KONVERSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT PEDESAAN (Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONVERSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT PEDESAAN (Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat)"

Transkripsi

1 KONVERSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT PEDESAAN (Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) BADAY MAULANA I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ABSTRACT BADAY MAULANA. Land Conversion and Changes in the Strategy of Rural Community's Livelihood (Supervised by: Martua Sihaloho) Cases of land conversion in the Sub-district of Mulyaharja are caused by the people's decision to sell their land. The decision to sell the land is triggered by several factors. These factors include low levels of education, low income, ownership of small land, life necessities, lifestyle, corporate mediators' strategies, company's investment. The decision to sell the land turns out to have a major impact on the economic and social aspects of the community. In the social aspects, there is a change in the social relations between the land owner and farm workers from the fifty-fifty system of cultivation to a rental system. Economically, the status of farmers' livelihoods has changed and new strategies of livelihood have emerged. In agriculture, prior to land conversion, most people were land owners. In contrast, after conversion they mostly become land workers or cultivators. In addition, there are a variety of community's strategies of livelihood. Keywords: land conversion, farmers, livelihood strategies i

3 RINGKASAN BADAY MAULANA. KONVERSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT PEDESAAN. Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. (Di bawah Bimbingan MARTUA SIHALOHO). Konversi lahan yang terjadi di Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Luas lahan pertanian sawah di Indonesia tercatat sekitar 8,9 juta hektar, sekitar hektar telah beralih fungsi ke penggunaan lain setiap tahunnya (Badan Pertanahan Nasional, 2004). Meningkatnya kasus konversi lahan terutama lahan pertanian merupakan ancaman yang serius. Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian, membuat kebutuhan lahan untuk kegiatan pemukiman atau industri cenderung terus meningkat. Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan sulit dihindari. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif. Perkembangan ekonomi berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang wilayahnya terjadi kasus konversi lahan. Akibatnya, strategi nafkah masyarakat sekitar menjadi beragam. Berdasarkan alasan tersebut perlu dilakukan sebuah penelitian yang menganalisis kasus konversi lahan dan kaitannya dengan perubahan strategi nafkah masyarakat pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis dan mengetahui sejauhmana faktor-faktor penyebab konversi lahan mempengaruhi keputusan dalam menjual lahan; (2) mengetahui perubahan strategi nafkah sebelum dan sesudah terjadinya konversi lahan yang diakibatkan oleh keputusan dalam menjual lahan. Penelitian dilakukan di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) mengingat di Kelurahan Mulyaharja sudah terjadi konversi lahan sekitar sepuluh tahun lebih. Selain itu, lokasi ini merupakan salah satu daerah pinggiran kota (semi-urban) metropolitan dengan dinamika masalah pembangunan yang sering terjadi di dalamnya, seperti konversi lahan yang banyak terjadi untuk berbagai kepentingan. Berdasarkan alasan tersebut, sangat relevan untuk dilakukan sebuah penelitian di Kelurahan Mulyaharja yang terkait dengan permasalahan seputar kajian agraria dan strategi nafkah masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian yang sifatnya menjelaskan (eksplanatory research), dimana dalam pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Karena dalam pendekatan kualitatif ini mampu menerangkan dan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai suatu peristiwa dan gejala sosial, serta mampu menggali berbagai realitas dan proses sosial maupun makna yang didasarkan pada pemahaman yang berkembang dari orang-orang yang menjadi subjek penelitian. Metode yang digunakan adalah studi kasus (case study). Studi kasus digunakan untuk menjelaskan fenomena konversi lahan dan kaitannya dengan perubahan strategi nafkah masyarakat di Kelurahan Mulyaharja. Disamping itu, untuk mempertajam analisa maka didukung pula oleh pendekatan kuantitatif. Namun, pendekatan kualitatif merupakan pendekatan dominan yang dilakukan. ii

4 Teknik-teknik yang digunakan di lapangan yaitu dengan wawancara mendalam, pengamatan berperan serta dan penyebaran kuesioner. Data kualitatif diolah dengan teknik reduksi data, sedangkan data kuantitatif diolah menggunakan tabel frekuensi. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Dinas Kecamatan Bogor Selatan, dan Kelurahan Mulyaharja. Sedangkan data primer diperoleh dari responden dan informan yang ditemui mulai dari petani pemilik lahan, karyawan PTR, tokoh masyarakat, dan aparat di Kelurahan Mulyaharja. Upaya dalam mencari jawaban atas rumusan masalah yang diajukan adalah dengan melakukan penelitian terkait. Hasil yang didapat adalah, fenomena konversi lahan yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja mempunyai pengaruh yang besar terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi petani di Kelurahan Mulyaharja untuk menjual lahannya. Selain itu, keputusan dalam menjual lahan ternyata telah membawa dampak yang besar terhadap perubahan di bidang sosial dan ekonomi masyarakat. Konversi lahan yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja mulai marak terjadi sekitar tahun 2000-an. Perubahan alih fungsi lahan semakin marak terjadi ketika pihak pengembang (PTR) mulai beroperasi di Kelurahan Mulyaharja. Pihak pengembang mulai mengembangkan bisnis propertinya dengan membangun perumahan (real estate) dan kawasan wisata di Kelurahan Mulyaharja. Awalnya, PTR hanya membeli lahan kosong dan kurang termanfaatkan yang ada di Kelurahan Mulyaharja. Namun, dalam pelaksanaannya lahan pertanian produktif pun diincarnya. Sehingga, lahan pertanian yang subur telah berubah menjadi bangunan beton yang permanen. Fenomena konversi lahan yang terjadi diakibatkan oleh keputusan petani dalam menjual lahan di Kelurahan Mulyaharja. Keputusan dalam menjual lahan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kepemilikan luas lahan yang kecil, tingkat pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, kebutuhan hidup, gaya hidup, strategi mediator perusahaan, dan investasi perusahaan. Semua faktor tersebut telah memberikan sumbangasih terhadap meningkatnya kasus konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja. Keputusan dalam menjual lahan di Kelurahan Mulyaharja telah membawa dampak yang besar terhadap perubahan strategi nafkah masyarakat dan hubungan sosialnya. Terjadi perubahan yang signifikan terhadap strategi nafkah masyarakat sebelum dan sesudah terjadinya konversi lahan. Sebelum terjadinya konversi lahan, sebagian besar masyarakat menggeluti bidang pertanian. Awalnya, Kelurahan Mulyaharja merupakan kawasan pertanian yang sangat subur. Produksi padi sangat melimpah dan sering mendapatkan penghargaan dari Dinas Pertanian setempat. Namun, bertambahnya jumlah penduduk baik karena faktor kelahiran maupun migrasi yang masuk di Kelurahan Mulayaharja membuat kebutuhan akan lahan untuk pemukiman semakin meningkat. Oleh karena itu, lahan-lahan disekitar jalan utama telah terkonversi menjadi perumahan. Selain itu, berkembangnya sektor perekonomian, membuat pihak swasta (PTR) tergiur untuk menginvestasi modalnya dan mengembangkan usaha di bidang properti. iii

5 PTR membangun perumahan dan kawasan wisata yang membuat sebagian besar lahan di Mulyaharja telah terkonversi. Lahan-lahan yang diperuntukan untuk kegiatan pertanian di Kelurahan Mulyaharja mulai menyempit karena sudah dijual kepada PTR. Fenomena itu berdampak besar terhadap strategi nafkah masyarakat Mulyaharja. Setelah konversi lahan, terjadi perubahan status petani pemilik lahan menjadi petani penggarap akibat keputusan dalam menjual lahan yang dimilikinya. Saat ini, dominan petani di Kelurahan Mulyaharja adalah petani penggarap lahan PTR. Sehingga, sistem sosial dan kekerabatan antara petani penggarap dengan petani pemilik lahan mulai pudar. Perubahan tersebut adalah berubahnya sistem bagi hasil (sharing system) digantikan dengan sistem sewa (rent system). Sebagian besar lahan di Kelurahan Mulyaharja dikuasai oleh PTR. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang bekerja di luar sektor pertanian, misal menjadi buruh pabrik sepatu atau buruh bangunan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, banyak ditemukan keluarga petani yang menggeluti pola nafkah ganda maupun usaha serabutan. Usaha serabutan merupakan jenis usaha baru yang tergantung dari keahlian yang dimiliki individu. Adapun tipologi nafkah serabutan di Kelurahan Mulyaharja meliputi serabutan tunggal, ganda dan campuran. iv

6 KONVERSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT PEDESAAN (Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh: BADAY MAULANA I SKRIPSI Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 v

7 FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama Mahasiswa Nomor Pokok Departemen Judul : Baday Maulana : I : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat : Konversi Lahan dan Perubahan Strategi Nafkah Masyarakat Pedesaan (Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat). Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor Menyetujui Dosen Pembimbing Martua Sihaloho, SP, M.Si NIP Mengetahui Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Pengesahan: vi

8 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL KONVERSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT PEDESAAN ADALAH BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SEMUA DATA DAN INFORMASI YANG DIGUNAKAN TELAH DINYATAKAN DENGAN JELAS DAN DAPAT DIPERIKSA KEBENARANNYA. Bogor, Juli 2010 Baday Maulana I vii

9 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Baday Maulana, merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Agus Masda dan Ibu Sohati. Penulis dilahirkan pada hari kamis tanggal 30 Juni Penulis memiliki seorang adik perempuan yang bernama Nani Maryani. Semenjak Sekolah Dasar (SD) dan sampai saat ini penulis tinggal di Kota Bogor. Penulis menamatkan pendidikan di SDN Carang Pulang tahun 2000, SLTP N 1 Dramaga tahun 2003, SMU KORNITA tahun Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun ajaran melalui jalur SPMB. Tahun 2007 penulis masuk Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis berkesempatan mengikuti beberapa organisasi di IPB, antara lain anggota divisi perekonomian LDK DKM Al-Hurriyyah tahun Tahun menjadi anggota BEM FEMA Divisi Kebijakan Publik dan Ekologi. Serta mengikuti beberapa acara seperti kepanitiaan dan seminar-seminar di kampus dari tahun Saat ini penulis berkesempatan menjadi guru di SMP Islam Terpadu di Kabupaten Bogor dan pernah menjadi staff operasional selama satu bulan di bimbingan belajar Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) Cabang Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. viii

10 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan pertolongannya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Konversi Lahan dan Perubahan Strategi Nafkah Masyarakat Pedesaan (Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat). Skripsi ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada awal April- Mei Skripsi ini membahas tentang fenomena terjadinya konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja. Menjelaskan sejauhmana faktor-faktor penggerak konversi lahan mempengaruhi masyarakat petani untuk menjual lahannya. Selain itu, untuk mengetahui bagaimana perubahan strategi nafkah masyarakat Kelurahan Mulyaharja sebelum dengan sesudah terjadinya kasus konversi lahan yang diakibatkan oleh keputusan dalam menjual lahan. Skripsi ini juga merupakan syarat bagi mahasiswa yang akan memperoleh gelar sarjana pada program studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bemanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya, khususnya yang mengangkat topik yang berhubungan dengan masalah seputar kajian agraria. Bogor, Juli 2010 Baday Maulana ix

11 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dosen pembimbing Skripsi, Martua Sihaloho, SP, M.Si yang telah membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun, serta motivasi sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan; 2. Heru Purwandari, SP, M.Si, selaku penguji utama pada sidang Skripsi; 3. Ir. Murdianto, M.Si, selaku penguji perwakilan departemen dan dosen pembimbing akademik; 4. Ayahanda tercinta Agus Masda dan ibunda tersayang Sohati yang telah melahirkan seorang anak yang akan membanggakan keluarga; 5. Adikku tersayang Nani Maryani yang selalu mengingatkan saya akan pentingnya kerja keras dan sangat menanti kelulusan saya; 6. Ustad Sidik Rubadi dan ibu Lisda Fauziyah yang telah membantu saya dalam bentuk dana ketika pertama kali masuk IPB; 7. Staf Dinas Kecamatan Bogor Selatan, Swasta (PT. PTR) dan Kepala kelurahan beserta jajarannya di Kelurahan Mulyaharja atas kesediaannya berbagi informasi, pengetahuan, dan pengalaman dalam rangka penulisan Skripsi ini; 8. Teman-teman KPM 43 seperjuangan, dan keluarga besar Fakultas Ekologi Manusia yang mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan Skripsi ini; 9. Para motivator (Aa Gym, Aris Ahmad Jaya, Heri Margono, dan para motivator lainnya) yang selalu membangkitkan semangat saya untuk menuju kesuksesan; x

12 10. Sahabat-sahabat kecilku yang selalu memberi dukungan dan tidak dapat disebutkan satu-persatu jumlahnya; 11. Semua rekan usaha yang selalu berkembang jumlahnya dan tidak dapat disebutkan satu persatu; 12. Kepala sekolah beserta jajarannya di SMP IT Nurul Fajar yang telah memotivasi, berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam rangka penyempurnaan Skripsi ini; 13. Teman-Teman satu profesi di bimbingan belajar Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi (LP3I) Cabang Cibinong yang selalu memberikan semangat; dan 14. Segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan Skripsi ini. xi

13 DAFTAR ISI Daftar Isi... xii Daftar Tabel... xiv Daftar Gambar... xv Daftar Lampiran... xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Tanah dan Fungsinya Konversi Lahan dan Tipologi Konversi Struktur Agraria dan Hubungan Antar Aktor Faktor Penyebab Konversi Lahan Dampak Konversi Lahan Strategi Nafkah dan Bentuk-Bentuknya Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Konseptual Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Profil Kelurahan Mulyaharja Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kondisi Demografi Kelurahan Mulyaharja Penduduk Pendidikan Ketenagakerjaan Sarana dan Prasarana BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN Fenomenan Konversi Lahan di Kelurahan Mulyaharja Faktor-Faktor Penyebab Konversi Lahan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Kepemilikan Luas Lahan xii

14 Kebutuhan Hidup Gaya Hidup Strategi Mediator Perusahaan Investasi Perusahaan Ikhtisar BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi Nafkah Setelah Konversi Lahan Perubahan Status Mata Pencaharian Petani Strategi Nafkah Ganda dan Serabutan Ikhtisar BAB VII PENUTUP Kesimpulan Saran Daftar Pustaka xiii

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks Tabel 1. Jadwal Penelitian Tabel 2. Batas Wilayah Kelurahan Mulyaharja Tahun Tabel 3. Agama yang Dianut oleh Penduduk di Kelurahan Mulyaharja Tahun Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Mulyaharja Tahun Tabel 5. Potensi Tenaga Kerja di Kelurahan Mulyaharja Tahun Tabel 6. Jenis Pekerjaan Sebagai Mata Pencaharian Pokok di Kelurahan Mulyaharja Tahun Tabel 7. Nama-Nama RW di Kelurahan Mulyaharja Beserta Penjelasannya Tahun Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Mulyaharja Tahun Tabel 9. Sebaran Respoden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Kelurahan Mulyaharja Tahun Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan di Kelurahan Mulyaharja Tahun xiv

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman Gambar 1. Hubungan Aktor-Aktor dalam Pemanfaatan Sumber Daya Agraria... 8 Gambar 2. Bagan Alur Konversi Lahan dan Strategi Nafkah Masyarakat Pedesaan Gambar 3. Proses Penentuan Informan Gambar 4. Strategi PTR dalam Mengambil Alih Lahan Petani di Kelurahan Mulyaharja Tahun Gambar 5. Dokumentasi Lampiran Lampiran 1. Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam Lampiran 2. Kuesioner Lampiran 2. Sketsa Kelurahan Mulyaharja xv

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu kekayaan agraria yang memiliki banyak manfaat bagi manusia. Sumberdaya lahan memang merupakan aset yang tidak ternilai harganya. Setiap manusia rela mengorbankan apa pun untuk membela lahannya. Lahan merupakan tempat hidup sekaligus sumber nafkah yang mampu membuat manusia memperebutkan sumber daya ini. Menurut Tauchid (2009), soal agraria adalah soal hidup dan penghidupan manusia, karena lahan adalah asal dan sumber makanan bagi manusia. Perebutan lahan berarti perebutan makanan yang berarti pula perebutan tiang hidup manusia. Maka dari itu, orang rela menumpahkan darah bahkan mengorbankan segala yang ada demi mempertahankan hidup selanjutnya. Untuk mempertahankan hidup, orang berjuang mendapatkan makanan demi mempertahankan kekalnya keturunan, dimana orang membela keluarga, anak istri dan bangsanya. Perjuangan berebut makanan dan membela keturunan adalah perjuangan hidup manusia di bumi ini. Lahan mempunyai arti penting bagi para pemangku kepentingan yang memanfaatkannya. Pemangku kepentingan (stakeholder) dapat didefinisikan sebagai individu, masyarakat atau organisasi yang secara potensial dipengaruhi oleh suatu kegiatan atau kebijakan (Race dan Millar, 2006). Arti Lahan bagi petani adalah sebagai sarana dalam memproduksi makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Bagi pihak swasta, lahan merupakan aset untuk mengakumulasi modal. Sedangkan bagi pemerintah, lahan menunjukan kedaulatan suatu negara dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Merujuk pada isi undang-undang dasar negara Republik Indonesia pasal 33 ayat 3 yang berbunyi bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara. Namun, dalam implementasinya cenderung terjadi tumpang tindih kepentingan antar aktor-aktor sosial. Perkembangan zaman yang semakin modern membuat lahan kian hari kian meningkat nilai ekonomisnya. Menurut Ilham (2006) pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Dengan kondisi demikian, 1

18 diduga permintaan terhadap lahan untuk penggunaan hal tersebut semakin meningkat. Akibatnya, banyak lahan sawah, terutama yang berada di sekitar perkotaan, mengalami alih fungsi ke penggunaan tersebut 1. Konversi lahan yang terjadi di Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Luas lahan pertanian sawah di Indonesia tercatat sekitar 8,9 juta hektar, sekitar hektar telah beralih fungsi ke penggunaan lain setiap tahunnya (Badan Pertanahan Nasional, 2004). Meningkatnya kasus konversi lahan terutama lahan pertanian merupakan ancaman yang serius. Lahan-lahan yang berada di kawasan perkotaan sudah semakin beragam pemanfaatannya. Demikian juga jika dihubungkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 mencapai 205,1 juta jiwa. Data terakhir dari BPS, jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sudah melonjak ke angka 235 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi, merupakan suatu hal yang sangat sulit dihindari. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, mengakibatkan nilai ekonomis lahan terus meningkat 2. Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian, membuat kebutuhan lahan untuk kegiatan non-pertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan sulit dihindari. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif. Menurut Irawan (2005), hal tersebut disebabkan oleh dua faktor. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga Juta-Jiwa 2

19 harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan. Perkembangan ekonomi berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang wilayahnya terjadi kasus konversi lahan. Akibatnya, strategi nafkah masyarakat sekitar menjadi beragam. Menurut Widiyanto (2009), menjelaskan bahwa strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset (modal) yang dimiliki, yaitu: modal alami, modal fisik, modal finansial, modal sumber daya manusia dan modal sosial. Beberapa strategi nafkah, yaitu: strategi produksi, solidaritas vertikal, solidaritas horizontal, berhutang, patronase, serabutan, akumulasi dan manipulasi komoditas. Dharmawan (2001) dalam Musyarofah (2006) menyebutkan bahwa secara umum strategi nafkah dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk, yaitu: 1. Strategi nafkah normatif, strategi ini berbasiskan pada kegiatan sosial ekonomi yang tergolong ke dalam kegiatan positif seperti kegiatan produksi, sistem pertukaran, migrasi, maupun strategi sosial dengan membangun jejaring sosial. Strategi ini juga disebut peaceful ways atau sah dalam melaksanakan strategi nafkah. 2. Strategi nafkah yang ilegal, dalam strategi ini termasuk di dalamnya berbagai tindakan sosial ekonomi yang melanggar hukum dan ilegal. Seperti penipuan, perampokan, pelacuran, dan sebagainya. Kategori ini disebut juga sebagai non peaceful, karena cara yang ditempuh biasanya menggunakan cara kekerasan atau kriminal. Berdasarkan alasan-alasan tersebut perlu dilakukan sebuah penelitian. Penelitian tersebut bermaksud untuk menganalisis kasus konversi lahan dalam kaitannya dengan perubahan strategi nafkah masyarakat pedesaaan. Penelitian ini mengambil kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. 3

20 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1. Sejauhmana faktor-faktor penyebab konversi lahan mempengaruhi dalam keputusan menjual lahan?; dan 2. Bagaimanakah perubahan strategi nafkah sebelum dan sesudah terjadinya konversi lahan yang diakibatkan oleh keputusan dalam menjual lahan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis dan mengetahui sejauhmana faktor-faktor penyebab konversi lahan mempengaruhi keputusan menjual lahan; dan 2. Mengetahui perubahan strategi nafkah sebelum dan sesudah terjadinya konversi lahan yang diakibatkan oleh keputusan dalam menjual lahan Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitan yang telah dipaparkan, maka kegunaan dari penelitian ini antara lain: 1) Pihak Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan isu kajian agraria. Salah satunya masalah konversi lahan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. 2) Pihak Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai masalah konversi lahan, terutama faktor-faktor yang menyebabkannya dan dampak yang ditimbulkan akibat konversi lahan terhadap kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. 4

21 3) Pihak Pemerintah Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada pemerintah. Pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar lebih teliti dalam menetapkan kebijakan terutama terkait dengan masalah konversi lahan yang terjadi di Indonesia. 5

22 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian dari ekosistem tempat makhluk hidup berdiam, bertumbuh dan berkembang. Demikianlah tanah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan makhluk hidup. Pada awalnya, tanah umumnya dimanfaatkan untuk keperluan produksi (misalnya bertani, memelihara ikan, ternak dan lainlain) dibandingkan untuk keperluan produksi seperti tempat tinggal, tempat mandi, tempat berproduksi dan lain-lain. Hal ini berhubungan dengan keberadaan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat agraris yang hidup dan bermata pencaharian dari hasil pertanian. Seiring dengan perubahan waktu, masyarakat juga mengalami perubahan dalam berbagai aspek baik ekonomi, sosial-budaya, pandangan dan pemanfaatan terhadap sumberdaya alam ini adalah perubahan tindakan manusia dalam hal pemanfaatan dan penggunaannya. Perubahan pemanfaatan tanah tidak lagi didominasi oleh praktek-praktek pemanfaatan dalam hal meningkatkan fungsi produksi melainkan terjadi pergeseran kearah pemanfaatan tanah untuk fungsi reproduksi. Misalnya perubahan pemanfaatan tanah dari pertanian menjadi perumahan (Sihaloho, 2004). Menurut Tauchid (2009), soal agraria adalah soal hidup dan penghidupan manusia, karena lahan adalah asal dan sumber makanan bagi manusia. Perebutan lahan berarti perebutan makanan yang berarti pula perebutan tiang hidup manusia. Maka dari itu, orang rela menumpahkan darah bahkan mengorbankan segala yang ada demi mempertahankan hidup selanjutnya. Untuk mempertahankan hidup, orang berjuang mendapatkan makanan demi mempertahankan kekalnya keturunan, dimana orang membela keluarga, anak istri dan bangsanya. Perjuangan berebut makanan dan membela turunan adalah perjuangan hidup manusia di bumi ini. 6

23 2.2. Konversi Lahan dan Tipologi Konversi Kustiawan (1997) dalam Massardy (2009), konversi lahan berarti alih fungsi atau mutasi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan kepenggunaan lainnya. Konversi lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dan sektor non-pertanian yang muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial, yaitu keterbatasan sumberdaya alam, pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. yaitu: Menurut Sihaloho (2004), tipologi konversi lahan terbagi menjadi tujuh, 1. Konversi gradual-sporadik, pola konversi yang diakibatkan oleh dua faktor penggerak utama yaitu lahan yang tidak/kurang produktif/bermanfaat secara ekonomi dan keterdesakan pelaku konversi; 2. Konversi sistematik berpola enclave, pola konversi yang mencangkup wilayah dalam bentuk sehamparan tanah secara serentak dalam waktu yang relatif sama; 3. Konversi adaptif demografi, pola konversi yang terjadi karena kebutuhan tempat tinggal/pemukiman akibat adanya pertumbuhan pendudukan; 4. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial, pola konversi yang terjadi karena motivasi untuk berubah dari kondisi lama untuk keluar dari sektor pertanian utama; 5. Konversi tanpa beban, pola konversi yang dilakukan oleh pelaku untuk melakukan aktivitas menjual tanah kepada pihak pemanfaat yang selanjutnya dimanfaatkan untuk peruntukan lain; 6. Konversi adaptasi agraris, pola konversi yang terjadi karena keinginan untuk meningkatkan hasil pertanian dan membeli tanah baru di tempat tertentu; dan 7. Konversi multi bentuk atau tanpa pola, konversi yang diakibatkan berbagai faktor peruntukan seperti pembangunan perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan, dan sebagainya. 7

24 2.3. Struktur Agraria dan Hubungan Antar Aktor Wiradi (1998) dalam Sitorus (2002), struktur agraria dapat mempengaruhi munculnya hubungan sosial agraris yang berbeda antara satu tipe struktur agraria dengan tipe struktur agraria lain. Ada tiga macam struktur agraria yaitu: 1. Tipe Kapitalis: sumber-sumber agraria dikuasai oleh non-penggarap (perusahaan); 2. Tipe Sosialis: sumber-sumber agraria dikuasai oleh negara/kelompok pekerja; dan 3. Tipe Populis/Neo-Populis: sumber-sumber agraria dikuasai oleh keluarga/ rumahtangga pengguna. Struktur agraria dan hubungan antar aktor yang mempunyai kepentingan terhadap lahan dapat diterangkan dalam bagan di bawah ini: Pemerintah Swasta Sumber Agraria Tanah/Lahan Masyarakat Keterangan: Hubungan Teknis Agraria Hubungan Sosial Agraria Gambar 1. Hubungan Aktor-Aktor dalam Pemanfaatan Sumber Agraria (Sitorus 2002) 8

25 2.4. Faktor Penyebab Konversi Lahan Menurut Ilham (2006), pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Dengan kondisi demikian, diduga permintaan terhadap lahan untuk penggunaan hal tersebut semakin meningkat. Akibatnya banyak lahan sawah, terutama yang berada di sekitar perkotaan, mengalami alih fungsi ke penggunaan non-pertanian. Menurut Massardy (2009), faktor yang paling mempengaruhi dalam penjualan lahan tersebut adalah kebutuhan hidup. Para petani menganggap bahwa pemanfaatan lahan pertanian yang dibuat sawah tidak lagi mempunyai nilai ekonomis, dengan alasan saat ini padi hanya bisa ditanam sebanyak satu kali dalam setahun. Maka banyak petani yang memenuhi kebutuhan hidupnya di luar sektor pertanian, sehingga keinginan menjual lahan menjadi sangat besar. Mereka ingin meningkatkan pendapatan dan taraf hidup rumah tangganya dengan cara membuka usaha baru. Munir (2008), mengemukakan sulitnya pemasaran produk pertanian. Misalnya, pada musim tanam harga produk pertanian melambung sehingga banyak petani yang bermimpi akan menjadi kaya setelah menjual hasil panen. Tetapi yang terjadi tidak demikian, harga produk-produk pertanian tersebut jatuh seketika saat musim panen tiba. Para petani harus tetap menjual hasil panen mereka walaupun dengan rasa kekesalan. Selain itu, permainan harga pasar pada hakekatnya sudah mulai menyiutkan semangat para petani untuk tetap mengadu nasib di bidang pertanian. Pernyataan itu ditambah dengan masalah kelangkaan saprotan terutama pupuk urea. Harga pertanian yang tidak mendukung sudah cukup membuat para petani menderita. Menurut Budiman (2009), konversi lahan pertanian dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomi dan daya guna lahan sehingga berimbas pada peningkatan pendapatan rumahtangga. Keputusan yang sering diambil oleh petani pemilik lahan untuk meningkatkan pendapatan rumahtangganya adalah mengkonversi lahan pertanian miliknya menjadi bentuk penggunaan lain yang lebih menguntungkan dan memiliki siklus hidup yang pendek. Motif petani dan pemilik lahan dalam mengkonversi lahan pertanian adalah untuk meningkatkan daya guna dan nilai ekonomi lahan pertaniannya sehingga mereka bisa meningkatkan pendapatan rumahtangganya. 9

26 Setiap masyarakat dalam suatu wilayah pasti mempunyai suatu kebiasaan yang khas dan mencirikan suatu identitas masyarakatnya. Kehidupan sosial masyarakat bisa terlihat salah satunya pada kegiatan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pada masyarakat pedesaan biasanya hubungan sosial mereka masih sangat kental. Sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian di bidang pertanian baik sebagai pemilik lahan maupun buruh tani. Fenomena sosial terlihat dari sistem kerja yang dikenal dengan nama patron-klien. Menurut Wiradi (2009), panen padi di Jawa dengan cara tradisionil, yaitu dengan menggunakan ani-ani, memang memungkinkan siapa saja yang mau untuk ikut serta panenan. Ini merupakan suatu metode panenan yang menunjukan sumbangasih petani terhadap kesejahteraan masyarakatnya serta adanya pola hubungan patron-klien (the patron-client relationship) antara petani pemilik sawah dengan buruh tani yang tidak punya tanah. Laju konversi lahan yang terjadi di Indonesia salah satunya tergantung pada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Namun, saat ini pemerintah pusat maupun daerah menghadapi dilema antara kepentingan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan upaya untuk mempertahankan keberadaan lahan terutama sawah beririgasi teknis. Akan tetapi, semua tergantung dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Apakah mendorong untuk kegiatan konversi lahan atau sebaliknya Dampak Konversi Lahan Budiman (2009), pendapatan petani pemilik lahan setelah dikonversi cukup beragam. Rata-rata pendapatan mereka naik, walaupun ada yang memiliki pendapatan tetap. Hal ini disebabkan petani mempunyai keahlian yang terbatas di luar bidang pertanian. Konversi lahan ini menyebabkan terjadinya diversifikasi mata pencaharian sebagai bentuk respon dari petani. Menurut Massardy (2009), pola nafkah dikaji berdasarkan sistem mata pencaharian masyarakat. Untuk wilayah yang lahan pertaniannya telah berubah menjadi pabrik, mata pencaharian mereka berubah dari pertanian ke sektor industri. Ada juga yang berubah menjadi seorang wiraswasta. Sedangkan di wilayah yang lahan pertaniannya masih belum 10

27 berubah, pertanian masih menjadi sektor pekerjaan yang dominan. Perubahan penguasaan lahan justru membuka lapangan kerja bagi yang tidak mempunyai lahan Strategi Nafkah dan Bentuk-Bentuknya Widiyanto (2009), menjelaskan bahwa strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset (modal) yang dimiliki, yaitu: modal alami, modal fisik, modal finansial, modal sumber daya manusia, dan modal sosial. Beberapa strategi nafkah, yaitu: strategi produksi, solidaritas vertikal, solidaritas horizontal, berhutang, patronase, serabutan, akumulasi, dan manipulasi komoditas. Selain beberapa strategi nafkah di atas, terdapat pula strategi nafkah berserakan. Menurut Iqbal (2004), pola nafkah komunitas menjadi berserakan mengikuti kesempatan dan peluang pekerjaan yang tersedia. Serakan nafkah kemudian dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Serakan waktu Strategi nafkah ini berlangsung dalam waktu tertentu, misalnya sekali dalam seminggu, tahunan, atau saat-saat hari besar nasional. Artinya, waktu yang diperlukan dalam pencaharian nafkah tidak lagi bersifat konstan dan menentu, tetapi terkait dengan kesempatan dan peluang pada masing-masing mata pencaharian. Adakala kesempatan tersebut datang dalam waktu malam, siang, sore, atau pagi hari. b. Serakan spasial Pada jenis ini, tenaga rumahtangga tidak hanya menggantungkan pada peluang di daerah setempat, melainkan hingga ke tempat lain. Terbatasnya peluang sumber nafkah yang ada di desa setempat, mendorong tenaga rumahtangga melakukan gerakan spasial. c. Serakan alokasi tenaga kerja Jumlah anggota rumahtangga yang besar pada masyarakat desa, mengakibatkan melimpahnya tenaga kerja dalam rumahtangga. Tanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga tidak lagi bergantung pada kepala rumahtangga, tetapi juga anggota rumahtangga 11

28 lainnya. Meskipun tanggungjawab dalam pemenuhan nafkah rumahtangga masih bertumpu pada kepala keluarga, seluruh anggota rumahtangga juga turut membantu dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga. Sumber pendapatan pada gilirannya berserak dari semua anggota keluarga. Bahkan tidak sedikit rumahtangga yang mengerahkan anak-anak sebagai penopang ekonomi rumahtangga. d. Serakan Usaha Semakin beragamnya sektor pekerjaan, kegiatan ekonomi masyarakat desa juga semakin berserak ke berbagai ragam pekerjaan tesebut. Masyarakat desa, terutama komunitas nelayan, tidak lagi tertumpu semata pada salah satu sektor atau pada sektor laut semata. Terlebih lagi, penghasilan dari kegiatan melaut semakin hari semakin mengalami penyusutan, sehingga rumahtangga nelayan harus melakukan usaha lain, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dharmawan (2001) dalam Musyarofah (2006), menyebutkan bahwa secara umum strategi nafkah dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk, yaitu: 1. Strategi nafkah normatif, strategi ini berbasiskan pada kegiatan sosial ekonomi yang tergolong ke dalam kegiatan positif seperti kegiatan produksi, sistem pertukaran, migrasi, maupun strategi sosial dengan membangun jejaring sosial. Strategi ini juga disebut peaceful ways atau sah dalam melaksanakan strategi nafkah; dan 2. Strategi nafkah yang ilegal, dalam strategi ini termasuk di dalamnya berbagai tindakan sosial ekonomi yang melanggar hukum dan ilegal. Seperti penipuan, perampokan, pelacuran, dan sebagainya. Kategori ini disebut juga sebagai non peaceful, karena cara yang ditempuh biasanya menggunakan cara kekerasan atau kriminal. 12

29 2.7. Kerangka Pemikiran Keputusan dalam menjual lahan yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhinya meliputi tingkat pendapatan rumahtangga, tingkat pendidikan rumahtangga, kepemilikan luas lahan, kebutuhan hidup, gaya hidup, strategi mediator perusahaan dan investasi perusahaan. Semua faktor tersebut, turut memberikan sumbangasih dalam kegiatan konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja. Keputusan dalam menjual lahan telah membawa dampak yang cukup signifikan. Salah satu dampak yang ditimbulkan yaitu terjadinya perubahan dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat. Perubahan tingkat pendapatan dan keberagaman strategi nafkah terjadi sesudah adanya konversi lahan. Begitu juga dengan hubungan sosial masyarakatnya. Perubahan strategi nafkah mampu merubah pola hubungan sosial yang telah terbentuk dan begitu pula sebaliknya. Jadi, keputusan dalam menjual lahan telah menciptakan perubahan pada sektor sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah terjadinya konversi lahan (Gambar 2). 13

30 Faktor-Faktor: 1. Tingkat Pendapatan Rumahtangga 2. Tingkat Pendidikan Rumahtangga 3. Luas Kepemilikan Lahan 4. Kebutuhan Hidup 5. Gaya Hidup 6. Strategi Mediator Perusahaan 7. Investasi Swasta 8. Keputusan dalam Menjual Lahan Dampak Ekonomi: Perubahan Strategi Nafkah Masyarakat Sebelum dan Sesudah Terjadinya Konversi Lahan Sosial: Perubahan Hubungan Sosial Masyarakat Sebelum dan Sesudah Terjadinya Konversi Lahan Keterangan: Hubungan Langsung Hubungan Timbal Balik Mencangkup Gambar 2. Bagan Alur Konversi Lahan dan Strategi Nafkah Masyarakat Pedesaan 14

31 2.8. Hipotesis Penelitian Hipotesis pengarah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor penyebab konversi lahan dengan keputusan menjual lahan; 2. Diduga terdapat hubungan antara keputusan menjual lahan terhadap dampak perubahan di bidang ekonomi; 3. Diduga terdapat hubungan antara keputusan menjual lahan dengan dampak perubahan di bidang sosial; dan 4. Diduga terdapat hubungan antara perubahan di bidang ekonomi dengan perubahan di bidang sosial dan sebaliknya Definisi Konseptual Istilah untuk variabel-variabel dalam hipotesis atau kerangka pemikiran penelitian didefinisikan sebagai berikut: 1. Kebutuhan hidup adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia demi berlangsungnya kehidupan; 2. Gaya hidup adalah suatu pola kehidupan yang terbentuk dan sudah menjadi suatu kebudayaan; 3. Strategi mediator perusahaan adalah segala cara yang ditempuh oleh perantara perusahaan untuk mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan oleh pihak perusahaan; 4. Investasi perusahaan adalah sejumlah modal yang dikembangkan oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan (profit); 5. Keputusan dalam menjual lahan pertanian adalah segala sesuatu yang sudah direncanakan untuk menjual lahan pertanian yang dimiliki kepada pihak lain; 6. Dampak adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa, misalkan akibat yang ditimbulkan oleh konversi lahan; 7. Strategi nafkah adalah segala cara yang ditempuh oleh masyarakat dalam menjalani aktivitas pekerjaan mencari uang dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup; dan 8. Hubungan sosial dalam masyarakat adalah bentuk interaksi yang telah terbangun dan tersistem secara turun-temurun dalam suatu masyarakat budaya. 15

32 2.10. Definisi Operasional Istilah untuk variabel-variabel dalam hipotesis atau kerangka pemikiran penelitian didefinisikan sebagai berikut: 1. Tingkat pendapatan rumahtangga adalah rataan pendapatan yang diperoleh oleh suatu rumahtangga yang dapat diuangkan responden dalam satu bulan, diukur dalam rupiah. Dikategorikan dengan (1) rendah: < Rp ,-; (2) sedang: Rp Rp ,-; dan (3) tinggi: > Rp ,-; 2. Tingkat pendidikan yaitu pendidikan tertinggi yang ditempuh oleh responden, meliputi (1) tidak tamat SD, (2) tamat SD, (3) tidak tamat SMP, (4) tamat SMP, dan (5) tamat SMA; dan 3. Luas kepemilikan lahan adalah jumlah lahan yang dimiliki oleh responden yang diukur dalam satuan hektar (ha), meliputi (1) rendah yaitu < 0,5 hektar, (2) sedang antara 0,5-0,9 hektar, (3) tinggi yaitu > 0,9 hektar. 16

33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung oleh pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif merupakan pendekatan dominan yang dilakukan. Karena dalam pendekatan kualitatif ini mampu menerangkan dan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai suatu peristiwa dan gejala sosial, serta mampu menggali berbagai realitas dan proses sosial maupun makna yang didasarkan pada pemahaman yang berkembang dari orang-orang yang menjadi subjek penelitian. Menurut Sitorus (1998), realitas sosial adalah fakta perilaku manusia harus dipahami dari subjek pandang titeliti. Untuk memperoleh data yang lebih akurat, penelitian ini juga didukung oleh pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian disajikan dengan metode studi kasus yang bersifat eksplanatori, menerangkan, dan menjelaskan bagaimana penyebab-penyebab serta dampak yang ditimbulkan akibat konversi lahan. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan guna menerangkan sejauh mana keterkaitan kasus konversi lahan dengan perubahan pada sektor ekonomi dan sosial masyarakat. Metode studi kasus pada pelaksanaannya di lapangan dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam, pengamatan berperan serta, maupun penelusuran (analisis) data sekunder sebagai instrumennya. Strategi studi kasus yang diterapkan mampu menghindari terbatasnya pemahaman yang diikat oleh suatu teori tertentu Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja, mengingat di lokasi ini terjadi konversi lahan atau perubahan konversi lahan yang dilakukan untuk berbagai kepentingan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret- April 2010, dengan perincian jadwal tercantum pada Tabel 1. Kurun waktu yang disebutkan meliputi penjajakan lokasi sampai dengan penelitian selesai. 17

34 Tabel 1. Jadwal Penelitian Keterangan Februari Maret April Mei Juni Juli Proposal dan kolokium 1. observasi Lapang 2. Konsultasi Proposal 3. Penyusunan draft proposal dan revisi 4. Kolokium dan Perbaikan Studi lapang 1. Pengumpulan data 2. Analisis data Penulisan Skripsi 1. penyusunan draft dan revisi 2. Konsultasi skripsi Ujian Skripsi 1. Ujian 2. Perbaikan Skripsi 18

35 3.3. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, kuesioner, pengamatan berperan serta, dan penelusuran data sekunder. Teknik yang digunakan dalam wawancara mendalam yaitu tenik bola salju (snowball) untuk menentukan informan yang diwawancarai. Keterangan dari informan diolah guna mendapatkan data yang lebih akurat. Pihak pemerintah setempat dan tokoh masyarakat di Kelurahan Mulyaharja didatangi untuk mendapatkan informasi mengenai topik yang sedang dikaji. Informan merupakan pihak yang memberi keterangan tambahan tentang permasalahan yang sedang dikaji. Sedangkan, responden merupakan pihak yang memberi keterangan mengenai diri dan keluarganya. Unit analisis data responden adalah rumahtangga petani yang masih tinggal di Kelurahan Mulyaharja sebanyak 27 orang. Pemilihan responden dilakukan dengan simple random sampling. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: n = N 1+Ne 2 Keterangan: n : jumlah sampel N : jumlah populasi e : nilai krisis (19 %) Jumlah petani di Kelurahan Mulyaharja adalah sebanyak 500 orang. Dari hasil perhitungan, maka diperoleh jumlah sampel yang diambil adalah: n = (500 X 0,0361) = 26,2 Untuk memudahkan dalam perhitungan maka dibulatkan menjadi 27 responden. Sedangkan yang menjadi informan adalah aparatur desa (dua orang), tokoh masyarakat (tujuh orang), dan perwakilan instansi terkait (dua orang) (Gambar 3). 19

36 Gambar 3. Proses Penentuan Informan Purposive Pejabat Kecamatan Bogor Selatan: CLI Pejabat Kelurahan Mulyaharja: HDR Pihak PTR: FJH Snowball MDY (Perangkat Kelurahan) AMN MHI MUL ADG OCM ADN SJA Petani Keterangan: Menunjukan Proses Arah Informasi Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis Selama Penelitian (2010) 20

37 Informan yang pertama kali didatangi adalah aparat kelurahan di kantor Kelurahan Mulyaharja (Gambar 5). Dari keterangan yang diperoleh, mampu menggiring kepada informan-informan lainnya yaitu tokoh masyarakat dan pihakpihak terkait di Kelurahan Mulyaharja. Dalam memperoleh informasi dari informan dibantu dengan panduan pertanyaan (Lampiran 1). Sedangkan, data yang diperoleh dari responden yaitu dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 2). Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi langsung informan dan responden di rumahnya maupun di sawah (Gambar 5). Selain itu, teknik pengamatan berperan serta juga dilakukan guna mendapatkan data yang lebih lengkap. Pengamatan berperan serta adalah penggalian data primer dengan mengadakan kontak yang lama, insentif dan bervariasi dengan orang lain. Selain menggali data primer, dilakukan pula penelusuran data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Dinas Kecamatan Bogor Selatan, dan Kelurahan Mulyaharja Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan Haberman, 1992 dikutip Sitorus, 1998). Data primer dan sekunder yang diperoleh direduksi menjadi bagian-bagian terpenting yang merupakan poin-poin pokok untuk menjawab topik yang sedang dikaji. Sedangkan, data yang diperoleh dari pendekatan kuantitatif berupa lembaran kuesioner akan disajikan dengan menggunakan tabel frekuensi. 21

38 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Posisi kelurahan ini berada di pinggiran pusat Kota Bogor (Sketsa lokasi dapat dilihat pada lampiran 3). Sebelah utara kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Cikaret, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukaharja, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pamoyan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sukamantri (Tabel 2). Tabel 2. Batas Wilayah Kelurahan Mulyaharja Tahun 2009 Batas Desa/Kelurahan Kecamatan Sebelah Utara Kelurahan Cikaret Kecamatan Bogor Selatan Sebelah Selatan Desa Sukaharja Cijeruk Sebelah Timur Kelurahan Pamoyan Kecamatan Bogor Selatan Sebelah Barat Desa Sukamantri Kecamatan Taman Sari Sumber: Data Monografi Kelurahan Mulyaharja Tahun 2009 Total luas wilayah Kelurahan Mulyaharja adalah hektar. Wilayah tersebut terbagi menjadi wilayah pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, perkantoran dan prasarana umum lainnya. Berikut ini adalah data mengenai luas wilayah Kelurahan Mulyaharja menurut penggunaan. Kelurahan Mulyaharja mempunyai ketinggian 420 meter di atas permukaan laut (dpl). Topografi seperti ini termasuk dataran tinggi dengan curah hujan hingga milimeter per tahun (333,305 ha) dan hingga milimeter per tahun (143,70 ha) serta suhu rata-rata harian derajat celcius. Kelurahan Mulyaharja termasuk dalam lingkup wilayah kota satelit II yang berfungsi sebagai pendorong pengembangan kawasan perkotaan Jakarta, simpul pelayanan dan jasa perkotaan, sektor perdagangan dan jasa, serta industri padat tenaga kerja. Pemandangan umum yang terlihat saat ini adalah hasil dari suatu perubahan. Awalnya, Kelurahan Mulyaharja merupakan suatu hamparan lahan pertanian yang sangat luas dan produktif. Namun, sekarang telah banyak berubah menjadi kawasan perumahan penduduk yang sebagian besar dimiliki oleh 22

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu kekayaan agraria yang memiliki banyak manfaat bagi manusia. Sumberdaya lahan memang merupakan aset yang tidak ternilai harganya. Setiap

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENEITIAN

BAB III METODE PENEITIAN BAB III METODE PENEITIAN A. Metode Penelitian Pada sebuah penelitian terdapat sesuatu metode atau cara yang bersifat ilmiah yang di perlukan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Menurut Surakhmad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tinggi : memiliki kartu ASKES, berobat di puskesmas atau mempuyai dokter pribadi. 2. Rendah : tidak memiliki ASKES, berobat di dukun. 14. Tingkat Kepemilikan aset adalah jumlah barang berharga yang

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agraria Pengertian agraria menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) 1960 (UU No.5 Tahun 1960) adalah seluruh bumi, air dan ruang angkasa,

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN (PERSISTENCE) MASYARAKAT TANI (Studi Kasus: Kampung Ciharashas dan Cibeureum Batas, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan,

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN 43 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN 5.1 Fenomena Konversi Lahan Kecamatan Bogor Selatan adalah wilayah yang lahannya tergolong subur. Salah satu bagian dari Kota Bogor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi teknik penjelasan tentang jenis penelitian; jenis data, lokasi dan waktu penelitian; kerangka sampling, pemilihan responden dan informan; teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Ruang Lingkup Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Ruang Lingkup Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian 17 BAB III METODOLOGI Metode penelitian memuat informasi mengenai lokasi dan waktu penelitian, teknit penentuan responden dan informan, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim ABSTRAK Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sumberdaya Lahan Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Hasil bumi yang berlimpah dan sumber daya lahan yang tersedia luas, merupakan modal mengembangkan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah

TINJAUAN PUSTAKA. (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah TINJAUAN PUSTAKA Definisi Land Rent Land rent adalah penerimaan bersih yang diterima dari sumberdaya lahan. Menurut (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU 189 Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA DAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) (Kasus Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA DAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) (Kasus Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA DAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) (Kasus Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) WHENNIE SASFIRA ADLY DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pembangunan di Indonesia terus bergulir dan ekspansi pemanfaatan ruang terus berlanjut. Sejalan dengan ini maka pengembangan lahan terus terjadi dan akan berhadapan

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research) yang dalam pelaksanaannya, dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 25 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (lampiran satu). Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN (Kasus di Sekitar Kawasan Pariwisata Kota Bunga, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK)

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK) ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK) Oleh ANNISA ANJANI H14103124 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Lebih terperinci

Oleh: LUISITA FILOSOFIANTI I

Oleh: LUISITA FILOSOFIANTI I KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh: LUISITA FILOSOFIANTI I34060304 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis 27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan alur sejarah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU ABSTRAK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa dan Andi Ishak Balai Pengkajian Pertanian Bengkulu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Alih Fungsi Lahan dan Faktor-Faktor Penyebabnya Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Pertanian Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti sebagai tempat hidup, tempat mencari nafkah. Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang. Pertanian menjadi sektor primer sejak dahulu sebelum manusia mengembangkan sektor ekonomi. Pertanian telah menjadi pemasok utama sumber kehidupan manusia. Kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diharapkan adanya pemahaman terhadap perubahan struktur agraria, faktor-faktor

BAB III METODE PENELITIAN. diharapkan adanya pemahaman terhadap perubahan struktur agraria, faktor-faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan adanya pemahaman terhadap perubahan struktur agraria, faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN

BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN BAB V KONVERSI LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN 5.1. Fenomena Konversi Lahan di Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan pertanian

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN PROPERTI TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KOTA BOGOR OLEH NINDYA RASMI M H

DAMPAK PEMBANGUNAN PROPERTI TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KOTA BOGOR OLEH NINDYA RASMI M H DAMPAK PEMBANGUNAN PROPERTI TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KOTA BOGOR OLEH NINDYA RASMI M H14104113 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk menelusuri lebih jauh alur sejarah desa, pola pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting di dalam pembangunan nasional karena sektor ini memanfaatkan sumber daya alam dan manusia yang sangat besar (Soekartawi,

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB. III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Yin (2002) bahwa penggunaan studi kasus disesuaikan dengan bentuk pertanyaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat urbanisasi sangat berperan besar dalam meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota besar. DKI Jakarta, sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (survey). Pendekatan kualitatif menekankan pada proses-proses

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini berisikan gambaran umum wilayah yaitu Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, kondisi perekonomian, kondisi fasilitas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan 4.1.1 Batas Wilayah Desa Mulyaharja terbentuk dari pemekaran Desa Sukaharja. Desa Sukaharja termasuk bagian dari Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian muncul sejak manusia mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu kelompok manusia untuk bergantung dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 29 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuntitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dengan menggunakan survei melalui instrumen kuesioner untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu kawasan yang berada di permukaan bumi yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial yang salah

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG (Kasus: RT 005/002 Kampung Baru Selatan, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Tangerang) SITI HANI RAHMANITA I34050585 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan Nina Herlina, Syamsul Millah, Oding Syafrudin Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BAHAN POKOK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA WARUNG MAKAN SEDERHANA DI SEKITAR KAMPUS IPB DRAMAGA OLEH EKA KURNIATY H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BAHAN POKOK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA WARUNG MAKAN SEDERHANA DI SEKITAR KAMPUS IPB DRAMAGA OLEH EKA KURNIATY H DAMPAK KENAIKAN HARGA BAHAN POKOK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA WARUNG MAKAN SEDERHANA DI SEKITAR KAMPUS IPB DRAMAGA OLEH EKA KURNIATY H14103120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO 2001-2008: IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H 14094014 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci