bersih sebesar 6,6%, menurun 44 basis poin dibandingkan posisi akhir tahun lalu. Kinerja BPD yang kurang baik juga ditunjukan oleh kualitas kredit yang menurun yang diindikasikan oleh meningkatnya rasio kredit macet (NPL) dari 1,04% pada Desember 2014 menjadi 1,54%. Sejumlah pelaku BPD mengakui pihaknya sedang mengalami tren penurunan. Dan sejumlah BPD kerap berupaya menurunkan NPL dengan berbagai cara seperti, mengupayakan penagihan, restrukturisasi dan lelang, serta selektif dalam menyalurkan kredit. Selain itu, beberapa BPD, seperti Bank Jabar akan lebih menfokuskan diri dalam menyalurkan kredit ke infrastruktur serta UMKM tahun ini. (Sumber: Bisnis Indonesia, 7 Januari 2015, 23)

10 Definisi Simpanan Diatur Ulang Bank Indonesia saat ini masih mempersiapkan sistem perluasan definisi simpanan dalam indikator Loan to Deposit Ratio (LDR). Selain itu, pihaknya juga akan memberikan insentif dan diinsentif bagi industri perbankan. Apabila sistem telah terbentuk, maka indikator LDR akan berubah menjadi Loan to Funding Ratio (LFR) dan diperlukan waktu selama 3 hingga 4 bulan untuk merubah sistem pelaporan. Bank Indonesia berharap sistem ini akan rampung pada semester I Terkait perubahan sistem ini, LPS mengatakan Bank Indonesia perlu memberikan insentif, seperti kemudahan dalam penerbitan surat berharga dan obligasi. Selain itu, Bank Indonesia juga perlu menjaga supply dan demand di pasar sekunder. (Sumber: Bisnis Indonesia, 7 Januari 2015, 23) Bank Besar Garap Sektor Infrastruktur Bank-bank besar mengaku siap untuk lebih memperkuat fungsi intermediasinya pada sektor infrastruktur seiring dengan komitemen pemerintah untuk menggalakkan sektor tersebut. Asmawi Syam, Plt. Direktur Utama PT BRI Tbk mengaku saat ini porsi penyaluran kredit BRI masih ditopang oleh kredit mikro. Walaupun begitu, pihaknya akan siap mendukung pemerintah dengan meningkatkan intensifitas dan volume kredit infrastruktur. Untuk tahun 2015, pihaknya telah berkomitmen untuk menyalurkan kredit infrastruktur ke beberapa proyek, seperti pembiayaan kereta api, transportasi, penyebrangan sungai dan lain-lain. Selain BRI, BNI juga mengakui siap untuk menyalurkan kredit di sektor infrastruktur. Gatot M. Suwondo, PT BNI Tbk, mengatakan proyek infrastruktur yang akan disasar oleh bank adalah proyek dalam bidang pembangunan kelistrikan, telekomunikasi dan transportasi seperti jalan, rel kereta api dan pelabuhan. Selain itu, pihaknya berharap konsolidasi antara eksekutif dan legislatif dapat segera tercapai agar pembangunan infrastruktur dapat segera terlaksana dan kredit menjadi lebih lancar. (Sumber: Bisnis Indonesia, 7 Januari 2015, 23) Tiga Bank Turunkan SBDK untuk Ringankan Beban Konsumen Seiring dengan kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh OJK pada awal triwulan IV 2014, sudah ada 3 bank yang telah menurunkan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yakni PT Bank Bukopin Tbk, PT BTPN Tbk dan PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. SBDK Bank Bukopin menurun 15 basis poin untuk kredit korporasi, 55 basis poin untuk ritel dan 70 basis poin untuk

