BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN"

Transkripsi

1 43 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN 5.1 Fenomena Konversi Lahan Kecamatan Bogor Selatan adalah wilayah yang lahannya tergolong subur. Salah satu bagian dari Kota Bogor ini banyak menyumbangkan hasil pertaniannya yang terkenal berkualitas baik dalam kecukupan pangan warga Kota Bogor. Kelurahan Mulyaharja adalah salah satu daerah di Kecamatan Bogor Selatan yang mempunyai lahan pertanian yang cukup luas. Hasil pertanian yang baik ditunjang dengan adanya tiga sungai yang mengaliri sawah-sawah di Kelurahan Mulyaharja. Pada awalnya mata pencaharian yang banyak digeluti oleh masyarakat Kelurahan Mulyaharja adalah petani. Namun saat ini lebih banyak yang beralih menjadi wirausaha maupun menjadi pegawai swasta. Hal ini disebabkan hilangnya lahan pertanian akibat konversi lahan pertanian ke non-pertanian yang berpengaruh sangat besar terhadap perubahan mata pencaharian masyarakat Kelurahan Mulyaharja. Kasus konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja terjadi sejak tahun 2000-an yaitu semenjak masuknya pengembang (swasta) ke daerah ini. PT. A adalah pengembang (swasta) yang masuk ke Kelurahan Mulyaharja untuk mengembangkan bisnis di bidang perumahan elite atau real estate. Menurut Bapak CND (45 tahun) selaku pegawai Kecamatan Bogor Selatan, pihak swasta sangat tertarik untuk mengembangkan usahanya di bidang perumahan di Kecamatan Bogor Selatan karena wilayah ini letaknya sangat strategis karena dekat dengan pusat kota. Selain itu pemandangannya menarik, udaranya masih segar, dan terdapat jalan alternatif ke luar kota. Pihak swasta yang memiliki kepentingan ekonomi tidak mempertimbangkan bahwa wilayah Kecamatan Bogor Selatan, khususnya Kelurahan Mulyaharja adalah daerah subur yang semestinya berfungsi sebagai penunjang kebutuhan pangan warga Kota Bogor. Pembebasan tanah untuk kepentingan swasta dilakukan atas dasar kesepakatan yang dilakukan langsung antara kedua belah pihak. Kesepakatan itu sebelumnya diproses izin lokasi dan izin pembebasan tanah oleh Gubernur Kepala

2 44 Daerah. Izin bagi perusahaan pembagunan real estate antara lain diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1987, tentang Penyediaan dan Pemberian Hak Atas Tanah untuk Keperluan Perusahaan Pembangunan Perumahan, suatu produk koordinasi Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (Ruchiyat, 1999). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1987 mengadakan pembatasan-pembatasan, antara lain kewajiban untuk menghindari penggunaan tanah pertanian yang subur dan apabila tidak dicapai kata sepakat mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi ditempuh melalui penyediaan tempat penampungan, konsolidasi tanah, atau mengikutsertakan para pemilik tanah dalam perusahaan. PT. A sudah memetakan kawasan mana saja di Kelurahan Mulyaharja yang masuk ke dalam zona pengembangan perumahan tersebut. Awalnya PT. A hanya mengincar lahan kosong atau lahan yang sudah tidak produktif. Namun seiring berkembangnya usaha mereka, tempat-tempat strategis yang sebenarnya masih termasuk lahan produktif dan masih digarap warga terkena zona pengembangan PT. A (Lampiran 4). Proses jual beli yang dilakukan PT. A dengan masyarakat Kelurahan Mulyaharja menggunakan jasa perantara atau dikenal dengan sebutan biong. Biong inilah yang mendatangi masyarakat agar mau menjual lahannya kepada PT. A. Kebanyakan dari biong ini berasal dari luar Kelurahan Mulyaharja. Masyarakat banyak yang mengeluhkan adanya biong sebagai perantara jual beli tanah mereka dengan PT. A karena strategi yang dimainkan para biong tersebut terkadang sangat memaksa. Banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan biong. Contohnya ketika masyarakat sudah memutuskan untuk menjual lahannya, biong akan memberikan uang hasil jual tanah tersebut secara mencicil. Namun setelah beberapa lama biong tersebut tidak datang lagi untuk memberikan sisa hasil penjualan tanah sampai waktu yang mereka tentukan sebelumnya. Hal ini diungkapkan Bapak OCM (58 tahun).

3 45...tidak sedikit warga yang tertipu akibat ulah biong, petani menjual lahannya kepada biong secara langsung karena biong tersebut memberikan pembayaran uang muka. Dengan alasan sisa uangnya dibayar kemudian jika sudah dapat dari PT.A. Padahal pihak PT. A sudah memberikan uang tunai kepada biong tersebut. Akhirnya uang sisa pembayaran lahan dibawa kabur oleh para biong. Warga yang tertipu pun tidak bisa berbuat apa-apa. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak AMD (65 tahun) sebagai petani yang menggarap lahan milik PT. A....memang ari PT teu maksa dengan priorina, tapi pelaksanaan dikepung ku biong pan kumaha....memang kalau PT tidak memaksa dengan kepentingannya, namun jika pelaksanaannya dihadang biong bagaimana. Tidak hanya masyarakat yang mengeluhkan adanya biong ini, tapi juga PT. A mengungkapkan hal yang sama. Menurut Bapak FJL (30 tahun) sebagai perwakilan PT. A mengungkapkan:...kami juga sebenarnya mengeluhkan adanya calo atau biong. Harga tanah pada dasarnya tergantung kesepakatan antara penjual dan pembeli. Oleh karena itu strategi pengembangan lahan dimanapun juga harus dirahasiakan, karna jika keluar informasinya, harga tanah akan jadi tinggi. Pada awalnya PT. A hanya menawarkan harga Rp Rp per meter. Namun saat ini harga tanah mencapai Rp per meter. Fakta tersebut menunjukkan bahwa biong memang hanya mengambil keuntungan dari jual beli lahan antara masyarakat dan pihak PT. A. Biong hanya tergiur oleh komisi atau bonus yang tinggi jika dapat mempengaruhi masyarakat untuk menjual lahannya. Oleh karena itu, biong menggunakan segala cara agar masyarakat mau menjual lahannya, baik dengan rayuan, paksaan, dan ancaman. Salah satu petani yang pernah mendapatkan ancaman dari pihak biong yaitu Bapak AMN (40 tahun). Berikut adalah kutipan wawancara dengan Bapak AMN (40 tahun).

4 46...sudah sering biong PT. A mendatangi rumah saya. Mereka menawarkan harga yang tinggi. Menebar ketakutan dengan ancaman bahkan sampai main mistik untuk meluluhkan hati saya. Sebuah strategi yang digunakan PT. A melalui biong agar masyarakat mau menjual lahan tanpa terkesan memaksa adalah strategi pemagaran. Jika ada petani yang tidak mau menjual lahan, maka PT. A akan membeli lahan yang berada di pinggirnya. Hal ini akan menghalangi jalan masuk petani ke lahannya sendiri. Akhirnya mau tidak mau petani tersebut akan menjual lahannya karena tidak bisa akses terhadap lahannya sendiri. Gambar 3. Strategi PT. A Untuk Mendapatkan Lahan B C G F D E Keterangan: B: petani B C: petani C D: petani D E: petani E F: petani F G: petani G Sumber: Hasil Penelitian di Kelurahan Mulyaharja (2010) Gambar 3 di atas menerangkan strategi PT. A dalam memperoleh lahan masyarakat di Kelurahan Mulyaharja. Strategi ini cukup sukses dalam hal memperoleh lahan tetapi dampaknya sangat buruk terhadap masyarakat. Gambar tersebut menunjukkan PT. A ingin memperoleh lahan petani G tetapi sangat sulit, strateginya adalah PT. A membeli lahan di pinggirnya yaitu lahan milik petani B, C, D, E, dan F. Strategi ini memaksa petani G mau tidak mau menjual lahannya karena tidak bisa mengakses lahannya sendiri yang berada di tengah karena lahan di pinggirnya sudah dipagari oleh PT. A. Hal ini menyebabkan petani G terpaksa harus menjual lahan dengan harga yang sangat rendah. Saat ini di RW 5, 6, 7, dan 8 yang wilayahnya paling dekat dengan RW 12 (perumahan) hampir tidak terdapat lagi petani yang memiliki lahan. Rata-rata petani di wilayah ini hanya menjadi penggarap. Mereka menggarap lahan PT. A yang belum dibangun dengan cara menyewa dan hasilnya bisa mereka nikmati

5 47 sendiri tanpa pembagian hasil dengan pihak PT. A. Namun, jika sewaktu-waktu lahan tersebut akan digunakan oleh PT. A untuk pembangunan perumahan, petani tidak memiliki hak untuk protes. Hampir semua petani menjual lahannya, tetapi ada beberapa petani yang tidak mau menjual lahannya walaupun PT. A menawarkan harga tinggi. Contohnya adalah Bapak ADG (48 tahun)....lahan yang saya garap sekarang ini adalah milik keluarga saya. Sedangkan lahan di sekeliling saya ini sudah menjadi lahan PT. A. Saya tidak akan menjual lahan ini walaupun PT. A menawarkan harga tinggi. Jangan sampai lahan yang berada di pinggir seperti punya saya ini terjual. Itu akan merugikan petani yang berada di tengah karena akan terpaksa menjualnya walaupun pada awalnya tidak mau. Strategi pemagaran seperti yang telah diungkapkan di atas tidak dapat diterapkan kepada lahan Bapak ADG (48 tahun) karena lahannya berada di pinggir. PT. A belum memberikan tindakan apapun terhadap petani yang tidak mau menjual lahannya seperti Bapak ADG (48 tahun) ini. Sampai saat ini PT. A hanya mengutus biong untuk terus-menerus mendatangi Bapak ADG (48 tahun). Fenomena konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut perlu diselesaikan terlebih dahulu jika ingin diterapkan suatu kebijakan untuk mengurangi laju konversi lahan dengan efektif. 5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Konversi Lahan di Kelurahan Mulyaharja Faktor Ekonomi Kelurahan Mulyaharja berada cukup dekat dengan pusat kota. Jarak Kelurahan Mulyaharja dari Kantor Kecamatan Bogor Selatan adalah ±5 kilometer. Jarak yang dekat menyebabkan pembangunan di pusat kota berpengaruh terhadap pembangunan Kelurahan Mulyaharja. Selain itu kedekatan lokasi ini menyebabkan tekanan kota yang mempengaruhi masyarakat Kelurahan Mulyaharja. Tekanan kota yakni pembangunan yang mendorong konversi lahan dan pola konsumsi penduduk kota yang tinggi. Himpitan ekonomi yang dialami petani dapat mempengaruhi petani dalam keputusan untuk menjual lahan kepada PT. A. Naiknya harga kebutuhan pokok dengan hasil pertanian yang tidak

6 48 menentu tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini menyebabkan petani memandang perlu untuk melakukan perubahan. Hal ini diperparah dengan hasil yang didapat dari sektor pertanian tidak menentu. Panen akan menghasilkan dengan baik ketika cuaca sedang mendukung. Tetapi ketika cuaca tidak mendukung serta terkendala faktor ketersediaan bibit dan pupuk, maka hasil panen kurang baik. Hal tersebut menyebabkan pendapatan yang dihasilkan dari sektor pertanian tidak bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah tangga petani. Fakta inilah yang mendorong petani untuk memutuskan menjual lahannya kepada PT. A melalui biong. Bentuk perubahan tersebut dengan menjual lahan untuk mendapatkan modal usaha. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya taraf pendidikan dan kesehatan karena sulitnya akses bagi masayarakat menengah ke bawah terhadap kedua hal tersebut. Penjualan lahan juga biasanya dilatarbelakangi oleh motivasi untuk mencukupi kebutuhan pendidikan dan kesehatan keluarganya. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi konversi lahan adalah faktor pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan dan hal yang sama terjadi di Kelurahan Mulyaharja, baik diakibatkan oleh kelahiran maupun migrasi. Peningkatan jumlah penduduk mendorong pemenuhan ketersediaan pemukiman. Namun solusi yang ditawarkan bagi ketersediaan pemukiman adalah konversi lahan. Peningkatan jumlah penduduk seharusnya tidak menjadi masalah jika pemerintah mempunyai kebijakan zonasi yang jelas dan disertai peningkatan fasilitas umum. Penduduk yang bertambah tidak akan ragu ketika ditempatkan ke suatu daerah yang memang cocok untuk pemukiman, yaitu lahan yang tidak terlalu subur. Jadi, konversi lahan yang subur seharusnya tidak terjadi walaupun terjadi pertambahan penduduk Faktor Sosial Menurut data monografi Kelurahan Mulyaharja tahun 2009, pendidikan masyarakat setempat tergolong pendidikan rendah, yaitu hanya sampai SD/sederajat. Oleh karena itu, program pengembangan pendidikan di Kelurahan Mulyaharja memang termasuk prioritas pemerintah. Hal itu pula yang menyebabkan petani mengambil keputusan untuk menjual lahannya. Pendidikan

7 49 yang rendah memang tidak terlepas dari kemampuan dalam menganalisa kerugian-kerugian yang ditimbulkan jika lahan mereka dijual. Seperti yang diungkapkan Bapak CND (45 tahun) selaku pegawai Kecamatan Bogor Selatan....kebanyakan masyarakat desa menjual lahan karena pendidikan yang kurang. Tidak mengerti bahwa lahan mempunyai nilai jual yang tinggi dan lebih dapat mencukupi kebutuhan mereka daripada jika menjual lahannya. Kedekatan dengan pusat kota tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tetapi juga sosial. Mobilisasi penduduk ke luar desa dengan intensitas yang cukup sering menimbulkan banyak pengaruh dari luar desa yang dibawa ke dalam. Pengaruh dari luar desa yang paling terlihat yaitu perubahan pola pikir masyarakat yang meliputi perubahan perilaku dan gaya hidup. Perubahan perilaku ditunjukkan dengan cara pandang masyarakat terhadap pekerjaan di sektor pertanian. Saat ini pekerjaan formal terlihat lebih menjanjikan hasil yang lebih baik daripada bertani. Pekerjaan di bidang pertanian dapat dikatakan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup di jaman sekarang. Masyarakat Kelurahan Mulyaharja melihat pekerjaan di kota lebih baik sedangkan bertani dipandang sebagai pekerjaan kasar dan sulit dengan hasil yang diperoleh tidak seberapa. Oleh karena itu, banyak petani yang lebih memilih pekerjaan non-pertanian dan kemudian menjual lahan sawahnya kepada PT. A. Perubahan gaya hidup juga terlihat dialami oleh masyarakat Kelurahan Mulyaharja. Banyak warga yang menjual lahannya untuk dibelikan motor, merenovasi rumah, dan naik haji. Tanah di pedesaan memiliki fungsi sosial, dimana penduduk desa biasanya berkumpul dan bersosialisasi. Hubungan sosial yang sangat dekat antar penduduk di desa menyebabkan faktor tetangga dapat mempengaruhi konversi lahan. Jika jumlah petani yang mengkonversi lahannya semakin banyak, tidak menutup kemungkinan, petani-petani lain ikut mengkonversi juga. Hal ini didukung dengan fakta mereka yang telah mengkonversi lahan tadi dianggap telah berhasil. Selain perubahan pola pikir masyarakat Kelurahan Mulyaharja dan pengaruh tetangga, faktor sosial yang mempengaruhi keputusan petani dalam menjual lahannya adalah hubungan kepemilikan lahan. Jika dilihat dari luasan lahan pertanian di Kelurahan Mulyaharja, masyarakat setempat hanya memiliki

8 50 lahan kurang dari 1 hektar. Padahal lahan pertanian yang luas justru dimiliki oleh penduduk luar Kelurahan Mulyaharja. Petani setempat hanya menjadi petani penggarap atau buruh tani. Berikut adalah hasil wawancara dengan Bapak MUL (50 tahun)....kapungkur mah, anu gaduh lahan seueur na mah orang luar, aya anu di Empang, Kota Batu, bahkan ti Jakarta. Urang asli Mulyaharja ngan gaduh lahanna saeutik, heunteu nyampe 1 hektar bahkan seueur oge anu teu gaduh ngan jadi kuli tani....dahulu, yang punya lahan banyaknya dari luar, ada yang dari Empang, Kota Batu, bahkan dari Jakarta. Masyarakat asli Mulyaharja hanya mempunyai lahan hanya sedikit, tidak sampai satu hektar. Bahkan, kebanyakan adalah petani penggarap. Petani yang menggarap lahan penduduk luar desa ini mendapatkan hasil pertaniannya dengan sistem bagi hasil. PT. A tidak mengalami kesulitan dalam proses jual beli lahan yang dimiliki penduduk luar desa. Hal ini tentu sangat merugikan petani di Kelurahan Mulyaharja, karena yang terjual kepada PT. A adalah lahan-lahan yang luas. Akibatnya petani penggarap tidak lagi memiliki pekerjaa kecuali PT. A menyewakan lahannya Faktor Kebijakan Kebijakan pemerintah dalam memberikan iklim yang kondusif bagi pertanian mempengaruhi laju konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian. Pada saat kepemimpinan Orde Baru cukup banyak bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah kepada petani Mulyaharja. Namun, ketika berganti kepemimpinan di pemerintahan, bantuan-bantuan itu tidak dirasakan lagi oleh masyarakat. Pernyataan ini umum ada di kalangan petani Kelurahan Mulyaharja, seperti yang diungkapkan oleh Bapak AND (40 tahun)....dulu waktu jaman Soeharto memang banyak bantuan buat pertanian kita. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Sekarang pupuk mahal, bibit mahal, kayanya pemerintah juga gak berpihak sama petani. Padahal siapa lagi yang bisa mensejahterakan petani kalau bukan pemerintah.

9 51 Ketika petani gagal panen atau hasil panen kurang memuaskan, tidak ada bantuan dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Petani yang menggantungkan hidupnya hanya dari sektor pertanian merasa kesulitan jika hal ini terjadi. Adanya dalih kerawanan pangan, pemerintah justru menerapkan kebijakan impor beras dalam sepuluh tahun terakhir ini. Kebijakan ini sangat merugikan petani. Menurut Agus (2004), rendahnya efisiensi produksi pertanian dan rendahnya harga jual beras adalah penyebab petani berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Kondisi ini diperburuk oleh adanya impor beras dengan harga yang lebih murah. Akibatnya daya saing beras dalam negeri semakin terancam dan selanjutnya menyebabkan semakin sulitnya posisi petani di Indonesia. Usaha yang dilakukan petani untuk mengurangi resiko tersebut adalah dengan menjual lahannya kepada PT. A. Selain kebijakan pemerintah pusat mengenai bantuan terhadap sektor pertanian, faktor kebijakan yang mempengaruhi petani menjual lahan yaitu kebijakan pemerintah daerah terkait Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Bogor Selatan Tahun Berdasarkan RDTRK Bogor Selatan tersebut, terdapat alokasi peruntukkan pemukiman hingga mencapai 2.309,67 hektar atau 74,96 persen (Data Dinas Penataan Ruang Kota Bogor). Seiring dengan masuknya Kota Bogor dalam babak otonomi daerah, maka terjadi pelimpahan kewenangan kepada daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah daerah membuat arahan perencanaan terhadap tata ruang kota yang tercermin dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan RDTR Kota Bogor. Pada prosesnya, ternyata kebijakan penataan ruang memperlihatkan aspek-aspek yang memberika peluang terjadinya konversi lahan, yakni di tingkat pelaksana kebijakan dan di tingkat petani (Filosofianti, 2010). Selain itu, keterlibatan biong dalam proses pembebasan lahan ini secara langsung dapat mempengaruhi petani dalam menjual lahan. Petani yang pada awalnya tidak ingin menjual lahannya, lama-kelamaan termakan oleh bujukan biong. Terdapat pula petani yang sebenarnya tidak ingin menjual lahan tetapi terpaksa karena ancaman atau strategi pemagaran yang dilakukan oleh biong.

10 Ikhtisar Masuknya pengembang (swasta) ke Kelurahan Mulyaharja mempunyai maksud untuk mengembangkan bisnisnya di bidang perumahan. Lahan yang awalnya adalah lahan pertanian saat ini dibeli oleh PT. A dan dijadikan perumahan real estate walaupun belum semuanya. Namun, proses jual beli tetap terjadi. Proses jual beli lahan antara masyarakat dan PT. A adalah melalui biong atau calo. Biong inilah yang mendatangi petani dengan bermacam-macam cara agar masyarakat mau untuk menjual lahannya. Biong mempunyai berbagai strategi, mulai dari rayuan, paksaan, dan ancaman. Banyak juga biong yang melakukan kecurangan-kecurangan dalam proses jual beli sehingga mengakibatkan petani merugi. Fenomena konversi lahan tidak terlepas dari faktor-faktor yang menyebabkannya. Hasil penelitian yang dilakukan, faktor-faktor tersebut antara lain faktor ekonomi, sosial, dan kebijakan. Faktor ekonomi meliputi kedekatan dengan pusat kota, kebutuhan hidup yang meningkat, pendapatan dari hasil pertanian yang tidak menentu, biaya pendidikan dan kesehatan yang mahal, dan pertumbuhan penduduk. Kedekatan lokasi dengan pusat kota menyebabkan respon pasar atas hasil pertanian maupun hasil sumber agraria lain yang ada di Kelurahan Mulyaharja menjadi cepat sehingga petani akan merasa daya saing dalam sektor pertanian menjadi nyata sedangkan hasil yang didapat dari sektor pertanian tidak menentu. Kemudian harga kebutuhan pokok semakin hari semakin meningkat, sedangkan hasil pertanian tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga dipandang perlu untuk melakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan petani adalah menjual lahannya sebagai modal untuk membuka usaha lainnya. Peningkatan jumlah penduduk juga mendorong pemenuhan ketersediaan pemukiman yang menyebabkan konversi lahan. Faktor kedua adalah faktor sosial, yaitu tingkat pendidikan masyarakat setempat yang rendah, adanya perubahan pola pikir yang menyebabkan perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta hubungan sosial yang sangat dekat antar penduduk di desa menyebabkan faktor tetangga dapat mempengaruhi konversi lahan. Selain itu, kepemilikan lahan juga berpengaruh terhadap konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja. Masyarakat setempat hanya memiliki lahan

11 53 kurang dari 1 hektar dari luas lahan pertanian di Kelurahan Mulyaharja. Lahan pertanian yang luas justru dimiliki oleh penduduk luar Kelurahan Mulyaharja sehingga PT. A tidak mengalami kesulitan dalam proses jual beli lahan. Faktor ketiga yaitu kebijakan. Pada masa Orde Baru cukup banyak bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah kepada petani Mulyaharja, baik bantuan berupa pelatihan, bibit, pupuk, dan sebagainya. Namun, saat ini bantuanbantuan itu tidak mereka rasakan lagi. Kondisi yang tidak kondusif ini semakin menguatkan petani untuk memutuskan menjual lahannya. Selain itu, pemerintah daerah yang diberikan kewenangan otonomi, mempunyai kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Dibuatlah RTRW dan RDTR Kota Bogor yang pada prosesnya memberikan peluang terjadinya konversi lahan. Keterlibatan biong dalam proses pembebasan lahan ini secara langsung dapat mempengaruhi petani dalam menjual lahan. Petani termakan oleh bujukan biong dan terpaksa karena ancaman atau strategi pemagaran yang dilakukan oleh biong.

BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN

BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN 5.1. Fenomena Konversi Lahan di Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pertanian memegang peranan untuk menyediakan bahan baku pangan maupun non pangan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk kemakmuran rakyat, memerlukan keseimbangan antar berbagai sektor. Sektor pertanian yang selama ini merupakan aset penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beras sebagai salah satu bahan pangan pokok memiliki nilai strategis dan mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi, lingkungan dan sosial politik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting di dalam pembangunan nasional karena sektor ini memanfaatkan sumber daya alam dan manusia yang sangat besar (Soekartawi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan ruang darat yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memanfaatkan lahan dalam wujud penggunaan lahan. Penggunaan lahan adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang pemetaan perubahan penggunaan lahan meningkat sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data penginderaan jauh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan Perkembangan luas lahan sawah dan produksi padi mengalami penurunan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Hasil bumi yang berlimpah dan sumber daya lahan yang tersedia luas, merupakan modal mengembangkan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran 151 Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran V.1 Analisis V.1.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Dalam analisis alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan dibatasi pada tanaman pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan 4.1.1 Batas Wilayah Desa Mulyaharja terbentuk dari pemekaran Desa Sukaharja. Desa Sukaharja termasuk bagian dari Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah salah satu wujud dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya pembangunan nasional adalah pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset sosial, ekonomi, dan fisik. Kota berpotensi memberikan kondisi kehidupan yang sehat dan aman, gaya hidup

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I

BAB I PENDAHULUAN I.I BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Ketersediaan produksi pangan dunia pada saat sekarang sedang menurun. Hal ini erat kaitannya dengan adanya beberapa faktor, antara lain : konversi komoditas pangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sebelum masuknya program BIMAS di desa, masyarakat desa. masih mampu bertahan dengan mata pencaharian sebagai petani.

BAB V KESIMPULAN. Sebelum masuknya program BIMAS di desa, masyarakat desa. masih mampu bertahan dengan mata pencaharian sebagai petani. BAB V KESIMPULAN Sebelum masuknya program BIMAS di desa, masyarakat desa masih mampu bertahan dengan mata pencaharian sebagai petani. Pertanian sebagai tumpuan hidup di desa, masih menyediakan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dihadapi pada saat ini. Masalah pertama yaitu kemampuan lahan pertanian kita

Lebih terperinci

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim Dapatkah manusia bertahan hidup tanpa pangan? Rasanya mustahil. Pangan selalu menjadi kebutuhan hidup dasar yang harus dipenuhi oleh setiap orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi manusia, bisa digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi manusia, bisa digunakan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi setiap individu dalam masyarakat, karena mempunyai hubungan yang erat dengan keberadaan tiap manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 257 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Menindaklanjuti ketentuan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. yaitu konversi lahan sawah dan luas panen.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. yaitu konversi lahan sawah dan luas panen. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi Dalam penelitian ini ada tiga variabel untuk melihat dampak konversi lahan sawah yang mempengaruhi produksi padi di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan nasional, terlebih lagi negara berkembang seperti Indonesia yang berpenduduk besar. Perhatian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Pertanian merupakan pembangunan yang terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi yang ada di Indonesia, apalagi semenjak sektor pertanian menjadi penyelamat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan penduduk kota yang sangat pesat selama beberapa dekade terakhir, baik secara alamiah maupun akibat urbanisasi, telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dengan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan pertanian dapat memberikan banyak manfaat seperti dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat

Lebih terperinci

BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY

BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY 117 BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY Desa Cipeuteuy merupakan desa baru pengembangan dari Desa Kabandungan tahun 1985 yang pada awalnya adalah komunitas pendatang yang berasal dari beberapa daerah,

Lebih terperinci

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim global yang menuntut Indonesia harus mampu membangun sistem penyediaan pangannya secara mandiri. Sistem

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN 1.1.1 Pertumbuhan Sektor Perumahan Nasional Peta bisnis properti di Indonesia menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kapitalisasi pada tahun 2007,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus

Lebih terperinci

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Kata Pengantar Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas kehendaknya-lah penulisan makalah ini dalam tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi adalah penyangga ibukota Republik Indonesia, DKI Jakarta. Terletak di sebelah timur DKI Jakarta, dengan letak astronomis 106 55 bujur timur dan 6 7-6 15

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D 003 322 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 2002 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA KECAMATAN MALANGBONG DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan penduduk ditinjau dari segi kuantitatif maupun kualitatif dapat dikategorikan sangat tinggi. Pertumbuhan tersebut akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Sebenarnya negara ini diuntungkan karena dikaruniai

Lebih terperinci