BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically
|
|
- Veronika Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR), pemetaaan dan aplikasi model pada pemrograman. Melalui pemodelan tersebut didapatkan faktor faktor yang signifikan mempengaruhi nilai ABH dengan adanya pengaruh spasial. 4.1 Hasil Analisis Data dan Pembahasan Gambaran Angka Buta Huruf dan Faktor yang Mempengaruhi di Provinsi Jawa Timur Pola penyebaran ABH di Provinsi Jawa Timur disajikan pada Gambar 4.1. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa di daerah Provinsi Jawa Timur, ABH dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok besar, yaitu kelompok 1 = 0 persen - 5,99 persen kelompok 2 = 6 persen - 11,99 persen kelompok 3 = 12 persen - 17,99 persen kelompok 4 = 18 persen - 23,99 persen kelompok 5 = 24 persen - 29,99 persen Tercatat 8 dari 9 daerah Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur, memiliki ABH yang termasuk dalam kelompok 1, antara lain Kota Batu, Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kota Kediri, Kota Pasuruan, Kota Madiun, Kota Malang dan Kota Blitar. Kota Probolinggo adalah satu-satunya daerah kota yang termasuk dalam ABH kelompok 2 dengan tingkat ABH sebesar 7,08 persen. Hampir seluruh daerah kabupaten yang ada
2 35 di Provinsi Jawa Timur memiliki ABH yang lebih tinggi dari daerah Kota. Hanya ada 2 kabupaten yang memiliki ABH yang termasuk dalam kelompok 1, yaitu Kabupaten Sidoarjo dengan tingkat ABH di angka 2,94 persen dan Kabupaten Gresik dengan tingkat ABH di angka 5,17 persen. Gambar 4.1 Penyebaran Angka Buta Huruf di Provinsi Jawa Timur Daerah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang termasuk dalam kelompok 2 antara lain Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Madiun. Kemudian daerah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang termasuk dalam kelompok 3 antara lain Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Pamekasan.
3 36 Daerah Kabupaten di Pronvinsi Jawa Timur yang termasuk dalam kelompok 4 antara lain Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Bangkalan. Angka buat huruf di kelompok 5 hanya meliputi 1 kabupaten saja, yaitu Kabupaten Sampang dengan tingkat ABH di angka 28,44 persen dan bisa dikatakan bahwa Kabupaten Sampang adalah Kabupaten yang memiliki ABH terbesar di Provinsi Jawa Timur. Wilayah Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Lamongan adalah contoh kabupaten yang saling berdekatan dan memiliki karakteristik ABH yang sama. Dengan demikian, dapat dikatakan bawasannya terdapat kasus faktor lokasi atau Spasial terhadap ABH di lokasi tersebut. Kabupaten tersebut juga memiliki kesamaan dalam hal kepemilikan telepon rumah (x1), kepemilikan telepon selular (x2), kepemilikan komputer (x3), dan penggunaan internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir (x4) seperti yang disajikan pada Gambar 4.2.
4 37 Gambar 4.2 Penyebaran Angka Buta Huruf berdasarkan Faktor a) x1 b) x2 c) x3 d) x4
5 Model Regresi Global Penaksiran Parameter Model Regresi Global Proses penaksiran parameter model regresi global bisa ditampilkan dengan menggunakan syntax sebagai berikut : Dataset <- read.table("c:/users/andiyono/documents/skripsi/z Data/yang dipake/data.txt",header=true, sep="", na.strings="na", dec=".", strip.white=true) LinearModel.1 <- lm(y ~ x1 +x2 +x3 +x4, data=dataset) summary(linearmodel.1) Gambar 4.3 Syntax Penaksiran Parameter Model Regresi Global Hasil pemodelan regresi global disajikan pada Tabel 4.1. Berdasarkan hasil uji signifikansi menggunakan uji F, didapatkan nilai F hitung = 14,97 yang lebih dari F (0,05;4;33) =2,65. Hal ini menunjukkan bahwa ada variabel independen yang sifnifikan berpengaruh. Setelah melakukan uji F, maka dilakukan uji signifikansi secara parsial melalui uji T. Variabel yang signifikan berpengaruh dengan α = 5% adalah persentase rumah tangga yang mempunyai telepon selular. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai t hit = yang lebih besar dari t (0,025;33) yaitu sebesar 2,0345. Sementara itu variabel yang signifikan berpengaruh dengan α = 10% adalah persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hit = yang lebih besar dari t (0,05;33) yaitu sebesar 1,69.
6 39 Tabel 4.1 Penaksiran Parameter Model Regresi Global Prediktor Koefisien t hit P value Konstanta * 1.49e-07 persentase rumah tangga yang mempunyai telepon rumah persentase rumah tangga yang mempunyai telepon selular * persentase rumah tangga yang memiliki komputer persentase rumah tangga yg mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir R 2 = 64,47%, F hit = F (0,05;4;33) =2,65 t (0,025;33) = 2,0345, t (0,05;33) = 1,69 * : signifikan pada α = 5% ** : signifikan pada α = 10% ** Dari koefisien Tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular memiliki nilai koefisien regresi sebesar dan persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah memiliki koefisien regresi sebesar Nilai negatif pada koefisien persentase rumah tangga yang mempunyai telepon selular menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki pola hubungan yang berkebalikan terhadap ABH. Semakin tinggi nilai persentase rumah tangga yang mempunyai telepon selular, maka nilai ABH semakin rendah. Pemodelan global juga menghasilkan nilai R 2 sebesar 64.47% yang artinya faktor-faktor TIK secara global menjelaskan variansi model sebesar 64,47%.
7 Pengujian Asumsi Residual Model Regresi Global Setelah dilakukan pemodelan global, dilakukan uji asumsi residual yang meliputi uji kenormalan data, uji independen data, dan uji identik. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kebaikan model global dan efek spasial yang ada. Uji kenormalan data dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis untuk uji Kolmogorov Smirnov adalah sebagai berikut: H 0 H 1 : Residual berdistribusi normal : Residual tidak berdistribusi normal Proses pengujian Kolmogorov Smirnov dapat dilakukan dengan syntax dan output sebagai berikut : LinearModel.1 <- lm(y ~ x1 +x2 +x3 +x4, data=dataset) res = LinearModel.1$residual ks.test(res, "pnorm", mean(res), sd(res), alternative=c("two.sided")) One-sample Kolmogorov-Smirnov test data: res D = , p-value = alternative hypothesis: two-sided Gambar 4.4 Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov Berdasarkan hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai D = 0,1416 yang lebih besar dari nilai Tabel Kolmogorov-Smirnov yaitu 0,194, maka dapat diambil keputusan bawah H 0 diterima atau residual berdistribusi normal.
8 Setelah dilakukan uji kenormalan residual, dilanjutkan dengan uji autokorelasi antara daerah. Uji korelasi ini disebut juga uji independen dengan menggunakan Durbin- Watson. Hipotesis untuk uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut: H 0 : ρ = 0 tidak ada korelasi residual H 1 : ρ = 0 ada korelasi residual Proses pengujian Durbin-Watson dapat dilakukan dengan syntax dan output sebagai berikut: 41 library(lmtest) LinearModel.1 <- lm(y ~ x1 +x2 +x3 +x4, data=dataset) dwtest(linearmodel.1) Durbin-Watson test data: LinearModel.1 DW = , p-value = alternative hypothesis: true autocorrelation is greater than 0 Gambar 4.5 Hasil Pengujian Durbin-Watson Berdasarkan hasil pengujian Durbin-Watson diatas dengan nilai DW = yang lebih kecil dari nilai Tabel Durbin-Watson yaitu , maka dapat diambil keputusan bawah H 0 ditolak atau ada korelasi antar daerah. Hal terakhir yang perlu diuji adalah uji keidentikan suatu data, apakah residual yang diamati termasuk ke dalam data yang identik atau tidak identik. Uji identik data ini dapat dilakukan dengan uji Glejser. Hipotesis untuk uji Glejser adalah sebagai berikut: H 0 H 1 : data berdistribusi identik : data tidak berdistribusi identik berikut: Proses pengujian Glejser dapat dilakukan dengan syntax dan output sebagai
9 42 LinearModel.1 <- lm(y ~ x1 +x2 +x3 +x4, data=dataset) res = abs(linearmodel.1$residuals) Glejer <- lm(res ~ x1 +x2 + x3+ x4, data=dataset) summary(glejer) Call: lm(formula = res ~ x1 + x2 + x3 + x4, data = Dataset) Residuals: Min 1Q Median 3Q Max Coefficients: Estimate Std. Error t value Pr(> t ) (Intercept) x x x x Residual standard error: 2.89 on 33 degrees of freedom Multiple R-squared: , Adjusted R-squared: F-statistic: on 4 and 33 DF, p-value: Gambar 4.6 Hasil Pengujian Glejser Berdasarkan hasil pengujian Glejser di atas dengan nilai F-statistik = yang lebih kecil dari nilai tabel F (0,05;4;33) yaitu 2,6588 maka dapat diambil keputusan bawah H 0 diterima yang artinya data residual telah identik. Asumsi residual yang terpenuhi melalui regresi global adalah asumsi identik dan berdistribusi normal. Sementara itu asumsi residual yang tidak terpenuhi melalui regresi global adalah asumsi independen. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh spasial pada ABH di Provinsi Jawa Timur dengan indikator TIK. Asumsi independen yang tidak terpenuhi menunjukkan bahwa antar pengamatan atau lokasi saling berhubungan.
