KONSEPSI BANGUN RUANG PRISMA SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS GIRISONTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEPSI BANGUN RUANG PRISMA SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS GIRISONTA"

Transkripsi

1 KONSEPSI BANGUN RUANG PRISMA SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS GIRISONTA Siswoko Nugroho, Erlina Prihatnani, Novisita Ratu Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro no Salatiga, Indonesia ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa kelas VIII SMP Kanisius Girisonta Tahun Ajaran 2013/2014 tentang. diambil sebanyak 6 siswa kelas VIII di SMP Kanisius Girisonta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data diambil dengan menggunakan metode tes dan wawancara. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konsepsi siswa tentang berbeda-beda antara siswa satu dengan siswa lain. Penelitian menkan hasil konsepsi siswa bahwa 4 siswa menyatakan adalah bangun memiliki alas dan atap sama, 1 siswa menyatakan adalah memiliki alas dan atap sama dan dindingnya berupa persegi atau persegi panjang, dan 1 siswa menyatakan adalah memiliki alas, atap, dan dinding, bentuknya bermacammacam. Ter siswa mengelompokkan tabung ke dalam dan kubus bukan. Seluruh siswa dalam mengelompokkan dan n tegak dan miring hanya melihat dari posisi bangun, siswa menganggap tegak posisinya hanya tegak (berdiri), jika tidak maka bangun tersebut dianggap miring. Seluruh siswa n dan mengelompokkan berdasarkan bentuk alasnya dengan benar. Siswa belum n unsur (sisi, rusuk, titik sudut, sisi, ruang, dan bidang ) sesuai definisi sebenarnya, namun demikian siswa mengetahui dimaksud dengan sisi, rusuk, dan titik sudut, sedangkan untuk sisi, ruang, dan bidang siswa belum memahami ketiga konsep tersebut. Begitu pun juga dalam tiap unsur-unsur tersebut, siswa ketika jumlah dan sisi, ruang dan bidang suatu. Siswa tidak membedakan antara sisi dengan ruang, sedangkan untuk bidang semua siswa belum memahamin Kata kunci: konsep, konsepsi,,. PENDAHULUAN Salah satu konsep dipelajari dalam matematika adalah geometri. Geometri diajarkan di semua jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, dan SMA, bahkan di Perguruan Tinggi. Geometri dalam pembelajaran matematika di sekolah mencakup bangun-bangun geometri (bangun datar dan ), garis dan sudut, kesebangunan, kekongruenan, transformasi, dan geometri analitis (Darsono, 2010). Objek-objek dipelajari berupa fakta, konsep, dan prinsip geometri, dimana dengan menguasai objek-objek tersebut maka diharapkan kemampuan verbal, visual, menggambar, dan berfikir logis siswa tumbuh dan berkembang (Huzaifah, 2011).

2 Konsep geometri sebagai salah satu konsep matematika dipelajari sejak SD masih kurang dikuasai oleh siswa. Soedjadi (Huzaifah, 2011) menyatakan bahwa ter kelemahan penguasaan materi geometri oleh siswa antara lain siswa sukar membedakan rusuk dan sisi, siswa sukar apakah suatu sudut siku-siku atau tidak, serta siswa sukar mengenali dan memahami bangun-bangun geometri, terutama bangun ruang. Salah satu dipelajari sejak pendidikan dasar adalah. Penguasan akan konsep menjadi dasar untuk mempelajari konsep lainn Alimah (2013) mengatakan bahwa belajar matematika membutuhkan pengertian dan pemahaman akan suatu persoalan matematika, serta kreatifitas siswa dalam mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep sesuai dengan apa dimilikin Jadi dalam hal ini jika siswa tidak menguasai konsep dengan benar, maka siswa akan atau bahkan tidak akan mampu mempelajari konsep limas dengan benar. Namun demikian, kemampuan penguasaan konsep tergantung pada penafsiran siswa itu sendiri. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki penafsiran sendiri mengenai suatu konsep termasuk dalam hal konsep. Tafsiran seseorang terhadap suatu konsep inilah oleh Dahar disebut konsepsi (Ardhianingsih, 2010). Konsepsi siswa sangat diperlukan dalam memahami suatu konsep. Konsepsi siswa terhadap konsep dipelajari akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, namun demikian tidak semua siswa memiliki konsepsi sama. Ketika seorang siswa menerima pelajaran di sekolah tentang suatu konsep bisa saja sebelumnya siswa tersebut sudah memiliki pemahaman sendiri mengenai konsep tersebut berdasarkan pengalamannya sendiri (Ardhianingsih, 2010). Perbedaan konsepsi inilah memunculkan suatu miskonsepsi atau kesalahan konsep. Siswa tidak bisa memahami suatu konsep secara benar dari awal akan mengalami untuk memahami konsep-konsep selanjutn Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam hal geometri, diantaranya penelitian dilakukan Ardhianingsih (2010) menyimpulkan bahwa konsepsi siswa SD tentang bangun datar dan sangat bervariasi. Misalnya dalam menyatakan definisi kubus, siswa n kubus sebagai mempunyai 6 sisi, 8 titik sudut dan 12 rusuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak siswa memberikan penjelasan tertulis

3 secara benar tetapi penjelasan figuratif diberikan tidak sesuai, sebaliknya penjelasan figuratifnya benar tetapi penjelasan tertulisnya kurang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa penjelasan tertulis saja belum meyakinkan bahwa siswa sudah paham dengan konsep diberikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut untuk mengetahui konsepsi siswa tentang pada jenjang pendidikan lebih tinggi yaitu SMP. Siswa SMP sudah mempelajari konsep bangun ruang sejak di bangku SD, namun hal itu belum menjamin apakah siswa SMP mempunyai konsepsi benar. Siswa SMP mempelajari kembali konsep geometri diharapkan membuat siswa semakin memahami konsep tersebut sehingga memperkuat konsepsi sudah dipelajari pada jenjang pendidikan sebelumn Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa kelas VII SMP Kanisius Girisonta tentang. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian dilakukan pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci penelitian (Sugiyono, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa kelas VIII SMP Kanisius Girisonta tentang. Penelitian ini dilakukan di SMP Kanisius Girisonta. dalam penelitian ini adalah 6 siswa kelas VIII SMP Kanisius Girisonta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Tahun Ajaran 2013/2014. dipilih secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan metode wawancara. Tes dilakukan untuk menkan jawaban dari siswa. Indikatoir soal dilihat pada Tabel 1. No. Standar Kompetensi 1. Memahami sifatsifat kubus, balok,, lima, dan bagianbagiannya, serta ukurannya Tabel 1 Kisi Kisi Instrumen Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok,, dan limas serta bagianbagiannya Indikator Sub Indikator No. Soal Mampu n mengelompokka n merupakan dan bukan 1 4

4 Mampu mengidentifikasi unsur-unsur Mampu mengelompokka n macam-macam HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pengertian n unsur-unsur pada mengidentifikasi sisi pada bangun ruang mengidentifikasi rusuk bangun ruang mengidentifikasi titik sudut mengidentifikasi sisi mengidentifikasi ruang mengidentifikasi bidang mengelompokka n berdasarkan rusuk tegaknya mengelompokka n berdasarkan bentuk alasnya Bangun ruang digunakan untuk mengukur konsepsi siswa dalam n dan mengelompokkan bangun terdiri dari 14 bangun berbeda, dilihat pada gambar , 3 2, 3 2, 3 2, 3 2, 3 2, 3 1 1

5 Gambar 1. Macam Macam Bangun Ruang Hasil di dari 6 siswa dalam mengelompokkan dan n dilihat pada Tabel 2. Siswa AA AY OT MC Tabel 2 Konsepsi Siswa Dalam Mengelompokkan Dan Mendefinisikan Bangun Ruang Prisma Konsepsi Siswa Bangun a, c, e, h, i, j, k, l, m, n dikelompokkan oleh subjek ke dalam bangun. Selain itu subjek juga mengelompokkan bangun d (tabung) ke dalam kelompok bangun. Hal tersebut dikarenakan subjek menganggap sebagai mempunyai alas dan atap sama. n sebatas mempunyai alas dan atap sama, sehingga bangun d (tabung) seharusnya bukan merupakan dikelompokkan ke dalam. mengelompokkan bangun a, c, e, h, j, k, l, m, n ke dalam kelompok bangun, namun subjek tidak mengelompokkan bangun i ke dalam bangun. Hal ini dikarenakan ketidaktelitian subjek dalam mengelompokkan. Buktinya hasil tes dan wawancara menunjukkan bahwa siswa n sebagai memiliki alas dan atap sama, dan dindingnya berupa persegi atau persegi panjang, dan ketika mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya, subjek juga mengelompokkan bangun i. mengelompokkan dengan lengkap ketika manjawab soal tes, namun ketika wawancara subjek mengelompokkan bangun d ke dalam. Hal tersebut dikarenakan subjek menganggap sebagai mempunyai alas dan atap sama. n hanya sebatas memiliki alas dan atap sama, sehingga subjek mengelompokkan bangun d ke dalam karena bangun d memiliki alas dan atap sama. mengelompokkan, namun belum tepat. mengelompokkan bangun a dan h bukan ke dalam kelompok bangun. menganggap bahwa bangun h (kubus) bukan karena subjek memahami bangun tersebut memiliki nama bangun sendiri, sedangkan untuk bangun a subjek kurang teliti dalam melihat gambar. n sebagai mempunyai alas, atap, dan dinding, namun

6 NA YK ketika wawancara subjek n adalah memiliki alas dan atap sama. n sebatas memiliki alas dan atap sama, namun dalam mengelompokkan bangun tidak sesuai dengan definisi diberikan oleh subjek. tidak mengelompokkan bangun a, h, dan d mempunyai alas dan atap sama ke dalam. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek belum sepenuhnya memahami bangun. mengelompokkan, namun belum tepat. mengelompokkan bangun b (limas segiempat) dan g (limas segilima) ke dalam, namun ketika wawancara subjek menyadari bahwa bangun tersebut bukan. n adalah memiliki alas dan atap sama. Meskipun subjek n sebagai memiliki alas dan atap sama, namun subjek tidak mengelompokkan bangun a, d, dan m ke dalam. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek belum sepenuhnya memahami prima. Bangun a, c, e, h, i, j, k, l, m, n dikelompokkan oleh subjek ke dalam bangun. Selain itu subjek juga mengelompokkan bangun d (tabung) ke dalam kelompok bangun. Hal tersebut dikarenakan subjek menganggap sebagai mempunyai alas dan atap sama. Meskipun ketika tes subjek n sebagai memiliki alas, atap, dan dinding bentuknya bermacam-macam, namun saat wawancara subjek menegaskan bahwa adalah mempunyai alas dan atap sama, sehingga subjek YK juga mengelompokkan bangun d ke dalam karena memiliki alas dan atap sama sesuai dengan definisi diberikan subjek. Berdasarkan hasil pada Tabel 2, maka disimpulkan bahwa semua siswa n sebagai memiliki alas dan atap sama, meskipun ter satu siswa menambahkan syarat bahwa dindingnya berupa persegi atau persegi panjang. Selain itu ter siswa mengelompokkan bangun d (tabung) ke dalam kelompok karena tabung memiliki alas dan atap sama sesuai definisi diberikan siswa. Ter juga siswa tidak mengelompokkan bangun h (kubus) ke dalam kelompok karena siswa tersebut mengenal bangun h (kubus) adalah kubus dan bukan termasuk. Konsepsi siswa dalam n dan mengelompokkan berdasarkan rusuk tegaknya dan berdasarkan bentuk alasn Hasil di dari 6 siswa dalam mengelompokkan dan n dikelompokkan menjadi dua, yaitu berdasarkan rusuk tegaknya dan berdasarkan bentuk alasn Konsepsi siswa dalam mengelompokkan dan n berdasarkan rusuk tegaknya dilihat pada Tabel 3.

7 Siswa OT MC AY NA YK AA Tabel 3 Konsepsi Siswa Dalam Mengelompokkan Dan Mendefinisikan Prisma Berdasarkan Rusuk Tegaknya Konsepsi Siswa dalam mengelompokkan bangun tegak dan miring melihat dari posisi bangun tersebut. Hal tersebut sesuai definisi dijelaskan subjek, yaitu tegak adalah atap dan alasnya berposisi tegak, sedangkan miring adalah alas dan atapnya berposisi miring. Berdasarkan definisi tersebut subjek mengelompokkan bangun a dan j termasuk tegak ke dalam miring karena posisi bangun tersebut tidak tegak. Namun demikian, subjek tidak mengelompokkan bangun e ke dalam tegak. Hal tersebut dikarenakan ketidaktelitian subjek dalam mengelompokkan. dalam mengelompokkan bangun berdasarkan rusuk tegaknya melihat posisi bangun tersebut. Hal tersebut sesuai definisi diberikan oleh subjek yaitu tegak adalah bangun berdiri tegak, sedangkan miring adalah bangun berdiri miring. Berdasarkan definisi tersebut subjek mengelompokkan bangun j termasuk tegak ke dalam miring. Jawaban tersebut sama ketika posisi dari bangun j ditunjukkan dengan alat peraga, subjek MC juga menyebut bangun j adalah miring. mengelompokkan bangun a, j, dan l ke dalam miring. Jawaban subjek mengelompokkan bangun j ke dalam miring sama ketika posisi dari bangun j tersebut ditunjukkan dengan alat peraga, subjek juga menyebut bangun j adalah miring. Hal tersebut dengan definisi diberikan subjek, n tegak adalah bangun posisi bangunnya tegak, sedangkan miring adalah bangun posisi bangunnya miring. mengelompokkan bangun j ke dalam miring. Jawaban tersebut sama ketika posisi dari bangun j ditunjukkan dengan alat peraga, subjek juga menyebut bangun j adalah miring. Hal tersebut sesuai dengan definisi diberikan subjek n tegak dan miring melihat posisi rusukrusuk bangun tersebut, sehingga subjek mengelompokkan bangun j termasuk tegak ke dalam miring. Namun demikian subjek tidak mengelompokkan bangun a dan m ke dalam tegak ataupun miring. Hal ini tidak sesuai dengan definisi diberikan subjek. mengelompokkan bangun a dan j ke dalam miring, karena posisi bangunnya tidak tegak. Jawaban subjek mengelompokkan bangun j ke dalam miring sama ketika posisi dari bangun j tersebut ditunjukkan dengan alat peraga, subjek juga menyebut bangun j adalah miring. Selain itu subjek juga mengelompokkan bangun d (tabung) ke dalam tegak. memahami bahwa tegak adalah arah bangunnya tegak, sedangkan miring adalah arah bangunnya miring. dalam n melihat posisi dari bangun tersebut, sehingga subjek mengelompokkan bangun a dan j termasuk tegak ke dalam miring, sedangkan bangun d dikelompokkan ke dalam tegak karena subjek memahami bangun tersebut adalah dan posisi bangunnya tegak sesuai dengan definisi dijelaskan subjek. mengelompokkan bangun a dan j ke dalam miring, karena posisi bangunnya tidak tegak. Jawaban subjek mengelompokkan bangun j ke dalam miring sama ketika posisi dari bangun j tersebut ditunjukkan dengan alat peraga, subjek juga menyebut bangun j adalah miring. Selain itu subjek juga mengelompokkan bangun d (tabung) ke dalam tegak. memahami bahwa tegak adalah arah bangunnya tegak, sedangkan miring adalah arah bangunnya miring. dalam n melihat posisi dari bangun tersebut, sehingga subjek mengelompokkan bangun a dan j termasuk tegak ke dalam miring, sedangkan bangun d dikelompokkan ke dalam tegak karena subjek memahami bangun tersebut adalah dan posisi bangunnya tegak sesuai dengan definisi dijelaskan subjek.

8 Berdasarkan hasil pada Tabel 3, maka disimpulkan bahwa siswa n bangun tegak sebagai posisinya tegak, sedangkan bangun miring sebagai posisinya miring. Ter siswa tidak mengelompokkan bangun a ( segilima) ke dalam tegak karena posisi dari bangun tersebut tidak tegak, kemudian juga ter siswa tidak mengelompokkan bangun l ke dalam tegak dikarenakan siswa kurang teliti dalam melihat gambar. Selain itu ter juga siswa mengelompokkan bangun j ( segiempat) ke dalam miring, hal itu bukan karena siswa sulit dalam melihat atau memahami gambar. Buktinya ketika ditunjukkan dengan alat peraga siswa pun tetap menganggap bangun tersebut adalah miring. Bangun d (tabung) juga dikelompokkan beberapa siswa ke dalam bangun tegak, dikarenakan siswa menganggap bangun tersebut adalah dan posisinya tegak. Hal itu menunjukkan bahwa siswa n dan mengelompokkan bangun berdasarkan rusuk tegaknya berdasarkan posisin Siswa mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasn Siswa juga n bangun segitiga, segiempat, segilima, dan segienam. Konsepsi siswa dalam mengelompokkan dan n berdasarkan bentuk alasnya dilihat pada Tabel 4. Siswa OT MC AY NA Tabel 4 Konsepsi Siswa Dalam Mengelompokkan dan Mendefinisikan Prisma Berdasarkan Bentuk Alasnya Konsepsi Siswa mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya dengan tepat. juga mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya sesuai definisi dijelaskan subjek. n bangun berdasarkan bentuk alasnya ( segitiga, segiempat, segilima, segienam) sesuai dengan definisi sebenarn mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya, namun belum lengkap. tidak mengelompokkan bangun h dan i ke dalam segiempat. juga n berdasarkan bentuk alasnya, namun pada segiempat definisi diberikan belum sesuai definisi sebenarn mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya dengan tepat. juga mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya sesuai definisi dijelaskan subjek. n bangun berdasarkan bentuk alasnya ( segitiga, segiempat, segilima, segienam) sesuai definisi sebenarn subjek mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya, namun belum lengkap. n bangun berdasarkan bentuk alasnya ( segitiga, segiempat, segilima, segienam) melihat dari jumlah titik sudutnya, selain itu subjek juga menganggap hanya alasnya saja atau atapnya saja memiliki jumlah sudut sesuai disebutkan subjek. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek belum memahami bangun

9 YK AA berdasarkan bentuk alasn mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya dengan lengkap. Namun subjek belum n sesuai definisi sebenarn sebenarnya mengerti bahwa pada segitiga memiliki bentuk segitiga adalah alas dan atapnya saja, begitu juga pada bangun segiempat, segilima, dan segienam. Namun ketika n juga menyebut dindingn Hal tersebut menunjukkan subjek mengelompokkan bangun berdsarkan bentuk alasnya, namun subjek belum n sesuai definisi sebenarn mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya dengan tepat. dalam n berdasarkan bentuk alasnya ( segitiga, segiempat, segilima, segienam) selain memahami alas dan atapnya juga menambahkan syarat bahwa sisi tegaknya berupa persegi atau persegi panjang sama besar. Hal tersebut mennjukkan bahwa subjek mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya sesuai definisi dijelaskann Berdasarkan hasil pada Tabel 4, maka disimpulkan bahwa siswa n dan mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasn Meskipun ter siswa h dan i ke dalam segiempat, namun hal tersebut dikarenakan siswa kurang teliti dalam melihat gambar. Hasil di dari 6 siswa dalam n dan mengidentifikasi unsurunsur berbeda-beda. Hasil tersebut dilihat pada Tabel 5. OT Tabel 5 Konsepsi Siswa dalam n dan mengidentifikasi unsur-unsur. Sisi Rusuk Titik Sudut Diagonal Sisi Diagonal an sisi sebagai permukaan suatu bangun ruang. jumlah sisi dan juga n n rusuk sebagai Garis luar suatu. jumlah rusuk dan juga n n titik sudut sebagai Titik berada di pinggir pada. jumlah titik sudut pada setiap dan juga n n sisi sebagai Garis menghubungk an titik A ke C. jumlah sisi hanya pada segitiga dan segiempat, siswa ketika sisi segilima dan segienam. Ruang n ruang sebagai Garis membelah tengah dari sebuah. jumlah dan ruang. Bidang Diagonal tidak an bidang. juga belum mengidantifi ksi dan bidang pada

10 MC AY NA an sisi sebagai Sisi atau selubung menutupi bangun ruang. jumlah sisi dan juga n an sisi sebagai Bangun datar menutupi kerangka pada bangun ruang. jumlah sisi dan juga n an sisi sebagai Bidang datar berada diantara rusuk dengan rusuk. n rusuk sebagai Garis menghubungk an titik satu ke titik lain. jumlah rusuk dan juga n n rusuk sebagai Garisgaris membentuk kerangka. jumlah rusuk dan juga n n rusuk sebagai Garis membentuk. jumlah rusuk n titik sudut sebagai Titiktitik berada di sudut-sudut bangun. jumlah titik sudut pada setiap dan juga n n titik sudut sebagai Titik perpotngan antara rusuk satu dengan lain. jumlah titik sudut pada setiap dan juga n n titik sudut sebagai Titik perpotongan rusuk-rusuk. jumlah titik sudut pada n sisi yaitu Dari ujung atas sampai ujung bawah luar. jumlah sisi hanya pada segitiga dan segiempat, siswa ketika sisi segilima dan segienam. n sisi sebagai Garis pada sisi menghubungk an tiik sudut berhadapan. jumlah sisi hanya pada segitiga dan segiempat, siswa ketika sisi segilima dan segienam. tidak n sisi. Namun demikian subjek n ruang sebagai Dari ujung titik atas sampai ujung titik bawah dalam. hanya jumlah dan ruang pada segiempat. n ruang sebagai Garis menghubungk an titik sudut berhadapan antara alas dan atap. hanya jumlah dan ruang pada segiempat. n ruang sebagai Garis silang berada di ruang di dalam bengun ruang. tidak an bidang. juga belum mengidantifi ksi dan bidang pada tidak an bidang. juga belum mengidantifi ksi dan bidang pada tidak an bidang. juga belum mengidantifi

11 YK AA jumlah sisi dan juga n an sisi sebagai Permukaan dibatasi rusuk. jumlah sisi dan juga n an sisi sebagai Suatu bangun datar menutupi suatu bangun ruang. jumlah sisi dan juga n dan juga n n rusuk sebagai Kerangka atau bentuk dasar dari suatu. jumlah rusuk dan juga n n rusuk sebagai Kerangka suatu bangun ruang. jumlah rusuk dan juga n setiap dan juga n n titik sudut sebagai Titik terletak di pojok bangun ruang dan dekat dengan sudut. jumlah titik sudut pada setiap dan juga n n titik sudut sebagai Titik potong antar rusuk pada. jumlah titik sudut pada setiap dan juga n jumlah sisi hanya pada segitiga dan segiempat, siswa ketika sisi segilima dan segienam. n sisi sebagai Garis ditarik antar sisi tetapi dari arah berlawanan pada sisi jumlah sisi hanya pada segitiga dan segiempat, siswa ketika sisi segilima dan segienam. n sisi sebagai Garis menghubungk an sudut berlawanan pada sisi suatu. jumlah sisi hanya pada segitiga dan dalam jumlah dan ruang bangun n ruang sebagai Garis ditarik antar ruang, tetapi tidak boleh terkena sisi. dalam jumlah dan ruang bangun. n ruang sebagai Garis menghubungk an titik sudut saling berhadapan dalam suatu bengun ruang. hanya jumlah dan mengidentifik asi ksi dan bidang pada tidak an bidang. juga belum mengidantifi ksi dan bidang pada tidak an bidang. juga belum mengidantifi ksi dan bidang pada

12 segiempat, siswa ketika sisi segilima dan segienam. ruang pada segiempat. Siswa dalam n unsur-unsur (sisi, rusuk, titik sudut, sisi, ruang, dan bidang ) bervariasi. Selain itu dalam jumlah dari setiap unsur dan menunjukkan contoh dari setiap unsur, siswa masih mengalami. Contohnya adalah sebagai berikut: 1. Siswa belum memahami ruang suatu. Ketika menunjukkan ruang bangun dengan dihadapkan dengan alat peraga, siswa menunjukkan ruang sama seperti sisi, hanya saja sisi pada sisi tegaknya saja. Selain itu juga ada siswa semua sisi. 2. Siswa belum memahami bidang. Siswa tidak n bidang. Selain itu siswa juga tidak jumlah bidang suatu dan menunjukkan contoh bidang suatu. Berdasarkan uraian pembahasan diatas, dikan beberapa temuan tentang konsepsi siswa terhadap bangun. Berikut ini adalah temuan tersebut. 1. Siswa dalam mengelompokkan bangun dan bukan, ter siswa mengelompokkan bangun tabung ke dalam bangun dan bangun kubus ke dalam kelompok bangun bukan. 2. Siswa belum n bangun sesuai dengan definisi sebenarn Siswa n dengan melihat ciri-ciri bangun yaitu memiliki alas dan atap sama. 3. Siswa dalam mengelompokkan bangun tegak dan miring hanya melihat posisi dari bangun tersebut. Bangun dikatakan tegak jika posisi bangun tersebut berdiri tegak (vertikal), jika posisi bangun tersebut posisinya tidak berdiri tegak siswa sudah menganggap bangun tersebut adalah miring.

13 4. Siswa belum n unsur (sisi, rusuk, titik sudut, sisi, ruang, dan bidang ) sesuai dengan definisi sebenarn 5. Siswa mengalami saat sisi suatu. misalnya pada bangun segilima dan segienam, siswa sisi pada bidang tegaknya, namun ketika sisi pada bidang alas dan atapnya siswa belum dengan tepat. 6. Siswa dalam ruang suatu. Siswa ruang sama seperti sisin Selain itu juga ada siswa ruang sama dengan sisi pada bidang tegak suatu. 7. Semua siswa belum memahami bidang suatu. Siswa belum n bidang. Selain itu siswa juga tidak jumlah bidang serta menunjukkan bidang suatu bangun. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa konsepsi siswa kelas VIII SMP Kanisius Girisonta tentang bangun beragam. Mengelompokkan bangun dan bukan masih ada siswa mengalami. Masih ada siswa mengelompokkan bangun d (tabung) ke dalam kelompok bangun, sedangkan bangun h (kubus) ke dalam kelompok bangun bukan. Siswa dalam n tegak dan miring hanya melihat posisi dari bangun. Siswa menganggap dikatakan tegak jika bangun tersebut berdiri tegak, sedangkan jika posisi bangun tersebut tidak berdiri tegak siswa menganggap bangun miring. Mengelompokkan bangun tegak dan miring siswa mengelompokkan bangun a dan j ke dalam tegak atau miring. Siswa n bangun berdasarkan bentuk alasnya dengan benar. Selain itu siswa juga mengelompokkan bangun berdasarkan bentuk alasnya dengan benar. Mendefinisikan unsur-unsur (sisi, rusuk, titik sudut, sisi, ruang, bidang ) siswa belum nnya sesuai definisi

14 sebenarn Siswa jumlah dan sisi, rusuk, dan titik sudut bangun dengan benar. Namun siswa mengalami ketika jumlah dan sisi, ruang, dan bidang suatu. Siswa belum membedakan antara sisi dengan ruang, sedangkan untuk bidang semua siswa belum mengerti sama sekali. DAFTAR PUSTAKA Alawiah, Tuti Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Terkait (Connected) Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah. Alimah, Khasanatun Keefektifan Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan SAVI Berbantu Alat Peraga dan Software Wingeom Terhadap Pemahaman Konsep Matematika. Skripsi. Semarang: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI. Ardhianingsih, Myta Pemahaman Siswa Kelas V SD Tentang Bangun Datar Dan Bangun Ruang. Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Berg Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Dahar, Ratna Wilis Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Darsono Tinjauan Geometri Berdasarkan Filsafat Matematika. diakses pada tanggal 8 Februari Huzaifah, Eva Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Geometri Siswa Dengan Menggunakan Teori Van Hiele. Skripsi. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah. Moleong, Lexy J Metode Penenlitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakar Ningrum, Florentina Sri Wahyu Konsepsi Siswa SD Tentang Bangun Datar dan Unsur-Unsurn Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Nurjanah, Enur Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Bangun Ruang. Tugas Akhir. Bandung: Pasca Sarjana Universitas Pasundan. Ormrod, J.E Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

15 Rohma, Ika Lailatul Miskonsepsi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Materi Bangun Datar Segiempat Kelas VII SMP Negeri 34 Semarang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Semarang: FMIPA IKIP PGRI. Santrock, J.W Psikologi Pendidikan. (Terjemahan Tri Wibowo). New York: McGraw Hill Company. (Buku asli diterbitkan tahun 2004). Sartika, Anggraeni Wahyu Konsepsi Siswa Kelas V SD Tentang Jenis Segitiga dan Unsur-Unsurn Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Siswoyo, Dedi Seminar Pemahaman Konsep. diakses pada tanggal 8 Februari Slavin, Robert. E Psikologi Pendidikan Edisi Kesembilan, Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks Sri Wahyu Ningrum, Florentina Konsepsi Siswa SD Tentang Bangun Datar dan Unsur-Unsurn Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Suharjana, Agus Mengenal dan sifat-sifatnya di sekolah dasar. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika. Suparno, Paul Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Sutrisno, Hadi Metode Research. Jakarta: Andi Offset. Wahyu Sartika, Anggraeni Konsepsi Siswa Kelas V SD Tentang Jenis Jenis Segitiga dan Unsur Unsurn Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Walle, John A. V. D Matematika Sekolah Dasar Dan Menengah Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Winkel, W. S Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Lepank Pengertian Konsep Menurut Beberapa Ahli. diakses tanggal 5 Februari

Kata kunci : konsep, pemahaman konsep, segitiga.

Kata kunci : konsep, pemahaman konsep, segitiga. KONSEPSI SISWA SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TERHADAP LUAS SEGITIGA Yolanda Leonino, Tri Nova Hasti Yunianta, M.Pd., Novisita Ratu, S.Si., M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut...

Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut... 1. Perhatikan sifat-sifat bangun ruang di bawah ini: i. Memiliki 6 sisi yang sama atau kongruen ii. Memiliki 12 rusuk yang sama panjang Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut... SD kelas 6 -

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat. ANALISIS KESALAHAN SISWA MENURUT NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI OPERASI HITUNG PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS VII B SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA Aditya Deddy Priyoko, Tri Nova Hasti Yunianta,

Lebih terperinci

KONSEPSI SISWA TENTANG TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI 10 SALATIGA

KONSEPSI SISWA TENTANG TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI 10 SALATIGA KONSEPSI SISWA TENTANG TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI 10 SALATIGA JURNAL Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Oleh SYAIFUL

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE JURNAL Disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar

Lebih terperinci

Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta

Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SALATIGA Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-1) 114 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-1) Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun ruang sisi datar Pertemuan ke : 1 (Pertama) Kelas/Semester : VIII/Genap Tahun Pelajaran : 2011/2012 Alokasi

Lebih terperinci

Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan

Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan Kubus Tabung rusuk kubus = a volume = a³ panjang diagonal bidang = a 2 luas = 6a² panjang diagonal ruang = a 3 r = jari-jari t = tinggi volume = π r² t luas = 2πrt Prisma

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii vi viii xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL UKK TAPEL 2012/2013SMP PROVINSI DKI JAKARTA. Mata Pelajaran : Matematika Kurikulum : StandarIsi

KISI KISI PENULISAN SOAL UKK TAPEL 2012/2013SMP PROVINSI DKI JAKARTA. Mata Pelajaran : Matematika Kurikulum : StandarIsi KISI KISI PENULISAN SOAL UKK TAPEL 2012/2013SMP PROVINSI DKI JAKARTA Mata Pelajaran : Matematika Kurikulum : StandarIsi K e l a s : 8 (delapan) AlokasiWaktu : 120 menit Banyak : 40 Bentuk : PilihanGanda

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas Mata Pelajaran Semester : VIII (Delapan) : Matematika : II (dua) SILABUS PEMBELAJARAN Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat balok, prisma,

Lebih terperinci

13. Menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika atau bidang lain yang penyelesaiannya menggunakan konsep aritmetika sosial dan perbandingan.

13. Menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika atau bidang lain yang penyelesaiannya menggunakan konsep aritmetika sosial dan perbandingan. ix S Tinjauan Mata Kuliah elamat bertemu, selamat belajar, dan selamat berdiskusi dalam mata kuliah Materi Kurikuler Matematika SMP. Mata kuliah ini berisi tentang materi matematika SMP yang terdiri dari

Lebih terperinci

SKIM PENYELESAIAN SOAL PYTHAGORAS PADA SEGITIGA BAGI SISWA SMP KELAS IX

SKIM PENYELESAIAN SOAL PYTHAGORAS PADA SEGITIGA BAGI SISWA SMP KELAS IX SKIM PENYELESAIAN SOAL PYTHAGORAS PADA SEGITIGA BAGI SISWA SMP KELAS IX JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika Disusun oleh:

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UAN/UN/UASBN SD 2012

CONTOH SOAL UAN/UN/UASBN SD 2012 CONTOH SOAL UAN/UN/UASBN SD 2012 DISESUAIKAN DENGAN KISI-KISI UASBN SD 2012 Kompetensi 3 : Memahami konsep, sifat, dan unsur-unsur bangun geometeri, dapat menghitung besar-besaran yang terkait dengan bangun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

JURNAL. Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika

JURNAL. Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika ANALISIS KESALAHAN SISWA MENURUT TEORI NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL CERITA MATERI PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL PADA SISWA KELAS IX SMP N 1 BANYUBIRU JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan melakukan observasi, tes tertulis (tes diagnostik dan tes kemampuan spasial), angket

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele 1 Wahyudi, 2 Sutra Asoka Dewi 1 yudhisalatiga@gmail.com 2 sutrasoka@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Geometri Ruang (Dimensi 3)

Geometri Ruang (Dimensi 3) Geometri Ruang (Dimensi 3) Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan Kubus Tabung volume = a³ luas = 6a² rusuk kubus = a panjang diagonal = a 2 panjang diagonal ruang = a 3 r = jari-jari t = tinggi volume =

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BANGUN RUANG (1)

PEMBELAJARAN BANGUN RUANG (1) H. SufyaniPrabawant, M. Ed. Bahan Belajar Mandiri 5 PEMBELAJARAN BANGUN RUANG (1) Pendahuluan Bahan belajar mandiri ini menyajikan pembelajaran bangun-bangun ruang dan dibagi menjadi dua kegiatan belajar.

Lebih terperinci

Konsep Dasar Geometri

Konsep Dasar Geometri Konsep Dasar Geometri. Segitiga 1. Definisi Segitiga Segitiga merupakan model bangun ruang datar yang dibatasi oleh tiga ruas garis. 2. Klasifikasi Segitiga a) Segitiga menurut panjang sisinya 1) Segitiga

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE (Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014) Nur aini

Lebih terperinci

Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran

Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran Apa kabar Saudara? Semoga Anda dalam keadaan sehat dan semangat selalu. Selamat berjumpa pada inisiasi kedua pada mata kuliah Pemecahan Masalah Matematika. Kali ini topik

Lebih terperinci

GEOMETRI RUANG 2. A. Beberapa Benda Ruang 11/21/2015. A. Beberapa Benda Ruang. Peta Konsep. Unsur-unsur pada kubus :

GEOMETRI RUANG 2. A. Beberapa Benda Ruang 11/21/2015. A. Beberapa Benda Ruang. Peta Konsep. Unsur-unsur pada kubus : Peta Konsep urnal Materi Umum Peta Konsep aftar adir Materi Soal Latihan 1 OMTR RUN 2 Kelas X, Semester 6. eberapa enda Ruang eberapa enda Ruang iagonal idang dan iagonal Ruang Menggambar Kubus dan alok

Lebih terperinci

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS Petrus Ongga *), Yani Sanwaty *), Ferdy Semuel Rondonuwu **), Wahyu Hari Kristiyanto ***) Email : whkris_fisika@yahoo.com, whkris@staff.uksw.edu *) Mahasiswa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP dan MTs Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VIII (Delapan) Semester : 2 (Dua)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP dan MTs Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VIII (Delapan) Semester : 2 (Dua) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP dan MTs Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VIII (Delapan) Semester : 2 (Dua) Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu : 5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi telah banyak memberikan kontribusi yang mendasar

Lebih terperinci

STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP Cindy Indra Amirul Fiqri 1, Gatot Muhsetyo 2, Abd. Qohar 3 1 Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENDEKATAN SAVI DAN PENDEKATAN KONVENSIONAL TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS

PERBANDINGAN PENDEKATAN SAVI DAN PENDEKATAN KONVENSIONAL TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS Artikel Skripsi PERBANDINGAN PENDEKATAN SAVI DAN PENDEKATAN KONVENSIONAL TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna

Lebih terperinci

:5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya

:5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika Satuan Pendidikan Kelas/Semester Standar Kompetensi : SMP : VIII/ :5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan

Lebih terperinci

3. Daerah yang dibatasi oleh dua buah jari-jari dan sebuah busur pada lingkaran adalah

3. Daerah yang dibatasi oleh dua buah jari-jari dan sebuah busur pada lingkaran adalah 1. Unsur-unsur di bawah ini yang merupakan unsur lingkaran adalah. A. Jari-jari, tali busur, juring dan diagonal B. Diameter, busur, sisi dan bidang diagonal C. Juring, tembereng, apotema dan jari-jari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prakonsep Menurut Soedjadi (1995) pra konsep adalah konsep awal yang dimiliki seseorang tentang suatu objek. Didalam proses pembelajaran setiap siswa sudah mempunyai

Lebih terperinci

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI Ignasia Evi Susanti 1, Diane Noviandini 1, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl.

Lebih terperinci

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika Farida Nurhasanah 2012 SI SD kelas I smt 1 Geometri dan Pengukuran 2. Menggunakan pengukuran waktu dan panjang 3. Mengenal beberapa bangun ruang 2.1 Menentukan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015

SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015 Survey Proses Pembelajaran dan Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran serta Tingkat Keterampilan Proses Sains Guna Membangun Generasi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) WAHYU LAILATUL AZIZAH Jurusan

Lebih terperinci

Pembahasan : untum membentuk jarring-jaring, maka setiap sisi yang berimpitan akan berimpitan secara tepat.

Pembahasan : untum membentuk jarring-jaring, maka setiap sisi yang berimpitan akan berimpitan secara tepat. SD kelas 4 - MATEMATIKA BAB 9. GARIS, SUDUT DAN PENGUBINANLATIHAN SOAL BAB 9 1. Jaring-jaring balok ditunjukkan oleh. Kunci Jawaban : A Pembahasan : untum membentuk jarring-jaring, maka setiap sisi yang

Lebih terperinci

SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana

SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi S1 Pendidikan Matematika Disusun Oleh Ayu Ostyaningsih 202013020 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

JARING-JARING BANGUN RUANG

JARING-JARING BANGUN RUANG BAHAN BELAJAR MANDIRI 6 JARING-JARING BANGUN RUANG PENDAHULUAN Bahan Belajar mandiri 6 mempelajari tentang Jaring-jaring Bangun ruang : maksudnya jika bangun ruang seperti kubus, balok, kerucut dan yang

Lebih terperinci

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF. : SMP Pasundan 4 Bandung

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF. : SMP Pasundan 4 Bandung LAMPIRAN A.1 KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF Sekolah Mata pelajaran Pokok bahasan Kelas/Semester : SMP Pasundan 4 Bandung : Matematika : Prisma dan limas : VIII/2 Standar Kompetensi

Lebih terperinci

Untuk lebih jelasnya buatlah sebuah tabel untuk membuktikan kaidah euler!

Untuk lebih jelasnya buatlah sebuah tabel untuk membuktikan kaidah euler! BAB V BANGUN RUANG Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Permukaan yang dimaksud pada definisi tersebut adalah bidang

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah :... Kelas : VIII (Delapan) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI DAN PENGUKURAN Standar : 4. Menentukan unsur, bagian serta ukurannya Kegiatan Indikator

Lebih terperinci

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA Siti Imroatun, Sutriyono, Erlina Prihatnani Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Berikut ini adalah pertanyaan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Gabriel

LAMPIRAN. Berikut ini adalah pertanyaan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Gabriel LAMPIRAN A. Wawancara dengan Guru Berikut ini adalah pertanyaan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Gabriel Yudhistira S.Si dan Bapak Yusuf S.Pd selaku guru matematika kelas 5 pada SD Strada Wiyatasana.

Lebih terperinci

MAKALAH BANGUN RUANG. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Guru Bidang Matematika. Disusun Oleh: 1. Titin 2. Silvi 3. Ai Riska 4. Sita 5.

MAKALAH BANGUN RUANG. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Guru Bidang Matematika. Disusun Oleh: 1. Titin 2. Silvi 3. Ai Riska 4. Sita 5. MAKALAH BANGUN RUANG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Guru Bidang Matematika Disusun Oleh: 1. Titin 2. Silvi 3. Ai Riska 4. Sita 5. Ayu YAYASAN PENDIDIKAN TERPADU PONDOK PESANTREN MADRASAH THASANAWIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu dapat menarik minat, antusiasme siswa, dan memotivasi siswa agar senantiasa belajar

Lebih terperinci

PENJABARAN KISI-KISI UJIAN NASIONAL BERDASARKAN PERMENDIKNAS NOMOR 75 TAHUN SKL Kemampuan yang diuji Alternatif Indikator SKL

PENJABARAN KISI-KISI UJIAN NASIONAL BERDASARKAN PERMENDIKNAS NOMOR 75 TAHUN SKL Kemampuan yang diuji Alternatif Indikator SKL PENJABARAN KISI-KISI UJIAN NASIONAL BERDASARKAN PERMENDIKNAS NOMOR 75 TAHUN 2009 Mata Pelajaran : Matematika No. 1. Menggunakan konsep operasi 1. Menghitung operasi tambah, kurang, kali dan 1.1. Menentukan

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 432-439 ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

Lebih terperinci

MODUL PENDALAMAN MATERI ESENSIAL DAN SULIT MATA PELAJARAN : MATEMATIKA ASPEK : GEOMETRI

MODUL PENDALAMAN MATERI ESENSIAL DAN SULIT MATA PELAJARAN : MATEMATIKA ASPEK : GEOMETRI MODUL PENDALAMAN MATERI ESENSIAL DAN SULIT MATA PELAJARAN : MATEMATIKA ASPEK : GEOMETRI STANDAR KOMPETENSI LULUSAN. Memahami bangun datar, bangun ruang, garis sejajar, dan sudut, serta menggunakannya dalam

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA PADA KOMPETENSI DASAR MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS, BALOK, PRISMA, DAN LIMAS

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA PADA KOMPETENSI DASAR MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS, BALOK, PRISMA, DAN LIMAS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA PADA KOMPETENSI DASAR MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS, BALOK, PRISMA, DAN LIMAS Nila Kurniasari, Budiyono, Teguh Wibowo Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Geometri, Media Visual, Model Bangun Ruang, Program Geogebra, Hasil

Abstrak. Kata Kunci: Geometri, Media Visual, Model Bangun Ruang, Program Geogebra, Hasil PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL PROGRAM GEOGEBRA DAN MODEL BANGUN RUANG DALAM MATERI LUAS PERMUKAAN LIMAS PADA SISWA KELAS VIII SMP GETASAN KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 RPP SIKLUS 1 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

LAMPIRAN 1 RPP SIKLUS 1 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE LAMPIRAN 1 RPP SIKLUS 1 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE 108 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE Satuan Pendidikan Mata

Lebih terperinci

Sumber Belajar 2x40mnt Buku teks. 2x40mnt. 2x40mnt. (2x + 3) + (-5x 4) (-x + 6)(6x 2) Tes tulis Tes uraian Berapakah: berikut: Teknik Bentuk

Sumber Belajar 2x40mnt Buku teks. 2x40mnt. 2x40mnt. (2x + 3) + (-5x 4) (-x + 6)(6x 2) Tes tulis Tes uraian Berapakah: berikut: Teknik Bentuk Sekolah : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Matematika Semester : I(satu) SILABUS Standar : ALJABAR 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus 1.1 Melakukan operasi aljabar Bentuk

Lebih terperinci

Bangunan piramida merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Prisma dan Limas. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Bangunan piramida merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Prisma dan Limas. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com ab Prisma dan Limas ujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, rusuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal, dan tinggi prisma dan

Lebih terperinci

KATALOG ALAT PERAGA MANIPULATIF MATEMATIKA. Pembelajaran Matematika Pendidikan Dasar

KATALOG ALAT PERAGA MANIPULATIF MATEMATIKA. Pembelajaran Matematika Pendidikan Dasar KATALOG ALAT PERAGA MANIPULATIF MATEMATIKA Pembelajaran Matematika Pendidikan Dasar KATA PENGANTAR Alat Peraga Manipulatif (APM) ini adalah produk dari kolaborasi Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MELAKUKAN OPERASI ALJABAR. Arini Fardianasari ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MELAKUKAN OPERASI ALJABAR. Arini Fardianasari ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MELAKUKAN OPERASI ALJABAR Arini Fardianasari ABSTRAK Masalah kesulitan siswa memahami materi aljabar dapat memicu terjadinya kesalahan saat menyelesaikan persoalan aljabar.

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN Mawar Kelana, Tri Nova Hasti Yunianta, Novisita Ratu Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 Menerapkan Pembelajaran Menggunakan Model TPS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi

Lebih terperinci

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2 KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Matematika. : SMP/MTs. : VII s/d IX /1-2 Nama Guru

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD:

Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD: Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD: 1. Bilangan dan Operasinya 2. Kelipatan dan Faktor 3. Angka Romawi, Pecahan dan Skala 4. Perpangkatan dan Akar 5. Waktu, Kecepatan, dan Debit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep, Konsepsi, dan Miskonsepsi Konsep menurut Berg (1991:8) adalah golongan benda, simbol, atau peristiwa tertentu yang digolongkan berdasarkan sifat yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktiaan secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

Lebih terperinci

KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET

KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET Rien S. D. Premawoli, Marmi Sudarmi, Alvama pattiserlihun Program studi pendidikan fisika Fakultas sains dan matematika Universitas Kristen Satya Wacana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Preliminary Design (Desain Permulaan) Pada tahap desain permulaan ini telah terkumpul data yang diperoleh melalui wawancara dengan guru, wawancara dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dewasa ini telah membawa perubahan yang sangat pesat dalam segala aspek kehidupan manusia, perubahan tersebut telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari matematika adalah mempunyai obyek dasar yang abstrak. Objek-objek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari matematika adalah mempunyai obyek dasar yang abstrak. Objek-objek 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Objek Matematika Soedjadi menyatakan bahwa salah satu karakteristik atau ciri-ciri khusus dari matematika adalah mempunyai obyek dasar yang abstrak. Objek-objek tersebut merupakan

Lebih terperinci

LATIHAN PERSIAPAN UJIAN KENAIKAN KELAS (UKK) MATEMATIKA 8 TAHUN PELAJARAN 2011/2012

LATIHAN PERSIAPAN UJIAN KENAIKAN KELAS (UKK) MATEMATIKA 8 TAHUN PELAJARAN 2011/2012 LATIHAN PERSIAPAN UJIAN KENAIKAN KELAS (UKK) MATEMATIKA 8 TAHUN PELAJARAN 011/01 No. ALTERNATIF SOAL PEMBAHASAN 1 Unsur-unsur di bawah ini yang merupakan unsur lingkaran adalah. A. Jari-jari, tali busur,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODUL APLIKASI KOMPUTER DENGAN PROGRAM WINGEOM PADA MATERI GEOMETRI. Merina Pratiwi 1, Tika Septia 2

EFEKTIVITAS MODUL APLIKASI KOMPUTER DENGAN PROGRAM WINGEOM PADA MATERI GEOMETRI. Merina Pratiwi 1, Tika Septia 2 EFEKTIVITAS MODUL APLIKASI KOMPUTER DENGAN PROGRAM WINGEOM PADA MATERI GEOMETRI Merina Pratiwi 1, Tika Septia 2 1 Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Dumai, 2 STKIP PGRI Sumatera Barat merinapratiwi1920@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KEMAMPUAN SPASIAL Menurut Fahmi (2006) kemampuan spasial adalah kemampuan anak dalam mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda, dan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan pada Data Rekapitulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Siswa sangat lemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk (Untung, 2008). Lemahnya pemahaman siswa tentang konsep

1. Pendahuluan Siswa sangat lemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk (Untung, 2008). Lemahnya pemahaman siswa tentang konsep 1. Pendahuluan Siswa sangat lemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk (Untung, 2008). Lemahnya pemahaman siswa tentang konsep bangun ruang sebagaimana dikemukakan oleh Blanco, salah

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I. Mata Pelajaran : Matematika

PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I. Mata Pelajaran : Matematika PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I Mata Pelajaran : Matematika 191 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 Nama Sekolah : Kelas/ Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Matematika Aspek : BILANGAN Standar

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK GEOMETRI DIMENSI TIGA PADA SISWA KELAS XI SMKN 1 TIRTAJAYA

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK GEOMETRI DIMENSI TIGA PADA SISWA KELAS XI SMKN 1 TIRTAJAYA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 460-464 ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK GEOMETRI DIMENSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kegiatan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 39 Palembang dimulai dari tanggal 07 Februari 2015 s/d 29 April 2015.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I PERTEMUAN I, II, DAN III

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I PERTEMUAN I, II, DAN III 42 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I PERTEMUAN I, II, DAN III Mata Pelajaran : Matematika Kelas /Semester : V/ II Pertemuan : 1, 2 dan 3 Alokasi Waktu : 6 x 35 menit ( 3x pertemuan ) A. Standar

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya aljabar, geometri, kalkulus, statistika, dll. Bangun ruang sisi

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya aljabar, geometri, kalkulus, statistika, dll. Bangun ruang sisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran penting dan dibutuhkan dalam berbagai bidang ilmu terapan. Matematika memiliki banyak cabang diantaranya aljabar, geometri,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. verifikasi atau pengecekan data diperoleh jenis-jenis kesalahan yang. prisma dan limas beserta penyebabnya adalah sebagai berikut.

BAB V PEMBAHASAN. verifikasi atau pengecekan data diperoleh jenis-jenis kesalahan yang. prisma dan limas beserta penyebabnya adalah sebagai berikut. BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil analisis data yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau pengecekan data diperoleh jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Konsepsi siswa tentang jenis-jenis segitiga dan unsur-unsurnya memiliki keanekaragaman. Siswa memiliki berbagai jenis konsep yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ilmu dasar yang mendukung kemajuan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah matematika. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soedjadi dalam

Lebih terperinci

GEOMETRI BANGUN RUANG

GEOMETRI BANGUN RUANG OMTRI NUN RUN. ambar angun Ruang a. aris frontal, yaitu garis yang terletak pada bidang yang digambarkan sebenarnya. ruas garis,,,,,,, dan b. aris orthogonal, yaitu garis yang tidak terletak pada bidang

Lebih terperinci

Penggunaan Puzzle Bangun Ruang untuk Mengembangkan Kemampuan Keruangan

Penggunaan Puzzle Bangun Ruang untuk Mengembangkan Kemampuan Keruangan Bidang Kajian Jenis Artikel : Pendidikan Matematika. : Hasil Penelitian Penggunaan Puzzle Bangun Ruang untuk Mengembangkan Kemampuan Keruangan Adventa Eklesiawati 1), Sepriani Liliana 2) 1)2) Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI YANG BERKAITAN DENGAN JARAK

ANALISIS KESULITAN SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI YANG BERKAITAN DENGAN JARAK ANALISIS KESULITAN SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI YANG BERKAITAN DENGAN JARAK Ilham Rais Arvianto Program Studi Teknik Informatika STMIK Akakom Yogyakarta E-mail: ir.arvianto@akakom.ac.id

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDITAS SOAL EVALUASI POKOK BAHASAN SIFAT BANGUN DATAR. 1. Yang merupakan bangun persegi adalah. a. b. c.

LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDITAS SOAL EVALUASI POKOK BAHASAN SIFAT BANGUN DATAR. 1. Yang merupakan bangun persegi adalah. a. b. c. LAMPIRAN 48 49 LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDITAS SOAL EVALUASI POKOK BAHASAN SIFAT BANGUN DATAR 1. Yang merupakan bangun persegi adalah. a. b. c. 2. Berikut ini yang bukan bangun datar adalah.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP. Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP. Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP 1) Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya Abstract Geometry is a part of mathematics that

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SEGITIGA DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SEGITIGA DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SEGITIGA DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA Muhamaad Ridlo Yuwono* Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (a) mendiagnosis kesulitan

Lebih terperinci

Lembar Kerja Siswa. Pertemuan ke-1

Lembar Kerja Siswa. Pertemuan ke-1 13 Lampiran A. LKS Kelas Eksperimen Lembar Kerja Siswa ertemuan ke-1 etunjuk: 1. Bacalah LKS berikut dengan cermat 2. Jawablah seluruh pertanyaan yang ada pada LKS dan bertanyalah pada guru jika terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI GEOMETRI DI MTs NEGERI 3 KARAWANG

ANALISIS KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI GEOMETRI DI MTs NEGERI 3 KARAWANG Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 571-578 ANALISIS KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI GEOMETRI DI

Lebih terperinci

adalah. 7. Barisan aritmatika dengan suku ke-7 = 35 dan suku ke-13 = 53. Jumlah 27 suku pertama

adalah. 7. Barisan aritmatika dengan suku ke-7 = 35 dan suku ke-13 = 53. Jumlah 27 suku pertama MATEMATIKA (Paket ) Waktu : 20 Menit (025) 477 20 Website : Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Ibu Aminah mempunyai untuk membuat gorengan diperlukan 7 2 kg tepung terigu. Untuk membuat roti diperlukan

Lebih terperinci

JURNAL Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana

JURNAL Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana ANALISIS PROSES BERPIKIR DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 BOYOLALI JURNAL Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Persepsi Siswa SMP di Kecamatan Kemiri terhadap Pembelajaran Matematika

Persepsi Siswa SMP di Kecamatan Kemiri terhadap Pembelajaran Matematika SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Persepsi Siswa SMP di Kecamatan Kemiri terhadap Pembelajaran Matematika Anintya Dyas Retnoningsih 1, Budiyono 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian Lampiran 1.1. RPP Matematika Berbantuan GeoGebra

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian Lampiran 1.1. RPP Matematika Berbantuan GeoGebra LAMPIRAN 101 Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian Lampiran 1.1. RPP Matematika Berbantuan GeoGebra RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (PEMBELAJARAN BERBANTUAN GEOGEBRA) Nama Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis, Subyek, Waktu dan Tempat Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010) pendekatan penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA)2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 201-206 ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada beberapa pendapat yang disampaikan para ahli mengenai definisi dari istilah matematika. Matematika didefinisikan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEOREMA PYTHAGORAS DITINJAU DARI TEORI NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEOREMA PYTHAGORAS DITINJAU DARI TEORI NEWMAN ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEOREMA PYTHAGORAS DITINJAU DARI TEORI NEWMAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna memcapai Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematika Istilah penalaran atau reasoning dijelaskan oleh Copi (dalam Shadiq, 2009:3) sebagai berikut: Reasoning is a special kind of thinking in which

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Sekolah : MTs... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55

PROGRAM TAHUNAN. Sekolah : MTs... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55 PROGRAM TAHUNAN Sekolah : MTs.... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55 Standar Sem Kompetensi 1 BILANGAN 1. Memahami sifat-sifat operasi

Lebih terperinci