Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)"

Transkripsi

1 Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Senin, 02 Maret 2015 Protokol Krisis Harus Segera Diperbaiki Ketua Umum Perbanas mengungkapkan kinerja industri perbankan sepanjang lima tahun terakhir sudah sangat bagus, sehingga hal yang perlu ditingkatkan demi menjaga keberlangsungan pertumbuhan tersebut adalah cara mengelola krisis. Protokol manajemen krisis harus diperbaiki. Di negara maju pun ada koordinasi antara pemerintah, bank sentral, dan otoritas yang mengatur seperti OJK di Indonesia. Sigit menegaskan agar UU JPSK (Jaringan Pengaman Sistem Keuangan) harus segera diluncurkan. Menurutnya, jika terjadi ancaman krisis dan untuk menghindari kondisi 2008, UU perlu dibentuk. Tujuannya, agar orang-orang yang mengambil keputusan saat krisis tidak akan diadili lagi secara politis dan pidana. Bila ada satu bank yang melemah, hal itu akan menular pada bank-bank lain. Memburuknya kondisi satu bank itulah yang perlu diwaspadai agar tidak memicu krisis yang lebih besar. (Sumber: Bisnis Indonesia, 01 Maret 2015, 23) Kredit Kendaraan Bermotor: Pertumbuhan Ekspansi Diprediksi Terbatas Sejumlah bank memprediksi pertumbuhan kredit kendaraan bermotor akan tumbuh terbatas di bawah 20% kendati pada tahun lalu mencatat titik balik setelah dalam dua tahun terakhir mengalami tekanan akibat kebijakan loan to value. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) sebelumnya memprediksi penjualan kendaraan roda empat akan relatif sama dengan 2014 sebnayak 12 juta unit. Senada dengan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) juga memprediksi penjualan sepeda motor tahun ini akan stagnan dari posisi 2014 sebanyak 7,9 juta unit. Secara industri, penyaluran kredit otomotif tahun lalu tumbuh 18%. Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi sejak 2012 yang mencatat penurunan sebesar 6,6%. Kinerja kredit

2 otomotif sejak 2012 mengalami tekanan, salah satunya karena kebijakan regulator mengatur kebijakan uang muka atau down payment sebesar 20%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 02 Maret 2015, 23) Inflasi Aman, Kredit Terakselerasi Data Survei Perbankan yang dipublikasikan BI, menunjukkan mayoritas pelaku industri perbankan optimis kredit tahun ini melaju di posisi 15,7%, kendati sepanjang 2014, pinjaman hanya tumbuh sebesar 11,4%. Sebanyak 42 bank umum yang mewakili 80% pangsa kredit nasional menilai kondisi ekonomi yang membaik akan menjadi pendorong utama menguatnya pertumbuhan pinjaman tahun ini. Kendati demikian, pada triwulan I/2015, para pelaku industri perbankan memperkirakan pertumbuhan kredit masih akan mengalami perlambatan akibat kebutuhan pembiayaan dari nasabah belum mengalami perubahan berarti dibandingkan dengan tahun lalu. (Sumber: Bisnis Indonesia, 02 Maret 2015, 23) Perbankan Syariah: 2 POJK Segera Terbit OJK siap melakukan pengetatan regulasi untuk industri perbankan syariah, melalui dua beleid baru yang akan dirilis tahun ini. Pertama, regulasi yang akan mengatur aktivitas produk bank syariah dan penyesuaian permodalan bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Adapun maksud pengaturan aktivitas produk seperti dalam produk core banking yakni penghimpunan dan penyaluran fungsi intermediasi. Selain itu, POJK syariah yang akan dirilis otoritas akan mengatur aktivitas trade finance, treasury,agunan dan kerja sama hingga produk terkait sistem sistem pembayaran bank. Adapun rencana pengaturan produk dan aktivitas bank syariah ini akan disesuaikan dengan kondisi permodalan perbankan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 02 Maret 2015, 24)

3 Selasa, 03 Maret 2015 Bank Syariah Berencana Perbaiki NPF Sejumlah bank syariah berencana menurunkan rasio pembiayaan macet atau non performing financing (NPF) tahun ini. Perusahaan berniat mendirikan divisi yang khusus mengelola NPF. Menurut direksi, penurunan NPF dilakukan untuk memperbaiki kualitas aset dan meningkatkan laba bersih bank. PT Bank Syariah mandiri (BSM) akan memisahkan pengelolaan bisnis dan pengelolaan NPF. BSM akan membentuk sebuah unit penanganan untuk menganalisis pembiayaan bermasalah yang disebut regional, recovery, dan restrukturisasi (R3). Selain itu, BSM juga akan mempercepat lelang aset nasabah yang sudah tidak prospektif dan dianggap tidak mampu membayar tunggakan pembiayaannya. Serta, akan mengubah komposisi penyaluran pembiayaan pada tahun ini. Sama halnya dengan PT Bank Syariah Bukopin (BSB), perusahaan telah menyiapkan strategi untuk menurunkan NPF dengan cara melakukan restrukturisasi, penagihan insentif, dan lelang aset. Selain itu, akan meningkatkan prudential banking agar NPF bisa ditekan. (Sumber: Indonesia Finance Today, 03 Maret 2015, 9) Bank Ekspansif, Transaksi PUAB Naik Bank Indonesia memprediksi volume transaksi di pasar uang antarbank akan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan likuiditas untuk mendanai ekspansi kredit tahun ini. Dengan adanya penurunan suku bunga pasar uang antar bank (PUAB), volume transaksi diperkirakan bisa meningkat hingga Rp 15 triliun secara harian. Menurut Ketua Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, transaksi PUAB masih cukup kontraktif hingga semester I/2015 sehingga kebutuhan likuiditas perbankan meningkat. Adapun volume PUAB secara total hingga Januari 2015 tercatat senilai Rp 210,15 triliun, naik 6,2% (yoy) atau secara rata-rata harian Rp 10,01 triliun per hari, atau meningkat 1,2%. Pengetatan likuditas di pasar uang relatif mereda, sehingga berpotensi memacu penyaluran kredit dan fungsi intermediasi bank. Bank Indonesia memproyeksikan suku bunga PUAB akan stabil di kisaran 5,65%, sejalan dengan operasi moneter BI yang difokuskan untuk menjaga kecukupan likuiditas perbankan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 03 Maret 2015, 1)

4 NPF Sumbang Anjloknya Laba Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) menunjukkan sepanjang tahun 2014, industri perbankan syariah mencatatkan koreksi laba sebesar 45,53%. Penurunan laba terbesar dibukukan kelompok Bank Umum Syariah (BUS) yakni 65,53%. Sementara itu, kelompok Unit Usaha Syariah (UUS) mencatatkan koreksi laba sebesar 12,72%. Perlambatan pertumbuhan terjadi sejak Pasalnya, pada 2010, 2011, dan 2012, laba industri perbankan syariah terpantau terus menanjak atau tumbuh masing-masing sebesar 33,02%, 40,34%, dan 72,33%. Sementara itu, sejalan dengan turunnya laba, laju pembiayaan dan penghimpunan DPK industri ini juga menunjukkan pelemahan. Di tengah penurunan laba yang cukup dalam, rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/npf) industri perbankan syariah terpantau naik 171 basis poin (bps) dari 2,62% pada akhir 2013 menjadi 4,33% pada akhir tahun Koreksi laba cukup dalam pun terjadi di bank syariah terbesar di Indonesia. Sepanjang tahun 2014 lalu, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) membukukan laba senilai Rp 71,77 miliar atau terkoreksi 91,21% dari Rp 816,7 miliar pada tahun (Sumber: Bisnis Indonesia, 03 Maret 2015, 24) Rabu, 04 Maret 2015 Bank Jadi Garda Terakhir Pemerintah akan menempatkan bank sebagai garda terakhir dalam melakukan assesment kredit usaha rakyat untuk menekan laju kredit bermasalah pinjaman mikro ini. Berdasarkan data dari Deputi Bidang Pengembangan dan Restsrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil menengah (UKM), sepanjang tahun 2014, total rasio kredit bermasalah (NPL) bankbank penyalur kredit usaha rakyat (KUR) mencapai 3,3%. Untuk tahun ini, pemerintah menargetkan akan ada 2 juta debitur KUR. Adapun, bunga yang ditetapkan sebesar 21% atau turun dari 22% pada tahun ini. Sementara itu, tahun ini, pemerintah juga memastikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk bakal menjadi 3 bank pionir yang menyalurkan KUR. Tahun ini, dana KUR yang disalurkan bersumber dari kas tiap bank penyalur. Pemerintah hanya mengucurkan dana Rp 1 triliun untuk penjaminan dari Jamkrindo dan Askrindo. KUR tahun ini difokuskan untuk kredit ke sektor pertanian dan maritim. Ke depannya,ketentuan ini akan tertuang dalam keputusan Presiden yang diharapkan keluar sebelum 10 Maret (Sumber: Bisnis Indonesia, 04 Maret 2015, 24)

5 Nasabah Buru Sukuk Ritel Sebagaimana diketahui, pemerintah akan menerbitkan SR 007 pada 11 maret 2015 mendatang dengan menawarkan tingkat kupon sebesar 8,25%. Investor dapat memesan SR 007 dengan nominal minimal Rp 5 juta dan maksimal Rp 5 miliar. Adapun, target indikatif yang dipatok oleh pemerintah mencapai Rp 20 triliun. Sebelumnya, pemerintah telah menunjuk 22 agen penjual dan akan mendapat penjatahan pada 9 maret Permintaan yang tinggi dari nasabah membuat BNI meminta tambahan alokasi guna mengakomodasi keinginan nasabah. BNI meminta ke Depkeu senilai Rp 4 triliun, tetapi pada akhirnya di beri jath Rp 2,1 triliun. PT Bank OCBC NISP Tbk juga mengalami kebanjiran pesanan. OCBC NISP berharap bisa mendapatkna kuota di atas Rp 2 triliun. (Sumber: Bisnis Indonesia, 04 Maret 2015, 24) Kamis, 05 Maret 2015 KUR Mikro Ditambah, KUR Ritel Ditiadakan Pemerintah memperbarui pola penyaluran kredit usaha rakyat. Setelah dikaji sejak pertengahan Desember 2014, pola barunya segera diluncurkan. Pemerintah memutuskan untuk kembali mangucurkan kredit usaha rakyat (KUR) mikro mulai 10 Maret. Plafon kredit untuk setiap debitor Rp 25 juta dengan bunga 21 persen. Pada 2014, plafonnya Rp 20 juta dengan bunga 22 persen. KUR ritel umum dengan plafon kredit Rp 25 juta-rp 500 juta yang berlaku pada tahun-tahun sebelumnya ditiadakan. Alasannya, banyak kredit macet pada KUR ritel. Nantinya, KUR ritel akan diganti dengan KUR untuk sektor tertentu diantaranya perikanan. Hal yang membedakan KUR pada tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya adalah sistem aplikasi dalam jaringan yang disebut Sistem Informasi Kredit Program (SIKP). Melalui sistem ini, profil debitor dan kinerja pengembalian utang terekam dengan baik. Hal ini menjadi basis data yang memudahkan calon debitor, perusahaan penjamin, dan bank penyalur. Untuk tahap awal, baru tiga bank penyalur KUR yang siap dengan SIKP tersebut, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Penjamin kredit, yakni Jamkrindo dan PT Askrindo, siap dengan SIKP. (Sumber: Kompas, 05 Maret 2015, 17)

6 BOPO Diestimasi Turun Kalangan bankir dan ekonom memprediksi rasio beban operasional (BOPO) akan turun menyusul beban bunga simpanan yang makin mengempis seiring dengan likuiditas yang mulai longgar. Berdasarkan data statistik perbankan OJK, rasio BOPO perbankan naik 221 basis poin menjadi 76,29%. Kenaikan tertinggi dicatat kelompok bank daerah sebesar 459 basis bps menjadi 78,08%. Sementara itu kelompok bank asing mencatat penurunan rasio BOPO sebesar 376 bps menjadi 79,3%. Artinya, bank asing makin efisien. Di sisi lain, kendati mencatat rasio BOPO terendah, kelompok bank persero mencatat kenaikan beban operasional tertinggi sebesar 29% menjadi Rp 150,5 triliun. Kenaikan beban operasional ini disumbang beban bunga simpanan yang naik 53% menjadi Rp 55 triliun. Dengan demikian, rasio BOPO bisa stagnan karena pertumbuhan pendapatan operasional tidak terkerek kendati beban operasional bisa turun seiring penurunan bunga deposito. (Sumber: Bisnis Indonesia, 05 Maret 2015, 23) Dana Valas Kian Terbatas Di tengah penguatan dolar terhadap rupiah, penyaluran kredit dan penghimpunan dana bermata uang valuta asing (valas) perbankan kian melambat. Dalam statistik perbankan Indonesia (SPI), pertumbuhan DPK industri perbankan bermata uang asing hanya mencapai 6,5% secara year on year pada Melambatnya himpunan DPK valas pada tahun lalu juga berdampak pada penyaluran fungsi intermediasi yang slow down. Pada 2014, penyaluran kredit valas mencapai Rp 616,34 triliun sepanjang 2014, tumbuh 7,68% dari posisi Rp 572,37 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk mencukupi kebutuhan valas, maka OJK telah mencatatkan ada 7 bank yang berencana menerbitkan surat utang. Rencana penerbitan obligasi tersebut terdiri dari Rp 32,84 triliun denominasi rupiah dan Rp 11,8 triliun berdenominasi valas. (Sumber: Bisnis Indonesia, 05 Maret 2015, 23) OJK Pacu Industri Keuangan Syariah OJK terus mendorong industri keuangan syariah untuk dapat mengembangkan bisnisnya tahun ini. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan industri keuangan syariah adalah mendorong para pelaku industri ini untuk ikut serta dalam pembiayaan proyek infrastruktur

7 yang digalakkan pemerintah saat ini. Proyek infrastruktur dapat dijadikan underlying asset penerbitan surat berharga berbasis syariah, seperti sukuk negara ritel SR-007. Hasil sukuk yang diterbitkan pada 11 Maret 2015 ini akan digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur tiga kementerian, yaitu Kementerian Agama, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Pekerjaan Umum. (Sumber: Bisnis Indonesia, 05 Maret 2015, 23) Penyaluran KUR: Skema Penjaminan Langsung Diterapkan Pemerintah akan menerapkan skema penjaminan langsung dalam pemberian kredit usaha rakyat dengan menjadikan Kabupaten Kudus sebagai daerah pilot project. Sebagai pilot project, Kabupaten Kudus akan menggunakan surat penjamin dari pemerintah daerah juga. Sehingga Pemda harus benar-benar menjalankan pekerjaannya dengan baik. Jika penerapan skema penjaminan langsung di Kabupaten Kudus sukses, sistem serupa bakal diterapkan secara nasional. Kendati demikian, diakui bahwa kapasitas Perum Jamkrindo dan PT askrindo (Persero) sebagai penjamin kredit masih terbatas. (Sumber: Bisnis Indonesia, 05 Maret 2015, 23) Sektor Pangan Perlu Basis Data Valid Sejumlah kalangan menilai peningkatan panyaluran kredit ke sektor pangan, terutama di sektor pertanian dan perikanan memerlukan basis data yang valid untuk membangun skim pembiayaan yang tepat sesuai dengan karakteristik di dua sektor tersebut. Sektor pangan memiliki karakteristik khusus yang unik dimana setiap turunan sektor tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Misalnya, pola tanam dan pascapanen tanaman padi berbeda dengan holtikultura. Pemahaman risiko yang baik di sektor ini juga dinilai akan mendorong perbankan lebih gencar menyalurkan kredit. Untuk memperdalam penetrasi di sektor pangan, Direktur Bisnis UMKM PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyebut bahwa BRI pada April 2015 berencana mengembangkan seribu pegawai yang memiliki keahlian khusus di sektor pangan. Di sisi lain, untuk menjaring basis data petani, BRI akan menduplikasi produk Kartu Tani ke berbagai wilayah. Produk ini merupakan kartu debit yang bisa berfungsi sebagai kartu identitas petani untuk mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah. (Sumber: Bisnis Indonesia, 05 Maret 2015, 24)

8 Bank Syariah Patok Target 20% Sekelompok bankir bank umum syariah memasang target pertumbuhan bisnis dengan target pertumbuhan bisnis yang optimis di atas 20% pada tahun ini. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), industri perbankan syariah mencatatkan koreksi laba hingga 45,53%. Pada tahun lalu, tekanan laba paling dalam ada pada kelompok bank umum syariah (BUS), hingga 65,53%. Adapun, kelompok unit usaha syariah (UUS) mencatatkan koreksi laba sebesar 12,72%. Perlambatan pertumbuhan mulai terjadi sejak Sebelumnya, pada 2010, 2011, dan 2012, laba industri perbankan syariah terpantau terus menanjak atau tumbuh masing-masing sebesar 33,03%, 40,34%, dan 72,33%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 05 Maret 2015, 24) Jumat, 06 Maret 2015 Migrasi Kartu Debit Diestimasi Mundur Bank Indonesia menyatakan migrasi teknologi kartu debit dari magnetic ke chip berpotensi mundur jika industri belum siap untuk melakukan migrasi hingga akhir tahun nanti. Deputi Gubernur BI, mengatakan bank sentral sebagai regulator yang mengatur industri sistem pembayaran tengah memeriksa kesiapan industri. Ada dua bank yang siap melakukan migrasi namun di lain pihak sejumlah bank juga menyatakan belum siap. Migrasi teknologi tidak hanya dilakukan pada kartu debit, tetapi juga pada mesin EDC dan ATM. Jumlah kartu debit yang masif juga membuat bank perlu usaha ekstra agar migrasi bisa rampung. (Sumber: Bisnsi Indonesia, 06 Maret 2015, 23) BI Tinjau Ulang Aturan Layanan Keuangan Digital Bank Indonesia berencana menerbitkan aturan baru terkait pelaksanaan Layanan Keuangan Digital (LKD). Sebagaimana diketahui, pelaksanaan LKD diatur dalam PBI No.16/8/PBI/2014. LKD merupakan layanan keuangan melalui agen yang menggunakan uang elektronik sebagai instrument pembayaran. Dalam PBI tersebut, hanya bank BUKU IV yang diizinkan menggandeng agen individu sebagai unit perantara layanan keuangan. Sedangkan, bank

9 dengan modal di bawah Rp 30 triliun hanya diizinkan menggandeng agen yang memiliki badan hukum. Saat ini ada dua bank yakni, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sudah mengajukan izin LKD dan operasionalnya sudah berjalan. Aturan baru yang akan diterbitkan akan mengatur peran operator telekomunikasi dan bank dengan modal di bawah 30 triliun. Sikap BI ini setidaknya mulai sepaham dengan kebijakan Laku Pandai OJK. (Sumber: Bisnis Indonesia, 06 Maret 2015, 24) Volume Transaksi Antarbank Melambat Meski tercatat melambat, tetapi bankir-bankir mengklaim kenaikan biaya transaksi debit anrtarbank tidak membuat volume transaksi berkurang. Kendati demikian, Statistik Pembayaran yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan transaksi debit antarbank mencatatkan perlambatan yang cukup signifikan. Pada 2014, volume transaksi debit antarbank mencapai 340, 47 juta transaksi, atau tumbuh 29,5% dari posisi 262,87 juta transaksi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, bila dibandingkan dengan periode 2013, volume transaksi antarbank tumbuh hingga 77,87%. Data menunjukkan volume transaksi antarbank sepanjang empat tahun terakhir bertumbuh, akan tetapi paling lambat pada Bank Indonesia telah menetapkan batas maksimal kenaikan biaya transfer antarbank melalui ATM senilai Rp pertransaksi, lebih rendah dibandingkan dengan biaya transaksi tarik tunai antarbank senilai Rp Pada intinya, BI memahami alasan kenaikan biaya transaksi antarbank karena alasan inflasi dan lain sebagainya. Khusus transfer memang dibatasi untuk mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). (Sumber: Bisnis Indonesia, 06 Maret 2015, 24) ***

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Senin, 23 Maret 2015 ASEAN Finalisasi Kerangka Kerja Sama Perbankan Bank Negara Malaysia (BNM) mengumumkan bahwa para anggota ASEAN telah menuntaskan ASEAN

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Senin, 30 Maret 2015 Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Ruang Bank Menengah Menyempit Ruang pertumbuhan bisnis tujuh dari 15 bank terbesar Tanah Air kian menyempit dalam kurun waktu tiga tahun

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) BI: GWM Averaging Cegah Bubble Likuiditas Bank Indonesia (BI) mengakui, adanya risiko menggelembungnya (bubble) likuiditas. Maka dari itu bank

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Senin, 06 April 2015 Hedging Syariah mampu Dorong Eksposur Dolar AS di Bank Syariah Fatwa dan peraturan ini bisa diterapkan oleh unit usaha syariah (UUS)

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Senin, 16 Februari 2015 Suku Bunga Simpanan: Ruang Penurunan Masih Terkendala LPS menuturkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi parameter penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) Belum Ada Ruang Penurunan Bank Indonesia menyatakan suku bunga acuan yang kini berada pada level 4,25% sudah mengalami cukup penurunan, sehingga

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017)

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017) Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017) MAKROEKONOMI BI: IMF WBG ANNUAL MEETINGS 2018 MOMENTUM EKONOMI RI Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai terpilihnya Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) FINTECH DAN INOVASI DIGITAL Hadapi Fintech, Bank Kedepankan Inovasi Digital Di tengah pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) dianggap

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017) PERATURAN PERBANKAN Soal Keterbukaan Pajak, Perbanas Harap Data Nasabah Tak Tersebar Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) meminta pemerintah dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank Indonesia (BI) memprediksi tahun 2016 ini, fundamental ekonomi Indonesia kedepan akan semakin membaik dan lebih kokoh dengan stabilitas yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan di Indonesia memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan yakni sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http//www.bi.go.id.pada Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http//www.bi.go.id.pada Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (09 Maret 13 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (09 Maret 13 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (09 Maret 13 Maret 2015) Senin, 09 Maret 2015 Bank BUMN Sepakati Penyatuan ATM Sejumlah bank-bank BUMN mengaku setuju dengan rencana pemerintah untuk menggunakan ATM menjadi satu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam industri keuangan di Indonesia khususnya dunia perbankan. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. dalam industri keuangan di Indonesia khususnya dunia perbankan. Mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Bank Syariah saat ini telah memberikan kontribusi dalam industri keuangan di Indonesia khususnya dunia perbankan. Mulai dari berdiri Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas penduduk

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015) Senin, 13 April 2015 Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015) Bank Cenderung Tempatkan Dana di Instrumen Jangka Pendek Perbankan masih menempatkan kelebihan likuditasnya pada instrumen jangka pendek.

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

SURVEI PERBANKAN * perkiraan SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat, karena setiap perbankan terus berusaha eksis dalam kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat, karena setiap perbankan terus berusaha eksis dalam kegiatan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan setiap periodenya menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, karena setiap perbankan terus berusaha eksis dalam kegiatan ekonomi dan menciptakan inovasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Perekonomian Indonesia triwulan III 2012 tumbuh solid 6,17%. Pertumbuhan yang tetap berada pada kisaran 6% ini melanjutkan kinerja positif triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015) Senin, 19 Januari 2015 Bank Siap Turunkan Bunga Seiring stabilnya beban bunga perbankan dan dampak dari kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L No.87, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6047) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin banyak bermunculannya Perbankan syariah ataupun Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia saat ini, yaitu seiring dengan diberlakukannya Undang-undang No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai penggerak pembangunan dan menjaga stabilitas perekonomian suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang cukup penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian sebuah negara. Bank yang sehat menunjukkan bahwa bank tersebut mampu menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA. Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA. Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 8 BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. Sejarah Ringkas PT. Bank Syariah Mandiri Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 membawa hikmah tersendiri bagi tonggak sejarah sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat sekarang ini, menyimpan uang kas dalam jumlah banyak sudah tidak aman lagi. Dengan perkembangan teknologi dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian LAPORAN POSISI KEUANGAN BCA membukukan posisi keuangan yang solid, didukung oleh posisi permodalan dan likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan urat nadi perekonomian nasional. Salah satu peran penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu menjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Kuartal Kedua 2012 Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat selama hampir dua dekade terakhir ini di Indonesia. Meskipun demikian, sebenarnya Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang pernah mendapatkan pendidikan mengenai perbankan maupun yang tidak, tahu arti umum dari bank.

Lebih terperinci

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF Suplemen 3 KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF Hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) di wilayah Bangka Belitung pada triwulan III 2008 menunjukkan proyeksi perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara yaitu sebagai lembaga perantara keuangan. Sistem

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 1. RELAKSASI KETENTUAN PERSYARATAN KEGIATAN USAHA PENITIPAN

Lebih terperinci

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997. Menurut beberapa pengamat dan analis, krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau

Lebih terperinci

P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t PROFIL INDIKATOR MAKRO FINANSIAL PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 Pengarah : Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja,DEA Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat Penanggung jawab : H.

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Krisis keuangan yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 yang melanda kawasan Asia Tenggara, akhirnya melanda Indonesia dan dampaknya sangat terasa sejak awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.

Lebih terperinci

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang lebih dikenal dengan (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika krisis ekonomi terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya pada suatu investasi apabila dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal perbankan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan sampai saat ini masih merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini karena sektor perbankan merupakan

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah 1.1.1 Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri PT. Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan syariah, bank syariah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan yang semakin pesat membutuhkan pendanaan yang baik. Peran bank cukup penting untuk dapat menyediakan dana yang mencukupi bagi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis perbankan syariah di Indonesia sedang mengalami perkembangan. Seperti diketahui, perbankan syariah di Indonesia mulai muncul pada tahun 1991 ketika Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung

BAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sudut jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global juga belum menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. global juga belum menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Perekonomial global pada tahun 2015 secara umum mengalami perlambatan. Perekonomian negara negara besar yang melambat, seperti Tiongkok, AS, dan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelaku ekonomi yang melakukan kegiatannya melalui jasa perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir mulai dari praderegulasi sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NOMOR 20/4/PBI/2018 TANGGAL 3 APRIL 2018 TENTANG RASIO INTERMEDIASI MAKROPRUDENSIAL DAN PENYANGGA LIKUIDITAS MAKROPRUDENSIAL BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL, BANK UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. Perkembangan perbankan syariah di indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan badan usaha atau lembaga keuangan yang beranggotakan orang atau badan hukum dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan KATA PENGANTAR Buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang sebelumnya diterbitkan dengan nama buku Data Perbankan Indonesia (DPI), merupakan media publikasi yang menyajikan data mengenai perbankan Indonesia.

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong ke dalam negara yang mengalami perkembangan dan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Perkembangan dan pembangunan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci