PERAYAAN QI YUE BAN DI PONTIANAK SEBAGAI WUJUD PERPADUAN BUDAYA QI YUE BAN CHINA DENGAN BUDAYA LOKAL
|
|
- Verawati Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERAYAAN QI YUE BAN DI PONTIANAK SEBAGAI WUJUD PERPADUAN BUDAYA QI YUE BAN CHINA DENGAN BUDAYA LOKAL Yenny Febriana, Brigita, Mariana Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, ABSTRACT Qi Yue Ban is Chinese traditional festival that comes from three beliefs: Buddhism, Daoism, and local citizens beliefs. This celebration is celebrated every 15 th day in the 7 th month in Lunar calendar. There is also Qi Yue Ban festival in Pontianak. The local calls it Qit Gue Pua in Tio Ciu dialect or Qit Nyet Pan in Hakka dialect. This festival has been stated as one of Chinese culture that comes from Pontianak. Base on the similarity and diversity between Qi Yue Ban celebration in China and Pontianak, the writers want to analyze the cultural acculturation happened in the festival. In the research, the writers use qualitative research methodology. Interviews were conducted with twelve respondents, with eight came from clan foundations in Pontianak, in order to have deeper insight in Qi Yue Ban festival. The writers did use literature study to observe Qi Yue Ban festival in China further. Through the interviews and literature studies, the writes find out that even though Qi Yue Ban celebration in China and Pontianak is the same celebration, but the meaning that contains and the habit run by the local citizen have changed. These are the foundation for the writers to conclude that Qi Yue Ban in Pontianak has experienced acculturation. Keywords: Qi Yue Ban, Pontianak, Acculturation, Clan Foundation ABSTRAK Qi Yue Ban adalah hari raya tradisional China yang berasal dari tiga kepercayaan, yaitu kepercayaan agama Buddha, Dao, dan kepercayaan rakyat sekitar. Perayaan ini dirayakan setiap tahunnya pada bulan ketujuh tanggal lima belas penanggalan kalender Lunar. Pontianak adalah salah satu kota dimana perayaan Qi Yue Ban mengalami proses akulturasi dan berkembang hingga dijadikan sebagai salah satu kebudayaan Tionghoa yang berasal dari Pontianak. Berdasarkan persamaan dan perbedaan dari Perayaan Qi Yue Ban di China dan di Pontianak inilah, penulis ingin menganalisa tentang akulturasi budaya yang terjadi didalam perayaan ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan dengan dua belas orang responden, delapan orang diantaranya berasal dari yayasan-yayasan marga di Pontianak, demi mengetahui lebih dalam mengenai perayaan Qi Yue Ban. Penulis juga menggunakan metode studi pustaka untuk menilik lebih lanjut mengenai perayaan Qi Yue Ban yang ada di China. Melalui proses wawancara dan studi pustaka, penulis mengetahui walaupun perayaan Qi Yue Ban di China dan Pontianak adalah perayaan yang sama, namun makna yang terkandung didalamnya serta kebiasaan-kebiasaan yang dijalankan oleh masyarakat telah berubah. Hal inilah yang mendasari penulis sehingga berkesimpulan bahwa perayaan Qi Yue Ban yang berada di Pontianak telah mengalami proses akulturasi. Kata Kunci : Qi Yue Ban, Pontianak, Akulturasi, Yayasan Marga
2 PENDAHULUAN Sebagian masyarakat mengira bahwa sembahyang hanya dilakukan pada saat hari raya Tahun Baru Imlek dan perayaan Ceng Beng saja. Mereka tidak mengetahui bahwa selain Tahun Baru Imlek dan Ceng Beng, sembahyang juga dilakukan pada saat perayaan Zhong Yuan atau yang dikenal sebagai Qi Yue Ban. Masyarakat merayakan perayaan ini pada tanggal lima belas di bulan ketujuh penanggalan kalender Lunar. Namun di beberapa daerah, seperti Taiwan, perayaan ini dirayakan selama sebulan penuh. Masyarakat Pontianak dalam dialek Tio Ciu menyebut perayaan ini Qi Yue Ban atau dalam dialek Hakka Qit Nyet Pan. Mereka merayakan perayaan ini pada tanggal satu sampai lima belas di bulan ketujuh pada penanggalan kalender Lunar. Meskipun masyarakat Pontianak merantau ke berbagai daerah, namun ketika perayaan Imlek, Ceng Beng, dan Qi Yue Ban, para perantau ini biasanya akan pulang ke Pontianak untuk sembahyang dan berkumpul bersama keluarga. Penulis ingin meneliti perayaan Qi Yue Ban yang ada di Pontianak dikarenakan masih banyaknya ketidaktahuan masyarakat akan adanya perayaan Qi Yue Ban. Tidak hanya itu, penulis juga ingin mendalami proses akulturasi yang terjadi antara perayaan Qi Yue Ban yang ada di China dengan perayaan Qi Yue Ban yang ada di Pontianak. Penulis berharap melalui skripsi ini, masyarakat dapat lebih mengenal perayaan Qi Yue Ban di Pontianak. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, penulis pada tanggal 14 Maret 2012 pergi ke Pontianak untuk mewawancarai Yayasan Bhakti Suci dan tiga yayasan marga yang ada. Disana penulis juga menelaah lebih lanjut mengenai pandangan dan pola pikir masyarakat sekitar terhadap perayaan ini. Penulis memilih kota Pontianak dikarenakan kota Pontianak merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang turut melestarikan budaya Tionghoa didalam kehidupan mereka. METODE PENELITIAN Untuk melakukan penelitian ini, penulis melakukan studi pustaka mengenai asal-usul serta tata cara perayaan Qi Yue Ban yang ada di China. Penulis juga melakukan wawancara dengan perhimpunan marga Pontianak, yaitu Yayasan Bhakti Suci, dan tiga yayasan marga lainnya demi mendalami lebih jauh mengenai perayaan Qi Yue Ban. Maka penulis melakukan metode kualitatif terhadap informan dengan melakukan wawancara dengan menggunakan telepon genggam sebagai alat perekam. Tidak hanya menggunakan telepon genggam saja, penulis juga mencatat hasil wawancara tersebut secara manual dan mengambil dokumentasi menggunakan kamera digital selama wawancara berlangsung. Penulis juga berinisiatif meminta dokumentasi Yayasan Bhakti Suci dikarenakan penulis tidak dapat berpartisipasi dalam perayaan Qi Yue Ban tahun ini. HASIL DAN BAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan studi pustaka, penulis mendapatkan hasil bahwa Perayaan Qi Yue Ban yang ada di Pontianak adalah hasil akulturasi dari Perayaan Qi Yue Ban yang ada di China. Asal Muasal Perayaan Qi Yue Ban di China Perayaan Qi Yue Ban atau yang dikenal dengan Hari Hantu atau Yu Lan Pen Hui, mulai dirayakan sejak Dinasti Liang pada pemerintahan Kaisar Liang Wudi ( ) semasa periode Dinasti Utara-Selatan. Perayaan ini dirayakan selama satu bulan penuh pada bulan ketujuh penanggalan kalender lunar, tetapi ada juga beberapa daerah yang merayakan perayaan ini sampai pada tanggal lima belas bulan tujuh penanggalan Lunar. Asal usul perayaan Qi Yue Ban ini dipercaya berasal dari tiga aliran kepercayaan yang berbeda, yaitu Dao, Buddha, dan kepercayaan yang lahir dari masyarakat sendiri. Aliran kepercayaan Dao mempercayai bahwa pada perayaan Qi Yue Ban, salah satu dari Tiga Penguasa Alam, yaitu Penguasa Bumi, akan memberikan
3 pengampunan bagi orang-orang yang meminta penebusan di perayaan ini. Mereka juga mempercayai selain mendapatkan penebusan dosa, mereka juga akan mendapatkan kehidupan yang lebih bahagia. Agama Buddha mengisahkan asal mula perayaan Qi Yue Ban berasal dari cerita mengenai kegigihan Mu Lian dalam menolong ibunya yang telah menjadi hantu kelaparan di alam baka. Dikisahkan bahwa dosa ibunya terlalu berat sehingga semua makanan yang Mu Lian berikan berubah menjadi abu. Mu Lian tidak tega melihat ibunya menderita, maka ia memohon petunjuk dari Sang Buddha. Sang Buddha yang tersentuh dengan sikap Mu Lian memberitahunya apabila ingin menolong ibunya, Mu Lian tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri saja, ia harus turut mengandalkan kemampuan dari para Biksu yang berasal dari sepuluh penjuru dunia yang memiliki moral yang baik dan seluas lautan. Dengan mengandalkan semangat mereka, barulah Mu Lian bisa menyelamatkan ibunya. Berkat petunjuk dari Sang Buddha serta kegigihan Mu Lian, ibunya berhasil diselamatkan dan tidak lagi menjadi hantu kelaparan. Untuk mengenang kisah ini, maka setiap tanggal lima belas di bulan ketujuh penanggalan Lunar diadakan acara Yu Lan Pen Hui. Tidak hanya berdasarkan aliran Dao dan ajaran agama Buddha saja, asal mula perayaan Qi Yue Ban juga berasal dari kepercayaan masyarakat yang mempercayai bahwa setiap tanggal satu di bulan ketujuh penanggalan lunar pintu neraka akan terbuka dan hantu-hantu akan dengan bebas berkeliaran di dunia manusia. Tata Cara Perayaan Qi Yue Ban di China Biasanya ketika Bulan Hantu tiba, sebagian besar masyarakat di China akan membakar barang-barang yang terbuat dari kertas seperti uang, baju, sepatu, dan topi. Masyarakat China percaya bahwa barang-barang dari kertas yang mereka bakar tersebut akan sampai kepada keluarga atau sanak saudara mereka yang telah meninggal dunia. Mereka juga akan membuat lentera yang dibuat menyerupai teratai. Lentera ini disebut juga Lentera Teratai atau Lentera Air, pada malam harinya lentera ini akan dihanyutkan di sungai. Masyarakat di China mempercayai bahwa ketika hantu-hantu keluar dari alam baka, mereka akan kesulitan melihat jalan di dunia manusia. Maka masyarakat China membuatkan lentera-lentera ini untuk dijadikan sebagai penerang jalan. Mereka juga percaya bahwa dengan menaruh lentera sebagai penerang jalan untuk hantu-hantu, mereka telah melakukan perbuatan baik. Selain menghanyutkan lentera air, masyarakat China pada tanggal lima belas bulan tujuh penanggalan Lunar membakar dupa didepan rumah masing-masing. Umumnya dibakar pada malam hari, dan kegiatan ini dinamakan Bu Tian. Tidak hanya itu, masyarakat China biasanya juga akan mengadakan pertunjukan opera yang terinspirasi dari kisah Mu Lian Menolong Ibunya bernama Mu Lian Xi. Pertunjukan ini berisikan pesan moral mengenai bhakti seorang anak terhadap ibunya. Masyarakat Tio Ciu di China mengadakan suatu kegiatan yang bernama Fang Yan Kou, dimana seorang pendeta akan membacakan mantra, kemudian membagikan sedekah lalu menebarkan beras keempat arah yang berbeda, kemudian diulang hingga tiga kali. Kedatangan Orang China ke Pontianak Pada tahun 1772, kemiskinan melanda seluruh negeri China, karena adanya masalah ini, maka sekelompok orang yang berasal dari China bagian selatan pergi berlayar hingga ke Laut Cina Selatan, kemudian sampailah mereka ke kota Pontianak. Untuk bertahan hidup, mereka pun berdagang dan melakukan interaksi dengan penduduk sekitar. Penulis menganggap karena adanya budaya asing dan budaya setempat, maka terjadilah perpaduan budaya. Namun seiring perkembangan zaman, keturunan Tionghoa pun mendominasi sebagian wilayah Pontianak.
4 Asal Muasal Perayaan Qi Yue Ban di Pontianak Berdasarkan hasil wawancara penulis, masyarakat Pontianak percaya bahwa asal muasal perayaan Qi Yue Ban berasal dari Dinasti Tang. yaitu ketika kaisar dinasti Tang bernama Li Shimin atau yang dikenal dengan kaisar Tang Taizong pergi ke neraka. Suatu hari kaisar Tang Taizong dipanggil oleh Raja Neraka untuk ke neraka. Karena arwah Kaisar Tang Taizong di neraka, maka tubuhnya yang ada di bumi berada diantara hidup dan mati. Saat itu juga Wei Zheng memberikan suatu informasi untuk sesampainya di neraka nanti, segera memberitahu Cui Yi Pan Guan untuk menjadi pemimpin dalam perjalanan Kaisar Tang Taizong ke neraka selama 3 hari nantinya, tidak hanya itu informasi lainnya adalah bahwa Kaisar Tang Taizong tidaklah meninggal, melainkan hanya diambang kematian. Akhirnya mereka pun menemui Raja Neraka Gerbang satu, disini Kaisar Tang Taizong banyak bertemu dengan prajurit-prajurit dinasti Tang yang sudah meninggal serta bertemu dengan ayahnya, Li Yuan atau Tang Gaozu. Selain ayahnya dia masih bertemu dengan kakak serta adiknya yang sudah meninggal. Melihat mereka mengalami penderitaan yang sangat tersiksa, Kaisar Tang Taizong tidak tega sehingga akhirnya memohon kepada Cui Yi Pan Guan agar dapat membantu mereka. Lalu Cui Yi Pan Guan memberitahu bahwa caranya adalah memberikan mereka uang untuk orang-orang yang sudah meninggal. Fungsinya adalah untuk menenangkan para arwah tersebut yang saat ini masih menunggu keputusan dari Raja Neraka untuk masuk ke surga atau neraka. Setelah itu, mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke Raja Neraka Gerbang dua, Raja Neraka Gerbang tiga, Raja Neraka Gerbang empat dan seterusnya hingga sampailah mereka di Raja Neraka Gerbang sepuluh. Sejak saat itu Kaisar Tang Taizong menyadari bahwa ternyata kehidupan manusia di bumi semasa hidup, baik itu perbuatan jahat maupun perbuatan baik setelah meninggal nanti akan ada bayaran yang setimpal. Perjalanan Kaisar Tang Taizong pun berakhir, untuk mengucapkan terima kasih kepada Raja Neraka yang sudah menyambutnya, Kaisar Tang Taizong harus memberikan Bei Gua kepada Raja Neraka, yang merupakan makanan kesukaan Raja Neraka; lalu dengan segera mengembalikan uang kertas kepada pasangan yang meminjamkan uang kertas; dan yang terakhir adalah setiap tanggal 15 bulan 7 penanggalan Lunar harus diadakan sembahyang Yu Lan Pen Hui yang bertujuan agar para arwah yang tidak memiliki keluarga di dunia dapat merasakan ketenangan. Tata Cara Perayaan Qi Yue Ban di Pontianak Pada pagi hari, masyarakat Pontianak yang merayakan perayaan Qi Yue Ban, biasanya di depan rumah akan mulai sembahyang dan menaruh beberapa macam buah dan bahan pokok lainnya seperti, ubi, talas, jeruk dan kim cua (sejenis uang untuk orang yang sudah meninggal) kedalam dua sampai empat keranjang kecil. Keranjangkeranjang ini nantinya akan dikumpulkan oleh petugas Yayasan Bhakti Suci untuk diantar ke tempat Sembahyang Rebut berlangsung atau yang biasa dikenal dengan acara Qiang Shi Gu. Yayasan Bhakti Suci adalah suatu yayasan yang mewakili seluruh yayasan marga yang ada di Pontianak untuk mengorganisir segala acara yang berhubungan dengan perayaan tradisional China, salah satunya adalah hari raya Qi Yue Ban. Siang harinya Sembahyang Rebut dilakukan di lapangan milik Yayasan Bhakti Suci. Setelah acara sembahyang selesai, masyarakat akan diperbolehkan mengambil barang-barang yang telah disiapkan. Masyarakat Pontianak percaya apabila mendapatkan barang rebutan, mereka akan beruntung, dan bagi yang tidak mendapat apapun akan mendatangkan kesialan. Ketika acara Sembahyang Rebut ini berlangsung, tidak hanya masyarakat Tionghoa saja yang berpartisipasi melainkan warga sekitar juga turut berpartisipasi. Sembahyang rebut ini semula bertujuan untuk membubarkan
5 pesta para hantu, namun sekarang tidak hanya untuk membubarkan pesta melainkan juga sebagai media untuk membantu sesama. Setelah acara sembahyang rebut usai, acara dilanjutkan dengan membakar kapal Wang Kang yang terbuat dari kayu dan kertas. Kapal ini akan bertambah beberapa inci setiap tahunnya. Didalamnya akan diisi berbagai bahan pangan dan juga akan dibuat orang-orangan sebagai awak kapalnya. Kapal ini dibuat dengan tujuan mengantarkan arwah-arwah leluhur yang meninggal di Pontianak tanpa sempat pulang ke tanah kelahiran mereka, yaitu China. Akulturasi yang Terjadi di Pontianak Syarat terbentuknya proses akulturasi menurut Linton dan Herskovits: 1. Syarat persenyawaan (affinity), yaitu penerimaan budaya tanpa rasa terkejut. Masyarakat asli Pontianak ( 坤甸当地人 ) menerima budaya Tionghoa yang masuk dengan tangan terbuka, tanpa adanya paksaan dari perantau Tionghoa yang ada di Pontianak. Budaya yang dibawa masuk oleh para perantau ini seiring berjalannya waktu dijadikan sebagai salah satu budaya yang berasal dari Pontianak itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat asli Pontianak ( 坤甸当地人 ) yang pada awalnya tidak mengenal adanya budaya Qi Yue Ban lama kelamaan juga turut serta berpartisipasi dalam perayaan ini. 2. Adanya syarat keseragaman (homogeneity), nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya. 3. Syarat fungsi, seperti nilai baru yang diserap hanya sebagai suatu manfaat yang tidak penting atau hanya sekedar tampilan, sehingga proses akulturasi dapat berlangsung dengan cepat. Secara fungsi, masyarakat asli Pontianak ( 坤甸当地人 ) mendapatkan manfaat dari adanya acara Sembahyang Rebut, yaitu berupa bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga turut menjadikan budaya Qi Yue Ban masih terus dinantikan setiap tahunnya. 4. Syarat seleksi Seleksi alam turut mempengaruhi terbentuknya proses akulturasi. Adanya acara Sembahyang Rebut yang membagi-bagikan barang-barang pangan bagi masyarakat sekitar pada perayaan Qi Yue Ban menjadikan acara ini melewati proses seleksi dan masih diminati hingga sekarang ini. Dengan demikian, suatu nilai yang tepat fungsi dan bermanfaat bagi pengembangan kebudayaan akan memiliki daya tahan yang lama. Faktor-faktor yang memudahkan adanya pembauran : 1. Toleransi Toleransi antar kebudayaan yang berbeda dapat dilihat dari kerukunan yang terjalin antara warga Tionghoa yang berada di Pontianak dengan warga setempat. Berbagai perayaan yang berunsur Tionghoa marak diadakan di Pontianak. Hal ini juga yang membuktikan bahwa kebudayaan Tionghoa diakui sebagai salah satu ciri khas dari Pontianak. 2. Adanya persamaan dalam bidang ekonomi Adanya persamaan dalam bidang ekonomi memudahkan adanya pembauran, namun hal ini tidak kami temukan di dalam penelitian kami. Kami menemukan bahwa ketidaksamaan dalam bidang ekonomi dimana masyarakat asli Pontianak ( 坤甸当地人 ) yang mayoritas memiliki tingkat ekonomi yang lebih rendah, semakin memudahkan adanya pembauran. Masyarakat asli Pontianak ( 坤甸当地 人 ) dengan tingkat ekonomi rendah akan merasa acara Sembahyang Rebut memberikan mereka kesempatan dalam mendapatkan bahan kebutuhan sehari-hari
6 secara cuma-cuma, sehingga mereka sangat antusias untuk berpartisipasi setiap tahunnya dalam perayaan Qi Yue Ban, khususnya dalam acara Sembahyang Rebut. 3. Adanya perasaan simpati terhadap kebudayaan lain Adanya perasaan simpati diantara masyarakat asli Pontianak ( 坤甸当地人 ) dan orang Tionghoa turut memudahkan terjadinya pembauran. Masyarakat asli Pontianak ( 坤甸当地人 ) yang turut serta dalam acara Sembahyang Rebut dan orang-orang Tionghoa yang mengambil budaya Lancang Kuning sebagai salah satu unsur penting dalam perayaan Qi Yue Ban, yaitu pada acara pembakaran kapal Wang Kang. 4. Adanya perkawinan campuran Perkawinan campuran adalah salah satu hal yang tidak dapat dihindari ketika ada orang asing yang masuk kedalam satu daerah. Orang Tionghoa perantauan berinteraksi dalam jangka waktu panjang menyebabkan mereka membaur dengan masyarakat setempat sehingga akhirnya terjadilah perkawinan campuran. Akulturasi menurut Koentjaraningrat (2009) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsurunsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Menurut Redfield, Linton, dan Herskovits (2008), acculturation refers to changes that result when groups came into continuous firsthand contact-changes in cultural patterns of either or both groups. Dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa akulturasi adalah suatu proses perubahan yang timbul apabila suatu kelompok manusia bila dihadapkan dalam waktu yang cukup panjang dengan kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda, maka akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada kebudayaan pada kelompok itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari acara Sembahyang Rebut yang diadakan setiap tahunnya. Penulis menyimpulkan bahwa pada awalnya, acara Fang Yan Kou juga dirayakan oleh pendatang di Pontianak. Namun masyarakat setempat yang merlihat banyaknya barang-barang yang pendatang kumpulkan di lapangan akan mereka tinggalkan begitu saja. Masyarakat yang tidak mengetahui adanya acara inipun bergegas mengambil barang-barang yang para pendatang letakkan di lapangan. Hal ini kemudian terus-menerus berlangsung, hingga pada akhirnya menjadi sebuah budaya yang disebut Sembahyang Rebut. Koentjaraningrat (2009) juga menjelaskan bahwa dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan masalah khusus, yaitu : 1. Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan. Sebelum kedatangan orang Tionghoa ke Pontianak, masyarakat setempat tidak mengenal adanya perayaan Qi Yue Ban maupun acara Sembahyang Rebut dan pembakaran kapal Wang Kang. Hal ini dikarenakan perayaan Qi Yue Ban merupakan perayaan yang berasal dari budaya Tionghoa. Masyarakat setempat yang mayoritas adalah suku Bugis, Dayak, dll tidak mengenal adanya budaya Tionghoa didalam lingkungan mereka. Mereka hanya mengetahui budaya asli yang diturunkan dari nenek moyang mereka. Mereka juga mengenal adanya kapal Lancang Kuning sebagai budaya mereka. Kapal ini tadinya dibuat sebagai penyambutan atas pulangnya Sultan Pontianak VI dari kunjungannya ke Belanda. 2. Individu-individu yang membawa kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing. Budaya Tionghoa dibawa masuk ke Pontianak oleh para perantau China pada awal kedatangan mereka di tahun Budaya Tionghoa, termasuk budaya Qi Yue Ban, masuk dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
7 3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima. Budaya Tionghoa yang masuk ke dalam masyarakat asli Pontianak ( 坤甸当地人 ) diperkirakan melalui para perantau China yang mencari nafkah dan merantau hingga sampai di Pontianak. Asali di dalam bukunya menyebutkan bahwa para perantau China datang ke West Borneo pada tahun Bagian- bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayan asing tadi. Kebudayaan Tionghoa yang masuk ke Pontianak turut mempengaruhi masyarakat setempat yang berinteraksi dengan orang Tionghoa yang ada disana. Lamakelamaan merekapun turut serta berpartisipasi didalam kebudayaan orang Tionghoa. Hal ini dapat dilihat dengan keikutsertaan masyarakat setempat dalam perayaan Qi Yue Ban, yang akhirnya menjadi acara sembahyang rebut. 5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing. Reaksi positif masyarakat setempat terhadap kebudayaan orang Tionghoa di Pontianak dapat dilihat dari keikutsertaan mereka dalam acara sembahyang rebut hingga saat ini. Persamaan dan Perbedaan Perayaan Qi Yue Ban di China dan Qi Yue Ban di Pontianak Meskipun Perayaan Qi Yue Ban yang ada di China dan Qi Yue Ban di Pontianak adalah perayaan yang sama, namun Perayaan Qi Yue Ban yang ada di China dan Qi Yue Ban di Pontianak juga memiliki beberapa perbedaan. Apabila ditinjau dari sejarah awal mula perayaan ini berasal, Perayaan Qi Yue Ban yang ada di China ditetapkan sebagai hari raya tahunan pada pemerintahan Dinasti Liang oleh Liang Wudi, sedangkan menurut ahli budaya Pontianak, F.X. Asali dan berdasarkan hasil wawancara, Qi Yue Ban adalah perayaan yang berasal dari Dinasti Tang, yaitu ketika Tang Taizong berkunjung ke neraka. Tidak hanya itu, penulis pun menyadari bahwa perayaan Qi Yue Ban yang ada di China dengan perayaan Qi Yue Ban yang ada di Pontianak memiliki persamaan yaitu sama-sama dirayakan pada tanggal lima belas bulan tujuh kalender lunar. Penulis menganggap bahwa terjadinya perbedaan asal mula ini dikarenakan adanya keterbatasan informasi mengenai kebudayaan dan sejarah China. Pada tahun 1965 terjadi peristiwa G30S/PKI, dimana pemerintahan Soekarno yang saat itu berkuasa digulingkan oleh pemerintahan Soeharto dan menimbulkan larangan untuk mengakses segala hal yang berasal dari China. Penulis beranggapan masyarakat Tionghoa yang ada di Pontianak menjadi tertutup terhadap segala hal yang berhubungan dengan China. Hal inilah yang membuat narasumber hanya menceritakan berdasarkan sudut pandang subjektif saja. Dalam hal asal usul perayaan Qi Yue Ban, China percaya bahwa perayaan berasal dari 3 paham yang berbeda, yaitu Buddha dengan cerita Ullam-bananya, Dao dengan Penguasa 3 Alam, dan kepercayaan adanya pintu neraka dari rakyat sekitar. Sedangkan pada Perayaan Qi Yue Ban di Pontianak, percaya bahwa perayaan ini berasal dari kisah Kaisar Tang Taizong. Masyarakat China mengadakan suatu kegiatan yang bernama Fang Yan Kou, adalah sebuah acara untuk melepaskan penderitaan arwah-arwah, agar mereka tidak membuat keributan bagi manusia. Penulis menyadari adanya kegiatan sembahyang rebut ini dikarenakan masyarakat setempat tidak mengetahui kegiatan Fang Yan Kou ini. Orang Tionghoa sejak dahulu memiliki tradisi menaruh sesajen untuk sembahyang, namun pada saat itu masyarakat setempat tidak mengetahui adanya tradisi seperti ini, mereka mengira setelah sembahyang selesai maka sesajen tersebut tidak dibutuhkan lagi dan mereka pun mengambilnya. Lambat laun menjadi kegiatan sembahyang rebut.
8 Kegiatan Fang Yan Kou ini diadakan karena takut para hantu akan membuat kekacauan bagi manusia. Akan tetapi masyarakat Pontianak untuk menghindari kekacauan yang dibuat para hantu bukanlah dengan mengadakan kegiatan Fang Yan Kou, melainkan mengadakan Qi Yue Ban. Setelah acara sembahyang rebut selesai dilaksanakan, acara akan dilanjutkan dengan pembakaran kapal Wang Kang. Prosesi ini tidak ada di China, hal ini jugalah yang menjadikannya sebagai salah satu perbedaan antara Perayaan Qi Yue Ban yang ada di China dan perayaan Qi Yue Ban yang ada di Pontianak. Berdasarkan hasil wawancara, penulis mengetahui bahwa pembakaran kapal Wang Kang bertujuan untuk mengantarkan arwah-arwah kembali ke tanah leluhur mereka, yaitu China. Alasan kenapa kapal tersebut harus dibakar adalah karena orang Tionghoa percaya apabila membakar suatu barang maka arwah leluhur bisa mendapatkan barang yang dibakar tersebut. Namun penulis menyadari adanya prosesi pembakaran kapal Wang Kang dikarenakan adanya perpaduan dengan budaya setempat, yaitu kapal Lancang Kuning. Dinamakan Lancang Kuning karena kapal ini berwarna kuning, dan pada zaman dahulu kapal ini merupakan salah satu alat transportasi bagi warga setempat. Lancang Kuning merupakan maskot bagi kota Pontianak. Tidak hanya itu, masyarakat China biasanya mengadakan sebuah pertunjukkan yang berhubungan dengan kisah Mu Lian Jiu Mu bernama Mu Lian Xi. Pertunjukkan ini bertujuan untuk memberitahukan kepada semua orang sebuah kisah menyentuh seorang anak yang berbakti kepada ibunya. Penulis menganalisa di Pontianak tidak ada acara Mu Lian Xi dikarenakan mereka tidak mengetahui cerita tentang Mu Lian menyelamatkan ibunya, mereka hanya mengetahui kisah tentang Tang Taizong pergi ke neraka. Pada malam hari, biasanya masyarakat China merayakan perayaan Qi Yue Ban pada malam hari, seperti menghanyutkan lentera dan Bu Tian, akan tetapi masyarakat Pontianak tidak merayakan perayaan Qi Yue Ban pada malam hari dikarenakan setelah pembakaran kapal selesai, maka perayaan Qi Yue Ban di Pontianak sudah berakhir. Tujuan diadakannya perayaan Qi Yue Ban yang ada di China dengan perayaan Qi Yue Ban yang ada di Pontianak berbeda. Perayaan Qi Yue Ban yang ada di China memiliki tujuan untuk membantu hantu agar dapat sampai ke dunia manusia, meninggalkan neraka dan dapat bereinkarnasi, menunjukkan rasa berbakti kepada orangtua dan mendapatkan kehidupan yang baru. Namun perayaan Qi Yue Ban yang ada di Pontianak memiliki tujuan agar arwah para leluhur dapat kembali ke China dan untuk menghindari berbagai macam bencana. SIMPULAN DAN SARAN Penulis ingin meneliti perayaan Qi Yue Ban yang ada di Pontianak dikarenakan masih banyaknya ketidaktahuan masyarakat akan adanya perayaan Qi Yue Ban. Tidak hanya itu, penulis juga ingin mendalami proses akulturasi yang terjadi antara perayaan Qi Yue Ban yang ada di China dengan perayaan Qi Yue Ban di Pontianak. Penulis berharap melalui skripsi ini masyarakat dapat lebih mengenal mengenai Perayaan Qi Yue Ban di Pontianak. Setelah melakukan studi pustaka dan wawancara dengan berbagai pihak, penulis menyadari bahwa perayaan Qi Yue Ban yang ada di China berbeda dengan yang ada di Pontianak. Keduanya merupakan perayaan dengan nama yang serupa dan tanggal perayaan yang hampir sama (kecuali di beberapa daerah China yang merayakannya selama sebulan, seperti Taiwan), namun ciri khas dari perayaan Qi Yue Ban di China tidak dibawa kedalam Qi Yue Ban di Pontianak. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan serta pola pikir masyarakat yang berbeda mengenai makna dari kedua perayaan ini. Penulis menyimpulkan salah satu yang mendasari perbedaan ini adalah adanya keterbatasan informasi masyarakat Tionghoa di Pontianak mengenai budaya China. Dengan keterbatasan infor masi ini, masyarakat tetap
9 menjalankan tradisi yang telah diturunkan dari leluhur mereka tanpa mengetahui dengan jelas sejarah dan alasan dibalik dirayakannya perayaan ini. Selain itu, adanya pandangan subjektif dari narasumber yang dituakan di Pontianak juga mempengaruhi perbedaan asal-usul yang ada. REFERENSI Asali, X. F. (2008). Aneka Budaya Tionghoa Kalimantan Barat. Pontianak: Muare Public Relation. Koentjaraningrat, Prof. Dr. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kottak, Conrad Phillip. (2008:571). Antropology:The Exploration of Human Diversity. New York: McGraw Hill. Sutardi, Tedi.(2007,61).Antropologi:Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: Grafindo. Raharjo, Agung. (2009). Buku Kantong Sosiologi SMA IPS. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Widyatama. Tan, Markus. (2008). Imlek dan Alkitab. Jakarta: Bethlehem Publisher. Taniputera, Ivan. (2008). History of China. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. NathalieTjia. (2010, Agustus). Re: Festival Hantu atau Festival Para Roh/Ulambana ( 中元節 : zhōngyuán jié). Retrieved Suku Bangsa. (n.d). Pemerintahan Kota Pontianak. Retrieved Mei 14, 2012, from Wu Cheng En.(2005). Journey to the West. Beijing:Blackmask Online,2005 李心奉 中国传统节日 [M] 北京 : 中央编译出版社,2010 厉振仪 中国古代风俗一百财 [M] 北京 : 中国对外翻译出版公司,1999:140 韦黎明 中国节日 [M] 北京 : 五洲传播出版社,2005 金明法师 盂兰盆真义 [M] 马来西亚 : 立成印务,2005 任耕耘 传统节日 ( 中华民俗文库 )[M] 湖北 : 湖北峰迪印务有限公司,2007:151 周蕙英 中元节民俗仪式研 -- 以湖北省凤县团风真七月半民俗仪式为例 [J] 中华师范大学, 2006 刘志文 广东民俗大观 [M] 广东 : 广东旅游出版社,2007:616 于海娣 中国文化全知道 [M] 北京 : 华文出版社,2010:413 周楠本 我注鲁迅 [M] 福建 : 福建教育出版社,2006:117
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara multietnis yang setiap etnisnya tersebar hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Setiap etnis yang ada di Indonesia memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan
Lebih terperinciPANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN di JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK CITRA KUSTIMA STELLA NOVARIE
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Humaniora Jurusan Sastra China Tugas Akhir Sarjana Strata-1 Semester Genap 2013/2014 PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN di JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK CITRA KUSTIMA
Lebih terperinciABSTRAK. : Kaniya Capriani
ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Kaniya Capriani : Sastra China : Persamaan dan Perbedaan Pada Sung Ciu LieMasyarakat Tionghoa Bangka Puak Hakkadan Seserahan Masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu jiwa (Sensus 2010) 1. Orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tiongkok adalah negara besar yang terkenal di seluruh dunia dan memiliki Tembok Besar (Great Wall) yang diakui sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Tiongkok merupakan
Lebih terperinciKebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat.
6 3. Kesan Orang China Terhadap Orang Indonesia 15% 10% 5% Ramah Tidak teratur Lugu Berani 70% Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat. Mereka tidak mengucilkan orang asing,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH BAHASA INDONESIA TERHADAP KESALAHAN PENGGUNAAN KATA NEGASI BU DAN MEI
ANALISIS PENGARUH BAHASA INDONESIA TERHADAP KESALAHAN PENGGUNAAN KATA NEGASI BU DAN MEI Angely Setiawan, Reina Juwita, Fu Ruomei Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat,
Lebih terperinciKata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa
ABSTRAKSI Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul mereka dari Tiongkok.Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan
Lebih terperinciAnalisis Tradisi Perayaan Dongzhi Masyarakat Cina benteng di Tangerang
1 Analisis Tradisi Perayaan Dongzhi Masyarakat Cina benteng di Tangerang Steven Rusny, Reki Gunawan, Sugiato Lim Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-5327630 stevenrusny@hotmail.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar istilah Tahun Baru Imlek tentu semua orang sudah tidak asing lagi, ini dikarenakan Tahun Baru Imlek adalah sebuah tradisi yang tentunya sudah semua orang
Lebih terperinciABSTRAK. Nama : TIFFANY Progam Studi : Sastra China Judul : EKSISTENSI TATUNG DALAM PERAYAAN FESTIVAL CAP GO MEH KOTA SINGKAWANG, KALIMANTAN BARAT
ABSTRAK Nama : TIFFANY Progam Studi : Sastra China Judul : EKSISTENSI TATUNG DALAM PERAYAAN FESTIVAL CAP GO MEH KOTA SINGKAWANG, KALIMANTAN BARAT Singkawang adalah sebuah kota yang terletak di Kalimantan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KURIKULUM DAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMK SANTA THERESIA
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Humaniora Jurusan Sastra China Tugas Akhir Sarjana Strata-1 Semester Genap 2013/2014 IMPLEMENTASI KURIKULUM DAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMK SANTA THERESIA
Lebih terperinciPERGESERAN MAKNA UPACARA ADAT MASYARAKAT TIONGHOA DALAM MERAYAKAN ULANG TAHUN KELAHIRAN DI KOTA MEDAN
PERGESERAN MAKNA UPACARA ADAT MASYARAKAT TIONGHOA DALAM MERAYAKAN ULANG TAHUN KELAHIRAN DI KOTA MEDAN 棉兰华人生日文化分析 (Mian lan huaren shengri wenhua fenxi) SKRIPSI Oleh: SRI JULIANA TJIOE 100710040 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lampion adalah sejenis lampu yang biasanya terbuat dari kertas dengan lilin di dalamnya. Lampion yang lebih rumit dapat terbuat dari rangka bambu dibalut dengan kertas
Lebih terperinciBAB 4 SIMPULAN. China angkataran 2003 Universitas Bina Nusantara serta wawancara dengan lima orang
BAB 4 SIMPULAN Setelah melakukan penelitian terhadap hasil terjemahan mahasiswa jurusan Sastra China angkataran 2003 Universitas Bina Nusantara serta wawancara dengan lima orang mahasiswa jurusan Sastra
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada
Lebih terperinciAnalisis Makna dan Pelestarian Ulambana Dalam Buddhisme
1 Analisis Makna dan Pelestarian Ulambana Dalam Buddhisme Livia Margarita, Audelia Christina, Sugiato Lim Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-5327630 liviaamargarita@hotmail.com,
Lebih terperinciPENGARUH FILM IP MAN TERHADAP MOTIVASI DAN PERKEMBANGAN MEMPELAJARI WING CHUN (STUDI KASUS JAKARTA BARAT)
PENGARUH FILM IP MAN TERHADAP MOTIVASI DAN PERKEMBANGAN MEMPELAJARI WING CHUN (STUDI KASUS JAKARTA BARAT) Hartono, Silvia Saputra, Temmy Binus University Jl.Kemanggisan Illir III/45,Palmerah, Jakarta Barat,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka
Lebih terperinciUcapan Terima Kasih. Jakarta, 16 Agustus Stefanny dan Yenny
Ucapan Terima Kasih Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pepatah Nasihat China dari Makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku bangsa atau kelompok etnik dan ras yang tersebar diseluruh bagian penjuru Indonesia. Banyaknya suku bangsa
Lebih terperinciANALISIS MANFAAT MATA KULIAH ETIKA BISNIS TERHADAP APLIKASI KERJA ALUMNI BINUS UNIVERSITY DI PERUSAHAAN CHINA
ANALISIS MANFAAT MATA KULIAH ETIKA BISNIS TERHADAP APLIKASI KERJA ALUMNI BINUS UNIVERSITY DI PERUSAHAAN CHINA Christina, Giovani, Yi Ying Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam
Lebih terperinciPenjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia)
Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia) Dalam aliran Zhen Fo Zong, Mahaguru tidak menentang pemakaian kertas mulia atau lazim disebut kertas sembahyang, baik itu kertas sembahyang yang sudah
Lebih terperinciANALISA PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI KATA TABU DAN EUFEMISME DALAM BUDAYA CINA
1 ANALISA PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI KATA TABU DAN EUFEMISME DALAM BUDAYA CINA Jeane Clinton, Fu Ruomei Jurusan Sastra China Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan, Palmerah,
Lebih terperinciSKRIPSI SARJANA. Oleh: DIAH SOVIANA PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
FUNGSI DAN MAKNA PERAYAAN SEMBAHYANG ARWAH PADA UPACARA PENGHORMATAN LELUHUR MASYARAKAT TIONGHOA DI PEMATANGSIANTAR 印尼先达华裔对七月十五中元节习俗研究 (Yìnní xiān dá huáyì duì qī yuè shíwǔ zhōng yuán jié xísú yánjiū)
Lebih terperinciABSTRAK. : Peran Sempoa Sebagai Media Ajar Mental Aritmatika
ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Livia Agustia : Sastra China : Peran Sempoa Sebagai Media Ajar Mental Aritmatika Skripsi ini membahas peran sempoa sebagai media ajar mental aritmatika, serta manfaat
Lebih terperinciABSTRAK. : Sejarah dan Peranan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Cianjur
ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Margaretha Andyana : S-1 Sastra China : Sejarah dan Peranan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Cianjur Skripsi ini membahas sejarah dan perkembangan
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, Adapun Kajian Pustaka, Konsep, Landasan Teori penulis dalam penelitian analisis Bushou berdasarkan tingkat dasar huruf tunggal dan ganda pada HSK adalah
Lebih terperinciBahasa Indonesia. Oleh: Thea Sairine (Staf Pengajar Program Studi Bahasa Tionghoa, Universitas Widya Kartika Surabaya)
Kajian kata DA( 大 ) dalam Bahasa Tionghoa dan BESAR dalam Bahasa Indonesia 汉语 印尼语含 大 义词语的异同比 Oleh: Thea Sairine (Staf Pengajar Program Studi Bahasa Tionghoa, Universitas Widya Kartika Surabaya) 提要 : 本文拟以汉语含
Lebih terperinciAlkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Allah Memberkati Yusuf Si Budak
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot
Lebih terperinciPERGESERAN TRADISI PERNIKAHAN TIONGHOA KHEK DI KELURAHAN TELUK BETUNG
PERGESERAN TRADISI PERNIKAHAN TIONGHOA KHEK DI KELURAHAN TELUK BETUNG Vionna Tania; Agustinus Sufianto Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730 vionnatania@yahoo.com;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciEKSPERIMEN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI CARA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA MANDARIN
EKSPERIMEN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI CARA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA MANDARIN TUGAS AKHIR Oleh Erina - 1301009552 Fenny Widjaja - 1301009703 Universitas Bina Nusantara
Lebih terperinciSetelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat
Dahulu kala, dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Alibaba adalah adik Kasim yang hidupnya miskin dan tinggal didaerah pegunungan. Ia mengandalkan hidupnya dari penjualan
Lebih terperinciAlkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Allah Memberkati Yusuf Si Budak
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot
Lebih terperinciLAMPIRAN. Sejarah Singkat Ilmu Feng Shui
LAMPIRAN Sejarah Singkat Ilmu Feng Shui Ilmu Feng Shui yang kita kenal saat ini merupakan sebuah metamorfosis yang telah ada sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Tampaknya ilmu ini telah mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus penduduk terpadat
Lebih terperinciANALISA KEBIJAKAN POLITIK WU ZETIAN MENURUT TEORI GEORGE C. EDWARD III
ANALISA KEBIJAKAN POLITIK WU ZETIAN MENURUT TEORI GEORGE C. EDWARD III Liana, Nelly, Agustinus Sufianto Binus University, JL Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730 rosy_rinoa@yahoo.com,
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN DAN TINGKAT PENGUASAAN MAHASISWA BINA KALIMAT PERBANDINGAN MANDARIN
ANALISIS KESALAHAN DAN TINGKAT PENGUASAAN MAHASISWA BINA NUSANTARA TINGKAT Ⅲ TERHADAP KALIMAT PERBANDINGAN MANDARIN Hanuwar, Sylfie, Fu Ruo Mei Jl. Kemanggisan Ilir III/ 45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276739
Lebih terperinciAllah Memberkati Yusuf Si Budak
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16.
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Tata cara perkawinan, kebudayaan Tionghoa, perubahan jaman. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Nama : Merline Tanu Program Studi : Sastra China Judul Skripsi : Perubahan Tata Cara Perkawinan Dua Generasi Masyarakat Yongding di Bandung : Studi Kasus di Yayasan Intan Bandung Skripsi ini membahas
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH GAMBANG KROMONG TERHADAP MASYARAKAT DI PASAR PERUMPUNG DI TINJAU DARI ASPEK SOSIOKULTURAL
ANALISIS PENGARUH GAMBANG KROMONG TERHADAP MASYARAKAT DI PASAR PERUMPUNG DI TINJAU DARI ASPEK SOSIOKULTURAL Yulia, Metta Dewi, Andyni Khosasih BINUS UNIVERSITY, JL. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,
Lebih terperinciANALISIS KENDALA PEMBELAJARAN KATA BANTU BILANGAN BAHASA MANDARIN BESERTA SOLUSINYA
ANALISIS KENDALA PEMBELAJARAN KATA BANTU BILANGAN BAHASA MANDARIN BESERTA SOLUSINYA Rosemary Sylvia Chinese Department, Bina Nusantara University, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Imlek adalah dialek Hokkian untuk yīnlì 阴历 yang berarti penanggalan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imlek adalah dialek Hokkian untuk yīnlì 阴历 yang berarti penanggalan bulan. 1 Menurut Qi Xing dalam bukunya yang berjudul Folk Customs at Traditional Chinese Festivities,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciAKULTURASI BUDAYA CINA PADA BANGUNAN MASJID CHENG HOO DAN PERAYAAN HARI RAYA CINA DI KEHIDUPAN JEMAAT
AKULTURASI BUDAYA CINA PADA BANGUNAN MASJID CHENG HOO DAN PERAYAAN HARI RAYA CINA DI KEHIDUPAN JEMAAT Audilia Stefani, Erwin, Cendrawaty Tjong Binus University, JL. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta
Lebih terperinciKEADAAN PENGAJARAN MANDARIN DI SEKOLAH JAKARTA BARAT
KEADAAN PENGAJARAN MANDARIN DI SEKOLAH JAKARTA BARAT Enjelia, Warty, Fu Ruomei Jl. Kemanggisan Ilir III/ 45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276739 njl_cancer_verd@yahoo.com ; she2_31@yahoo.com ; rosemary@binus.edu
Lebih terperinciPENGARUH METODE PEMBELAJARAN DOSEN TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA MANDARIN MAHASISWA TINGKAT 2 JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL BINA NUSANTARA
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DOSEN TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA MANDARIN MAHASISWA TINGKAT 2 JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL BINA NUSANTARA Witri Eka Ratnasari, Teddy, Yi Ying Binus University, Jl. Kemanggisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mandarin Modern ( 现代汉语 ) merupakan bahasa dari suku Han (suku mayoritas) di Tiongkok. Bahasa Mandarin Modern ( 现代汉语 ) disebut juga sebagai bahasa pemersatu dan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (5/6)
Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus Memiliki Semua Kuasa dan Penakluk Kematian Kode Pelajaran : SYK-P05 Pelajaran 05 - YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan
Lebih terperinciABSTRAK. : Analisis Pembelajaran Peribahasa dalam Bahan Ajar Bahasa China Terpadu Tingkat Dasar dan Menengah
ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Katarina Sandra : S-1 Sastra China : Analisis Pembelajaran Peribahasa dalam Bahan Ajar Bahasa China Terpadu Tingkat Dasar dan Menengah Skripsi ini membahas pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Minangkabau kita kenal sebagai sebuah suku yang mayoritas masyarakatnya berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Orang Minangkabau juga sangat menonjol
Lebih terperinci, 2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemunculan sastra Indonesia-Tionghoa tiba pada suatu batas ikatan yang agak erat dengan penerjemahan hasil karya sastra Tiongkok ke dalam bahasa Melayu-Rendah.
Lebih terperinciSkripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : James Paul Piyoh
TRADISI UPACARA ADAT BABORE SEBAGAI SARANA PENGOBATAN TRADISIONAL BAGI MASYARAKAT SUKU DAYAK KANAYATN DESA HILIR TENGAH KECAMATAN NGABANG KABUPATEN LANDAK PROPINSI KALIMANTAN BARAT Skripsi diajukan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini jumlah suku Tionghoa di Indonesia mencapai 3,7% dari penduduk Indonesia (nikodemusyudhosulistyo.wordpress.com).
Lebih terperinciANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI Marisa, Sindy Novita Ayu, Temmy Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara, Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah,
Lebih terperinciAllah Memberkati Yusuf Si Budak
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: M. Maillot dan Sarah S.
Lebih terperinciMempunyai Pendirian Dalam Masyarakat
Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN KELAS INTENSIF DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA
ANALISIS EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN KELAS INTENSIF DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA Pamela Priscilia, Stefani Saputra, Temmy Jurusan Sastra Cina, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara Jln.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetensi dan persaingan di segala bidang industri sekarang ini semakin tinggi. Dibutuhkan suatu perubahan baik itu gaya hidup, kepribadian maupun kreativitas
Lebih terperinciPENGARUH BUDAYA BETAWI PADA MAKANAN KHAS IMLEK DI JAKARTA
PENGARUH BUDAYA BETAWI PADA MAKANAN KHAS IMLEK DI JAKARTA Felicia Khoesvilianty, Jane Oktaviani, Lydia Anggreani Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara Jl. Kemanggisan Ilir
Lebih terperinciAllah Memberkati Yusuf Si Budak
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Memberkati Yusuf Si Budak Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: M. Maillot dan Sarah S.
Lebih terperinciAKULTURASI BUDAYA TIONGKOK PADA TATA CARA PERAYAAN TRADISI FERSTIVAL PERTENGAHAN MUSIM GUGUR DI KOREA SELATAN
AKULTURASI BUDAYA TIONGKOK PADA TATA CARA PERAYAAN TRADISI FERSTIVAL PERTENGAHAN MUSIM GUGUR DI KOREA SELATAN Juniana, Sri Haryanti Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara,
Lebih terperinciPERANAN KEBERADAAN KELENTENG SAM POO KONG TERHADAP KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ISLAM DAN KONG HU CU
PERANAN KEBERADAAN KELENTENG SAM POO KONG TERHADAP KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ISLAM DAN KONG HU CU Kris Panggraita, Sasana Danar Samudera, Agustinus Sufianto Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang mengatakan bahwa pakaian yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja namun pakaian tradisional juga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan
Lebih terperinci水神海神. (Shui Xian, Hai Shen) Dewa Air dan Dewa Laut
水神海神 (Shui Xian, Hai Shen) Dewa Air dan Dewa Laut Dewa pelindung pelayaran disamping Ma Zu atau Tian Shang Sheng Mu, ada lagi yang disebut Shui Xian. Pada zaman dahulu, kapal-kapal yang berlayar mempunyai
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: kata ulang, kata kerja, penerjemahan, bahasa Mandarin, bahasa Indonesia. vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Nama : Desyani Herliani Irawan Program Studi: S1 Sastra China Judul :ANALISIS BENTUK KATA ULANG KATA KERJA BAHASA MANDARIN POLA V ZHE V ZHE (V 着 V 着 ) DAN V LAI V QU (V 来 V 去 ) BESERTA POLA PENERJEMAHANNYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah puisi. Dalam puisi identik dengan aspek keindahan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinasti Táng (618-906 AD) sangat terkenal dengan karya sastranya, salah satunya adalah puisi. Dalam puisi identik dengan aspek keindahan, pesan tak langsung,
Lebih terperinciANALISIS PANDANGAN MAHASISWA/I TIONGHOA TERHADAP KEPERAWANAN DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
ANALISIS PANDANGAN MAHASISWA/I TIONGHOA TERHADAP KEPERAWANAN DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Merlysa, Sanny, Cendrawaty Tjong Universitas Bina Nusantara,Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk Jakarta Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.
Lebih terperinci苏北大学中文系学生汉语上声习得偏误分析 (sū běi dà xué zhōng wén xì xué shēng hàn yǔ shǎng shēng xí dé piān wù fēn xī) SKRIPSI. Oleh Ivan
ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN NADA KETIGA ( 上声 shǎng Shēng ) DALAM BAHASA MANDARIN OLEH MAHASISWA SASTRA CINA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA: KAJIAN FONETIK AKUSTIK 苏北大学中文系学生汉语上声习得偏误分析 (sū běi dà xué zhōng
Lebih terperinciSuasana Hangat Warnai Halal Bi Halal Civitas UNAIR
Suasana Hangat Warnai Halal Bi Halal Civitas UNAIR UNAIR NEWS Suasana hangat dan guyub dapat dirasakan di hall lantai satu Kantor Manajemen Universitas Airlangga. Segenap sivitas akademika UNAIR turut
Lebih terperinciPENTINGNYA PEMANDU WISATA BERBAHASA MANDARIN DALAM PELAYANAN KEPADA TURIS TIONGKOK DI TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN JAWA TENGAH LAPORAN TUGAS AKHIR
PENTINGNYA PEMANDU WISATA BERBAHASA MANDARIN DALAM PELAYANAN KEPADA TURIS TIONGKOK DI TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN JAWA TENGAH LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir sebagai Persyaratan
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam
40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,
Lebih terperinciSOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )
SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di Indonesia, merupakan suatu kelompok masyarakat yang penuh dengan segala macam legenda, misteri, dan
Lebih terperinciANALISIS TRADISI UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT CINA BENTENG
ANALISIS TRADISI UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT CINA BENTENG Cyinthia,Jane Ratini Puspa,Linda Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara, Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah,
Lebih terperinci15. Thian Siang Sing Bo (Tian Shang Sheng Mu) 天上聖母. mereka menjadi pengawalnya. Pada usia 28 tahun, yaitu pada masa. poanthian.blogspot.
15. Thian Siang Sing Bo (Tian Shang Sheng Mu) 天上聖母 天上聖母 Thian Siang Sing Bo atau Tian Shang Shen Mu dikenal juga dengan sebutan Ma Couw (Ma Zu), Ma Couw Po (Ma Zu Po) atau Tian Hou (permaisuri langit).
Lebih terperinciANALISIS TES BAHASA MANDARIN PERCAKAPAN TINGKAT DASAR (STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI BAHASA MANDARIN UNIVERSITAS X BANDUNG)
ANALISIS TES BAHASA MANDARIN PERCAKAPAN TINGKAT DASAR (STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI BAHASA MANDARIN UNIVERSITAS X BANDUNG) Noviana Laurencia Dosen Program Studi D3 Bahasa Mandarin, Universitas Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi gelombang imigrasi semakin pesat pada masa kolonial. Terbentuklah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah kecil orang India, Arab, dan Tionghoa telah datang dan menghuni beberapa tempat di Nusantara sejak dahulu kala pada zaman kerajaan kuno. Akan tetapi gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang khas yang dimiliki dari negara tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh dan berkembang
Lebih terperinci