Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015)"

Transkripsi

1 Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015) Senin, 12 Januari 2015 Pendatang Baru Kian Ekspansif Sejumlah bank pendatang baru di segmen mikro tengah aktif berekpansi menyalurkan kredit. Salah satu upaya untuk meningkatkan ekspansi adalah melalui memperluas jaringan dan menetapkan suku bunga yang kompetitif. PT BPD Jawa Timur Tbk atau biasa yang disebut Bank Jatim merupakan bank yang baru saja menyasar segmen mikro pada Maret Sepanjang tahun, Bank Jatim telah membukukan laba kredit mikro sebesar Rp 11 milyar. Kedepannya, Bank Jatim akan menargetkan penyaluran kredit baru sebesar Rp 600 milyar-rp 700 milyar. Untuk mencapai target tersebut, bank telah menetapkan suku bunga kredit yang rendah. Selain itu, bank juga berencana untuk memperluas jaringan dengan menambah 52 unit mikro baru di seluruh Indonesia. Kendati demikian, kualitas kredit akan tetap dijaga agar bank dapat memperoleh laba bersih sebesar Rp 30 miliar. Hal yang sama juga dilakukan oleh PT BNI Syariah. Untuk memperluas jaringan mikro, pihaknya akan membangun 10 unit di kawasan di Sulawesi dan Maluku serta 5 untuk wilayah Jawa. Pada tahun ini, BNI Syariah menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit mikro sebesar 25%. Sementara itu, target pertumbuhan kredit mikro, Bank Pundi menetapkannya lebih moderat yakni 15%. Untuk mencapai target tersebut, Bank Pundi kerap menurunkan Suku Bunga dasar Kredit (SBDK) mikro sebesar 114 basis poin menjadi 22,56% per September (Sumber: Bisnis Indonesia, 12 Januari 2015, 23) LPS: 2015 Dalam Batas Aman Dalam publikasi Indeks Stabilitas Perbankan (ISP) bulan November 2014 oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), stabilitas perbankan Indonesia masih berada dalam kondisi aman. Nilai indeks Indonesia mencapai 100,31, lebih rendah dari posisi Oktober 2014 sebesar 100,75. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya sub indeks kredit dan sub indeks antarbank yang menurun masing-masing sebesar 74 dan 89 basis poin. Adapun stabilitas perbankan sudah mulai riskan dan berada di level waspada apabila nilai indeks telah mencapai 102. Sementara apabila masih berada di level 101, stabilitas perbankan di Indonesia masih dikatakan normal.

2 Kdepannya, LPS memperkirakan nilai indeks ini memiliki potensi untuk meningkat seiring dengan adanya rencana kenaikan suku bunga the Fed yang akan mendorong sub indeks pasar. Selain itu, kondisi stabilitas perbankan dapat lebih buruk adalah rasio kredit macet (NPL) kembali meningkat. LPS juga memperkirakan pertumbuhan kredit akan mencapai 14,2%, lebih rendh dibandingkan proyeksi OJK sebesar 16%. Kalangan perbankan menilai perlambatan ekonomi pada tahun 2015 masih akan terjadi, sehingga perbankan cenderung menetapkan target pertumbuhan yang moderat yakni sekitar 16%. Target ini dituangkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun OJK mengatakan akan tetap meninjau RBB dari bank-bank tersebut untuk melihat apakah target pertumbuhan kredit sejalan dengan kemampuan bank. Terkait likuiditas, OJK juga menuturkan bahwa kondisi likuiditas masih cenderung baik apabila realisasi fiskal dilakukan secara merata. (Sumber: Bisnis Indonesia, 12 Januari 2015, 24) Selasa, 13 Januari 2015 Harga Komoditas Pengaruhi Kredit Menurunnya harga komoditas global mempengaruhi penyaluran kredit perbankan, khususnya di sektor komoditas, yakni sektor perkebunan dan pertambangan. Menurunnya harga komoditas global mendorong besarnya resiko di sektor komoditas tersebut, sehingga penyaluran kredit ke sektor tersebut pun kerap melambat. Per Oktober 2014, penyaluran kredit sektor perkebunan tercatat Rp 201,8 triliun atau meningkat 20,62% dibandingkan periode Oktober 2013 (year-on-year/yoy). Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan Oktober 2013 sebesar 25,47%. Sama halnya dengan sektor perkebunan, penyaluran kredit di sektor pertambangan juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari 16,1% pada Oktober 2013 menjadi 14,4% pada Oktober Selain itu, menurunnya harga komoditas global juga ikut berkontribusi pada peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) bank. Pasalnya menurunnya harga komoditas ini kerap menekan kinerja ekspor debitur bank, sehingga kemampuan bayar debitur menjadi terhambat. Per Oktober 2014, NPL kredit ke sektor perkebunan meningkat dari 1,6% menjadi 2% dan untuk sektor pertambangan NPL tercatat 3,34% menjadi 1,85%. Sejumlah analis mengatakan tren penurunan harga komoditas global masih akan berlanjut hingga akhir semester I tahun Tren penurunann harga komoditas global sejalan dengan menurunnya harga minyak mentah. Selain itu, kondisi ini akan diperparah dengan menurunnya permintaan seiring kontraksi ekonomi di Jepang. (Sumber: Kompas, 13 Januari 2015, 20)

3 Normalisasi Kian Dekat Beberapa dewan gubernur The Federal Reserve menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan the Fed akan dilakukan pada pertengahan tahun ini. Janet Yellen, Presiden the Fed, mengatakan bahwa kenaikan akan dilakukan pada tahun 2015 walaupun inflasi berada di bawah target bank sentral. Kebijakan kenaikan ini perlu diperhitungkan, pasalnya apabila tergesa-gesa justru akan mendorong ekonomi Amerika Serikat ke jurang resesi. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Januari 2015, 5) Bunga Kredit Mikro akan Dibatasi Merespon surat dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengenai tingginya Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) UMKM oleh perbankan, OJK tengah mempertimbangkan opsi untuk membatasi suku bunga kredit mikro. Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK mengatakan implementasi pembatasan tersebut dapat dilakukan melalui pembatasan margin maksimum atau besaran margin di akhir. Kendati demikian, opsi ini akan dikaji secara hati-hati karena dapat berpotensi merusak confidence bank. Sebelumnya KPPU menuturkan suku bunga kredit mikro seharusnya tidak berbeda jauh dengan kredit korporasi. Menanggapi alasan bank karena biaya overhead kredit mikro tinggi, KPPU menilai alasan tersebut tidak kuat karena kredit UMKM biasanya terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Januari 2015, 23) Bank Mampu Tepis Resiko Menurut Bank Indonesia, perekonomian dan sistem keuangan Indonesia akan menghadapi empat resiko utama yakni: (i) normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat; (ii) potensi resiko likuiditas yang masih tinggi; (iii) berlanjutnya penurunan harga komoditas global; dan (iv) naiknya rasio utang luar negeri. Kendati demikian, hasil stress test Bank Indonesia menilai perbankan masih mampu menghadapi resiko kredit, suku bunga dan nilai tukar. Simulasi skenario terburuk yakni terkoreksinya surat berharga sebesar 20% hanya akan menurunkan rasio kecukupan modal sebesar 142 basis poin. Begitu pula dengan dengan simulasi depresiasi nilai tukar. Apabila Rupiah terdepresiasi ke level Rp per Dollar AS, maka menurut stress Bank Indonesia, hanya 7 korporasi atau 8,77% dari total korporasi di Inodnesia yang akan mengalami permodalan yang negatif.

4 Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT BCA Tbk, mengatakan hal yang perlu dikhawatirkan pada tahun ini adalah mengenai ekspansi kredit. Pasalnya semakin ekspansif kredit maka nilai rupiah akan semakin tertekan karena orientasi konsumsi, khususnya barang impor dari kredit yang disalurkan cukup tinggi. Per Oktober 2014, kredit berorientasi impor mencapai Rp 53,41 triliun. Menurutnya apabila pertumbuhan kredit dipaksakan sebesar 15% - 16% maka akan terjadi kekeringan likuiditas. OJK menilai bahwa perbankan Indonesia masih memiliki potensi likuiditas yang tinggi seiring adanya dana segar dari pengalihan subsidi BBM sebesar Rp 240 triliun dan rencana pengurangan obligasi ritel pemerintah. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Januari 2015, 23) Bank Skala Besar Lebih Tahan Tekanan Riset DBS memperkirakan bahwa pertumbuhan DPK tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit, sehingga likuiditas semakin longgar. Pada tahun 2015, indikator LDR akan menurun ke level 86%. Bank-bank skala besar yang memiliki jaringan yang lebih luas dan kompetitif akan mampu mempertahankan net interest margin (NIM). Program inklusi keuangan dapat menambah potensi transaksi pada bank-bank besar. Sementara, bank kecil akan mengalami tekanan biaya dana yang sangat tinggi. Sejumlah pelaku perbankan mengatakan beberapa faktor yang masih menghambat industri perbankan tahun ini adalah suku bunga yang tinggi dan potensi kenaikan suku bunga domestic seiring dengan kenaikan Fed Fund Rate, pelemahan rupiah terhadap dollar, penurunan harga minyak dan komoditas global. Kondisi ini pada akhirnya akan mendorong ketatnya likuiditas sehingga persaingan pun akan cenderung tinggi. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Januari 2015, 8) Penurunan Dividen Berpotensi Tingkatkan Modal Bank BUMN Penurunan besaran rasio pembayaran deviden dari 30% menjadi 20% yang diusulkan oleh Kementerian BUMN disambut baik dengan sejumlah bank milik pemerintah. Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan PT BRI Tbk, mengatakan hal ini dapat menjadi potensi likuidtas bank, sehingga kondisi CAR terjaga dan dapat mendorong ekspansi kredit. Selain itu, kondisi ini juga akan dimanfaatkan oleh bank untuk meningkatkan pertumbuhan anorganik dengan mengakuisisi perusahaan asuransi dan sekuritas. Riswinandi, Wakil Direktur PT Bank Mandiri Tbk mengatakan pemotongan deviden dapat dimanfaatkan untuk menambah modal seiring

5 dengan penerapan Basel III. Selain itu, Bank Indonesia mengatakan hal ini baik untuk dilakukan agar perbankan nasional dapat bersaing dengan perbankan negara ASEAN lainnya. Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan terkait kebijakan pemotongan deviden ini masih dalam tahap pengkajian. Pasalnya kebijakan ini masih akan dibahas pada rapat umum pemegang saham (RUPS) di Kementerian BUMN. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Januari 2015, 9) Rabu, 14 Januari 2015 Kredit Tumbuh di Atas 15 Persen Survei Perbankan triwulan IV 2014 menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit rata-rata tahun 2015 akan mencapai 15,7%. Survei ini dilakukan terhadap 42 bank umum yang berkantor pusat di Jakarta dan memiliki pangsa pasar sebesar 80%. Pertumbuhan kredit didorong oleh tingginya penyaluran kredit ke sektor infrastruktur. Kendati demikian, survei ini menjukkan bahwa pertumbuhan kredit baru akan meningkat pada triwulan II 2015 seiring banyaknya proyekproyek pemerintah yang sudah berjalan. Menanggapi hal ini, Budi Gunandi sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah sulit direalisasikan karena cenderung membutuhkan dana yang sangat besar dan tidak dapat dipenuhi oleh APBN. Menurutnya perbankan juga memiliki keterbatasan sumber dana. Oleh karena itu, Budi menyarankan agar akses masyarakat terhadap keuangan ditingkatkan agar menjadi potensi dana yang masuk ke dalam sistem perbankan Indonesia. Selain itu, perlu dipikirkan juga bagaimana caranya untuk menarik kembali dana investor domestik yang diparkir di luar negeri. (Sumber: Kompas, 14 Januari 2015, 20) Biaya Dana Diprediksi Stabil LPS menyatakan bahwa dampak kenaikan BI Rate tidak berpengaruh pada kenaikan biaya dana perbankan. Pasalnya, bunga deposito tenor satu bulan hanya meningkat sebesar 0,03%. Penyataan ini didasari oleh pantauan LPS terhadap 58 bank yang memiliki pangsa pasar DPK sebesar 95%. Lebih lanjut, LPS memperkirakan pertumbuhan DPK tahun 2015 tidak akan setajam dibandingkan tahun Sejumlah pelaku perbankan mengatakan kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh OJK dinilai efektif untuk menurunkan beban biaya dana

6 perbankan. Selain itu, biaya dana juga diperkirakan menurun seiring kondisi likuiditas yang diperkirakan melonggar. (Sumber: Bisnis Indonesia, 14 Januari 2015, 23) Bank Jangan Kejar Margin Tinggi OJK meminta perbankan untuk tidak menetapkan margin yang terlampau tinggi. Per Oktober 2014, Net Interest Margin (NIM) perbankan telah mencapai 4,24%. Kendati menurun dibandingkan tahun lalu, Nelson Tampubolon, Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK, mengatakan posisi NIM Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Menurutnya, bunga kredit untuk modal kerja dan investasi perlu dijaga agar kegiatan produktif dapat berlangsung. Berdasarkan Survei Perbankan yang dirilis oleh Bank Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2015, bank akan menaikkan kredit modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 11 dan 16 basis poin. Berbeda dengan hasil survei, sejumlah perbankan menyatakan pihaknya belum berencana menaikkan suku bunga kredit selama biaya dana masih terjaga. (Sumber: Bisnis Indonesia, 14 Januari 2015, 23) NPL Diyakini Turun Tahun Ini Rasio kredit bermasalah (NPL) diperkirakan akan menurun pada tahun Pernyataan ini diungkapkan oleh Tony Prasetiantono, Ekonom Universitas Gajah Mada. Pada tahun 2014, kenaikan NPL cenderung tajam karena beberapa faktor seperti likuiditas yang ketat, sehingga meningkatkan suku bunga kredit; perlambatan ekonomi; dan tingginya inflasi yang kerap menekan daya beli masyarakat. Sementara itu pada tahun 2015, walaupun kondisi likuiditas masih akan ketat, namun kondisi perekonomian diperkirakan membaik seiring bertambahnya dana sebesar Rp 250 triliun untuk menstimulus fiskal. Selai itu, inflasi pun cenderung terjaga seiring menurunnya harga BBM bersubsidi. Terkait penurunan suku bunga kredit, Budi Gunandi Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan pihaknya belum berencana menurunkan suku bunga kredit apabila cost of fund belum mengalami penurunan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 14 Januari 2015, 23)

7 Kamis, 15 Januari 2015 Singapura Dinilai Masih Sulit Sebelumnya OJK berjanji akan merampungkan perjanjian bilateral skema ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) dengan Singapura. Skema ini didasari oleh prinsip resiprokal dimana perjanjian dapat mengurangi gap dan saling menguntungkan. Namun terlalu banyaknya perbedaan, mendorong OJK akan terlebih dahulu fokus kepada proses perjanjian bilateral dengan Malaysia. Saat ini, terdapat tiga bank di Indonesia yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Singapura, yakni PT Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank UOB Indonesia dan PT Bank DBS Indonesia. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP, mengatakan perjanjian bilateral dengan Singapura harus tetap dilanjutkan. Menanggapi hal ini, Riswinandi, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan terdapat perbedaan skema bisnis antara Singapura dan Indonesia. Pasalnya Singapura cenderung membeli perusahaan yang telah beroperasi atau existing. Sementara bank di Indonesia masih memulai dari awal. Selain itu, untuk mengembangkan bisnis di Singapura, pihaknya masih harus memperdalam kajian hukum. Pasalnya pasti terdapat perbedaan sistem hukum antara di Indonesia dengan Singapura. (Sumber: Bisnis Indonesia, 15 Januari 2015, 23) CIMB Group, RHB dan MBSB Akhiri Rencana Merger Dalam pertemuan manajemen yang terakhir pada tanggal 14 Januari 2015, CIMB Group Holdings Berhad, RHB Capital Berhad dan Building Society Berhad (MBSB) memutuskan untuk menghentikan rencana merger. Keputusan ini berdasarkan pengkajian ulang potensi sinergi yang dapat dilakukan khususnya menghadapi kondisi perekonomian yang kurang mendukung. Berdasarkan hasil kajian, rencana merger ini dirasakan tidak dapat melindungi dan menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingan. Setelah dinyatakan berakhir, masingmasing instansi akan fokus memperkuat jaringan dan mencapai target-target perusahaan. Adapun penarikan pengajuan izin merger yang disampaikan kepada Bank Negara Malaysia (BNM) telah ditarik oleh CIMN Group dan RHB Capital. (Sumber: Indonesia Finance Today, 15 Januari 2015, 3)

8 Inflasi Cenderung Turun, BI Rate Diprediksi Tetap Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi Desember 2014 tercatat 2,48% (month on month) atau 8,36% (year on year). Walaupun tingkat inflasi cenderung menurun, namun sejumlah kalangan memperkirakan Bank Indonesia akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 7,75%. Sejumlah analis mengatakan BI Rate akan cenderung stabil hingga September Tidak adanya urgensi untuk menaikkan BI Rate, seperti laju inflasi yang masih terkendali, spread suku bunga Fed Fund Rate dan BI Rate masih relatif jauh, dan penurunan harga BBM akan menjaga BI Rate pada level 7,75%. (Sumber: Indonesia Finance Today, 15 Januari 2015, 3) Jumat, 16 Januari 2015 Bank Pilih Instrumen BI Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, menuturkan perbankan lebih memilih menempatkan kelebihan dananya di Bank Indonesia daripada ditransaksikan kembali antar bank. Saat ini, dana perbankan yang ditempatkan pada sertifikat Bank Indonesia (SBI) senilai Rp 85 triliun, deposit facility Rp 190 Triliun, reverse repo Surat Berharga Negara (SBN) Rp 117 triliun dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) Rp 109 triliun. Hal ini dikarenakan instrumen Bank Indonesia dirasakan lebih liquid. Kendati demikian, kondisi ini tidak boleh dibiarkan karena akan mendorong pasar keuangan menjadi tidak berkembang. Perbankan yang memegang instrumen Bank Indonesia diharapkan dapat saling bertransaksi melalui mini master repo agreement (MRA). Mini MRA ini mengatur kontrak standar transaksi antarbank dengan jaminan surat berharga milik bank sehingga dapat meminimalisir resiko. Mini MRA telah saat ini telah mencapai Rp 630 miliar, namun lebih kecil dibandingkan transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar Rp 10 triliun. Budi Gunandi Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan salah satu kendala bank untuk memperdalam pasar keuangan Indonesia karena masih minimnya instrumen. Terkait MRA, pihaknya mengatakan hal ini baik untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek dan dapat memperkuat daya tahan terhadap gejolak perbankan. Suwoko Singoastro, Direktur Treasuri dan Institusi Finansial PT Bank Negara Indonesia Tbk menambahkan mini MRA dapat mendorong distribusi likuiditas di pasar uang menjadi lebih merata dan resiko yang lebih terukur. (Sumber: Kompas, 16 Januari 2015, 20)

9 Bunga Dikawal ke Satu Digit Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengatakan akan terus mengawal suku bunga kredit UMKM agar terus turun untuk menghindari ekploitasi konsumen. Suku bunga yang bersaing dan wajar menurut KPPU adalah satu digit. Suku bunga yang bersaing menurut pihaknya akan mendorong roda perekonomian. Selain itu, KPPU juga akan terus mengkaji agar selisih suku bunga kredit dan dana tidak terlampau tinggi. Menanggapi KPPU, OJK mengatakan saat ini pihaknya tengah mengkaji beberapa opsi untuk menurunkan suku bunga kredit mikro. OJK menyarankan bank untuk menahan kenaikan bunga kredit untuk mendorong sektor rill. Kendati demikian, berbagai opsi dari OJK harus dilakukan secara berhat-hati agar tidak mengurangi confidence bank. Budi Gunandi Sadikin, Direktu Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan bank akan menurunkan suku bunga kredit apabila defisit transaksi berjalan membaik. (Sumber: Bisnis Indonesia, 16 Januari 2015, 23) Bunga Kredit Korporasi Bertahan Sejumlah bank akan menahan kenaikan suku bunga kredit di segmen korporasi seiring meningkatnya permintaan kredit untuk investasi dan modal kerja. PT BNI Tbk mengungkapkan permintaan ini ditenggarai karena meningkatnya proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Adapun pembangun infrastruktur tahun ini akan lebih luas yakni mencakup infrastruktur jalan tol, bandara, pelabuhan, bendungan, pembangkit listrik, dan instalasi pengolahan limbah. Untuk proyek besar, BNI menyalurkan kredit melalui kredit sindikasi dengan bank lainnya. Upaya menahan suku bunga kredit korporasi juga dilakukan oleh PT BII Tbk utnuk menjaga tingkat kompetisi di pasar. Adapun tahun ini, pihaknya akan lebih fokus dalam menyasar kredit sektor transportasi dan konstruksi seiring dengan banyaknya proyek infrastruktur pemerintah. Hal ini sejalan dengan hasil survei Perbankan terhadap 42 responden. (Sumber: Bisnis Indonesia, 16 Januari 2015, 23) Bank Berlomba Tingkatkan Kelolaan Bisnis Trust Perbankan berupaya untuk meningkatakn bisnis penitipan dan pengelolaan dana (trust) pada tahun ini dengan menjalin kerjasam dengan perusahaan minyak dan gas (migas). PT BNI Tbk pada tahun ini menargetkan kenaikan dana trust sebesar 47% atau US$5 miliar. Adapun pihaknya sedang mengincar enam perusahaan migas untuk menempatkan dana di BNI. Tahun

10 2014, dana trust di BNI tercatat US$ 3,4 miliar, dari dana tersebut BNI dapat memperoleh fee based income sebesar US$ 150 ribu. Tahun ini, pihaknya menargetkan fee based income senilai US$ 250 ribu. Optimisme BNI terhadap bisnis ini kian besar seiring diberikannya kepercayaan kepada BNI untuk mengelola dana penjualan gas Blok Sanga-sanga. Kendati demikian, ada beberapa hambatan bagi perseroan untuk mengembangakan bisnis ini terutama dari sisi regulasi. Pasalnya ada perbedaan sistem hukum antara Indonesia yang menganut hukum kontinental dengan luar negeri yang menganut sistem hukum yurisprudensi. Bank berhadap perusahaan yang melakukan kontrak migas di Indonesia dapat menggunakan bank lokal dalam kegiatan operasionalnya. Hambatan lain adalah karena kurangnya dukungan SDM. Selain BNI, BRI juga akan memacu bisnis trust tahun ini. Tahun lalu, BRI mengelola dana sebesar Rp 16 triliun dari 21 proyek. Nilai ini bahkan melampaui target sebesar Rp 14 triliun. Selain fee based income, keuntungan lain yang dapat diperoleh dari bisnis trust adalah ketersediaan likuiditas. Berbeda halnya dengan BNI dan BRI, BCA menyatakan belum tertarik menggeluti bisnis trust karena belum ada instrumen dalam bentuk dollar Amerika Serikat yang menjadi tempat persinggahan dana. (Sumber: Indonesia Finance Today, 16 Januari 2015, 8) Rekomendasi: Pada tahun 2015, terdapat potensi kenaikan suku bunga seiring kebijakan normalisasi di Amerika Serikat. Meningkatnya Fed Fund Rate akan mendorong kenaikan suku bunga secara global. Hal ini dapat mendorong dana keluar atau capital outflow dari Indonesia, sehingga kondisi likuiditas domestik menjadi ketat. Bank Indonesia juga diperkirakan akan menaikkan BI Rate sebagai respon dari kenaikan Fed Fund Rate. Kenaikan BI Rate akan menjadi dasar pertimbangan bank untuk menaikkan suku bunga perbankan, baik kredit maupun simpanan. Suku bunga kredit yang meningkat dapat menimbulkan potensi rasio kredit macet (NPL) ke level yang lebih tinggi karena beban bayar sejumlah debitur semakin tinggi. Hal ini juga didorong oleh masih berlanjutnya tren penurunan harga minyak dan komoditas global, sehingga akan mempengaruhi kinerja debitur di sektor komoditas dan pertambangan serta berpotensi untuk mendorong NPL yang lebih tinggi di kedua sektor tersebut. Kenaikan juga akan terjadi pada suku bunga simpanan. Kenaikan suku bunga simpanan akan mendorong kenaikan biaya dana, sehingga profitabilitas perbankan akan cenderung tergerus. Untuk mengantisipasi hal ini, perbankan diharapkan menyalurkan kredit sesuai dengan kemampuan liquiditas dengan fokus penyaluran kredit ke sektor yang dianggap tidak rentan terhadap kondisi perekonomian global. Selain itu, untuk menahan pergerakan NPL, perbankan perlu menjaga kualitas kredit. Terkait adanya potensi kenaikan biaya dana, perbankan juga diharapkan dapat mendorong pangsa pasar dana murah (CASA) dengan berbagai inovasi produk. ***

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Senin, 16 Februari 2015 Suku Bunga Simpanan: Ruang Penurunan Masih Terkendala LPS menuturkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi parameter penurunan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015) Senin, 26 Januari 2015 BI Pertahankan Kebijakan Moneter Ketat Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat sebagai upaya untuk menjaga

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Senin, 9 Februari 2015 Bank RI Dapat Lampu Hijau Pertemuan Presiden RI, Joko Widodo, dengan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, membuahkan

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) BI: GWM Averaging Cegah Bubble Likuiditas Bank Indonesia (BI) mengakui, adanya risiko menggelembungnya (bubble) likuiditas. Maka dari itu bank

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Senin, 2 Februari 2015 BI Punya Ruang Pelonggaran Seiring melambatnya tingkat inflasi, analis Morgan Stanley memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015) Senin, 19 Januari 2015 Bank Siap Turunkan Bunga Seiring stabilnya beban bunga perbankan dan dampak dari kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015) Senin, 5 Januari 2015 Kredit Melemah hingga Akhir Tahun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pertumbuhan kredit cenderung melambat seiring dengan perlambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2007, keadaan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2007, keadaan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007, keadaan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan baik dan stabil. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator yang memberikan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang menjadi masalah serius. Amerika Serikat merupakan negara adidaya dimana ketika perekonomiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BI rate merupakan salah satu faktor yang digunakan investor dalam menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu ditunggu oleh para

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% yoy pada kuartal ketiga 2016, lebih tinggi dari 2015 sebesar 4,74% yoyatau lebih rendah dari 2016 sebesar 5,18% yoy. PDB kuartal

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat sepanjang tahun 2011 telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan terus meningkat sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank

KEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank KEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank Integrasi Ekonomi ASEAN 2015: Peluang atau Ancaman Bagi Perbankan Nasional DR. DARMIN NASUTION Pusat Data Analisa Tempo & Independent Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

Diskusi Terbuka INFID

Diskusi Terbuka INFID Diskusi Terbuka INFID Dr. Edi Prio Pambudi Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 10 September 2015 PERSOALAN SAAT INI Tantangan Global Pemulihan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Senin, 30 Maret 2015 Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Ruang Bank Menengah Menyempit Ruang pertumbuhan bisnis tujuh dari 15 bank terbesar Tanah Air kian menyempit dalam kurun waktu tiga tahun

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI ACEH BANDA ACEH, 20 OKTOBER 2015 Yang kami hormati, Gubernur Provinsi Aceh, Bp. Zaini Abdullah, Forum Komunikasi

Lebih terperinci

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta 1 TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN 2007 1 Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta Kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian dunia. Bahkan pasar modal dapat juga dipandang

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis keuangan Eropa dan krisis keuangan Amerika Serikat. Krisis ekonomi global yang terjadi berturut-turut tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan ritel ataupun dari kalangan besar. Kebanyakan investor ritel menempatkan dana investasi dalam

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bunga Sertifikasi Bank Indonesia atau SBI rate yang sebesar 6 persen. SBI sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bunga Sertifikasi Bank Indonesia atau SBI rate yang sebesar 6 persen. SBI sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan ritel ataupun dari kalangan besar. Kebanyakan investor ritel menempatkan dana

Lebih terperinci

Asesmen terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Propinsi Sumatera Selatan

Asesmen terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Propinsi Sumatera Selatan SUPLEMEN 4 Asesmen terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Propinsi Sumatera Selatan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) menjadi topik sentral dalam beberapa tahun terakhir khususnya pasca terjadinya krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi. Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara. Hal ini tercermin pada fungsi perbankan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara. Hal ini tercermin pada fungsi perbankan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling sentral peranannya dalam memobilisasi dana masyarakat dan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Kinerja BNI Semester I - 2017 Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Jakarta, 12 Juli 2017 --- Pada paruh I tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatatkan

Lebih terperinci

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Senin, 06 April 2015 Hedging Syariah mampu Dorong Eksposur Dolar AS di Bank Syariah Fatwa dan peraturan ini bisa diterapkan oleh unit usaha syariah (UUS)

Lebih terperinci

PERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018

PERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018 Page1 Short Version Kamis, 18 Januari 2018 20:56:30 PERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018 Yang Kami muliakan, Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. H. Joko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Senin, 02 Maret 2015 Protokol Krisis Harus Segera Diperbaiki Ketua Umum Perbanas mengungkapkan kinerja industri perbankan sepanjang lima tahun terakhir sudah

Lebih terperinci