11 Kredit Pemilikan Rumah (KPR) nonritel. Adapun BTPN juga menurunkan SBDKnya sebesar 8 basis poin untuk kredit ritel, 29 basis poin untuk kredit mikro dan 31 basis poin untuk kredit non-kpr pada Oktober Adapun SBDK Bank BJB menurun 10 basis poin untuk kredit korporasi, 25 basis poin untuk kredit ritel dan 3 basis poin untuk kredit 3 basis poin untuk kredit non-kpr. Ketiga bank ini mengaku menurunkan SBDK untuk meringankan beban konsumen. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan akan dinaikkan kembali SBDK pada industri perbankan. Hal ini disebabkan oleh ketatnya likuiditas antarbank karena tingginya inflasi. (Sumber: Indonesia Finance Today, 7 Januari 2015, 1) Kamis, 8 Januari 2015 Resiko KPR Mulai Terkendali Bank Indonesia menilai kebijakan Loan To Value (LTV) masih efektif untuk mengurangi spekulasi dan mengendalikan resiko kredit. Bank Indonesia juga mengatakan sejak diberlakukannya kebijakan tersebut terjadi pergeseran penyaluran KPR ke tipe rumah kecil atau dibawah 70 meter persegi. Adapun NPL KPR per Oktober 2014 tercatat 2,4%. Kendati demikian, sejumlah pelaku perbankan menganggap kebijakan ini dapat menghambat akses pembiayaan rumah bagi masyarakat. (Sumber: Bisnis Indonesia, 8 Januari 2015, 23) Bank Umum Agar Libatkan BPR Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan Bank Umum dan Bantuin Teknis dalam rangka pengembangan UMKM, Bank Umum diharapkan dapat meningkatkan porsi penyaluran kredit ke sektor UMKM hingga 5% dari total penyaluran kredit. Menanggapi hal ini, Joko Suyanto, Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), mengatakan hal ini dapat mendorong persaingan antara Bank Umum dan BPR dalam menyasar sektor UMKM yang memang telah menjadi fokus BPR. Oleh karena itu, pihaknya meminta Bank Umum untuk bermitra dengan BPR. Salah satu bentuk kerjasama tersebut ialah meningkatkan linkage atau penyaluran kredit UMKM oleh Bank Umum melalui BPR. Pertumbuhan kredit BPR cenderung melambat dari 20% tahun lalu menjadi 15,59% pada November Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata Tbk memperkirakan perlambatan BPR masih akan terjadi pada tahun Adapun peningkatan kerjasama dengan Bank Umum dapat menjadi solusi untuk mendorong BPR. (Sumber: Bisnis Indonesia, 8 Januari 2015, 23)

12 Laju Kredit Di Bawah Proyeksi Berdasarkan rilis data pertumbuhan uang beredar (M2) oleh Bank Indonesia, terlihat fungsi intermediasi perbankan kerap melambat yakni 11,7% pada November Kondisi ini jauh dibawah ekspektasi pertumbuhan kredit Bank Indonesia sebesar 15% - 17% dan OJK sebesar 16% - 18%. Bank Indonesia menekankan bahwa perlambatan ini bukan disebabkan oleh kondisi likuiditas karena pihaknya meyakini kondisi likuiditas perbankan masih cenderung aman. Faktor utama perlambatan ini berasal dari perlambatan ekonomi secara keseluruhan. Lebih lanjut, perlambatan kredit ini terutama terjadi pada kredit modal kerja dan investasi. Kalangan perbankan mengaku kondisi pasar yang belum membaik kerap menekan performa industri perbankan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 8 Januari 2015, 23) Kinerja Diyakini Membaik Perbankan Syariah diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibandingkan pada tahun 2014 seiring dengan fokus bank untuk memperbaiki kualitas aset peluang pertumbuhan pembiayaan. Selain itu, ekspansi fiskal yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dapat lebih lanjut mendorong industri perbankan syariah. OJK menilai perlu dukungan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan pembiayaan bank syariah karena menjelang akhir tahun kinerja bank syariah kian melamat. Pertumbuhan kredit pada November 2014 tercatat 6,7% dan NPL cenderung tinggi sebesar 4,75%. Walaupun kondisi likuiditas cenderung mengetat,kalangan perbankan syariah optimis pihaknya dapat menghimpun laba karena potensi dana haji yang masih cenderung besar. Lebih lanjut perbankan syariah akan terus melakukan pemantauan secara ketat untuk menjaga kualitas kredit. (Sumber: Bisnis Indonesia, 8 Januari 2015, 24) Investor Asing Berminat Akuisisi Bank BUKU I dan II OJK menuturkan bahwa banyak investor yang sebagian besar berasal dari Asia dan Timur Tengah tertarik untuk mengakuisisi kelompok Bank BUKU I dan II. Kendati demikian, OJK akan lebih memprioritaskan investor yang telah menandatangani perjanjian dengan OJK. Salah satu investor asing yang telah menandatangani adalah Cathay Financial Holdings Co Ltd yang telah

13 menyetujui pembelian 40% saham Bank Mayapada dengan nilai sebesar US$ 278 juta. Menanggapi hal tersebut, Bank Mayapada belum berani memberikan komentar karena masih akan menunggu keputusan para pemegang sham. Menurut analis, akuisisi ini akan berdampak positif bagi kinerja Bank Mayapada. Secara umum, perbankan Indonesia masih memiliki banyak potensi seiring besarnya potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, tingkat profitablitas juga masih akan cukup besar di kisaran 4%-5%. (Sumber: Indonesia Finance Today, 8 Januari 2015, 1) Jumat, 9 Januari 2015 Bank Belum Berencana Turunkan Bunga Kredit Tekanan biaya dana yang tinggi mendorong perbankan untuk tidak menurunkan suku bunga kredit. Budi Gunandi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan bank akan menurunkan suku bunga kredit apabila biaya dana sudah menunjukkan tren menurun dan Bank Indonesia melakukan pengurangan pengetatan moneter. Bank Indonesia mengatakan bank belum juga menurunkan suku bunga kredit padahal suku bunga deposito telah menurun. Pada November 2014, suku bunga kredit tercatat 12,97%, meningkat tipis dibandingkan Oktober 2014 sebesar 12,93%. Di sisi lain, suku bunga deposito justru menurun ke level 8,20% untuk berjangka waktu 1 bulan; 9,02% untuk jangka waktu 3 bulan; 9,30% untuk jangka waktu 6 bulan dan 8,74% untuk jangka waktu 12 bulan. Sebelumnya pada Oktober 2014, suku bunga deposito berjangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan masing-masing tercatat 8,23%; 9,25%; 9,38% dan 8,77%. OJK berharap bank dapat memasukkan rencana penurunan suku bunga kredit dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) Tahun Hal ini dilakukan unruk meningkatkan penerimaan sektor rill dari perbankan. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, mengatakan pihaknya berencana menurunkan suku bunga kredit sekitar 25 basis poin. (Sumber: Bisnis Indonesia, 9 Januari 2015, 23) Bankir Lebih Optimis Muliaman D. Hadad, mengatakan sejumlah kalangan perbankan optimis terhadap perkembangan industri perbankan di tahun Hal ini terlihat dari optimisme target penyaluran kredit sebesar 16% dan pertumbuhan DPK sebesar 14% dalam RBB Tahun Kendati demikian, OJK akan tetap meninjau RBB bank apakah target tersebut telah disesuaikan dengan kemampuan bank, seperti kekuatan permodalan entitas bank. Target pertumbuhan kredit yang lebih tinggi daripada DPK menurut OJK akan mendorong LDR yang tinggi. Namun

14 hal tersebut dapat diatasi apabila realisasi fiskal pemerintah dapat dilakukan secara merata sehingga potensi likuiditas tinggi. Adapun berdasarkan data pertumbuhan uang beredar (M2), industri perbankan mencatat pertumbuhan kredit sebesar 11,7% (yoy) pada November 2014, sementara pertumbuhan DPK sebesar 13,41% (yoy). Marisa Wijayanto, Analis PT Buana Capital memproyeksikan industri perbankan masih akan melambat pada semester I 2015, namun akan meningkat kembali pada semester II Adapun proyeksi pertumbuhan kredit akan mencapai 13% - 15%. Walaupun begitu kondisi likuiditas akan membaik seiring adanya aturan perluasan defisini simpanan dalam komponen LDR. (Sumber: Bisnis Indonesia, 9 Januari 2015, 24) ***

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Senin, 9 Februari 2015 Bank RI Dapat Lampu Hijau Pertemuan Presiden RI, Joko Widodo, dengan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, membuahkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Senin, 16 Februari 2015 Suku Bunga Simpanan: Ruang Penurunan Masih Terkendala LPS menuturkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi parameter penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015) Senin, 26 Januari 2015 BI Pertahankan Kebijakan Moneter Ketat Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat sebagai upaya untuk menjaga

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015) Senin, 12 Januari 2015 Pendatang Baru Kian Ekspansif Sejumlah bank pendatang baru di segmen mikro tengah aktif berekpansi menyalurkan kredit. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017) PERATURAN PERBANKAN Soal Keterbukaan Pajak, Perbanas Harap Data Nasabah Tak Tersebar Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) meminta pemerintah dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015) Senin, 19 Januari 2015 Bank Siap Turunkan Bunga Seiring stabilnya beban bunga perbankan dan dampak dari kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) BI: GWM Averaging Cegah Bubble Likuiditas Bank Indonesia (BI) mengakui, adanya risiko menggelembungnya (bubble) likuiditas. Maka dari itu bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017)

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017) Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017) MAKROEKONOMI BI: IMF WBG ANNUAL MEETINGS 2018 MOMENTUM EKONOMI RI Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai terpilihnya Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Senin, 02 Maret 2015 Protokol Krisis Harus Segera Diperbaiki Ketua Umum Perbanas mengungkapkan kinerja industri perbankan sepanjang lima tahun terakhir sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap perekonomian di seluruh negara, termasuk di Indonesia. Tidak sedikit roda-roda perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) Belum Ada Ruang Penurunan Bank Indonesia menyatakan suku bunga acuan yang kini berada pada level 4,25% sudah mengalami cukup penurunan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi baik di negara berkembang maupun negara maju dapat menyebabkan stabilitas keuangan dan sistem pembayaran terganggu. Bagi pembuat

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Senin, 30 Maret 2015 Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Ruang Bank Menengah Menyempit Ruang pertumbuhan bisnis tujuh dari 15 bank terbesar Tanah Air kian menyempit dalam kurun waktu tiga tahun

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta 1 TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN 2007 1 Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta Kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan daripada lembaga keuangan lainnya. Secara umum kegiatan perbankan di Indonesia adalah

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) FINTECH DAN INOVASI DIGITAL Hadapi Fintech, Bank Kedepankan Inovasi Digital Di tengah pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini Perbankan Indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Senin, 2 Februari 2015 BI Punya Ruang Pelonggaran Seiring melambatnya tingkat inflasi, analis Morgan Stanley memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Senin, 23 Maret 2015 ASEAN Finalisasi Kerangka Kerja Sama Perbankan Bank Negara Malaysia (BNM) mengumumkan bahwa para anggota ASEAN telah menuntaskan ASEAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa modern seperti sekarang ini, lembaga keuangan atau bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Kinerja BNI Semester I - 2017 Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Jakarta, 12 Juli 2017 --- Pada paruh I tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatatkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% yoy pada kuartal ketiga 2016, lebih tinggi dari 2015 sebesar 4,74% yoyatau lebih rendah dari 2016 sebesar 5,18% yoy. PDB kuartal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi. Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi industri perbankan nasional saat ini menunjukkan perkembangan yang positif didukung dengan kinerja rentabilitas dan efisiensi yang tergolong baik. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan untuk menunjang pembangunan nasional khususnya dalam bidang perekonomian suatu negara. Masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK Bagaimana kinerja PT Bank Mandiri Persero (Tbk) dari awal 2014 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Lebih terperinci

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citibank merupakan bank asing yang juga memiliki kantor perwakilan di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank didirikan pada 1812

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega No.152, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5712).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang menguntungkan. Dengan total populasi mencapai 248,8 juta jiwa pada tahun 2013 (Sumber: Statistik Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Krisis keuangan yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 yang melanda kawasan Asia Tenggara, akhirnya melanda Indonesia dan dampaknya sangat terasa sejak awal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di babbab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Lebih terperinci

04 Analisis dan Pembahasan Manajemen

04 Analisis dan Pembahasan Manajemen 01 Ikhtisar Data 02 Laporan 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola 06 Tanggung Jawab Sosial 07 Laporan Konsolidasian 04 Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Tinjauan Pada tahun 2016 BCA

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian LAPORAN POSISI KEUANGAN BCA membukukan posisi keuangan yang solid, didukung oleh posisi permodalan dan likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2015 mengalami perlambatan, yaitu sebesar 4,79% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5,02% (Berita Resmi Statistik No.16/02/Th.XIX,

Lebih terperinci