Banking Weekly Hotlist (09 Maret 13 Maret 2015)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Banking Weekly Hotlist (09 Maret 13 Maret 2015)"

Transkripsi

1 Banking Weekly Hotlist (09 Maret 13 Maret 2015) Senin, 09 Maret 2015 Bank BUMN Sepakati Penyatuan ATM Sejumlah bank-bank BUMN mengaku setuju dengan rencana pemerintah untuk menggunakan ATM menjadi satu. Walau begitu, penggabungan ini harus dilakukan kajian dengan matang. Selain itu, harus ada ketentuan yang jelas tentang pembagian keuntungannya. Menurut Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), penggabungan ini dapat menekan biaya operasional perusahaan. Pasalnya, setiap tahunnya pembiayaan infrastruktur termasuk penambahan ATM memakan dana yang cukup besar. Senada dengan Vice President Electronic Banking Group, mengatakan pengembangan infrastruktur perbankan diperlukan untuk mendorong pendapatan nonbunga. Pengembangan layanan e-chnanel ini juga dibutuhkan agar meningkatkan penetrasi perbankan. Saat ini, dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia hanya sekitar 60 juta yang memiliki akses terhadap perbankan. (Sumber: Indonesia Finance Today, 09 Maret 2015, 9) McKinsey : Nasabah Bank di Asia Terbiasa dengan Perbankan Digital Hasil studi McKinsey&Company menyimpulkan nasabah perbankan di Asia sudah terbiasa menggunakan layanan perbankan digital (digital banking) melalui computer atau smartphone untuk mengakses akun mereka. Menurut McKinsey, nasabah perbankan di Asia mencari beberapa fitur digital, seperti program loyalty yang menarik, kupon diskon melalui telepon seluler, serta akses penuh investasi online yang menampilkan semua portofolio nasabah. Di Asia, sekitar 700 juta nasabah digital dengan porsi pertumbuhan pengguna yang tinggi di negara berkembang seperti Tiongkok dan India. Di Indonesia, penetrasi layanan perbankan digital (digital banking) baru mencapai 36%, di bawah Vietnam yang sebesar 44% dan Malaysia 41%. McKinsey menyarankan bank untuk menggunakan platform online bukan hanya untuk

2 menampilkan produk dan layanan tertentu. Mereka juga harus menciptakan customer experience dari semua layanan dan portofolio produknya. (Sumber: Indonesia Finance Today, 09 Maret 2015, 10) Perbankan Syariah: Entitas Baru jadi Tujuan OJK menilai bank hasil penggabungan bank syariah milik negara lebih baik menjadi perusahaan baru yang terpisah dari sang induk. Bank hasil penggabungan tersebut akan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tujuan penggabungan bank syariah ini adalah untuk memperluas bisnis bank syariah. Saat ini perbankan bank syariah nasional dihadapkan masalah keterbatasan permodalan sehingga kemampuan untuk memperluas bisnis pun juga terbatas. Dengan adanya penggabungan bank syariah pelat merah, maka bank syariah hasil gabungan ini dapat ikut masuk dalam pembiayaan infrastruktur, membuka akses keuangan hingga ke pelosok Tanah Air, dan belanja infrastruktur sistem teknologi dan informasi yang lebih banyak. (Sumber: Bisnis Indonesia, 09 Maret 2015, 23) Kompetisi Bank Kian Ketat Posisi klasemen perbankan berdasarkan aset terbesar tahun ini diproyeksikan tidak akan mengalami perubahan jika tidak ada aksi merger dan akuisisi. Namun, persaingan antarbank cukup ketat. Tahun lalu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatat pertumbuhan aset sebesar 28% menjadi Rp 802 triliun secara konsolidasi. Jika ditilik tanpa menyertakan entitas anak usaha (bank only), aset BRI telah melampaui PT Bank Mandiri (persero) Tbk yang selama ini menempati puncak klasemen. Per Desember 2014, aset BRI mencapai Rp 778 triliun sedangkan Bank Mandiri Rp 757 triliun. Kendati demikian, secara konsolidasi, aset Bank Mandiri tetap yang terbesar, yakni mencapai Rp 855 triliun. (Sumber: Bisnis Indonesia, 09 Maret 2015, 24)

3 Selasa, 10 Maret 2015 Kinerja BPD Berpeluang Membaik Berdasarkan Statitistik Perbankan Indonesia (SPI), sepanjang tahun 2014 laba bersih kelompok BPD menurun sebesar 9,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy). Pada 2013, laba bank kelompok BPD tercatat senilai Rp 10,73 triliun, sedangkan pada 2014 laba bersih BPD senilai Rp 9,66 triliun. Biaya dana atau cost of fund menjadi salah satu penyebab penurunan laba ini. Beban bunga BPD naik cukup banyak sebesar 30,98% dari Rp 11,91 triliun pada 2013 menjadi Rp 15,60 tahun lalu. Selain itu, rasio kredit bermasalah BPD juga meningkat dari 1,04% pada Desember 2013 menjadi 1,54% pada Oktober Adapun Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan (CKPN) BPD juga mengalami peningkatan sebesar 16,77%. Dari sisi kredit, tercatat pertumbuhan sebesar 14,31% dari Rp 265,54 triliun menjadi Rp 302,42 triliun. DPK secara industri meningkat 16,77%. Kendati mengalami penurunan kinerja pada tahun lalu, Ketua Umum Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) mengatakan pada tahun ini laba kelompok BPD berpeluang meningkat, asalkan ekspansi kredit berjalan baik dan tidak ada peningkatan NPL. Selain itu, penurunan suku bunga acuan BI sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan lalu dinilai berpengaruh terhadap penurunan biaya dana karena kelompok BPD dapat menurunkan suku bunga simpanan setelah bank-bank lain melakukan hal yang sama untuk merespon penurunan BI Rate. (Sumber: Bisnis Indonesia, 10 Maret 2015, 23) Risiko Industri Perbankan Meningkat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut risiko industri perbankan pada awal tahun ini mengalami peningkatan, tercermin dari kenaikan Indeks Stabilitas Perbankan (ISP). ISP pada Januari 2015 mencapai 100,51 naik 10 bps dari posisi Desember 2014 sebesar 100,41. Analis LPS mengatakan bahwa hal ini didorong oleh peningkatan pada sub indeks market pressure sebesar 65 bps. Sedangkan sub indeks credit pressure dan interbank pressure mengalami penurunan. Indeks credit pressure turun 7 bps sedangkan interbank pressure 61 bps. ISP dibentuk oleh tiga komponen indeks, yakni market pressure, credit pressure, dan interbank pressure. Kendati meningkat, indeks ISP masih berada dalam status normal sesuai skala

4 observasi crisis management protocol (CMP). Memasuki 2015, indikator pembentuk sub indeks market pressure masih mengalami tekanan akibat pengaruh eksternal. Tekanan indikator sub indeks market pressure juga tertahan oleh data JIBOR 3 bulanan yang mengalami penurunan 7 bps menjadi 7,17% pada Desember Di sisi lain, credit pressure mengalami penurunan tipis karena meski kondisi likuiditas mengalami perbaikan, kualitas kredit justru mengalami pemburukan. Semua sektor mengalami pemburukan, terutama perdagangan dan kontruksi yang sangat bergantung pada kredit modal kerja. Rasio NPL gross menunjukkan tren peningkatan dalam setahun terakhir hingga mencapai 2,36% pada November (Sumber: Bisnis Indonesia, 10 Maret 2015, 23) Bank Diminta Audit TI OJK telah mengimbau industri perbankan untuk mengaudit ulang pengamanan teknologi informasi (TI) guna meminimalkan kejahatan perbankan dari dunia maya. OJK menegaskan agar setiap bank segera merespons identifikasi satu bank lainnya jika patut dicurigai adanya kejahatan internet banking. Tujuannya, untuk menyelamatkan dana nasabah dan bank tidak menjadi korban karena kejahatan ini. OJK mengklasifikasikan modus kejahatan phising atau bentuk penipuan yang dicirikan dengan percobaan untuk mendapatkan informasi penting. Baru-baru ini kejahatan perbankan memanfaatkan celah jaringan internet karena computer atau alat komunikasi nasabah terkena virus atau ditanami Trojan atau juga alat komunikasi yang disadap, sehingga para penyerang bisa tahu nomor otentifikasinya. (Sumber: Bisnis Indonesia, 10 Maret 2015, 24)

5 Rabu, 11 Maret 2015 OJK Bahas Resiprokal dengan Korea Selatan dan Tiongkok OJK akan menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan beberapa negara di Asia, khususnya Korea Selatan dan Tiongkok. Pejabat OJK mengatakan, penandatanganan kesepakatan tersebut mencakup penerapan asas resiprokal untuk mendorong bank-bank nasional ekspansi ke luar negeri. Pada April mendatang OJK akan menandatangani nota kesepakatan dengan Financial Supervisory Services (FSS) Korea Selatan. Kesepakatan yang ditandatangani meliputi asas resiprokal agar PT BNI Tbk (BBNI) dan bank lokal lainnya lebih mudah membuka cabang di negara tersebut. OJK dan FSS telah melakukan pembicaraan tingkat tinggi dan prosesnya hampir selesai. Ketika nota kesepahaman ditandatangani, izin BNI untuk beroperasi di negara tersebut akan diterbitkan. Hingga saat ini hanya BNI yang sudah melaporkan rencana ekspansinya ke Korsel. OJK juga akan menandatangani kesepakatan dengan Tiongkok untuk memuluskan rencana PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) membuka cabang di negara tersebut. Saat ini Bank Mandiri memang sudah ada di Shanghai tapi masih kesulitan untuk transaksi renminbi. Dengan MoU ini, OJK ingin mendorong Bank Mandiri agar bisa full branch. (Sumber: Indonesia Finance Today, 11 Maret 2015, 10) Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Tak Pengaruhi Ketahanan Perbankan OJK telah melakukan uji ketahanan atau stress test terhadap perbankan Indonesia dalam mengantisipasi fluktuasi njilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pejabat OJK mengatakan kondisi perbankan Indonesia masih cukup baik dalam menghadapi pelemahan nilai tukar. Meskipun kondisi nilai tukar rupiah tidak stabil, hingga sat ini, kondisi permodalan bank nasional masih cukup baik, yakni pada kisaran 21%. OJK telah mewajibkan kepada bankbank agar melakukan hedging untuk meningkatkan manajemen risiko. (Sumber: Indonesia Finance Today, 11 Maret 2015, 10)

6 JK Minta Istilah Syariah Diubah Wakil presiden Jusuf Kalla meminta perbankan syariah di Indonesia mengubah nama isntrumen dan produk-produk layanan yang menggunakan bahasa Arab menjadi istilah bahasa Indonesia. Langkah tersebut, lanjutnya, akan membuat ekonomi syariah yang berkembang di Tanah Air sesuai dengan kondisi dan kebudayaan masyarakat Indonesia, tidak meniru perkembangan ekonomi syariah di negara lain. Seperti Malaysia dan Timur Tengah. Kendati sepakat dengan wacana mengubah nama instrumen-istrumen perbankan syariah di Indonesia, Bambang P.S. Brodjonegoro selaku ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia, belum bisa memastikan kapan kebijakan tersebut akan diterapkan. Dari sisi perkembangan industri, setelah stagnan pada tahun lalu, aset industri perbankan syariah Indonesia diproyeksikan mampu tumbuh dan menembus 5% dari total aset perbankan nasional pada akhir (Sumber: Bisnis Indonesia, 11 Maret 2015, 23) IFC Topang Bank RI Kelompok Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC) kian gencar memberikan penyertaan modal kepada industri perbankan di Indonesia. Sepanjang dua tahun terakhir, IFC telah menggelontorkan dana hingga US$ 1,2 miliar kepada tiga sektor yakni perbankan, infrastruktur, dan manufaktur. IFC akan memberikan penyertaan modal kepada bank bila kedua belah pihak memiliki komitmen dengan pemegang saham dari bank dunia. Adapun bankbank yang sudah mendapatkan penyertaan modal yakni KEB Hana Bank, Bank Andara, Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan Bank Danamon. Penyertaan modal diberikan karena IFC memiliki komitmen dengan pemerintah sebagai wujud kerja sama untuk mengurangi kemiskinan. IFC melalui penyertaan modalnya, mendorong bank-bank yang belum melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menjadi perusahaan terbuka. Baru-baru ini IFC memberikan dana kepada BTPN senilai US$ 75 juta untuk mendukung program pinjaman UMKM. (Sumber: Bisnis Indonesia, 11 Maret 2015, 24

7 Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan: Januari 2016 Bisa Beroperasi OJK menyebutkan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) khusus sektor perbankan akan segera dibentuk sebelum akhir tahun ini, sehingga bisa beroperasi mulai Januari Kepala Departemen Perlindungan Konsumen OJK, Anto Prabowo menuturkan pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa asosiasi perbankan yang bakal menjadi pendiri lembaga tersebut. Lembaga penyelesaian sengketa tersebut bakal menangani pengaduan konsumen terkait sektor perbankan. Sementara itu, dengan adanya badan tersebut, OJK hanya akan bertindak sebagai fasilitator. Lembaga ini akan memiliki posisi sebagai badan di luar pengadilan. Serta memiliki wewenang untuk melakukan mediasi hingga arbitrase untuk memperoleh kesepakatan antara nasabah yang mengadukan dan entitas bank. Adapun, pembentukan lembaga ini juga sejalan dengan target OJK agar seluruh LAPS di sektor keuangan dapat beroperasi pada awal (Sumber: Bisnis Indonesia, 11 Maret 2015, 24) Kamis, 12 Maret BPD Akan Sinergikan Mobile Banking Sepuluh Bank Pembangunan Daerah (BPD) akan melakukan sinergi untuk mengembangkan layanan mobile banking dan internet banking. Menurut pejabat Asbanda, saat ini sejumlah perusahaan sedang membahas proses penyatuan teknologi antar BPD. Selain melakukan sinergi mobile banking, BPD akan mengintegrasikan jaringan ATM dan mengintegrasikan mesin EDC sehingga alat pembayaran menggunakan kartu juga akan terhubung. Dengan adanya infrastruktur teknologi pendukung itu BPD bisa memberikan layanan yang seragam dengan kualitas yang baik. Produk-produk baru juga dapat dikembangkan sesuai dnegan kebutuhan BPD. Sinergi teknologi ini membutuhkan dana yang cukup besar. Untuk mengembangkan BPD, OJK akan mendorong penurunan dividend payout ratio maksimal 40% dari perolehan laba bersih. OJK akan mengimbau pemegang saham BPD untuk menetapkan dividen tidak lebih dari 40%. Selama ini, BPD sering diminta dividen yang besar sehingga sulit untuk mengembangkan bisnis. Bahkan, saat ini ada BPD yang hanya memilki modal Rp 500 miliar. (Sumber: Indonesia Finance Today, 12 Maret 2015, 9)

8 Likuiditas Ketat, Laba Bank Menengah Diprediksi Tertekan Lembaga Fitch Ratings memprediksi laba bank menengah dan kecil akan tertekan tahun ini akibat ketatnya likuiditas. Tahun lalu, laba bersih bank lapis kedua rata-rata turun 8%-50%. Namun, Fitch menilai peringkat bank lapis kedua ini akan tetap stabil sebab rata-rata bank tersebut mengandalkan pendanaan dari induk usaha. Fitch menilai regulator harus tetap membantu bank untuk meminimalisasi risiko pada 2015 walaupun tantangan yang dihadapi merupakan tantangan operasional. Untuk itu diperlukan perubahan aturan yang signifikan, misalnya perubahan aturan uang muka (down payment) untuk pinjaman. Sementara itu, OJK diharapkan melonggarkan aturan suku bunga deposito untuk bank lapis kedua agar mereka bisa bersaing. Pasalnya, bank skala besar cenderung lebih tahan terhadap pengetatan likuiditas dibandingkan dengan bank skala menengah dan kecil. Kompetisi deposito juga akan tetap ketat, terutama untuk bank kecil dengan pangsa pasar lemah serta bank yang mengandalkan deposito dengan bunga tinggi. Berdasarkan laporan keuangan bank lapis kedua pada 2014, rata-rata mengalami kenaikan cost of funds (biaya dana), likuditas yang ketat, serta perlambatan pertumbuhan kredit akibat penurunan harga komoditas. (Sumber: Indonesia Finance Today, 11 Maret 2015, 10) Kurs Rp16.000, 20 Bank Tetap Kuat Bank Indonesia optimis industri perbankan di Indonesia masih tahan banting meski pergerakan rupiah terhadap Dolar Amerika melemah. Optimisme tersebut berdasarkan hasil stress test yang dilakukan bank sentral ini pada Oktober silam. Dengan menggunakan asumsi nilai tukar sebesar Rp /US$, hasil simulasi menunjukkan masih aman. Ada sekitar 20 bank yang kategorinya besar. Ketahanan tersebut terpantau dari sisi risiko kredit, pasar, hingga likuiditas. Optimisme ini juga kian menguat sebab perbankan di Indonesia dinilai tak banyak menyalurkan kredit dalam mata uang asing. Adapun yang banyak menyalurkan kredit valas adalah bank umum kategori BUKU IV. (Sumber: Bisnis Indonesia, 12 Maret 2015, 23)

9 Bank Nasinal Dinilai Kurang Green Sekelompok bank papan atas dinilai kurang memilki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan dalam penyaluran fungsi intermediasi. Responsi Bank baru saja melakukan survei terhadap 11 bank domestik dan 3 bank asing. Proses scoring dilakukan dengan memasukkan elemen dalam kebijakan lembaga keuangan seperti kredit korporasi dalam pembiayaan proyek. Hasil survei tersebutt menunjukkan bahwa bank-bank nasional masih banyak yang belum memiliki kebijakan environmental and social risk management (ESRM). (Sumber: Bisnis Indonesia, 12 Maret 2015, 24) Jumat, 13 Maret 2015 Industri Keuangan Masih Tahan Tekanan Depresiasi Rupiah OJK menilai industri keuangan masih mampu bertahan terhadap tekanan depresiasi rupiah. Berdasarkan uji tekanan (stress test) yang dilakukan terhadap industri perbankan, modal bank mampu menahan dampak depresiasi rupiah hingga ke level Rp per dolar AS. Namun, jika rupiah menyentuh level Rp per dolar AS, ada satu hingga lima bank yang modalnya akan terpengaruh. Deputi Komisioner OJK Bidang Pengawasan Perbankan mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah bisa menimbulkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL). Selain melaksanakan uji tekanan, OJK juga melakukan pengawasan dan memanggil manajemen bank-bank yang berpotensi tergerus modalnya jika rupiah menyentuh Rp per dolar AS. Berdasarkan data statistik utang luar negeri BI, utang luar negeri jangka pendek perbankan yang akan jatuh tempo pada tahun ini sekitar US$ 19,95 miliar atau naik 26% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar US$ 15,77 miliar. OJK menginginkan bank komersial yang dimilki investor asing atau kantor cabang bank asing di Indonesia memasukkan pinjaman dari induk usaha ke dalam modal inti (tier I) sehingga terhitung sebagai devisa. OJK mengaku risiko pasar tetap harus diwaspadai terutama untuk perbankan yang aktif bertransaksi valas. Untuk transaksi derivativ, OJK selalu meminta transaksi tersebut meiliki underlying asset yang jelas.

10 Transaksi derivativ valas perbankan hanya bisa dilakukan dengan tiga variabel, yakni variabel tingkat bunga, nilai tukar, atau variabel tingkat bunga dan nilai tukar. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Maret 2015, 9) NPL Kontruksi Bikin Cemas OJK menyebut kredit ke sektor kontruksi terus mengalami pemburukan. Hingga awal tahun ini, rasio kredit bermasalah di sektor kontruksi tersebut bahkan telah mneyentuh level 5%. Dari data OJK, pada Januari 2015, ada 6 sektor yang terus menunjukkan pemburukan kualitas. Adapun hingga bulan tersebut, sektor kontruksi mencatatkan rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 5% naik dari 4% di bulan yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan NPL di sektor kontruksi tersebut memang meningkat sejalan dengan pertumbuhan kredit yang tinggi. Kredit ke sektor kontruksi tumbuh hingga 27,1% hingga Januari Penurunan kualitas kredit di perbankan nasional secara keseluruhan memang meningkat tipis hingga awal tahun ini. Sebelumnya, BI menilai peningkatan rasio kredit bermasalah di sektor kontruksi disebabkan keterlambatan pembayaran. Namun, bank sentral ini memandang NPL kontruksi pada tahun ini akan mengalami penurunan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Maret 2015, 24) ***

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Senin, 30 Maret 2015 Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Ruang Bank Menengah Menyempit Ruang pertumbuhan bisnis tujuh dari 15 bank terbesar Tanah Air kian menyempit dalam kurun waktu tiga tahun

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Senin, 23 Maret 2015 ASEAN Finalisasi Kerangka Kerja Sama Perbankan Bank Negara Malaysia (BNM) mengumumkan bahwa para anggota ASEAN telah menuntaskan ASEAN

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Senin, 02 Maret 2015 Protokol Krisis Harus Segera Diperbaiki Ketua Umum Perbanas mengungkapkan kinerja industri perbankan sepanjang lima tahun terakhir sudah

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) FINTECH DAN INOVASI DIGITAL Hadapi Fintech, Bank Kedepankan Inovasi Digital Di tengah pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) dianggap

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian LAPORAN POSISI KEUANGAN BCA membukukan posisi keuangan yang solid, didukung oleh posisi permodalan dan likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Senin, 06 April 2015 Hedging Syariah mampu Dorong Eksposur Dolar AS di Bank Syariah Fatwa dan peraturan ini bisa diterapkan oleh unit usaha syariah (UUS)

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Senin, 16 Februari 2015 Suku Bunga Simpanan: Ruang Penurunan Masih Terkendala LPS menuturkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi parameter penurunan

Lebih terperinci

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta 1 TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN 2007 1 Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta Kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Senin, 2 Februari 2015 BI Punya Ruang Pelonggaran Seiring melambatnya tingkat inflasi, analis Morgan Stanley memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Salah satu instrumen investasi berjangka yang masih cukup diminati masyarakat Indonesia saat ini adalah deposito. Deposito adalah simpanan yang penarikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

Mempertahankan Soliditas

Mempertahankan Soliditas Hasil Kinerja Semester I 2017 Mempertahankan Soliditas Public Expose 2017 PT Bank Central Asia Tbk Jakarta, 9 Agustus 2017 Daftar Isi Tinjauan Makro Ekonomi halaman Kondisi makro ekonomi 4 Ikhtisar kinerja

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediately institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian. Sebagai lembaga

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas No.64, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank Sistemik. Recovery Plan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6038) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Senin, 9 Februari 2015 Bank RI Dapat Lampu Hijau Pertemuan Presiden RI, Joko Widodo, dengan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, membuahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata investor. Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan pada saat ini maupun prospek

BAB I PENDAHULUAN. mata investor. Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan pada saat ini maupun prospek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja yang baik akan dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Semakin tinggi kinerja perusahaan, maka akan semakin baik pula nilai perusahaan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Diskusi dan Analisis Manajemen

Diskusi dan Analisis Manajemen Diskusi dan Analisis Manajemen Data Keuangan Konsolidasi Hasil Usaha Pendapatan Bunga Bersih 4.603 5.645 7.136 26% Pendapatan Imbal Jasa 1.080 1.358 1.741 28% Pendapatan Operasional 5.683 7.003 8.877 27%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citibank merupakan bank asing yang juga memiliki kantor perwakilan di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank didirikan pada 1812

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting

Lebih terperinci

BELI. Kang Iman cari. Perbankan Tresuri dan Internasional. Tinjauan Bisnis. 01 Ikhtisar Data Keuangan. 03 Profil Perusahaan. 05 Tata Kelola Perusahaan

BELI. Kang Iman cari. Perbankan Tresuri dan Internasional. Tinjauan Bisnis. 01 Ikhtisar Data Keuangan. 03 Profil Perusahaan. 05 Tata Kelola Perusahaan 01 Ikhtisar Data 02 Laporan 03 Profil Tinjauan Bisnis 04 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola 06 Tanggung Jawab Sosial Pendukung Bisnis Tinjauan Perbankan Tresuri dan Internasional Kang Iman cari

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya

Lebih terperinci

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Kinerja BNI Semester I - 2017 Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Jakarta, 12 Juli 2017 --- Pada paruh I tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatatkan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga yang berfungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana kepada masyarakat. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai sumber

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015) Senin, 13 April 2015 Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015) Bank Cenderung Tempatkan Dana di Instrumen Jangka Pendek Perbankan masih menempatkan kelebihan likuditasnya pada instrumen jangka pendek.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/8/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/PBI/2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK Bagaimana kinerja PT Bank Mandiri Persero (Tbk) dari awal 2014 sampai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Harga dari sekuritas menunjukkan informasi yang penting bagi investor dalam berinvestasi di saham tertentu. Salah satu pengumuman yang dapat mempengaruhi harga dari sekuritas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan investasi serta bank keuangan senior dan terbesar ke-4 di Amerika merupakan awal dari terjadinya krisis

Lebih terperinci

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN Detik.com Hingga akhir Mei 2016, total utang pemerintah i pusat tercatat Rp3.323,36 triliun. Naik Rp44,08 triliun dibandingkan akhir April 2016,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L No.87, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6047) PERATURAN

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) Belum Ada Ruang Penurunan Bank Indonesia menyatakan suku bunga acuan yang kini berada pada level 4,25% sudah mengalami cukup penurunan, sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017)

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017) Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017) MAKROEKONOMI BI: IMF WBG ANNUAL MEETINGS 2018 MOMENTUM EKONOMI RI Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai terpilihnya Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada akhir 1990-an telah menunjukkan bahwa ketidakstabilan ekonomi makro

BAB I PENDAHULUAN. pada akhir 1990-an telah menunjukkan bahwa ketidakstabilan ekonomi makro BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Krisis sistemik yang mengguncang sektor keuangan di Asia Tenggara pada tahun 1997 telah memberikan bukti adanya hubungan yang kuat antara stabilitas ekonomi makro dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. NIM, BOPO, CAR, LDR, NPL, size, dan diversifikasi terhadap profitabilitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. NIM, BOPO, CAR, LDR, NPL, size, dan diversifikasi terhadap profitabilitas BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini mengenai pengaruh NIM, BOPO, CAR, LDR, NPL, size, dan diversifikasi terhadap profitabilitas berupa ROA dan ROE

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya bermunculan perusahaan go publik membuat. Pada era globalisasi ini, peranan pasar modal (capital market) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya bermunculan perusahaan go publik membuat. Pada era globalisasi ini, peranan pasar modal (capital market) sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang semakin pesat berdampak bagi perkembangan sektor ekonomi dan moneter secara luas, hal tersebut dapat dilihat dari semakin terbukanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat sekarang ini, menyimpan uang kas dalam jumlah banyak sudah tidak aman lagi. Dengan perkembangan teknologi dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian dunia. Bahkan pasar modal dapat juga dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, peranan perbankan sebagai fungsi intermediary yaitu menghimpun dan menyalurkan kembali dana dirasakan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan terbagi menjadi dua jenis segmen pasar yang berbeda yaitu pasar uang dan pasar modal dimana pasar uang merupakan pasar untuk efek utang jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH BAB 3 PERUMUSAN MASALAH 3.1. Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor perbankan.

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan

Lebih terperinci

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN Kinerja Unit Usaha Secara umum, kinerja unit-unit usaha Perseroan selama tahun 2014 baik, yang secara konsolidasi kinerja Perseroan mengalami peningkatan dibandingkan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara, dimana pasar modal berfungsi sebagai pendanaan usaha atau untuk mendapatkan dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat sepanjang tahun 2011 telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan terus meningkat sampai

Lebih terperinci

USD FIXED INCOME FUND

USD FIXED INCOME FUND LAPORAN USD FIXED INCOME FUND Untuk memperoleh kinerja investasi yang menarik melalui investasi yang strategis dan selektif pada instrument pendapatan tetap bermata uang dollar AS dengan toleransi risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi. Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa modern seperti sekarang ini, lembaga keuangan atau bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang mempunyai fungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY

Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY 1. Mengapa Bank Century harus diselamatkan pada 20 November 2008? a. Kegagalan Bank Century terjadi di tengah-tengah situasi dan kondisi ekonomi dan sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah penanaman dana dalam jumlah tertentu pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat telah memberikan dampak pada memburuknya kondisi perekonomian global. Pemulihan terhadap kondisi ekonomi global

Lebih terperinci