Kata kunci : Strategi T3, C-means, Fuzzy c-means

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci : Strategi T3, C-means, Fuzzy c-means"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENCAPAIAN STRATEGI T3 UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN METODE C-MEANS DAN FUZZY C-MEANS 1 Finda Qori ah dan 2 Sony Sunaryo 1 MahasiawaJurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) 2 Dosen Jurusan Statistika FMIPA-ITS 1 phenda.aha@gmail.com, 2 sonystatistik_its@yahoo.co.id Abstrak Salah satu untuk mengurangi jumlah penganggur di indonesia yaitu tercapainya strategi T3 untuk sekolah menengah Kejuruan (SMK) yang berkaitan dengan layanan pendidikan sebagai SDM yang mampu dan terampil mengembangkan kinerja di dunia kerja. Banyak kebijakan yang telah diberlakukan untuk meningkatkan layanan pendidikan khususnya SMK di Jawa Timur. Namun hal tersebut belum cukup karena masih ditemui banyaknya indikatorindikator layanan pendidikan yang belum memenuhi standart kriteria Kemendiknas pada beberapa kabupaten/kota. Hal ini dimungkinkan adanya ketidaksesuaian penanganan yang diberikan dengan permasalahan pada kabupaten/kota tersebut. Sehingga pada penelitian ini dilakukan pengelompokan untuk mengetahui permasalahan mendasar pada setiap kabupaten/kota, sehingga tindakan atau kebijakan dalam meningkatkan dapat dilakukan dengan tepat. Di sisi lain, penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan metode yang terbaik yaitu antara metode C-Means dengan Fuzzy C-Means. Perbandingan metode dinilai berdasarkan nilai sebaran dalam kelompok terkecil, dimana dengan 7 kelompok CM mampu memberikan hasil pengelompokan terbaik. Kata kunci : Strategi T3, C-means, Fuzzy c-means 1. Pendahuluan Pendidikan merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia. Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 mengenai perluasan akses pendidikan peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah menyususn rencana strategis tahun untuk memperoleh layanan pendidikan. Layanan pendidikan adalah salah satu pembangunan pendidikan yang penting karena dapat menentukan hasil lulusan yang berpotensi. Pemerintah telah merencanakan strategi pencapaian untuk meningkatkan layanan pendidikan untuk tiap jenjang pendidikan. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada strategi pencapaian kode T3 untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kebijakan penting pemerintah (Depdiknas) tahun adalah mempunyai program dalam dunia pendidikan, yaitu memperbanyak jumlah siswa SMK daripada siswa SMA. Kebijakan ini bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Kebijakan pemerintah yang baru yaitu perbandingan untuk SMK sebanyak 70% dan 30% untuk SMA sampai dengan tahun Kebijakan ini di berlakukan karena informasi yang diperoleh bahwa perbandingan persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan SMK lebih rendah daripada lulusan SMA (BPS, 2009). Oleh karena itu untuk mengurangi TPT dapat meningkatkan layanan pendidikan. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode pengelompokan untuk mengetahui kelompok mana saja yang perlu di perhatikan terkait nantinya dalam penerapan kebijakan di masing-masing kabupaten/kota. Beberapa penelitian tentang sudah banyak dilakukan sebelumnya diantaranya yaitu Farida (2008) meneliti tentang studi kasus akreditasi SMK di Jawa Timur untuk menentukan model akreditasi sekolah berdasarkan faktor-faktor yang terdapat dalam profil sekolah. Beberapa macam metode pengelompokan yang diteliti tingkat kebaikannya dan diterapkan pada beberapa kasus. Mingoti & Lima (2006) membuktikan bahwa diantara metode pengelompokan hirarki tradisional (single linkage, complete linkage, dan sebagainya), c-means, fuzzy c-means 1

2 dan SOM neural network, metode fuzzy c-means yang memiliki hasil paling baik terutama pada kasus outlier dan overlopping. Berdasarkan rujukan dari Mingoti dan Lima (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pada kasus dengan data outlier sebesar 10%, 20%, 40% (nonoverlapping) dengan data pengamatan sebanyak 500 data menyimpulkan bahwa metode Fuzzy C-Means lebih baik dengan kriteria icdrate terkecil. Kemudian dengan data outlier sebesar 40% dan 80% (overlapping) dengan data pengamatan sebanyak 500 data menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa Fuzzy C-Means lebih baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan hasil perbandingan pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan indikator pencapaian strategi T3 untuk Sekolah Menengah Kejuruan dengan metode C-Means dan Fuzzy C-Means. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan kelompok-kelompok kabupaten/kota dan permasalahanpermasalahannya yang perlu mendapatkan perhatian intens dalam upaya penurunan TPT. 2. Analisis Faktor Analisis faktor merupakan suatu analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktorfaktor yang dominan dalam menjelaskan suatu masalah. Analisis faktor dapat menggambarkan variabel-variabel yang saling berkorelasi dengan kuantitas random yang disebut sebagai faktor. Secara garis besar, dengan analisis faktor akan didapatkan beberapa faktor yang mampu menerangkan semaksimal mungkin keragaman dari variabel-variabel asli tanpa kehilangan banyak informasi dan antar faktor pun bersifat saling bebas (Johnson dan Wichern, 2002). Variabel random X dengan variabel sebanyak p, yang memiliki rata-rata µ dan matrik kovarians, maka model faktor dari X yang merupakan kombinasi linier beberapa variabel saling bebas yang tidak teramati adalah F 1,F 2,..., F m sebagai common factors dan ditambahkan dengan,,.. disebut specific factor (Johnson & Wichern, 2002). Beberapa hal yang harus dipenuhi sebelum dilakukan analisis faktor adalah adanya korelasi antar variabel dan adanya kecukupan sampel. Pengujian independensi dapat dilakukan dengan Barlett test of Spericity seperti pada persamaan (1) dengan hipotesis sebagai berikut. H 0 : = H 1 : Statistik Uji dimana, n = Jumlah observasi p = Jumlah variabel = Determinan dari matriks korelasi Keputusan Tolak H 0 jika nilai > = ( 1) ( ) ln (1) ( ), Untuk kecukupan sampel dapat diukur berdasarkan nilai Kaizer-Meyer-Olkin (KMO) dari measure of sampling adequacy yang ditunjukkan oleh persamaan (2) dengan hipotesis sebagai berikut H 0 : Jumlah data sudah cukup untuk difaktorkan H 1 : Jumlah data tidak cukup untuk difaktorkan = dengan adalah korelasi antara variabel i dan j, sedangkan adalah korelasi parsial antara variabel i dan j. Sampel akan dikatakan layak untuk dilakukan analisis faktor bilamana KMO > 0,5 (Hair,dkk 2010). 3. Metode Pengelompokan Pengelompokan terdapat dua macam metode yaitu metode hirarki dan nonhirarki. Perbedaan yang terlihat jelas adalah pada permulaan prosedurnya, dimana metode hirarki ( 2) 2

3 mengelompokkan suatu pengamatan secara bertahap, sedangkan pada metode nonhirarki dilakukan dengan melakukan partisi pada ruang sampel (Johnson dan wichern, 2002). Penelitian kali ini akan dilakukan pengelompokan dengan metode nonhirarki yaitu Fuzzy C-Mean (FCM) dan C-Means (CM). Fungsi jarak yang sering digunakan adalah euclidean, dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut persamaan (3) (Johnson dan Wichern, 2002)., = (3) Dengan i = 1,2,..., n ; k= 1,2,..., p ; i j Dimana, merupakan jarak antara dua objek i dan j, adalah objek i pada variabel k dan merupakan nilai objek j pada variabel k. a. C-Means C-Means merupakan salah satu metode data clustering nonhirarki yang berusaha mempartisi data yang ada ke dalam bentuk satu atau lebih cluster/kelompok. Tujuan dari data clustering ini adalah untuk meminimalisasikan objective function yang diset dalam proses clustering, yang pada umumnya berusaha meminimalisasikan variasi di dalam suatu cluster dan memaksimalisasikan variasi antar cluster (Agusta, 2007). Pengelompokan metode C-Means didasarkan pada nilai fungsi keanggotaannya, dimana fungsi keanggotaannya merupakan jarak minimum antara objek dengan pusat kelompok. Fungsi keanggotaan setiap observasi diperoleh melalui iterasi yang maksimal, dimana tidak ada anggota yang masuk maupun keluar lagi. Pada intinya, algoritma C-Means bertujuan untuk meminimimasi fungsi objektif yang merupakan fungsi eror kuadrat. Misalkan X adalah data observasi, µ adalah fungsi keanggotaan dan v adalah pusat kelompok (cluster). Maka fungsi keanggotaan C-Means didefinisikan pada persamaan (4) dan fungsi objektif didefinisikan pada persamaan (5) (James C. Bezdek, 1998). 1, jika = min = (4) 0, lainnya = (5) dimana = keanggotaan data ke-i ke dalam kelompok ke-j, i=1,2,.,n ; j = 1,2,.,c, adalah pusat kelompok ke-j, dan adalah objek ke-i dan bernilai 0 atau 1. b. Fuzzy c-means Fuzzy C-Means (FCM) merupakan salah satu metode pengelompokkan yang dikembangkan dari C-Means dengan menerapkan sifat fuzzy dalam fungsi keanggotaannya. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Jim Bezdek pada tahun Sebenarnya metode ini sudah dibuat oleh Dunn pada tahun 1973 dan kemudian dikembangkan oleh Bezdek. Metode ini sering sekali digunakan dalam pembentukan pola dan robust terhadap suatu kejadian outlier maupun overlapping cluster. Diperkenalkan juga variabel w yang merupaka weighting exponent dari derajat keanggotaan. Variabel ini dapat mengubah besaran pengaruh derajat keanggotaan dalam proses clustering menggunakan metode Fuzzy C-Means, dimana mempunyai jangkauan w >1. Sampai saat ini tidak ada ketentuan yang jelas berapa besar nilai w yang optimal dalam melakukan proses optimasi suatu permasalahan clustering. Nilai w yang umumnya digunakan adalah 2. Peningkatan w dengan nilai 2 akan mengakibatkan hasil menjadi semakin samar dan menunjukkan bahwa fungsi objektif bernilai minimum. Misalkan X merupakan himpunan n objek dan p variabel. Maka fungsi objektif FCM ditujukkan pada persamaan (6) = ( ) (6) dimana n = banyaknya data, c= banyaknya kelompok, / = keanggotaan data ke-i kelompok kej, = = dengan yaitu objek ke-i dan yaitu pusat kelompok ke-j dengan p= banyaknya variabel dan dibatasi = 1, [0,1], 1 3

4 Fungsi objektif pada FCM diboboti oleh derajat keanggotaan u dimana c adalah banyaknya kelompok dan n adalah banyaknya objek yang akan dikelompokkan. Sedangkan w adalah nilai pangkat pembobot yang besarnya lebih besar dari 1, dan seringkali ditentukan sebesar 2 oleh Bezdek. Dalam FCM. Dari beberapa penelitian untuk clustering, pengukuran jarak yang pada umumnya sering digunakan adalah jarak euclidean. Sedangkan fungsi keanggotaan dan pusat cluster FCM berturut-turut ditunjukkan pada persamaan (7) dan persamaan (8). dimana 1 l c. = ( ) ( ) = (7) (8) 4. Internal Cluster Dispersion Rate (Icdrate) Merujuk pada Eviritt dalam Mingoti dan Lima (2006), perbandingan metode pengelompokkan terbaik dapat diukur dengan menghitung rata-rata persebaran internal cluster terhadap partisi secara keseluruhan. Metode ini seringkali digunakan dalam menaksir akurasi dari algoritma pengelompokkan. Perhitungan internal cluster dispersion rate (icdrate) ditunjukkan oleh persamaan (9). = 1 = 1 (9) SSB dan SST merupakan total sum of square antar kelompok dan total sum of square total (Everitt, 2001). =, = Keterangan : = kuadrat jarak antara vektor observasi ke-i terhadap vektor rata-rata keseluruhan sampel = kuadrat jarak antara vektor pusat cluster ke-j terhadap vektor rata-rata keseluruhan sampel n = banyaknya observasi k = banyaknya kelompok Semakin kecil nilai icdrate, semakin baik hasil pengelompokkannya. 5. Multivariate Analysis of Varians (MANOVA) Multivariate Analyze of Varians (MANOVA) adalah suatu teknik yang digunakan untuk membandingakan rata-rata dua populasi atau lebih. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa metode analisis varians multivariat digunakan untuk mengkaji pengaruh dari satu atau lebih suatu perlakuan terhadap respon (Johnson & Wichern, 2002). Uji MANOVA dilakukan setelah data memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut. 1. Matriks varians kovarians antar perlakuan identik/ homogen. 2. Setiap populasi memiliki distribusi multivariat normal (Johnson & Wichern, 2002). Adapun susunan tabel MANOVA ditampilkan pada Tabel 2 Tabel 1 Tabel MANOVA Sumber variasi Matrik Jumlah Kuadrat g T Perlakuan B n j x j x x j x j 1 n g g T Residual W xi x j x i x j j j Total Terkoreksi B W j 1 j 1 n g g x j j i x x i x j 1 j 1 T Derajat Bebas g-1 n-g n-1 4

5 Pada pengujian MANOVA diberikan hipotesis sebagai berikut. : = = =. = = H 1 = minimal ada dua yang tidak sama ( = 1,2,, ) StatistiUji:Λ = H 0 ditolak jika Λ >, ( ) (Johnson & Wichern, 2002). Keterangan : W : Matriks sum of square residuals B : Matriks sum of square tretment n : jumlah sampel g : Banyaknya kelompok n g : Banyak anggota pada kelompok g (10) 6. Strategi Pencapaian T3 T3 merupakan kode pada salah satu strategi kemendiknas yang dikhususkan untuk pendidikan menengah kejuruan. Tujuan strategi T3 yaitu tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan yang bermutu, relevan dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten dan kota, dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut 1. Penyediaan pendidik pendidikan menengah kejuruan yang berkompeten yang merata diseluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur yang meliputi pemenuhan guru SMK yang berkualifikasi. 2. Penyediaan manajemen SMK yang merata di seluruh kabupaten dan kota di jawa Timur yang meliputi pemenuhan kepala satuan pendidikan, pengawas, dan tenaga administrasi. 3. Penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, data dan informasi berbasis riset dan standart mutu pendidikan menengah kejuruan, serta keterlaksanaan akreditasi pendidikan menengah kejuruan. 4. Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran SMK yang berbasis keunggulan Lokal dan relevan dengan kebutuhan daerah yang merata diseluruh kabupaten dan kota di jawa Timur. 5. Penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan SMK berkualitas yang merata di seluruh kabupaten dan kota di jawa timur. Berikut adalah Target tiap indikator dengan kemendiknas tahun 2010 yang harus tercapai untuk tiap kabupaten dan provinsi. Tabel 2 Tabel kriteria target kemendiknas tahun 2010 Variabel Target (%) (%) Tenaga pendidik berkualifikasi SI (x 1 ) 87,6 (%) SMK berwawasan PUP3B (x 2 ) 16 (%) SMK bekerjasama industri (x 3 ) 23,4 (%) SMK yang berakreditasi B (x 4 ) 22 (%) SMK ber-iso (x 5 ) 15 ((%) SMK yang terakreditasi/diakui (x 6 ) 74 (%) SMK yang memiliki Lab multimedia.sesuai standart (x 7 ) 70 (%) Guru bersertifikasi (x 8 ) 20 (%) SMK yang menerapkan E-Pembelajaran (x 9 ) 30 (%) Kepala Sekolah beasiswa S2 (x 10 ) Metode Penelitian Variabel yang digunakan adalah data kabupaten dan kota se-jawa Timur yang mendukung indikator kebehasilan strategi pencapaian T3 untuk sekolah menengah kejuruan 5

6 (SMK) di Jawa Timur tahun Variabel-variabel(Indikator) yang akan di gunakan sebagai berikut 1. Persentase tenaga pendidik yang berkualifikasi S1/D4 sebagai x Persentase SMK berwawasan Pendidikan untuk perkembangan, pengembangan, dan/atau Pembangunan Berkelanjuatan (PuP3B) (x 2 ) 3. Persentase SMK yang memiliki kerjasama industri kreatif sebagai x 3 4. Persentase SMK yang berakreditasi B sebagai x 4 5. Persentase SMK yang bersertifikat ISO 9001:2008 sebagai x 5 6. Persentase SMK yang terakreditasi/diakui sebagai x 6 7. Persentase SMK yang memiliki laboraturium multi. sesuai standart SMK sebagai x 7 8. Persentase Guru bersertifikasi sebagai x 8 9. Persentase SMK yang menerapkan E-Pembelajaran sebagai x Persentase kepala sekolah SMK yang mengikuti Pelatihan Profesional Berkelanjutan dan berbeasiswa S2 sebagai x 10 Kabupaten/kota di Jawa Timur yang akan dikelompokkan berdasarkan Indikator strategi pencapaian T3 untuk SMK terdapat 38 wilayah dengan 29 kabupaten dan 9 kota. Langkah-langkah Analisis Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan analisis, diantaranya sebagai berikut. 1. Pengambilan data 2. Pengolahan data Setelah mendapatkan data, maka data tersebut diolah dengan menggunakan metode C-Means dan Fuzzy C-Means. Langkah-langkahnya sebagai berikut. a. Mendeskripsikan secara statistik kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan indikator pencapaian strategi T3 Untuk Sekolah Menengah Kejuruan dengan statistika deskriptif. b. Melakukan penyelidikan apakah terdapat korelasi yang signifikan antar variabel dengan menggunakan tes Barlett dan KMO untuk kelayakan. c. Mendapatkan kelompok kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan indikator pencapaian strategi T3 untuk Sekolah Menengah Kejuruan dengan metode C-Means dan Fuzzy C- Means. d. Membandingkan hasil pengelompokan metode Fuzzy C-Means dengan C-Means dengan metode icdrate. e. Membandingkan hasil pengelompokan metode terbaik dengan nilai target/standart kinerja kemendiknas tahun 2010 tentang layanan pendidikan yang sudah ditetapkan sebagai acuan untuk memperoleh informasi. f. Mengevaluasi dengan uji Manova dan mendeskripsikan karakteristik untuk setiap kelompok kabupaten/kota di Jawa Timur. 9. Analisis dan Pembahasan a. Statistik deskriptif Secara statistik tahun 2010, deskripsi mengenai indikator-indikator pencapaian strategi T3 yang berkaitan dengan layanan pendidikan untuk SMK dapat diketahui berdasarkan ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran. Rata-rata layanan pendidikan untuk SMK di Jawa Timur pada tahun 2010 yang ditunjukkan oleh Tabel 3 tercatat memilki 90,56% guru yang berkualifikasi SI menunjukkan bahwa rata-rata tiap kabupaten dan kota sudah berada lebih dari target kemendikans yaitu berada diatas 87,6%. Selain itu dilihat dari guru bersertifikasi yang sesuai dengan kriteria standart SMK sebesar 12,88%. Untuk indikator ini seluruh kabupaten/kota di Jawa timur tidak memenuhi target yang ditentukan kemendiknas sebesar 20%. Rata-rata terendah pada variabel SMK berwawasan PUP3B sebesar 3,656%, dimana kondisinya sangat jauh yang diharapkan oleh kemendiknas yaitu sebesar 16% tiap kabupaten/ kota. Kondisi penunjang tingginya layanan pendidikan untuk SMK di Jawa Timur salah satunya adalah SMK yang memiliki kerjasama industri. Tabel 3 menunjukkan bahwa SMK yang memiliki kerjasama industri sebesar 33,74% dari 1245 jumlah SMK di Jawa Timur dan sudah memenuhi standart yaitu berada diatas 23,4%. 6

7 Tabel 3 Deskripsi statistik Indikator-indikator Pencapaian strategi T3 Pada Tahun 2010 di Jawa Timur Variabel Mean StDev Minimum Maximum (%) Tenaga pendidik berkualifikasi SI (x 1 ) 90,56 4, ,728 (%) SMK berwawasan PUP3B (x 2 ) 3,656 3, (%) SMK bekerjasama industri (x 3 ) 33,74 19, (%) SMK yang berakreditasi B (x 4 ) 38, (%) SMK ber-iso (x 5 ) 4,54 6, ,7 ((%) SMK yang terakreditasi/diakui (x 6 ) 63, (%) SMK yang memiliki Lab.Multi.sesuai standart (x 7 ) 89,99 6, ,82 (%) Guru bersertifikasi (x 8 ) 12,88 5, ,21 (%) SMK yang menerapkan E-Pembelajaran (x 9 ) 17,6 12,9 0 52,25 (%) Kepala Sekolah ikut serta pelatihan dan berbeasiswa S2 (x 10 ) 17,97 10,6 0 44,44 Diantara beberapa variabel yang ditunjukkan oleh Tabel 3, keragaman tertinggi ditunjukkan oleh besarnya persentasi SMK yang memiliki kerjasama industri dengan beberapa perusahaan yang kreatif yaitu sebesar 19,8% dimana hampir SMK tiap kabupaten/kota di Jawa Timur menjalin kerjasama ini pada tahun Untuk mengetahui keragaman terutama adanya outlier pada setiap variabel, maka perlu digambarkan melalui boxplot. Agar keragaman dapat dilihat secara serentak, maka perlu dilakukan standarisasi untuk semua variabel. Standarisasi tersebut untuk menyamakan satuan, sehingga keragaman masing-masing variabel dapat disajikan secara bersama dalam satu diagram yaitu pada Gambar1. 5 Boxplot of x1; x2; x3; x4; x5; x6; x7; x8; x9; x Data x1 x2 x3 x4 x5 Gambar 1 Boxplot Indikator-indikator Pencapaian strategi T3 Pada Tahun 2010 di Jawa Timur yang telah terstandarisasi Gambar 1 menunjukkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi layanan pendidikan SMK tampak beragam pada beberapa kabupaten/kota di Jwa Timur. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa terdapat satu kabupaten/kota yang memiliki variabel layanan pendidikan yang sangat tinggi bahkan di luar biasa (outlier). Outlier pada kasus data ini sebesar 13,12% dengan jumlah 38 data pengamatan. b. Analisis Faktor Dalam melakukan pengelompokan dengan menggunakan jarak Euclidean, korelasi antar variabel harus diatasi dengan menggunakan analisis faktor. Adanya korelasi tersebut dapat diketahui dari hasil pengujian dependensi dengan tes Barlett, dimana hipotesisnya adalah sebagai berikut. Adanya korelasi antar variabel dapat diketahui melalui pengujian independensi dengan tes Barlett, dimana hipotesisnya sebagai berikut. H 0 : ρ = I H 1 : ρ I Keputusan tolak H 0 bilamana p-value < α ( α = 5%) x6 x7 x8 x9 x10 7

8 Tabel 4. uji Kelayakan Analisis Faktor Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity 0,606 Approx. Chi-Square 92,36 Df 45 p-value 0,000 Tabel 4 menunjukkan hasil tes barlett bahwa terdapat korelasi antar variabel. Pemeriksaan kecukupan sampel dapat dikatakan bahwa analisis faktor layak dilakukan. Pengujian dilakukan secara multivariat dengan tes KMO dimana analisis faktor dikatakan layak untuk dilakukan karena nilai KMO lebih besar dari 0,5 yaitu 0,606. Ekstraksi variabel dilakukan dengan metode principal component dengan analisis matrik korelasi. Selain itu juga dilakukan rotasi varimax untuk memudahkan dalam interpretasi. Berdasarkan hasil nilai eigen yang bernilai lebih besar dari 1 terletak pada faktor sebanyak 4. Selain itu, juga dapat diketahui bahwa dari kesepuluh variabel asli dapat diwakili dengan 4 faktor sebesar 70,82%. Sepuluh variabel yang berpengaruh terhadap pencapaian strategi T3 cukup direduksi menjadi 4 faktor. Berdasarkan nilai loading factor, dapat diperoleh variabel-variabel apa saja yang tereduksi menjadi suatu faktor. Tabel 5 Loading Factor dengan Rotasi Varimax Variabel Loading Factor l1 l2 l3 l4 x 1 0,1648 0,7662 0,1679 0,0378 x 2 0,8642 0,0706-0,0869 0,0669 x 3 0,27-0,8251 0,0491 0,0265 x 4 0,7862-0,2204 0,2618 0,1046 x 5 0,7187-0,1891-0,027-0,3822 x 6 0,3299-0,6093 0,3101-0,0976 x 7-0,3589 0,0287 0,803-0,1018 x 8 0,0131-0,0245 0,0102-0,9433 x 9 0,2637 0,3311 0,5471-0,0638 x 10 0,2377-0,3419 0,7196 0,1934 Keterangan: Yang di bold mempunyai nilai loading (korelasi) tinggi Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel persentase SMK yang berakreditasi B (x 4 ), SMK berwawasan PUP3B (x 2 ), dan SMK ber-iso (x 5 ) terwakilkan oleh faktor 1. Ketiga variabel tersebut merupakan variabel-variabel yang cenderung menggambarkan tentang manajemen mutu sehingga dapat memperbaiki produktivitas dan efisiensi. Tenaga pendidik berkualifikasi S1 (x 1 ), SMK yang memiliki kerjasama industri kreatif (x 3 ), SMK yang terakreditasi/diakui (x 6 ), terwakilkan oleh faktor 2. Ketiga variabel menggambarkan tentang internal proses dari layanan pendidikan. Faktor 3 merupakan variabel baru yang mewakili persentase SMK yang memiliki laboraturium multimedia sesuai standart (x 7 ), SMK yang menerapkan E-Pembelajaran (x 9 ), kepala sekolah berbeasiswa S2 dan pelatihan profesional (x 10 ) yang menggambarkan tentang fasilitas pendidikan yang menunjang perkembangan siswa dan tenaga pengajar. Persentase guru bersertifikasi (x 8 ) merupakan variabel yang tidak berkorelasi dengan variabel manapun, dan variabel ini diwakili oleh faktor 4 yang menggambarkan tentang kinerja guru. c. Analisis Pengelompokan Pengelompokan nonhirarki perlu menentukan terlebih dahulu banyaknya kelompok sebelum melakukan pengelompokkan. Metode nonhirarki yang digunakan adalah metode C- Means (CM) dan Fuzzy C-Means (FCM), penentuan banyak kelompok yang optimum akan 8

9 dilakukan dengan menentukan nilai wilk s lambda terkecil pada simulasi 2 7 kelompok dapat ditunjukkan pada Tabel 6. Banyak metode pengelompokan untuk menentukan kebaikan hasilnya dapat berbedabeda. Menurut Mingoti dan Lima (2006), kebaikan hasil pengelompokan dapat dilihat dari penyebaran internal dalam kelompok atau disebut dengan internal cluster dispersion rate (icdrate). Semakin kecil nilai icdratenya, maka semakin baik hasil pengelompokan yang dilakukan metode tersebut. Berikut hasil perhitungan beberapa kriteria dari masing-masing metode dengan simulasi kelompok 2-7 kelompok. Tabel 6 Kriteria dari setiap Metode Pengelompokan dengan simulasi 2-7 kelompok Kriteria wilk' lambda Metode Banyak Kelompok CM 0,27 0,073 0,052 0,036 0,019 0,007 FCM 0,224 0,115 0,049 0,044 0,036 0,014 Icdrate CM 0, , , , , ,83867 FCM 0, , , , , , Keterangan : Nilai yang di bold dan italic dicetak tebal merupakan metode yang terbaik dengan banyak kelompok yang optimum Tabel 6 menunjukkan bahwa berdasarkan nilai wilk s lambda menunjukkan bahwa metode CM mempunyai kinerja yang lebih baik daripada Fuzzy C-Means (FCM). Hal ini ditunjukkan dengan nilai wilk s lambda hasil CM lebih kecil daripada FCM. Kelompok CM akan memberikan hasil optimum bila sampel dikelompokan menjadi 7 kelompok dimana nilai wilk s lambda yang dihasilkannya adalah sebesar 0,007 pada simulasi 2 hingga 7 kelompok. Dalam penentuan simulasi sampai 7 kelompok dalam penelitian berdasarkan kriteria memenuhinya asumsi variabel dependen berdistribusi multivariat normal dan memenuhi aumsi matrik-kovarians. Kriteria selanjutnya dapat dilihat bahwa pada simulasi sampai 7 kelompok tidak ada kelompok yang hanya beranggotakan 1 karena menghindari adanya hal tersebut maka simulasi sampai pada 7 kelompok dapat digunakan. Tabel 6 juga menunjukkan bahwa dengan banyak kelompok optimum yang sama, metode CM untuk 7 kelompok memiliki nilai icdrate terkecil. Artinya, hasil pengelompokan dengan metode CM dalam penelitian ini merupakan hasil yang paling baik dibandingkan dengan metode FCM dengan nilai icdratenya yang terkecil yaitu sebesar 0, Berikut anggota kabupaten/kota pada setiap kelompok metode CM diantaranya sebagai berikut. Kelompok 1 : Kab. Ponorogo, Kab. Trenggalek, Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kota Malang, Kota Pasuruan, kota Surabaya. Kelompok 2 : Kab. Pacitan dan Kota Blitar Kelompok 3 : Kab. Tulungagung, Kab. Malang, Kab. Sidoarjo, Kab. Gresik, Kota Mojokerto. Kelompok 4 : Kab. Mojokerto, Kab. Bangkalan, Kab. Sampang, Kota Madiun, Kota Batu. Kelompok 5 : Kab. Lumajang, Kab. Pasuruan, Kab. Jombang, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kota Kediri. Kelompok 6 Kelompok 7 : Kab. Blitar, Kab. Kediri, Kab. Jember, Kab. Pamekasan : Kab. Probolinggo, Kab. Nganjuk, Kab. Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Sumenep, Kota Probolinggo. d. Evaluasi hasil Pengelompokan Hasil pengelompokkan tersebut kemudian dilakukan pengujian atau evaluasi apakah antar kelompok terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan MANOVA, dimana asumsi yang harus dipenuhi adalah berdistribusi multivariat normal dan matrik varians-kovarians homogen. 9

10 14 Scatterplot of q vs dd q Gambar 2 Pemeriksaan Multivariat Normal pada Variabel Dependen Plot distribusi pada Gambar 2 menunjukkan bahwa 55,26% variabel dependen mengikuti distribusi multivariat normal, sehingga asumsi distribusi dapat dipenuhi. Kemudian dilakukan uji homogenitas matriks varians-kovarians yang digunakan adalah Box s M. Hipotesis yang diberikan dalam pengujian matrik varians-kovarians adalah sebagai berikut. : Σ = Σ = Σ = Σ = Σ = Σ = Σ : minimal ada satu Σ dan Σ yang berbeda, dengan dimana i, j = 1,2,.c Keputusan gagal tolak H 0 terjadi bilamana p-value > α (α = 5%). Tabel 7. Uji Homogenitas Matrik Varians-Kovarians Keterangan Nilai Box's M 80,267 F 1,262 p-value 0,129 Kedua asumsi sebagai prasyarat dalam melakukan uji perbedaan kelompok dengan MANOVA, baik distribusi multivariat normal maupun homogenitas matrik varianskovarians telah terpenuhi secara statistik. Adapun hipotesis yang diberikan dalam pengujian perbedaan kelompok dengan MANOVA adalah sebagai berikut. : = = =. = = H 1 = minimal ada dua yang tidak sama ( = 1,2,, ) Keputusan tolak H 0 terjadi bilamana p-value < α ( α=5%). Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai wilk s lamda sebesar 0,007 dan p-value menunjukkan nilai lebih kecil dari α. Hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan ratarata antar kelompok kabupaten/kota di Jawa Timur. Dengan demikian, adanya pengelompokan ini perlu untuk dilakukan karena permasalahan layanan pendidikan berkaitan dengan pengaruh pada pencapaian strategi T3 di tiap kabupaten/kota berbeda- beda, sehingga penanganan dan kebijakannya pun juga bisa berbeda-beda. e. Karakteristik Tiap kelompok Pengujian yang dilakukan MANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pada 7 kelompok yang dibentuk oleh CM. Menindaklanjuti hal tersebut, perlu diketahui karakteristik setiap kelompok berdasarkan indikator-indikator dalam pencapaian strategi T3. Untuk setiap kelompok indikator perbedaan yang sangat tampak dari ketujuh kelompok seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8 bahwa untuk seluruh kelompok tidak memenuhi standart indikator SMK yang berwawasan PUP3B, Guru bersertifikasi, dan SMK yang menerapkan e- pembelajaran. Masing-masing kelompok berada jauh dibawah standart target yang ditetapkan kemendiknas tahun 2010 untuk mencapai strategi T3 khusus SMK. Berikut penyajian Tabel 8. 8 dd

11 Tabel 8. Karakteristik masing-masing kelompok Variabel Kelompok (%) Tenaga pendidik berkualifikasi SI (x 1) M M M M M TM M (%) SMK berwawasan PUP3B (x 2) TM TM TM TM TM TM TM (%) SMK bekerjasama industri (x 3) M M M TM TM M M (%) SMK yang berakreditasi B (x 4) M M M TM M TM TM (%) SMK ber-iso (x 5) TM M TM TP TM TM TM ((%) SMK yang terakreditasi/diakui (x 6) M M TM TM TM TM TM (%) SMK yang memiliki Lab.sesuai standart (x 7) M M M M M M M (%) Guru bersertifikasi (x 8) TM TM TM TM TM TM TM (%) SMK yang menerapkan E- Pembelajaran (x 9) TM TM TM TM TM TM TM (%) Kepala Sekolah beasiswa S2 (x 10) M TM M TM M TM M Keterangan : M = Memenuhi Target (yang dibold memiliki rata-rata tertingggi dibandingkan kelompok lainnya dan yang di italic memiliki rata-rata terendah) TM = Tidak memenuhi TP = Tidak Punya Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan karakteristik kelompok 1 memiliki guru bersertifikasi tidak memenuhi target dengan rata-rata sebesar 12,04%. Meski demikian kelompok ini memiliki persentase SMK yang berakreditasi B jauh memenuhi target dengan rata-rata 67,43% dari target yang ada. Kondisi ini mengidintifikasi bahwa kelompok ini internal proses layanan pendidikan untuk indikator tersebut sudah baik. Kelompok 2 secara statistik yang paling menonjol adalah persentase kepala sekolah berbeasiswa S2 pencapainnya tidak memenuhi target kemendiknas tahun Kondisi kelompok ini menjadi kebalikan dari kelompok 1 untuk kriteria persentase jumlahan kepala sekolah berbeasiswa S2. Kelompok ini untuk karakteristik SMK yang terakreditasi dan diakui, SMK yang berakreditasi B, dan SMK ber-iso merupakan persentase paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya dan memenuhi target kemendiknas Sehingga pada kelompok ini memiliki manajemen mutu yang sangat baik karena memiliki 2 kriteria yang diatas nilai target Kemendiknas. Persentase SMK yang memiliki laboraturium sesuai standart sarana dan prasarana SMK pada kelompok 3 paling tinggi sebesar 95,04% dibandingkan dengan kelompok lainnya. Untuk persentase SMK yang terakreditasi tidak memenuhi target kemendiknas tahun Hal ini menggambarkan bahwa kurangnya pengoptimalan kinerja laboraturium SMK sehingga kelompok ini masih tergolong memiliki layanan pendidikan untuk mencapai strategi T3 masih rendah. Karakteristik pada kelompok 4 yang begitu tampak berbeda yaitu pada kelompok ini ratarata tidak memiliki SMK yang bersertifikat ISO Disamping itu, kelompok ini memiliki persentase guru berkualifikasi SI tinggi setelah kelompok 5 sebesar rata-rata 92,34%. Dapat dilihat bahwa tidak menjamin tingginya persentase guru berkualifikasi S1 dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap indikator-indikator pencapaian strategi T3 lainnya. Kelompok 5 merupakan kelompok yang memiliki persentase guru berkualifikasi SI paling tinggi sebesar rata-rata 93,72% dibandingkan dengan kelompok lainnya. SMK yang bekerjasama dengan industri tidak memenuhi target dengan rata-rata 20,58% pencapaiannya masih kurang minimal 2,82% untuk kenaikannya. Persentase SMK yang menerapkan E- Pembelajaran hampir tercapai namun belum mencapai 30% yaitu masih 29,11%, kenaikannya masih kurang 0,89% untuk tahun Persentase SMK yang bersertifikat ISO pada kelompok 5 tidak memenuhi target dengan rata-rata sebesar 4,81%. Karakteristik kelompok 6 tampak berbeda pula dengan kelompok lainnya yaitu persentase SMK yang bekerjasama dengan industri untuk kelompok 6 paling tinggi dengan rata-rata 53,62% dibandingkan kelompok 11

12 lainnya. SMK yang dalam proses pendidikannya bekerjasama dengan dunia industri melalui program Praktek Kerja Industri (Prakerin) atau magang di perusahaan yang terkait kerjasama. Persentase guru berkualifikasi SI masih belum mencapai target kemendiknas sebesar 83,73% untuk tahun Persentase SMK yang bersertifikat ISO masih sangat jauh dari target kemendiknas tahun 2010 sebesar 0,56%. Persentase SMK yang terakreditasi juga belum mencapai target kemendiknas tahun 2010 yang masih rata-rata sebesar 67,875%. Persentase SMK yang menerapkan E-Pembelajaran memiliki rata-rata sebesar 7,03% dan belum memenuhi target kemendiknas tahun Persentase SMK berwawasan PUP3B pada kelompok 7 paling rendah dintara kelompok lainnya sebesar 0,79% dan belum memenuhi target kemendiknas. Persentase SMK yang memiliki Laboraturium sesuai standart sarana dan prasarana SMK memiliki rata-rata sebesar 94,78% dan sudah memenuhi target kemendiknas tahun 2010, selain itu tertinggi setelah kelompok 3. Persentase kepala sekolah berbeasiswa S2 sudah memenuhi target kemendiknas tahun 2010 sebesar 12,56%. 10. Kesimpulan Hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Hasil perbandingan antara kedua metode CM dan FCM menunjukkan bahwa metode CM merupakan metode terbaik berdasarkan kriteria icdrate dengan kelompok optimum sebanyak 7 kelompok. 2. Pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan metode CM dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok berikut. Kelompok 1 : Kab. Ponorogo, Kab. Trenggalek, Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kota Malang, Kota Pasuruan, kota Surabaya. Kelompok 2 : Kab. Pacitan dan Kota Blitar Kelompok 3: Kab. Tulungagung, Kab. Malang, Kab. Sidoarjo, Kab. Gresik, Kota Mojokerto. Kelompok 4 : Kab. Mojokerto, Kab. Bangkalan, Kab. Sampang, Kota Madiun, Kota Batu. Kelompok 5 : Kab. Lumajang, Kab. Pasuruan, Kab. Jombang, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kota Kediri. Kelompok 6: Kab. Blitar, Kab. Kediri, Kab. Jember, Kab. Pamekasan Kelompok 7: Kab. Probolinggo, Kab. Nganjuk, Kab. Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Sumenep, Kota Probolinggo. 11. Saran Agar lebih optimal maka perbandingan yang dilakukan tidak hanya menggunakan metode c-mean dan fuzzy c-means. Bisa digunakan metode perbandingan possibilistic c-means. Fuzzy possibilistic c-means (FPCM) atau lainnya. Butuh peninjauan kondiisi pada tahun-tahun sebelumnya agar hasil pengelompokkan lebih terpercaya dan dapat dipakai untuk tahun-tahun berikutnya. Daftar Pustaka Agusta, Yudi. (2007). C - Means Penerapan, Permasalahan dan Metode Terkait. Jurnal Sistem dan Informatika Vol.3 : Badan Pusat Statistik (BPS). (2009).Berita Resmi Statistika No.29/05/35/Th.VIII/10 Mei 2009.< Diakses 9 September pukul WIB>. Farida, (2008). Akreditasi SMK di Jawa Timur untuk menentukan model akreditasi sekolah berdasarkan faktor-faktor yang terdapat dalam profil sekolah. Thesis, jurusan statistika, FMIPA, ITS, Surabaya. Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E. (2010). Multivariate Data Analysis Seventh Edition. 12

13 Johnson, R.A. & Wichern, D.W. (2002). Applied Multivariate Statistical Analysis, 5 th ed. New Jersey: Prentice Hall International Inc. Kemendiknas. (2010). Rencana strategis Departemen Pendidikan nasional Jakarta : Kementrian Pendidikan nasional. Kusumadewi, dkk. (2006). Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM). Graha Ilmu : Yogyakarta Mingoti, S.A & Lima, J.O.(2006). Comparing SOM neural Network with fuzzy c-means, C- means and Traditional hierarchical clustering algorithms. European Journal of Operational Research 174: Nugrahani. (2009). Pengelompokan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Tingkat Partisipasi Pendidikan. Tugas Akhir, Jurusan Statistika, FMIPA, ITS, Surabaya. Rencher,A.R. (2002). Methods of Multivariate Analysis second Editional. John Wiley & Sons, Inc.New York. Sukim. (2011). Metode c-means cluster dan fuzzy c-means cluster serta aplikasinya pada kasus pengelompokkan desa/keluruhan berdasarkan status ketertinggalan. Thesis, Jurusan Statistika, FMIPA, ITS, Surabaya. 13

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Nama : Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Dimas Okky S. (1307030006) Dosen Pembimbing : Dr.Dra.Ismaini Zain, MSi PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Partisipasi

Lebih terperinci

Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No.1, (013) 337-350 (301-98X Print) 1 Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur Siti Machfudhoh, Nuri Wahyuningsih Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Gangga Anuraga Dosen Program Studi Statistika MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail : ganuraga@gmail.com

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

Universitas Negeri Malang   Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia. 1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo

Lebih terperinci

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Oleh : Nita Indah Mayasari - 1305 100 024 Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Jawa Timur Angka Rawan Pangan 19,3 % STATUS EKONOMI SOSIAL Rumah Tangga Pedesaan Rumah Tangga Perkotaan Perbedaan pengeluaran

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS)

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) ANALISIS MULTIVARIAT ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) Oleh : Rizka Fauzia 1311 100 126 Dosen Pengampu: Santi Wulan Purnami S.Si., M.Si. PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA IKO PUTRI TYASHENING 1311 030 013 Dosen Pembimbing : Dr Santi Wulan Purnami, MSi PENDAHULUAN PENDAHULUAN RUMUSAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia 1 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Berdasarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan Metode C-means dan Fuzzy C-means Wenthy Oktavin Mayasari (1) dan Irhamah (2) (1)

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 02 (2016), hal 253-260 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,,

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, 1 ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, Universitas Negeri Malang E-mail: desypurwaningyas@ymail.com Abstrak: Dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Oleh: DELTA ARLINTHA PURBASARI 1311030086 Dosen Pembimbing: Dr. Vita

Lebih terperinci

Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering

Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering R.A. Norromadani.Y 1, Farizi Rahman 2, M. Basuki Rahmat 3 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot

Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot SidangTugas Akhir Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot Oleh: Intan Nur Aini (1309 030 064) Dosen Pembimbing: Dr. Sutikno,S.Si, M.Si Surabaya, 11 July 2012

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS 1 Nurul Komariyah (1309 105 013) 2 Muhammad Sjahid Akbar 1,2 Jurusan Statistika FMIPA

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 R.A. Norromadani Yuniati 1), Farizi Rachman 2) 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksir Robust Metode mencari himpunan bagian dari himpunan X sejumlah h elemen di mana n p 1 h n di mana determinan matrik kovariansi minimum. Misalkan himpunan bagian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN TAHUN 2010

PENGELOMPOKAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN TAHUN 2010 PENGELOMPOKAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN TAHUN 00 Luthfi Kurnia Hidayati Dra. Lucia Aridinanti, MS MahasiswaJurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 1 11. IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Aswin Bahar, Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak. Pernikahan dini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 507 516. PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Juliarti Hardika,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS Muhammad Aqik Ardiansyah Fatah Nurdin 1310 Hamsyah 030 076 1310 030 033 08 Januari 2014 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR),

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER Elok Fitriani Rafikasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), IAIN Tulungagung

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 697-704 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJURUSAN SISWA MELALUI ANALISIS DISKRIMINAN. Nerli Khairani Lia Anggriani Siregar. Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJURUSAN SISWA MELALUI ANALISIS DISKRIMINAN. Nerli Khairani Lia Anggriani Siregar. Abstrak 97 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJURUSAN SISWA MELALUI ANALISIS DISKRIMINAN Nerli Khairani Lia Anggriani Siregar Abstrak Analisis diskriminan adalah metode statistika yang digunakan untuk mengelompokkan

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan

Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan Statistika, Vol. 15 No. 2, 87-97 November 215 Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan Fitriana A.R. 1, Nurhasanah 2, Ririn Raudhatul

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

Analisis Profil Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan Pola Pengeluaran antara Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Timur

Analisis Profil Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan Pola Pengeluaran antara Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Timur Analisis Profil Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan Pola Pengeluaran antara Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Timur Nita Indah Mayasari, Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si, Jurusan Statistika FMIPA

Lebih terperinci

Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur

Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-65 Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur Retno Dyah Handini, Agus Suharsono

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M. 16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari

Lebih terperinci

Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010

Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010 SEMINAR TUGAS AKHIR Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010 LOGO Oleh : Luthfi Kurnia Hidayati (1309106007) Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti,

Lebih terperinci

Analisis Faktor dan Pengelompokan Kecamatan berdasarkan Indikator Mutu Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten Sidoarjo

Analisis Faktor dan Pengelompokan Kecamatan berdasarkan Indikator Mutu Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten Sidoarjo JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) D-236 Analisis Faktor dan Pengelompokan Kecamatan berdasarkan Indikator Mutu Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR TERHADAP DATA PENGGUNAAN WEB PERSONAL DOSEN ITS DAN PERBANDINGAN TERHADAP PENCAPAIAN IPK DAN LAMA STUDI MAHASISWA

ANALISIS FAKTOR TERHADAP DATA PENGGUNAAN WEB PERSONAL DOSEN ITS DAN PERBANDINGAN TERHADAP PENCAPAIAN IPK DAN LAMA STUDI MAHASISWA Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 ANALISIS FAKTOR TERHADAP DATA PENGGUNAAN WEB PERSONAL DOSEN ITS DAN PERBANDINGAN TERHADAP PENCAPAIAN IPK DAN LAMA STUDI

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Rosy Riskiyanti 1308.100.508 Dosen Pembimbing Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si Latar Belakang

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-65 Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel Almira Qattrunnada Qurratu ain dan Vita Ratnasari Jurusan

Lebih terperinci

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS

ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS Sintya Dwi Rosady 1, Fitria Virgantari, Ani Andriyati Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Print) D-45 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Nur Fajriyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN

ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN 1 ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN, dan, Universitas Negeri Malang Email: lina_ninos26@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan jenis pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menguji hubungan signifikan dengan cara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur

SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur R.A. Norromadani Yuniati 1, Farizi Rahman Jurusan Teknik Bangunan Kapal 1, Jurusan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik Produk Botol Sting 240 ml di PT IGLAS (Persero) Oleh: Wahyu Eka Kusumaningrum

Pengendalian Kualitas Statistik Produk Botol Sting 240 ml di PT IGLAS (Persero) Oleh: Wahyu Eka Kusumaningrum Pengendalian Kualitas Statistik Produk Botol Sting 40 ml di PT IGLAS (Persero) Oleh: Wahyu Eka Kusumaningrum 1308030047 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PT IGLAS (Persero) merupakan perusahaan manufacturing

Lebih terperinci

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fitri Hidayah Sundawati 1), Jadi Suprijadi 2), Titi Purwandari 3) 1) Mahasiswa Statistika Terapan, UniversitasPadjadjaran-Indonesia 2) Pengajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004-2008 DENGAN REGRESI PANEL Desi Yuniarti 1, Susanti Linuwih 2, Setiawan 3 1 Mahasiswa S2 Jurusan Statistika FMIPA ITS, Surabaya, 60111

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Multivariate Air Minum (Studi Kasus di PDAM Gresik)

Analisis Pengendalian Kualitas Multivariate Air Minum (Studi Kasus di PDAM Gresik) J. Math. and Its Appl. ISSN: 19-65X Vol., No. 1, May. 5, 47 59 Analisis Pengendalian Kualitas Multivariate Air Minum (Studi Kasus di PDAM Gresik) Nuri Wahyuningsih, Dwi Pusdikarta Jurusan Matematika Institut

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Millennium Development Goals (MDGs) Penyebab utama kematian balita di Indonesia

LATAR BELAKANG. Millennium Development Goals (MDGs) Penyebab utama kematian balita di Indonesia agenda LATAR BELAKANG Millennium Development Goals (MDGs) Penyebab utama kematian balita di Indonesia Indonesia sendiri pada tahun 2011 tercatat sebagai Negara dengan berdasarkan World Pneumonia Day (WPD)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kerakteristik kemiskinan di Provinsi Jawa Timur pada penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR. Presented by Rizky Amalia Yulianti Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR. Presented by Rizky Amalia Yulianti Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Presented by Rizky Amalia Yulianti 1309 100 076 Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si Agenda 1. 2. 3. 4. 5. Pendahuluan Tinjauan Metodelogi Hasil dan Kesimpulan 1.

Lebih terperinci

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur M.Fariz Fadillah Mardianto,

Lebih terperinci

Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian

Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian SEMINAR TUGAS AKHIR 2011 Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pulau Jawa Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota di antaranya dari Kab Pacitan, Kab Ponorogo, Kab Trenggalek,

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2 PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL Bertoto Eka Firmansyah dan Sutikno Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya Dosen Pembimbing, Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci