ANALISIS TRADISI UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT CINA BENTENG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TRADISI UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT CINA BENTENG"

Transkripsi

1 ANALISIS TRADISI UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT CINA BENTENG Cyinthia,Jane Ratini Puspa,Linda Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara, Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat, ABSTRACT So far the Chinese Benteng have maintained the tradition of funeral ceremonies entirely, from here can be seen also a strong vitality. This research analyzes the contents of the Chinese Benteng funeral, including lian li ceremony, corpses departure, funeral ceremony and other sessions. Each stage of the meaning and prohibition funeral has special meaning. Generally to show devotion and respect for the deceased. The purpose of this research is through Chinese Benteng funerals is expected to understand the cultural characteristics associated. In the analysis the authors get data through interviews with the people, added with the documents and theoretical basis. The conclusion is that although the Chinese Benteng funeral had a minor changes, but they still retain every funeral ceremony and derived culture. This proves the heritage characteristics, stability, cultural change. Keywords : Chinese Benteng, Funeral Ceremony, Tradition, Folklore Characteristics ABSTRAK Sejauh ini masyarakat Cina Benteng telah mempertahankan tradisi upacara kematian secara utuh, dari sini bisa dilihat juga daya hidup tradisi yang kuat. Penulisan ini menganalisis isi upacara kematian masyarakat Cina Benteng, termasuk prosesi lian li, pemberangkatan jenazah, dan upacara pemakaman dan sesi lainnya. Setiap prosesi dan pantangan upacara kematian memiliki makna khusus. Umumnya untuk menunjukkan rasa bakti dan rasa hormat terhadap orang yang meninggal. Tujuan dari penulisan ini adalah melalui upacara kematian masyarakat Cina Benteng diharapkan dapat mengerti mengenai karakteristik adat yang terkait. Dalam melakukan analisis penulis mendapatkan data melalui wawancara dengan masyarakat Cina Benteng setempat, dipadukan dengan referensi dan landasan teori dari bahan yang terkait. Kesimpulan dai penulisan ini adalah walaupun upacara kematian masyarakat Cina Benteng terjadi perubahan kecil, tetapi mereka masih mempertahankan setiap prosesi upacara kematian dan adat yang diturunkan. Hal ini membuktikan karakteristik adat yang bersifat diwariskan, bersifat stabil, dan memiliki perubahan kebudayaan. Kata Kunci : Cina Benteng, Upacara Kematian, Tradisi, Karakteristik Adat 1

2 2 PENDAHULUAN Indonesia adalah bangsa yang kaya akan keanekaragaman budayanya, ini merupakan sebagai salah satu ciri khas dari bangsa Indonesia yang unik. Sangat unik karena ketika pada umumnya sekelompok masyarakat membentuk sebuah bangsa atau Negara berdasarkan kesamaan budaya, Indonesia justru terbentuk dari sebuah kebersamaan hati yang melampaui segala macam perbedaan, salah satunya adalah perbedaan budaya. Di antara puluhan ribu budaya yang ada di bumi pertiwi ini, ada budaya yang dikenal dengan nama budaya Peranakan Tionghoa. Peranakan Tionghoa adalah bagian dari budaya bangsa Indonesia yang indah dan begitu melimpah dengan makna sosio-historis. Peranakan Tionghoa kerap dipandang sebagai suatu komunitas dengan stereotip khas Orde Baru: anti sosial, gila uang dan tidak peduli lingkungan. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami budaya ini secara utuh, karena terjadinya serangkaian gelombang politik dan ekonomi dalam perjalanan menuju suatu bangsa yang sesungguhnya sangat majemuk. (Santosa, 2012:9) Peranakan Tionghoa sudah menyebar di Nusantara, salah satunya adalah masyarakat Cina Benteng. Walaupun masyarakat Cina Benteng berkulit lebih hitam sehingga berbeda dengan masyarakat Tionghoa lainnya, tetapi mereka masih menghormati leluhurnya. Masyarakat Cina Benteng masih memelihara budaya yang telah diturunkan, termasuk upacara kematian. Dalam menjalankan penelitian ini, tujuan dari penulis adalah untuk mengetahui mengenai tiap-tiap tahap dari prosesi upacara kematian masyarakat Cina Benteng dan untuk mengetahui makna dari upacara kematian masyarakat Cina Benteng, dan juga untuk mengetahui karakteristik adat yang terdapat pada upacara kematian masyarakat Cina Benteng. Penulis berharap setelah mengetahui tentang karakteristik adat dari masyarakat Cina Benteng, bisa menambah kesadaran penduduk setempat dalam mempertahankan kesadaran budaya. Agar penelitian ini tidak meluas, penulis menempatkan ruang lingkup penelitian pada prosesi upacara kematian masyarakat Cina Benteng di Tangerang, termasuk proses isi dan makna dari upacara kematian masyarakat Cina Benteng. Penulis mengumpulkan data dengan cara melaksanakan wawancara dengan penduduk setempat di kota Tangerang tepatnya di desa Selapajang. Eunike Febrianka Silas (2012) dalam skripsinya yang berjudul Perancangan Komunikasi Visual Animasi Dokumenter Hitaci Sejarah Tentang Cina Benteng menyatakan bahwa walaupun masyarakat Cina Benteng berkulit hitam dan sudah kawin campur dengan masyarakat Pribumi, namun mereka masih menjunjung tinggi dan tetap melestarikan kebudayaan leluhur mereka yang tetap mereka jaga dan mereka wariskan secara turun temurun. Kekuatan yang terletak pada etnis Tionghoa khusunya warga Cina Benteng adalah bagaimana mereka mempertahankan budaya serta tradisi nenek moyang mereka dengan mati-matian. Crowder (2000) melalui jurnalnya yang berjudul Chinese Funerals in San Fransisco Chinatown: American Chinese expressions in mortuary ritual performance juga menyatakan bahwa upacara kematian merupakan cara bagaimana masyarakat China untuk memelihara simbol China mereka. Gupta dan Yicks(2002) dalam jurnalnya yang berjudul Chinese cultural dimensions of death,dying, and bereavement:focus group findings sama dengan Victor Chandra(2006) dalam skripsinya menyatakan bahwa landasan dari upacara kematian masyarakat China adalah menunjukkan rasa bakti kepada orang tua. Yang Cuntian(1994:41) dalam bukunya menyatakan bahwa walaupun miskin, untuk menghindari dianggap tidak berbakti oleh orang-orang, semua melakukan yang terbaik untuk kematian orang tua. Begitu juga yang dinyatakan oleh Cooper(1998) dalam jurnalnya yang berjudul Life-cycle rituals in Dongyang County: Time, affinity, and exchange in rural China bahwa kematian yang mendadak, demi uang yang dibutuhkan, berhutang sering tidak dapat dihindari. Zhong Jingwen(2009:11) menyatakan dalam karakteristik adat terdapat beberapa macam karakteristik. Perbedaan wilayah, perbedaan suku, perbedaan adat dari suatu negara, memiliki suatu persamaan dan juga memiliki karakteristik masing-masing. Zhong Jingwen akan membahas mengenai keseluruhan dari karakteristik adat, tepatnya jenis persamaan karakteristik adat. Karakteristik adat bersifat diwariskan adalah karakteristik adat yang terus diturunkan dengan seiring berjalannya waktu, merupakan salah satu cara untuk menyampaikan suatu budaya. Sejak kecil hingga dewasa, setiap orang tidak akan bisa terhindar dari pengajaran budaya. Semua pengajaran budaya akan dijalankan secara perlahan-lahan, hingga tidak akan merasakan bahwa di dalam proses warisan budaya akan mendapatkan pengetahuan dan kemampuan.

3 3 Karakteristik adat bersifat stabil, kestabilan adat istiadat suatu rakyat menunjuk pada ketika suatu adat istiadat muncul, maka akan terus mengikuti kelahiran manusia dan gaya hidup yang dalam jangka waktu panjang mulai menetap, dan menjadi bagian kehidupan sehari-hari manusia. Jika masyarakat stabil, kelahiran manusia dan gaya hidup masyarakat tidak mengalami perubahan drastis, kestabilan dari kebudayaan akan semakin kuat. Karakteristik adat terbentuk berdasarkan kesamaan politik, ekonomi,masyarakat, dan ideologi. Asalkan ekonomi dan ideologi masyarakat tidak mengalami perubahan, walaupun masyarakat terjadi perubahan yang besar, kebudayaan akan tetap memiliki kestabilan. Oleh karena itu, budaya akan mengalami perubahan kecil. Karakteristik adat bersifat stabil juga saling bertolak belakang dengan karakteristik adat bersifat perubahan. Karakteristik adat perubahan akan terjadi di dalam proses karakteristik adat bersifat diwariskan. Jika tidak ada karakteristik perubahan, maka kebudayaan tidak akan ada. Karakteristik adat bersifat perubahan juga tidak akan berhenti menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Tradisi upacara kematian masyarakat Cina Benteng sesuai dengan beberapa karakteristik adat yang dijabarkan diatas. METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penulisan kualitatif dengan bantuan studi pustaka yaitu dari bantuan buku, artikel, jurnal, dan hasil-hasil wawancara yang berhubungan dengan topik penulisan penulis. Pengumpulan data hasil wawancara dilakukan dari Maret sampai April Penulis melalui wawancara mengumpulkan bahan yang terkait. Dan referensi bahan yang terkait adalah acuan pendukung untuk penulis. Penulis menggabungkan data lapangan dan referensi, baru berlandaskan data tersebut membuat analisa. Penulis mengambil data dari masyarakat Cina Benteng di Tangerang tepatnya desa Selapajang. Penulis mengumpulkan data tentang tradisi upacara kematian masyarakat Cina Benteng, termasuk upacara kematian, pemberangkatan jenazah, dan upacara pemakaman dan sesi lainnya. HASIL DAN BAHASAN Orang Tionghoa menganggap kematian merupakan salah satu bagian penting dalam hidup. Mereka juga percaya bahwa arwah tidak bisa meninggal. Karena orang Tionghoa percaya bahwa setelah meninggal, Almarhum akan melanjutkan kehidupan di dunia selanjutnya, maka mereka menjalankan upacara kematian dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, bagi orang Tionghoa upacara kematian memiliki makna yang khusus. 1. Proses Tradisi Upacara Kematian Masyarakat Cina Benteng (1) Lian li Pada tahap ini masyarakat Cina Benteng memiliki dua upacara: a. Prosesi Pembersihan Jenazah Dalam prosesi pembersihan jenazah terdapat satu upacara yang dinamakan Poapoan. Jika salah satu keluarga ada yang meninggal, anggota keluarga akan mengadakan satu upacara yang dinamakan Poapoan. Dalam upacara ini jenazah akan diletakkan diatas dipan dan diberi bantalan yang terbuat dari kertas perak, seluruh tubuh jenazah akan ditutupi dengan kain putih. Anggota keluarga juga akan menyiapkan sebuah meja kecil, diletakkan di tengah depan dipan, dan menyiapkan semangkuk nasi dengan telor ayam rebus, segelas teh, dan satu gelas berisikan beras yang digunakan untuk menancapkan dupa. Di kedua sisi akan diletakkan dua buah lilin putih dan dua batang dupa hijau, yang akan terus dinyalakan hingga pemberangkatan jenazah. Jika Almarhum berumur lebih dari 80 tahun, maka akan menggunakan lilin dan dupa berwarna merah. Anggota keluarga akan membakar kertas perak disamping jenazah, anggota keluarga akan duduk beralaskan tikar sambil membakar kertas perak secara terus-menerus hingga jenazah diberangkatkan. Kertas perak dianggap sebagai pengganti uang di dunia arwah, Almarhum diharapkan dapat menggunakannya di dunia selanjutnya dan sebagai penerang jalan Almarhum. Pemimpin upacara akan memandu anggota keluarga untuk memandikan jenazah menggunakan lima macam bunga, arak putih dicampur air bersih. Lima macam bunga mewakilkan lima unsur, lima unsur tersebut adalah logam, kayu, air, api, tanah. Lima unsur ini dianggap mewakili proses kehidupan manusia. Air melambangkan awal kehidupan manusia, api

4 melambangkan proses perkembangan manusia, logam melambangkan proses pada saat manusia bekerja, kayu melambangkan pada saat manusia mecapai kemapanan, dan tanah melambangkan kematian, manusia setelah meninggal akan kembai ke tanah. Begitupun yang dinyatakan Zhong Wen(2011:150) bahwa anggota keluarga harus memandikan dan merapikan jenazah. Setelah dimandikan jenazah akan dikeringkan dan akan dikenakan baju terbaik, dipakaikan sarung tangan, kaos kaki dan juga sepatu. Jika Almarhum belum menikah maka akan dikenakan baju pengantin. Pernikahan merupakan saat yang bahagia, karena itu walaupun Almarhum belum menikah Almarhum akan dikenakan baju pengantin agar Almarhum juga bisa merasakan perasaan bahagia pada saat pernikahan. Baju pengantin yang dikenakan adalah baju terusan putih minimalis. Sedangkan jika Almarhum sudah menikah hanya akan dikenakan baju terbaik. b. Upacara Pemasukan Jenazah ke Dalam Peti Di dalam upacara pemasukan jenazah ke dalam peti terdapat beberapa upacara yaitu upacara masuk peti, upacara penutupan peti, dan Mai Song. Masyarakat Cina Benteng menyebut upacara masuk peti sebagai Jit Bok. Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam peti, rohaniawan akan memimpin anggota keluarga untuk berdoa. Dengan tujuan agar Almarhum mendapat kelancaran menuju dunia selanjutnya dan Almarhum mendapat tempat yang layak. Anggota keluarga akan menyiapkan 12 macam sayur di atas meja abu. Ketupat dan lepet akan menjadi makanan utama, karena ketupat dan lepet merupakan simbol akulturasi dari masyarakat Tionghoa dan masyarakat pribumi dan diharapkan anggota keluarga yang ditinggalkan akan tetap stabil dan harmonis seperti ketupat dan lepet. Lepet yang disediakan tidak boleh berisikan kacang karena menandakan Almarhum baru meninggal. Setelah 3 tahun baru boleh menyiapkan lepet yang berisi kacang. Sepuluh macam sayur lainnya merupakan makanan yang disukai oleh Almarhum semasa hidupnya. Sedangkan masyarakat Cina Benteng modern hanya menyiapkan lima macam sayur, ketupat dan lepet masih tetap menjadi makanan utama, dan makanan lainnya merupakan makanan kesukaan Almarhum semasa hidup. Setelah memasukkan jenazah ke dalam peti mati, jenazah akan ditutup dengan menggunakan sehelai kain putih. Anggota keluarga dan kerabat akan mengelilingi peti mati untuk menuangkan minyak wangi dan akan memasukkan baju serta barang yang disukai Almarhum semasa hidupnya ke dalam peti mati, baju yang tersisa dapat diberikan kepada orang lain atau disimpan untuk menjadi kenang-kenangan. Selanjutnya anggota keluarga akan memasangkan mutiara pada tujuh lubang panca indera Almarhum (dua lubang telinga, dua ujung mata, dua lubang hidung dan dibawah lidah). Mutiara-mutiara itu meggantikan panca indera Almarhum agar Almarhum mendapat jalan yang terang dan agar Almarhum mendapat kelancaran untuk sampai di dunia selanjutnya. Setelah itu anggota keluarga akan mengenakan baju berkabung, tetapi baju berkabung tersebut akan dikenakan terbalik. Baju berkabung tersebut akan dikenakan selama proses upacara. Berdasarkan hasil wawancara dengan Oey Tjin Eng baju berkabung harus dikenakan terbalik karena melambangkan anggota keluarga dalam suasana berduka sehingga tidak ada waktu untuk mengurus diri sendiri. Keluarga yang mengenakan baju berkabung ini hanya istri dan garis keturunan laki-laki, sedangkan garis keturunan perempuan akan ditanyakan terlebih dahulu ingin mengenakannya atau tidak. Begitupun yang dinyatakan oleh Nio Joe Lan(2013:261) bahwa anggota keluarga harus mengenakan pakaian berkabung berwarna putih, pakaian berkabung tersebut akan dikenakan terbalik, bagian luar menjadi bagian dalam. Jika istri yang meninggal dan belum memiliki anak maka tidak ada anggota keluarga yang mengenakan baju berkabung. Tetapi masyarakat Cina Benteng modern sudah tidak mengenakan baju berkabung, mereka hanya mengenakan kaos putih. Sebelum penutupan peti mati, rohaniawan akan memimpin anggota keluarga untuk berdoa. Setelah peti mati ditutup, putra sulung atau menantu laki-laki akan bertanggung jawab untuk memukul paku. Pemimpin upacara akan memandu putra sulung atau menantu laki-laki untuk memukul paku di empat sudut. Tiap paku hanya dipukul satu kali, dari paku pertama sampai paku terakhir. Jika Almarhum belum menikah, peti mati hanya diikat dengan menggunakan tali besar. Upacara selanjutnya adalah malam sebelum upacara pemakaman, anggota keluarga akan mengadakan upacara yang dinamakan Upacara Malam Kembang yang biasa disebut Mai Song. Dalam menjalankan upacara ini akan ada banyak tamu yang datang termasuk kerabat dan teman, selanjutnya rohaniawan akan memimpin anggota keluarga untuk berdoa. 4

5 5 (2) Pemberangkatan Jenazah Keesokkan harinya, sebelum jenazah diberangkatkan, rohaniawan akan memimpin anggota keluarga untuk berdoa. Lalu pemimpin upacara akan membantu anggota keluarga untuk mempersiapkan pemberangkatan jenazah. Jika anak yang meninggal, orang tua tidak diperbolehkan ikut mengantar jenazah ke pemakaman. Begitupun dengan istri yang meninggal, orang tua dan suami tidak diperbolehkan ikut mengantar jenazah ke pemakaman, untuk menghindari melangkahi yang lebih senior. Pemimpin upacara akan melilitkan kain putih di leher menantu laki-laki, jika tidak memiliki menantu laki-laki boleh diwakilkan oleh adik laki-laki atau keponakan, untuk membawa sebuah nampan yang berisikan foto Almarhum dan tempat pendupaan. Lalu putra sulung akan membawa tongkat keturunan yaitu sebatang kayu atau bambu yang salah satu ujungnya dibungkus oleh kain putih dan kain merah, biasa masyarakat Cina Benteng menyebutnya tang teng. Jika yang meninggal adalah laki-laki, tongkat kayu tersebut akan diletakkan di bahu sebelah kiri, yang meninggal adalah perempuan akan diletakkan di bahu sebelah kanan. Jika Almarhum tidak memiliki anak maka tongkat kayu tersebut tidak perlu dibuat. Sebelum pemberangkatan jenazah pemimpin upacara akan membanting sebuah semangka. Semangka memiliki banyak biji maka diharapkan keturunan Almarhum akan mendapatkan keberuntungan dan memiliki banyak keturunan. Demikian halnya dengan yang dinyatakan Marcus A.S. (2009:228) sebelum pemberangkatan jenazah, pemimpin upacara akan membanting semangka. (3) Upacara Pemakaman Sesampainya di tempat pemakaman, sebelum penurunan jenazah, rohaniawan akan memimpin anggota keluarga untuk berdoa, yang bertujuan agar Almarhum mendapatkan kelancaran untuk sampai di dunia selanjutnya dan Almarhum mendapatkan tempat yang layak. Pemimpin upacara akan mengadakan upacara yang dinamakan Upacara Tabur Bibit, yang biasa disebut Ngo Kok. Upacara ini merupakan upacara penyebaran lima macam bibit dan koin. Bibitbibit tersebut adalah kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, jagung dana beras. Bibit-bibit tersebut akan disebar ke empat penjuru mata angin. Setelah penyebaran bibit peti mati jenazah baru akan diturunkan. 2. Makna Spesifik Dari Sesi Upacara Kematian Masyarakat Cina Benteng Setiap tahap dari upacara kematian pasti memiliki arti dan tujuan yang khusus. Umumnya untuk menunjukkan rasa bakti anak terhadap orang tua dan menjamin Almarhum mendapatkan kelancaran untuk sampai ke dunia selanjutnya. Perkins(1999:171) juga menyatakan bahwa dalam kebudayaan Tionghoa, tujuan dari upacara kematian adalah menjamin Almarhum mendapat kelancaran untuk sampai ke dunia selanjutnya dan Almarhum mendapatkan tempat yang pantas di dunia arwah. Demikian juga yang dinyatakan oleh Olga Lang(1946:18) bahwa tujuan dari upacara kematian adalah untuk memberikan rasa aman kepada Almarhum. (1) Poapoan Sesi karakteristik dari upacara Poapoan adalah Almarhum yang berumur lebih dari 80 tahun akan mengenakan akan menggunakan dupa dan lilin berwarna merah. Karena Almarhum yang berumur 80 tahun ke atas sudah sangat lama hidup di dunia dan termasuk panjang umur, maka bisa dikatakan sesuatu yang bahagia, diharapkan Almarhum tidak meninggalkan penyesalan di hidupnya. Upacara ini bertujuan untuk menyadarkan Almarhum dan anggota keluarga bahwa Almarhum telah meninggal. (2) Upacara Masuk Peti Makna dari upacara ini adalah menunjukkan rasa bakti anak terhadap orang tua. Dari kecil hingga dewasa orang tua yang menjaga anaknya, sekarang giliran anak yang menjaga orang tuanya. Memasukkan baju Almarhum, barang yang disukai Almarhum ke dalam peti, juga memasangkan mutiara ke tujuh lubang adalah untuk mempersiapkan barang yang dibutuhkan Alamrhum. Jika Almarhum belum menikah, Almahum masih tanggung jawab orang tua. Sedangkan yang suami yang meninggal merupakan kewajiban dari seorang istri. (3) Upacara Penutupan Peti Ketika menjalankan upacara ini putra sulung bertanggung jawab memukul paku di empat sudut peti mati. Karena putra sulung adalah pewaris keturunan dari Almarhum. Memukul paku harus sesuai arah jarum jam. Dari kanan atas, kanan bawah, kiri bawah dan terakhir kiri atas. Hal ini diharapkan anggota keluarga bisa terus maju. Setiap paku pun memiliki makna tersendiri. Paku pertama di kanan atas melambangkan anggota keluarga mendapatkan banyak berkah. Paku kedua

6 6 di kanan bawah melambangkan anggota keluarga mendapatkan kekayaan yang berlimpah. Paku ketiga di kiri bawah melambangkan anggota keluarga mendapatkan keberuntungan. Dan terakhir paku keempat di kiri atas melambangkan anggota keluarga dijauhi dari musibah. (4) Mai Song Malam sebelum upacara pemakaman anggota keluarga akan mengadakan upacara yang dinamakan Mai Song, bisa disebut juga Upacara Malam Kembang. Tujuan dari Mai Song adalah meningkatkan rasa persaudaraan dan menjaga hubungan baik, karena pada saat Mai Song akan banyak kerabat dan teman yang akan datang. (5) Pemberangkatan Jenazah Di masyarakat Cina Benteng ketika akan memberangkatkan jenazah ke pemakaman, sebelum jenazah diberangkatkan, putra sulung akan membawa Tang Teng. Tang Teng adalah sebuah tongkat keturunan yang terbuat dari sebatang kayu atau bambu, yang salah satu ujungnya dibungkus dengan kain putih dan kain merah. Kain putih dan kain merah melambangkan Yin dan Yang, Yin dan Yang melambangkan keselarasan, diharapkan anggota keluarga dapat stabil dan harmonis. (6) Ngo Kok Sesampainya di tempat pemakaman anggota keluarga akan berdoa, lalu pemimpin upacara akan meyebarkan lima macam bibit dan koin, upacara ini disebut Ngo Kok. Bibit-bibit tersebut adalah kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, jagung dan beras. Bibit-bibit ini merupakan jenis tanaman kecambah, terus berkembang, diharapkan anggota keluarga dapat terus berkembang seperti kelima macam bibit tersebut. Bibit ini akan disebarkan di empat penjuru mata angin. Tujuan dari upacara ini adalah diharapkan apapun yang dilakukan anggota keluarga akan berhasil. Sedangkan anggota keluarga akan menyimpan koin tersebut agar diharapkan keluarga yang ditinggalkan bisa berkecukupan dalam segala hal. 3. Pantangan Masyarakat Cina Benteng Saat Masa Duka Pada saat berduka, masyarakat Cina Benteng memiliki beberapa pantangan. Tujuan dari beberapa pantangan ini adalah untuk menghormati Almarhum. Oleh karena alasan ini penulis akan menjelaskan pantangan pada saat upacara kematian. Sebelum upacara pemakaman anggota keluarga tidak diperbolehkan memakan makanan yang dicubit dengan menggunakan tangan dan pada saat makan tidak diperbolehkan menggunakan kecap. Karena masyarakat Cina Benteng menganggap memakan makanan yang dicubit berarti memakan daging Alamrhum. Sedangkan memakan menggunakan kecap berarti meminum darah Almarhum. Setelah pemakaman anggota keluarga tidak boleh mengenakan baju berwarna merah, tidak boleh pergi bertamu ke rumah orang lain dan juga tidak boleh menerima tamu. Masyarakat Cina Benteng menganggap anggota keluarga yang sedang berduka tidak menandakan hal baik, jika pada saat itu pergi ke rumah orang lain bertamu ataupun menerima tamu juga dianggap tidak menandakan hal baik kepada orang lain tersebut. Oleh karena masih suasana duka, maka dari itu anggota keluarga tidak boleh mengenakan baju berwarna merah, karena merah melambangkan kebahagiaan. Paling terakhir adalah tidak boleh memakan mi agar kesedihan anggota keluarga tidak berkepanjangan. Walaupun beberapa pantangan ini terlihat tidak masuk akal, tidak ada logika, bahkan terlihat sedikit tahayul tapi beberapa pantangan ini untuk menunjukkan rasa hormat dan rasa perduli terhadap Almarhum. SIMPULAN DAN SARAN Upacara kematian masyarakat Cina Benteng mencerminkan beberapa karakteristik adat. Masyarakat Cina Benteng sejak beberapa ratus tahun lalu sampai sekarang masih mempertahankan tradisi upacara kematian mereka, yang menyatakan bahwa masyarakat Cina Benteng masih memelihara tradisi mereka yang diturunkan secara turun temurun. Hal ini mencerminkan karakteristik adat yang bersifat diwariskan. Tetapi seiring dengan perkembangan sosial, tradisi upacara kematian masyarakat Cina Benteng mengalami sedikit perubahan kecil. Beberapa perubahan kecil yang terjadi dikarenakan orang-orang mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan orang-orang lebih menyukai kepraktisan. Masyarakat Cina Benteng sekarang mendapat tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan banyak masyarakat Cina Benteng yang sudah bekerja di luar Tangerang. Karena itu pikiran mereka lebih realistis. Oleh karena itu, beberapa sesi upacara kematian tidak dapat terhindar dari penyederhanaan. Tetapi ini tidak menyatakan bahwa mereka meninggalkan tradisi upacara kematian. Masyarakat Cina Benteng masih menjalankan seluruh prosesi upacara kematian merupakan sebuah fakta, walaupun mereka menjalankannya lebih praktis dan lebih cepat.

7 7 Beberapa perubahan kecil ini terlihat pada makanan yang disajikan dan baju berkabung yang dikenakan. Dalam makanan yang disajikan, masyarakat Cina Benteng tradisional akan menyiapkan 12 macam sayur, sedangkan masyarakat Cina Benteng modern hanya akan menyiapkan 5 macam sayur. Dalam baju berkabung yang dikenakan, masyarakat Cina Benteng tradisional akan mengenakan pakaian berkabung, sedangkan masyarakat Cina Benteng modern hanya mengenakan kaos putih. Ini mencerminkan karakteristik adat mengalami perubahan. Tetapi di dalam perubahan tersebut juga mencerminkan upacara kematian masyarakat Cina Benteng memiliki karakteristik adat bersifat stabil. Sejarah tradisi upacara kematian sudah melewati beberapa abad tetapi masih dipertahankan oleh masyarakat Cina Benteng secara utuh, yang merupakan sebuah bukti karakteristik adat bersifat stabil. REFERENSI Daftar Pustaka Mandarin 柯玲. 中国民俗文化 [M]. 北京 : 北京大学出版社,2011 宋兆麟, 冯莉. 中国远古文化 [M]. 宁波 : 宁波出版社,2006 杨存田. 中国风容概观 [M]. 北京 : 北京大学出版,1994 赵杏根, 陆湘怀. 中国民俗学通识 [M]. 南京 : 东南大学出版社,2010 钟敬文. 民俗学概论 [M]. 上海 : 上海文艺出版社,2009 钟文. 中国民俗文化大观 [M]. 北京 : 外文出版社,2010 Daftar Pustaka Inggris Cooper, G. (1998). Life-cycle rituals in Dongyang County: Time, affinity, and exchange in rural China. Ethnology,Vol. 37 No. 4, Crowder, L.S. (2000). Chinese Funerals in San Fransisco Chinatown. The Journal of American Folklore, Vol. 113 No. 450, Perkins, D. (1999). Encyclopedia of China:The Essential Reference to China, Its History and Culture. Chicago: Fitzroy Dearbon Yick, A.G., Gupta, R. (2002). Chinese cultural dimensions of death, dying, and bereavement: Foxus group findings. Journal of Cultural Diversity. Vol.9 No.2, Daftar Pustaka Indonesia Chandra, V. (2006). Analisa Ritual Upacara Kematian Masyarakat Cina Keturunan Hakka di Jakarta. Skripsi S1. Universitas Bina Nusantara, Jakarta Marcus, A.S. (2009). Hari-hari Raya Tionghoa. Jakarta: PT. Suara Harapan Bangsa Nio, J.L. (2013). Peradaban Tionghoa Selayang Pandang. Jakarta: PT Gramedia Santosa, I. (2012). Peranakan Tionghoa di Nusantara:Catatan Perjalanan dari Barat ke Timur. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara Silas, E.F. (2012). Perancangan Komunikasi Visual Animasi Dokumenter Hitaci Sejarah Tentang Cina Benteng. Skripsi S1. Universitas Bina Nusantara, Jakarta RIWAYAT PENULIS Cyinthia. Lahir di Bekasi pada tanggal 29 Agustus Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Jurusan Sastra Cina pada tahun 2013 atau menamatkan pendidikan SMA di SMA Kristen Yusuf Jakarta pada tahun Saat ini bekerja sebagai Treasure Executive di PT. Bank DBS Indonesia.

8 Jane Ratini Puspa. Lahir di kota Jakarta pada tanggal 2 Oktober Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Jurusan Sastra Cina pada tahun 2013 atau menamatkan pendidikan SMA di SMA YADIKA Tangerang pada tahun Saat ini bekerja sebagai Treasure Executive di PT. Bank DBS Indonesia. Linda. Lahir di Palembang pada tanggal 14 Agustus Beliau menamatkan pendidikan S2 di Universitas Indonesia dalam bidang Jurusan Hubungan Internasional pada tahun 2011 atau menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Jurusan Sastra Cina pada tahun Saat ini bekerja di Binus Internasional School Serpong sebagai guru. 8

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upacara kematian etnis Tionghoa ini, terdapat beragam pantangan dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, buyut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa terkecuali. Setiap manusia tidak akan mengetahui kapan seseorang akan meninggal, dan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan manusia. Menurut Kusnadi (2005), perkawinan adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keragaman budaya yang dapat dijadikan salah satu wisata budaya yang menarik. Dimana setiap budaya memiliki ciri khas dan keunikannya masingmasing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR Wahyuningtias (Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan dengan segala macam kekayaan alam yang melimpah. Tidak hanya sumber daya alam yang melimpah, tetapi bangsa Indonesia memiliki berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bekerja sebagai petani atau disebut juga dengan agraris. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bekerja sebagai petani atau disebut juga dengan agraris. Dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jorong Petok adalah sebuah Jorong yang terletak di Kenagarian Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Masyarakat Jorong Petok pada umumnya bekerja sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul 153 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Cina Benteng di Tangerang Pada Masa Orde Baru (1966-1998) kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mewadahi berbagai etnis atau suku-bangsa, baik dari lokal Indonesia sendiri maupun asing. Berbagai etnis tersebut memiliki budayanya

Lebih terperinci

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa ABSTRAKSI Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul mereka dari Tiongkok.Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku bangsa atau kelompok etnik dan ras yang tersebar diseluruh bagian penjuru Indonesia. Banyaknya suku bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix. BAB VII KESIMPULAN 7.1 KESIMPULAN LOKASI A. Lingkup Makro Di dalam lingkup makro diteliti bahwa lokasi Kelenteng Gondomanan berada di titik lahan yang mengandung unsur keberuntungan atau kebaikkan (Ch

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Oleh: Tri Raharjo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.joejoe@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasionalisme adalah rasa cinta dan bangga terhadap tanah air. Lebih khusus lagi, nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan penduduk yang padat. Sebagaimana dalam Wikipedia (2012) bahwa Indonesia adalah negara kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BUKU UPACARA ADAT NGABEN UMAT HINDU BALI

PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BUKU UPACARA ADAT NGABEN UMAT HINDU BALI PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BUKU UPACARA ADAT NGABEN UMAT HINDU BALI Noviyanti Universitas Bina Nusantara Jln. K. H. Syahdan no. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480 novi92_marquerite@yahoo.com

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek).

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar istilah Tahun Baru Imlek tentu semua orang sudah tidak asing lagi, ini dikarenakan Tahun Baru Imlek adalah sebuah tradisi yang tentunya sudah semua orang

Lebih terperinci

Desaku: Dulu dan Kini. Written by Mudjia Rahardjo Monday, 06 April :14 - Last Updated Monday, 06 April :15

Desaku: Dulu dan Kini. Written by Mudjia Rahardjo Monday, 06 April :14 - Last Updated Monday, 06 April :15 Tulisan ini saya awali dengan pertanyaan Jika mendengar kata desa, apa yang terlintas di benak anda?. Kata desa sering diidentikkan dengan kemiskinan, keterbelakangan, ketertinggalan, kebodohan, umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari berbagai suku bangsa (etnis) yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya. Banyaknya suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala

Lebih terperinci

WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI

WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN DAN ADAT WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK A. Latar Belakang Objek 1. Keadaan Geografis Kecamatan Duduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU No. PM

PROSEDUR MUTU No. PM Halaman 1 / O 1. Tujuan Prosedur ini adalah pedoman bagi pelaksanaan upacara penghormatan jenazah di lingkungan Politeknik Negeri Semarang. 2. Ruang Lingkup Prosedur upacara penghormatan jenazah ini berupa

Lebih terperinci

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan A. Pendahuluan B. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya

Lebih terperinci

SISTEM PERNIKAHAN TRADISIONAL MASYARAKAT TIONGHOA DI BEKASI KOTA

SISTEM PERNIKAHAN TRADISIONAL MASYARAKAT TIONGHOA DI BEKASI KOTA SISTEM PERNIKAHAN TRADISIONAL MASYARAKAT TIONGHOA DI BEKASI KOTA Apriliya Dwi Prihatiningtyas, Dewi Hartati, Yulie Neila Chandra, Jurusan Sastra Cina, Fakultas Sastra, Universitas Darma Persada c.dewihartati@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorontalo merupakan salah satu di antara ratusan suku bangsa yang ada di Nusantara, sama halnya dengan suku lainnya yang memiliki kebudayaan sebagai peninggalan nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung tubuh terhadap hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang kaya akan kebudayaan dimana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang kaya akan kebudayaan dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang kaya akan kebudayaan dimana Indonesia memiliki beragam kultur budaya yang berbeda beda dari Sabang sampai Merauke.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

E-SUMUTSIANA RELIEF. Abstrak. Abstract

E-SUMUTSIANA RELIEF. Abstrak. Abstract E-SUMUTSIANA RELIEF Yudi Franklin Hutauruk Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jurusan Sistem Informasi JL. H.M Jhoni No. 70 Medan, Indonesia yudifranklin@gmail.com Abstrak Pentingnya warisan budaya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan), V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses upacara perkawinan adat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TRADISI MAN YUE MASYARAKAT TOTOK DAN MASYARAKAT PERANAKAN DI JAKARTA BARAT RINGKASAN ISI

PERBANDINGAN TRADISI MAN YUE MASYARAKAT TOTOK DAN MASYARAKAT PERANAKAN DI JAKARTA BARAT RINGKASAN ISI PERBANDINGAN TRADISI MAN YUE MASYARAKAT TOTOK DAN MASYARAKAT PERANAKAN DI JAKARTA BARAT RINGKASAN ISI Jessica Gozali, Mery Megawaty, Andyni Khosasih Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah,

Lebih terperinci

NOMOR : 12 TAHUN 2010

NOMOR : 12 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 12 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pakaian Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Kepala Desa; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31.A 2016 SERI : E Menimbang PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31.A TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang A. Penelitian Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu: a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang Tradisi Fida

Lebih terperinci