10 Model Geographically Weighted Regression (GWR) Langkah-langkah dalam pemodelan GWR adalah menentukan bandwidth optimum, pembobot dan penaksiran parameter GWR. Dari model GWR ini akan didapatkan faktor faktor TIK yang berpengaruh secara lokal terhadap ABH Penentuan Bandwidth Optimum berikut : Proses penentuan bandwidth optimum dapat dilakukan dengan syntax sebagai library(spgwr) col.bw <- gwr.sel (y ~ x1 + x2 + x3 + x4, coords=cbind(dataset$longitude,dataset$latitude), data=dataset, adapt=true, gweight=gwr.bisquare) gwr1 <- gwr (y ~ x1 + x2 + x3 + x4, data=dataset, adapt=col.bw, coords=cbind(dataset$longitude,dataset$latitude), hatmatrix=true, gweight = gwr.bisquare) gwr1$bandwidth Gambar 4.7 Syntax Penentuan Bandwidth Optimum Hasil dari syntax di atas adalah nilai bandwidth tiap daerah yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Fungsi dari bandwidth adalah untuk menentukan bobot dari suatu lokasi terhadap lokasi lain yang digunakan sebagai pusat. Sebagai contoh Kabupaten Sampang yang memiliki ABH tertinggi memiliki nilai bandwidth 1,2903. Hal ini menunjukkan daerah sekitar Kabupaten Sampang dalam radius 1,2903 o akan dianggap memiliki pengaruh lokasi dari Kabupaten Sampang. Semakin dekat wilayah dengan daerah pusat, akan semakin besar pula pengaruh yang diberikan.
11 Tabel 4.2 Tabel Bandwidth Optimum Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Kabupaten Pacitan 1,6652 Kabupaten Magetan 1,3564 Kabupaten Ponorogo 1,2924 Kabupaten Ngawi 1,3793 Kabupaten Trenggalek 1,2714 Kabupaten Bojonegoro 1,0742 Kabupaten Tulungagung 1,0623 Kabupaten Tuban 1,2279 Kabupaten Blitar 0,9487 Kabupaten Lamongan 0,9993 Kabupaten Kediri 0,7976 Kabupaten Gresik 1,0160 Kabupaten Malang 1,0373 Kabupaten Bangkalan 1,1414 Kabupaten Lumajang 1,1595 Kabupaten Sampang 1,2903 Kabupaten Jember 1,6614 Kabupaten Pamekasan 1,4725 Kabupaten Banyuwangi 2,1924 Kabupaten Sumenep 1,7078 Kabupaten Bondowoso 1,8381 Kota Kediri 0,8640 Kabupaten Situbondo 1,8739 Kota Blitar 0,9339 Kabupaten Probolinggo 1,2417 Kota Malang 1,0179 Kabupaten Pasuruan 0,9475 Kota Probolinggo 1,1521 Kabupaten Sidoarjo 0,9091 Kota Pasuruan 0,9640 Kabupaten Mojokerto 0,8811 Kota Mojokerto 0,8814 Kabupaten Jombang 0,8420 Kota Madiun 1,1838 Kabupaten Nganjuk 0,8431 Kota Surabaya 0,9481 Kabupaten Madiun 1,0653 Kota Batu 0, Penentuan Pembobot Setelah mendapatkan nilai bandwidth seperti pada Tabel 4.2 di atas, langkah selanjutnya adalah mencari nilai pembobot untuk daerah sekitarnya. Mengikuti contoh sebelumnya dengan pusat di kabupaten Sampang, maka daerah yang berada dalam radius bandwidth 1,2903 o akan diberi bobot yang mengikuti fungsi kernel Bi-square dan daerah di luar radius akan dianggap berpengaruh sangat kecil dan akan diberi bobot nol. Persamaan untuk mendapatkan pembobot di Kabupaten Sampang adalah 2 [1 (dij/1,2903) ] w j(u i, vi ) = 0, jika d, jika d ij ij < 1,2903 1,2903
12 45 Tabel 4.3. Hasil perhitungan bobot untuk kabupaten Sampang sebagai pusat tersaji dalam Tabel 4.3 Pembobot Kabupaten Sampang Kabupaten / Kabupaten / d ij W i Kota Kota d ij W i Kab. Pacitan 2, Kab. Magetan 1, Kab. Ponorogo 1, Kab. Ngawi 1, Kab. Trenggalek 1, Kab. Bojonegoro 1, Kab. Tulungagung 1, Kab. Tuban 1, Kab. Blitar 1, Kab. Lamongan 0, , Kab. Kediri 1, Kab. Gresik 0, , Kab. Malang 1, , Kab. Bangkalan 0, , Kab. Lumajang 1, , Kab. Sampang 0 1 Kab. Jember 1, , Kab. Pamekasan 0, , Kab. Banyuwangi 1, Kab. Sumenep 0, , Kab. Bondowoso 1, , Kota Kediri 1, Kab. Situbondo 1, , Kota Blitar 1, Kab. Probolinggo 0, , Kota Malang 1, , Kab. Pasuruan 0, , Kota Probolinggo 0, , Kab. Sidoarjo 0, , Kota Pasuruan 0, , Kab. Mojokerto 1, , Kota Mojokerto 0, , Kab. Jombang 1, , Kota Madiun 1, Kab. Nganjuk 1, Kota Surabaya 0, , Kab. Madiun 1, Kota Batu 1, , Penaksiran Parameter GWR Hasil panaksiran parameter GWR dapat dilihat pada Tabel 4.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ABH di tiap kabupaten adalah dapat berbeda beda. Sebagai contoh Kabupaten Sampang, faktor yang mempengaruhi nilai ABH adalah persentase rumah tangga yang memiliki komputer dan persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir. Contoh lainnya adalah Kabupaten
13 46 Sidoarjo dimana faktor yang mempengaruhi nilai ABH adalah persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah. Model yang terbentuk untuk Kabupaten Sampang adalah y sampang = 21,076 0,315x1 + 0,094x2 0,575x3 1,024 x4 Variabel yang signifikan berpengaruh dengan α = 10% adalah persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai t hit = 2,05 yang lebih besar dari t (0,05;24,505) yaitu sebesar 1,7108. Selanjutnya variabel lain yang juga signifikan berpengaruh dengan α = 10% adalah persentase rumah tangga memiliki komputer. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hit = 1.79 yang lebih besar dari t (0,05;24,505) yaitu sebesar 1,7108. Nilai t hitung setiap variabel di semua kabupaten/kota dapat dilihat di Lampiran 6. Pada Tabel 4.4 terlihat juga nilai R 2 yang menunjukkan seberapa besar varian yang mampu dijelaskan oleh faktor-faktor independen terhadap nilai ABH. Pada penaksiran parameter GWR, semua kabupaten/kota memiliki nilai R 2 antara 73.05% dan 92.75%.
14 47 Tabel 4.4 Penaksiran Parameter GWR Kabupaten/Kota Konstanta b1 b2 b3 b4 R 2 Kab. Pacitan 33,163 0,143-0,435* -0,074 0,221 73,05 % Kab. Ponorogo 34,046 0,153-0,449* -0,069 0,167 76,78 % Kab. Trenggalek 34,427 0,159-0,471* -0,046 0,309 74,24 % Kab. Tulungagung 33,892 0,157-0,465* -0,022 0,245 78,28 % Kab. Blitar 33,377 0,150-0,454* -0,001 0,157 82,46 % Kab. Kediri 26,384 0,179-0,264-0,323-0,266 92,75 % Kab. Malang 32,677 0,178-0,428* -0,029-0,007 85,65 % Kab. Lumajang 36,954 0,547-0,489* -0,454 0,200 90,56 % Kab. Jember 33,757 0,151-0,337* -0,290-0,124 90,58 % Kab. Banyuwangi 32,581 0,134-0,288* -0,308-0,413 89,65 % Kab. Bondowoso 31,125 0,000-0,225* -0,285-0,540 88,99 % Kab. Situbondo 30,400-0,039-0,191** -0,312-0,631 88,18 % Kab. Probolinggo 31,792-0,103-0,271* -0,148-0,134 89,91 % Kab. Pasuruan 28,512 0,189-0,296* -0,170-0,411 84,70 % Kab. Sidoarjo 19,719 0,094-0,073-0,349-0,852** 83,11 % Kab. Mojokerto 23,183 0,241-0,187-0,370-0,626 85,85 % Kab. Jombang 26,017 0,152-0,287** -0,111-0,333 84,26 % Kab. Nganjuk 30,875 0,175-0,367* -0,193-0,109 90,60 % Kab. Madiun 32,795 0,165-0,402* -0,164-0,031 83,13 % Kab. Magetan 31,963 0,152-0,389* -0,164 0,014 78,54 % Kab. Ngawi 30,292 0,155-0,341* -0,249-0,110 80,60 % Kab.Bojonegoro 27,063 0,170-0,254-0,388-0,311 88,52 % Kab. Tuban 23,632 0,173-0,165-0,497-0,496 88,33 % Kab. Lamongan 19,958 0,269-0,080-0,590* -0,845** 86,71 % Kab. Gresik 16,547 0,163 0,043-0,676* -1,129* 86,27 % Kab. Bangkalan 18,412-0,058 0,131-0,816* -1,311* 87,09 % Kab. Sampang 21,076-0,315 0,094-0,575** -1,024** 86,79 % Kab. Pamekasan 25,058-0,315 0,005-0,460-0,847 86,59 % Kab. Sumenep 26,115-0,302-0,008-0,504-0,759 84,20 % Kota Kediri 33,146 0,154-0,440* -0,013 0,019 88,08 % Kota Blitar 31,378 0,123-0,418** 0,017 0,090 83,01 % Kota Malang 30,873 0,181-0,393* -0,039-0,104 83,51 % Kota Probolinggo 30,213-0,200-0,232* -0,073-0,259 89,21 % Kota Pasuruan 27,079 0,037-0,216** -0,168-0,573 86,19 % Kota Mojokerto 19,657 0,168-0,126-0,307-0,658 80,16 % Kota Madiun 32,306 0,159-0,393* -0,169-0,018 80,99 % Kota Surabaya 17,599 0,068 0,043-0,599** -1,124* 85,71 % Kota Batu 24,564 0,170-0,255-0,153-0,416 81,77 % Keterangan : * : α = 5%, t (α/2; 24,505) = 2,0638 ** : α = 10%, t (α/2; 24,505) = 1,7108
15 Pemetaan Angka Buta Huruf di Provinsi Jawa Timur Gambar 4.8 Gambar 4.11 menggambarkan pemetaan signifikansi indikator TIK terhadap ABH di Provinsi Jawa Timur. Signifikansi tersebut dihitung dari nilai p value. Gambar 4.8 menunjukkan nilai p value persentase dari kepemilikan telepon rumah di Pronvinsi Jawa Timur. Seperti yang sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya, bahwa persentase kepemilikan telepon rumah tidak signifikan berpengaruh terhadap ABH pada α 5% atau 10%. Hal ini terbukti dari hasil pemetaan yang menunjukkan tidak ada satupun daerah yang memiliki P value di bawah Namun variabel ini masih signifikan berpengaruh di α < 31% terhadap 3 Kabupaten di Pulau Madura (Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Sumenep) dan Lumajang beserta Lamongan. Gambar 4.8 Pemetaan berdasarkan Persentase Kepemilikan Telepon Rumah
16 49 Gambar 4.9 menunjukkan Nilai p value : dari persentase kepemilikan telepon selular yang ada di Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur bagian selatan memiliki nilai p value hingga 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor kepemilikan telepon selular sangat signifikan terhadap ABH di lokasi tersebut. Sementara itu lokasi yang berada di bagian utara memiliki nilai p value di atas 0,1 yang artinya tingkat ABH pada daerah tersebut tidak terpengaruh pada α 0,1. Gambar 4.9 Pemetaan berdasarkan Persentase Kepemilikan Telepon Selular Gambar 4.10 menunjukkan nilai p value dari persentase komputer yang ada di Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur bagian utara memiliki nilai p value hingga 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor kepemilikan komputer sangat signifikan terhadap ABH di lokasi tersebut. Sementara itu lokasi yang berada di bagian selatan
17 memiliki nilai p value di atas 0,1 yang artinya tingkat ABH pada daerah tersebut tidak terpengaruh pada α 0,1. 50 Gambar 4.10 Pemetaan berdasarkan Persentase Kepemilikan Komputer Gambar 4.11 menunjukkan nilai p value dari persentase penggunaan internet di sekolah. Provinsi Jawa Timur bagian utara memiliki nilai p value hingga 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor penggunaan internet di sekolah sangat signifikan terhadap ABH di lokasi tersebut. Sementara itu lokasi yang berada di bagian selatan memiliki nilai p value di atas 0,1 yang artinya tingkat ABH pada daerah tersebut tidak terpengaruh pada α 0,1.
18 Gambar 4.11 Pemetaan berdasarkan Persentase Penggunaan Internet di Sekolah 51
19 Usulan / Kondisi Yang Mendukung Hipotesis Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa Provinsi Jawa Timur memiliki karakteristik ABH yang hampir sama pada lokasi yang berdekatan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan faktor faktor TIK yang mempengaruhi ABH dilakukan pemodelan spasial GWR. Hipotesis untuk mendapatkan faktor faktor TIK yang mempengaruhi ABH adalah sebagai berikut: Hipotesis pertama: H 0 = Tidak ada pengaruh persentase rumah tangga yang memiliki telepon rumah terhadap ABH. H 1 = Ada pengaruh persentase rumah tangga yang memiliki telepon rumah terhadap ABH. Berdasarkan hasil uji signifikansi dengan α = 5% maupun α = 10%, dapat disimpulkan bahwa H 0 gagal ditolak, artinya tidak ada pengaruh persentase rumah tangga yang memiliki telepon rumah terhadap ABH di daerah manapun. Hipotesis kedua : H 0 = Tidak ada pengaruh persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular terhadap ABH H 1 = Ada pengaruh persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular terhadap ABH Berdasarkan hasil uji signifikansi dengan α = 5%, dapat disimpulkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular berpengaruh terhadap ABH di Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Situbondo, Jombang, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Probolinggo, Pasuruan, Nganjuk,
20 53 Madiun, Magetan, Ngawi, Kota Kediri, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Blitar, Kota Pasuruan dan Kota Madiun. Sementara itu untuk uji signifikansi dengan α = 10%, dapat disimpulkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular berpengaruh terhadap ABH di Kabupaten Situbondo, Kabupaten Jombang, Kota Blitar, dan Kota Pasuruan. Hipotesis ketiga : H 0 = Tidak ada pengaruh persentase rumah tangga yang memiliki komputer terhadap ABH H 1 = Ada pengaruh persentase rumah tangga yang memiliki komputer terhadap ABH Berdasarkan hasil uji signifikansi dengan α = 5%, dapat disimpulkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki komputer berpengaruh terhadap ABH di Kabupaten Lamongan, Gresik, Bangkalan, dan Kota Surabaya. Sementara itu untuk uji signifikansi dengan α = 10%, dapat disimpulkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki komputer berpengaruh terhadap ABH di Kabupaten Sampang dan Kota Surabaya. Hipotesis keempat : H 0 = Tidak ada pengaruh persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah terhadap ABH H 1 = Ada pengaruh persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah terhadap ABH Berdasarkan hasil uji signifikansi dengan α = 5%, dapat disimpulkan bahwa persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah berpengaruh terhadap ABH di Kabupaten Gresik, Bangkalan dan Kota Surabaya. Sementara itu untuk uji signifikansi dengan α = 10%, dapat disimpulkan bahwa persentase rumah tangga yang
21 54 mengakses internet di sekolah berpengaruh terhadap ABH di Kabupaten Sidoarjo, Lamongan, dan Sampang. Signifikansi indikator TIK juga dapat dilihat pada hasil pemetaan di Gambar 4.8 Gambar ABH di lokasi yang berdekatan dipengaruhi oleh variabel yang sama. Hal ini juga menunjukkan karakteristik ABH di daerah yang berdekatan adalah sama. Berdasarkan hasil analisis signifikansi, maka ada beberapa usulan yang bisa disampaikan. Usulan yang pertama adalah untuk menurunkan tingkat ABH di Provinsi Jawa Timur melalui indikator TIK dapat difokuskan pada persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular, komputer, dan mengakses internet di sekolah. Usulan yang kedua adalah karena setiap kabupaten/kota memiliki faktor yang berbeda terhadap ABH, maka kebijakan yang diberikan hendaknya sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya. Usulan yang ketiga adalah untuk setiap kabupaten/kota yang berdekatan dapat diberikan kebijakan yang saling mendukung dan berkesinambungan antar lokasi. 4.3 Hasil Perancangan Layar Hasil perancangan layar disajikan dalam Gambar 4.12 Gambar Gambar 4.12 adalah gambar awal program dijalankan. Fungsi tombol browse adalah untuk memilih file yang akan digunakan untuk proses perhitungan dan memodelkannya.
22 55 Gambar 4.12 Layar tampilan awal Setelah memilih file, maka tombol View Dataset akan menjadi aktif. Gambar 4.13 adalah gambar dimana tombol View Dataset setelah diklik. Fungsi tombol View Dataset adalah melihat isi dari file yang telah dipilih pada tampilan awal. Ketika tombol View Dataset diklik, tombol Model Regresi Global akan menjadi aktif. Gambar 4.13 Layar Tampilan View Dataset
23 56 Gambar 4.14 memperlihatkan layar tampilan model regresi global. Pada sisi kiri terlihat hasil model regresi global dan sisi sebelah kanan adalah dataset yang digunakan. Setelah model regresi global dipilih, maka tombol penaksiran parameter GWR akan aktif. Gambar 4.14 Layar Tampilan Model Regresi Global Layar tampilan penaksiran parameter GWR disajikan pada Gambar Pada tampilan ini disajikan hasil penaksiran parameter GWR beserta nilai t hit dan nilai p value.
24 57 Gambar 4.15 Layar Tampilan Penaksiran Parameter GWR Tahap terakhir dari aplikasi program adalah tahap pemetaan. Layar tampilan pemetaan disajikan dalam Gambar Pemetaan digambar berdasarkan nilai p value yang diperoleh pada tahap penaskiran parameter GWR. Gambar 4.16 Layar Tampilan Pemetaan
BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan
Lebih terperinciANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER
ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER Andiyono Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat, Indonesia, 11480,
Lebih terperinciLampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)
Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900
Lebih terperinciDANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan
Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciEVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN
EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA
Lebih terperinciJumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota
Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017
\ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan
Lebih terperinciLampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN
L1 Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN L2 Lampiran 2. Tabel Kolmogrov-Smirnov One-Sided Test One-Sided Test n P=0.9 0.95 0.975 0.99 0.995 P=0.9 0.95 0.975 0.99 0.995 n Two Sided test Two Sided test
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.
BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama
Lebih terperinciPemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel
Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II
Lebih terperinciP E N U T U P P E N U T U P
P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi
Lebih terperinciGrafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012
PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciJURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.
JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016
No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Lebih terperinci2. JUMLAH USAHA PERTANIAN
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciLaporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.
16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut
Lebih terperinciEVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016
EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi
Lebih terperinciper km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )
LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Efferin, Darmadji dan Tan (2008:47) pendekatan kuantitatif disebut juga pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor
Lebih terperinci1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun
1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan jenis pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menguji hubungan signifikan dengan cara
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciPEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR)
PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR) Sisvia Cahya Kurniawati, Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciPemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal
Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Oleh: DELTA ARLINTHA PURBASARI 1311030086 Dosen Pembimbing: Dr. Vita
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik
6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak
Lebih terperinciPemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Print) D-45 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Nur Fajriyah
Lebih terperinciPeramalan Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor dan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Data Panel
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (14) 337-35 (31-98X Print) D-33 Peramalan Jumlah epemilikan Sepeda Motor dan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Data Panel Hilda Rosdiana
Lebih terperinciTABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN
TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012 PADA MASING-MASING DAS (BRANTAS, SOLO DAN SAMPEAN) No Kabupaten Luas Wilayah Lahan Kritis Luar Kawasan Hutan (Ha) Ket. (Ha)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua
Lebih terperinciAnalisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari
Lebih terperinciPEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2
PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL Bertoto Eka Firmansyah dan Sutikno Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya Dosen Pembimbing, Jurusan Statistika,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI
6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang
Lebih terperinciPemodelan dan Pemetaan Pendidikan di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Geographically Weighted Regression
Pemodelan dan Pemetaan Pendidikan di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Geographically Weighted Regression Danniar Ardhanacitri dan Dr Vita Ratnasari, SSi, MSi Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut
Lebih terperinciLUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN 2010. Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn)
Hal : 35 KAB. GRESIK 1 Tebu 0 1,680 0 1,680 8,625 5,134 2 Kelapa 468 2,834 47 3,349 3,762 1,327 3 Kopi Robusta 12 231 32 275 173 749 4 Jambu mete 33 101 32 166 75 744 5 Kapok Randu 11 168 2 181 92 548
Lebih terperinciPemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need KB di Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. No. (06 7-0 (0-98X Print D-6 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need KB di Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Anita Trias Anggraeni
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pulau Jawa Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota di antaranya dari Kab Pacitan, Kab Ponorogo, Kab Trenggalek,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciAnalisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-65 Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel Almira Qattrunnada Qurratu ain dan Vita Ratnasari Jurusan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012, maka diperoleh kesimpulan yang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciVISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH
Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah
Lebih terperinciKAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH
KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
Lebih terperinciPEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION)
PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION) Pembimbing : Ir. Sri Pingit Wulandari, MSi Liska Septiana
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
Lebih terperinciGambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :
BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR: 21/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG
KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR: 21/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG PENETAPAN JADWAL WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,
EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, 2017 1 INDIKATOR KKP 2 INDIKATOR PROGRAM TAHUN 2017 NO INDIKATOR PROGRAM 2017 SASARAN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 No. 35/05/35/Th. XV, 24 Mei 2017 BRTA RSM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS JAWA TMUR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut
Lebih terperinciINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 Seminar Hasil Tugas Akhir 1 PEMODELAN DAN PEMETAAN RATA-RATA USIA KAWIN PERTAMA WANITA DENGAN PENDEKATAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL DI PROVINSI JAWA TIMUR
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Lebih terperinciKABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek
NO BAKORWIL MADIUN ALAMAT DINAS PMD KABUPATEN/ SE JAWA TIMUR 1 MADIUN - - 2 MADIUN Dinas PMD Kab. Madiun Jl. Mayjen Soengkono No. 42 Madiun Telp. (0351) 462270, 463577 3 MAGETAN Dinas PMD Kab. Magetan
Lebih terperinciAnalisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur
Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Semiparametrik Spline
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Semiparametrik Spline Oleh : A. Anggita Tauwakal Retno (303008) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Drs.
Lebih terperinciPENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISITRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA TIMUR
PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISITRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA TIMUR Satria Yuda Anggriawan PT. Mega Finance Dr. ArisSoelistyo, M.Si Dra. DwiSusilowati, M. M. Fakultas Ekonomi dan
Lebih terperinciPemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot
SidangTugas Akhir Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot Oleh: Intan Nur Aini (1309 030 064) Dosen Pembimbing: Dr. Sutikno,S.Si, M.Si Surabaya, 11 July 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya
Lebih terperinciSTATISTIK UJI PARSIAL PADA MODEL MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (STUDI KASUS JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN 2012)
SAISIK UJI PARSIAL PADA MODEL MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHED REGRESSION (SUDI KASUS JUMLAH KEMAIAN BAYI DI JAWA IMUR AHUN 2012 Mahmuda 1, Sri Harini 2 1 Mahasiswa Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan eknologi,
Lebih terperinciOleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si
Oleh : Nita Indah Mayasari - 1305 100 024 Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Jawa Timur Angka Rawan Pangan 19,3 % STATUS EKONOMI SOSIAL Rumah Tangga Pedesaan Rumah Tangga Perkotaan Perbedaan pengeluaran
Lebih terperinciMuhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS
Muhammad Aqik Ardiansyah Fatah Nurdin 1310 Hamsyah 030 076 1310 030 033 08 Januari 2014 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciNomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.
BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH I. UMUM Bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
Lebih terperinciGUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH PENGAIRAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAERAH PROPINSI
Lebih terperinciPERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG
PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : 027/1388/114.5/2013 TANGGAL : 1 April 2013 ALAMAT : JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 171 SURABAYA NO NAMA PAKET 1 059114
Lebih terperinci