ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,,
|
|
- Vera Ida Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 1 ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, Universitas Negeri Malang Abstrak: Dengan diberlakukannya undang-undang ketenagakerjaan pasal 1 UU no 13 tahun Pemerintah diharapkan berperan aktif dalam memeratakan tenaga kerja dan lapangan pekerjaan sehingga masyarakat Jawa Timur dapat hidup sejahtera dalam hal ekonomi. Untuk itu pemerintah Jawa Timur memerlukan informasi mengenai keadaan ketenagakerjaan Jawa Timur. Oleh karena itu diperlukan metode pengelompokan untuk mengetahui pemerataan ketenagakerjaan pada 29 Kabupaten dan 9 Kota di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan kota/kabupaten di Jawa Timur berdasarkan indikator ketenagakerjaan dengan analisis kelompok menggunakan 5 metode hirarki, yaitu: Single Linkage, Complete Linkage, Average Linkage, Ward s, dan Centroid. Analisis kelompok adalah salah satu analisis multivariat yang bertujuan untuk mengelompokkan objek berdasarkan karakteristiknya sehingga dalam satu kelompok memiliki tingkat kesamaan yang tinggi. Indeks validitas yang digunakan untuk mengetahui jumlah kelompok optimum adalah indeks Davies Bouldin (DB). Berdasarkan nilai indeks DB yang minimum yaitu 0,202 diperoleh kelompok optimum sebanyak 6 kelompok. Dari kelima metode hirarki diperoleh metode terbaik yaitu metode Centroid dengan ukuran jarak Korelasi Pearson. Kata kunci: ketenagakerjaan, analisis kelompok, metode hirarki, indeks DB (Davies Bouldin) Ketenagakerjaan merupakan gambaran aktifitas masyarakat dalam mencapai kesejahteraan dan kelancaran perekonomian. Ketenagakerjaan merupakan aspek penting, tidak hanya untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan masyarakat. Dari tahun ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat dengan persebaran penduduk yang tidak merata dan minimalnya lapangan pekerjaan mengakibatkan permasalahan pada ketenagakerjaan di Indonesia. Gambaran kondisi ketenagakerjaan per Agustus 2010 terdapat penduduk usia kerja atau penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, yang terdiri dari 69,08% angkatan kerja (penduduk yang siap bekerja) sebanyak jiwa dan 20,92% bukan angkatan kerja (penduduk yang belum atau tidak siap bekerja) sebanyak sedangkan pada tahun 2011 terdapat jiwa yang termasuk dalam angkatan kerja. Ini menunjukkan bahwa tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan tiap tahunnya bertambah. Sementara untuk jumlah kesempatan kerja yang tersedia sebanyak jiwa dan pencari kerja yang tidak atau belum terserap pasar kerja sebanyak jiwa. Penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur ini berdampak pada penurunan tingkat pengangguran terbuka, yang didominasi oleh jumlah tenaga kerja yg bekerja di sektor formal 405,57 ribu orang, sedangkan penduduk yang bekerja pada sektor informal sebesar 871,25 ribu orang. Meskipun tingkat pengangguran terbuka menurun tetapi 1. Desy Purwaningtyas Putri adalah mahasiswa jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang 2. Swasono Rahardjo adalah dosen jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang 3. Hendro Permadi adalah dosen jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang
3 2 penduduk yang bekerja pada sektor informal lebih banyak daripada pekerja yang bekerja pada sektor informal. Ini berakibat pada pendapatan yang diperoleh tidak menentu sehingga kesejahteraan ekonomi masyarakat menjadi kurang sejahtera. Untuk mengatasi permasalah ini perlu adanya analisis untuk mengelompokan daerah mana yang perlu adanya perbaikan dalam menyejahterakan masyarakat sehingga perekonomian masyarakat menjadi lebih baik. Dengan mengkaji tiap kelompok daerah tersebut diharapkan pemerintah dapat memberi pembinaan yang lebih merata, terarah dan tepat. Analisis kelompok merupakan teknik multivariat yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis kelompok akan mengelompokan objek di kelompok yang sama berdasarkan objekobjek yang memiliki kesamaan paling dekat dengan objek yang lain. Secara umum, analisis kelompok terbagi menjadi dua metode yaitu metode hirarki dan metode nonhirarki. Analisis kelompok hirarki adalah teknik pengelompokkan yang membentuk kontruksi hirarki atau berdasarkan tingkatan tertentu. Proses pengelompokannya dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Dalam metode hirarki jumlah kelompok yang akan diperoleh belum diketahui. Metode ini dibagi menjadi dua, yaitu metode agglomerative (pemusatan) dan metode divisive (penyebaran). Dalam metode agglomerative ada beberapa metode yang sering digunakan untuk mengelompokkan objek dibedakan berdasarkan ukuran kemiripannya yaitu Single Linkage,Complete Linkage, Average Linkage, Ward s dan Centroid. (Solimun dan Fernandes ;2008) METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara mengunduh pada situs resmi BPS Jawa Timur Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tenaga Kerja (X 1 ), Tingkat Pengangguran Terbuka (X 2 ), Angka Partisipasi Angkatan Kerja menurut Status Pekerjaan Formal (X 3 ), Angka Partisipasi Angkatan Kerja menurut Status Pekerjaan Informal (X 4 ), Angka Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan SD ke Bawah (X 5 ), Angka Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan SLTP (X 6 ), Angka Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan SLTA (X 7 ), dan Angka Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi (X 8 ). Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama adalah melakukan analisis deskriptif, untuk mengetahui informasi dalam data tersebut. Kedua, pendeteksian multikolinearitas dengan menggunakan matrik korelasi. Jika terjadi multikolinearitas menggunakan ukuran jarak mahalanobis dan korelasi pearson, jika tidak menggunakan ukuran jarak euclid.
4 3 Ketiga pemilihan ukuran jarak yaitu menggunakan jarak mahalanobis dan jarak korelasi pearson. Jarak Mahalanobis suatu jarak antara dua titik yang memepertimbangkan kovarian atau korelasi diantara dua variabel (Sharma, 1996; 44). Jarak Mahalanobis antara dua sampel (X,Y) dari suatu variabel acak didefinisikan sebagai berikut (Durak, 2001; 7), dimana:, = jarak mahalanobis, = matriks varian kovarian,, Korelasi menunjukkan tingkat keeratan hubungan antar variabel ke-i dengan variabel ke-j dimana, 1,2,#. Koefisien korelasi dari X i dan X j untuk populasi dinotasikan dengan $ %. Koefisien ini dihitung dengan: $ % &'( ),( * +', ( ) ',( * dimana -./, % = peragam variabel X i dan X j, /01 = ragam variabel ke-i, /01 2 % 3 = ragam variabel ke-j Korelasi Perason antar variabel termasuk dalam ukuran similarity, dapat dirumuskan sebagai berikut:,1 $ % dimana:, = jarak Korelasi Perason, $ % = koefisien korelasi dari X i dan X j (Altham,2006). Keempat melakukan Analisis Kelompok dengan 5 Metode Hirarki yaitu metode Single Lingake, Average Linkage, Complete Linkage, Ward, dan Centroid. Metode single linkage, jarak diantara dua kelompok A dan B didefinisikan sebagai jarak minimum antara suatu titik A dan suatu titik B. 45,6min:2, % 3,;#<;= 5 0# % 6> (Rencher,2001;456) dengan 2, % 3 adalah ukuran jarak yang telah ditentukan. Metode complete linkage, jarak diantara dua kelompok A dan B didefinisikan sebagai jarak maksimum antara suatu titik A dan suatu titik B. 45,6max:2, % 3,;#<;= 5 0# % 6> (Rencher,2001;459)
5 4 dengan 2, % 3 adalah ukuran jarak yang telah ditentukan. Metode average linkage, jarak diantara dua kelompok A dan B didefinisikan sebagai jarak n A n B antara titik n A di A dan titik n B di B. 45,6 F D 2, A B A E %E % 3 C (Rencher,2001;463) dengan 2, % 3 adalah ukuran jarak yang telah ditentukan. Metode ward jarak antar dua klaster adalah total jumlah kuadrat dua kelompok pada masing-masing variabel. Metode ini berbeda dengan metode lainnya karena menggunakan pendekatan analisis varians untuk menghitung jarak antar kelompok. Jadi, dalam metode ini akan meminimumkan jumlah kuadrat (SSE). GGH F J KE IIII F IIII F GGH D L KE IIII D IIII D GGH FD JL KE IIIII FD IIIII FD M dimana III F JE ) M, III D LE ) dan IIIII J FD JMIIIIIN J L MIIIII L L J L (Rencher,2001;463) Metode centroid, jarak diantara dua kelompok A dan B didefinisikan sebagai jarak centroid antara dua kelompok A dan B. Centroid sendiri adalah rata-rata semua anggota dalam kelompok. Setiap kali objek digabungkan, centroid baru dihitung, sehingga setiap kali ada penambahan anggota, centroid berubah pula. 45,6 IIII F, III D Dimana IIII0# F III D adalah centroid dari A dan B. III, F IIIdapat D dicari dengan rumus M berikut: III F JE ) III D J LE M ) L (Rencher,2001;463) Kelima, Pemilihan metode terbaik dilakukan demgan kriteria indeks Davies Bouldin (DB). Dari kelima metode pemusatan tersebut peneliti dapat dengan mudah mengamati banyaknya kelompok yang akan terbentuk. Untuk menentukan banyaknya kelompok diperlukan suatu validitas kelompok. Validitas kelompok ini bertujuan untuk mengetahui apakah jumlah kelompok yang terbentuk optimum atau tidak. Salah satu indeks validitas yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah kelompok optimum atau tidak adalah indeks DB. Nilai Indeks DB dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: dimana P 46 P E O Q0 1,,# &, R SS T) NSS T* SS L)* dimana, GG U = jarak antar kelompok ke i, GG U% = jarak antar kelompok ke j, GG D % = jarak dalam kelompok,# & = jumlah kelompok (Yatkiv & Gusarova;2004)
6 5 Nilai indeks ini terletak pada interval (0,1). Jumlah kelompok optimum diperoleh dari nilai minimum dari indeks DB. Indeks DB tidak ditentukan untuk satu kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk kasus ketika masing-masing kelompok berisi beberapa objek. Keenam, Komposisi kelompok diperoleh dari software yang hasilnya disajikan dalam bentuk dendogram. Ketujuh, Menentukan Profil Kelompok berdasarkan Metode Terbaik. Profil kelompok dilakukan dengan cara menentukan rata-rata setiap kelompok berdasarkan pada setiap variabelnya. HASIL DANPEMBAHASAN Tahap awal analisis ini adalah mendeskripsikan data yang bertujuan untuk mengetahui informasi yang terkandung dalam data tersebut. Tabel 1 Deskriptif Data Kabupaten / Kota Jawa Timur Berdasarkan Indikator Ketenagakerjaan Parameter Mean StDev Variance Minimum Maximum X 1 2,632 1,611 2,594 0,326 7,133 X 2 4,230 1,698 2,884 1,160 7,850 X 3 0,801 0,892 0,795 0,166 4,733 X 4 1,742 1,030 1,061 0,139 4,567 X 5 0,5951 0,4833 0,2336 0,0168 2,2722 X 6 0,4652 0,3209 0,1030 0,0448 1,4242 X 7 0,5655 0,5511 0,3037 0,1090 2,9186 X 8 0,1800 0,1802 0,0325 0,0306 0,9613 Dari Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata dari variabel X 2 (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 4,230 persen. Ini berarti pengangguran di Jawa Timur cukup tinggi. Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa variabel X 2 tidak ada pencilan. Sedangkan pada variabel X 4, X 5 dan X 6 terdapat satu pencilan yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Jember dan Kota Surabaya. Sementara untuk variabel X 3 dan X 7 terdapat dua pencilan, sedangkan variabel X 1 dan X 8 terdapat tiga pencilan.
7 6 Gambar 1 Diagram Kotak Garis Kota/Kabupaten di Jawa Timur berdasarkan Indikator Syarat awal dalam melakukan analisis kelompok adalah mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pendeteksian multikolinearitas. Dikatakan mengalami multikolinearitas jika nilai korelasinya 0,8 atau lebih. Dari tabel 2 terlihat ada nilai korelasi yang nilainya lebih dari 0,8, dimana nilai korelasi terkecilnya adalah -0,925 dan nilai korelasi terbesarnya adalah 0,955. Sehingga bisa dikatakan ada kasus multikolinearitas. Karena ada kasus multikolinearitas maka tahap selanjutnya dapat dilakukan yaitu analisis kelompok dengan menggunakan ukuran jarak mahanalobis. Tabel 2 Korelasi Antar Variabel Variabel X 1 X 2 X 3 X 4 X 8 X 9 X 10 X 11 X 1 1-0,111 0,784 0,828 0,655 0,922 0,774 0,655 X 2 1 0,225-0,395-0,404-0,038 0,212 0,272 X 3 1 0,302 0,179 0,789 0,974 0,953 X 4 1 0,842 0,704 0,313 0,150 X 5 1 0,376 0,108 0,023 X 6 1 0,836 0,692 X 7 1 0,955 X 8 1 Untuk mengetahui metode terbaik dari kelima metode kelompok hirarki dari ukuran jarak mahalanobis dan ukuran jarak korelasi pearson dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 Jumlah kelompok dan nilai indeks DB menggunakan ukuran jarak mahalanobis Metode Jumlah Kelompok Nilai Indeks DB Single Linkage Average Linkage 2 2 0,556 0,556
8 7 Complete Linkage Centroid Ward ,556 0,537 1,161 Dengan mengamati Tabel 3 dan Tabel 4 dapat diketahui bahwa metode terbaik dari kelima metode kelompok hirarki adalah metode centroid dengan menggunakan jarak korelasi pearson. Ini dengan mempertimbangkan nilai indeks DB yang minimum dari kelima metode dan dua jarak yaitu 0,202. Tabel 4 Jumlah kelompok dan nilai indeks DB menggunakan ukuran jarak korelasi pearson Metode Jumlah Kelompok Nilai Indeks DB Single Linkage Average Linkage Complete Linkage Centroid Ward ,217 0,237 0,237 0,202 0,237 Berdasarkan pengujian validitas kelompok diperoleh metode terbaik dengan menggunakan ukuran jarak Korelasi Pearson yang memberikan kelompok optimum yaitu Centroid, dengan nilai indeks DB yang minimum yaitu 0,202 menghasilkan 6 kelompok. Berikut ini diberikan anggota setiap kelompok: Kelompok 1: Kabupaten Sumenep, Kabupaten Sampang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Malang, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Pamekasan. Kelompok 2: Kabupaten Lamongan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Tuban, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, dan Kabupaten Mojokerto. Kelompok 3: Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Jombang. Kelompok 4: Kabupaten Gresik dan Kota Malang. Kelompok 5: Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Kota Batu. Kelompok 6: Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Dengan mengamati Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai tingkat pengangguran terbuka (X 2 ) tertinggi terdapat pada kelompok 4 sebesar 7,20 persen. Ini berarti, pada kelompok 4 penduduknya banyak yang menganggur. Pada kelompok ini juga memiliki penduduk yang cukup sejahtera dikarenakan nilai X 3 lebih besar dibanding X 4 ini menunjukkan yang bekerja di bidang formal lebih banyak dibanding pekerja di bidang informal. Sehingga, dapat dikatakan penduduk yang berada di kelompok ini memiliki penghasilan yang cukup stabil per bulannya.
9 8 Pada variabel X 1 nilai tertinggi terdapat pada kelompok 6 sebesar 6,02 persen. Ini menunjukkan pada kelompok ini penduduknya banyak yang siap untuk bekerja, tetapi penduduk di kelompok ini juga banyak yang mengganggur ini dapat dilihat dengan cukup tingginya nilai tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,14 persen.seperti pada kelompok 4 penduduk di kelompok ini banyak yang bekerja di bidang formal ini dapat dilihat dengan nilai variabel X 3 yang cukup tinggi yaitu 3,97 persen. Pada kelompok 1 nilai variabel X 5 lebih besar dibanding nilai variabel X 6, X 7, dan X 8 ini berarti pada kelompok ini kualitas pendidikan dikatakan rendah dikarenakan pekerja pada kelompok ini berpendidikan SD ke bawah. Ini berdampak pada pekerjaan penduduk di kelompok ini. Pada kelompok ini banyak yang bekerja di bidang informal ini dapat di lihat dari nilai X 4 sebesar 2,75 persen nilainya lebih besar dibanding pekerja di bidang formal yaitu 0,75 persen. Pada kelompok 5 tingkat pengangguran terbuka juga cukup tinggi dengan nilainya sebesar 5,47 persen. Dengan nilai angka partisipasi angkatan kerja yang kurang dari satu persen. Sedangkan, pada kelompok 2 dan kelompok 3 pekerja yang bekerja dibidang informal lebih banyak dibanding yang bekerja di bidang formal ini dapat dilhat pada nilai variabel X 4 lebih besar dibanding variabel X 3. Ini mengakibatkan di kelompok ini penghasilannya tidak menentu sehingga dapat dikatakan penduduk di kelompok ini kurang sejahtera. Berikut ini profil untuk setiap kelompok pada setiap variabelnya : Tabel 5 Profil setiap kelompok pada setiap variabelnya dengan menggunakan jarak Korelasi Pearson Kelompok X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 3,57 2,75 2,37 2,44 0,47 6,02 2,59 3,74 4,78 7,20 5,47 5,14 0,75 0,62 0,61 1,42 0,25 3,97 2,75 2,05 1,71 0,86 0,19 1,83 1,12 0,53 0,61 0,27 0,05 0,43 0,58 0,58 0,37 0,45 0,08 1,18 0,51 0,54 0,43 0,89 0,18 2,53 0,14 0,15 0,14 0,40 0,08 0,84 PENUTUP Kesimpulan Metode hirarki yang terbaik dengan menggunakan ukuran jarak korelasi pearson untuk membuat pengelompokan Kota/Kabupaten di Jawa timur berdasarkan indikator ketenagakerjaan menggunakan metode Centroid. Ini didapat dengan melihat nilai indeks DB minimum yaitu 0,202. Hasil pengelompokan menggunakan metode hirarki terbaik menggunakan jarak korelasi pearson adalah Kelompok 1: Kabupaten Sumenep, Kabupaten Sampang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Malang, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Pamekasan.
10 9 Kelompok 2: Kabupaten Lamongan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Tuban, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, dan Kabupaten Mojokerto. Kelompok 3: Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Jombang. Kelompok 4: Kabupaten Gresik dan Kota Malang. Kelompok 5: Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Kota Batu. Kelompok 6: Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Nilai tingkat penggangguran terbuka tertinggi terdapat pada kelompok 4, sedangkan jumlah tenga kerja terbanyak pada kelompok 6. Saran Bagi Pemerintah Daerah di Jawa Timur diharapkan setelah adanya penelitian ini bisa membenahi ketenagakerjaan di daerah masing-masing dengan memeratakan tenaga kerja dan membuka lapangan pekerjaan. Bagi peneliti lain untuk studi kasus ketenagakerjaan diharapkan dapat menambah indikator ketenagakerjaan yang lebih bervariasi. DAFTAR RUJUKAN Altham, P.M.E Applied Multivariate Analysis, Notes for Course of Lent 2004, MPhil in Statistical Science. Statistical Laboratory. University of Cambridge. Durak, Bahadir A classification Algorithm Using mahalanobis Distance Clustering of Data With Applications on Biomedical Data Sets. Thesis. Partial Fulfillment of the Requirements or the Degree of Master of Science, Industrial Engineerin Departement, Middle East Technical University. Rencher, Alfin C Method of Multivariate Analysis. Second Edition. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc. Sharma, Subhash Applied Multivariate Techniques. New York: John Wiley and Sons, Inc. Solimun dan A.A.R. Fernandes Modul Praktikum Multivariat Analysis Aplikasi Software SPSS dan Microsoft Excell. Universitas Brawijaya. Malang. Yatkiv, irina. Dan Gusarova, Lada The Method of Cluster Analysis Result Validation. Proceedings of International Conference RelStat 04 part 1:
Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.
1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo
Lebih terperinciANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN
1 ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN, dan, Universitas Negeri Malang Email: lina_ninos26@yahoo.com ABSTRAK:
Lebih terperinciJumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota
Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401
Lebih terperinciAnalisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur
Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
Lebih terperinciAnalisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciAnalisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur
Nama : Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Dimas Okky S. (1307030006) Dosen Pembimbing : Dr.Dra.Ismaini Zain, MSi PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Partisipasi
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016
No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciOleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si
Oleh : Nita Indah Mayasari - 1305 100 024 Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Jawa Timur Angka Rawan Pangan 19,3 % STATUS EKONOMI SOSIAL Rumah Tangga Pedesaan Rumah Tangga Perkotaan Perbedaan pengeluaran
Lebih terperinciEVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN
EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan
Lebih terperinciGrafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh
Lebih terperinciP E N U T U P P E N U T U P
P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi
Lebih terperinciLampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)
Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900
Lebih terperinciANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS)
ANALISIS MULTIVARIAT ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) Oleh : Rizka Fauzia 1311 100 126 Dosen Pengampu: Santi Wulan Purnami S.Si., M.Si. PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017
\ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciPENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS
PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS 1 Nurul Komariyah (1309 105 013) 2 Muhammad Sjahid Akbar 1,2 Jurusan Statistika FMIPA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya
Lebih terperinci2. JUMLAH USAHA PERTANIAN
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012
PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Lebih terperinciANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK
ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Gangga Anuraga Dosen Program Studi Statistika MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail : ganuraga@gmail.com
Lebih terperinciAnalisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No.1, (013) 337-350 (301-98X Print) 1 Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur Siti Machfudhoh, Nuri Wahyuningsih Jurusan Matematika,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI
6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.
16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciEVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016
EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal
Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Oleh: DELTA ARLINTHA PURBASARI 1311030086 Dosen Pembimbing: Dr. Vita
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik
6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut
Lebih terperinciLaporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH
KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan
Lebih terperinciper km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )
LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA
Lebih terperinciCLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016
CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 R.A. Norromadani Yuniati 1), Farizi Rachman 2) 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan
Lebih terperinciPemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot
SidangTugas Akhir Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot Oleh: Intan Nur Aini (1309 030 064) Dosen Pembimbing: Dr. Sutikno,S.Si, M.Si Surabaya, 11 July 2012
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk
Lebih terperinciDANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan
Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan jenis pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menguji hubungan signifikan dengan cara
Lebih terperinciKABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek
NO BAKORWIL MADIUN ALAMAT DINAS PMD KABUPATEN/ SE JAWA TIMUR 1 MADIUN - - 2 MADIUN Dinas PMD Kab. Madiun Jl. Mayjen Soengkono No. 42 Madiun Telp. (0351) 462270, 463577 3 MAGETAN Dinas PMD Kab. Magetan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang diteliti bersifat multidimensional dengan menggunakan tiga atau lebih variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,
Lebih terperinciPengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010
SEMINAR TUGAS AKHIR Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010 LOGO Oleh : Luthfi Kurnia Hidayati (1309106007) Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciPenerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian
SEMINAR TUGAS AKHIR 2011 Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami,
Lebih terperinciPemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering
Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering R.A. Norromadani.Y 1, Farizi Rahman 2, M. Basuki Rahmat 3 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik
Lebih terperinciPemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel
Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciCENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN ILHAM AKHSANU RIDLO
CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN ILHAM AKHSANU RIDLO 1 CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN Serial Paper Manajemen Penulis: Ilham Akhsanu Ridlo PHMovement
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksir Robust Metode mencari himpunan bagian dari himpunan X sejumlah h elemen di mana n p 1 h n di mana determinan matrik kovariansi minimum. Misalkan himpunan bagian
Lebih terperinciANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA
ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA IKO PUTRI TYASHENING 1311 030 013 Dosen Pembimbing : Dr Santi Wulan Purnami, MSi PENDAHULUAN PENDAHULUAN RUMUSAN
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR),
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan
Lebih terperinciLUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN 2010. Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn)
Hal : 35 KAB. GRESIK 1 Tebu 0 1,680 0 1,680 8,625 5,134 2 Kelapa 468 2,834 47 3,349 3,762 1,327 3 Kopi Robusta 12 231 32 275 173 749 4 Jambu mete 33 101 32 166 75 744 5 Kapok Randu 11 168 2 181 92 548
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dari Sisi Penerimaan dan Sisi Pengeluaran Selama masa desentralisasi fiskal telah terjadi beberapa kali perubahan
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat
Lebih terperinciVISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH
Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah
Lebih terperinciRILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO
RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH I. UMUM Bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 No. 35/05/35/Th. XV, 24 Mei 2017 BRTA RSM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS JAWA TMUR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus
Lebih terperinciGambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :
BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Efferin, Darmadji dan Tan (2008:47) pendekatan kuantitatif disebut juga pendekatan
Lebih terperinciListyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.
149 DAFTAR PUSTAKA Amir, H. dan S. Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input Output. Jurnal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua
Lebih terperinciTABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN
TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012 PADA MASING-MASING DAS (BRANTAS, SOLO DAN SAMPEAN) No Kabupaten Luas Wilayah Lahan Kritis Luar Kawasan Hutan (Ha) Ket. (Ha)
Lebih terperinciPemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Print) D-45 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Nur Fajriyah
Lebih terperinciPrototype-Based Fuzzy Clustering melalui Algoritma FCM pada Pengklasteran Kabupaten-Kabupaten di Jawa Timur berdasarkan Karakteristik Perempuan
Jurnal Penelitian Sains Volume 18 Nomor 3 September 2016 Prototype-Based Fuzzy Clustering melalui Algoritma FCM pada Pengklasteran Kabupaten-Kabupaten di Jawa Timur berdasarkan Karakteristik Perempuan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan
Lebih terperinciPENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE
Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 2 (2016), hal 97 102. PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE Nicolaus, Evy Sulistianingsih,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup
Lebih terperinciJURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.
JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah
Lebih terperinciSWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur
SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur R.A. Norromadani Yuniati 1, Farizi Rahman Jurusan Teknik Bangunan Kapal 1, Jurusan
Lebih terperinci