ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN
|
|
- Farida Kurnia
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN, dan, Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Kesehatan diperlukan oleh manusia agar tidak mengalami gangguan dalam menjalankan aktivitasnya. Kesehatan adalah keadaan seseorang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Dalam hal mengetahui tingkat kesehatan di Propinsi Jawa Timur, maka diperlukan informasi tingkat kesehatan masyarakat. Untuk mengetahui informasi tentang tingkatan kesehatan di Jawa Timur, perlu digunakan metode pengelompokan. Pengelompokan dilakukan pada 29 kabupaten dan 9 kota di Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengelompokkan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasar indikator kesehatan dengan analisis kelompok menggunakan 5 metode hierarki, yaitu: Single Linkage, Complete Linkage, Average Linkage, Ward s, dan Centroid. Analisis kelompok merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Indeks validitas yang digunakan untuk mengetahui jumlah kelompok optimum adalah RMSSTD (Root Mean Square Standart Deviation). Nilai indeks RMSSTD terkecil sebesar 13,947 yaitu pada metode ward s dengan jumlah kelompok sebanyak 5. Berdasarkan 5 kelompok tersebut dapat diklasifikasikan dalam tingkatan kesehatan sangat tinggi yaitu pada kelompok 5, tingkatan kesehatan tinggi pada kelompok 1, tingkatan kesehatan sedang pada kelompok 2, tingkatan kesehatan rendah pada kelompok 4, dan tingkatan kesehatan sangat rendah pada kelompok 3. Kata kunci: kesehatan, analisis kelompok, metode hierarki, index RMSSTD (Root mean square standard deviation). Kebutuhan pokok manusia yang bersifat mutlak salah satunya adalah kesehatan. Kesehatan manusia sangat penting untuk selalu diperhatikan apalagi setelah seseorang sudah dinyatakan mengidap suatu penyakit yang dapat menghambat aktivitas positif. Mengingat peran kesehatan sangat penting sehingga perlu adanya upaya menjaga kesehatan yang dilakukan sejak dini dan berkesinambungan sejak bayi masih dalam kandungan, kelahiran, balita, dewasa dan tua. Dengan demikian untuk menjaga kesehatan perlu diperhatikan kondisi lingkungan, status gizi dan upaya hidup sehat. Pada Susenas 2007, penduduk Jawa Timur yang mengalami keluhan kesehatan sekitar 30,12% dan 17,31%nya mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari dan sisanya tidak terganggu. Keluhan kesehatan yang dialami masyarakat diatasi dengan mengobati sendiri dan sebagian besar menggunakan obat modern. Hal ini memungkinkan karena obat modern mudah didapat dan dijual bebas di toko atau 1. L ina Rahmawati adalah mahasiswa jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang 2. Abadyo adalah dosen jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang 3. Trianingsih adalah dosen jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang
2 2 apotik. Sedangkan pada balita faktor kesehatan dipengaruhi oleh kesehatan ibu, tenaga penolong saat lahir, pemberian ASI dan 1. L ina Rahmawati adalah mahasiswa jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang 2. Abadyo adalah dosen jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang 3. Trianingsih adalah dosen jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang
3 2 imunisasi. Demi kelancaran dan keselamatan bayi dan ibu yang melahirkan, tenaga medis atau orang yang sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan kebidanan yang memadai yang menolong persalinan. Namun penolong kelahiran non medis (dukun, famili, dll) masih cukup tinggi. Hal ini berdampak tinggi pada angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Oleh karena itu penulis ingin meneliti tentang tingkat kesehatan di Jawa Timur dengan mengelompokkan kabupaten/kota berdasar indikator kesehatan. Analisis kelompok atau yang biasa disebut cluster analysis adalah metode yang digunakan untuk pengelompokan kabupaten/kota di Jawa Timur. Analisis kelompok merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Terdapat beberapa metode yang dikembangkan untuk melakukan analisis kelompok yaitu pada analisis kelompok hierarki maupun non-hierarki. Metode hierarki berbeda dengan metode non-hierarki, jika pada metode non-hierarki jumlah kelompok ditentukan sendiri, namun pada metode hierarki jumlah kelompok dapat diketahui melalui tahapan-tahapan yang ada dalam metode hierarki. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Analisis Kelompok dengan Menggunakan Metode Hierarki untuk Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Berdasarkan Indikator Kesehatan. Analisis kelompok atau yang biasa dikenal sebagai cluster analysis adalah salah satu teknik statistik yang bertujuan untuk mengelompokkan objek ke dalam suatu kelompok sedemikian sehingga objek yang berada dalam satu kelompok akan memiliki kesamaan yang tinggi dibandingkan dengan objek yang berada di kelompok lain (Sharma, 1996:185).Santoso (2004) menyatakan bahwa proses dari analisis kelompok adalah pengelompokkan data yang dilakukan dengan dua macam metode yaitu metode hierarki dan metode non hierarki. Pada metode non hierarki, telah ditentukan jumlah kelompok terlebih dahulu. Sedangkan metode hierarki digunakan bila jumlah kelompok ditentukan berdasarkan hasil analisis. Metode hierarki merupakan metode pengelompokan yang terstruktur dan bertahap berdasarkan pada kemiripan sifat antar objek. Kemiripan sifat tersebut dapat ditentukan dari kedekatan jarak. Ukuran jarak yang dapat digunakan yaitu ukuran jarak Euclid atau ukuran jarak Mahalanobis. Jarak Euclid digunakan jika tidak terjadi korelasi. Jarak Euclid dirumuskan sebagai berikut: d( y,)() x ; l 1,2,3, yk x, k 2 l n k 1 d( y,) x = kuadrat jarak Euclid antar obyek pada y dengan obyek pada x y k = nilai dari obyek y pada variabel ke-k x k = nilai dari obyek x pada variabel ke-k Jarak Mahalanobis digunakan jika data terjadi korelasi. Jarak Mahalanobis antara dua sampel X dany dari suatu variabel acak didefinisikan sebagai berikut (Durak, 2001; 7) d Mahalanobis 1 T ( y,)()() x y x y x
4 3 Dengan adalah suatu matriks varian kovarian. Multikolinearitas merupakan adanya hubungan linear yang pasti diantara beberapa atau semua variabel. Menurut Gujarati (1978) gejala multikolinearitas dapat dideteksi beberapa cara. 1. Menghitung koefisien korelasi sederhana (simple correlation) antara sesama variabel bebas, jika terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8 maka terjadi multikolinearitas. 2. Menghitung nilai tolerance atau VIF, jika nilai toleransi kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10 maka menunjukkan bahwa multikolinearitas adalah masalah yang pasti terjadi antar variabel. Metode hierarki merupakan metode pengelompokan yang terstruktur dan bertahap berdasarkan pada kemiripan sifat antar obyek. Secara umum ada dua cara pengelompokan dengan menggunakan metode hierarki, yaitu dengan cara penggabungan ( agglomerative) dan cara pemisahan ( divisive). Cara penggabungan, pada awal pengelompokan setiap obyek pengamatan dianggap berasal dari kelompok yang berbeda. Kemudian secara bertahap objek-objek yang saling berdekatan dikelompokkan. Sehingga pada akhirnya semua objek berada dalam satu kelompok yang sama. Sebaliknya dengan cara pemisahan, langkahnya berlawanan dengan metode sebelumnya. Semua objek dianggap berasal dari satu kelompok besar. Kemudian dilihat perbedaan antar objek. Objek yang berbeda akan dikeluarkan dari kelompok awal dan seterusnya secara bertahap sehingga akan terbentuk kelompok terakhir yang beranggotakan satu objek saja. Beberapa metode pengelompokan hierarki, antara lain : 1. Single-linkage (pautan tunggal), metode dengan prinsip jarak minimum. Langkah pertama menemukan jarak terdekat pada D = ( ) adalah nilai obyek ke-i pada variabel ke-k dengan i=1,2,3,...,n dan menggabungkan obyek yang berkorespondensi, katakan U dan V dan sebarang kelompok lain W adalah D = ( ) min {. }, dan adalah jarak tetangga terdekat dari kelompok U dan W, dan jarak kelompok V dan W. 2. Complete linkage (pautan lengkap), metode dengan prinsip jarak maksimum. Metode umum dimulai penemuan anggota lain pada D = dan menggabungkan obyek yang berkorespondensi misalnya U dan V menjadi (UV). Untuk langkah ketiga, jarak antara (UV) dan kelompok lain W adalahd = ( ) maks 3. Average-linkage (pautan rata-rata), metode dengan prinsip jarak rata-rata. Metode umum dimulai penemuan anggota lain pada D = dan menggabungkan obyek yang berkorespondensi misalnya U dan V menjadi (UV). Untuk langkah ketiga, jarak antara (UV) dan kelompok lain W adalah N (UV) : jumlah dari anggota-anggota pada kelompok (UV) (Johnson dan Wichern, 1992) 4. Ward s method, metode ini ini menggunakan perhitungan yang lengkap dan memaksimumkan homogenitas di dalam satu kelompok.
5 4 ESS x x Keterangan k n j n j ij ij j1 i1 n j i1 x ij : Nilai objek ke-i dengan i=1,2,3,... pada kelompok ke-j k : Jumlah kelompok setiap stage n j : Jumlah kelompok ke-i pada kelompok ke-j (Dillon & Goldstein, 1984) 5. Centroid method (metode titik pusat), metode yang menggunakan rata-rata jarak pada sebuah kelompok yang diperoleh dengan cara menghitung rata-rata pada setiap variabel untuk semua objek. Dengan metode ini, setiap terjadi kelompok baru segera terjadi perhitungan ulang centroid sampai terbentuk kelompok yang tetap (Sokal & Michener, 1958 dalam Seber, 1984). Jarak antara dua kelompok didefinisikan sebagai berikut: d() UV W d1( x 2,) x Centroid kelompok baru yang terbentuk didapat dengan rumus: x N x N N x N , keterangan: N1 N 2 adalah banyaknya obyek Permasalahan utama dalam analisis kelompok adalah jumlah kelompok yang harus ditentukan oleh peneliti karena belum ada dasar yang kuat mengenai jumlah kelompok terbaik. Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji validitas kelompok untuk mengevaluasi hasil dari analisis kelompok secara kuantitatif sehingga dihasilkan kelompok optimum. Kelompok optimum adalah kelompok yang mempunyai jarak yang padat antar individu dalam kelompok dan terisolasi dari kelompok lain dengan baik. Menurut Sharma, (1996:197) indeks yang bisa dijadikan tolok ukur dalam pengujian validitas kelompok adalah indeks RMSSTD (Root Mean Square Standart Deviation). d () UV W Dimana i d ij nc ri i1 j1 nc i1 () x ij ( r 1) i x i 2 x = nilai objek ke-j pada kelompok i x = nilai pusat kelompok ke-i n = banyaknya kelompok yang terbentuk c r i = banyaknya objek yang termasuk dalam kelompok i RMSSTD mengukur kehomogenan dari kelompok yang terbentuk pada setiap tahap. Semakin kecil nilai RMSSTD semakin tinggi nilai kehomogenan kelompok yang terbentuk pada tahap tersebut. Nilai RMSSTD yang besar menunjukkan kluster yang terbentuk tidak homogen (Yatskiv, 2004).
6 5 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu bernilai secara numerik atau dengan kata lain nilai-nilai peubah ini dinyatakan dalam bilangan real (Abadyo dan Hendro: 1999 : 3). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder ini diperoleh dari BPS Kota Batu. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kelompok metode hierarki. Pada penelitian ini variabel yang akan diamati adalah indikator indikator kesehatan. Variabel variabelnya adalah sebagai berikut: 1. persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan 2. persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan tenaga medis) 3. persentase balita yang pernah mendapat imunisasi meliputi : BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B 4. persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat ASI 5. persentase penduduk yang mengobati sendiri tanpa resep dari tenaga medis 6. persentase penduduk yang menggunakan obat tradisional 7. persentase penduduk yang berobat jalan 8. persentase penduduk yang rawat inap Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia dan benda ataupun peristiwa sebagai sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam penelitian (Sugiyono, 2002; 55). D alam penelitian ini populasinya adalah semua rumah-tangga di Jawa Timur. Data indikator kesehatan ini diperoleh dari BPS Kota Batu. Analisis data adalah tahap untuk mengolah data yang telah diperoleh. Adapun tahapan penyelesaian masalah dapat dikerjakan melalui langkah-langkah berikut: Pertama melakukan analisis deskriptif yaitu untuk melihat karakteristik data agar diperoleh distribusi data dan memuat informasi yang terkandung dalam data, pendeteksian multikolinearitas yang dilakukan dengan melihat matriks korelasi, pemilihan ukuran jarakyaitu dengan jarak Mahalanobis atau jarak Euclid, melakukan analisis kelompok dengan menggunakan metode hierarki yaitu: metode pautan tunggal, metode pautan lengkap, metode pautan rata-rata, ward s method dan metode titik pusat, penentuan metode terbaik dengan pengujian validitas yang sesuai indeks RMSSTD ( Root Mean Square Standart Deviation), penentuan komposisi kelompok yaitu dengan melihat dari dendogram, pembuatan profil setiap kelompok dengan perhitungan rata-rata setiap kelompok pada tiap variabel yang disebut centroid. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukan analisis kelompok, variabel = keluhan kesehatan, = persalinan, = imunisasi, = ASI, = obat sendiri, = obat tradisional, = berobat jalan, = rawat inap terlebih dahulu dianalisis secara deskriptif.. Nilai-nilai statistik deskriptif itu adalah nilai minimum, maksimum, mean, median, standart deviasi.
7 6 Tabel 1 Statistik Deskriptif tiap Variabel Parameter Minimum 18,3 49, , ,3 Maksimum ,7 58,3 62,5 4,3 Median 27,8 95,4 97, ,7 28,6 47,6 2,5 Mean 28,6 89,9 95,6 93,9 63, ,2 2,4 St. Deviasi 5,9 12,8 6,6 4,6 7 10,4 8 0,9 Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai median dengan mean relatif sama, sehingga dapat dikatakan distribusinya hampir simetris. Nilai minimum dan maksimum pada setiap variabel terpaut cukup jauh. Berikut ini akan ditunjukkan boxplot dari masing-masing variabel untuk melihat distribusi data. Gambar 1 Boxplot Variabel Keluhan Kesehatan, Persalinan, Imunisasi, ASI, Obat Sendiri, Obat Tradisional, Berobat Jalan, Rawat Inap. Gambar 1 menunjukkan data pada variabel persalinan, imunisasi, obat sendiri, berobat jalan dan rawat inap terdapat pencilan. Sebelum melakukan analisis kelompok perlu dilakukan pendeteksian multikolinearitas untuk menentukan ukuran jarak yang dapat digunakan. Jarak Euclidean digunakan jika variabel-variabel tidak saling berkorelasi, jika terjadi korelasi maka digunakan ukuran jarak Mahalanobis. Tabel 2 menunjukkan nilai matriks korelasi yang mengindikasikan terjadi adanya multikolinearitas. Hal ini terjadi pada variabel dengan yaitu yang memiliki nilai koefisien korelasi melebihi 0,8 yaitu 0,806. Tabel 2 Matriks Korelasi Indikator Kesehatan di Jawa Timur Variabel 1 0,150 0,283-0,114 0,082 0,085 0,136 0,650 0, ,806 0,019-0,441-0,692 0,518 0,499 0,283 0, ,107-0,335-0,705 0,489 0,491-0,114 0,019 0, ,361-0,220-0,227-0,146 0,082-0,441-0,335 0, ,499-0,672-0,373 0,085-0,692-0,705-0,220 0, ,478-0,313 0,136 0,518 0,489-0,227-0,672-0, ,518 0,650 0,499 0,491-0,146-0,373-0,313 0,518 1 Pada penelitian ini metode pengelompokan yang digunakan adalah metode hierarki yang meliputi Single Linkage, Average Linkage, Complete Linkage, Ward s, dan Centroid. Proses pengelompokan dengan menggunakan 5 metode ini
8 7 akan diperoleh satu metode terbaik untuk menentukan komposisi kelompok dengan melihat nilai indeks RMSSTD(Root Mean Square Standart Deviation) terkecil sebagai penentuan jumlah kelompok yang dipilih. Ukuran jarak yang digunakan pada analisis kelompok tentang tingkat kesehatan di kabupaten/kota adalah jarak Mahalanobis. Nilai indeks RMSSTD pada setiap metode di atas dapat dilihat nilai indeks RMSSTD minimum dari keseluruhan pada Tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 3 Nilai Indeks RMSSTD Analisis Kelompok dengan 5 Metode Jumlah Kelompok/ nilai RMSSTD Single Linkage Average Linkage Complete Linkage Ward s Centroid 1. 24,235 24,235 24,235 24,235 24, ,710 23,710 23,198 18,799 23, ,188 23,188 14,593 15,699 23, ,682 22,682 16,095 15,395 22, ,168 21,686 16,809 13,947 22,194 Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 3 dari 5 metode pengelompokan hierarki di atas diperoleh kelompok optimum dengan nilai indeks RMSSTD terkecil terdapat pada metode Ward s dengan jumlah kelompok sebanyak 5 dengan nilai RMSSTD 13,947. Pengelompokan kabupaten/kota menggunakan dengan metode dengan melihat dendogram, hasilnya adalah sebagai berikut. ward s Gambar 2 Dendogram Analisis Kelompok dengan Menggunakan Metode Ward s Kelompok 1 : Kabupaten Sampang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Sumenep Kelompok 2 : Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro, Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Mojokerto, Kota Madiun
9 8 Kelompok 3 : Kota Probolinggo, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Madiun, Kabupaten Blitar, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo Kelompok 4 : Kabupaten Jombang, Kota Mojokerto, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kota Malang, Kota Blitar, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Tulungagung, Kota Kediri Kelompok 5 : Kabupaten Bangkalan Setelah diperoleh kelompok optimum beserta anggota kelompok, langkah selanjutnya dalah menentukan profil kelompok untuk mengetahui tingkatan kesehatan di Jawa Timur. Profil setiap kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4 Profil setiap kelompok No Kelompok 1. Kelompok ,3 90,3 94,8 71,6 41,6 40,6 1,8 2. Kelompok 2 27, ,7 93, ,7 49, Kelompok , ,4 61,1 26,6 52, Kelompok 4 30,3 97,4 98,4 98, ,8 46,1 2,9 5. Kelompok 5 18,3 63, ,5 67,6 58,3 26,6 0,3 Dengan melihat hasil di atas, dapat diketahui dengan jumlah kelompok yang diperoleh pada metode hierarki sebanyak 5 berdasar tingkat kesehatan, yaitu: kelompok dengan tingkat kesehatan sangat tinggi, kelompok dengan tingkat kesehatan tinggi, kelompok dengan tingkat kesehatan sedang, kelompok dengan tingkat kesehatan rendah dan kelompok dengan tingkat kesehatan sangat rendah. Kelompok 5 adalah kelompok dengan tingkat kesehatan sangat tinggi, kelompok 1 merupakan kelompok dengan tingkat kesehatan tinggi, kelompok 2 dengan tingkat kesehatan sedang, kelompok 4 dengan tingkat kesehatan rendah dan kelompok 3 dengan tingkat kesehatan sangat rendah. Kelompok daerah tingkat kesehatan sangat tinggi pada kelompok 5 diperoleh dengan melihat variabel keluhan kesehatan, penggunaan obat, berobat jalan, dan rawat inap paling rendah meski penggunaan ASI dan imunisasi paling kurang. Pada kelompok 1 dengan kesehatan tinggi diketahui dari nilai profil keluhan kesehatan, rawat inap, dan berobat jalan terendah kedua setelah berolat jalan, begitu pula dengan penggunaan ASI dan imunisasi. Kelompok tingkat kesehatan sedang pada kelompok 2 dapat dilihat melalui profil setiap kelompok bahwa nilai pada setiap variabelnya jika diranking berada pada posisi ke-3. Untuk daerah tingkat kesehatan rendah, yaitu pada kelompok 4 dapat diketahui dengan penggunaan ASI dan Imunisasi cukup tinggi namun keluhan kesehatan, berobat jalan, dan rawat ini tergolong cukup tinggi. Sedang pada kelompok dengan tingkat kesehatan sangat rendah, yaitu pada kelompok 5 dapat diketahui melalui nilai profil pada variabel ASI dan imunisasi sangat tinggi sedangkan pada variabel keluhan kesehatan, rawat inap dan berobat jalan paling rendah.
10 9 PENUTUP Kesimpulan Dari hasil pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan analisis kelompok dengan metode hierarki untuk pengelompokan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasar indikator kesehatan dilakukan dengan 5 metode yaitu Single Linkage, Average Linkage, Complete Linkage, Ward s, dan Centroid. Dari kelima metode tersebut diperoleh metode terbaik berdasarkan proses yang telah dilakukan pada BAB IV adalah metode Ward s dengan jumlah kelompok sebanyak 5. Sehingga diperoleh 5 tingkatan kesehatan yaitu: kelompok dengan tingkat kesehatan sangat tinggi pada kelompok 5, kelompok dengan tingkat kesehatan tinggi pada kelompok 1, kelompok dengan tingkat kesehatan sedang pada kelompok 2, kelompok dengan tingkat kesehatan rendah pada kelompok 4 dan kelompok dengan tingkat kesehatan sangat rendah pada kelompok Penentuan kelompok optimum didasarkan pada nilai indeks validitas yang digunakan yaitu indeks RMSSTD. Dengan menggunakan 5 metode pengelompokan hierarki diperoleh nilai indeks RMSSTD pada metode Ward s adalah yang minimum yaitu 13,947 dengan jumlah kelompok sebanyak 5. 5 kelompok tersebut ditunjukkan pada hasil dan pembahasan di atas. Saran Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka saran-saran yang dapat disampaikan kepada peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian tentang pengelompokan hierarki masih dapat dilakukan dengan metode selain 5 metode yang telah dikerjakan pada pembahasan 2. Pemilihan ukuran jarak tidak hanya menggunakan ukutan jarak Euclid dan Mahalanobis, namun bisa menggunakan ukuran jarak yang lain seperti jarak Pearson Correlation, Chebychev, Squared Euclidean Distance, Block, Minkowski, City-Block atau Manhattan, Canberra, dan Czekanowski. 3. Masih banyak indek validitas yang dapat digunakan selain indeks RMSSTD (Root Mean Square Standart Deviation) yaitu Davies&Bouldin Index, Silhouette global coefficient, Index RS (R -squared), Index SD, dan Dunn Index (Yatskiv, 2004) DAFTAR PUSTAKA Abadyo dan Permadi, H Metoda statistika praktis.malang: Universitas Negeri Malang. Anonim. Riset Kesehatan Dasar. Badan Litbang Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Badan dan Pusat Statistik Jawa Timur Survei Sosial Ekonomi Nasional Jawa Timur. Surabaya. Dillon, W.R. and Goldstein, M Multivariate Analysis Second Edition, SHeineman London, Education Book, Ltd
11 10 Dubes R. C. and Jain, A.K., 1988, Algorithms for Clustering Data, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ Durak, Bahadir A Classification Algorithm Using Mahalanobis Distance Clustering of Data with Application on Biomedical Data Set. Thesis. Partial Fulfillment of the Requirements or the Degree of Master of Science, Industrial Engineerin Department, Middle East Technical University. Gujarati, Damodar Ekonometrika Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga Johnson, R.A dan D.W. Winchern Applied Multivariate Statistical Analysis. Fifth Ed., Prentice Hall International Inc. New Jersey. Santoso, S Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Elex Media Komputindo. Jakarta Seber, G.A.F Multivariate Observation. John Wiley & Sons, Inc. NewYork Sharma, Subhas Applied Multivariate Techniques. New York: John Wiley and Sons, Inc. Simamora Bilson Analysis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung. Yatskiv, Irina. dan Gusarova, Lada The Method of Cluster Analysis Result Validation. Proceedings of International Conference RelStat 04 part 1: 75-80
ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,,
1 ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, Universitas Negeri Malang E-mail: desypurwaningyas@ymail.com Abstrak: Dengan
Lebih terperinciUniversitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.
1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo
Lebih terperinciAnalisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari
Lebih terperinciPENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS
PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS 1 Nurul Komariyah (1309 105 013) 2 Muhammad Sjahid Akbar 1,2 Jurusan Statistika FMIPA
Lebih terperinciAnalisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur
Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
Lebih terperinciOleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si
Oleh : Nita Indah Mayasari - 1305 100 024 Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Jawa Timur Angka Rawan Pangan 19,3 % STATUS EKONOMI SOSIAL Rumah Tangga Pedesaan Rumah Tangga Perkotaan Perbedaan pengeluaran
Lebih terperinciAnalisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur
Nama : Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Dimas Okky S. (1307030006) Dosen Pembimbing : Dr.Dra.Ismaini Zain, MSi PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Partisipasi
Lebih terperinciEVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN
EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA
Lebih terperinciANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS)
ANALISIS MULTIVARIAT ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) Oleh : Rizka Fauzia 1311 100 126 Dosen Pengampu: Santi Wulan Purnami S.Si., M.Si. PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN
Lebih terperinciLampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)
Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900
Lebih terperinci*Corresponding Author:
PERBANDINGAN KINERJA METODE COMPLETE LINKAGE DAN AVERAGE LINKAGE DALAM MENENTUKAN HASIL ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Produksi Palawija Provinsi Kalimantan Timur 2014/2015) Silvia Ningsih 1, Sri Wahyuningsih
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciJumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota
Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016
No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami
Lebih terperinciANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK
ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Gangga Anuraga Dosen Program Studi Statistika MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail : ganuraga@gmail.com
Lebih terperinciPemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal
Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Oleh: DELTA ARLINTHA PURBASARI 1311030086 Dosen Pembimbing: Dr. Vita
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada
Lebih terperinciPengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010
SEMINAR TUGAS AKHIR Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010 LOGO Oleh : Luthfi Kurnia Hidayati (1309106007) Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA
ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA IKO PUTRI TYASHENING 1311 030 013 Dosen Pembimbing : Dr Santi Wulan Purnami, MSi PENDAHULUAN PENDAHULUAN RUMUSAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciGrafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciper km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )
LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA
Lebih terperinciP E N U T U P P E N U T U P
P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER
PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017
\ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
Lebih terperinciAnalisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No.1, (013) 337-350 (301-98X Print) 1 Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur Siti Machfudhoh, Nuri Wahyuningsih Jurusan Matematika,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER
PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER Elok Fitriani Rafikasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), IAIN Tulungagung
Lebih terperinciPemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot
SidangTugas Akhir Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot Oleh: Intan Nur Aini (1309 030 064) Dosen Pembimbing: Dr. Sutikno,S.Si, M.Si Surabaya, 11 July 2012
Lebih terperinciPrototype-Based Fuzzy Clustering melalui Algoritma FCM pada Pengklasteran Kabupaten-Kabupaten di Jawa Timur berdasarkan Karakteristik Perempuan
Jurnal Penelitian Sains Volume 18 Nomor 3 September 2016 Prototype-Based Fuzzy Clustering melalui Algoritma FCM pada Pengklasteran Kabupaten-Kabupaten di Jawa Timur berdasarkan Karakteristik Perempuan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012
PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia
Lebih terperinciCLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016
CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 R.A. Norromadani Yuniati 1), Farizi Rachman 2) 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi
Lebih terperinci2. JUMLAH USAHA PERTANIAN
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciPenerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian
SEMINAR TUGAS AKHIR 2011 Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.
16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
Lebih terperinciPemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering
Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering R.A. Norromadani.Y 1, Farizi Rahman 2, M. Basuki Rahmat 3 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR),
Lebih terperinciKata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor
DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan
Lebih terperinciAnalisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016
Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Rana Amani Desenaldo 1 Universitas Padjadjaran 1 rana.desenaldo@gmail.com ABSTRAK Kesejahteraan sosial adalah
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciDANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan
Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN TAHUN 2010
PENGELOMPOKAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN TAHUN 00 Luthfi Kurnia Hidayati Dra. Lucia Aridinanti, MS MahasiswaJurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciPENERAPAN ANALISIS FAKTOR DAN ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PRODUK SUSU BALITA DENGAN GRAFIK KENDALI Z-MR
PENERAPAN ANALISIS FAKTOR DAN ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PRODUK SUSU BALITA DENGAN GRAFIK KENDALI Z-MR Inge Ratih Puspitasari, Hendro Permadi, dan Trianingsih Eni Lestari Universitas
Lebih terperinciPENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE
Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 2 (2016), hal 97 102. PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE Nicolaus, Evy Sulistianingsih,
Lebih terperinciLaporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402
Lebih terperinciPemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel
Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciLABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING
LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Modul II CLUSTERING TUJUA PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mempunyai pengetahuan dan kemampuan dasar dalam
Lebih terperinciJURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.
JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan jenis pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menguji hubungan signifikan dengan cara
Lebih terperinciLATAR BELAKANG. Millennium Development Goals (MDGs) Penyebab utama kematian balita di Indonesia
agenda LATAR BELAKANG Millennium Development Goals (MDGs) Penyebab utama kematian balita di Indonesia Indonesia sendiri pada tahun 2011 tercatat sebagai Negara dengan berdasarkan World Pneumonia Day (WPD)
Lebih terperinciSWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur
SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur R.A. Norromadani Yuniati 1, Farizi Rahman Jurusan Teknik Bangunan Kapal 1, Jurusan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut
Lebih terperinciPEMODELAN DAN PEMETAAN FAKTOR UNMET NEED KB DI JAWA TIMUR SEBAGAI PERENCANAAN MENCEGAH LEDAKAN PENDUDUK DENGAN REGRESI LOGISTIK BINER
PEMODELAN DAN PEMETAAN FAKTOR UNMET NEED KB DI JAWA TIMUR SEBAGAI PERENCANAAN MENCEGAH LEDAKAN PENDUDUK DENGAN REGRESI LOGISTIK BINER Anita Trias Anggraeni 1), Destri Susilaningrum 2) 1)2) Statistika,
Lebih terperinciEVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016
EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut
Lebih terperinciPratiwi, Y; Rahardjo, S dan Susiswo Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang
ANALISIS KELOMPOK DAN ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENGGOLONGKAN TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWATIMUR BERDASARKAN PENDIDIKAN TERAKHIR YANG DITEMPUH Pratiwi, Y; Rahardjo, S dan Susiswo Jurusan Matematika
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:
. Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses
Lebih terperinciPEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR)
PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR) Sisvia Cahya Kurniawati, Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,
EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, 2017 1 INDIKATOR KKP 2 INDIKATOR PROGRAM TAHUN 2017 NO INDIKATOR PROGRAM 2017 SASARAN
Lebih terperinciPemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Print) D-45 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Nur Fajriyah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Efferin, Darmadji dan Tan (2008:47) pendekatan kuantitatif disebut juga pendekatan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciAnalisis Klaster Hierarki Untuk Pengelompokkan Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Berdsarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015
Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017, Hal. 229-239 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Halaman 229 Analisis Klaster Hierarki Untuk Pengelompokkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu analisis peubah ganda, analisis gerombol (cluster analysis),
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu analisis peubah ganda, analisis gerombol (cluster analysis), metode penggerombolan hirarki
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksir Robust Metode mencari himpunan bagian dari himpunan X sejumlah h elemen di mana n p 1 h n di mana determinan matrik kovariansi minimum. Misalkan himpunan bagian
Lebih terperinciAnalisis Profil Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan Pola Pengeluaran antara Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Timur
Analisis Profil Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan Pola Pengeluaran antara Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Timur Nita Indah Mayasari, Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si, Jurusan Statistika FMIPA
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN
E-Jurnal Matematika Vol. (), Mei, pp. - ISSN: - PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN Ni Wayan Aris Aprilia A.P, I Gusti Ayu Made Srinadi, Kartika Sari Jurusan Matematika,
Lebih terperinciDAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I
DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciAnalisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan
511 Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan Titin Agustin Nengsih Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak Analisis pengelompokkan adalah salah satu metode eksplorasi data untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.
BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: M-14 ANALISIS K-MEANS CLUSTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN /KOTA DI JAWABARAT BERDASARKAN INDIKATOR MASYARAKAT
M-14 ANALISIS K-MEANS CLUSTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN /KOTA DI JAWABARAT BERDASARKAN INDIKATOR MASYARAKAT Soemartini 1, dan Enny Supartini 2 1,2) Departemen Statistika FMIPA UNPAD Bandung tine_soemartini@yahoocom,
Lebih terperinciCluster Analysis. Hery Tri Sutanto. Jurusan Matematika MIPA UNESA. Abstrak
S-17 Cluster Analysis Hery Tri Sutanto Jurusan Matematika MIPA UNESA Abstrak Dalam analisis cluster mempelajari hubungan interdependensi antara seluruh set variabel perlu diteliti. Tujuan utama analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,
Lebih terperinciCENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN ILHAM AKHSANU RIDLO
CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN ILHAM AKHSANU RIDLO 1 CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN Serial Paper Manajemen Penulis: Ilham Akhsanu Ridlo PHMovement
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciAnalisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-65 Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel Almira Qattrunnada Qurratu ain dan Vita Ratnasari Jurusan
Lebih terperinciPENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE WARD S
PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE WARD S Chorina Sagita Cahyani Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinci