Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)"

Transkripsi

1 Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat sektor, salah satunya sektor pertambangan dan penggalian. Menurut Bank Indonesia, sektor tambang dan penggalian memiliki potensi NPL 2,57% per Januari 2015 atau setara dengan 3,9% dari total kredit. Sektor kedua adalah konstruksi dengan NPL 5,25%, yang merupakan NPL tertinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya, dengan porsi 3,9% dari total kredit. Sektor ketiga adalah perdagangan grosir dan ritel, dengan NPL 3,52% atau setara dengan 19,4% dari total kredit. Sektor keempat adalah sektor jasa komunitas, sosio-kultural, hiburan, dan individual, NPL sektor ini 3,50% dengan porsi 1,7% terhadap total kredit. (Sumber: Indonesia Finance Today, 20 April 2015, 9) BI Dorong Diversifikasi Sumber Dana Bank Bank Indonesia menyatakan perbankan perlu mencari sumber dana jangka panjang guna menekan risiko mismatch dan mengurangi biaya dana. BI akan mengeluarkan beleid terkait dengan perluasan definisi simpanan pada Mei Ketentuan itu akan menggolongkan sumber dana dari obligasi dan surat utang jangka panjang lainnya ke dalam komponen simpanan sehingga perhitungan LDR akan lebih longgar. Instrumen surat utang yang akan digolongkan sebagai simpanan baru sebatas obligasi. BI juga tengah mengkaji instrumen lain seperti medium term notes dan sertifikat deposito. Namun, semua instrumen harus bertenor panjang dengan jangka waktu di atas satu tahun. Sebagaimana diketahui, dalam ketentuan yang berlaku, perhitungan LDR hanya memperhitungkan tabungan, giro, dan deposito sebagai simpanan. Dalam praktiknya, bank juga menggunakan likuditas lain seperti surat utang dan pinjaman sebagai sumber dana untuk membiayai ekspansi kredit. (Sumber: Bisnis Indonesia, 20 April 2015, 24)

2 Selasa, 21 April 2015 Bank Asing Wajib Bangun Data Center di Indonesia OJK berencana menerbitkan POJK yang akan mengatur kewajiban bagi bank asing untuk membangun onshore data center (ODC) di Indonesia. Aturan ini ditargetkan selesai tahun ini. Saat ini aturan tersebut dalam proses pembicaraan antara OJK dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dengan adanya aturan tersebut, nasabah individu bank asing mendapatkan jaminan keamanan serta memudahkan OJK mengaudit data nasabah yang bersangkutan jika ada kebutuhan mendesak. Aturan tersebut terbit sebagai aturan teknis dari Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Dalam aturan OJK tersebut akan diatur data mana yang wajib masuk kategori onshore dan mana yang offshore. Jika data masuk kategori onshore, misalnya data nasabah individu bank asing, harus masuk ke data center di Indonesia. Akan tetapi jika nasabahnya bersifat global, yang cabangnya ada di mana-mana, data perusahaan itu bisa disimpan di data center luar negeri. Selain itu data-data manajemen risiko yang menyangkut nasabah global juga bisa ditempatkan di luar negeri. Dari kajian awal, negara Tiongkok dan Myanmar menjadi acuan negara yang menerapkan kebijakan onshore data center. (Sumber: Indonesia Finance Today, 21 April 2015, 1-9) NPL BPR Kuartal I/2015 Memburuk OJK mewaspadai tren kenaikan rasio kredit bermasalah pada BPR pada kuartal I/2015. Kenaikan NPL pada industri BPR terjadi dalam tiga bulan awal tahun ini. Posisi NPL pada BPR pada Februari 2015 tercatat 5,3%, namun pada Maret 2015 meningkat menjadi 5,8%. Rasio kredit bermasalah meningkat lantaran kondisi perekonomian di Indonesia hingga saat ini belum stabil. Hal ini dipicu adanya kenaikan harga komoditas sejumlah barang yang berimbas pada kelesuan bisnis serta daya beli yang rendah. Faktor lain, yakni masalah politik di dalam negeri yang belakangan membuat pebisnis khawatir untuk berekspansi. Namun, tingginya NPL di BPR dinilai hanya merupakan gejala temporer. Dengan berbagai upaya perbaikan kinerja BPR, NPL bisa diturunkan dan idealnya berada di level 5%, sesuai batas toleransi dari regulator. (Sumber: Bisnis Indonesia, 21 April 2015, 22)

3 Implementasi BRC Jilid II : Kredit Produktif Dikaji Ulang Besaran porsi kredit produktif kelompok BPD yang diatur dalam BPD Regional Champion (BRC) Jilid I yang diharapkan dapat diluncurkan dalam waktu dekat. Dalam program BRC Jilid I yang dicanangkan mulai 21 Desember 2010 itu, BPD ditargetkan bisa menyalurkan kredit produktif minimal 40% dari total kredit yang disalurkan, sedangkan 60% sisanya berupa kredit konsumtif. Ketua Asbanda menyatakan bahwa porsi kredit akan dikaji kembali dengan tujuan supaya BPD tidak terlalu mengejar kredit produktif, sedangkan kompetensi bank untuk menyalurkan kredit produktif belum cukup baik. Sehingga kredit bermasalahnya menjadi tinggi kalau tidak diimbangi dengan kompetensi yang memadai. (Sumber: Bisnis Indonesia, 21 April 2015, 23) Rabu, 22 April 2015 Ketentuan LTV Akan Dilonggarkan OJK berencana melonggarkan ketentuan loan to value (LTV) pada kredit pemilikan rumah (KPR) untuk menggairahkan permintaan kredit di segmen konsumen. Pelonggaran ini juga akan diterapkan pada kredit kendaraan bermotor (KKB). Pelonggaran ini akan membuat uang muka untuk KPR dan KKB diturunkan dari ketentuan yang berlaku saat ini sebesar 20% - 30%. Data statistik perbankan menunjukkan, pertumbuhan KPR dan KPA pada 2011 mencapai 23,4%. Pertumbuhan ini naik menjadi 31,7% pada Namun, sejak pemberlakuan LTV, pertumbuhan kredit mulai melambat, tercermin dari pertumbuhan tahunan sepanjang 2013 dan 2014 yang masing-masing mencapai 26,6% dan 12,5%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 April 2015, 24)

4 Dana Mengendap di Uang Elektronik: BI Pastikan Jadi Hak Pemegang Kartu BI memastikan dana mengendap yang terdapat dalam produk uang elektronik hanya boleh digunakan oleh pemegang kartu, meski OJK mengklaim dana tersebut bisa digunakan dalam bentuk kredit. Adapun, aturan ini juga tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan Atas PBI Nomor 11/12/PBI/2009 terkait Uang Elektronik. Beleid tersebut menyebutkan nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan. Sementara itu, pemegang merupakan pihak yang menggunakan uang elektronik tersebut. Di sisi lain, OJK menyatakan bahwa dana dari e-money tersebut bisa digunakan bank untuk apa saja, termasuk memberikan kredit. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 April 2015, 24) LPS Rate Tetap 7,75% LPS memutuskan untuk menetapkan tingkat suku bunga penjaminan untuk periode April hingga Mei 2015 tetap di 7,75% untuk bunga simpanan rupiah. Penetapan besaran tingkat bunga penjaminan mempertimbangkan kondisi suku bunga penjaminan mempertimbangkan kondisi suku bunga simpanan perbankan yang masih cukup tinggi serta kondisi likuiditas yang diperkirakan masih belum melonggar hingga beberapa bulan ke depan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 April 2015, 24) DPK Valas Mulai Menumpuk Aktivitas pengelolaan mata uang valas industri perbankan saat ini lebih aktif dalam produk himpunan dana dibandingkan dengan fungsi intermediasi. BI menghimbau kepada bank-bank yang memiliki kelebihan likuiditas valas, untuk bisa disimpan di BI untuk menjembatanai supply dan demand. Sejak nilai tukar rupiah dilepas oleh pemerintah maka asumsi nilai tukar cukup sulit ditetapkan. Untuk meningkatkan aktivitas transaksi derivatif, maka BI juga memperbanyak instrumen pendalaman pasar uang. Semakin bnayak instrumen pasar uang di Indonesia, maka akan permintaan dolar di transaksi spot akan berkurang dan hal tersebut akan mengurangi tekanan pada nilai tukar rupiah. Untuk mengurangi fluktuasi nilai tukar, maka setiap transaksi di Indonesia harus menggunakan nilai rupiah. Selain itu, perlu dipertegas kebijakan devisa hasil ekspor, melakukan intervensi

5 valas secara terukur. Dari sisi permintaan, korporasi swasta hingga BUMN harus melakukan hedging. Alternatif lain yang bisa ditempuh adalah menggalakkan local currency settlement untuk kegiatan ekspor dan impor, serta melakukan kerja sama dengan negara-negara yang cukup tinggi transaksi ekspor impor. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 April 2015, 23) Kamis, 23 April 2015 Iuran OJK Lebih Baik Ditiadakan Polemik soal pungutan di industri keuangan kembali menyeruak setelah BI menilai iuran OJK yang dibebankan kepada kalangan industri finansial lebih baik ditiadakan. Hal ini karena selain membebani industri keuangan terutama perbankan, OJK sebagai lembaga pengawas dituntut untuk independen. Komisi XI DPR menjelaskan industri perbankan saat ini dibebani oleh tiga lembaga otoritas, yakni BI, OJK dan LPS. Kepada bank sentral, bank-bank diwajibkan menyimpan dananya di BI dalam bentuk GWM primer sebesar 8% dari total DPK dan GWM primer sebesar 4% dari surat-surat berharga yang dikeluarkan perbankan dengan bunga 2,5%. Adapun LPS, membebani bank dengan premi penjaminan sebesar 0,02% per tahun dari total simpanan yang dijamin dan bank-bank masih ditambah dengan iuran OJK sebesar 0,045% dari aset yang dimiliki bank. Pandangan untuk menghapus iuran OJK tersebut merupakan pandangan baik. Namun, untuk menghapus ketentuan tersebut harus melalui revisi undang-undang. Hal ini disebabkan pungutan tersebut diatur dalam PP Nomor 11/2014. Terlebih, OJK ke depannya diarahkan untuk lepas dari APBN. Saat ini, dana untuk program OJK senialai Rp 1,8 triliun berasal dari APBN dan sekitar Rp 1,8 triliun berasal dari iuran perbankan. Sementara itu, kalangan bankir menolak rencana OJK untuk bebas dari APBN pada Karena rencana ini dinilai memberatkan perbankan. Apalagi pungutannya sekitar 0,03% dan akan menjadi 0,045% dari aset. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada perolehan laba perbankan akibat beban dana yang ditanggung terlalu banyak. (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 April 2015, 3)

6 Rasio NPF Enam Bank di Atas 5% OJK mencatat sebanyak enam bank umum syariah (BUS) mencatat tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) gross di atas 5% pada Februari Padahal, di Desember 2014, jumlah BUS yang mencatat NPF di atas 5% hanya tiga bank. Per Februari 2015, rasio NPF gross 5,1% atau naik 157 basis poin secara tahunan. Kenaikan NPF dipicu oleh perlambatan pertumbuhan pembiayaan. Sektor riil yang melambat membuat pertumbuhan pembiayaan terkena imbas. Hingga Februari 2015, pembiayaan perbankan syariah tumbuh 8,67% menjadi Rp 197,543 triliun. Pertumbuhan sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sepanjang 2014 yang mencapai 8,25%. Perbankan syariah harus punya rencana kerja untuk menekan tingkat NPL dan mencegah pemburukan lebih dalam. Karena jika merujuk pada data statistik, pemburukan kualitas pembiayaan di bank syariah berpotensi terus berlanjut. (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 April 2015, 24) Merger Bank Syariah BUMN Berpotensi Molor Merger bank syariah berpotensi molor dari target yang direncanakan jika menggunakan skema penggabungan bertahap yang menitikberatkan pada terjaminnya kualitas bank hasil merger nanti. Sebab, aksi mega merger bank syariah pelat merah tersebut ditargetkan rampung tahun ini, sedangkan sinergi dilakukan bertahap butuh waktu berkisar tiga-empat tahun. Jika penggabungan dilakukan dalam kondisi bank yang belum optimal, berpotensi besar akan mengeluarkan biaya lebih tinggi. Apalagi, jika opsi merger terealisasi, bank syariah tersebut bakal memiliki karyawan atau setara dengan jumlah pekerja di bank dengan aset terbesar ke-5 di Indonesia. (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 April 2015, 24) OJK Kian Ramah Investor OJK memberikan insentif kepada investor yang berencana mengakuisisi bank, dengan mengizinkan pembelian saham bank domestik lebih dari satu bank. Di sisi lain, OJK kini tengah memperjuangkan insentif pajak untuk investor-investor yang berencana mengakuisisi bankbank di Indonesia. Jika merger dilakukan, maka pajak yang dikenakan juga harus digabungkan, atau ke depannya, tidak akan sesuai dengan harga pasar. Selain itu, OJK juga membuka pintu bagi investor yang bersedia membeli bank kurang sehat atau divestasi sesuai dengan ketentuan regulasi. Namun, setelah pembelian tersebut, investor asing harus melakukan penyehatan dan tidak boleh menjual kembali sesuai dengan waktu yang ditetapkan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 April 2015, 23)

7 Ekspansi Bergeser ke Luar Jawa OJK menyatakan dalam 5 10 tahun ke depan ekspansi perbankan akan mulai bergeser ke luar Jawa berkat layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif atau laku pandai. Selama ini industri jasa keuangan lebih terkonsentrasi di Jawa. Sementara itu, akses masyarakat terhadap jasa keuangan di wilayah lain seperti kawasan Indonesia Timur masih terbatas. Berdasarkan data statistik perbankan OJK, distribusi penyaluran kredit perbankan masih timpang antara Jawa dengan luar Jawa. Bahkan, sebanyak Rp 1.795,315 triliun atau 48,97% total kredit perbankan disalurkan di Provinsi DKI Jakarta. Adapun, lima provinsi lain di Jawa mencatat porsi penyaluran kredit sebesar 26%. Sementara itu, penyaluarn kredit di Sulawesi, Papua, dan Maluku hanya Rp 179,037 triliun atau 4,88% dari total kredit. Adapun porsi kredit di Sumatera, Kalimantan, dan Bali-Nusa tenggara masing-masing mencapai 11,97%, 4,11%, dan 2,67%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 April 2015, 23) Margin Bunga Kian Menipis Margin bunga bersih industri perbankan umum Indonesia terus menipis hingga mencapai 4,06% pada Februari Pada 2012, margin bunga bersih masih 5,49%. Industri perbankan menghadapi tantangan karena penurunan bunga deposito lebih kecil dibandingkan penurunan suku bunga kredit. Pada 2013, margin bunga bersih (NIM) masih 4,89% lalu menjadi 4,23% akhir tahun Statistik Perbankan Indonesia per Februari 2015 menunjukkan total pendapatan bunga bersih industri perbankan umum sebesar Rp 262 triliun. Adapun rata-rata total aset produktif sebesar Rp triliun. Potensi penurunan NIM masih bisa terjadi, terutama jika penurunan suku bunga deposito tak sebesar penurunan suku bunga kredit. Pada 2014, kenaikan suku bunga kredit lebih rendah dibandingkan kenaikan suku bunga deposito. Perbankan menghadapi persoalan likuiditas dengan rasio pinjaman terhadap simpanan mencapai 92,19% pada Juli Akibatnya, bank harus menaikkan suku bunga deposito untuk menarik dana nasabah. Upaya mempertahankan rasio likuiditas yang lebih sehat dengan meningkatkan simpanan nasabah itu berdampak pada turunnya NIM industri perbankan. Menjelang akhir tahun lalu, OJK sudah membuat kebijakan dengan membatasi bunga deposito. Bunga deposito bank BUKU IV dibatasi 200 basis poin dari suku bunga acuan BI dan untuk BUKU III dibatasi 225 basis poin dari BI Rate. (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 April 2015, 20)

8 OJK Kaji Penurunan Uang Muka KPR Bank Konvensional OJK dan BI mengkaji penurunan ketentuan LTV untuk kredit perumahan rakyat (KPR) bagi bank konvensional dalam waktu dekat. Menurut pejabat OJK, penurunan ini diputuskan agar masyarakat lebih mudah mendapatkan fasilitas KPR. Penurunan uang muka dinilai perlu karena pertumbuhan indsutri perbankan, khusunya sektor kredit properti semakin melambat. Perlambatan KPR ini sangat dirasakan oleh perbankan syariah. Penurunan uang muka tidak akan diterapkan untuk rumah kedua dan ketiga karena hal itu sudah tidak menjadi suatu kebutuhan. Penurunan uang muka hanya akan diberlakukan untuk rumah pertama. Pascaaturan LTV yang diterbitkan pada 2012 dan 2013, kredit properti melambat. Jika ada kenaikan, hal itu terjadi karena ada kredit lanjutan dari tahun sebelumnya. Sepanjang tahun lalu, kredit pemilikan rumah (KPR) hanya tumbuh 12,51% sedangkan kredit pemilikan apartemen (KPA) tumbuh 9,63%. (Sumber: Indonesia Fianance Today, 23 April 2015, 1-9) Hedging Syariah Bisa Dilakukan Tanpa OJK OJK mengungkapkan pasca diterbitkan fatwa hedging untuk industri keuangan syariah, para pelaku dapat langsung menyerahkan izin produk tanpa harus menunggu POJK terbit. Hal ini disebabkan sebelum fatwa hedging terbit, sudah ada Peraturan bank Indonesia (PBI) sehingga pelaku industri dapat segera menerbitkan izin produk. Beberapa PBI yang sudah ada sebelumnya yakni PBI Nomor 16/16/PBI/2014 tanggal 17 September 2014 tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak asing, dan akan mulai berlaku pada 10 November PBI Nomor 16/18/PBI/2014 tanggal 17 Sepetember 2014 tentang Perubahan atas PBI Nomor 15/8/PBI/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai kepada Bank (berlaku 10 November 2014) dan PBI Nomor 16/19/PBI/2014 tanggal 17 Se[etember 2014 tentang Penyempurnaan atas PBI Nomor 15/17/PBI/2013 tentang Transaksi swap Lindung Nilai Kepada BI (sudah berlaku mulai 17 September 2014). (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 April 2015, 23)

9 Jumat, 24 April 2015 Perlambatan Ekonomi : Potensi tambahan Likuiditas hanya Rp 485 Triliun Indikator lain yang menunjukkan likuiditas adalah berkurangnya nilai simpanan perbankan di BI baik pada instrumen Fasbi maupun SBI sebesar Rp 50 triliun per 24 April Menurut salah satu ekonom, perlambatan ekonomi berdampak terhadap kondisi likuiditas perbankan, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,2% pada 2015, potensi peningkatan likuiditas perbankan turun Rp 115,97 triliun dari Rp 600,95 triliun menjadi Rp 485 triliun. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,7% tetapi sejumlah indikator ekonomi pada kuartal I menunjukkan perlambatan. Penurunan terjadi karena penurunan daya beli masyarakat dan investasi. Indikasinya terlihat pada penurunan penjualan semen, kendaraan bermotor, pertumbuhan kredit, dan penurunan impor barang konsumsi. Investasi swasta yang ditunjukkan oleh kredit investasi dan impor barang modal juga menurun. Pertumbuhan kredit investasi turun di bawah 15% pada kuartal I 2015 dibandingkan pada kuartal I 2014 sebesar 34%. (Sumber: Indonesia Finance Today, 28 April 2015, 10) ***

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) Belum Ada Ruang Penurunan Bank Indonesia menyatakan suku bunga acuan yang kini berada pada level 4,25% sudah mengalami cukup penurunan, sehingga

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Desember 2016 Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2016. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.003,3

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Senin, 23 Maret 2015 ASEAN Finalisasi Kerangka Kerja Sama Perbankan Bank Negara Malaysia (BNM) mengumumkan bahwa para anggota ASEAN telah menuntaskan ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega No.152, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5712).

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Agustus 2015 Likuiditas perekonomian terakselerasi didukung pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Posisi uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) FINTECH DAN INOVASI DIGITAL Hadapi Fintech, Bank Kedepankan Inovasi Digital Di tengah pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) dianggap

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

% yoy. Jan*

% yoy. Jan* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa uari Pertumbuhan Uang Beredar (M2) uari meningkat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.174,2 T, atau tumbuh 14,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NOMOR 20/4/PBI/2018 TANGGAL 3 APRIL 2018 TENTANG RASIO INTERMEDIASI MAKROPRUDENSIAL DAN PENYANGGA LIKUIDITAS MAKROPRUDENSIAL BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL, BANK UMUM

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini

BAB I PENDAHULUAN. dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis properti di Indonesia semakin pesat seiring dengan kemajuan perekonomian Indonesia, bisa dilihat dari banyaknya pembangunan perumahan, apartemen,

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L No.87, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6047) PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/7/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia telah memberikan peranan penting yang sangat berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015) Senin, 13 April 2015 Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015) Bank Cenderung Tempatkan Dana di Instrumen Jangka Pendek Perbankan masih menempatkan kelebihan likuditasnya pada instrumen jangka pendek.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

abungan, baik dalam rupiah giro valuta

abungan, baik dalam rupiah giro valuta Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa tember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) tumbuh 12,7 pada tember. Pertumbuhan M2 tersebut melambat dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Senin, 02 Maret 2015 Protokol Krisis Harus Segera Diperbaiki Ketua Umum Perbanas mengungkapkan kinerja industri perbankan sepanjang lima tahun terakhir sudah

Lebih terperinci

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan ober Uang Beredar dalam arti luas (M2) yang terdiri dari uang kartal dan dana masyarakat di perbankan, pada

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Lebih terperinci

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 7 /PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/1/PBI/2005 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa uari Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada uari tumbuh 7,7% (yoy). Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Senin, 06 April 2015 Hedging Syariah mampu Dorong Eksposur Dolar AS di Bank Syariah Fatwa dan peraturan ini bisa diterapkan oleh unit usaha syariah (UUS)

Lebih terperinci

Perkembangan Uang Beredar (M2)

Perkembangan Uang Beredar (M2) Perkembangan Uang Beredar (M2) wa ember Uang Beredar (M2) pada ember tumbuh 12,7, stabil dibanding pertumbuhan ember (12,7%;yoy). M1 tumbuh 5,4 melambat dibanding ember (8,6%;yoy), namun Uang Kuasi tumbuh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Transaksi. Lindung Nilai. Bank Umum. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5451) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian suatu negara didukung oleh adanya suntikan dana dari pihak pemerintah baik melalui Lembaga Keuangan Bank (selanjutnya disingkat menjadi LKB) ataupun Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga yang berfungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana kepada masyarakat. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyaluran kredit dilakukan sebagai salah satu akibat dari besarnya kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi produktivitas suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap perekonomian di seluruh negara, termasuk di Indonesia. Tidak sedikit roda-roda perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya pada suatu investasi apabila dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi dapat diartikan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Senin, 9 Februari 2015 Bank RI Dapat Lampu Hijau Pertemuan Presiden RI, Joko Widodo, dengan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, membuahkan

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana dan atau kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana dan atau kedua-duanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur perbankan suatu negara dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor ekonomi dan faktor hukum dan peraturan yang berlaku dalam negara yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peran perbankan dalam menggerakkan perekonomian suatu negara yang berdampak pada peningkatan pendapatan nasional adalah cermin efektifitas perbankan dalam menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan ritel ataupun dari kalangan besar. Kebanyakan investor ritel menempatkan dana investasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN. Indonesia, sebagai negara dengan bank sebagai basis financial intermediary,

BAB I PENDAHUUAN. Indonesia, sebagai negara dengan bank sebagai basis financial intermediary, BAB I PENDAHUUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia, sebagai negara dengan bank sebagai basis financial intermediary, memiliki peran yang sangat penting dan sentral bagi perekonomian Indonesia. Sesuai

Lebih terperinci

Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing

Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing Perbedaan pasar uang dan pasar modal yaitu: 1. Instrumen yang diperjualbelikan pasar modal yang diperjualbelikan adalah adalah surat-surat berharga jangka panjang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas sistem keuangan memegang peran penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Senin, 16 Februari 2015 Suku Bunga Simpanan: Ruang Penurunan Masih Terkendala LPS menuturkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi parameter penurunan

Lebih terperinci

Laporan Manajemen. Ikhtisar Utama. Aktiva Kredit Bermasalah

Laporan Manajemen. Ikhtisar Utama. Aktiva Kredit Bermasalah Ikhtisar Utama Profil Perusahaan Analisa & Pembahasan Ikhtisar Keuangan (Dalam miliar Rupiah kecuali data saham) 2015 2014 2013 2012 2011 NERACA KONSOLIDASIAN Aktiva 188.057 195.821 184.338 155.791 142.292

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV SURVEI PERBANKAN Triwulan IV-2006 Target pemberian kredit baru pada triwulan I-2007 dan tahun 2007 diperkirakan meningkat Hanya sekitar 37,5% responden yang realisasi kredit barunya di bawah target yang

Lebih terperinci

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta 1 TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN 2007 1 Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta Kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena

Lebih terperinci

Mempertahankan Soliditas

Mempertahankan Soliditas Hasil Kinerja Semester I 2017 Mempertahankan Soliditas Public Expose 2017 PT Bank Central Asia Tbk Jakarta, 9 Agustus 2017 Daftar Isi Tinjauan Makro Ekonomi halaman Kondisi makro ekonomi 4 Ikhtisar kinerja

Lebih terperinci