Hubungan antara Attachment Ibu-Anak, Attachment Ayah-Anak, dan Self- Esteem pada Remaja Akhir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan antara Attachment Ibu-Anak, Attachment Ayah-Anak, dan Self- Esteem pada Remaja Akhir"

Transkripsi

1 Hubungan antara Attachment Ibu-Anak, Attachment Ayah-Anak, dan Self- Esteem pada Remaja Akhir Zaskia Toyyibatun Zulkaisy, Mita Aswanti Tjakrawiralaksana Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia Abstrak Salah satu hal yang dapat mempengaruhi remaja akhir dalam memenuhi tugas perkembangannya adalah self-esteem. Self-esteem dapat dipengaruhi oleh attachment orangtua-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara attachment ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem remaja akhir di Kota Depok. Penelitian ini dilakukan terhadap 104 remaja akhir di Kota Depok berusia tahun. Attachment ibu-anak dan attachment ayah-anak diukur dengan Inventory of Parent and Peer Attachment- Revised (IPPA-R) yang dibuat oleh Armsden dan Greenberg pada tahun Sementara self-esteem diukur menggunakan kuesioner Rosenberg Self-Esteem Scale yang dibuat oleh Rosenberg (1965) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan mengukur satu dimensi, yaitu global self-esteem. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa attachment ibu-anak memiliki hubungan positif yang signifikan dengan selfesteem remaja akhir Kota Depok (r=0,204: l.o.s. 0,05) dan attachment ayah-anak tidak memiliki hubungan dengan self-esteem remaja akhir Kota Depok (r=0,068; l.o.s. 0,05). Kata kunci: attachment ibu, attachment ayah, self-esteem, remaja akhir. Relationship between Mother-Child Attachment, Father-Child Attachment, and Self-Esteem in Late Adolescence Abstract One of the things that can affect the late adolescence to fulfill their tasks of development is self-esteem. Self-esteem can be influenced by the relationship between parent and child. One of that relationship is a parentchild attachment. The purpose of this study is to understand the correlation between mother-child attachment, father-child attachment, and self-esteem in late adolesence in Depok. The sample of this study consist of 104 late adolescence (18-21 years old) in Depok. Mother-child attachment and father-child attachment measured by Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) which is created by Armsden and Greenberg on Whereas, self-esteem is measured by Rosenberg s Self-Esteem Scale and measuring one dimension of self-esteem (global self-esteem). Result of this study showed that mother-child attachment correlates significantly with self-esteem in late adolescence in Depok (r=0,204: l.o.s. 0,05) and father-child attachment has no correlation with self esteem in late adolescence in Depok (r=0,068; l.o.s. 0,05). Keywords: mother attachment, father attachment, self-esteem, late adolescence

2 Pendahuluan Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang tidak bisa dihindari dalam perkembangan manusia. Menurut Monks, Knoers, dan Haditono (2006), masa remaja terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Masa remaja awal dimulai pada usia 12 hingga 15 tahun, masa remaja tengah 15 hingga 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 hingga 21 tahun. Masa remaja memiliki tantangan dalam perkembangnnya. Menurut Eccless dan Gootman (nd, dalam Zarred & Eccless, 2006) tugas perkembangan remaja adalah mulai meninggalkan ketergantungan terhadap orangtua, memiliki peran baru dalam konsteks sosial dan seksual, memiliki hubungan yang intim dengan pasangan, merencakan masa depan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai rencana tersebut, dan memperoleh kemampuan serta nilai-nilai untuk mencapai transisi yang sukses menuju masa dewasa (termasuk dalam hal pekerjaan, memiliki pasangan, parenting, dan kehidupan sebagai warga negara). Lebih lanjut pada masa remaja akhir, tantangan utama yang dihadapi adalah mengatur pemenuhan tugas-tugas perkembangan tersebut. Terkait dengan salah satu tugas perkembangan remaja akhir di atas, dalam penelitian yang dilakukan oleh Trzesniewski (2006, dalam Shaffer & Kipp, 2010) disebutkan bahwa remaja yang memiliki self-esteem rendah akan memiliki prospek ekonomi yang buruk ketika ia berada di usia pertengahan 20 tahun, padahal di usia tersebut diharapkan seseorang sudah memiliki kemandirian dalam perekonomiannya karena pada usia tersebut seseorang sudah mulai membangun keluarga sendiri. Seperti yang terjadi di Indonesia, rata-rata usia pernikahan perempuan adalah tahun, dan laki-laki tahun (Susenas ). Buruknya prospek ekonomi yang telah dijabarkan sebelumnya dapat disebabkan oleh karakteristik yang ada pada orang dengan self-esteem rendah, yaitu berusaha untuk melindungi diri dan fokus untuk tidak membuat kesalahan, sehingga mereka tidak berani mengambil risiko (Guindon, 2010). Cobb (1995) menyatakan bahwa hubungan dengan orangtua memberikan dasar untuk self-esteem seseorang. Salah satu bentuk dasar hubungan orangtua dan anak yang memiliki hubungan dengan self-esteem adalah attachment. Penelitian yang dilakukan oleh Laumi dan Adiyanti (2012) menyatakan bahwa attachment dengan ibu, ayah, dan teman sebaya secara signifikan memprediksi self-esteem. Penelitian lain yang dilakukan Paterson (1993) menunjukkan bahwa attachment remaja dengan orangtuanya memberikan efek yang lebih

3 besar pada self-esteem remaja dibandingkan dengan attachment remaja dengan teman sebayanya. Dengan adanya kedua hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa self-esteem memiliki hubungan dengan attachment anak dan orangtua. Dalam penelitian longitudinal selama 20 tahun yang dilakukan oleh Waters, Merric, Treboux, Crowell, & Albersheim (2000) tentang attachment menunjukkan bahwa ikatan ini cenderung menetap dan stabil sepanjang waktu. Pada umumnya ikatan ini dikaitkan dengan figur ibu, padahal menurut Bowlby (1958, dalam Benware, 2013), seorang anak juga dapat membentuk attachment selain dengan sosok ibu, terutama dengan sosok ayah. Menurut Hardy dan Batten (2007, dalam Shaffer dan Kipp, 2010) ayah juga sebenarnya merasakan hal positif yang sama dengan seorang ibu ketika bayi mereka lahir.. Pada penelitian ini, peneliti menjadikan Kota Depok sebagai lokasi pengambilan data. Hal itu didasarkan pada ciri khas yang terdapat pada kota Depok sendiri, yaitu Kota Depok sebagai pusat pemerintahan yang berbatasan langsung dengan wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan merupakan wilayah penyangga ibu kota negara yang diarahkan untuk kota pemukiman dan kota pendidikan (depok.go.id). Berkaitan dengan wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta, mayoritas warga Depok bekerja di luar Kota Depok seperti Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. (Sinatala, 2005). Dengan demikian, besar kemungkinan para orangtua memiliki waktu yang terbatas untuk berinteraksi dengan anaknya dan memiliki pengaruh terhadap hubungan orangtua dan anak. Selain itu, di Kota Depok sendiri terdapat berbagai universitas di antaranya Universitas Indonesia, Politeknik Negeri Jakarta, Universitas Gunadarma, dan Bina Sarana Informatika. Jumlah universitas yang cukup banyak di Kota Depok membuat kota ini banyak terdapat mahasiswa yang sedang berada pada tahap perkembangan remaja akhir. Banyak dari mereka yang tinggal terpisah dari orangtuanya dikarenakan mereka berasal dari luar kota Depok, bahkan dari luar Pulau Jawa yang membuat mereka tidak memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan orangtua. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan apakah terdapat hubungan antara attachment ibu-anak, attachment ayah-anak dan self-esteem remaja akhir di Kota Depok.

4 Tinjauan Teoritis Attachment merupakan konstruk yang digagas oleh John Bowlby mengenai hubungan antara bayi dengan pengasuhnya Bowlby (1969, dalam Colin, 1996) memberi definisi mengenai attachment, yaitu ikatan afektif yang bertahan lama, ditandai dengan adanya kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan kepada figur tertentu, terutama ketika berada di bawah tekanan. Dengan kata lain, attachment adalah ikatan emosional yang kuat dan bertahan lama yang dibangun antara seseorang dengan figur tertentu. Ikatan ini mulai dibentuk oleh bayi dengan pengasuhnya dan cenderung menetap sepanjang kehidupan seseorang. Dalam hal itu, pengasuh dapat berarti orangtua maupun orang lain yang menjadi pengasuh bayi dan biasa disebut sebagai significant others. Pada umumnya, anak membentuk attachment dengan figur ibu, akan tetapi mereka juga dapat membentuk attachment dengan figur selain ibu, terutama dengan ayah (Bowlby, 1958, dalam Benware, 2013). Mengacu pada teori yang dikemukakan Bowlby (1969) mengenai attachment, Armsden dan Greenberg (1987) membuat tiga dimensi dari kualitas attachment, yaitu komunikasi (communication), kepercayaan (trust) dan keterasingan (alienation). Ketiga dimensi ini menjadi dasar dalam alat ukur Inventory of Parent and Peer Attachment yang dibuat oleh Armsden dan Greenberg pada tahun Menurut Gulone dan Robinson (2005), dimensi komunikasi mengukur kualitas dari komunikasi dalam attachment. Kualitas komunikasi yang baik akan menimbulkan ikatan yang kuat antara individu dengan figur attachment. Contohnya adalah ketika seseorang bisa menyampaikan apa yang menjadi masalah dan kesulitannya kepada ibu atau ayahnya. Dimensi kepercayaan mengukur kepercayaan seseorang bahwa figur attachment mengerti dan menghargai keinginan dan kebutuhannya serta persepsi bahwa mereka peka dan responsif pada keadaan emosional individu tersebut. Dimensi ini mengukur tingkat rasa saling pengertian dan saling menghormati dalam sebuah attachment. Contohnya adalah ketika seseorang merasa bahwa ibu atau ayahnya bisa menghargai perasaannya. Dimensi keterasingan mengukur kemarahan pada figur attachment. Selain mengukur kemarahan, dimensi ini juga mengukur keterasingan dalam hubungan interpersonal seseorang. Keterasingan ini dibentuk oleh anak ketika orangtua mereka tidak bisa diandalkan ketika mereka membutuhkannya. Contohnya adalah ketika seseorang merasa kesal dengan ibu atau ayahnya dan ketika ia merasa bahwa ia tidak mendapat perhatian dari ibu atau ayahnya. Dalam kualitas attachment ini, bentuk attachment

5 yang baik adalah ketika seseorang memiliki kualitas komunikasi dan kepercayaan yang tinggi. Sementara keterasingan harus berada dalam taraf rendah. Hal itu dikarenakan dimensi keterasingan berisikan hal yang negatif terhadap figur attachment. Colin (1996) menjelaskan bahwa pada masa remaja, hubungan dengan teman sebaya adalah hal yang sangat penting, tetapi attachment dengan orangtua tetap menjadi sumber utama rasa aman bagi remaja. Meskipun teman adalah figur yang dianggap bisa memperkaya hidup seseorang, tetapi mereka bukanlah attachment figures. Remaja yang berasal dari keluarga yang berfungsi dengan baik masih tetap menjadikan orangtua mereka sebagai secure base dalam mengeksplorasi lingkup pendidikan, pekerjaan, dan juga tuntutan sosial. Bentuk attachment pada masa ini sudah tidak berbentuk kedekatan secara fisik seperti masa kanakkanak, melainkan lebih kepada hubungan emosional antara remaja dengan orangtuanya. Rosenberg (1965, dalam Guindon, 2010) memberikan definisi mengenai self-esteem, yaitu sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik positif maupun negatif. Penilaian positif dan negatif tentang diri sendiri akan mempengaruhi tingkat self-esteem seseorang. Jika seseorang cenderung memberikan nilai positif tentang dirinya, self-esteem orang tersebut akan cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya. Rosenberg (1965) membagi self-esteem menjadi dua jenis, yaitu global self-esteem dan selective self-esteem. Global self-esteem adalah penilaian secara keseluruhan seseorang mengenai harga dirinya, bagaimana ia menghargai dan menerima dirinya yang merupakan sebuah trait atau kecenderungan yang relatif stabil dan bertahan. Sementara selective self-esteem adalah evaluasi seseorang mengenai sifat-sifat dalam diri yang bergantung pada situasi tertentu dan bersifat sementara. Dalam hal itu self esteem seseorang bisa menjadi rendah pada satu waktu dan menjadi tinggi di waktu lainnya. Tinggi rendahnya self esteem dapat mempengaruhi berbagai macam hal pada seseorang. Self-esteem yang tinggi ditandai dengan adanya perasaan menyukai atau mencintai diri sendiri. Sementara self-esteem yang rendah ditandai dengan sedikitnya perasaan positif pada diri seseorang atau perasaan yang ambivalen mengenai dirinya sendiri (Bauimeister, Tice, dan Hutton,1989, dalam Brown, Dutton, & Cook, 2001). Orang dengan self-esteem tinggi cenderung berusaha untuk mengembangkan diri, sementara orang dengan self-esteem rendah cenderung berusaha melindungi diri (Guindon, 2010). Menurut Rosenberg dan Owens (2001, dalam Guindon 2010), orang dengan selfesteem yang tinggi akan cenderung menunjukkan kemampuan yang dimilikinya. Sementara orang dengan self-esteem rendah menghindari pengambilan risiko, membatasi diri untuk

6 berinteraksi dengan orang lain, dan jarang menyampaikan pendapat dan pandangannya tentang suatu hal. Mereka juga menyimpan emosi mereka hanya untuk diri sendiri, dan sering menyembunyikan pikirannya yang berisi rasa permusuhan serta penuh curiga terhadap orang lain. Konsekuensi dari hal-hal tersebut adalah orang dengan self-esteem rendah lebih tidak spontan dan cenderung pasif, merasa lebih kesepian, memiliki interpersonal yang lebih aneh dan lebih mengasingkan diri dibanding orang dengan self-esteem yang tinggi. Bauimieister (2003, dalam Guindon 2010) menyatakan bahwa orang dengan selfesteem yang tinggi akan cenderung lebih sedikit mengalami depresi ketika berespon terhadap kejadian traumatik. Mereka juga akan menunjukkan performa yang baik dalam lingkungan pekerjaan dan lebih sukses. Mereka juga akan menunjukkan performa yang baik dalam sebuah grup, dan menganggap diri mereka disenangi oleh orang lain serta populer. Fluktuasi self-esteem hingga mencapai titik stabilitasnya ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Trzesniewski (2004, dalam Guindon 2010). Penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat self-esteem pada awalnya cukup tinggi pada kebanyakan anakanak, lalu ketika memasuki masa middle childhood menjadi rendah. Kemudian pada remaja awal, self esteem signifikan menurun yang bisa disebabkan oleh terjadinya pubertas dan halhal yang berkaitan dengan sekolah. Pubertas dapat menjadi hal yang penting bagi remaja terkait dengan self-esteem. Jika mereka merasa tubuhnya tidak sesuai dengan yang diharapkannya, maka mereka mereka akan memiliki penilaian negatif. Hasil dari penilaian negatif ini dapat mengarahkan pada self-esteem rendah, dan sebaliknya penlilaian positif dapat mengarahkan pada harga diri yang tinggi. Kemudian, pada masa remaja akhir dan usia 20an, self-esteem cenderung meningkat dan menetap. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi self-esteem seseorang adalah jenis kelamin dan urutan kelahiran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laible, Carlo, dan Roesch (2004), attachment remaja akhir laki-laki dengan orangtuanya memiliki hubungan yang lebih kuat dengan self-esteem dibandingkan dengan attachment remaja perempuan dengan orangtuanya. Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan hal yang mempengaruhi self-esteem remaja perempuan dan laki-laki. Dalam hal itu, self-esteem remaja perempuan lebih dipengaruhi oleh perilaku sosial yang tidak secara langsung berhubungan dengan attachment. Sementara pada remaja laki-laki, self-esteem lebih dipengaruhi oleh attachment dengan orangtua. Sementara itu, anak yang berada di urutan tengah kelahiran memiliki keyakinan bahwa mereka memiliki interaksi dan perhatian yang lebih sedikit dari keluarga. Selain itu, mereka juga merasa tidak ada hal yang spesial dan patut dihargai oleh keluarga sehingga

7 secara negatif akan mempengaruhi self-esteemnya (Collins, 2006). Hal itu dapat disebabkan oleh cara orangtua memberi perhatian di waktu yang sama kepada anak-anaknya. Ketika orangtua memiliki anak lebih dari satu maka perhatian orangtua akan cenderung terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lain. Hal itu dapat membuat anak yang lahir pada urutan tengah dapat memiliki penilaian negatif tentang dirinya berdasarkan feedback dari orang lain, yaitu orangtua. Metode Penelitian Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah remaja berusia tahun yang bertempat tinggal/ sekolah/ bekerja di Kota Depok serta masih memiliki kedua orangtua. Dalam mengukur attachement remaja dengan ibu dan ayah, penelitian ini menggunakan adaptasi alat ukur Inventory of Parent and Peer-Revised (IPPA-R) berbentuk kuesioner yang disusun oleh Armsden dan Greenberg (2009). IPPA-R merupakan hasil revisi dari alat ukur Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) yang dibuat oleh Armsden dan Greenberg (1987) untuk mengukur kualitas attachment orangtua dan remaja usia 17 sampai 20 tahun. Pada alat ukur tersebut terdapat masing-masing 25 item untuk attachment ayah-anak dan attachment ibu-anak. Item-item yang ada pada bagian attachment ibu-anak memiliki kalimat yang sama dengan attachment ayah-anak, hanya berbeda pada penggunaan kata ibu dan ayah. Bentuk respon dalam alat ukur ini yaitu (1) hampir tidak pernah/tidak pernah, (2) jarang, (3) kadang-kadang, (4) sering, dan (5) sangat Sering. Sementara itu, self esteem diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale yang berbentuk kuesioner yang dibuat oleh Rosenberg pada tahun 1965 yang pada awalnya digunakan untuk mengukur self-esteem pada anak sekolah menengah. Alat ukur self-esteem ini mengukur satu dimensi self-esteem, yaitu global self-esteem. Alat ukur ini terdiri dari 10 item yang mengukur self-esteem yang dimanifestasikan melalui perasaan suka terhadap diri sendiri melalui 5 item positif dan perasaan tidak suka terhadap diri sendiri melalui 5 item negatif. Dalam alat ukur tersebut terdapat 4 respon untuk setiap pernyataan alat ukur, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Setuju, dan (4) Sangat Setuju.

8 Hasil Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 104 partisipan yang terdiri dari 51% partisipan laki-laki dan 49% partisipan perempuan. Berdasarkan usia partisipan, jumlah partisipan tertinggi adalah remaja berusia 21 tahun dengan persentase 36% dan jumlah partisipan terendah adalah remajaa berusia 18 tahun dengan jumlah 18,3 %. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor total partisipan pada alat ukur attachment ibu-anak dengan skor total partisipan pada alat ukur self-esteem. Uji korelasi juga dilakukan pada skor total partisipan pada alat ukur attachment bagian ayah dengan skor total partisipan pada alat ukur self-esteem dengan teknik korelasi Pearson product-moment. Uji korelasi ini menggunakan program SPSS 17 for Windows. Tabel berikut ini adalah gambaran hasil korelasi attachment ayah-anak dengan self-esteem. Tabel 1. Hasil Korelasi Attachment Ibu-Anak dan Ayah-Anak dengan Self-Esteem Variabel R Sig. Attachment ibu-anak dengan selfesteem Attachment ayah-anak dengan selfesteem 0,204 0,038 0,068 0,495 Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil korelasi attachment ibu-anak dan self-esteem adalah 0,204 dengan koefisien signifikansi 0,038. Dengan demikian, maka attachment ibuanak dan self-esteem memiliki korelasi positif signifikan karena koefisien nilai signifikansi < 0,05. Sementara attachment ayah-anak tidak memiliki korelasi dengan self-esteem. Hal itu dikarenakan hasil korelasi attachment ayah-anak dan self-esteem menunjukkan angka 0,068 dengan koefisien signifikansi 0,494 yang berarti bahwa tidak terdapat korelasi antara attachment ayah-anak dengan self-esteem. Selain itu, untuk mengetahui perbedaan skor attachment ibu-anak dan attachment ayah-anak dilakukan pengujian t-test. Hasil pengujian skor tersebut dapat dilihat pada tabel di berikut ini.

9 Tabel 2. Skor Mean Attachment Ibu-Anak dan Ayah-Anak Attachment Mean Sig. t-test Ibu-anak 100,57 0,00 Ayah-anak 92,01 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa skor attachment ibu-anak memiliki perbedaan yang signifikan dengan skor attachment ayah-anak dengan nilai mean attachment ibu-anak lebih besar dibandingkan dengan nilai mean attachment ayah-anak. Selain itu, didapatkan pula gambaran perbedaan nilai median, nilai minimum, dan nilai maksimum attachment ibu-anak dan attachment ayah-anak seperti yang tertera pada tabel berikut ini. Tabel 3. Nilai Median, Minimum, dan Maksimum Attachment Ibu-Anak dan Attachment Ayah-Anak Nilai Attachment Ibu-Anak Attachment Ayah- Anak Median 101,50 94 Minimum Maksimum Nilai pada tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai minimum attachment ibu-anak lebih tinggi 30 angka dibandingkan dengan attachment ayah-anak. Sementara nilai maksimum attachment ayah-anak lebih tinggi 1 angka dibanding dengan nilai attachment ibu-anak. Rentang nilai tersebut menunjukkan bahwa attachment ibu-anak memiliki skor yang lebih tinggi dibanding skor attachment ayah-anak. Dari hasil penelitian ditemukan perbedaan dalam persepsi kedekatan partisipan dengan orangtua yang didapatkan dari jawaban partisipan pada kuesioner. Persepsi kedekatan ini menunjukkan dengan siapa

10 partisipan merasa lebih dekat. Pada tabel di bawah ini terlihat perbedaan persepsi kedekatan partisipan penelitian yang menunjukkan bahwa dalam penelitian ini terdapat lebih banyak partisipan yang merasa lebih dekat dengan ibunya dibanding dengan ayahnya. Jumlah persentase persepsi kedekatan dengan ibu sebesar 46,2% memiliki jumlah yang jauh berbeda dengan persentase persepsi kedekatan dengan ayah yang hanya berjumlah 9,6%. Tabel 4. Persepsi Kedekatan dengan Orangtua Persepsi Kedekatan Jumlah Persen Ibu 48 46,2 Ayah 10 9,6 Ibu dan ayah 40 38,5 Tidak keduanya 6 5,8 Total Dalam penelitian ini ditemukan adanya perbedaan dalam nilai mean attachment ibuanak, attachment ayah-anak, dan self-esteem berdasarkan jenis kelamin partisipan. Nilai mean attachment ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem tersebut tertera dalam tabel di berikut ini. Tabel 5. Nilai Mean Attachment dan Self-Esteem Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Attachment Ibu-Anak Attachment Ayah- Anak Self-Esteem Laki-laki 98,77 91,22 29,11 Perempuan 102,43 92,82 29,96 Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa pada remaja akhir laki-laki dan perempuan memiliki nilai mean yang lebih besar pada attachment ibu-anak dibandingkan dengan nilai mean attachment ayah-anak. Kemudian peneliti melakukan uji t-test berdasarkan nilai tersebut. Hasil pada tabel 4.8. berikut ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

11 yang signifikan pada attachment ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem baik pada remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Tabel 6.Nilai t-test Mean Attachment dan Self-Esteem Berdasarkan Jenis Kelamin Sign. t-test Sign. t-test Sign. t-test Jenis Kelamin Attachment Attachment Ayah-Anak Self-Esteem Ibu-Anak Laki-laki Perempuan 0,66 0,582 0,231 Tabel 7 menunjukkan perbandingan nilai mean self-esteem pada partisipan berdasarkan urutan kelahiran. Tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada mean self-esteem partisipan yang merupakan anak sulung dan bungsu serta partisipan yang merupakan anak dengan urutan kelahiran tengah. Tabel 7. Nilai Mean Self-Esteem Berdasarkan Urutan Kelahiran Urutan Kelahiran Mean Sign. t-test Anak sulung dan bungsu 29,87 Anak tengah 29,46 0,55 Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai hubungan antara attachment ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem pada remaja akhir Kota Depok, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kualitas attachment ibuanak dan self-esteem pada remaja akhir di Kota Depok dan tidak terdapat hubungan antara kualitas attachment ayah-anak dan self-esteem pada remaja akhir di Kota Depok.

12 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan attachment ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem pada remaja akhir Kota Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara attachment ibu-anak dan self-esteem remaja akhir. Jika dillihat dari masa-masa awal kehidupan seseorang, figur ibu merupakan caregiver utama dikarenakan ibu lebih memberikan pengasuhan yang berisikan kebutuhan dasar untuk anak. Contohnya adalah memberi makanan, minuman, dan perasaan aman yang terbentuk dari proses menyusui ketika seseorang berada pada masa bayi. Selain itu, ketika seorang ibu menyusui maka dapat membentuk kedekatan fisik seperti menggendong dan melakukan komunikasi verbal maupun nonverbal seperti tersenyum dan menatap anaknya. Dengan adanya hal tersebut, maka anak akan cenderung mencari ibunya ketika merasakan hal yang tidak nyaman seperti rasa lapar untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Hal itu kemudian berlanjut hingga masa selanjutnya, ketika seseorang membutuhkan rasa aman secara emosional maka ia akan mengandalkan ibunya. Dalam Shaffer dan Kipp (2010), working model dibentuk oleh seseorang berdasarkan bagaimana pengasuh utamanya memperlakukannya. Ketika pengasuhnya bersifat sensitif dan responsif terhadap anaknya, maka akan terbentuk working model yang positif. Apabila pengasuhnya tidak sensitif, penuh penolakan, dan bertindak abusive akan membuat anak kurang memiliki kepercayaan terhadap orangtuanya atau membentuk working model yang negatif. Pada masa bayi, ketika seseorang yang memiliki attachment yang secure atau memiliki working model positif mulai mengevaluasi dirinya sebagai seseorang yang lebih disenangi oleh orang lain dibandingkan dengan mereka yang memiliki insecure attachment (memiliki working model negatif). Hal itulah yang menjadi awal terbentuknya self-esteem seseorang dan akan berlanjut hingga masa selanjutnya karena attachment cenderung menetap sepanjang waktu. Hingga pada akhirnya ketika seseorang beranjak remaja maka attachment yang ia miliki akan cenderung sama seperti saat ia masih kecil, begitu pula dengan global self-esteem yang merupakan trait yang cenderung menetap. Dengan demikian, hasil utama yang didapatkan dalam penelitian ini mungkin mendapat kontribusi dari proses awal pembentukan attachment dan self-esteem. Selain itu, terdapat hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak 46,2 % remaja akhir di Kota Depok memiliki persepsi bahwa mereka merasa lebih dekat dengan ibu mereka. Hasil

13 ini jauh lebih besar dibandingkan dengan persepsi kedekatan dengan ayah yang berjumlah 9,6%. Hasil tersebut mungkin dapat memiliki kontribusi terhadap hasil utama penelitian ini, yaitu persepsi kedekatan dengan ibu membuat skor attachment dengan ibu lebih tinggi dibandingkan dengan attachment dengan ayah. Akan tetapi, dalam penelitian ini tidak dapat diketahui hal-hal apa saja yang membuat banyak remaja akhir di Kota Depok lebih merasa dekat dengan ibu mereka. Dalam penelitian ini, attachment ayah-anak tidak memiliki korelasi dengan selfesteem remaja akhir. Hal itu dapat dikarenakan peran utama ayah adalah memenuhi kebutuhan keluarga dan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan data survey oleh Sinatala (2005), mayoritas warga Depok bekerja di luar kota Depok, seperti Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan anak dengan ayahnya karena keterbatasan waktu dalam berinteraksi sehari-hari. Selain itu, Weiss (1982, dalam Armsden & Greenberg, 1987) menyatakan bahwa bentuk perilaku attachment pada remaja sering mengarah pada figur non-parental. Dalam hal itu, hubungan dengan teman sebaya dapat menjadi salah satu tipe attachment pada remaja. Hal itu dikarenakan teman sebaya memiliki peran yang penting bagi remaja dalam mendukung dan mendorong remaja dalam menghadapi tantangan perkembangannya. Hal itu mungkin dapat menjadi penjelasan mengapa attachment ayah-anak tidak memiliki korelasi dengan self-esteem remaja akhir. Self-esteem pada remaja mungkin memiliki hubungan dengan attachment remaja dengan teman sebayanya karena pada masa ini teman sebaya adalah sosok yang dianggap memiliki peran yang penting bagi remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Caldera (2004, dalam Benware, 2013) menunjukkan bahwa prediktor yang signifikan dalam menentukan attachment ayah-anak yang baik adalah bentuk keterlibatan ayah dalam mengasuh anak, seperti memberi makan, memakaikan baju anak, dan mengganti popok. Di sisi lain, bentuk keterlibatan seperti bermain dan membacakan buku tidak menjadi prediktor signifikan terhadap attachment ayah dan anak. Hasil penelitian tersebut mungkin dapat menjelaskan mengapa attachment ayah-anak memiliki nilai yang rendah pada remaja akhir Kota Depok, yaitu tergantung pada bentuk keterlibatan ayah di masa kecil yang dialami partisipan. Akan tetapi, dalam penelitian mengenai remaja akhir Kota Depok ini tidak bisa diketahui secara jelas seperti apa bentuk keterlibatan ayah di masa kecil setiap partisipan.

14 Berdasarkan data pada analisis tambahan, dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor attachment ibu-anak dan attachment ayah-anak pada remaja akhir. Dalam hal ini nilai mean attachment ayah-anak lebih rendah dibandingkan dengan nilai mean attachment ibu-anak. Selain itu, partisipan yang mempersepsikan kedekatan dengan ayah hanya 9,6%. Adanya perbedaan nilai mean yang signifikan antara attachment ibu-anak dan ayah-anak mungkin dapat menjawab pertanyaan mengapa attachment ayah-anak tidak berkorelasi dengan self-esteem. Hal tersebut dikarenakan attachment ayah-anak lebih rendah dibandingkan dengan attachment ibu-anak pada remaja akhir. Selain itu, penyebab dari hasil yang tidak signifikan pada attachment ayah-anak dan self-esteem juga mendapat kontribusi dari persepsi kedekatan dengan ayah. Remaja akhir yang mempersepsikan kedekatan dengan ayah hanya berjumlah 9,6%. Hasil tambahan dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara antara attachmet ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem baik pada remaja laki-laki dan perempuan. Dengan demikian hasil utama penelitian ini tidak memiliki pengaruh dari jenis kelamin partisipan. Selain itu, dalam penelitian ini juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara attachmet ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem baik pada anak dengan urutan kelahiran tengah maupun pada anak sulung dan bungsu. Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak mendapat pengaruh dari faktor urutan kelahiran partisipan. Hal itu juga menunjukkan perbedaan dengan Collins (2006) yang menyatakan bahwa self-esteem pada anak dengan urutan kelahiran tengah memiliki nilai yang lebih rendah karena adanya perasaan bahwa mereka hanya kurang mendapat perhatian dari keluarga. Hasil penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya mengenai attachment orangtua dan self-esteem pada remaja akhir. Penelitian yang dilakukan oleh Laumi dan Adiyanti (2012) menunjukkan bahwa attachment ibu-anak, attachment ayah-anak, dan attachment dengan teman sebaya merupakan prediktor terhadap self-esteem remaja akhir di SMK X dan Y Yogyakarta. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa attachment ayah menjadi prediktor yang lebih kuat terhadap self-esteem daripada attachment dengan ibu. Hal itu berbeda dengan temuan peneliti, yaitu attachment dengan ibu berkorelasi signifikan dengan self-esteem dan attachment ayah tidak berkorelasi terhadap self-esteem remaja akhir Kota Depok.

15 Selain itu, terkait dengan instrumen alat ukur, terdapat masing-masing 5 item pada attachment ibu-anak dan ayah-anak yang tidak valid kemudian direvisi, tetapi belum diujicobakan kembali untuk mengetahui validitas item dan reliabilitas alat ukur setelah dilakukan revisi item. Begitu juga pada alat ukur self-esteem yang masih berisikan 3 item yang tidak valid secara statistik walaupun secara face validity item tersebut sudah sesuai terjemahannya dan dianggap sudah cukup jelas penggunaan bahasanya. Kedua alat ukur dalam penelitian ini juga hanya dilakukan pengujian internal, tidak dilakukan pengujian eksternal dengan alat ukur lain yang mengukur konstruk yang sama. Hal-hal tersebut merupakan keterbatasan dari penelitian ini dikarenakan dengan adanya hal tersebut hasil penelitian ini tidak dapat diketahui apakah alat ukur dalam penelitian ini valid secara eksternal. Saran Apabila penelitian selanjutnya ingin mengukur attachment orangtua-anak sebaiknya menggunakan alat ukur IPPA-Revised dibandingkan IPPA. Hal itu juga direkomendasikan oleh pembuat alat ukur ini yaitu Armsden dan Greenberg (2009) karena dengan alat ukur ini dapat diketahui masing-masing attachment yang dimiliki seseorang terhadap ibu dan ayahnya, sehingga akan terlihat jelas seperti apa gambaran attachment ibu-anak dan ayahanak. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menguji pengaruh attachment ibu-anak terhadap self-esteem karena berdasarkan penelitian ini didapatkan korelasi yang signifikan antara attachment ibu-anak dan self-esteem remaja akhir Kota Depok, tetapi belum dapat diketahui variabel mana yang memiliki pengaruh terhadap variabel lain. Selain itu, pada bab awal penelitian ini telah dijelaskan bahwa self-esteem adalah hal yang penting dalam tugas perkembangan remaja akhir yaitu mempersiapkan kemandirian ekonomi, karir, dan juga dalam membentuk hubungan yang intim dengan orang lain (menikah atau berkeluarga) ketika ia memasuki masa dewasa. Berdasarkan penelitian ini, didapatkan hasil positif signifikan dalam hubungan antara attachment ibu-anak dan self-esteem remaja akhir Kota Depok. Hasil tersebut menunjukkkan bahwa ketika attachment dengan ibu memiliki nilai yang tinggi, maka self-esteem usia remaja akhir juga tinggi. Sebaliknya, attachment dengan ibu memiliki nilai yang rendah, maka self-esteem remaja akhir juga rendah. Meskipun belum bisa diketahui variabel mana yang memiliki pengaruh terhadap variabel lain, tetapi diharapkan para ibu atau calon ibu dapat memperhatikan hubungan dengan anaknya dan membangun kualitas attachment yang baik dengan memberikan pengasuhan yang penuh kasih sayang, responsif,

16 dan sensitif terhadap anak terutama pada masa-masa awal kehidupan yang memberikan sumbangan terbesar bagi attachment seseorang. Daftar Referensi Ariyani, A. (2004). Perbedaan Hope dan Self Esteem antara Remaja yang Pernah Menggunakan Narkoba dan Remaja yang Pernah Menggunakan Narkoba. Depok: Universitas Indonesia. Armsden, G. G. & Greenberg, M. T. (1987). The Inventory of Parent and Peer Atachment: Individual Differences and Their Relationship to Psychological Well Being in Adolescence. Seattle: University of Washington. Armsden, G. G. & Greenberg, M. T. (2009). Inventory of Parent and Peer Atachment (IPPA). Brown, J. D., Dutton, K. A., & Cook, K. E. (2001). From The Top Down: Self-esteem and Self-Evaluation. Cognition and Emotion, 15 (5), Christia, M. (2007). Inner Voice dan Self Esteem. Makara, Sosial Humaniora, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: Cobb, N. J. (1995). Adolescence: Continuity, Change, and Diversity (4 th ed). California: Mayfield Publishing Company. Colin, V. L. (1996). Human Attachment. New York: McGraw-Hill. Collins, C. (2006) The Relationship Between Birth Order and Personality and Career Choices. Providence College. Dutton, K. A., & Brown, J. D. (1997). Global Self-Esteem and Specific Self-View as Determinants of People s Reactions to Success and Failure. Journal of Personality and Social Psychology Vol 73, No 1. The American Psychological Association, Inc. Guindon, M. H. (2010). Self Esteem Across The Life Span: Issues and Intervention. Routledege: Taylor & Francis Group. Gullone, E. & Robinson, K. (2005). The Inventory of Parent and Peer Atachment-Revised (IPPA-R for Children: A Psychometric Investigation. Clinical Psychology and Psychotherapy Clin. Psychol. Psychother. 12,

17 Kota Depok dalam Angka. (2010). BAPPEDA Kota Depok & Badan Pusat Statistik Kota Depok. Diunduh dari Laumi., Adiyanti, M.G. (2012). Attachment of Late Adolescence to Mother, Father, and Peer, with Family Structure as Moderating Variable and Their Relationships. Jurnal Psikologi Vol 39 No 2. Monks, F. J., Knoers, A. M., & Haditono, S. R. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Mruk, C. J., (2006). Self-esteem Research, Theory, and Practice: Toward A Positive Psychology of Self-esteem (3 rd ed). New York: Springer Publishing Company. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human Development (10 th ed). Boston: McGraw-Hill. Rata-rata Umur Perkawinan menurut Daerah dan jenis kelamin, Indonesia, Singulate Mean Age at Marriage by area and sex, Indonesia, Diunduh dari Sejarah Kota Depok. Dinduh pada tanggal 24 Juni Diunduh dari Sinatala, F. (2005). Pergerakan Penduduk Kota Depok Menuju ke Tempat Bekerja. Makara Sains Vol 9, N0 1, Shaffer, D. R., & Kipp, K. (2010). Developmental Psychology: Childhood and Adolescence (8 th ed). Balmont: Wadsworth. Laible, J. D., Carlo, G., & Roesch, S. C. (2004). Pathways to Self-Esteem in Late Adolescence: The Role of Parent and Peer Attachment, Empathy, and Social Behaviors. Zarred, N., & Eccless, J., (2006). The passage to adulthood: Challenges of late adolescence. New Directions for Youth Development, No 111. DOI: /yd.179

18 Waters, E., Merric, S., Treboux, D., Crowell, J., & Albersheim, L. (2000). Attachment Security in Infancy and Early Adulthood : A Twenty Year Longitudinal Study. Child Development. Vol 71 :

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL Shabrina Khairunnisa 16511716 3PA01 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS PEER ATTACHMENT DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DEPOK

HUBUNGAN KUALITAS PEER ATTACHMENT DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DEPOK HUBUNGAN KUALITAS PEER ATTACHMENT DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DEPOK Aditiyo Suratman Binus University Kampus Kijang, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480, Telp.

Lebih terperinci

Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D

Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT DENGAN ORANG TUA DAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : 18512091 Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELEKATAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA

HUBUNGAN KELEKATAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA JKKP : Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan http://doi.org/10.21009/jkkp DOI: doi.org/10.21009/jkkp.041.01 E-ISSN : 2597-4521 HUBUNGAN KELEKATAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA Syifa Maulida

Lebih terperinci

Hubungan Attachment Ibu-Anak dan Ayah-Anak Dengan Kemandirian Pada Remaja Akhir

Hubungan Attachment Ibu-Anak dan Ayah-Anak Dengan Kemandirian Pada Remaja Akhir Hubungan Attachment Ibu-Anak dan Ayah-Anak Dengan Kemandirian Pada Remaja Akhir Raden Dimas Bagus Prabowo & Mita Aswanti Fakultas Psikologi Universitas Indonesia diemasbagoes@gmail.com Abstrak Kemandirian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Peer Attachment, Self Esteem. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Peer Attachment, Self Esteem. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dimensi peer-attachment terhadap self-esteem pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan

Lebih terperinci

menyebutkan dunia kerja serta hidup berumah tangga 1. Seniger, menjelaskan bahwa

menyebutkan dunia kerja serta hidup berumah tangga 1. Seniger, menjelaskan bahwa Siti Aisyah, 11410028, Hubungan Self Esteem dengan Orientasi Masa Depan pada Siswa SMA Kelas XI di SMA Negeri 3 Malang, Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARENT ATTACHMENT DENGAN INTIMACY DALAM BERPACARAN PADA DEWASA AWAL

HUBUNGAN ANTARA PARENT ATTACHMENT DENGAN INTIMACY DALAM BERPACARAN PADA DEWASA AWAL HUBUNGAN ANTARA PARENT ATTACHMENT DENGAN INTIMACY DALAM BERPACARAN PADA DEWASA AWAL OLEH CAHYANING UTAMI 802013014 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regulasi Diri Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. 2.1.1. Definisi Regulasi Diri Regulasi diri adalah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik yang dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik yang dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik yang dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Attachment pada manusia pertama kali terbentuk dari hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang berinteraksi dengan bayinya.

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M. GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Subyek Penelitian Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diisi responden, yaitu inisial, usia, jenis kelamin responden,

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian 43 4. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dan interpretasi hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian pertama bab ini, akan diuraikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya, Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-nya, Selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-mu! Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik

Lebih terperinci

PENGARUH KELEKATAN ORANGTUA TERHADAP STRESS COPING PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI PRODI RUMPUN IKK, UNJ

PENGARUH KELEKATAN ORANGTUA TERHADAP STRESS COPING PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI PRODI RUMPUN IKK, UNJ JKKP: Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan http://doi.org/10.21009/jkkp DOI: E-ISSN: 2597-4521 PENGARUH KELEKATAN ORANGTUA TERHADAP STRESS COPING PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI PRODI RUMPUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Adanya interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN DENGAN ORANGTUA DAN KEINTIMAN DALAM BERPACARAN PADA DEWASA AWAL

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN DENGAN ORANGTUA DAN KEINTIMAN DALAM BERPACARAN PADA DEWASA AWAL HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN DENGAN ORANGTUA DAN KEINTIMAN DALAM BERPACARAN PADA DEWASA AWAL Cahyaning Utami Heru Astikasari Setya Murti Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana uutcahya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, terutama dalam gaya hidup masyarakat. Indonesia pun tidak luput dari perubahanperubahan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap 7 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap perkembangan khususnya pada tahapan dewasa muda, hubungan romantis, attachment dan tipe attachment. 2.1 Dewasa

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

REFERENSI. kasus_bunuh_diri_di_indonesia

REFERENSI.  kasus_bunuh_diri_di_indonesia REFERENSI Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama. Ainsworth, M. D. S. (1973). The development

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARENTAL ATTACHMENT DAN PEER ATTACHMENT PADA SISWA KELAS VIII SMPIT AS-SYIFA BOARDING SCHOOL, SUBANG

HUBUNGAN ANTARA PARENTAL ATTACHMENT DAN PEER ATTACHMENT PADA SISWA KELAS VIII SMPIT AS-SYIFA BOARDING SCHOOL, SUBANG HUBUNGAN ANTARA PARENTAL ATTACHMENT DAN PEER ATTACHMENT PADA SISWA KELAS VIII SMPIT AS-SYIFA BOARDING SCHOOL, SUBANG Endita Ayumi Kartika*, Laila Qodariah, M.Psi* * Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG. Winda Sari Isna Asyri Syahrina

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG. Winda Sari Isna Asyri Syahrina HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG Winda Sari Isna Asyri Syahrina Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia ABSTRAK Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK REMAJA 1 HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK REMAJA Alifia Yuli Rachmawati, Ika Febrian Kristiana* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alifiayuli88@gmail.com, zuna210212@gmail.com

Lebih terperinci

Hubungan Antara Attachment Terhadap Ibu dengan Kemandirian pada Remaja Tunarungu

Hubungan Antara Attachment Terhadap Ibu dengan Kemandirian pada Remaja Tunarungu Hubungan Antara Attachment Terhadap Ibu dengan Kemandirian pada Remaja Tunarungu Ayudhira Wiranti Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Abstract. This study aimed to determine whether there is a correlation

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 44 BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian diperoleh dari pengolahan data secara statistik dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Maya Marsiana Kowira mayamarsiana@gmail.com Dosen Pembimbing: Moondore Madalina Ali, B.Sc.,M.Sc., Ph.D Binus University:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI.   Abstrak HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI Siti Noviana 1, Hastaning Sakti 2 * 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

KELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah

KELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah KELEKATAN PADA ANAK Oleh : Sri Maslihah Anak yang satu tetap nempel pada bundanya padahal sudah saatnya masuk ke kelas, ada juga anak lain menangis begitu melihat ibunya harus keluar dari kelasnya sementara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

No. Kelas Jumlah Peserta didk 1. VI A VI B 33 Jumlah 65

No. Kelas Jumlah Peserta didk 1. VI A VI B 33 Jumlah 65 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian yaitu peserta didk kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI. Alasan pemilihan lokasi ini yaitu terdapat peserta

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI

PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI Dwi Hardiyanti Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, dwihardiyanti@ymail.com Diterima: April 2017. Disetujui: Mei 2017. Dipublikasikan: Juli 2017 ABSTRAK Kelekatan

Lebih terperinci

Teori Perkembangan. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Luh Mea Tegawati, M.Psi., Psikolog. Perkembangan. Definisi Teori.

Teori Perkembangan. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Luh Mea Tegawati, M.Psi., Psikolog. Perkembangan. Definisi Teori. Modul ke: Teori Perkembangan Fakultas PSIKOLOGI Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Luh Mea Tegawati, M.Psi., Psikolog. Program Studi PSIKOLOGI Definisi Teori Syarat syarat Teori Macam Teori Perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ORANG TUA DENGAN OTONOMI PADA REMAJA. Nadia Indah Permatasari Irwan Nuyana Kurniawan INTISARI

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ORANG TUA DENGAN OTONOMI PADA REMAJA. Nadia Indah Permatasari Irwan Nuyana Kurniawan INTISARI 1 HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ORANG TUA DENGAN OTONOMI PADA REMAJA Nadia Indah Permatasari Irwan Nuyana Kurniawan INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah ada hubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : anggota komunitas sel Superheroes, attachment to God, attachment to parent. vii

ABSTRAK. Kata Kunci : anggota komunitas sel Superheroes, attachment to God, attachment to parent. vii ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan attachment to parent dan attachment to God pada anggota komunitas sel Superheroes di Gereja X Bandung. Populasi sebanyak 60 orang diikutsertakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dari penemuan masalah yang telah terjadi di lapangan. Dari permasalahan tersebut peneliti mencoba mencari penelitianpenelitian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan sebanyak 150 remaja dengan rentang usia 15-18 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pola adult attachment, secure. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: pola adult attachment, secure. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan Pola Adult Attachment sebelum dan setelah menikah pada istri perwira di Dinas X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA PARENTAL ATTACHMENT, PEER ATTACHMENT, DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DI UNIVERSITAS INDONESIA (The Relationship between Parental Attachment,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Bullying 2. Variabel Bebas : a. Secure Attachment dengan Orang

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA Dwini Aisha Royyana, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara adult attachment style dengan kecerdasan emosional pada mahasiswa baru angkatan 2014 Fakultas Psikologi. Penentuan responden dari penelitian

Lebih terperinci

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Andri 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 andric@minamas.co.id

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH

NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH Oleh : RIRIN KARINA RINA MULYATI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS ATTACHMENT AYAH-ANAK DAN IBU- ANAK DENGAN KUALITAS PERSAHABATAN PADA REMAJA MADYA

HUBUNGAN KUALITAS ATTACHMENT AYAH-ANAK DAN IBU- ANAK DENGAN KUALITAS PERSAHABATAN PADA REMAJA MADYA HUBUNGAN KUALITAS ATTACHMENT AYAH-ANAK DAN IBU- ANAK DENGAN KUALITAS PERSAHABATAN PADA REMAJA MADYA Nidia Robertina & Mita Aswanti Tjakrawiralaksana Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, 16424,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat: Pengantar

Perkembangan Sepanjang Hayat: Pengantar Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat: Pengantar Karisma Riskinanti, M.Psi., Psi Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Definisi Teori Syarat-syarat Teori Macam Teori Perkembangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat Psychological Well-Being pada tunanetra dewasa awal di Panti Sosial Bina Netra X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam

Lebih terperinci

INNER VOICE DAN SELF-ESTEEM

INNER VOICE DAN SELF-ESTEEM MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 37-41 INNER VOICE DAN SELF-ESTEEM Mellia Christia Bagian Psikologi Klinis Dewasa, Fakultas Psikologi, Depok 16424, Universitas Indonesia E-mail: mellia-m@ui.edu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan manusia karena banyak perubahan-perubahan yang dialami di dalam dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA Deni Fernando 11512828 4PA04 Pembimbing: Dr. Wahyu Rahardjo, SPsi., MSi.

Lebih terperinci

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran Studi Deskriptif Mengenai Emotional Intelligence Pada Siswa dan Siswi SMA Negeri X yang Berpacaran Muhamad Chandika Andintyas Dibimbing oleh : Esti Wungu S.Psi., M.Ed ABSTRAK Emotional Intelligence adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel yang diteliti (Azwar, 2007: 5). Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel yang diteliti (Azwar, 2007: 5). Gambar 3.1. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada probabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA AMANDA RIZKI NUR Dosen Pembimbing : Drs. Aris Budi Utomo, M.Si ABSTRAK Mahasiswa tentunya memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Persiapan Penelitian Peneliti mempersiapkan penelitian dengan mencari alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur penyesuaian diri dan self-esteem serta mencari subjek

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA Ayu Redhyta Permata Sari 18511127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Latar belakang masalah -Keterbatasan

Lebih terperinci

Teori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori.

Teori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori. Modul ke: Teori Etologi Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Darwin dan Teori Evolusi Etologi Modern Teori etologi Bowlby Evaluasi Teori Eksperimen Lorenz Daftar

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menjalani usia pernikahan selama 5 tahun pertama yang berjumlah 100 responden. Pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi yang memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh peubah-peubah prediktor (independent variable), yaitu

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG POLA KELEKATAN REMAJA DENGAN TEMAN SEBAYA PADA PESERTA DIDIK DI SLTP NEGERI 1 AYAH, KEBUMEN DESCRIPTIVE STUDY ON THE QUANTITATIVE PATTERN ADOLESCENT ATTACHMENT WITH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), Self-Esteem merupakan bentuk evaluasi dari sikap yang di dasarkan pada perasaan menghargai diri

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai sensitivitas moral, pertimbangan moral, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dukungan dan perhatian yang lebih dari orang di sekitar guna membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dukungan dan perhatian yang lebih dari orang di sekitar guna membantu remaja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana setiap individu membutuhkan dukungan dan perhatian yang lebih dari orang di sekitar guna membantu remaja menghadapi tugas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui psychological well-being pada pasien HIV positif (usia 20-34 tahun) di RS X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian Pengaruh Student-Teacher Relationships terhadap Tipe-Tipe School Engagement pada siswa SMP Z Kota Bandung bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh Student-Teacher Relationships

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian mengenai hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%). BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Paparan Demografis Responden 4.1.1 Gambaran Usia Rentang usia responden pada penelitian ini adalah 21-39 tahun dengan mean usai 31,5 tahun. Jumlah responden terbanyak ada pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTHER-DAUGHTER RELATIONSHIP DENGAN TINGKAT SELF-ESTEEM MAHASISWA PEREMPUAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

HUBUNGAN MOTHER-DAUGHTER RELATIONSHIP DENGAN TINGKAT SELF-ESTEEM MAHASISWA PEREMPUAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN MOTHER-DAUGHTER RELATIONSHIP DENGAN TINGKAT SELF-ESTEEM MAHASISWA PEREMPUAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Oleh : Izzatul Fithriyah Pembimbing: Nalini Muhdi

Lebih terperinci

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas Psikometri Modul ke: Aplikasi uji Reliabilitas dan Fakultas Psikologi Validitas Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Manual Uji Reliabilitas 2 Kruder-Richardson (K-R 20) =

Lebih terperinci