ANALISIS PANDANGAN MAHASISWA/I TIONGHOA TERHADAP KEPERAWANAN DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PANDANGAN MAHASISWA/I TIONGHOA TERHADAP KEPERAWANAN DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA"

Transkripsi

1 ANALISIS PANDANGAN MAHASISWA/I TIONGHOA TERHADAP KEPERAWANAN DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Merlysa, Sanny, Cendrawaty Tjong Universitas Bina Nusantara,Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530, Indonesia Telp. : (021) me_yuan92@yahoo.com; sanny_280492@yahoo.com; cencen_zzz@yahoo.com ABSTRACT In the traditional Chinese culture, virginity is a symbol of the sanctity of a girl. A girl should not lose her virginity before marriage, because it is one of the key elements in determining the future happiness of her household, also symbolizes the status of herself, moral and self-esteem. The Purpose of this study is to provide an overview of the views of students to the culture and meaning of virginity nowadays. The results of this study are expected to be able to assist the reader in considering the conduct of pre-marital sexual relations. This study used a quantitative research method by distributing random questionnaires to students of Chinese at Bina Nusantara University. The results of the study suggests that almost all students argued that maintaining virginity before marriage is an important thing, where have meaning of dignity, and is also a form of honor and respect ourselves. (M & S) Keywords: Virginity, Hymen, Self-Esteem, Students, Binus University. ABSTRAK Di dalam kebudayaan Tradisional Tionghoa, keperawanan merupakan lambang kesucian seorang gadis. Seorang gadis tidak boleh kehilangan keperawanannya sebelum menikah, karena keperawanan itu merupakan salah satu unsur penentu kebahagiaan rumah tangganya kelak, juga melambangkan status diri, moral dan harga diri gadis tersebut.tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pandangan mahasiswa dan mahasiswi mengenai budaya keperawanan dan makna keperawanan dewasa kini. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat membantu para pembaca di dalam mempertimbangkan melakukan hubungan seksual pra-nikah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa dan mahasiswi Tionghoa di universitas Bina Nusantara secara acak. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa hampir seluruh mahasiswa dan mahasiswi berpendapat bahwa pentingnya menjaga keperawanan sebelum menikah, dimana menjaga keperawanan bagi seorang gadis memiliki makna menjaga harga diri, dan juga merupakan salah bentuk menghormati dan menghargai diri sendiri. (M&S) Kata Kunci : Keperawanan, Selaput Dara, Harga Diri,, Binus University. 1

2 2 PENDAHULUAN Hubungan seksual merupakan hubungan alami di antara pria dan wanita yang mengandung unsur biologis dan budaya. Berdasarkan pandangan tradisional Tionghoa, seorang wanita dianggap bermoral apabila dapat menjaga keperawanannya hingga ia menikah. Selaput dara di dalam budaya tradisonal merupakan simbol keperawanan seorang gadis dan merupakan harta yang paling berharga bagi gadis tersebut. Selaput dara merupakan simbol kesucian dan simbol kekudusan seorang gadis, serta merupakan unsur penentu kebahagiaan seorang gadis di dalam membina rumah tangganya kelak. Budaya keluarnya tetesan darah pada malam pengantin semakin membatasi ruang gerak wanita pada jaman dahulu, dan semakin menitik beratkan hubungan keperawanan dengan kedudukan dan harga diri seorang gadis pada zaman dahulu. Pada masa kini, makna keperawanan sudah mengalami perubahan. Di dalam media massa maupun media sosial banyak terdapat istilah mencoba seks sebelum menikah, Cinta satu malam, dan sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa anak muda masa kini semakin tidak memperdulikan keperawanan. Hal ini membuat banyak mahasiswa ataupun mahasiswi mengalami pertentangan batin antara mempertahankan keperawanan atau tidak, tak kecuali mahasiswa/i Tionghoa. Para mahasiswa/i ini masih menganut budaya Tionghoa yang diajarkan orang tua, dimana seorang gadis haruslah tetap perawan hingga pernikahannya nanti, bila tidak, maka ia akan dianggap tidak berharga lagi bagi suaminya sehingga meninggalkan bekas penyesalan seumur hidupnya. Oleh karena itu, penelitian mengenai keperawanan ini dapat memperjelas pandangan mahasiswa/i dalam memilih untuk mempertahankan keperawanan atau tidak. Menurut Pan Honggang (2009), keperawanan di dalam budaya tradisonal Tionghoa mengandung makna kesucian seorang gadis, serta penentu kebahagiaan rumah tangga. Apabila sang suami menemukan istrinya sudah tidak perawan lagi maka ia dapat meninggalkan istrinya tersebut dan mengembalikannya ke rumah orang tuanya untuk meminta ganti rugi atas kerugian yang dideritanya. Li Shuwei di dalam tulisanya yang berjudul Nǚquán Yǎnyì: Zhōngguó Gǔdài de Shǒugōng Shāyǔ Chǔnǚzhēn 女权演 义 : 中国古代的守宫砂与处女贞, menyatakan bahwa keperawanan bukanlah masalah seseorang saja, tetapi juga merupakan urusan kedua belah pihak pasangan. Selain itu keperawanan juga memiliki makna kesetiaan seorang gadis kepada pasangannya, dimana gadis tersebut hanya mencintai seorang pria dan tidak mencintai orang lain. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui pandangan mahasiswa atau mahasiswi mengenai keperawanan. Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis membatasi penelitian ini pada mahasiswa/i di Universitas Bina Nusantara, khususnya di kampus Anggrek dan Kijang. /i merupakan masa remaja akhir yang sedang mengalami ketidakstabilan emosi dan ideologi, dimana mereka mulai membentuk pendapatnya dan bertindak dengan pemikiran sendiri. Oleh karena itu, penulis merasa mahasiswa/i merupakan objek yang tepat untuk penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mahasiswa/i Tionghoa dewasa kini masih memandang penting sebuah keperawanan, dan apakah keperawanan masih memiliki makna dan kaitannya dengan nilai diri seorang gadis. Penulis berharap

3 3 dengan penelitian ini pembaca dapat mempertimbangkan nilai yang terdapat pada keperawanan, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang bijak di dalam menjaga keperawanan atau tidak. METODE PENELITIAN Penulis menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan kuota sampling menyebarkan kuisioner dalam menjalankan penelitian. Dalam menentukan jumlah sampel penulis menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5% untuk mendapatkan jumlah sampel yang valid. Rumus perhitungannya, sebagai berikut : n : ukuran sampel N : ukuran populasi d : tingkat kesalahan (5%) Berdasarkan data yang telah penulis peroleh, terdapat mahasiswa/i yang sedang menjalani perkuliahan aktif di Universitas ini. Oleh karena itu perhitungannya adalah sebagai berikut : N = = = = 393,5 = % , ,75+1 Dari perhitungan tersebut, maka sampel yang diperoleh adalah 394 orang responden. Berikut adalah garis besar penelitian : HASIL DAN BAHASAN 1. Latar belakang responden Berdasarkan hasil kuisioner yang dibagikan secara acak, respoden mahasiswa/i

4 4 Tionghoa Binus sebagian besar berstatus belum mempunyai pasangan. Latar belakang agama yang paling banyak dianut responden adalah agama Buddha dan Kristen, yaitu 42% mahasiswa dan 42% mahasiswi menganut agama Buddha, 33% mahasiswa dan 33% mahasiswi menganut agama Kristen protestan. Sebagian besar responden juga menyatakan belum pernah memiliki pengalaman tinggal di luar negeri. 2. Pengetahuan dan Pendidikan Seksual Responden Tabel 1: Pengetahuan /i Mengenai Keperawanan Pilihan lebih dari 1 Tabel 2: Pengajaran Orang Tua Ditinjau dari tabel 1, terjadi ketidaksamaan pengetahuan antara mahasiswa dan mahasiswi, yaitu : mahasiswa lebih banyak mengetahuinya melalui media internet (37%) dan teman (30%); yang paling sedikit adalah melalui media cetak (11%), orang tua (10%), saudara (6%) dan lainnya yaitu melalui sekolah atau agama (5%). Sebaliknya, mahasiswi lebih banyak mengetahuinya melalui orang tua (32%) dan media internet (23%), sumber terkecil adalah melalui teman (16%), media cetak (14%), saudara (10%) dan alasan lain adalah melalui sekolah atau agama sebesar (5%). Salah satu hal yang dapat kita lihat adalah orang tua Tionghoa tidak terlalu terbuka. Mereka sangat jarang membahas masalah seks, apalagi untuk menjelaskan kepada anak-anaknya. Pola pikir rasional pria yang tinggi membuat mereka berani untuk membicarakannya karena hal tersebut adalah hal yang masuk akal bagi mereka. Bagi orang tua Tionghoa tradisional, keperawanan masih merupakan hal yang vulgar sehingga tidak pantas untuk dibicarakan. Orang tua dengan pandangan timur tidak dapat disamakan dengan orang tua

5 5 barat yang berpandangan lebih terbuka untuk membicarakan topik mengenai alat reproduksi dan hubungan seksual. Bagi mahasiswa, hal mengenai seks semakin besar saat menginjak masa remaja, namun mereka terlalu malu untuk bertanya kepada orang tuanya sehingga mereka memilih untuk mencari tahu sendiri melalui internet, media cetak atau berbincang bersama teman. Sayangnya, pada media internet, seks lebih ditunjukkan sebagai suatu dasar kesenangan, dimana wanita hanya dijadikan objek kenikmatan yang digunakan untuk memuaskan pria. Sebaliknya, walaupun Orang tua Tionghoa tidak secara terbuka menjelaskan persoalan mengenai seks, namun kepada anak perempuan, mereka lebih menekankan harus dapat menahan nafsu diri dan menjaga kesuciannya. Orang tua responden khawatir bila anak perempuannya kehilangan keperawanannya karena suatu ketidaktahuan dan hanya dijadikan sebagai alat pemuas kebutuhan biologis oleh teman prianya. Salah satu karakter orang Tionghoa adalah menjaga reputasi. Mereka beranggapan bila anak perempuannya telah kehilangan keperawanan sebelum waktunya, maka ia akan kehilangan reputasinya. Oleh karena itu, orang tua memandang pendidikan seks sebagai hal yang penting bagi anak-anaknya. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, 68% mahasiswa mendapatkan pengajaran mengenai seks dan 32% lainnya mendapatkan pendidikan seks dari keluarganya. Berbanding terbalik dengan mahasiswia 59% mahasiswi mendapat pendidikan mengenai seks dan hanya 41% mahasiswi yang tidak memperoleh pendidikan ini. Cara pengajaran ini dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Mengajarkan melalui agama (35% mahasiswa dan 38% mahasiswi), 2. Pengajaran secara tradisional yaitu tidak mengungkapkan secara tidak langsung karena tidak terbiasa membicarakan mengenai seks kepada anak dan juga dikarenakan topik tersebut masih merupakan hal yang tabu (29% mahasiswa dan 36% mahasiswi), 3. Secara langsung dan terbuka (27% mahasiswa dan 22% mahasiswi). Oleh karena itu, terdapat 4% mahasiswi yang menyatakan, pesan dari orang tuanya adalah harus pandai menjaga diri, jangan merusak masa depanmu, harus bisa menjaga jarak dengan pria, dan lain-lain. Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua keturunan Tionghoa menanamkan arti penting tentang keperawanan. Pandangan mengenai seks bebas telah menyerang pandangan yang selama ini telah didapatkan oleh para mahasiwa/i mengenai keperawanan, sehingga menyebabkan konflik antara pandangan tradisional dan kehidupan hedonisme pada zaman sekarang. Sebagian besar orang tua masih merasa perlu untuk memberitahukan anak perempuannya mengenai pentingnya menjaga keperawanannya, hal yang benar adalah bersabar untuk menunggu hingga waktu pernikahan dengan pasangannya tiba. Menurut psikolog ZhangTing : dampak dari pengetahuan mengenai seks yang tradisional, yang pengajarannya dengan cara lama dan tingkat pendidikan yang terbelakang, terlebih lagi pengaruh budaya tradisional dan moral masyarakatnya, membentuk pengetahuan, psikis, dan tingkat moral mahasiswi mengenai seks tertinggal dari perkembangan pengetahuan mengenai hal ini. Penulis menemukan bahwa sebagian besar mahasiswa/i tionghoa, berdasarkan agama membatasi naluri seks mereka.

6 6 3. Penting Tidaknya Menjaga Keperawanan Tabel 3: Pentingnya Menjaga Keperawanan Tabel 4: Alasan Penting Keperawanan Pilihan lebih dari 1 Tabel 5: Alasan untuk Tidak Menjaga Keperawanan Pilihan lebih dari 1 Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia (2005) keperawanan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang wanita belum pernah bersetubuh dengan lelaki, masih murni. Menurut psikolog terkenal yang ada di Indonesia, Dokter Boyke : perawan atau virginitas seorang wanita ditentukan oleh utuh tidaknya selput dara yang dimilikinya, yang letaknya 2-3 cm dari depan vagina. (Fritz H.S.Damanik)

7 7 Menurut Ahmad Farhan, pandangan dan kebudayaan terhadap keperawanan adalah sama, yang dapat dikatakan sudah tidak perawan adalah jika orang tersebut sudah pernah melakukan hubungan seksual,dan lebih menekankan bahwa perawan hanya terjadi sekali seumur hidup dan apabila pada malam pertama sang suami mendapatkan keperawanan seorang wanita, ia akan merasa sebagai pria sejati dan juga pria yang sukses. Dapat dikatakan pula, fondasi keluarga yang bahagia adalah ketika status sang istri masih perawan. Pada tabel 3,dapat dilihat bahwa pada zaman sekarang sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi masih menganggap penting arti keperawanan. Dapat dilihat beberapa mahasiswa (14%) dan mahasiswi (8%) mulai ragu akan arti penting keperawanan itu sendiri. Para mahasiswa/i mengalami kebingungan akan arti keperawanan karena di telivisi dan berbagai media cetak serta perubahan konsep yang seiring dengan berkembangnya zaman telah membuat arti keperawanan semakin jauh dengan budaya yang ada. Berdasarkan tabel 4, 75% mahasiswa merasa bahwa keperawanan masih merupakan hal yang penting. Mereka merasa keperawanan merupakan lambang kesucian seorang wanita (37%) dan berkaitan erat dengan nilai diri serta moral wanita tersebut (36%). Hanya ada beberapa pria yang menganggap bahwa keperawanan berkaitan dengan keberhasilan dan kebahagiaan suatu pernikahan (10%) serta keperawanan ada hubungan nya dengan harga diri pria (6%). 86% mahasiswi merasa menjaga keperawanan masih merupakan hal yang penting, karena keperawanan merupakan harta berharga yang wajib dijaga oleh wanita yang mana melambangkan kesucian dari wanita itu sendiri (42%), keperawanan berhubungan dengan nilai diri (35%), keperawanan berhubungan dengan kebahagiaan perkawinan (17%), keperawanan merupakan salah satu ukuran cinta (4%), dan beberapa alasan lainnya (2%) yaitu keperawanan berhubungan ajaran agama, menjaga keperawanan merupakan salah satu cara untuk menghormati suami kelak, serta berhubungan dengan kepercayaan diri seorang wanita. Dari Tabel 4, penulis menemukan persamaan jawaban antara mahasiswa dan mahasiswi terhadap pandangan pentingnya sebuah keperawanan. Perempuan lebih mememandang keperawanan sebagai lambang dari kesucian sedangkan lekaki lebih memandang keperawanan sebagai nilai diri dan moral seorang wanita. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa mahasiswa/i sekarang masih menjaga pandangannya mengenai keperawanan. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa 11% mahasiswa merasa keperawanan bukanlah hal yang penting. Mereka merasa keperawanan tidak dapat dijadikan jaminan akan kebahagiaan suatu hubungan atau suatu perkawinan (26%), keperawanan bukanlah hal yang penting (25%), keperawanan tidak berkaitan dengan reputasi pria (19%). Pada zaman sekarang ini, mendapatkan seorang wanita yang masih perawan adalah suatu hal yang sulit, terlebih lagi perempuan yang sudah tidak perawan adalah suatu hal yang biasa (13%), keperawanan tidak berkaitan dengan moral wanita (9%), keperawanan sudah bukan lagi hal yang penting dan sudah merupakan pemikiran yang kuno (7%). Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa 6% mahasiswi merasa keperawanan bukanlah hal yang penting, karena : keperawanan tidak dapat dijadikan jaminan akan kebahagiaan suatu hubungan atau suatu perkawinan (27%), keperawanan tidak berkaitan dengan besarnya cinta (27%), keperawanan sudah bukan lagi hal yang penting. Di zaman

8 8 sekarang ini, mendapatkan seorang wanita yang masih perawan adalah suatu hal yang sulit, terlebih lagi perempuan yang sudah tidak perawan adalah suatu hal yang biasa (25%), keperawanan bukanlah hal yang penting (11%), tidak berkaitan dengan nilai diri wanita (4%) dan sudah merupakan topik yang kuno (6%). 4. Faktor Kehilangan Keperawanan Tabel 6: Faktor Kehilangan Keperawanan Berdasarkan Pendapat Pilihan lebih dari 1 Tabel 7: Kemungkinan Responden Melakukan Hubungan Seksual Berdasarkan data di atas, konsep mahasiswa/i mengenai keperawanan telah mengalami keterbukaan. Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa mahasiswa/i menanggap alasan terbesar pertama yaitu dikarenakan nafsu, kedua karena rasa penasaran, ingin mencoba-coba dan alasan ketiga berhubungan dengan janji manis pria. Salah satu sifat wanita yaitu lemah terhadap kata-kata manis yang dilontarkan oleh pria. Tetapi perbedaannya yaitu, pria merasa kehilangan keperawanan berhubungan dengan nilai moral wanita (13%),sedangkan wanita lebih menekankan bahwa kehilangan keperawanan lebih berhubungan rasa cintanya pada pasangannya (13%). Penulis beranggapan bahwa mahasiswa/i zaman sekarang berbeda sekali dengan orang-orang pada zaman dahulu. Dulu, baik pria ataupun wanita tidak boleh sedikitpun menujukkan rasa nafsunya, terlebih lagi nafsu seksual, karena hal ini tidak sesuai dengan moral, tetapi mahasiswa sekarang berani untuk menunjukkan dan bertindak mengikuti hasrat seksualnya, berani untuk mengakui akan nafsu seksual mereka.

9 9 Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden pria (76%) dan wanita (89%) masih menunjukan bahwa mereka tidak bersedia untuk kehilangan keperawanannya sebelum menikah, tetapi terdapat 14% pria dan 7% wanita yang bersedia kehilangan keperawanannya sebelum menikah, selain itu terdapat pula 7% pria dan 1% wanita yang ragu akan kesediaannya untuk kehilangan keperawanannya sebelum menikah. Serta 3% pria dan 3% wanita lainnya binggung sehingga tidak menjawab pertanyaan ini. Menurut Surjadi, faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan seks diluar nikah, yaitu : ketidakmampuan menolak rangsangan dari lawan jenis, demi gengsi dan untuk menambah rasa percaya diri, serta ketidakmampuan untuk berfikir jernih. Bagi para mahasiswa/i, melakukan hubungan seks bukanlah sesuatu yang perlu untuk direncanakan atau dipersiapkan. Berdasarkan hasil analisa yang penulis peroleh, faktor tertinggi yang menyebabkan 76% mahasiswa tidak rela untuk melakukan hubungan seks diluar nikah adalah karena mereka merasa belum saatnya untuk melakukan hubungan seks (24%), hubungan seks baru dapat dilakukan saat malam pertama terjadinya pernikahan. Selain itu, mereka juga merasa keperawanan seorang wanita merupakan hal yang berharga, oleh karena itu harus dijaga dengan baik (20%), dan yang ketiga yaitu karena hubungan seks sebelum menikah tidaklah diizinkan oleh moral dan juga ajaran agama (17%), yang keempat yaitu karena menjaga keperawanan seorang wanita adalah kewajiban daripada seorang pria (17%), alasan kelima yaitu karena mereka menganggap hubungan seks adalah kado terindah saat pernikahan (13%), dan alasan yang terakhir adalah khawatir jika melakukan hubungan seks sebelum menikah maka setelah menikah nanti hubungan seks sudah tidak indah lagi (8%). Berdasarkan hasil analisa yang penulis peroleh, faktor tertinggi yang menyebabkan 76% mahasiswi tidak rela untuk melakukan hubungan seks diluar nikah adalah karena mereka merasa belum saatnya untuk melakukan hubungan seks (23%), alasan kedua yaitu karena menjaga keperawanan merupakan salah satu kewajiban seorang wanita (20%), yang ketiga adalah karena keperawanan merupakan harta yang paling berharga (18%), alasan keempat yaitu karena hubungan seks sebelum menikah tidaklah diizinkan oleh moral dan juga ajaran agama (17%), alasan kelima yaitu karena mereka menganggap hubungan seks adalah kado terindah saat pernikahan (12%), dan alasan yang terakhir adalah khawatir jika melakukan hubungan seks sebelum menikah maka setelah menikah nanti hubungan seks sudah tidak indah lagi (9%). Dapat dilihat bahwa alasan pria dan wanita tidak ingin melakukan hubungan seks diluar nikah adalah karena lebih melihat faktor waktu, mereka merasa bahwa melakukan hubungan seks adalah sesuatu yang dapat ditunda dan juga merupakan hadiah pernikahan terindah. Selain itu, dapat dilihat bahwa responden tidak mau untuk melakukan hubungan seks karena hal tersebut berhubungan dengan tanggung jawab, merupakan hal terindah yang didapatkan dari seorang wanita apabila telah menikah, selain itu juga karena mereka merasa bahwa hubungan seks berhubungan dengan moral dan agama. KESIMPULAN DAN SARAN Menurut hasil analisis yang telah diperoleh dari para mahasiswa/i, arti keperawanan telah mengalami perubahan. Dilihat dari makna keperawanan, para responden menganggap keperawanan sebagai wanita yang belum pernah melakukan hubungan

10 10 seksual, tetapi tidak sedikit mahasiswa/i yang menganggap perawan adalah pasangan yang tidak melakukan hubungan seksual atau alat kelamin wanita belum disentuh oleh pria Ditinjau dari simbol keperawanan, sebagian besar mahasiswa masih sering menghubungkannya dengan kesucian, moral dan konsep harga diri seorang wanita. Hal ini benar terjadi karena banyak mahasiswa yang merasa kecewa apabila mendapatkan pasangan yang sudah tidak perawan dan banyak mahasiswi yang menjalin hubungan dengan pria, jika pria tersebut mengetahui jika ia sudah tidak perawan lagi maka akan terjadi perpisahan di antara mereka atau pria tersebut akan menerima wanita yang sudah tidak perawan tersebut dari awal lagi. Ini adalah perubahan budaya pada masyarakat, hingga mahasiswi sekarang sudah semakin sadar diri, tidak seperti wanita tradisional yang bergantung pada belas kasihan pria. Meskipun sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi tidak peduli mengenai hal keperawanan, tetapi perlahan-lahan konsep tradisional mulai ditinggalkan. Menjaga keperawanan adalah demi meningkatkan nilai kebebasan, bukan hanya demi membahagiakan suami di masa depan atau bahkan takut dengan hal yang akan terjadi di masa depan. Selain untuk meningkatkan kesadaran diri sendiri untuk menjaga aib kedua orang tua dan agama, tetapi juga untuk membatasi hubungan seksual sebelum menikah. Pria dan wanita juga diharuskan mendapat pendidikan mengenai seks dari keluarga. Pendidikan keluarga dapat membuat anak-anak tersebut dapat meningkatkan nilai kesadaran akan pengertian mengenai seks. Pendidikan seks pada anak-anak didapat melalui pertemanan atau berbagai teknologi. Pandangan yang salah tentang seks dapat membuat mereka lebih memperhatikan kesenangan, yang mana dapat membawa anak-anak pada pengertian yang salah. Dilihat dari hubungan antara keperawanan dengan harga diri, sebagian besar mahasiswa/i Binus berpendapat bahwa keperawanan ada hubungannya dengan harga diri seorang wanita. Kesadaran akan nilai dirinya sendiri, wanita yang berani mengatakan tidak ada pria cenderung tidak mudah untuk kehilangan keperawanannya. Mereka merasa keperawanan tidak berhubungan dengan cinta ataupun kebahagiaan suatu pernikahan. Wanita yang dapat menjaga keperawanan akan lebih mendapatkan perhatian lelaki karena dianggap memiliki nilai yang tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya para pria dan wanita dapat menahan diri untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah, karena masalah menjaga keperawanan bukan hanya tanggung jawab seorang wanita tetapi pria juga terlibat untuk menjaga pasangannya agar tetap perawan hingga waktunya tiba, agar tidak terjadi penyesalan dalam hidup pria dan wanita tersebut. REFERENSI 霭理士.(2008). 性心理学 [M]. 北京 : 商务印书馆出版. 郭爱妹.(2006). 女性主义心理学 [M]. 上海..上海教育出版社,2006. 郭嘉.(2006). 现代女性生活宝典 [M]. 广州 : 广州出版社. 李书纬.(2013). 女权演义 : 中国古代的守宫砂与处女贞 [M]. 中国 : 中国

11 11 纺织出版社. 李银河.(2005). 女性主义 [M]. 济南 : 山东人民出版社. 罗慧兰.(2002). 女性学 [M]. 北京 : 中国国际广播出版社. 高思飞. (2010). 对当代中国 处女情结 的批判话语分析 [J]. 浙江杭州 : 浙江传媒学 院, 李扁.(2008). 处女 男权文化的 LOGO [J]. 新学术期刊,01. 吴晓静.(2012). 处女 [J]. 常熟理工学院学报 ( 哲学社会科学 ),11:84. 张婷, 饶夏.(2007). 从处女情结看当代女大学生性观念与性教育 [J]. 科技信息,21: 75. Al-Ghifari, A.(2003). Kesucian Wanita. Bandung : Mujahid Press. Baswardono, D.(2005). Perawan Tiga Detik. Yogyakarta : Galang Press. Damanik, F.(2009).Menguak Makna Keperawanan bagi Siswi SMA(Sekolah Menengah Atas).Jurnal Harmoni Sosial,Vol 1, No. 1, diakses 2 Juli 2014 dari Farhan, A.(2010).Pemakaian Selaput Dara Tiruan dalam Pernikahan Tinjauan Hukum Islam. Diakses 10 Juli 2014 dari Radityo M.B, D.(2013).Gaya Hidup Seks Bebas Onenight Stand. Jurnal Sosiologi,Vol 2, No.2, diakses 10 Mei 2014 dari Sari, Citra P. (2012). Jurnal Harga Diri Pada Remaja Putri yang Telah Melakukan Hubungan Seks Pranikah. Diakses 10 Mei 2014 dari Tipani,S.R,Yeniar Indriana dan Imam Setyawan.(2010).Relation Between Emotional Intelligence With Perception of Virginity at Diponegoro University Student.Diakses 20 Juli 2014 dari RIWAYAT PENULIS Merlysa lahir di kota Pekanbaru, Riau pada tanggal 6 Maret Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMKN 1 Pekanbaru I pada tahun Penulis menamatkan S1 di Binus University dalam bidang sastra pada tahun 2014.

12 12 Sanny lahir di kota Jakarta, pada tanggal 18 April Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA Tarsisius II pada tahun Penulis menamatkan S1 di Binus University dalam bidang sastra pada tahun Cendrawaty Tjong, M.Lit. lahir di Singkawang pada tanggal 5 Mei Sejak tahun 2004 aktif mengajar di jurusan Sastra Cina, Binus University.

Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat.

Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat. 6 3. Kesan Orang China Terhadap Orang Indonesia 15% 10% 5% Ramah Tidak teratur Lugu Berani 70% Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat. Mereka tidak mengucilkan orang asing,

Lebih terperinci

ANALISA PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI KATA TABU DAN EUFEMISME DALAM BUDAYA CINA

ANALISA PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI KATA TABU DAN EUFEMISME DALAM BUDAYA CINA 1 ANALISA PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI KATA TABU DAN EUFEMISME DALAM BUDAYA CINA Jeane Clinton, Fu Ruomei Jurusan Sastra China Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan, Palmerah,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BAHASA INDONESIA TERHADAP KESALAHAN PENGGUNAAN KATA NEGASI BU DAN MEI

ANALISIS PENGARUH BAHASA INDONESIA TERHADAP KESALAHAN PENGGUNAAN KATA NEGASI BU DAN MEI ANALISIS PENGARUH BAHASA INDONESIA TERHADAP KESALAHAN PENGGUNAAN KATA NEGASI BU DAN MEI Angely Setiawan, Reina Juwita, Fu Ruomei Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM DAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMK SANTA THERESIA

IMPLEMENTASI KURIKULUM DAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMK SANTA THERESIA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Humaniora Jurusan Sastra China Tugas Akhir Sarjana Strata-1 Semester Genap 2013/2014 IMPLEMENTASI KURIKULUM DAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMK SANTA THERESIA

Lebih terperinci

NASIB WANITA DI KELUARGA TRADISIONAL DALAM NOVEL JIA KARYA BAJIN

NASIB WANITA DI KELUARGA TRADISIONAL DALAM NOVEL JIA KARYA BAJIN NASIB WANITA DI KELUARGA TRADISIONAL DALAM NOVEL JIA KARYA BAJIN Belinda, Linda, Xuc Lin Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730 maruilan13@yahoo.co.id; lindalie_10@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Ucapan Terima Kasih. Jakarta, 16 Agustus Stefanny dan Yenny

Ucapan Terima Kasih. Jakarta, 16 Agustus Stefanny dan Yenny Ucapan Terima Kasih Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pepatah Nasihat China dari Makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mandarin memiliki sejarah yang sangat panjang. Seiring dengan berjalannya waktu, Bahasa Mandarin terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Contoh

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DOSEN TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA MANDARIN MAHASISWA TINGKAT 2 JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL BINA NUSANTARA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DOSEN TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA MANDARIN MAHASISWA TINGKAT 2 JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL BINA NUSANTARA PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DOSEN TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA MANDARIN MAHASISWA TINGKAT 2 JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL BINA NUSANTARA Witri Eka Ratnasari, Teddy, Yi Ying Binus University, Jl. Kemanggisan

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan dalam dua bentuk yang berbeda, baik. secara fisik maupun psikis, yang kemudian diberi sebutan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan dalam dua bentuk yang berbeda, baik. secara fisik maupun psikis, yang kemudian diberi sebutan sebagai BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia diciptakan Tuhan dalam dua bentuk yang berbeda, baik secara fisik maupun psikis, yang kemudian diberi sebutan sebagai laki-laki dan

Lebih terperinci

Abstrak. :Jovita Priatnawati

Abstrak. :Jovita Priatnawati Abstrak Nama Program Studi Judul :Jovita Priatnawati :S1 Sastra China :Analisis Pemahaman Mahasiswa Tingkat Atas Jurusan Bahasa Mandarin terhadap Tata Bahasa Mandarin Klasik yang Digunakan dalam Bahasa

Lebih terperinci

SURVEI DAN ANALISIS PROFESI LULUSAN SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY TAHUN

SURVEI DAN ANALISIS PROFESI LULUSAN SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY TAHUN SURVEI DAN ANALISIS PROFESI LULUSAN SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY TAHUN 2009-2012 Emita, Henny Suryani, Fu Ruomei BINUS University, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Palmerah, Jakarta Barat/021-53276730

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS TOKOH PRIA DAN WANITA DALAM FILM TANGSHAN DA DIZHEN

DAMPAK PSIKOLOGIS TOKOH PRIA DAN WANITA DALAM FILM TANGSHAN DA DIZHEN DAMPAK PSIKOLOGIS TOKOH PRIA DAN WANITA DALAM FILM TANGSHAN DA DIZHEN Andriani Sinarsih 1 ; Yuvina Handani 2 ; Cendrawaty Tjong 3 1,2,3 Chinese Department, Faculty of Humaniora, Binus Univesity Jl.Kemanggisan

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT MATA KULIAH ETIKA BISNIS TERHADAP APLIKASI KERJA ALUMNI BINUS UNIVERSITY DI PERUSAHAAN CHINA

ANALISIS MANFAAT MATA KULIAH ETIKA BISNIS TERHADAP APLIKASI KERJA ALUMNI BINUS UNIVERSITY DI PERUSAHAAN CHINA ANALISIS MANFAAT MATA KULIAH ETIKA BISNIS TERHADAP APLIKASI KERJA ALUMNI BINUS UNIVERSITY DI PERUSAHAAN CHINA Christina, Giovani, Yi Ying Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan pula menciptakan manusia lengkap dengan pasangan hidupnya yang dapat saling memberikan kebahagiaan.

Lebih terperinci

DAMPAK BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP PSIKOLOGIS TOKOH PRIA DAN WANITA DALAM FILM TANGSHAN DA DIZHEN

DAMPAK BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP PSIKOLOGIS TOKOH PRIA DAN WANITA DALAM FILM TANGSHAN DA DIZHEN DAMPAK BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP PSIKOLOGIS TOKOH PRIA DAN WANITA DALAM FILM TANGSHAN DA DIZHEN Andriani Sinarsih, Yuvina Handani, Cendrawaty Tjong Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir/45, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN PENDAHULUAN Novel Taiyang Chushi merupakan salah satu karya novel Chi Li, Novel Taiyang Chushi menuliskan tentang pernikahaan sepasang muda mudi. Novel ini mempaparkan tentang kehidupaan manusia yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, dimana masa perkembangan ini berlangsung cukup singkat dari rentang usia 13 18 tahun. Pada masa ini remaja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 174 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan mengenai selfesteem dua wanita dewasa muda yan pernah melakukan hubungan seksual pranikah di Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN YANG HARUS DIKUASAIPENYIAR BERITA TV MANDARIN DI INDONESIA ( STUDI KASUS: FIONA PENYIAR METRO XINWEN )

KEMAMPUAN YANG HARUS DIKUASAIPENYIAR BERITA TV MANDARIN DI INDONESIA ( STUDI KASUS: FIONA PENYIAR METRO XINWEN ) KEMAMPUAN YANG HARUS DIKUASAIPENYIAR BERITA TV MANDARIN DI INDONESIA ( STUDI KASUS: FIONA PENYIAR METRO XINWEN ) Devi Marshalina, Vita, Yi Ying Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM KARAKTER HAN RADIKAL XIN

ANALISIS MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM KARAKTER HAN RADIKAL XIN ANALISIS MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM KARAKTER HAN RADIKAL XIN Wulan, Ruth Dwi Utami Harijono, Sofi Zhang Binus University,Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Kemanggisan, Palmerah Jakarta Barat, 021-5345830 wulan.ruslim@gmail.com;ruth.hariyono@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan satu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19 tahun, sedangkan masa

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN KELAS INTENSIF DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA

ANALISIS EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN KELAS INTENSIF DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA ANALISIS EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN KELAS INTENSIF DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA Pamela Priscilia, Stefani Saputra, Temmy Jurusan Sastra Cina, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara Jln.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia fenomena pernikahan usia dini bukanlah hal yang baru dalam masyarakat. Pernikahan usia dini merupakan suatu hal yang wajar karena dilihat dari sejarah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, pada masa dewasa merupakan masa yang paling lama dialami

Lebih terperinci

KONDISI CINTA DAN PERNIKAHAN TOKOH WANITA DALAM NOVEL LOVE IS NOT BLIND

KONDISI CINTA DAN PERNIKAHAN TOKOH WANITA DALAM NOVEL LOVE IS NOT BLIND KONDISI CINTA DAN PERNIKAHAN TOKOH WANITA DALAM NOVEL LOVE IS NOT BLIND Natalis Novia, Olivia Mei Fisty, Mariana Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730 nat_jia2@yahoo.com;

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS PENULISAN BUKU THE RAPE OF NANKING TERHADAP KEHIDUPAN IRIS CHANG

DAMPAK PSIKOLOGIS PENULISAN BUKU THE RAPE OF NANKING TERHADAP KEHIDUPAN IRIS CHANG DAMPAK PSIKOLOGIS PENULISAN BUKU THE RAPE OF NANKING TERHADAP KEHIDUPAN IRIS CHANG Alsiyas Susanto, Theresia, Linda Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730

Lebih terperinci

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PEER GROUP DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian yang terkecil dan yang pertama kali digunakan manusia sebagai sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga inilah kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

EKSPERIMEN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI CARA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA MANDARIN

EKSPERIMEN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI CARA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA MANDARIN EKSPERIMEN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI CARA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA MANDARIN TUGAS AKHIR Oleh Erina - 1301009552 Fenny Widjaja - 1301009703 Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN di JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK CITRA KUSTIMA STELLA NOVARIE

PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN di JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK CITRA KUSTIMA STELLA NOVARIE UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Humaniora Jurusan Sastra China Tugas Akhir Sarjana Strata-1 Semester Genap 2013/2014 PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN di JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK CITRA KUSTIMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Merangin adalah salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Jambi dengan ibukota berkedudukan di Bangko. Daerah merangin terdiri dari beragam suku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak. KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun. Remaja juga identik dengan dimulainya

Lebih terperinci

PERJUANGAN WANITA KOTA MEMPERTAHANKAN

PERJUANGAN WANITA KOTA MEMPERTAHANKAN PERJUANGAN WANITA KOTA MEMPERTAHANKAN KARIR DAN RUMAH TANGGA DALAM FILM HUNYIN BAOWEIZHAN Novianti, Stephanie, Mariana Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN AYAH DAN ANAK DALAM FILM JIU GAN TANG MAI WU MENURUT AJARAN KONFUSIUS

ANALISIS HUBUNGAN AYAH DAN ANAK DALAM FILM JIU GAN TANG MAI WU MENURUT AJARAN KONFUSIUS ANALISIS HUBUNGAN AYAH DAN ANAK DALAM FILM JIU GAN TANG MAI WU MENURUT AJARAN KONFUSIUS Dewi Purnamasari, Vivi, Sofi Zhang BINUS UNIVERSITY, JL. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730

Lebih terperinci

KEADAAN PENGAJARAN MANDARIN DI SEKOLAH JAKARTA BARAT

KEADAAN PENGAJARAN MANDARIN DI SEKOLAH JAKARTA BARAT KEADAAN PENGAJARAN MANDARIN DI SEKOLAH JAKARTA BARAT Enjelia, Warty, Fu Ruomei Jl. Kemanggisan Ilir III/ 45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276739 njl_cancer_verd@yahoo.com ; she2_31@yahoo.com ; rosemary@binus.edu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode 50 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian hubungan virginitas dengan intensitas melakukan seks pra nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif.

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENYEBAB FRUSTASI XIANG ZI DALAM NOVEL LUOTUO XIANG ZI KARYA LAO SHE

ANALISA FAKTOR PENYEBAB FRUSTASI XIANG ZI DALAM NOVEL LUOTUO XIANG ZI KARYA LAO SHE ANALISA FAKTOR PENYEBAB FRUSTASI XIANG ZI DALAM NOVEL LUOTUO XIANG ZI KARYA LAO SHE MARDASA Binus University, Jakarta, DKi Jakarta, Indonesia Abstraksi Xiang Zi adalah tokoh utama penting dalam novel Luotuo

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TRADISI MAN YUE MASYARAKAT TOTOK DAN MASYARAKAT PERANAKAN DI JAKARTA BARAT RINGKASAN ISI

PERBANDINGAN TRADISI MAN YUE MASYARAKAT TOTOK DAN MASYARAKAT PERANAKAN DI JAKARTA BARAT RINGKASAN ISI PERBANDINGAN TRADISI MAN YUE MASYARAKAT TOTOK DAN MASYARAKAT PERANAKAN DI JAKARTA BARAT RINGKASAN ISI Jessica Gozali, Mery Megawaty, Andyni Khosasih Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang khas yang dimiliki dari negara tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan Usia Dini 1. Pengertian Perkawinan Usia Dini Menurut Ali Akbar dalam Rouf (2002) untuk menentukan seseorang melaksanakan kawin usia dini dapat dilihat dari sudut

Lebih terperinci

PENGUASAAN KONSONAN BAHASA CHINA MAHASISWA SASTRA CHINA TINGKAT 1 DAN 4 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

PENGUASAAN KONSONAN BAHASA CHINA MAHASISWA SASTRA CHINA TINGKAT 1 DAN 4 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGUASAAN KONSONAN BAHASA CHINA MAHASISWA SASTRA CHINA TINGKAT 1 DAN 4 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Theresia Yuliana, Yolita Yosuari, Temmy Universitas Bina Nusantara Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. BUDI MURNI 3 高三生对第二语言习得分析 (Gāosān shēng duì dì èr yǔyán

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. BUDI MURNI 3 高三生对第二语言习得分析 (Gāosān shēng duì dì èr yǔyán PENGARUH BAHASA INDONESIA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SISWA KELAS XII SMA BUDI MURNI 3 MEDAN BUDI MURNI 3 高三生对第二语言习得分析 (Gāosān shēng duì dì èr yǔyán xí dé fēnxī) SKRIPSI NAMA : JULIANA NOVA WESLY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

Lingkungan Mahasiswa

Lingkungan Mahasiswa Lingkungan Mahasiswa Pernikahan Apa Hubungannya ya Lingkungan Mahasiswa dengan Pernikahan????? Pernikahan Dini Pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang masih muda, seperti mahasiswa atau mahasiswi yang

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA BETAWI PADA MAKANAN KHAS IMLEK DI JAKARTA

PENGARUH BUDAYA BETAWI PADA MAKANAN KHAS IMLEK DI JAKARTA PENGARUH BUDAYA BETAWI PADA MAKANAN KHAS IMLEK DI JAKARTA Felicia Khoesvilianty, Jane Oktaviani, Lydia Anggreani Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara Jl. Kemanggisan Ilir

Lebih terperinci

FENOMENA PERAWAN TUA DALAM IN TIME WITH YOU DAN MY ELDEST GIRL SHOULD GET MARRIED

FENOMENA PERAWAN TUA DALAM IN TIME WITH YOU DAN MY ELDEST GIRL SHOULD GET MARRIED 1 FENOMENA PERAWAN TUA DALAM IN TIME WITH YOU DAN MY ELDEST GIRL SHOULD GET MARRIED Cindy Chandry, Ester C., Cendrawaty Tjong Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara, Jln.

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI Marisa, Sindy Novita Ayu, Temmy Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara, Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia memiliki naluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara agama dan sosial antara pria dan wanita. Dalam perkawinan terdapat hak dan kewajiban,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan di luar nikah memuat persoalan yang sangat rumit dan kompleks bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang saat ini semakin cepat dan berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam system dunia yang mengglobal

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN HANZI TINGKAT ANAK-ANAK DENGAN MENGGUNAKAN KREATIVITAS DAN DAYA IMAJINASI

METODE PENGAJARAN HANZI TINGKAT ANAK-ANAK DENGAN MENGGUNAKAN KREATIVITAS DAN DAYA IMAJINASI METODE PENGAJARAN HANZI TINGKAT ANAK-ANAK DENGAN MENGGUNAKAN KREATIVITAS DAN DAYA IMAJINASI Fenti, Handriyen, Fu Ruomei Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Jakarta Barat, 021-53276730 fenti_maitri@yahoo.com,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

TENDENSI IDEOLOGI DALAM KUMPULAN NOVEL CHENLUN KARYA YU DAFU

TENDENSI IDEOLOGI DALAM KUMPULAN NOVEL CHENLUN KARYA YU DAFU TENDENSI IDEOLOGI DALAM KUMPULAN NOVEL CHENLUN KARYA YU DAFU Jureynolds, Xuc Lin Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730 jurey.boy@gmail.com; xuelin@binus.ac.id

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.

Lebih terperinci

FUNGSI HANYU PINYIN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN (Studi Kasus Siswa DI SMA KATOLIK BUDI MURNI 1 MEDAN)

FUNGSI HANYU PINYIN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN (Studi Kasus Siswa DI SMA KATOLIK BUDI MURNI 1 MEDAN) FUNGSI HANYU PINYIN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN (Studi Kasus Siswa DI SMA KATOLIK BUDI MURNI 1 MEDAN) 汉语拼音对棉兰 BUDI MURNI 1 高中学生学习汉语的作用分析 ( hanyu pinyin dui mian lan BUDI MURNI 1 gao zhong xue sheng

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GAMBANG KROMONG TERHADAP MASYARAKAT DI PASAR PERUMPUNG DI TINJAU DARI ASPEK SOSIOKULTURAL

ANALISIS PENGARUH GAMBANG KROMONG TERHADAP MASYARAKAT DI PASAR PERUMPUNG DI TINJAU DARI ASPEK SOSIOKULTURAL ANALISIS PENGARUH GAMBANG KROMONG TERHADAP MASYARAKAT DI PASAR PERUMPUNG DI TINJAU DARI ASPEK SOSIOKULTURAL Yulia, Metta Dewi, Andyni Khosasih BINUS UNIVERSITY, JL. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan yang terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita menimbulkan akibat

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 7 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

SOSIAL. Skripsi. Jurusan. Oleh. Budaya

SOSIAL. Skripsi. Jurusan. Oleh. Budaya ANALISIS TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL WOJU BERDASARKAN TEORI HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW DAN TEORI PERTUKARAN SOSIAL HOMANS Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata 1 Jurusan

Lebih terperinci