Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal
|
|
- Suparman Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Oleh: DELTA ARLINTHA PURBASARI Dosen Pembimbing: Dr. Vita Ratnasari S. Si, M. Si
2 Pembahasan
3 Latar Belakang Pendidikan Angka Putus Sekolah Jawa Timur 13 Ribu 9th Jawa Tengah 42% Jawa Barat Paradigma Orang Tua Ketidakmampuan Biaya
4 Latar Belakang Septiana (2011) faktor yang mempengaruhi angka putus sekolah usia SMA di Jawa Timur adalah keluarga miskin dan letak rumah di pedesaan. Regresi Spasial
5 Rumusan Masalah 1 Bagaimana karakteristik kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan variabel yang diduga berpengaruh terhadap angka putus sekolah? Bagaimana pengelompokkan kabupaten dan kota 2 berdasarkan variabel angka putus sekolah usia SLTP dan se-derajat Kabupaten/ Kota di Jawa Timur? 3 Bagaimana pemodelan angka putus sekolah usia SLTP dan se-derajat Kabupaten/ Kota di Jawa Timur dengan menggunakan Regresi logistik ordinal?
6 Tujuan Penelitian Memodelkan angka Mengelompokkan putus sekolah usia SLTP kabupaten dan kota dan se-derajat berdasarkan variabel Kabupaten/ Kota di angka Jawa putus sekolah usia Timur dengan SLTP dan se-derajat menggunakan Regresi Kabupaten/ Kota di Jawa logistik ordinal. Timur. Mendiskripsikan karakteristik kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan variabel yang diduga berpengaruh terhadap angka putus sekolah.
7 Manfaat Penelitian Informasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur
8 Batasan Masalah
9 Tinjauan Pustaka Statistika Deskriptif Statistika Text deskriptif in adalah metodemetode yang berkaitan dengan here pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga dapat memberikan informasi yang berguna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data dan tidak menarik kesimpulan apapun (Walpole, 1995).
10 Tinjauan Pustaka Analisis Kelompok metode analisis multivariate yang bertujuan untuk memisahkan sekumpulan Text in individu atau pengamatan kedalam beberapa herekelompok berdasarkan ukuran kedekatan (Dillon, 1984). d( x, x i j ) = p k = 1 ( x ik x jk 2 ) d(x i, x j ) : jarak antara observasi i dan j X ik : nilai variabel k untuk observasi i X jk : nilai dari variabel k untuk observasi j, p adalah jumlah variabel prediktor
11 Tinjauan Pustaka Metode Non-Hierarki Prosedur pengelompokan pada metode non hirarki yaitu dengan metode K-Mean. Metode non hirarki dengan K- Mean ini bertujuan mengelompokkan obyek sedemikian hingga jarak tiap obyek ke pusat kelompok dalam satu kelompok adalah minimum (Dillon, 1984).
12 Tinjauan Pustaka Analisis Regresi Logistik Ordinal Regresi logistik ordinal merupakan suatu metode analisis data yang digunakan untuk mencari hubungan antara variabel respon (y) yang bersifat polikotomus (mempunyai skala data bertingkat dengan lebih dari 2 kategori) dengan variabel prediktor (x) (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Model regresi logistik yang umum adalah sebagai berikut Transformasi dari e β0 + β1x π ( x) = β + β x π ( x) 1+ e π ( x) ( x) = ln = β 0 + β x 1 π ( x) g 1 0 1, sehingga diperoleh persamaan berikut.
13 Tinjauan Pustaka Estimasi Parameter Estimasi parameter dari nilai β dibutuhkan dalam kesesuaian model regresi logistik. Metode umum untuk mengestimasi adalah maximum likelihood, metode ini akan memberikan dasar untuk mengestimasi parameter dengan model regresi logistik (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Fungsi likelihood untuk pengamatan l n ( y, ) i x i y y ( B) = ( ) i ( ) i φ x 0 φ x 1 φ ( x ) [ ] yki 0 i 1 i... k i i= 1 adalah sebagai berikut.
14 Tinjauan Pustaka Secara Serentak Uji Signifikansi Parameter Statistika uji: Daerah penolakan: H 0 ditolak jika p i k,..., 1,2, 0 = β Hipotesis: H 0 : 0 = k β (variabel prediktor tidak berpengaruh terhadap model). (minimal ada satu variabel prediktor yang berpengaruh terhadap model). H 1 : minimal ada satu ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] = n i y i y i y i y i n n n n i i i i x x x x n n n n n n n n G = - 2 log φ φ φ φ
15 Tinjauan Pustaka, Secara Parsial Uji Signifikansi Parameter H 0 : βk = 0, i = 1,2,..., p (variabel prediktor tidak berpengaruh terhadap model). H 1 : βk 0, i = 1,2,..., p Statistika uji: W Daerah penolakan: Tolak H 0, jika 2 (variabel prediktor berpengaruh terhadap model). 2 βˆ k = ( SE( βˆ )) 2 k W 2 2 > χ ( db, α)
16 Tinjauan Pustaka, Kesesuaian Model Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model yang dihasilkan berdasarkan regresi logistik multivariat/serentak sudah layak. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan antara hasil pengamatan dan kemungkinan hasil prediksi model. Hipotesis dalam pengujian kesesuaian model sebagai berikut (Hosmer dan Lemeshow, 2000).
17 Tinjauan Pustaka, Kesesuaian Model H 0 : Model sesuai (tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengamatan dengan kemungkinan hasil prediksi model) H 1 : Model tidak sesuai (terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengamatan dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik uji: D = 2 n i= 2 y ij ˆ π ij ln yij + ( 1 y ) ij 1 ˆ π ij ln 1 yij Daerah penolakan: Tolak H 0, jika D > χ 2( db,α )
18 Tinjauan Pustaka, Ketepatan Klasifikasi Model Evaluasi prosedur pengklasifikasian merupakan suatu evaluasi yang digunakan untuk melihat nilai peluang kesalahan klasifikasi yang digunakan oleh suatu fungsi klasifikasi (Johnson dan Wichern, 2007). Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Kenyataan Predeiksi y 1 y 2 y 3 y 1 n 11 n 12 n 13 y 2 n 21 n 22 n 23 y 3 n 31 n 32 n 33 APER n + n + n + n + n + n % = jumlah total sampel 100%
19 Penelitian Sebelumnya Wijayanti (2011) Pemodelan Angka Putus Sekolah bagi Anak Usia Wajib Belajar di Jawa Timur menggunakan Generalized Poisson Regression Fitroni (2011) Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur persentase laju pertumbuhan ekonomi, persentase guru (SD/MI dan SMP/MTs) terhadap jumlah siswa, dan tingkat kesempatan kerja di Jawa Timur variabel PDRB per kapita, rasio tenaga pengajar/ jumlah siswa, dan rasio penduduk tamatan SD berpengaruh signifikan terhadap model yang didapatkan.
20 Angka Putus Sekolah JAWA TIMUR Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar (BPS, 2012). SD:4227 SD:4227 MTs: 1861 SMP: 5724 MI:1268
21 Angka Putus Sekolah 1. Persentase Penduduk Miskin BPS menggunakan 14 variabel kemiskinan yang secara umum variabel tersebut lebih mengarah pada kondisi fisik rumah tangga miskin. 2. PDRB Per Kapita PDRB / kapita = 3. Persentase Pertumbuhan Ekonomi Perhitungan pertumbuhan ekonomi diperoleh dari pengurangan nilai pada tahun ke-n dengan nilai pada tahun ke-(n-1) dan dikalikan dengan 100 persen (BPS, 2012). 4. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah SMP/MTs =
22 Angka Putus Sekolah 5. Rasio Guru/murid Rasio guru dan murid SMP/MTs = JumlahGuru( SMP / MTs) 1000 JumlahMurid( SMP / MTs) 6. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) TKK = 7. Persentase Penduduk Miskin Metode yang digunakan untuk menghitung kemiskinan adalah metode skor, artinya setiap variabel mempunyai bobot atau penimbang yang telah ditentukan sebelumnya oleh BPS.
23 Angka Putus Sekolah 8. IPM X (1) X (2) X (3) IPM = 1 / 3 [X (1) + X (2) + X (3) ] : Indeks harapan hidup : Indeks pendidikan = 2 / 3 (indeks melek huruf)+ 1 / 3 (indeks rata-rata lama sekolah) : Indeks standar hidup layak Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan.
24 Metodologi Penelitian Sumber Data Data Sekunder SUSENAS 2012 Badan Pusat Statistik Jawa Timur Data sekunder berdasarkan 38 Kabupaten dan Kota indikator ekonomi dan sosial tahun 2012 Faktor-Faktor yang diduga mempengaruhi Angka Putus Sekolah
25 Variabel Penelitian APTS usia SLTP Rasio Guru/ murid Rasio sekolah/ Murid IPM PDRB per kapita % Pertumbuhan Ekonomi Persentase Tingkat kesempatan kerja Persentase penduduk miskin Jumlah pengang guran
26 Metode Analisis Data Mencari dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi angka putus sekolah di Jawa Timur. Mendiskripsikan karakteristik Kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan angka putus sekolah dengan menggunakan statistika deskriptif. Melakukan analisis pengelompokkan kabupaten dan kota untuk membentuk 3 kelompok berdasarkan variabel angka putus sekolah usia SLTP dan sederajat di Provinsi Jawa Timur menggunakan metode non-hirarki. Melakukan analisis regresi logistik ordinal untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi angka putus sekolah di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan hasil pengelompokkan sebagai variabel respon. Analisis Regresi Logistik Ordinal dilakukan dengan cara: Mengestimasi parameter model angka putus sekolah di Jawa Timur. Melakukan pengujian parameter secara serentak dan parsial pada model angka putus sekolah di Jawa Timur. Memodelkan angka putus sekolah pada jenjang pendidikan SLTP/MTs sederajat dengan variabel prediktor dengan menggunakan Regresi Logistik Ordinal.
27 Mulai Pengambilan Data Analisis Kelompok Analisis Regresi Logistik Ordinal Tabel 3.2 Struktur Data Penelitian Kabup aten/k ota Y X 1 X 2... X 10 1 Y 1.1 X 1.1 X X Y 1.2 X 1.2 X 2.2 X Y 1.3 X 1.3 X 2.3 X 10.3 Estimasi Parameter Uji Signifikansi Parameter secara Serentak 38 Y 1.38 X 1.38 X 2.38 X Uji Signifikansi Parameter secara Parsial Kesimpulan Selesai Diagram Alir Penelitian
28 4.1 Karakteristik Angka Putus Sekolah di Jawa Timur dan Faktor-Faktor yang Diduga Mempengaruhi Variabel Ratarata Maximum Minimum Persentase Angka putus sekolah 0,39 0,79 0,11 Pertumbuhan ekonomi 6,929 8,26 5,82 Persentase pengangguran 2,633 8,91 0,16 PDRB per Kapita 106, ,81 31,88 IPM 71,638 78,14 61,03 Persentase Tingkat kesempatan kerja 95,773 98,84 92,15 Persentase kemiskinan 13,816 30,21 4,74 Rasio Guru/ Murid 81, ,23 35,59 Rasio Jumlah Sekolah/ Murid 3,578 7,83 1,29
29 Karakteristik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Variabel Pertumbuhan Ekonomi Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto kota Madiun kota Surabaya kota Batu
30 Karakteristik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Variabel Pengangguran
31 Karakteristik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 80 Variabel IPM Pacitan Ponorogo Kediri Malang Lumajang Banyuwangi Pasuruan Nganjuk Madiun Ngawi Tuban Lamongan Trenggalek Tulungagung Blitar Sidoarjo Mojokerto Jombang Magetan Gresik Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto kota Madiun kota Surabaya kota Batu Jember Bondowoso Situbondo Probolinggo Bojonegoro Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
32 Karakteristik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Variabel Angka Putus Sekolah Pacitan Ponorogo Kediri Malang Lumajang Banyuwangi Pasuruan Nganjuk Madiun Ngawi Tuban Lamongan Trenggalek Tulungagung Blitar Sidoarjo Mojokerto Jombang Magetan Gresik Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto kota Madiun kota Surabaya kota Batu Jember Bondowoso Situbondo Probolinggo Bojonegoro Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
33 Karakteristik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 100 Variabel Tingkat Kesempatan Kerja Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto kota Madiun kota Surabaya kota Batu
34 Karakteristik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Variabel PDRB per Kapita
35 Karakteristik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Variabel Rasio Guru/ Murid
36 Karakteristik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 8 Variabel Rasio Sekolah/ Murid
37 Karakteristik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Variabel Persentase Kemiskinan
38 4.2 Analisis Klaster Pengelompokkan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur berdasarkan variabel angka putus sekolah Rendah Sedang Tinggi Kab/ Kota APS APS APS Kab/ Kota Kab/ Kota (%) (%) (%) Sidoarjo 0,14 Pacitan 0,43 Malang 0,54 Jombang 0,24 Ponorogo 0,36 Lumajang 0,62 Madiun 0,14 Trenggalek 0,49 Jember 0,56 Magetan 0,13 Tulungagung 0,34 Bondowoso 0,60 Ngawi 0,12 Blitar 0,50 Situbondo 0,69 Lamongan 0,11 Kediri 0,42 Probolinggo 0,74 Gresik 0,24 Banyuwangi 0,42 Nganjuk 0,54 Kota Blitar 0,17 Pasuruan 0,43 Bangkalan 0,55 Kota Malang 0,25 Mojokerto 0,40 Sampang 0,79 Kota Mojokerto 0,14 Bojonegoro 00,32 Pamekasan 0,61 Kota Madiun 0,21 Tuban 0,30 Sumenep 0,59 Kota Surabaya 0,18 Kota Kediri 0,36 Kota Probolinggo 0,32 Kota Pasuruan 0,39 Kota Batu 0,44 Kelompok 1 mempunyai rata-rata angka putus sekolah sebesar 0,29 persen. Kelompok 2 mempunyai rata-rata angka putus sekolah sebesar 0,37 persen. Kelompok 3 mempunyai rata-rata angka putus sekolah sebesar 0,61 persen.
39 4.2 Analisis Klaster Karakteristik Angka Putus Sekolah SLTP dan sederajat di Jawa Timur tahun 2012 pada Masing-Masing Kelompok Angka Putus Sekolah Kelompok Rata-rata Minimum Maximum Rendah 0,173 0,11 0,25 Sedang 0,395 0,3 0,5 Tinggi 0,621 0,54 0,79 Kabupaten Malang dan Kabupaten Sampang
40 4.2 Analisis Klaster Pemetaan Hasil Pengelompokkan
41 4.2 Analisis Klaster Berikut ini adalah karakteristik dari masing-masing kelompok untuk angka putus sekolah tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur tahun Variabel Kelompok y 0,173 Rendah 0,395 Sedang 0,621 Tinggi X1 7,168 Tinggi 6,929 Sedang 6,667 Rendah X2 3,154 Tinggi 2,249 Rendah 2,589 Sedang X3 120,554 Sedang 135,347 Tinggi 52,218 Rendah X4 75,062 Tinggi 72,763 Sedang 66,369 Rendah X5 94,592 Rendah 96,034 Sedang 96,705 Tinggi X6 10,622 Rendah 12,721 Sedang 18,793 Tinggi X7 78,013 Rendah 78,268 Sedang 88,068 Tinggi X8 2,755 Rendah 3,263 Sedang 4,906 Tinggi
42 4.3 Analisis Regresi Logistik Ordinal Pengujian Signifikansi Parameter secara Serentak H 0 : semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel angka putus sekolah (β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = β 5 = β 6 = β 7 = β 8 =0) H 1 : minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap angka putus sekolah (minimal ada satu β k 0, k = 1,2,3,...,8) Statistik Uji: Tabel 4.6 Hasil Akhir Pengujian Signifikansi Parameter secara Serentak tabel Step G db Sig. 1 44, ,362 0, , ,236 0,000 H 0 ditolak Keputusan yang dapat diambil adalah H 0 ditolak, karena 42,988 lebih besar χ 2 (5;0,1) = 9, 236 dari Kesimpulan: minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap angka putus sekolah di Provinsi Jawa Timur tahun χ 2
43 4.3 Analisis Regresi Logistik Ordinal Pengujian Signifikansi Parameter secara Parsial H 0 : β k =0, k=1,2,3,...,8 (variabel prediktor tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel respon) H 1 : β k 0, k=1,2,3,...,8 (variabel prediktor berpengaruh signifikan terhadap variabel respon) Statistik Uji : Step Variabel Estimasi Std. Error Wald db Sig. [klaster = 1,00] 73,105 51,136 2, ,149 [klaster = 2,00] 77,968 51,459 2, ,130 pertum_eko -0,369 1,258 0, ,769 persen_pengangguran 0, , , ,753 1 PDRB_kapita -0,029 0,0169 2, ,084 IPM 0,357 0,215 6, ,013 persen_tkt -1,147 0,509 5, ,024 persen_miskin 0,140 0,159 0, ,377 rasio_guru_mrd 0,063 0,029 4, ,028 rasio_sklh_mrd -2,456 1,003 6, ,014
44 4.3 Analisis Regresi Logistik Ordinal Pengujian Signifikansi Parameter secara Parsial Tabel 4.6 Hasil Akhir Pengujian Signifikansi Parameter secara Parsial Step Variabel Estimasi Wald Odds Sig. [y = 1,00] 83,260 3,284 0,07 [y = 2,00] 87,332 3,56 0,059 PDRB per Kapita -0,0313 3,679 0,97 0,055 4 IPM 0,40 5,533 1,50 0,019 Persentase TKK -1,154 6,044 0,32 0,014 Rasio Guru/ Murid 0,062 4,921 1,06 0,027 Rasio Sekolah/ Murid -2,325 6,199 0,1 0,013 H 0 ditolak
45 4.3 Analisis Regresi Logistik Ordinal Pengujian Kesesuaian Model H 0 : H 1 : Model sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Model tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik Uji: D = 40, 1014 Daerah Penolakan: Tolak H 0, jika D > χ2 db, α Keputusan: H 0 gagal ditolak karena nilai D yaitu 84,418. yaitu 40,1014 lebih kecil dari χ 2 ( 69;0,1) Kesimpulan: Jadi dapat disimpulkan bahwa model yang terbentuk sudah sesuai karena tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan prediksi model.
46 4.3 Analisis Regresi Logistik Ordinal Pembentukan Model dan Nilai Peluang Logit 1 Logit 2 g1(x) = g2(x) = 83,260 0,0313(x3) + 0,4(x4) 1,154(x5) + 0,062(x7) 2,325(x8) 87,332 0,0313(x3) + 0,4(x4) 1,154(x5) + 0,062(x7) 2,325(x8) Dari model tersebut yang telah terbentuk, dapat dihitung nilai peluangnya. Nilai peluang untuk Kabupaten Pacitan sebagai berikut. π1 (x) = π2 (x) = exp g1 ( x) 1 + exp g1 ( x) exp g2 ( x) 1 + exp g2 ( x) 0,003 = = 0, ,003 π1 0,151 ( x) = 0,008 = 0, ,151 exp g2 ( x) 0,151 π3 (x) = 1 = 1 = 1 + exp g ) 1 0,151 2 ( x + 0,849
47 4.3 Analisis Regresi Logistik Ordinal Nilai Odds Rasio Tabel 4.8 Tabel Odds Rasio Step Variabel Estimasi Wald Odds Sig. PDRB per Kapita -0,0313 3,679 0,97 0,055 IPM 0,40 5,533 1,50 0,019 4 Persen_TKK -1,154 6,044 0,32 0,014 Rasio Guru/ Murid 0,062 4,921 1,06 0,027 Rasio Sekolah/ Murid -2,325 6,199 0,1 0,013
48 4.3 Analisis Regresi Logistik Ordinal Ketepatan Klasifikasi Tabel 4.7 Ketepatan Klasifikasi Ketepatan Klasifikasi rendah sedang tinggi Persentase rendah % sedang ,33% tinggi ,73% Persentase 73,68% Rata-rata ketepatan klasifikasi dalam memprediksi model adalah, 73,68%.
49 Kesimpulan Angka putus sekolah usia SLTP dan sederajat di Provinsi Jawa Timur yang tertinggi adalah Kabupaten Sampang sebesar 0,79 persen, kemungkinan disebabkan karena jumlah angka partisipasi sekolah lebih besar daripadacapaian kinerja angka partisipasi sekolah. Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kabupaten Sidoarjo, Jombang, Madiun, M agetan, Ngawi, Lamongan, Gre sik, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Madiun, dan Kota Surabaya. Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Ba nyuwangi, Pasuruan, Mojokert o, Bojonegoro, Tuban, Kota Kediri, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, dan Kota Batu. Kabupaten Malang, Lumajang, Jember, Bo ndowoso, Situbondo, Probolin ggo, Nganjuk, Bangkalan, Sam pang, Pamekasan, dan Sumenep
50 Kesimpulan Model regresi logistik ordinal yang didapatkan Logit 1 Logit 2 g1(x) g2(x) = 83,260 0,0313(x3) + 0,4(x4) 1,154(x5) + 0,062(x7) 2,325(x8) = 87,332 0,0313(x3) + 0,4(x4) 1,154(x5) + 0,062(x7) 2,325(x8) Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap angka putus sekolah tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur tahun 2012 berdasarkan analisis regresi logistik ordinal adalah PDRB per kapita (X3), indeks pembangunan manusia (X4), persentase tingkat kesempatan kerja (X5), rasio guru/ murid (X7), dan rasio sekolah/ murid (X8).
51 Saran
52 Daftar Pustaka Agresti, Alan. (2007). An Introduction to Categorical Data Analysis. New York: John Willey and Sons. Badan Pusat Statistik Jawa Timur, (2012). Indeks Pembangunan Manusia Surabaya Badan Pusat Statistik, Provinsi Jawa Timur Surabaya. Badan Pusat Statistik Jawa Timur, (2013). Surabaya dalam Angka Badan Pusat Statistik, Provinsi Jawa Timur Surabaya. Diknas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Diakses pada tanggal 06 Februari 2014 pukul WIB. Dillon, W. R. (1984). Multivariate Analysis Method and Application. New York: John Willey and Sons. Fitroni, B. N. (2011). Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur. Skripsi Jurusan Statistika ITS, Surabaya. Hosmer, D. W. dan Lemeshow, S. (2000). Applied Logistic Regression. New York: John Willey and Sons. Johnson, N. dan Wichern D. (2007). Applied Multivariate Statistical Analysis. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs. Rahmawati (2008). Pengaruh Kemampuan Ekonomi Keluarga dan Motivasi Belajar terhadap Kecenderungan Putus Sekolah Anak Usia Sekolah di Desa Dedel Kelurahan Lau Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun Tugas Akhir Jurusan Statistika ITS, Surabaya. Rengganis L. N. R. (2007). Analisis Pengelompokkan Kecamatan Kotamadya Surabaya Berdasarkan Variabel Kependudukan, Kesehatan, dan Pendidikan. Tugas Akhir Jurusan Statistika ITS, Surabaya. Septiana, Liska. (2011). Pemodelan Remaja Putus Sekolah Usia SMA di Provinsi Jawa Timur dengan Menggunakan Metode Regresi Spasial. Tugas Akhir Jurusan Statistik ITS, Surabaya. UNICEF (2012). Laporan Tahunan Indonesia Tahun Walpole, R.E dan Mayer, R.H.(1995).Ilmu Peluang dan Statistik Untuk Insinyur dan Ilmuwan.Bandung: ITB. Wijayanti, T. C. (2011). Pemodelan Angka Putus Sekolah bagi Anak Usia Wajib Belajar di Jawa Timur dengan Pendekatan Generalized Poisson Regression. Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Statistika ITS, Surabaya.
53
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 Seminar Hasil Tugas Akhir 1 PEMODELAN DAN PEMETAAN RATA-RATA USIA KAWIN PERTAMA WANITA DENGAN PENDEKATAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL DI PROVINSI JAWA TIMUR
Lebih terperinciSEMINAR HASIL TUGAS AKHIR. Presented by Rizky Amalia Yulianti Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si
SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Presented by Rizky Amalia Yulianti 1309 100 076 Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si Agenda 1. 2. 3. 4. 5. Pendahuluan Tinjauan Metodelogi Hasil dan Kesimpulan 1.
Lebih terperinciAnalisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari
Lebih terperinciPEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL
1 PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL Uaies Qurnie Hafizh, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Lebih terperinciPemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel
Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II
Lebih terperinciOleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si
Oleh : Nita Indah Mayasari - 1305 100 024 Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Jawa Timur Angka Rawan Pangan 19,3 % STATUS EKONOMI SOSIAL Rumah Tangga Pedesaan Rumah Tangga Perkotaan Perbedaan pengeluaran
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciJURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.
JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah
Lebih terperinciLampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)
Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.
16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari
Lebih terperinciGrafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami
Lebih terperinciEVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN
EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA
Lebih terperinciJumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota
Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciLaporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016
No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017
\ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
Lebih terperinciper km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )
LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada
Lebih terperinciPEMODELAN DAN PEMETAAN FAKTOR UNMET NEED KB DI JAWA TIMUR SEBAGAI PERENCANAAN MENCEGAH LEDAKAN PENDUDUK DENGAN REGRESI LOGISTIK BINER
PEMODELAN DAN PEMETAAN FAKTOR UNMET NEED KB DI JAWA TIMUR SEBAGAI PERENCANAAN MENCEGAH LEDAKAN PENDUDUK DENGAN REGRESI LOGISTIK BINER Anita Trias Anggraeni 1), Destri Susilaningrum 2) 1)2) Statistika,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan
Lebih terperinciUniversitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.
1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012
PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia
Lebih terperinciAnalisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur
Nama : Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Dimas Okky S. (1307030006) Dosen Pembimbing : Dr.Dra.Ismaini Zain, MSi PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Partisipasi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya
Lebih terperinciPemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Print) D-45 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Nur Fajriyah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR),
Lebih terperinciAnalisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur
Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
Lebih terperinciP E N U T U P P E N U T U P
P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi
Lebih terperinciAnalisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-65 Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel Almira Qattrunnada Qurratu ain dan Vita Ratnasari Jurusan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
Lebih terperinciDANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan
Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Lebih terperinciEVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016
EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi
Lebih terperinciANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA
ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA IKO PUTRI TYASHENING 1311 030 013 Dosen Pembimbing : Dr Santi Wulan Purnami, MSi PENDAHULUAN PENDAHULUAN RUMUSAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup
Lebih terperinciANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK
ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Gangga Anuraga Dosen Program Studi Statistika MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail : ganuraga@gmail.com
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut
Lebih terperinciDosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc
Citra Fatimah Nur / 1306 100 065 Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc Outline 1 PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 3 METODOLOGI PENELITIAN 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 KESIMPULAN Latar Belakang 1960-1970 1970-1980
Lebih terperinci2. JUMLAH USAHA PERTANIAN
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Semiparametrik Spline
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Semiparametrik Spline Oleh : A. Anggita Tauwakal Retno (303008) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Drs.
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kemiskinan telah berlangsung sejak lama, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya, namun sampai saat ini masih terdapat lebih dari 1,2
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.
BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama
Lebih terperinciKAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH
KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciPEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL
PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004-2008 DENGAN REGRESI PANEL Desi Yuniarti 1, Susanti Linuwih 2, Setiawan 3 1 Mahasiswa S2 Jurusan Statistika FMIPA ITS, Surabaya, 60111
Lebih terperinciPEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR)
PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR) Sisvia Cahya Kurniawati, Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciTabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)
2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat,
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR Oleh AUDDIE VIENEZA M. NRP 1310030043 DOSEN PEMBIMBING Dr. Vita Ratnasari,M.Si DOSEN PENGUJI Dr. Dra. Ismaini
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT (SIPBM) Rangga Perdhana, SE Kasubbid Pendidikan dan Pemerintahan BAPPEDA KAB.
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT (SIPBM) Rangga Perdhana, SE Kasubbid Pendidikan dan Pemerintahan BAPPEDA KAB. SITUBONDO S I PENDIDIKAN B M Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pulau Jawa Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota di antaranya dari Kab Pacitan, Kab Ponorogo, Kab Trenggalek,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kerakteristik kemiskinan di Provinsi Jawa Timur pada penelitian
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciPEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2
PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL Bertoto Eka Firmansyah dan Sutikno Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya Dosen Pembimbing, Jurusan Statistika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
Lebih terperinciTabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan
Lebih terperinciISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di:
ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 111-120 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION)
PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION) Pembimbing : Ir. Sri Pingit Wulandari, MSi Liska Septiana
Lebih terperinciPENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS
PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS 1 Nurul Komariyah (1309 105 013) 2 Muhammad Sjahid Akbar 1,2 Jurusan Statistika FMIPA
Lebih terperinciVISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH
Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua
Lebih terperinciPemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot
SidangTugas Akhir Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot Oleh: Intan Nur Aini (1309 030 064) Dosen Pembimbing: Dr. Sutikno,S.Si, M.Si Surabaya, 11 July 2012
Lebih terperinciANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER
ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER Andiyono Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat, Indonesia, 11480,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciPemodelan Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression Semi Parametric (GWPRS)
Seminar Tugas Akhir Pemodelan Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression Semi Parametric (GWPRS) Oleh : Dessy Puspa Rani 1306. 100. 034 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPeramalan Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor dan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Data Panel
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (14) 337-35 (31-98X Print) D-33 Peramalan Jumlah epemilikan Sepeda Motor dan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Data Panel Hilda Rosdiana
Lebih terperinciLOGO. Prof. Dra. Susanti Linuwih, M.Stat, PhD Wibawati, S.Si, M.Si
LOGO Prof. Dra. Susanti Linuwih, M.Stat, PhD Wibawati, S.Si, M.Si PENDAHULUAN 1 2 3 4 Latar Belakang Tujuan Manfaat Batasan Masalah Latar Belakang Kesempatan memperoleh pendidikan merupakan prioritas utama
Lebih terperinciEKO ERTANTO PEMBIMBING
UJIAN TUGAS AKHIR Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pemberian Imunisasi Untuk Bayi Dengan Metode Regresi Logistik (Kasus di Kelurahan Keputih Surabaya) YUDHA EKO ERTANTO 1307030054 PEMBIMBING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,
Lebih terperinciANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK
LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,
EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, 2017 1 INDIKATOR KKP 2 INDIKATOR PROGRAM TAHUN 2017 NO INDIKATOR PROGRAM 2017 SASARAN
Lebih terperinciPemodelan dan Pemetaan Pendidikan di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Geographically Weighted Regression
Pemodelan dan Pemetaan Pendidikan di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Geographically Weighted Regression Danniar Ardhanacitri dan Dr Vita Ratnasari, SSi, MSi Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksir Robust Metode mencari himpunan bagian dari himpunan X sejumlah h elemen di mana n p 1 h n di mana determinan matrik kovariansi minimum. Misalkan himpunan bagian
Lebih terperinci1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun
1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciTabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun
41 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.1.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciPeramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-65 Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur Retno Dyah Handini, Agus Suharsono
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinci