Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010"

Transkripsi

1 SEMINAR TUGAS AKHIR Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010 LOGO Oleh : Luthfi Kurnia Hidayati ( ) Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti, MS JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

2 SISTEMATIKA TUGAS AKHIR 1 PENDAHULUAN 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 METODOLOGI PENELITIAN 4 PEMBAHASAN 5 KESIMPULAN DAN SARAN 2

3 1 PENDAHULUAN 3

4 1 Latar Belakang PERCERAIAN Putusnya Hubungan Suami Istri Tidak Tercapainya Tujuan Pernikahan Retaknya Hubungan Sikap Egoisnya masing- masing individu Perceraian dapat dilakukan apabila dengan alasan yang kuat. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

5 1 Latar Belakang jumlah perkara perceraian Menurut data dari Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, dari tahun ke tahun perceraian mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat, dari tahun 2007 sampai Menurut penelitian RR arief Surya febriani (1999),berdasarkan faktor penyebab perceraian di wilayah 36 Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 1996 dan tahun 1997 dibagi menjadi 3 kelompok. Faktor pembeda dari masing pengelompokkan adalah pada tahun 1996 terdapat 4 variabel pembeda, sedangkan pada tahun 1997 terdapat 6 variabel pembeda. 5

6 1 Latar Belakang Usaha pihak Pengadilan Tinggi Agama untuk mengantisipasi terjadinya perceraian tersebut adalah dengan mengadakan suatu penyuluhan, berupa penyuluhan hukum. Memperkenalkan UU Perkawinan dan UU Peradilan agama, guna memberikan informasi hukum agar dapat diketahui, dipahami, dihayati dan selanjutnya dapat diwujudkan dalam pola berfikir dan bertingkah laku masyarakat. Hal ini bisa memberikan solusi dari masalah perkawinan dan menyempitkan kasus perceraian yang terjadi melalui program mediasi. 6

7 1 Latar Belakang Untuk membantu mewujudkan program dari Pengadilan Tinggi Agama tersebut, maka perlu suatu informasi tentang keadaan penyebab-penyebab perceraian dari masyarakat Jawa Timur yang melakukan perceraian. Penelitian ini akan mengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan faktor-faktor penyebab perceraian dengan analisis multivariate meliputi Analisis Cluster, dan Analisis Diskriminan. 7

8 1 Perumusan Masalah dan Tujuan Perumusan Masalah 1 Bagaimana hasil 2 pengelompokkan Bagaimana perbandingan hasil Kabupaten/Kota di Provinsi pengelompokkan Kabupaten/Kota di Jawa Timur berdasarkan Provinsi Jawa Timur berdasarkan penyebab perceraian pada penyebab perceraian pada tahun 1996 dan tahun 2010? 1997 dengan tahun 2010? Tujuan Mengetahui perbandingan hasil 1 Mengetahui hasil 2 pengelompokkan Kabupaten/Kota di pengelompokkan Provinsi Jawa Timur berdasarkan penyebab Kabupaten/Kota di Provinsi perceraian pada tahun 1996 dan 1997 Jawa Timur berdasarkan dengan hasil pengelompokkan penyebab perceraian pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun berdasarkan penyebab perceraian pada tahun

9 1 Manfaat dan Batasan Masalah Manfaat 1. Sebagai informasi bagi pihak pengadilan agama dalam menangani kasus perceraian di Jawa Timur sehingga dapat disusun program yang sesuai untuk masing-masing Kabupaten/Kota guna mengurangi tingkat perceraian di Jawa Timur. 2. Untuk mengetahui kelompok-kelompok Kabupaten/Kota di Jawa Timur berdasarkan penyebab-penyebab Perceraian. Batasan Masalah Faktor-Faktor penyebab perceraian yang digunakan yaitu 8 variabel dan mencakup 38 Kabupaten / Kota di Jawa timur. Data di dapat dari Kantor Pengadilan Tinggi Agama Jawa Timur. 9

10 2 TINJAUAN PUSTAKA 10

11 2 Tinjauan Statistik 1. Analisis Kelompok Analisis kelompok (Cluster analiysis) merupakan sebuah metode analisis untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan menjadi beberapa kelompok sehingga akan diperoleh kelompok dimana objek-objek dalam satu kelompok mempunyai banyak persamaan sedangkan dengan anggota kelompok yang lain mempunyai banyak perbedaan (Johnson dan Wichern, 2002). Prosedur pengelompokan pada dasarnya ada dua, yaitu pengelompokan dengan prosedur hierarki dan tak berhierarki. Pada penelitian ini metode yang dipakai adalah prosedur hierarki karena jumlah kelompok yang akan dibentuk belum ditentukan. Tabel 2.1 Macam-macam jarak yang digunakan. Nomor Jarak Formula Beberapa macam jarak yang biasa dipakai di dalam analisis kelompok: 1 Euclidean 2 Manhattan 3 Pearson d d d ij ij ij p 2 xik x jk k 1 p k 1 p k 1 x x ik ik x var x x jk k jk 2 11

12 2 Tinjauan Statistik Pautan Tunggal (Single Linkage) Rumus yang digunakan untuk menentukan jarak antara kelompok (i,j) dengan k adalah: d min( d, d ( i, j) k ik jk ) Metode yang digunakan untuk perhitungan jarak antar cluster dengan obyek atau dengan cluster lain didalam kelompok Pautan Lengkap ( Complete Linkage) Rumus menentukan jarak antara kelompok (i,j) dengan k: Pautan rata-rata (Average Linkage) Rumus menentukan jarak antara kelompok (i,j) dengan k: d max( d, d ( i, j) k ik jk d average( d, d ( i, j) k ik jk ) ) Metode Ward Rumus yang digunakan untuk menentukan jarak pada metode ward adalah : d XY SSE XY SSE X SSE(Y) 12

13 2 Tinjauan Statistik Sebelum menganalisis Diskriminan akan dilakukan uji vektor rata-rata dan pengujian asumsi dari analisis diskriminan yaitu : 1. Uji Kenormalan Data 2. Uji Kehomogenan matrik varian kovarian Apabila asumsi kehomogenan matrik varian kovarian belum terpenuhi, maka yang perlu dilakukan adalah mengubah data yang tidak homogen menjadi homogen dengan melakukan transformasi data. Salah satu transformasi data yang sering digunakan untuk tujuan ini adalah Transformasi Box-Cox. Transformasi Box-Cox diberlakukan kepada variabel respon, Y, yang harus bertanda positif, dinyatakan dalam transformasi kuasa dengan persamaan berikut : Y ( x 1) ln( x) untuk untuk 0 0 Setelah semua asumsi terpenuhi maka dapat dilanjutkan untuk Analisis Diskriminan 13

14 2 Tinjauan Statistik 2. Analisis Diskriminan Analisis Diskriminan merupakan salah satu metode analisis multivariat yang digunakan untuk mengetahui variabel-variabel ciri yang membedakan tiap-tiap kelompok yang terbentuk dan bertujuan untuk mengklasifikasikan beberapa kelompok data yang sudah terkelompokkan dengan cara membentuk kombinasi linear fungsi diskriminan, sedemikian hingga setiap objek menjadi anggota dari salah satu kelompok, selain itu juga menjelaskan hubungan dependensi antara variabel respon dan variabel penjelas. Fungsi diskriminan merupakan suatu kombinasi linier dari p variabel dengan memaksimumkan jarak antara duagrup atau kelompok vektor rata-rata. Persamaannya adalah Z a1 y1 a2 y2... a p y p a ' y Z a ' y Setelah di peroleh fungsi diskriminan maka dapat dihitung skor faktor diskriminan untuk tiap observasi dengan memasukkan nilai-nilai variabelnya. 14

15 2 Tinjauan Non Statistik 1. Pengertian Perkawinan Menurut Agama Islam : Menurut Undang-Undang Perkawinan Pasal 1 Nomor 1 tahun 1974 : Perkawinan disebut nikah, yang berarti melakukan suatu akad nikah atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya, dengan dasar sukarela dan persetujuan bersama demi terwujudnya keluarga (rumah tangga) bahagia yang di ridhai oleh Allah SWT (Soemiyati,1986). Perkawinan adalah Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari kedua pengertian perkawinan diatas, untuk perkawinan menurut Agama Islam atau perkawinan yang disah kan hanya menurut hukum Agama Islam tanpa dilakukan pencatatan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah sehingga tidak bisa dibuktikan dengan akta nikah. Perkawinan ini tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak memenuhi pasal 2 ayat (2) Undang-Undang nomor 1 tahun Sehingga apabila terdapat perselisihan antara suami istri, bagi pihak perempuan (istri) tidak mendapatkan perlindungan dari Hukum (Negara). Proposal Tugas Akhir - Surabaya, 26 Oktober

16 2 Tinjauan Non Statistik 2. Pengertian Perceraian dan Penyebab Perceraian Menurut Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah tentang perkawinan, tidak terdapat pengertian tentang perceraian, hanya mengatur tentang putusnya perkawinan serta akibatnya. Penjelasan umum dari Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 menyebutkan, karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang kekal dan sejahtera, maka Undang- Undang ini menganut prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian. Mengenai putusnya perkawinan serta akibatnya, diatur dalam Pasal 38 sampai 41 Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 yang disebutkan beberapa hal, yaitu: a. Karena Kematian b. Karena Perceraian c. Atas Putusan Pengadilan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perceraian adalah Putusnya hubungan ikatan suami istri karena sebab-sebab tertentu yang tidak memungkinkan lagi bagi suami istri untuk meneruskan hidup rumah tangga. Walaupun perceraian itu sah menurut agama dan diatur dalam undang-undang akan tetapi perceraian itu perlu dihindari. Banyaknya kasus perceraian yang melanda pasangan suami istri saat ini merupakan suatu pelajaran bagi kita untuk lebih seleksi dan instropeksi diri dalam memilih pasangan dalam membentuk dan menjalin rumah tangga yang bahagia. 16

17 3 METODOLOGI PENELITIAN 17

18 3 Sumber Data dan Variabel Penelitian Sumber Data Data Sekunder : Laporan perkara yang diputus pada Pengadilan Agama Se Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Surabaya dan Penyebab- Penyebab Perceraian pada Kasus Cerai Gugat dan Cerai Talak pada tahun 2010 yang dipublikasikan oleh Pengadilan Tinggi Agama Surabaya. Wilayah dari Pengadilan Tinggi Agama Surabaya mencakup dari Pengadilan Agama Se Jawa Timur.. X 1 =Persentase penyebab utama perceraian karena Moral per Kabupaten/Kota. X 2 =Persentase penyebab utama perceraian karena Meninggalkan kewajiban per Kabupaten/Kota. X 3 =Persentase penyebab utama perceraian karena Kawin di bawah umur per Kabupaten/Kota. Variabel Penelitian X 4 =Persentase penyebab utama perceraian karena Penganiayaan per Kabupaten/Kota. X 5 =Persentase penyebab utama perceraian karena Dihukum per Kabupaten/Kota. X 6 =Persentase penyebab utama perceraian karena Cacat Biologis per Kabupaten/Kota. X 7 =Persentase penyebab utama perceraian karena Terus Menerus berselisih per Kabupaten/Kota. X 8 =Persentase penyebab utama perceraian karena Lain-lain per Kabupaten/Kota. 18

19 3 Langkah Analisis Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjawab permasalahan pertama dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 2. Untuk menjawab permasalahan kedua Menentukan metode yang digunakan dalam cluster analisis, yaitu menggunakan metode hirarki Menentukan kemiripan dalam satu kelompok. Memaparkan dari setiap anggota kelompok yang terbentuk. Dan hasil yang terbaik adalah metode ward linkage Dilakukan dengan membandingkan hasil pengelompokkan yang diperoleh dari pengelompokkan daerah tingkat II di Jawa Timur berdasarkan faktor-faktor penyebab perceraian pada tahun 1996 dan dengan hasil pengelompokkan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur berdasarkan faktor-faktor penyebab perceraian pada tahun Menguji kenormalan data. Menguji vektor rata-rata. Menguji matriks varian kovarian antar kelompok homogen. Menghitung ketepatan klasifikasi dari hasil analisis kelompok yang terbentuk dengan analisis diskriminan. 19

20 4 PEMBAHASAN 20

21 4 PEMBAHASAN 1. Statistik Deskriptif Angka perceraian tertinggi diantara 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 adalah Kabupaten banyuwangi yaitu sebesar kasus perceraian dan angka terendah pada Kota madiun yaitu sebesar 384 kasus perceraian. Jumlah perceraian berdasarkan Faktor utama penyebab perceraian moral meninggalkan kewajiban Kawin dibawah Umur menyakiti jasmani Dihukum Cacat Biologis Terus Menerus Berselisih Lain-Lain Jumlah Kasus cerai Jumlah Perceraian tahun 2010 Bangkalan Bawean Bojonegoro Gresik Jombang Kediri (kab) Kraksaan Lumajang Madiun (kota) Malang (kab) Mojokerto Ngawi Pamekasan Kabupaten/Kota Faktor penyebab perceraian paling tinggi pada tahun 2010 dikarenakan variabel terus menerus berselisih dan paling rendah kedua yaitu variabel kawin dibawah umur. Ponorogo Sampang Situbondo Surabaya Tuban 21

22 4 PEMBAHASAN 2. Pengelompokkan Wilayah Jatim berdasarkan penyebab perceraian. Untuk mendapatkan beberapa kelompok Kabupaten/Kota di Jawa Timur berdasarkan penyebab perceraian dan dalam satu kelompok mempunyai karakteristik penyebab perceraian sama, serta antar kelompok mempunyai karakteristik penyebab perceraian beda menggunakan Analisis Cluster. Pada analisis cluster ini metode yang digunakan adalah cluster hirarki Gambar 4.1 Dendogram dengan metode Ward linkage, Pearson Distance Distance Dendrogram Ward Linkage, Pearson Distance Bangil Probolinggo Sampang Bawean Bondowoso Madiun (kota) Pamek asan Sumenep Magetan Ban gkalan Situbondo Kraksaan Malang (kab) Malang (kota) Surab aya Banyuwangi Jombang Jemb er Lumajang Pasuruan Blitar Kediri (kab) Mojokerto Sidoarjo Tuban Bojo negoro Gresik Madiun (kab) Trenggalek Kangean Kediri (Kota) P onorogo Lamongan Nganjuk Pacitan Ngawi Tulungagung Observations dalam pembentukannya dilakukan pemotongan dendogram. Metode paling baik yang digunakan adalah metode ward linkage dengan jarak pearson. Kelompok 1 2 Tabel 4.1 Pengelompokkan Kabupaten / Kota : Kabupaten / Kota Bangil, Bawean, Bondowoso, Madiun(kota), Magetan, Pamekasan Probolinggo, Sampang, Sumunep. Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Gresik, Jember, Jombang, Kangean, Kediri(Kab), Kediri(Kota), Kraksaan, Lamongan, Lumajang, Madiun(Kab), Malang(Kab), Malang(Kota), Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pasuruan, ponorogo, Sidoarjo, Situbondo, Surabaya, Trenggalek, Tuban, Tulungagung. Pengelompokkan diatas didasarkan pada banyak nya observasi yaitu sebanyak 37 data, sehingga dapat diketahui data dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 terdiri dari 9 kabupaten/kota sedangkan kelompok ke 2 terdiri dari 28 kabupaten/kota. 22

23 4 PEMBAHASAN 3. Uji Vektor rata-rata Dalam pembentukan fungsi diskriminan harus diketahui setiap variabel yang terlibat antara populasi berbeda secara signifikan. Untuk kepentingan tersebut dilakukan uji kesamaan vektor rata-rata. Keputusan dapat diambil dengan 2 cara : 1. Dengan Angka Wilks Lambda Angka Wilks Lambda berkisar 0-1. Jika Jika angka mendekati 0, maka data cenderung berbeda ; sebaliknya jika angka mendekati 1, maka data cenderung sama. 2. Dengan F test menggunakan angka signifikansinya, dengan ketentuan sebagai berikut : Jika signifikansi > 0,05, maka tidak ada perbedaan dalam kelompok. Jika signifikansi < 0,05, maka ada perbedaan dalam kelompok. (Sarwono, 2009) Di peroleh hasil : Tabel 4.2 Uji Vektor rata-rata dengan menggunakan Wilks Lambda test Tests of Equality of Group Means Wilks Lambda F df1 df2 Sig. Moral meninggalkan kewajiban kawin dibawah umur Penganiayaan Dihukum Cacat biologis terus menerus berselisih lain lain

24 4 PEMBAHASAN 4. Analisis Diskriminan Setelah dilakukan pengujian asumsi (akan dibahas setelah ini) selanjutnya dilakukan analisis diskriminan, untuk membentuk sejumlah fungsi diskriminan, yakni fungsi pembeda yang dapat digunakan sebagai cara terbaik dalam memisahkan kelompok-kelompok. Diperoleh hasil pengolahan data seperti yang ditampilkan pada Tabel berikut : Step Entered Variables Entered/Removed a,b,c,d Statistic 1 lain lain meninggalkan kewajiban Between Groups kelompok 1 and kelompok 2 kelompok 1 and kelompok 2 Min. D Squared Exact F Statistic df1 df2 Sig E E-6 Jadi, dari 8 variabel yang dimasukkan ternyata hanya 2 variabel yang memenuhi kriteria. Artinya, baik dalam faktor meninggalkan kewajiban maupun faktor lain-lain sangat mempengaruhi Jumlah Perceraian pada Kelompok 1 dan Kelompok 2. Setelah didapatkan faktor pembeda dari persamaan diskriminan, maka didapatkan fungsi persamaan diskriminan, yaitu sebagai berikut: 24

25 kelompok kelompok kelompok kelompok 4 PEMBAHASAN Classification Function Coefficients ward pearson kelompok 1 kelompok 2 meninggalkan kewajiban lain lain (Constant) Fisher's linear discriminant functions Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui variabel-variabel pembeda antar kelompok tersebut secara bersama-sama membentuk fungsi diskriminan sebagai berikut : Z 1 = - 35, ,413 meninggalkan kewajiban 13,239 lain-lain. Z 2 = - 57, ,375 meninggalkan kewajiban 16,724 lain-lain. Setelah diperoleh fungsi diskriminan maka dapat diketahui ketepatan dari setiap kelompok. Kesalahan yang terjadi pada penempatan pengelompokkan, dapat diketahui ketepatan klasifikasinya dengan melihat output berikut: Original Count 2 % dimension2 Crossvalidated Count dimension2 a % dimension2 Classification Results b,c ward pearson Predicted Group Membership kelompok 1 kelompok 2 Total kelompok kelompok kelompok kelompok a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case. b. 83.8% of original grouped cases correctly classified. c. 83.8% of cross-validated grouped cases correctly classified Ketepatan fungsi Diskriminan dapat dihitung dengan cara : 0,837 83,7% 25

26 4 PEMBAHASAN 5. Pengujian Asumsi : 1. Uji Kenormalan Data Uji kenormalan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan mengikuti distribusi multivariat normal atau tidak. Karena multivariat normal merupakan syarat utama dalam melakukan analisa multivariat. Hipotesa : H 0 : Data mengikuti sebaran distribusi multivariat normal. H 1 : Data tidak mengikuti sebaran distribusi multivariat normal. Statistik uji = nilai 2 ' 1 dj ( X j X ). S ( X j X ), j 1,2,..., n 2 2 Diperoleh hasil : dj 8;0,5 lebih dari 50% yaitu 64,86. Keputusan : Gagal tolak H 0 karena nilai dj lebih dari 50 % yaitu sebesar 64,86 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data mengikuti sebaran distribusi multivariat normal. Maka dapat disimpulkan pada pemeriksaan multivariat normal variabel mengikuti sebaran distribusi multivariat normal, maka dapat dilakukan analisis selanjutnya. 26

27 4 PEMBAHASAN 2. Uji Kehomogenan Matrik Varian Kovarian Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang homogen. Dalam uji homogenitas digunakan statistic uji Box s-m pada program SPSS. Dari 8 Variabel dan 2 Kelompok yang sudah terbentuk maka diperoleh hasil : Test Results Box's M F Approx df1 28 df Sig..000 Tests null hypothesis of equal population covariance matrices. Keputusan : tolak H 0, karena nilai significance statistik uji Box s-m kurang dari α (0.05). Karena hasil tidak homogen maka selanjutnya dilakukan transformasi box-cox pada variabel x1 sampai x8 agar dapat terpenuhi asumsi dari multivariat. Setelah mendapatkan hasil transformasi, langkah selanjutnya menguji kembali homogenitas digunakan statistic uji Box s-m pada program SPSS. Berikut hasil dari uji Box s-m : Test Results Box's M F Approx df1 36 df Sig..085 Tests null hypothesis of equal population covariance matrices. Keputusan : Gagal tolak H 0, karena nilai significance statistik uji Box s- M lebih besar dari α (0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa matriks varians-kovarians kelompok I dan kelompok II homogen dan dapat dilakukan untuk analisis selanjutnya. 27

28 4 PEMBAHASAN 6. Penyebab perceraian tahun 1996, tahun 1997 dan tahun Pengelompokkan menggunakan Analisis Cluster pada tahun 1996 dan pada tahun 1997 semua nya menggunakan metode complete linkage. Pada penelitian ini semua asumsi terpenuhi, sehingga tidak memerlukan transformasi data. Pengelompokkan perceraian pada tahun 2010 menggunakan metode ward linkage dan hanya 2 kelompok. Berikut hasil pengelompokkan kabupaten/kota pada tahun 1996, ahun 1997 dan tahun 2010: Tabel Pengelompokkan tahun 1996 : Tabel Pengelompokkan tahun 1997 : Tabel Pengelompokkan tahun 2010 : Kel Kabupaten / Kota Bangil, Bangkalan, Bawean, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kangean, Kraksaan, Kab.Kediri, Kod.Kediri, Lamongan, Lumajang, Kab.Madiun, Kod.Madiun, 1 Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Pamekasan, Pasuruan, Probolinggo, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Surabaya, Trenggalek, dan Tulungagung. 2 Banyuwangi dan Tuban 3 Sampang Kel Kabupaten / Kota Bangil, Bangkalan, Bawean, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kangean, Kraksaan, Kab.Kediri, Kod.Kediri, Lamongan, Lumajang, Kab.Madiun, Kod.Madiun, 1 Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Pamekasan, Pasuruan, Probolinggo, Sidoarjo, Situbondo, Surabaya, Trenggalek, Tuban dan Tulungagung. 2 Banyuwangi dan Sampang 3 Sumenep Kel 1 2 Kabupaten / Kota Bangil, Bawean, Bondowoso, Madiun(kota), Magetan, Pamekasan Probolinggo, Sampang, Sumenep. Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Gresik, Jember, Jombang, Kangean, Kediri(Kab), Kediri(Kota), Kraksaan, Lamongan, Lumajang, Madiun(Kab), Malang(Kab), Malang(Kota), Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pasuruan, Ponorogo, Sidoarjo, Situbondo, Surabaya, Trenggalek, Tuban, Tulungagung. 28

29 4 PEMBAHASAN Dari Pengelompokkan diatas maka didapat Variabel Pembeda dari Setiap Tahun. Variabel Pembeda tersebut dapat dilihat sebagai berikut : krisis akhlak, Cemburu, Ekonomi, Kawin dibawah umur, Penganiayaan, dan Gangguan pihak-3. krisis akhlak, penganiayaan, politis dan gangguan pihak-3. Tabel Variabel Pembeda setiap tahunnya: meninggalkan kewajiban dan variabel lain-lain. Dapat dilihat Perbedaan Variabel Pembeda setiap tahunnya. Tetapi untuk tahun 1996 dan 1997 masih ada variabel Pembeda yang sama dalam pengelompokkan Kabupaten/Kota berdasarkan penyebab perceraian. Berbeda jauh dengan tahun 2010 hanya 2 variabel Pembeda dalam pengelompokkan. 29

30 5 KESIMPULAN DAN SARAN 30

31 5 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Angka perceraian tertinggi diantara 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 adalah Kabupaten banyuwangi yaitu sebesar kasus perceraian dan angka terendah pada Kota madiun yaitu sebesar 344 kasus perceraian. Faktor penyebab perceraian paling tinggi pada tahun 2010 dikarenakan variabel terus menerus berselisih dan paling rendah kedua yaitu variabel kawin dibawah umur. 2. Pada penelitian ini diperoleh 2 kelompok Kabupaten/Kota dengan metode terbaik yaitu metode ward linkage. Dari pengelompokkan tersebut diketahui 2 variabel pembeda yaitu variabel meninggalkan kewajiban dan variabel lain-lain. Dari fungsi diskriminan yang terbentuk Ketepatannya adalah 83,7% atau ketepatannya tinggi karena mendekati 100%. 3. Dari pengelompokkan pada tahun 1996, 1997 dan pada tahun 2010 didapatkan hasil yaiitu Variabel pembeda pada tahun 1996 sebanyak 3 Variabel, pada tahun 1997 sebanyak 6 variabel sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 2 variabel. 31

32 5 Saran Sebaiknya pihak Pengadilan agama dalam menentukan daerah penyuluhan selain berdasarkan petunjuk-petunjuk yang ada juga dilakukan analisa data dari tahun sebelumnya. Sehingga dalam memprioritaskan daerah yang disuluh lebih tepat. Selain itu untuk materi penyuluhan lebih di fokuskan pada penyebab perceraian yang mengakibatkan tingginya jumlah perceraian. 32

33 DAFTAR PUSTAKA Chatfield, C. and Collins. A. J Introduction to Multivariate Analysis, Chapman and hall inassosiation with Methuen,Inc. 733 Third Avenve, New York. Dillon, W. R, and Goldstein, M. (1984). Multivariate Analysis Methods and Aplication. John Willey & Sons: Canada. Febriani,Arief Surya Studi Pengelompokan daerah tingkat II di Jawa Timur berdasarkan faktor-faktor penyebab perceraian pada tahun 1996 dan Tugas Akhir Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya. Iwan, Sugeng. Pengasuh anak dalam keluarga. Diunduh dari pada minggu, 25 September 2011, Johnson, R.A and Winchern, D.W. (2002). Applied Multivariate Analysis, Third Edition. Prentice Hall Inc:New Jersey. Muchtar Natsir, et.all Pedoman Pegawai Pencatat Nikah. PPN. Departemen Agama. Jakarta. Pengadilan Tinggi Agama Surabaya jumlah Perceraian di Jawa timur. Diunduh dari website pada minggu, 19 September 2011, Soemiyati Hukum perkawinan Islam dan Undang-Undang perkawinan. Liberty. Yogyakarta. Undang-Undang perkawinan tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah tentang perkawinan tahun Proposal Tugas Akhir - Surabaya, 26 Oktober

34 LOGO

PENGELOMPOKAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN TAHUN 2010

PENGELOMPOKAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN TAHUN 2010 PENGELOMPOKAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN TAHUN 00 Luthfi Kurnia Hidayati Dra. Lucia Aridinanti, MS MahasiswaJurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Nama : Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Dimas Okky S. (1307030006) Dosen Pembimbing : Dr.Dra.Ismaini Zain, MSi PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Partisipasi

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS 1 Nurul Komariyah (1309 105 013) 2 Muhammad Sjahid Akbar 1,2 Jurusan Statistika FMIPA

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS)

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) ANALISIS MULTIVARIAT ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) Oleh : Rizka Fauzia 1311 100 126 Dosen Pengampu: Santi Wulan Purnami S.Si., M.Si. PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

Universitas Negeri Malang   Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia. 1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo

Lebih terperinci

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Oleh : Nita Indah Mayasari - 1305 100 024 Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Jawa Timur Angka Rawan Pangan 19,3 % STATUS EKONOMI SOSIAL Rumah Tangga Pedesaan Rumah Tangga Perkotaan Perbedaan pengeluaran

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

Statistika Industri II TIP - FTP UB

Statistika Industri II TIP - FTP UB Statistika Industri II TIP - FTP UB Mirip regresi linier berganda Metode dependen Dimana : Variabel Independen (X1 dan seterusnya) adalah data metrik, yaitu data berskala interval atau rasio. Variabel

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Gangga Anuraga Dosen Program Studi Statistika MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail : ganuraga@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Oleh: DELTA ARLINTHA PURBASARI 1311030086 Dosen Pembimbing: Dr. Vita

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot

Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot SidangTugas Akhir Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot Oleh: Intan Nur Aini (1309 030 064) Dosen Pembimbing: Dr. Sutikno,S.Si, M.Si Surabaya, 11 July 2012

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Yth. Responden Dalam rangka memenuhi penelitian, saya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya,

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Yth. Responden Dalam rangka memenuhi penelitian, saya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Yth. Responden Dalam rangka memenuhi penelitian, saya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M. 16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Print Output dan Analisa Output A. Diskriminan Parameter : 1. Grup 1 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung ke... Grup 2 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,,

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, 1 ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, Universitas Negeri Malang E-mail: desypurwaningyas@ymail.com Abstrak: Dengan

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR),

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009

Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009 LAMPIRAN 143 Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009 1 ADRO 12,67 12,45 0,98 24,94 0,16 2 BBCA 17,57 0,25 0,01 24,44 0,25 3 BBNI 12,17 28,9 0,02 12,92 0,1 4 BBRI 12,91 22,27 0,02 26,81

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA IKO PUTRI TYASHENING 1311 030 013 Dosen Pembimbing : Dr Santi Wulan Purnami, MSi PENDAHULUAN PENDAHULUAN RUMUSAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

DISCRIMINANT ANALYSIS

DISCRIMINANT ANALYSIS DISCRIMINANT ANALYSIS STATISTIK LANJUT MAGISTER PROFESI F.PSI.UI Liche Seniati 1 Discriminant Analysis Merupakan teknik parametrik yang digunakan untuk menentukan bobot dari prediktor yg paling baik untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN

ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN 1 ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN, dan, Universitas Negeri Malang Email: lina_ninos26@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No.1, (013) 337-350 (301-98X Print) 1 Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur Siti Machfudhoh, Nuri Wahyuningsih Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS Muhammad Aqik Ardiansyah Fatah Nurdin 1310 Hamsyah 030 076 1310 030 033 08 Januari 2014 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR. Presented by Rizky Amalia Yulianti Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR. Presented by Rizky Amalia Yulianti Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Presented by Rizky Amalia Yulianti 1309 100 076 Dosen Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.Si Agenda 1. 2. 3. 4. 5. Pendahuluan Tinjauan Metodelogi Hasil dan Kesimpulan 1.

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, 2017 1 INDIKATOR KKP 2 INDIKATOR PROGRAM TAHUN 2017 NO INDIKATOR PROGRAM 2017 SASARAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

Kuisioner Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda X! Keterangan : Pertanyaan Kesetiaan Merek

Kuisioner Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda X! Keterangan : Pertanyaan Kesetiaan Merek Kuisioner Saya meminta bantuan Bapak/Ibu/Saudara sekalian untuk mengisi beberapa pertanyaan dibawah ini. Kuisioner yang saya bagikan digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian. Saya mohon bantuannya

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : 027/1388/114.5/2013 TANGGAL : 1 April 2013 ALAMAT : JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 171 SURABAYA NO NAMA PAKET 1 059114

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber : BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur. BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER Elok Fitriani Rafikasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), IAIN Tulungagung

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 Seminar Hasil Tugas Akhir 1 PEMODELAN DAN PEMETAAN RATA-RATA USIA KAWIN PERTAMA WANITA DENGAN PENDEKATAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek NO BAKORWIL MADIUN ALAMAT DINAS PMD KABUPATEN/ SE JAWA TIMUR 1 MADIUN - - 2 MADIUN Dinas PMD Kab. Madiun Jl. Mayjen Soengkono No. 42 Madiun Telp. (0351) 462270, 463577 3 MAGETAN Dinas PMD Kab. Magetan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 R.A. Norromadani Yuniati 1), Farizi Rachman 2) 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN L1 Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN L2 Lampiran 2. Tabel Kolmogrov-Smirnov One-Sided Test One-Sided Test n P=0.9 0.95 0.975 0.99 0.995 P=0.9 0.95 0.975 0.99 0.995 n Two Sided test Two Sided test

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJURUSAN SISWA MELALUI ANALISIS DISKRIMINAN. Nerli Khairani Lia Anggriani Siregar. Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJURUSAN SISWA MELALUI ANALISIS DISKRIMINAN. Nerli Khairani Lia Anggriani Siregar. Abstrak 97 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJURUSAN SISWA MELALUI ANALISIS DISKRIMINAN Nerli Khairani Lia Anggriani Siregar Abstrak Analisis diskriminan adalah metode statistika yang digunakan untuk mengelompokkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PEMETAAN FAKTOR UNMET NEED KB DI JAWA TIMUR SEBAGAI PERENCANAAN MENCEGAH LEDAKAN PENDUDUK DENGAN REGRESI LOGISTIK BINER

PEMODELAN DAN PEMETAAN FAKTOR UNMET NEED KB DI JAWA TIMUR SEBAGAI PERENCANAAN MENCEGAH LEDAKAN PENDUDUK DENGAN REGRESI LOGISTIK BINER PEMODELAN DAN PEMETAAN FAKTOR UNMET NEED KB DI JAWA TIMUR SEBAGAI PERENCANAAN MENCEGAH LEDAKAN PENDUDUK DENGAN REGRESI LOGISTIK BINER Anita Trias Anggraeni 1), Destri Susilaningrum 2) 1)2) Statistika,

Lebih terperinci

TABEL II.B.1. KEGIATAN ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KABUPATEN/ KOTA TAHUN

TABEL II.B.1. KEGIATAN ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KABUPATEN/ KOTA TAHUN TABEL II.B.1. KEGIATAN ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KABUPATEN/ KOTA TAHUN 2008-2012 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 Wana Farma/ Lebah Wana Farma/ Lebah Wana Farma/ Lebah Wana Farma/

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

Analisis Profil Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan Pola Pengeluaran antara Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Timur

Analisis Profil Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan Pola Pengeluaran antara Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Timur Analisis Profil Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan Pola Pengeluaran antara Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Timur Nita Indah Mayasari, Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si, Jurusan Statistika FMIPA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH PENGAIRAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAERAH PROPINSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

UPAH MINIMUM KABUPATENIKOTA DI JA WA TlMUR TAHUN 2004

UPAH MINIMUM KABUPATENIKOTA DI JA WA TlMUR TAHUN 2004 LAMPlRAN 165 LAMPIRANI UPAH MINIMUM KABUPATENIKOTA DI JA WA TlMUR TAHUN 2004 HAL TANGGAL NOMOR : KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR : 18 November 2003 : 188/273/kpls/013/2003 NO DAERAH UMK Th. 2004 RplBulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci