BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN"

Transkripsi

1 BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN 5.1. Fenomena Konversi Lahan di Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan pertanian cukup luas di Kota Bogor. Letak kelurahan ini berada di kawasan kaki Gunung Salak dan dilewati oleh sungai. Sebagian besar lahan di daerah ini merupakan lahan pertanian produktif dengan komoditas utama padi dan palawija. Mata pencaharian sebagai petani merupakan salah satu jenis strategi nafkah yang banyak digeluti oleh masyarakat Mulyaharja. Kelurahan Mulyaharja sering memperoleh penghargaan dari Dinas Pertanian setempat di bidang pertanian. Banyak pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh Dinas Pertanian untuk petani di Mulyaharja. Sehingga diharapkan pertanian di kelurahan ini bisa terus berkembang. Namun, seiring bertambahnya jumlah penduduk baik karena faktor kelahiran maupun migrasi penduduk yang masuk, membuat kebutuhan akan lahan terus meningkat. Lahan yang tadinya diperuntukan bagi kegiatan pertanian, kini banyak berubah menjadi pemukiman. Perkembangan perekonomian membuat para pengusaha tergiur untuk menginvestasikan modalnya dengan memanfaatkan lahan untuk kegiatan di luar sektor pertanian. Kebijakan pemerintah mengenai Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang mendukung konversi lahan, menjadi penyebab terjadinya konversi lahan di Mulyaharja. Kasus konversi lahan mulai marak terjadi di Kelurahan Mulyaharja sekitar tahun 2000-an. Banyak warga (masyarakat asli dan pendatang) yang membangun kegiatan perekonomian seperti warung, toko, dan pabrik sepatu. Kegiatan perekonomian terpusat disepanjang jalan utama di Kelurahan Mulyaharja. Namun, sekitar tahun 2001 Perusahaan Pembeli Tanah Rakyat atau PTR (bukan nama sebenarnya) mulai masuk ke Kecamatan Bogor Selatan. Pihak PTR bisa masuk dan beroperasi di Kelurahan Mulyaharja karena mendapatkan izin dari pemerintah Kota Bogor. PTR bermaksud membangun bisnis properti berupa pembangunan kawasan perumahan real estate dan kawasan wisata di Kelurahan Mulyaharja dan sekitarnya. Awalnya, hanya lahan kosong dan kurang termanfaatkan yang menjadi 28

2 incaran pihak PTR. Namun dalam pelaksanaannya sedikit demi sedikit mulai meluas pada lahan pertanian yang produktif. Proses jual beli lahan dilakukan oleh pihak PTR dengan warga yang mempunyai lahan melalui perantara atau mediator. Perantara atau mediator tersebut dikenal dengan sebutan biong. Sebelum menentukan lahan mana yang akan dibeli, pihak PTR telah membuat peta sendiri mengenai pengembangan kawasannya. Lahan yang masuk kawasan pengembangan akan segera dibeli oleh PTR. Pihak PTR mengutus para biong untuk mendatangi rumah warga pemilik lahan yang masuk ke dalam zona pengembangan proyek perusahaan. Berbagai strategi dan taktik dilakukan oleh para biong untuk bisa mendapatkan lahan milik warga. Para biong diberikan insentif berupa komisi yang besar jika bisa membeli lahan warga yang masuk kawasan pengembangan PTR. Proses jual beli dilakukan antara petani pemilik lahan dengan pihak perusahaan yang diwakili oleh biong atau calo. Dalam proses transaksi tidak ada paksaan dari pihak manapun, termasuk dari pihak Kelurahan Mulyaharja sendiri. Pihak kelurahan memberikan kebebasan kepada warganya untuk memutuskan menjual atau tidak lahan yang dimiliknya. Berikut adalah kutipan wawancara dengan ibu HDR (65 tahun): kapungkur mah, Kelurahan Mulyaharja teh lahan pertanian anu produktif, pas PTR sumping, mulai meseran lahan kosong jeung anu kirang dimanfaatkeun, pihak PTR teu maksakeun ka warga rek ngajual apa heunteu, etamah ulah biong weh, trus pihak kelurahan oge teu maksakeun ka warga, soalna eta teh hak warga. Pihak kelurahan cuma ngabantu tina hal administrasi. Tapi kadang-kadang lamun ibu keur pertemuan jeung warga, ibu teh sok nasehatan ka warga, lamun bisa mah eta lahan anu digaduh ulah dijual. dahulu, Kelurahan Mulyaharja merupakan lahan pertanian yang produktif, ketika PTR masuk, mereka mulai membeli lahan kosong dan kurang termanfaatkan, pihak PTR tidak memaksakan kepada warga mau menjual lahannya atau tidak, karena itu adalah hak warga sendiri. Pihak kelurahan hanya sebatas membantu dalam hal administrasi saja. Tetapi, saya sering memberitahu warga agar lahannya lebih baik tidak dijual. 29

3 Pada awalnya, Pihak PTR hanya membeli lahan warga yang kosong dan kurang termanfaatkan. Namun, seiring dengan berkembangnya proyek perluasan lahan, sedikit demi sedikit lahan pertanian produktif mulai diincarnya. Sebagian besar lahan di Kelurahan Mulyaharja dimiliki oleh masyarakat luar seperti dari Kota Batu, Empang, Rangga Mekar, Pamoyangan bahkan Jakarta. Masyarakat luar memiliki lahan di Mulyaharja lebih dari 1 hektar. Sedangkan, penduduk asli hanya memiliki kurang dari 1 hektar, bahkan ditemukan petani yang tidak mempunyai lahan sama sekali. Saat itu, harga tanah ditawar oleh PTR sebesar Rp Rp per meter. Namun, saat ini penawaran harga tertinggi mencapai Rp per meter. Sebagian besar lahan pertanian di Mulyaharja dikuasai oleh PTR, walaupun masih terdapat beberapa warga yang tetap mempertahankan keberadaan lahannya. Kelurahan Mulyaharja terdiri dari 12 Rukun Warga (RW), dan setiap RW mempunyai nama-nama kampung tersendiri. Berikut adalah data mengenai jumlah RW di Kelurahan Mulyaharja dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nama-Nama RW di Kelurahan Mulyaharja Beserta Penjelasannya Tahun 2010 Nama RW Nama Kampung Nama Pejabat I Ciharashas Bpk. Anang II Lembur Sawah Bpk. Wawan III Cibeureum Bpk. Ujang IV Cibeureum Gg. Jempol & Gg. Dukuh Bpk. Ugan V Cibeureum Gg. Jambu Bpk. H. Mulyadi VI Pabuaran Bpk. Abdul Majid VII Cibeureum Sunting Bpk. Andi VIII Cibeureum Hilir Bpk. Ujang Ilyas IX Limus Bpk. Amir X Pabuaran Pasir Bpk. Oman XI Cibeureum Batas Bpk. Eman XII PTR Bpk. Abdullah Sumber: Hasil Wawancara dengan Bapak. MDY Kampung Pabuaran, Kampung Limus dan Cibeureum Sunting adalah lokasi yang benar-benar dekat dengan PTR. Di lokasi tersebut, PTR membangun kawasan wisata. Lahan kosong dan lahan pertanian yang dimiliki warga sudah tidak ada lagi. Semua lahan di daerah itu adalah milik PTR. Sedangkan, untuk 30

4 lahan-lahan di kampung lainnya, belum sepenuhnya dikuasai oleh PTR. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya konversi lahan di Mulyaharja. Berbagai faktor yang menyebabkan konversi lahan dapat dianalisis berdasarkan tipologi konversi lahan yang dikemukakan oleh Sihaloho (2004) yang terbagi menjadi tujuh, yaitu: 1. Konversi gradual-sporadik, pola konversi yang melibatkan dua faktor penggerak utama yaitu lahan yang tidak/kurang produktif/bermanfaat secara ekonomi dan keterdesakan pelaku konversi. Dalam kasus di Kelurahan Mulyaharja, pihak PTR mengincar lahan-lahan yang kosong atau kurang produktif di Kelurahan Mulyaharja. Banyak warga pemilik lahan kosong atau kurang termanfaatkan untuk menjual lahannya kepada PTR; 2. Konversi sistematik berpola enclave, pola konversi yang mencangkup wilayah dalam bentuk sehamparan tanah secara serentak dalam waktu yang relatif sama. Konversi lahan yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja, terjadi mulai tahun 2001, dimana pihak PTR melakukan pembebasan dengan cara membeli secara serempak lahan milik petani di Kelurahan Mulyaharja yang masuk ke dalam kawasan pengembangan proyek; 3. Konversi adaptif demografi, pola konversi yang terjadi karena kebutuhan tempat tinggal/pemukiman akibat adanya pertumbuhan pendudukan. Dalam contoh kasus, pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di Kelurahan Mulyaharja yang diakibatkan faktor kelahiran dan migrasi masuk yang tinggi membuat kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Oleh karena itu, banyak lahan kosong dan lahan yang diperuntukan untuk kegiatan pertanian di konversi menjadi pemukiman penduduk baik oleh masyarakat maupun pihak pengembang (PTR); 4. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial, pola konversi yang terjadi karena motivasi untuk berubah dari kondisi lama dan keluar dari sektor pertanian utama. Di Kelurahan Mulyaharja banyak ditemukan petani yang telah menjual lahannya, tidak lagi berprofesi sebagai petani; 5. Konversi tanpa beban, pola konversi yang dilakukan oleh pelaku untuk melakukan aktivitas menjual tanah kepada pihak pemanfaat yang selanjutnya dimanfaatkan untuk peruntukkan lain. Kasus di Kelurahan Mulyaharja, warga 31

5 luar yang memiliki lahan di atas 1 hektar mau menjual lahannya kepada PTR. Selain itu, tidak sedikit warga dari Kelurahan Mulyaharja yang menjual lahan karena tergiur dengan tawaran harga tinggi walaupun luas tanahnya tidak seberapa. Pihak desa memberi kebebasan bagi warga yang mau menjual lahannya tanpa paksaan apapun; 6. Konversi adaptasi agraris, pola konversi yang terjadi karena keinginan untuk meningkatkan hasil pertanian dan membeli tanah baru di tempat tertentu. Contoh kasus, ada saja warga asli Kelurahan Mulyaharja yang menjual lahannya di Mulyaharja kemudian membeli lagi lahan di tempat lain. Biasanya warga yang melakukan strategi ini tergolong pandai spekulasi modal dan berbisnis. Rata-rata mereka mempunyai pemikiran yang jauh ke depan. Bahkan, mereka dapat membeli lahan lebih banyak di daerah lain dari yang dijual di Kelurahan Mulyaharja. Namun, warga yang mempunyai pemikiran seperti ini sangat jarang sekali; dan 7. Konversi multi bentuk atau tanpa pola, konversi yang diakibatkan berbagai faktor peruntukan seperti pembangunan perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan, dan sebagainya. Dalam contoh kasus di Kelurahan Mulyaharja letak lahan yang strategis dan berada dekat jalan utama di konversi menjadi tempat pemukiman sekaligus tempat usaha. Sebagian besar warga gunakan untuk membuka usaha di luar sektor pertanian seperti warung maupun kegiatan ekonomi lainnya yang bergerak di bidang penjualan barang dan jasa Faktor-Faktor Penyebab Konversi Lahan Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan. Tingkat pendidikan mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dalam menghadapi suatu permasalahan yang ada. Berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, sebagian besar penduduk di Kelurahan Mulyaharja hanya mengenyam pendidikan tidak lebih dari sekolah dasar. Pada Tabel 8 diketahui mengenai tingkatan pendidikan dari petani di Kelurahan Mulyaharja. 32

6 Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2010 Jenjang pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tidak Tamat SD 24 88,9 Tamat SD 1 3,7 Tidak Tamat SMP 1 3,7 Tamat SLTA 1 3,7 Total Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa petani yang mengkonversi lahan sebagian besar adalah berpendidikan rendah. Petani di Kelurahan Mulyaharja yang tidak tamat SD paling banyak yaitu 24 orang (88,9 %). Petani yang lulus SD hanya satu orang (3,7 %), yang tidak tamat SMP sebanyak satu orang (3,7 %) dan tamat SLTA sebanyak satu orang (3,7 %). Jumlah penduduk yang berpendidikan rendah dapat dikaitkan dengan keputusan menjual lahan di Kelurahan Mulyaharja. Sebagian besar masyarakat disana hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SD bahkan tidak tamat. Hal itu dikarenakan jauhnya akses pendidikan dari Kelurahan Mulyaharja. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Bapak MUL (50 tahun): baheula mah arek sakola oge hese, sakalina aya tempatna oge jauh, lamun zaman ayeunamah geus ngeunah, sakola seueur jeung dareukeut, tapi bapak mah bingung, budak ayeunamah kadang-kadang hese dititah sakola. dahulu jika ingin sekolah susah, sekali pun ada tempatnya sangat jauh, tetapi sekarang sudah enak, banyak sekolah dan letaknya dekat, tapi saya mah bingung sama anak zaman sekarang, disuruh sekolah juga susah. Warga Mulyaharja yang berpendidikan rendah identik dengan pola pikir yang sempit. Mereka tidak memikirkan dampak akibat keputusan menjual lahan yang mereka lakukan. Banyak dari warga yang menjual lahan, uang hasil penjualan mereka gunakan untuk memperbaiki rumah, membeli motor, dan membeli alat-alat elektronik. Mereka tergiur dengan tawaran harga tinggi dari perusahaan yang ditawarkan oleh para biong. Sedangkan, warga yang tidak tamat 33

7 SMP hanya satu orang (3,7 %) dan tamat SLTA sebanyak satu orang (3,7 %). Kedua orang tersebut melakukan konversi lahan karena terdesak kebutuhan hidup. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa semakin rendah pendidikan seseorang maka semakin besar peluang orang tersebut untuk menjual lahan yang dimiliknya Tingkat Pendapatan Sebelum terjadi konversi lahan, sebagian besar masyarakat Mulyaharja bekerja sebagai petani atau buruh tani. Hal itu karena lahan di Kelurahan Mulyaharja merupakan lahan pertanian yang subur. Sebagian besar adalah lahan pertanian yang sangat produktif. Namun, sebagian besar luas kepemilikan lahan justru dimiliki oleh orang di luar Kelurahan Mulyaharja. Warga asli Mulyaharja hanya menguasai lahan tidak lebih dari satu hektar. Hasil panen yang dihasilkan dari kegiatan pertanian tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, mereka mengandalkan pendapatan dari usaha sampingan. Sebagian besar masyarakat tidak menjual hasil panen dari pertanian, tetapi untuk dikonsumsi sendiri. Banyak petani yang mempunyai pemilikiran bahwa percuma saja menjual hasil panen karena hasilnya tidak seberapa. Berikut adalah hasil wawancara dengan Bapak JJA (55 tahun): seueurna mah warga Mulyaharja, hasil panenna tara dijual. Tapi diemam nyalira. Percuma di ical oge, soalna heunteu sabaraha. Sasusah-susahna oge, abdi mah bisa manggih keneh beas keur emam kebanyakan warga Mulyaharja, hasil panennya tidak untuk dijual. Tetapi untuk dimakan sendiri. Percuma dijual juga, karena hasilnya tidak seberapa. Semiskin-miskinnya, kami masih bisa makan nasi Kepemilikan luas lahan yang kecil tentu tidak menghasilkan hasil yang besar. Rata-rata penghasilan petani di Mulyaharja tergolong kecil. Sebagian besar dari mereka berpenghasilan kurang dari Rp , walaupun ada petani yang penghasilannya lebih dari Rp setiap bulannya. Berikut ini adalah data mengenai tingkat pendapatan petani Mulyaharja yang memutuskan untuk menjual lahannya. 34

8 Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2010 Tingkat Pendapatan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Rendah < Rp ,96 Sedang Rp Rp ,04 Total Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa petani Mulyaharja yang pendapatannya masuk ke dalam kategori pendapatan rendah sebanyak 17 orang (62,96 %). Sedangkan petani yang masuk ke dalam kategori pendapatan sedang sebanyak 10 orang (37,04 %). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin kecil tingkat pendapatan, maka semakin besar peluang orang tersebut untuk menjual lahannya Kepemilikan Luas Lahan Kelurahan Mulyaharja memiliki lahan pertanian yang sangat subur. Daerah ini terletak di kaki Gunung Salak dan dilewati oleh sungai yang mata airnya langsung dari gunung. Sistem irigasi atau pengairan di Kelurahan Mulyaharja sangat bagus. Lahan-lahan pertanian menjadi subur dan cocok ditanami padi. Kelurahan Mulyaharja selain terdapat lahan khusus pertanian, ada pula sawah tadah hujan. Sawah tadah hujan biasanya dapat ditanami padi hanya pada musim hujan saja, sedangkan pada musim kemarau ditanami palawija. Petani yang mengolah lahan sawah, ada yang milik pribadi maupun buruh tani. Berikut adalah hasil wawancara dengan Bapak MUL (50 tahun): kapungkur mah, anu gaduh lahan seueurna mah orang luar, aya anu di Empang, Kota Batu, bahkan ti Jakarta. orang asli Mulyaharja mah gaduh lahanna saeutik, heunteu nyampe 1 hektar dahulu, yang punya lahan banyaknya dari luar, ada yang dari Empang, Kota Batu, bahkan dari Jakarta. Masyarakat asli Mulyaharja yang mempunyai lahan hanya sedikit, luasnya tidak sampai satu hektar 35

9 Mayoritas warga Mulyaharja memiliki lahan tidak lebih dari satu hektar. Sebagian besar warga yang memiliki lahan di atas satu hektar yaitu warga dari luar Kelurahan Mulyaharja. Berikut ini adalah data responden mengenai luas lahan yang dimiliki. Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2010 Luas Lahan (Hektar) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Kecil (kurang dari 0,5) 18 66,7 Sedang (antara 0,5 0,9) 9 33,3 Total Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar warga di Kelurahan Mulyaharja yang memiliki lahan kecil sebanyak 18 orang (66,7 %). Sedangkan warga yang memiliki lahan sedang sebanyak sembilan orang (33,3 %). Petani yang cenderung menjual lahannya sebagian besar adalah petani yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar. Lahan di Kelurahan Mulyaharja telah dirubah menjadi kawasan perumahan real estate dan tempat wisata. Namun, lahan yang telah dijual oleh petani kepada pihak perusahaan ternyata belum sepenuhnya dikonversi. Kasus di Kelurahan Mulyaharja masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan oleh perusahaan. Banyak warga yang memanfaatkan lahan yang belum dikonversi tersebut untuk digarap. Akan tetapi, jika suatu saat perusahaan membutuhkan lahan tersebut, maka petani penggarap tersebut harus menyerahkannya walaupun lahan tersebut sedang diusahakan Kebutuhan Hidup Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat menjual lahannya yaitu karena kebutuhan hidup yang mendesak. Pekerjaan sebagai petani ternyata tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup rumahtangga. Apalagi, meningkatnya harga kebutuhan pokok membuat para petani semakin kesulitan. Banyak petani yang mengaku menjual lahan mereka karena terdesak uang untuk biaya pendidikan, anggota keluarga yang sakit, kebutuhan hidup sehari-hari bahkan untuk 36

10 membiayai anaknya menikah. Berikut adalah hasil wawancara dengan salah satu petani yaitu Bapak ADN (40 tahun): sebelum datang PTR di Kelurahan Mulyaharja, saya mempunyai lahan kurang dari satu hektar, namun saat itu para biong mendatangi rumah saya menawarkan harga yang tinggi jika saya mau menjual lahan milik saya. Karena desakan biong dan sekaligus saya sedang butuh uang saat itu, maka saya menjual sebagian besar lahan milik saya kepada PTR. Petani di Kelurahan Mulyaharja memiliki luas lahan kurang dari satu hektar bahkan ada juga petani yang sama sekali tidak mempunyai lahan. Hasil pertanian yang didapat bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, banyak dari petani yang memelihara ternak maupun ikan. Namun, penghasilan tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja. Karena kebutuhan hidup yang sangat mendesak, mereka pun terpaksa menjual aset yang dimiliki yaitu lahan pertanian Gaya Hidup Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang menyebabkan warga pemilik lahan menjual lahannya kepada PTR. Banyak warga yang terpengaruh oleh tetangganya yang bisa membeli kendaraan bermotor, merenovasi rumah, bahkan naik haji dengan menjual lahan yang dimilikinya. Berikut adalah hasil wawancara dengan salah seorang tokoh masyarakat bernama Bapak MHI (72 tahun): kebanyakan warga yang menjual lahan, uang hasil penjualan mereka gunakan untuk membeli motor, mobil bahkan naik haji. Rata-rata mereka terpengaruh oleh gaya hidup tetangganya, dimana yang tadinya tidak berniat menjual lahan, menjadi ikut-ikutan menjual lahannya. Sebagian besar masyarakat yang menjual lahan ternyata tidak membawa kepada kehidupan yang lebih baik. Tak sedikit dari warga kehilangan mata pencaharian mereka sebagai petani pemilik bahkan tempat tinggal mereka. 37

11 Berikut adalah hasil dengan wawancara dengan Bapak MUL (50 tahun). Berikut kutipan hasil wawancara dengan beliau: aya oge warga Kelurahan Mulyaharja anu ngajual lahanna dipake jeung hura-hura. Akhirna eta duit teh beak teu puguh. Tapi aya oge warga anu pinter, manehna ngajual lahan di Mulyaharja, terus meuli lahan deui di luar Kelurahan Mulyaharja. ada juga warga Kelurahan Mulyaharja yang menjual lahannya dipakai buat senang-senang. Akhirnya uang hasil penjualan lahan habis tidak jelas. Tetapi, ada juga warga yang pintar, dia menjual lahan di Mulyaharja, selanjutnya membeli lahan di luar Kelurahan Mulyaharja. Petani yang memiliki pengetahuan luas dan berjiwa bisnis yang lahannya dibeli dengan harga tinggi oleh PTR, maka ia akan membeli lahan yang harganya lebih murah di daerah lain. Misalnya, di Kelurahan Mulyaharja ia menjual lahan seluas 2000 meter, maka ia bisa membeli lahan lebih banyak dari yang ia punyai di luar Kelurahan Mulyaharja. Lahan hasil pembelian tersebut digunakan untuk digarap oleh petani lain yang berada di daerah itu. Namun, sangat jarang sekali petani yang mempunyai pemikiran seperti itu. Kebanyakan dari petani yang lahannya dibeli oleh PTR, uang hasil penjualannya mereka belikan sepeda motor, merenovasi rumah, naik haji bahkan hura-hura. Akibat gaya hidup yang konsumtif itulah banyak dari para petani justru nasibnya tidak seberuntung petani yang menginvestasikan untuk membeli lahan di tempat yang lain Strategi Mediator Perusahaan (Biong) Calo atau biong merupakan salah satu utusan kepercayaan dari perusahaan untuk melakukan transaksi jual beli dengan warga pemilik lahan yang berada dalam kawasan pengembangan proyek PTR. Sebagian besar para biong berasal dari luar Kelurahan Mulyaharja. Jarang sekali biong yang berasal dari masyarakat Mulyaharja. Para biong tergiur dengan komisi dan bonus tinggi jika mampu mempengaruhi para warga untuk menjual lahannya yang masuk ke dalam zona pengembangan proyek PTR. Sehingga, warga yang memiliki lahan tersebut mau 38

12 menjual kepada pihak PTR. Berbagai cara dilakukan oleh para biong untuk bisa mempengaruhi warga agar menjual lahannya kepada PTR. Beragam strategi mereka lakukan mulai dari menawarkan harga lahan yang tinggi, menebar ketakutan dengan mengancam warga jika tidak mau menjual lahannya, sampai dengan bermain hal-hal mistik dengan tujuan agar dipermudah untuk mempengaruhi warga. Biong mulai berkeliaran ketika PTR sedang melakukan pembebasan lahan di Kelurahan Mulyaharja. Mereka mendatangi rumah-rumah warga yang lahannya berada dalam kawasan zona pengembangan proyek PTR. Para biong mendatangi pemilik lahan baik warga asli Mulyaharja maupun warga di luar Mulyaharja. Berbagai strategi dilancarkan oleh para biong untuk bisa mempengaruhi para pemilik lahan agar segera menjual lahannya kepada PTR. Mereka mendatangi para pemilik lahan tidak sekali dua kali, bahkan sampai warga sudah merasa jenuh. Para biong tidak pantang menyerah dan tidak berhenti sebelum korbannya mau menjual lahan mereka kepada pihak PTR. Salah satu korban yang diancam sampai dengan hal-hal mistik adalah Bapak AMN. Ternyata, lahan beliau pun masuk ke dalam kawasan zona pengembangan proyek PTR. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan Bapak AMN (40 tahun): sudah seringkali para biong dari PTR mendatangi rumah saya, mereka menawarkan harga tinggi, menebar ketakutan dengan ancaman bahkan sampai main mistik dengan mendatangi dukun setempat untuk meluluhkan hati saya. Mereka berharap agar saya mau menjual tempat ini. Tapi, sampai kapan pun saya tidak akan pernah menjual lahan ini. Walaupun lahan-lahan disekitar saya sudah menjual lahannya kepada PTR. Bagaimanapun juga saya tidak takut dengan berbagai ancaman yang dilontarkan oleh para biong Merujuk pernyataan Tauchid (2009), soal agraria adalah soal hidup dan penghidupan manusia, karena lahan adalah asal dan sumber makanan bagi manusia. Perebutan lahan berarti perebutan makanan yang berarti pula perebutan tiang hidup manusia. Maka dari itu, orang rela menumpahkan darah bahkan 39

13 mengorbankan segala yang ada demi mempertahankan hidup selanjutnya. Untuk mempertahankan hidup, orang berjuang mendapatkan makanan demi mempertahankan kekalnya keturunan, dimana orang membela keluarga, anak istri dan bangsanya. Perjuangan berebut makanan dan membela keturunan adalah perjuangan hidup manusia di bumi ini. Masyarakat di Kelurahan Mulyaharja masih ada yang tetap mempertahankan keberadaan lahannya walaupun masuk ke dalam kawasan pengembangan proyek perusahaan. Mereka rela mempertahankan apa saja bahkan nyawa sekalipun untuk tidak menjual lahannya. Salah satu warga yang tetap antusias yaitu Bapak AMN. Walaupun beliau diancam dengan paksaan mistik yang taruhannya nyawa oleh para biong, tetapi beliau sama sekali tidak gentar. Bapak AMN merupakan salah satu korban dan masih banyak korban warga lainnya yang menjadi incaran para biong. Bahkan, tidak sedikit warga yang terpaksa menjual lahan mereka dan sangat sedikit sekali warga yang masih memiliki lahan yang letaknya berada dalam kawasan zona pengembangan proyek PTR. Rendahnya tingkat pendidikan para petani membuat para biong mampu mempengaruhi petani sehingga mau menjual lahannya kepada pihak PTR. Banyak masalah yang timbul akibat proses jual beli lahan antara warga dengan para biong. Tidak sedikit warga yang rugi akibat permainan biong yang licik. Berikut adalah hasil wawacara dengan salah seorang tokoh masyarakat bernama Bapak OCM. Beliau juga merupakan salah satu korban yang lahannya berada dalam kawasan zona pengembangan proyek PTR. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Bapak OCM (58 tahun): tidak sedikit warga yang tertipu akibat ulah biong, petani yang menjual lahannya kepada biong secara langsung dengan cara biong tersebut memberikan pembayaran uang muka. Dengan alasan sisa uangnya dibayar kemudian jika sudah dapat dari perusahaan. Padahal pihak perusahaan sudah memberikan uang cash kepada biong tersebut. Akhirnya uang sisa pembayaran lahan dibawa kabur oleh para biong. Warga yang tertipu pun tidak bisa berbuat apa-apa. 40

14 Petani yang merasa tertipu akibat ulah biong tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka mengadu kepada pihak PTR, akan tetapi pihak PTR tidak bertanggung jawab karena semua itu sudah diberikan sepenuhnya kepada biong. Pihak PTR langsung membayar sepenuhnya dengan uang tunai kepada biong jika mereka bisa mendapatkan lahan warga yang masuk ke dalam zona pengembangan proyek. Sedangkan, aparat kelurahan tidak tahu menahu permasalahan itu, karena tidak menyaksikan proses jual beli lahan yang dilakukan antara petani dengan biong. Fenomena tersebut tentu sangat merugikan pihak petani akibat permainan biong yang licik Investasi Perusahaan Pihak PTR mempunyai strategi tersendiri dalam mempengaruhi petani pemilik lahan yang lahannya masuk ke dalam kawasan pengembangan proyek. Pihak perusahaan berani membeli lahan petani dengan harga tinggi sampai beberapa kali lipat. Namun, tawaran harga yang tinggi tersebut ternyata tidak semuanya bisa mempengaruhi para petani. Melihat kondisi seperti itu, maka pihak PTR mempunyai strategi tersendiri. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan membeli lahan disekitar lahan petani yang tidak mau menjual lahannya. Usaha tersebut dilakukan agar memudahkan PTR dalam menginvestasikan modalnya dengan membeli lahan-lahan yang ada di Kelurahan Mulyaharja. Berikut adalah gambaran dari salah satu strategi PTR dalam mempengaruhi petani untuk menjual lahannya (Gambar 4). Gambar 4. Strategi PTR dalam Mengambil Alih Lahan Petani di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2010 Keterangan: A B D C E F A. Lahan Petani A B. Lahan Petani B C. Lahan Petani C D. Lahan Petani D E. Lahan Petani E F. Lahan Petani F 41

15 Gambar 4 di atas dapat diterangkan jika PTR ingin membeli lahan milik petani D, maka terlebih dahulu pihak PTR akan membeli lahan petani disekitarnya yang meliputi petani A, B, C, E, dan F. Jika petani D tetap tidak mau menjual lahannya. Maka, pihak PTR akan memagari lahan yang telah dibelinya sehingga petani D merasa kesulitan untuk mengakses lahannya. Dengan kondisi demikian akhirnya petani D perlahan-lahan terpaksa menjual lahannya. Strategi yang dilakukan pihak PTR tidak selamanya berjalan mulus. Masih ada warga yang memiliki lahan ditengah-tengah lahan PTR tetap tidak mau menjual lahannya, walaupun lahan disekitarnya sudah dipagari. Sampai saat ini pun masih terdapat petani yang tetap mempertahankan lahannya yang berada dalam kawasan zona pengembangan proyek PTR. Berikut adalah wawancara dengan salah seorang warga pemilik lahan yang lahannya di kelilingi oleh lahan PTR. Beliau adalah Bapak ADG (48 tahun): lahan-lahan di sekeliling adalah milik PTR, pihak PTR terus mempengaruhi saya dan ayah saya agar mau menjual lahannya. Mereka menawari saya dengan harga tinggi. Tapi sebisa mungkin saya tidak akan menjual lahan ini kepada PTR. Strategi tersebut terus dilakukan sehingga lambat laun lahan petani yang diincar oleh PTR akhirnya mau menjual lahannya. Namun, butuh waktu dan proses yang cukup lama untuk bisa mendapatkan lahan yang diincarnya. Strategi ini cukup efektif, banyak warga yang akhirnya menjual lahannya kepada PTR Ikhtisar Keputusan dalam menjual lahan yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi tingkat pendidikan yang rendah, tingkat pendapatan yang rendah, luas kepemilikan lahan yang kecil, kebutuhan hidup, gaya hidup, strategi mediator perusahaan, dan investasi perusahaan. Semua faktor ini turut memberikan kontribusi terhadap fenomena konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja. 42

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN 43 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN 5.1 Fenomena Konversi Lahan Kecamatan Bogor Selatan adalah wilayah yang lahannya tergolong subur. Salah satu bagian dari Kota Bogor

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENEITIAN

BAB III METODE PENEITIAN BAB III METODE PENEITIAN A. Metode Penelitian Pada sebuah penelitian terdapat sesuatu metode atau cara yang bersifat ilmiah yang di perlukan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Menurut Surakhmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu kekayaan agraria yang memiliki banyak manfaat bagi manusia. Sumberdaya lahan memang merupakan aset yang tidak ternilai harganya. Setiap

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan 4.1.1 Batas Wilayah Desa Mulyaharja terbentuk dari pemekaran Desa Sukaharja. Desa Sukaharja termasuk bagian dari Kecamatan

Lebih terperinci

KONVERSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT PEDESAAN (Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat)

KONVERSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT PEDESAAN (Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) KONVERSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT PEDESAAN (Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) BADAY MAULANA I34062817 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Hasil bumi yang berlimpah dan sumber daya lahan yang tersedia luas, merupakan modal mengembangkan dan

Lebih terperinci

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk. BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. Opini publik tentang PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terdiri dari opini publik tentang keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan Perkembangan luas lahan sawah dan produksi padi mengalami penurunan yang disebabkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis 27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sumberdaya Lahan Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tinggi : memiliki kartu ASKES, berobat di puskesmas atau mempuyai dokter pribadi. 2. Rendah : tidak memiliki ASKES, berobat di dukun. 14. Tingkat Kepemilikan aset adalah jumlah barang berharga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH A. Letak Geografis Desa Kecamatan 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading Desa Batur terletak di Kecamatan Gading,

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROFIL DESA MARGAHAYU SELATAN Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 39 BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 5.1 Penguasaan Lahan Pertanian Lahan pertanian memiliki manfaat yang cukup besar dilihat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi dan politik yang terjadi sejak akhir tahun 1997 telah menghancurkan struktur bangunan ekonomi dan pencapaian hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial selama

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN A. Profil Desa Tanggungharjo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Pola Konversi dan Pemanfaatan Lahan yang Dikonversi

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Pola Konversi dan Pemanfaatan Lahan yang Dikonversi 7 TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini akan menjelaskan mengenai acuan-acuan yang melandasi pemikiran terhadap permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari laporan hasil penelitian, baik cetak maupun

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT 50 BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT A. Dampak Bidang Sosial Adanya pabrik teh hitam Kaligua telah membawa dampak pada mata pencaharian masyarakat Pandansari dan sekitarnya, baik dampak langsung

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN 29 Bab perubahan struktur agraria ini berisi tentang penjelasan mengenai rezim pengelolaan TNGHS, sistem zonasi hutan konservasi TNGHS, serta kaitan antara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG Bab ini mendeskripsikan profil rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kemang yang di survei

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

BAB III MAJALENGKA. terdapat beberapa bukit, parit dan sungai. Desa Cieurih ini. berbatasan dengan desa-desa sebagai berikut:

BAB III MAJALENGKA. terdapat beberapa bukit, parit dan sungai. Desa Cieurih ini. berbatasan dengan desa-desa sebagai berikut: 45 BAB III PRAKTEK UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA A. GAMBARAN UMUM DESA CIEURIH 1. Keadaan Geografis 63 a. Letak Daerah Desa Cieurih terletak sekitar +15 km di sebelah Timur kota

Lebih terperinci

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk 1 B A B I PE N D A H U L U A N A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005,

Lebih terperinci

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA 63 BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA Fenomena mobilitas penduduk perempuan ke luar desa sebenarnya bukanlah merupakan suatu fenomena yang dianggap tabu oleh penduduk Desa

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA A. Demografi dan Monografi Desa Tamanrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Penulis akan menyampaikan gambaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang dialami oleh negara-negara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. astronomi ibukota Kecamatan Sewon terletak pada 7 O Bujur Timur dan. : Kecamatan Bantul dan Kecamatan Jetis

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. astronomi ibukota Kecamatan Sewon terletak pada 7 O Bujur Timur dan. : Kecamatan Bantul dan Kecamatan Jetis IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kecamatan Sewon merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten bantul. Letak di bagian timur laut dari wilayah Kecamatan Sewon sangat dekat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perubahan Pola Interaksi Masyarakat Dengan Hutan 5.1.1 Karakteristik Responden Rumah tangga petani mempunyai heterogenitas dalam status sosial ekonomi mereka, terlebih

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu wilayah sangat berpengaruh

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

MUKHA<BARAH DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

MUKHA<BARAH DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN 50 BAB III PRAKTEK ZAKAT HASIL PERTANIAN DENGAN AKAD MUKHA

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP HUBUNGAN AKTOR

BAB VI DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP HUBUNGAN AKTOR 49 BAB VI DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP HUBUNGAN AKTOR 6.1 Perubahan Orientasi Nilai Terhadap Lahan Orientasi nilai terhadap lahan yang dimaksud dikategorikan menjadi tiga, yaitu nilai keuntungan, nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Gambaran Kelurahan Cikaret Kelurahan Cikaret merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci