PERANAN KEBERADAAN KELENTENG SAM POO KONG TERHADAP KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ISLAM DAN KONG HU CU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN KEBERADAAN KELENTENG SAM POO KONG TERHADAP KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ISLAM DAN KONG HU CU"

Transkripsi

1 PERANAN KEBERADAAN KELENTENG SAM POO KONG TERHADAP KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ISLAM DAN KONG HU CU Kris Panggraita, Sasana Danar Samudera, Agustinus Sufianto Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, ABSTRACT The peaceful coexistence between Confusian and Muslim communities in the Sam Poo Kong area is truly unique. It occurs because of shared historic, cultural and social factors. The research was conducted by way of qualitative method. Data were obtained through interviews with and observations on 33 people consisting of pilgrims, temple keepers and tour guides at the Sam Poo Kong. The observations and data analysis conclude that the harmony among the two religious communities is achieved thanks to mutual respect as Franz Magnis Suseno points out in his theory on peaceful coexistence. The case of Sam Poo Kong offers a lesson on harmony in a religiously and culturally diverse community anywhere. (KS) Keywords : Sam Poo Kong temple, Confucian, Muslim, harmony ABSTRAK Kerukunan umat beragama Kong Hu Cu dan Islam di Kelenteng Sam Poo Kong merupakan hal yang unik. Kerukunan ini dapat terjadi karena faktor sejarah, budaya, dan faktor sosial lainnya. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara dan observasi kepada pengunjung yang beribadah, juru kunci, dan pemandu wisata di Kelenteng Sam Poo Kong. Hasil dari observasi dan analisis data diperoleh kerukunan antar umat Kong Hu Cu dan Islam dan kondisi yang saling menghormati dan menghargai sesuai dengan teori Franz Magnis Suseno mengenai prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Dengan memahami pentingnya kerukunan antar umat beragama di dalam satu lingkungan yang sama, akan memberikan contoh kepada masyarakat dan agar kerukunan antar umat beragama dapat terjadi dimana saja. (KS) Kata kunci : Kelenteng Sam Poo Kong, Kong Hu Cu, Islam, kerukunan 1

2 PENDAHULUAN Di Indonesia terdapat banyak Kelenteng. Salah satunya adalah Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang. Sam Poo Kong adalah kelenteng yang paling terkenal di Semarang. Sejarahnya berhubungan erat dengan kedatangan Cheng Ho. Cheng Ho merupakan bahariwan muslim, diplomat, dan kasim pada masa dinasti Ming Tiongkok. Karena anak buahnya yang bernama Wang Jinghong jatuh sakit, jadi dia dan anak buahnya berlabuh di Simongan, Semarang. Sepuluh hari kemudian, Cheng Ho meninggalkan Wang Jinghong beserta anak buahnya. Untuk mengenang kebaikan Cheng Ho, Wang Jinghong mendirikan sebuah patung gua. Sejak saat itu, masyarakat mulai menyembah patung Cheng Ho. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat memugar patung tersebut menjadi sebuah kelenteng. Sejak itu, karena Cheng Ho adalah seorang muslim, jadi di dalam Kelenteng Sam Poo Kong terdapat sebuah musala, juga terdapat makam Wang Jinghong. Biasanya, di tempat ibadah hanya terdapat satu agama yang beribadah di tempat itu, tapi di Kelenteng Sam Poo Kong terdapat dua agama yang beribadah di sana. Kelenteng Sam Poo Kong memiliki dua budaya dan agama, yaitu budaya Tiongkok dan Indonesia, serta ajaran Kong Hu Cu dan Islam. Karena Kelenteng Sam Poo Kong memiliki sejarah Cheng Ho. Jadi umumnya di dalam Kelenteng tidak hanya digunakan oleh umat Kong Hu Cu untuk beribadah, tapi di dalam Kelenteng Sam Poo Kong juga terdapat sebuah musala untuk beribadah bagi umat muslim, juga terdapat makam Wang Jinghong untuk berziarah. Meskipun Kelenteng Sam Poo Kong memiliki percampuran tersebut, tapi tidak ada konflik. Kelenteng Sam Poo Kong dapat menjadi salah satu topik terciptanya kerukunan umat agama Kong Hu Cu dan Islam. Kerukunan umat beragama adalah sebuah hal yang sangat penting. Karena masyarakat yang memiliki kemajemukan beragama, permasalahan kepercayaan beragama di Indonesia cukup rumit, perbedaan umat beragama di dalam masyarakat dapat menimbulkan konflik. Oleh karena itu, lebih memahami bagaimana cara menjaga keharmonisan antarumat beragama dapat menghasilkan manfaat yang besar. Penulis ingin mengetahui kerukunan di sekitar Kelenteng Sam Poo Kong. Konflik agama di Indonesia adalah sebuah masalah yang sangat serius, karena sedikit saja perbedaan dapat menimbulkan konflik. Akan tetapi masyarakat tidak masalah terhadap dua agama yang terdapat di Kelenteng Sam Poo Kong. Dalam buku yang berjudul Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman dijelaskan bahwa demokratis yang terdapat di Indonesia juga harus dilihat secara pluralisme keberagamaan sehingga masyarakatnya dapat terbiasa hidup saling menghargai dan menghormati kemajemukan beragama dan pluralisme. Sikap saling menghargai dan menghormati keberagamaan itu dapat dilakukan dengan dialog dan kerja sama antaragama sehingga dapat mengurangi konflik dalam masyarakat karena kemajemukan agama yang ada di Indonesia. Penulis merujuk kepada teori yang dikemukakan oleh Franz Magnis Suseno dalam bukunya yang berjudul Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa yang mengungkapkan bahwa ada dua kaidah dasar yang mempengaruhi kerukunan umat beragama. Kaidah pertama ialah dalam setiap situasi manusia hendaknya bersikap sedemikian rupa hingga sampai tidak timbul konflik. Kaidah kedua, menuntut agar manusia dalam berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Kaidah pertama disebut prinsip kerukunan, sedangkan dalam kaidah kedua disebut prinsip hormat. Beliau mengemukakan juga bahwa pengertian dalam keadaan rukun merupakan suatu keberadaan semua pihak dalam keadaan damai satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima, dalam suasana tenang dan sepakat. Penulis berharap masyarakat dapat lebih menghargai perbedaan agama yang ada. Penelitian ini agar dapat lebih membuka pemikiran masyarakat terhadap agama orang lain. Selain penelitian ini dapat memberikan masyarakat informasi mengenai kerukunan umat beragama di Kelenteng Sam poo Kong, juga sebagai referensi untuk skripsi lainnya, penelitian, dan artikel ilmiah. METODE PENELITIAN Untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif dan observasi. Pada tanggal 9 hingga 11 Mei dan 9 hingga 13 Juli 2015, penulis melakukan observasi dan wawancara kepada kepada 33 pengunjung, 2 orang juru kunci, dan 1 orang pemandu wisata di Kelenteng Sam Poo Kong. Dari 33 pengunjung tersebut, di antaranya 17 orang beragama Kong Hu Cu dan 16 orang beragama Islam. Penulis mengumpulkan data-data hasil wawancara yang telah dilakukan dan menganalisa kerukunan umat beragama Islam dan Kong Hu Cu yang terjadi di dalam Kelenteng Sam Poo Kong. Wawancara dilakukan dengan teknik Penulis menggunakan teknik nonprobability sampling. Teknik ini mengungkapkan bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang nol. Artinya, dalam pengambilan sampel ini berdasarkan kriteria tertentu seperti status dan 2

3 3 kesukarelaan. Dalam hal ini, penulis hanya memilih narasumber dengan status sebagai pengunjung, juru kuci, dan pemandu wisata Kelenteng Sam Poo Kong yang secara sukarela diwawancara. Dalam menggunakan non-probability sampling, penulis menggunakan variasi sampling kebetulan (accidental sampling). Pengambilan sampel ini berdasarkan pada kenyataan bahwa narasumber kebetulan muncul. Dalam hal ini berarti pengunjung Kelenteng Sam Poo Kong yang tibatiba muncul. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, penulis kemudian merangkum hasil wawancara, menganalisa penyebab terjadinya kerukunan umat beragama Islam dan Kong Hu Cu, sejauh mana kerukunan ini terjadi, dan pada akhirnya akan menyimpulkan dan menyarankan. HASIL DAN BAHASAN Penulis telah melakukan observasi dan wawancara kepada 17 orang pengunjung yang beragama Kong Hu Cu dan 16 orang pengunjung yang beragama Islam, satu orang pemandu wisata, dan dua orang juru kunci di Kelenteng Sam Poo Kong pada tanggal 9 sampai 11 Mei 2015 dan 9 sampai 13 Juli 2015, penulis mendapatkan data-data sebagai berikut: Keberadaan Kelenteng Sam Poo Kong di kota Semarang memiliki hubungan yang sangat erat dengan kedatangan Cheng Ho di Semarang pada abad ke-15. Cheng Ho adalah seorang bahariwan, diplomat dan kasim muslim pada masa pemerintahan Kaisar Zhu, Dinasti Ming. Pada masa pemerintahannya, Kaisar Zhu mengutus armada yang besar untuk melakukan ekspedisi ke Laut Selatan. Armada tersebut dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (dalam dialek Hokkian disebut sebagai Sam Poo Kong). Beliau dibantu oleh Wang Jinghong (dalam dialek Hokkian disebut Ong King Hong) sebagai tangan kanannya. Saat armada yang dipimpin oleh Cheng Ho berlayar melintasi pantai utara Pulau Jawa, Wang Jinghong mendadak sakit keras. Atas perintah Cheng Ho, akhirnya armada tersebut singgah untuk sementara waktu di daerah Simongan, Semarang. Saat mendarat di Simongan, Cheng Ho dan awak kapalnya menemukan sebuah gua. Gua itulah yang kemudian dijadikan sebagai tempat peristirahatan sementara bagi mereka. Sementara itu di luar gua dibuatlah sebuah pondok kecil sebagai tempat peristirahatan sekaligus pengobatan bagi Wang Jinghong. Sepuluh hari kemudian, setelah kesehatan Wang Jinghong mulai membaik, Cheng Ho memutuskan untuk melanjutkan pelayarannya ke barat. Beliau meninggalkan sepuluh awak kapal untuk menjaga Wang Jinghong, selain itu beliau juga meninggalkan sebuah kapal yang berisi perbekalan agar mereka bisa menyusul Cheng Ho. Akan tetapi, sesudah sembuh Wang Jinghong memilih untuk tinggal di Semarang karena merasa betah. Beliau memimpin sepuluh awak kapalnya untuk membuka lahan dan membangun tempat tinggal di Simongan. Beliau juga memanfaatkan kapal yang ditinggalkan oleh Cheng Ho untuk usaha perdagangan di daerah sekitar pantai Simongan. Berkat jerih payah yang telah dilakukan oleh Wang Jinghong dan anak buahnya, kawasan sekitar gua tersebut berangsur-angsur menjadi ramai dan makmur. Hal ini membuat semakin banyak orang Tionghoa datang untuk menetap serta bercocok tanam di daerah Simongan. Seperti Laksamana Cheng Ho, Wang Jinghong juga merupakan seorang muslim yang saleh. Beliau giat menyebarkan agama Islam di kalangan masyarakat Tionghoa dan penduduk setempat. Demi menghormati Laksamana Cheng Ho yang berjasa, Wang Jinghong kemudian mendirikan patung Cheng Ho di gua tadi untuk disembah orang. Konon, Wang Jinghong meninggal dunia dalam usia 87 tahun dan dikuburkan secara Islam. Atas jasanya, beliau diberi julukan sebagai Kyai Juru Mudi Dampo Awang. Sejak saat itu, setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek, banyak orang berbondong-bondong datang untuk memberi penghormatan bagi patung Sam Poo Kong di gua Sam Poo sekaligus berziarah ke makam Kyai Juru Mudi Dampo Awang. Untuk memperingati Cheng Ho, orang-orang membangun Kelenteng Sam Poo Kong. Pada awalnya, kelenteng itu sangat sederhana. Di dalam gua itu hanya terdapat patung Cheng Ho. Pada tahun 1704 gua itu runtuh akibat bencana angin ribut dan hujan lebat. Peristiwa itu menyebabkan sepasang pengantin yang sedang bersembahyang tewas tertimbun reruntuhan. Tak lama kemudian, gua yang runtuh itu digali dan diperbaiki seperti semula. Kelenteng Sam Poo Kong dipugar oleh masyarakat Tionghoa setempat pada tahun Pada tahun 1879, masyarakat Tionghoa di Semarang mengadakan sebuah upacara sembahyang besar di Kelenteng Sam Poo Kong sebagai ucapan terima kasih pada Tuan Besar Sam Poo karena usaha perdagangan mereka semakin maju.

4 4 Pada tahun 1930, diadakan arak-arakan untuk memperingati ulang tahun Cheng Ho yang bertujuan untuk mengambil perhatian masyarakat Tionghoa. Arak-arakan tersebut berlangsung meriah setiap tahun, dan sejak saat itu dibentuklah Yayasan Sam Poo Kong. Arak-arakan itu selalu dibanjiri oleh masyarakat keturunan Tionghoa dan orang Indonesia asli. Tidak hanya penduduk dari Kota Semarang, bahkan pengunjung dari kota atau pulau lain juga datang untuk menyaksikan arak-arakan tersebut hingga saat ini. Arsitektur Kelenteng Sam Poo Kong dipengaruhi oleh kebudayaan Tiongkok dan Jawa. Pengaruh kebudayaan Tiongkok dapat dilihat dari corak warna merah dan kuning pada interior kelenteng, pilar-pilar di dalam kelenteng yang diukir dengan ornamen naga, dan lampion-lampion besar berwarna merah yang digantung di sekeliling kelenteng. Unsur kebudayaan Jawa dapat dilihat dari ukiran-ukiran seperti motif batik yang ada pada bangunan kelenteng dan pendopo serta adanya patung buto. Selain itu juga terdapat unsur agama Kong Hu Cu dan Islam pada bangunan Kelenteng Sam Poo Kong. Unsur agama Kong Hu Cu dapat dilihat dari bentuk altar dan adanya patung dewa-dewi Kong Hu Cu di depan kelenteng. Sedangkan unsur agama Islam dapat dilihat dari warna hijau di interior kelenteng dan bedug yang ada di dalam kelenteng. Bedug merupakan bagian dari kebudayaan Tiongkok yang di Indonesia lebih dikenal sebagai bagian dari agama Islam. Kelenteng Sam Poo Kong terbagi menjadi 2 kawasan yaitu kawasan wisata dan kawasan peribadatan. a. Di dalam kawasan wisata, terdapat bangunan mushola, aula besar, toko oleh-oleh dan penjualan peralatan ibadah, tempat penyewaan kostum tradisional Tiongkok, pendopo, dan toilet umum. b. Bangunan aula besar digunakan untuk perayaan ulang tahun Cheng Ho dan biasanya untuk beristirahat dan berfoto bagi para pengunjung. Saat hari perayaan ulang tahun Cheng Ho selalu diadakan acara hiburan seperti pertunjukan barongsai, wayang, dan kembang api yang biasa jatuh pada bulan Agustus berdasarkan kalender penanggalan Cina. Perayaan ini tidak hanya dibuka untuk umat Kong Hu Cu saja, tapi juga dibuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. c. Di dalam kawasan peribadatan terdapat lima bangunan kelenteng, yaitu Kelenteng Dewa Bumi, dan Dewi Laut, Wang Jing Hong (Kyai Juru Mudi), Sam Poo Kong, Kyai Jangkar, dan Kyai dan Nyai Tumpeng. Gambar 1 Kawasan Wisata

5 5 Gambar 2 Kawasan Peribadatan Di tiap-tiap kelenteng terdapat seorang Bio Kong untuk membantu para pengunjung dalam menjalankan ibadah. Khusus di Kelenteng Kyai Jangkar, juru kuncinya adalah seorang muslim yang juga mengerti tata cara peribadatan Kong Hu Cu. Tidak ada pembagian tempat ibadah bagi umat Islam dan Kong Hu Cu di Kelenteng Sam Poo Kong. Baik umat Islam maupun Kong Hu Cu dapat masuk ke kawasan peribadatan. Hanya saja untuk kegiatan ziarah yang biasa dilakukan oleh umat Islam, mereka hanya berziarah di 3 (tiga) kelenteng saja. Umat Islam berziarah ke makam Kyai Juru Mudi yang ada di Kelenteng Wang Jinghong, makam Kyai dan Nyai Tumpeng yang ada di Kelenteng Kyai dan Nyai Tumpeng, serta ke Kelenteng Kyai Jangkar karena terdapat sebuah jangkar besar yang dipercaya jangkar milik kapal Laksamana Cheng Ho. Mereka percaya bahwa berziarah ke tiga makam tersebut dapat mendatangkan berkah bagi mereka. Meskipun sama-sama beribadah di Kelenteng Sam Poo Kong, tapi tata cara peribatan yang dilakukan oleh masing-masing umat Kong Hu Cu dan Islam berbeda. a. Tata cara peribadatan umat Kong Hu Cu Bagi umat Kong Hu Cu, mereka bersembahyang di 5 kelenteng yang terdapat di dalam kawasan wisata Kelenteng Sam Poo Kong. Mereka diwajibkan membeli dupa yang dikhususkan untuk sembahyang di toko terlebih dahulu lalu mereka akan mengikuti urutan tempat sembahyang dari 5 kelenteng tersebut. Pertama, mereka bersembahyang di dalam kelenteng utama dan yang paling besar ) lalu dilanjutkan di Kelenteng Dewa Bumi dan yaitu Kelenteng Sam Poo Kong ( Dewi Laut, Kelenteng Wang Jing Hong, kemudian di Kelenteng Kyai Jangkar dan terakhir di Kelenteng Kyai dan Nyai Tumpeng. Di tiap-tiap kelenteng, mereka akan menyalakan beberapa dupa lalu bersembahyang terlebih dahulu di depan altar utama dan dilanjutkan dengan bersembahyang di depan altar kecil yang terletak di depan pintu masuk kelenteng dan di sisi samping bagian dalam kelenteng. Setelah membaca doa di tiap-tiap altar, mereka akan mengambil beberapa dupa yang telah dibakar dan menancapkannya di tempat dupa atau yang biasa disebut dengan hio lo. Ketika bersembahyang, mereka dapat melakukannya dengan berdiri ataupun berlutut. Setelah selesai bersembahyang di 5 kelenteng tersebut, umat Kong Hu Cu akan mendatangi semua altar utama di setiap-setiap kelenteng untuk membungkukkan badan sebagai tanda berpamitan sebelum mereka keluar meninggalkan kawasan peribadatan. Di setiap kelenteng memiliki Bio Kong yang akan bersedia untuk membantu para pengunjung yang ingin bersembahyang namun belum mengetahui tata cara urutan peribadahannya. Begitu juga dengan juru kunci di Kelenteng Kyai Jangkar, beliau mengerti tata cara peribadatan umat Kong Hu Cu walaupun ia beragama Islam. b. Tata cara peribadatan umat Islam Ada persamaan dan perbedaan tata cara peribadatan yang dilakukan oleh umat Islam dan Kong Hu Cu yang beribadah di Kelenteng Sam Poo Kong. Urutan sembahyang yang dilakukan di lima kelenteng sama, hal yang membedakan adalah umat Islam berdoa dengan menggunakan bahasa Arab atau bahasa Jawa dan tidak memberi hormat ke tiap kelenteng setelah mereka selesai sembahyang di 5 kelenteng tersebut. 三保大人

6 6 Gambar 3 Pengunjung yang Sedang Beribadah c. Ciam Si Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan di sini adalah Ciamsi atau lebih dikenal dengan membaca peruntungan. Ciamsi dilakukan di Kelenteng Utama yaitu di Kelenteng Sam Poo Kong dan di Kelenteng Dewa Bumi dan Dewi Laut. Ritual dan doanya diwakilkan kepada seorang Bio Kong, jadi para pengunjung hanya menyerahkan dupanya yang dibeli terlebih dahulu di toko dalam kawasan wisata dan Bio Kong yang akan membakar dan berdoa dengan caranya. Ciamsi yang dilakukan di Kelenteng Utama dilakukan dengan cara: Pertama Bio Kong akan berdoa di dalam kelenteng, di depan altar utama kemudian di depan altar kecil yang berseberangan dengan altar utama. Dilanjutkan dengan berdoa di depan altar yang berada di belakang kelenteng. Setelah itu pengunjung akan diajak masuk ke dalam gua kecil yang berhadapan dengan belakang kelenteng. Di sini Bio Kong kembali berdoa, lalu mengambil tempat lidi bambu yang bertuliskan angka. Bio Kong akan mengocok dan mengeluarkan satu lidi lalu menunjukkan sebuah angka yang tertera di lidi tersebut. Selanjutnya ada 2 keping kayu yang dilempar. Hasil lemparannya tidak boleh sama harus satu muka dan satu belakang, bila ternyata sama maka ritual pengocokan lidi harus diulang, berarti lidi pertama tadi tidak sesuai untuk permohonan. Setelah Anda memperoleh nomor ciamsi maka akan diberikan selembar kertas yang di dalamnya terdapat makna dari nomor ciamsi tersebut. Sebenarnya bila sudah mendapatkan kertas ini, tinggal dibaca saja dan di sesuaikan dengan permohonan Anda, ada banyak hal yang terkandung di dalamnya. Bila ingin mendapatkan penjelasan, Bio Kong akan memberikan penjelasannya. Setelah Ciamsi selesai, Anda dapat memberi uang jasa peramalan ini dengan harga yang sewajarnya. Ciamsi yang dilakukan di dalam Kelenteng Dewa Bumi dan Dewi Laut kurang lebih sama dengan yang dilakukan di Kelenteng Utama. Yang membedakan hanya pengunjung dan Bio Kong tidak mengocok lidi bambu dan melempar keping bambu di dalam gua kecil yang terletak di seberang belakang Kelenteng Utama. Bio Kong akan melakukannya di meja besar yang terletak di tengah-tengah altar utama dan altar depan. Umat agama apapun dapat melakukan Ciamsi. Ciamsi di Kelenteng Sam Poo Kong dilakukan dengan tata cara Kong Hu Cu. Sebanyak 7 responden umat Islam yang melakukan ciamsi menyatakan tidak keberatan melakukan ciamsi dengan tata cara Kong Hu Cu. Mereka mempunyai pandangan bahwa semua agama dapat melakukan ciamsi di dalam kelenteng merupakan hal yang unik. Selain itu, mereka juga merasa senang karena mereka dapat mengetahui peruntungan mereka.

7 7 Gambar 4 Contoh 1 Kertas Hasil Ciamsi Gambar 5 Contoh 2 Kertas Hasil Ciamsi Menurut keterangan dari Ibu Eny (Pemandu wisata Kelenteng Sam Poo Kong) dan dua orang Bio Kong, pada malam Jumat Kliwon dan malam 1 Suro adalah puncak keramaian umat Islam untuk datang berziarah ke makam Wang Jinghong, Kyai Jangkar, dan Kyai-Nyai Tumpeng dengan membawa kemenyan dan bunga. Keramaian pada malam Jumat Kliwon dan malam 1 suro ini disebabkan karena pada hari tersebut dianggap hari keramat dan bagian dari kebudayaan Islam di Jawa. Ketika malam Jumat Kliwon, umat Kong Hu Cu tetap ada yang datang untuk beribadah, tetapi mereka akan datang beribadah sebelum jam 7 malam karena mereka ingin menyediakan tempat bagi banyaknya umat Islam yang datang pada malam hari. Puncak keramaian umat Kong Hu Cu datang beribadah di Kelenteng Sam Poo Kong adalah saat menjelang Imlek, Imlek, dan Cap Go Meh. Di saat Imlek dan Cap Go Meh tidak ada umat Islam yang datang untuk berziarah karena takut menganggu banyaknya umat Kong Hu Cu yang datang untuk beribadah. Menurut keterangan dua orang juru kunci Kelenteng Sam Poo Kong, dalam 1 bulan perkiraan jumlah pengunjung yang datang untuk beribadah yaitu 300 orang. Umat beragama Islam yaitu 100 orang dan yang beragama Kong Hu Cu yaitu 200 orang. Penulis melakukan wawancara kepada 17 pengunjung yang beragama Kong Hu Cu dan 16 orang yang beragama Islam. Semua umat Kong Hu Cu dan Islam yang telah penulis wawancarai tidak merasa keberatan apabila mereka beribadah dalam waktu yang sama di dalam Kelenteng Juru Mudi. Umat Islam yang sedang berziarah tidak menganggu umat Kong Hu Cu yang sedang bersembahyang, begitu juga sebaliknya. Mereka masing-masing tidak membaca doa dengan suara yang keras dan tidak membuat kegaduhan. Mereka saling menghormati dan menghargai, mereka juga menganggap hal ini sebagai bentuk kerukunan umat beragama Islam dan Kong Hu Cu di Kelenteng Sam Poo Kong.

8 Umat Kong Hu Cu tidak keberatan dengan adanya juru kunci yang beragama Islam di Kelenteng Kyai Jangkar dan tidak masalah apabila beliau memimpin ibadah umat Kong Hu Cu. Umat Islam pun tidak keberatan dipimpin oleh seorang juru kunci yang beragama Kong Hu Cu untuk melakukan ibadah dan ciamsi. Hanya 1 orang responden yang beragama Islam merasa keberatan, beliau mengatakan bahwa akan lebih baik apabila ia dipimpin oleh seorang juru kunci yang beragama Islam juga. Tujuan para responden datang ke Kelenteng Sam Poo Kong adalah untuk beribadah. Selain beribadah, mereka melakukan Ciam Si dan atau akan berjalan-jalan di area kawasan wisata Sam Poo Kong. Gambar 6 Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung Selain Beribadah 8 Karena di Kelenteng Sam Poo Kong tidak hanya umat Kong Hu Cu saja yang datang, tetapi juga banyak umat Islam yang datang untuk beribadah, ziarah dan Ciam Si membuat pengurus Kelenteng Sam Poo Kong membangun sebuah mushola yang terletak di dalam kawasan wisata Kelenteng Sam Poo Kong. Mengenai keberadaan mushola ini, tidak adanya keberatan dari semua responden karena mereka menganggap mushola tersebut sebagai fasilitas bagi umat Islam yang sedang berwisata ataupun beribadah di dalam kawasan Kelenteng Sam Poo Kong. Mushola ini juga sebagai sarana untuk mendukung umat Islam yang ingin melakukan sholat 5 waktu. Mengenai adanya unsur-unsur Kong Hu Cu dan Islam di dalam Kelenteng Sam Poo Kong, semua responden tidak menyatakan keberatan. Mereka menganggap hal tersebut sebagai bentuk kerukunan yang terjadi di dalam Kelenteng Sam Poo Kong. Semua responden yang beragama Islam dan Kong Hu Cu melakukan interaksi. Namun, karena mereka tidak saling mengenal, maka interaksi yang mereka lakukan terbatas seperti: saat mereka berpapasan di dalam kelenteng, mereka saling tersenyum atau menganggukkan kepala. Hal ini mereka lakukan untuk menciptakan keharmonisan antarumat beragama di Kelenteng Sam Poo Kong sekaligus sebagai bentuk menghormati dan menghargai antarumat beragama. Menurut keterangan dua orang juru kunci kelenteng yang telah bekerja selama kurang lebih 5 tahun, tidak pernah terjadi konflik antara antara umat Islam dan Kong Hu Cu di dalam Kelenteng Sam Poo Kong. Peranan keberadaan kelenteng Sam Poo Kong terhadap kerukunan umat beragama Islam dan Kong Hu Cu berawal dari sejarah kedatangan Cheng Ho dan Wang Jinghong di Semarang. Karena keunikan nilai sejarah itulah, maka Kelenteng Sam Poo Kong menjadi tempat untuk memperingati Cheng Ho dan Wang Jinghong, tempat ibadah, sekaligus sebagai tempat wisata. 1. Tempat untuk Memperingati Cheng Ho dan Wang Jinghong Kelenteng Sam Poo Kong menjadi salah satu tempat untuk memperingati Cheng Ho, Wang Jinghong dan anak buahnya yang singgah di Simongan, Semarang. Cheng Ho dan Wang Jinghong menjadi tokoh yang dihormati oleh umat Islam dan Kong Hu Cu karena memiliki peranan yang penting bagi kedua umat agama tersebut, terutama yang berada di Indonesia. Umat Islam menghormati Cheng Ho dan Wang Jinghong sebagai penyebar agama Islam di Nusantara pada abad ke-15. Umat Kong Hu Cu menganggap Cheng Ho dan Wang Jinghong sebagai leluhur dan disembah sebagai dewa.

9 10 Karena sama-sama menghormati Cheng Ho dan Wang Jinghong, maka umat Islam dan Kong Hu Cu dapat beribadah di Kelenteng Sam Poo Kong guna memperingati Cheng Ho dan Wang Jinghong. Hal ini sudah menjadi kebiasaan yang turun-temurun pada masyarakat yang mempercayai Cheng Ho dan Wang Jinghong sejak beberapa ratus tahun yang lalu hingga sekarang. 2. Tempat Ibadah Tidak hanya umat Kong Hu Cu yang datang ke Kelenteng Sam Poo Kong untuk beribadah, tapi umat Islam juga dapat datang ke Kelenteng Sam Poo Kong untuk beribadah. Umat Islam dan Kong Hu Cu yang datang ke Kelenteng Sam Poo Kong sama-sama memiliki kepercayaan bahwa mereka bisa mendapatkan berkah bila beribadah di Kelenteng Sam Poo Kong. Umat Islam yang percaya hal tersebut melakukan ritual sembahyang di Kelenteng Sam Poo Kong. Tidak ada perbedaan perlakuan bagi semua umat agama yang ingin beribadah di Kelenteng Sam Poo Kong. Kebebasan bagi semua umat agama ini menjadikan mereka saling menghormati dan menghargai satu dengan lainnya. 3. Tempat Wisata Seiring dengan perkembangan zaman, kini Kelenteng Sam Poo Kong tidak hanya dikenal sebagai tempat ibadah saja, tapi juga tempat wisata. Nilai-nilai sejarah dan keunikan yang dimiliki oleh Kelenteng Sam Poo Kong menjadi nilai lebih untuk mempromosikan dan mengembangkan Kelenteng Sam Poo Kong sebagai salah satu tujuan wisata. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil yang telah penulis dapatkan, penulis mendapatkan keterkaitan kerukunan yang terjadi di Kelenteng Sam Poo Kong dengan teori Franz Magnis Suseno mengenai prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Kerukunan umat beragama Islam dan Kong Hu Cu dengan keberadaan Kelenteng Sam Poo Kong sejalan dengan dua prinsip yang disebutkan oleh Franz. Umat Islam dan Kong Hu Cu di dalam Kelenteng Sam Poo Kong dapat saling menghormati dan menghargai. Mereka tidak menganggu satu sama lain ketika sedang beribadah, tidak berdoa dengan suara yang keras, dan tidak membuat keributan. Mereka pun rukun satu sama lain, hal ini didukung dengan tidak pernah terjadinya sebuah konflik dan mereka tetap dapat menjalankan ibadahnya masing-masing walaupun di dalam tempat yang sama. Kerukunan antar umat Islam dan Kong Hu Cu dengan keberadaan Kelenteng Sam Poo Kong merupakan topik yang menarik dan pantas untuk diteliti. Penulis berharap hasil dari penelitian skripsi ini dapat memberikan referensi dan sebagai bentuk dukungan penulis dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama di berbagai tempat di Indonesia. Selain sebagai tempat ibadah, penulis juga berharap, kerukunan antarumat beragama di Kelenteng Sam Poo Kong dapat menjadi faktor untuk mengembangkan potensi wisata yang dimiliki oleh Kelenteng Sam Poo Kong. Hal ini didukung oleh keunikan nilai-nilai kerukunan umat beragama yang terjadi di Kelenteng Sam Poo Kong dan nilai sejarah yang dimiliki oleh Kelenteng Sam Poo Kong. REFERENSI 雷宗友. 郑和下西洋 [M]. 少年儿童出版社, 2005 王新龙. 大明王朝 [M]. 中国戏剧出板社,2013 黄昆章. 印尼华侨华人史 [M]. 广东 : 广东高等教育出版社,2005 徐作生. 鄭和寶船揚帆世界 [M]. 香港 : 香港中和出版有限公司,2011 北京师范大学出版社. 历史七年级下册 [M]. 北京 : 北京师范大学版社,2007 中国新闻网 印尼三宝垄市纪念郑和下西洋 609 周年 [Z]. 26/ shtml / Achmad, Nur Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Baidhawy, Zakiyuddin Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Erlangga. Dahana, A., dkk Telapak Sejarah Sam Po Kong. Jakarta: DPP Partai Golkar Korbid Keagamaan. Gay. L. R., Mills. G.E., and Airasian. P., Educational Research Competencies for Analysis and Applications. Colombus, Ohio.Pearson. Given, Lisa M The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods. Thousand Oaks: Sage.

10 Hurlock,E.B Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Parker, Lyn. (2010). Religious Tolerance and Inter-faith Education in Indonesia. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Asian Studies School of Social and Cultural Studies The University of Western Australia. Safitri, Dian Maya. (2011). The Amalgamation of Javanese Abangan, Islam, Taoism and Buddhism in the Sam Po Kong Shrine. South East Asia Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suherdjoko. 8 January, (2012). Semarang set for Sam Po Carnival. The Jakarta Post, page 8. Suseno, Franz Magnis Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Tutorial Penelitian. (2014). Jenis-Jenis Teknik Sampling, diakses 4 Juni 2015 dari Y, Dhee Shinzy., Tathagati, Arini, dkk Asyik, Jelajah Nusantara. Yogyakarta: Diva Press. Yuanzhi, Kong Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Yayasan Obor Indonesia. Yuanzhi, Kong Silang Budaya Tiongkok Indonesia. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. (2012). Membangun Kerukunan Umat Beragama guna Terwujudnya Harmonisasi Kehidupan Masyarakat dalam rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian LEMHANNAS RI. 14: RIWAYAT PENULIS Sasana Danar Samudera lahir di Kota Salatiga pada tanggal 25 Agustus Penulis menamatkan pendidikan S-1 di Binus University jurusan Sastra China pada tahun Kris Panggraita lahir di Kota Jakarta pada 15 April Penulis menamatkan pendidikan S-1 di Binus University jurusan Sastra China pada tahun Agustinus Sufianto lahir di Kota Surabaya pada 3 Agustus Beliau menamatkan pendidikan S-1 di University Of International Business and Economics jurusan International Finance. Saat ini bekerja sebagai pengajar di jurusan Sastra China Binus University.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Semarang memiliki luas 373,70 km 2 atau 37.366.836 Ha terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Penduduk kota Semarang heterogen terdiri dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 132 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1. Kesimpulan Makna Tata Letak Massa Bangunan Pada Kawasan Kelenteng Sam Poo Kong Serta Pengaruh Feng Shui Terhadapnya Letak Kawasan Kelenteng: Posisi

Lebih terperinci

Spirit Pluralisme dalam Klenteng Sam Po Kong Semarang

Spirit Pluralisme dalam Klenteng Sam Po Kong Semarang Spirit Pluralisme dalam Klenteng Sam Po Kong Semarang Edi Nurwahyu Julianto (glowedy@gmail.com) (Dosen Ilmu Komunikasi FTIK USM) Abstrak Klenteng Sam Po Kong has very deep meaning as a symbol of multi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan lalu lintas pelayaran antara Tionghoa dari Tiongkok dengan Nusantara telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisi Tionghoa pada awalnya sempat ditentang selama 32 tahun dan kurang diakui baik secara langsung maupun tidak langsung akibat terjadinya gonjang-ganjing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN A. Aktivitas Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kebudayaan dan suku bangsa yang sangat beragam. Salah satu suku bangsa yang ada adalah suku bangsa Tionghoa. Akulturasi budaya Tionghoa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa ABSTRAKSI Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul mereka dari Tiongkok.Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin

Lebih terperinci

MAKALAH ISLAM. Sam Poo Kong: Akulturasi Budaya Islam- Tiongkok

MAKALAH ISLAM. Sam Poo Kong: Akulturasi Budaya Islam- Tiongkok MAKALAH ISLAM Sam Poo Kong: Akulturasi Budaya Islam- Tiongkok Tahun 2014 MAKALAH ISLAM Sam Poo Kong: Akulturasi Budaya Islam-Tiongkok Disusun oleh : Dr. H. Ahmad Izzuddin, M. Ag. (Kasubdit Pembinaan Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut: a. Kesimpulan Bentuk Implementasi Fisik Program Pengembangan Wisata Ziarah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para sejarawan mengenai masuknya agama Islam ke Indonesia berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Pendapat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di

BAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di Indonesia, merupakan suatu kelompok masyarakat yang penuh dengan segala macam legenda, misteri, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dikembangkan sejak tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran Huang

BAB I PENDAHULUAN. telah dikembangkan sejak tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran Huang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Feng Shui adalah pengetahuan arsitektural yang berasal dari budaya Tiongkok, dan telah dikembangkan sejak 4.700 tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran

Lebih terperinci

ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG

ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M. Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya dhindayu@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan dan beribukotakan Pontianak. Luas wilayah provinsi Kalimantan Barat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu jiwa (Sensus 2010) 1. Orang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu jiwa (Sensus 2010) 1. Orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tiongkok adalah negara besar yang terkenal di seluruh dunia dan memiliki Tembok Besar (Great Wall) yang diakui sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Tiongkok merupakan

Lebih terperinci

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 天公 Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Siang Te

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer,

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer, BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah I. A. Sejarah Singkat Keberadaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang khas yang dimiliki dari negara tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus ciri khas yang membedakan antara suatu negara dengan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus ciri khas yang membedakan antara suatu negara dengan negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia memiliki kebudayaan yang menjadi identitas sekaligus ciri khas yang membedakan antara suatu negara dengan negara yang lain. Keanekaragaman setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam agama, suku bangsa dan keturunan, baik dari keturunan Cina, India, Arab dan lain-lain. Setiap golongan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah Di Nusantara By Yuanzhi Kong READ ONLINE

Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah Di Nusantara By Yuanzhi Kong READ ONLINE Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah Di Nusantara By Yuanzhi Kong READ ONLINE Sources: Kong Yuanzhi (transl by H.M Hembing Wijayakusuma), Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan

Lebih terperinci

TESIS PENERAPAN FENG SHUI PADA KELENTENG SAM POO KONG DI SEMARANG BENEDICTA SOPHIE MARCELLA S / PS/ MTA

TESIS PENERAPAN FENG SHUI PADA KELENTENG SAM POO KONG DI SEMARANG BENEDICTA SOPHIE MARCELLA S / PS/ MTA TESIS PENERAPAN FENG SHUI PADA KELENTENG SAM POO KONG DI SEMARANG BENEDICTA SOPHIE MARCELLA S 105401537/ PS/ MTA PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang cenderung monoton dan semakin keras terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang cenderung monoton dan semakin keras terkadang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar dan keanekaragaman suku sehinggga memperkaya budaya dan potensi Indonesia. Pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Sejarah Palembang yang pernah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari berbagai etnis, ras dan budaya yang tersebar di berbagai pulau di seluruh Nusantara. Keberagaman etnis dan budaya

Lebih terperinci

KEADAAN PENGAJARAN MANDARIN DI SEKOLAH JAKARTA BARAT

KEADAAN PENGAJARAN MANDARIN DI SEKOLAH JAKARTA BARAT KEADAAN PENGAJARAN MANDARIN DI SEKOLAH JAKARTA BARAT Enjelia, Warty, Fu Ruomei Jl. Kemanggisan Ilir III/ 45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276739 njl_cancer_verd@yahoo.com ; she2_31@yahoo.com ; rosemary@binus.edu

Lebih terperinci

KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh: ARNIS RACHMADHANI NIM: 752011001 MAGISTER SOSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi gelombang imigrasi semakin pesat pada masa kolonial. Terbentuklah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi gelombang imigrasi semakin pesat pada masa kolonial. Terbentuklah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah kecil orang India, Arab, dan Tionghoa telah datang dan menghuni beberapa tempat di Nusantara sejak dahulu kala pada zaman kerajaan kuno. Akan tetapi gelombang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Indonesia memiliki banyak keragaman budaya, yang beberapa diantaranya merupakan hasil dari akulturasi dua budaya. Hasil akulturasi tersebut yang membuat keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas masyarakat Tiongkok memiliki tiga kepercayaan, yaitu ajaran Taoisme, Konghucu dan Buddhisme. Gabungan dari ketiga kepercayaan tersebut mereka sebut sebagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI KLENTENG SAM POO KONG

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI KLENTENG SAM POO KONG PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI KLENTENG SAM POO KONG Maria Stephanie Grace Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan no.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480 ms.grace@me.com Tobias Warbung, S.Sn.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan. 53 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Masjid merupakan salah satu bangunan yang penting dalam agama Islam. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan umat Islam

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya. BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK 2563 TINGKAT NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bagi setiap manusia, ingatan terhadap pengalaman-pengalaman pribadinya merupakan suatu hal yang sangat mengesankan. Dengan itu, dia memperoleh perasaan identitasnya,

Lebih terperinci

MASJID CHENG HOO SURABAYA

MASJID CHENG HOO SURABAYA KAJIAN MAKNA BUDAYA DALAM ARSITEKTUR : MASJID CHENG HOO SURABAYA Oleh: INDAH RAHMAWATI 0851010006 SEPTAFIAN ADHE 0851010028 SAVITRI KUSUMA W 0851010059 LUCKY MURDIYONO 0851010093 FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia memiliki beraneka ragam seni dan kebudayaan. Masing-masing memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH A. Pandangan terhadap Ziarah. Pada masa awal Islam, Rasulullah SAW memang melarang umat Islam untuk melakukan ziarah kubur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga aqidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat.

Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat. 6 3. Kesan Orang China Terhadap Orang Indonesia 15% 10% 5% Ramah Tidak teratur Lugu Berani 70% Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat. Mereka tidak mengucilkan orang asing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perayaan-perayaan hari raya tradisi di masyarakat Tionghoa mulai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perayaan-perayaan hari raya tradisi di masyarakat Tionghoa mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perayaan-perayaan hari raya tradisi di masyarakat Tionghoa mulai diperkenalkan secara global. Mulai dari Imlek, Cap Go Meh, dan lain-lain. Salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN KELAS INTENSIF DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA

ANALISIS EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN KELAS INTENSIF DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA ANALISIS EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN KELAS INTENSIF DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA Pamela Priscilia, Stefani Saputra, Temmy Jurusan Sastra Cina, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara Jln.

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI Marisa, Sindy Novita Ayu, Temmy Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara, Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sempurna keseimbangannya, dan menjadi pusat dari dunia. 1 Melihat kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sempurna keseimbangannya, dan menjadi pusat dari dunia. 1 Melihat kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cina merupakan bangsa yang besar. Dalam bahasa Cina, negara Cina disebut Zhōngguó ( 中国 ). Menurut pengertian secara harafiah, zhōng ( 中 ) berarti tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara Republik Indonesia. Wilayah Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah yang termasuk 5 wilayah kota administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu kelebihan bangsa Indonesia adalah adanya keanekaragaman penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat dan tentu masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan upacara tradisional suatu masyarakat umumnya sangat menarik untuk diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni meramal merupakan salah satu bentuk tradisi yang sudah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul ketika manusia mulai mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dakwah adalah kewajiban bagi semua muslim, karena dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak atau menyeru umat manusia agar berada di jalan Allah, baik melalui lisan,

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

ANALISA KEBIJAKAN POLITIK WU ZETIAN MENURUT TEORI GEORGE C. EDWARD III

ANALISA KEBIJAKAN POLITIK WU ZETIAN MENURUT TEORI GEORGE C. EDWARD III ANALISA KEBIJAKAN POLITIK WU ZETIAN MENURUT TEORI GEORGE C. EDWARD III Liana, Nelly, Agustinus Sufianto Binus University, JL Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730 rosy_rinoa@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

Toleransi antar etnis

Toleransi antar etnis Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Sri LestariWartawan BBC Indonesia 19 Februari 2015 http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150219_lasem_toleransi Image captionbangunan dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dengan judul Perayaan Tahun Baru Imlek 2015 di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ).

BAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lampion adalah sejenis lampu yang biasanya terbuat dari kertas dengan lilin di dalamnya. Lampion yang lebih rumit dapat terbuat dari rangka bambu dibalut dengan kertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan menetap di Surabaya. Di antara para pedagang

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT MATA KULIAH ETIKA BISNIS TERHADAP APLIKASI KERJA ALUMNI BINUS UNIVERSITY DI PERUSAHAAN CHINA

ANALISIS MANFAAT MATA KULIAH ETIKA BISNIS TERHADAP APLIKASI KERJA ALUMNI BINUS UNIVERSITY DI PERUSAHAAN CHINA ANALISIS MANFAAT MATA KULIAH ETIKA BISNIS TERHADAP APLIKASI KERJA ALUMNI BINUS UNIVERSITY DI PERUSAHAAN CHINA Christina, Giovani, Yi Ying Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan Tionghoa yang pada awalnya kurang diperhatikan di Indonesia, kini mulai diakui. Dimulai dengan diakuinya Hari Raya Imlek sebagai salah satu hari

Lebih terperinci

Misteri Gandrung dari Tiongkok

Misteri Gandrung dari Tiongkok 1 Misteri Gandrung dari Tiongkok Sumono Abdul Hamid Dua puluh satu tahun yang lalu, tepatnya 5 Maret 1990, saya menonton pementasan gandrung di Taman Ismail Marzuki, garapan seniman kondang Hendrawanto

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix. BAB VII KESIMPULAN 7.1 KESIMPULAN LOKASI A. Lingkup Makro Di dalam lingkup makro diteliti bahwa lokasi Kelenteng Gondomanan berada di titik lahan yang mengandung unsur keberuntungan atau kebaikkan (Ch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap masyarakat memiliki kebudayaan, kebudayaan ini tersusun karena adanya tingkat pengetahuan dan sebuah ide, keduanya akan menghasilkan sebuah perwujudan budaya

Lebih terperinci

Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia)

Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia) Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia) Dalam aliran Zhen Fo Zong, Mahaguru tidak menentang pemakaian kertas mulia atau lazim disebut kertas sembahyang, baik itu kertas sembahyang yang sudah

Lebih terperinci

DITEBUS OLEH PENGORBANAN BESAR

DITEBUS OLEH PENGORBANAN BESAR DITEBUS OLEH PENGORBANAN BESAR As-Saffat 37:107 Assalamu alaikum! Kitab Suci Al-Qur an memberikan deskripsi ilustrasi mengenai kepatuhan kepada Firman dari Allah di dalam hidup Ibrahim. Kita harus mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

Kerukunan Rumah Ibadah di. Mylapore

Kerukunan Rumah Ibadah di. Mylapore Langlang Kerukunan Rumah Ibadah di Mylapore Menyusuri sudut-sudut kota Mylapore, sambil menjelajahi berbagai simbol keagamaan, mendatangkan kekaguman tersendiri terhadap pluralisme India. Penulis & Fotografer:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung tubuh terhadap hal-hal

Lebih terperinci

71 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

71 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1. Kuesioner Perayaan Imlek Nama : Usia : Asal : Agama : Etnis : Event: Imlek (Perayaan Tahun Baru) 1. Mengapa memilih merayakan Imlek dengan bersembahyang di Sam Po Kong? Menghormati

Lebih terperinci