BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Deddy Johan Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem Pengertian Self-Esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), Self-Esteem merupakan bentuk evaluasi dari sikap yang di dasarkan pada perasaan menghargai diri individu, yang bisa berupa perasaan perasaaan positif maupun negatif, tidak hanya menyangkut masalah pribadi dan psikologis termasuk juga di dalamnya interaksi sosial. Dikatakan juga oleh Coopersmith, (dalam Miller & Moran, 2012), Self-Esteem merupakan hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang merupakan sikap penerimaan atau penolakan serta menunjukan seberapa besar individu percaya pada dirinya, berarti, berhasil dan berharga. Menurut Baron dan Byrne (dalam Geldard, 2010), menyebut harga diri sebagai penilaian terhadap diri sendiri yang dibuat individu dan dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki orang lain dalam menjadi pembanding. Gecas dan Rosenberg (dalam Hurlock, 2007), mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi positif yang menyeluruh tentang dirinya. Sementara itu Coopersmith dan Rosenberg (dalam Lopez & Synder, 2003), mengatakan bahwa penting bagi kita untuk mengukur bagaimana seseorang menilai dirinya melalui bagaimana mereka dilihat oleh orang lain yang berperan penting atau berpengaruh dalam kehidupan mereka, seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat, dan anggota keluarga.. Berdasarkan beberapa uraian tentang pengertian Self-esteem, dapat disimpulkan bahwa self-esteem adalah penilaian individu secara pribadi terhadap dirinya sendiri secara positif dan negative yang dipengaruhi oleh pencapaiannya dalam hidupnya, kemampuannya secara keseluruhan, hasil interaksi dengan orang - orang yang penting dilingkungannya, dari sikap, penerimaan, penghargaan serta perlakuan orang lain terhadap dirinya Faktor yang mempengaruhi Self-esteem Menurut Monks (2004), Hurlock (2007), Twenge dan Crooke (dalam Mruk, 2006), menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi self-esteem seseorang kelima faktor tersebut yaitu: 7
2 8 A. Lingkungan Keluarga. Harga diri seseorang dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Seperti pada contohnya dari orang-orang yang signifikan adalah orang tua dan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali terjadi dalam kehidupan seseorang. Jadi dengan adanya penerimaan dan juga penghargaan dari orang tua ataupun keluarga sangat mempengaruhi self-esteem seseorang. B. Lingkungan Sosial. Menurut Monks (2004), kedudukan kelas sosial dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang memiliki pekerjaan dengan posisi yang bagus dengan jenjang yang pasti, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam lokasi rumah yang lebih besar dan mewah dipandang memiliki kelas sosial yang lebih tinggi. Bentuk penghargaan dan penerimaan lebih baik yang diterima dari masyarakat dengan memiliki status sosial yang lebih tinggi menyebabkan individu yang dipandang dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang lain. Sebalinya, kehilangan kasih sayang, penghinaan, kegagalan dan dijauhi teman sebaya akan menurunkan harga diri Lingkungan sosial merupakan tempat individu mempengaruhi bagi pembentukan harga diri. Individu mulai menyadari bahwa dirinya berharga sebagai individu dengan lingkungannya. C. Faktor Psikologis. Kesuksesan yang diterima oleh individu tidak mempengaruhi harga diri secara langsung, melainkan disaring terlebih dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang oleh individu. D. Jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam Dimensi dan batasan pola pikir, cara berpikir, dan bertindak antara laki-laki dan perempuan E. Cita-cita Menurut Hurlock (2007), bila seseorang memiliki keinginan yang tidak realistic atau keinginan yang terlampau tinggi akan rentan mengalami kegagalan. Dalam hal ini
3 9 akan menimbulkan keadaan tidak mampu dan reaksi bertahan, dimana orang tersebut akan cenderung menyalahkan orang lain atas kegagalannya. F. Suku & Etnis Twenge & Crooke (dalam Mruk, 2006), mengatakan bahwa seseorang akan memiliki self-esteem lebih tinggi ketika seseorang berasal dari suku atau etnis minoritas. Dikarenakan suku minoritas terfokus pada kualitas positif dan mengangkat status dari suku minoritas tersebut Fungsi Self-esteem Self-esteem juga memiliki peran penting sesuai dengan jenisnya. Dikatakan oleh Mruk (2006) Self-esteem merupakan suatu kompetensi dan kelayakan yang memiliki peran penting terhadap perilaku seseorang. Seperti halnya menurut Hill (2013), peran dari Self-esteem ialah berfungsi sebagai sebuah sumber daya yang melindungi individu dari ancaman potensial seperti penolakan atau kegagalan. Seseorang yang memiliki Self-esteem yang tinggi kurang memiliki potensi untuk melindungi diri dari penolakan dan kegagalan dikarenakan seseorang yang memiliki Self-esteem yang tinggi akan susah mengalami suatu kegagalan. Seseorang yang memiliki Self-esteem yang rendah jauh lebih berpotensi dalam melindungi diri dari penolakan. Seseorang dengan Self-esteem yang tinggi terbiasa untuk tidak cemas dengan adanya penolakan dan kegagalan, dibandingkan seseorang yang memiliki Self-esteem rendah Jenis Self-esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), menggolongkan Self-esteem menjadi 2 yaitu : 1. Self-esteem Tinggi Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), individu yang memiliki Self-esteem yang tinggi, merasa dirinya berharga namun tidak mengaggumi dirinya sendiri atau mengharapkan orang lain menghargai dirinya. Individu yang memiliki Self-esteem yang tinggi cenderung terus berintrospeksi diri dan mengembangkan dirinya. Dikatakan oleh Baumeister, Campbell, Krueger dan Vohs (dalam Mruk, 2006), Individu dengan Selfesteem tinggi merasa kehidupan, diri sendiri, masa depan akan lebih baik, dibandingkan dengan orang yang memiliki Self-esteem rendah. Seseorang yang memiliki Self-esteem tinggi mampu memecahkan masalah dibawah tekanan, mampu membantu pekerjaan yang membutuhkan inisiatif dan ketekunan. Dikatakan juga oleh Baumeister,
4 10 Campbell, Krueger & Vohs (dalam Mruk, 2006), seseorang yang memiliki Self-esteem tinggi dapat terhindar dari kecemasan, mampu menghadapi stress dan mampu menghadapi trauma. 2. Self-esteem Rendah Dikatakan oleh Rosenberg dan Owens (dalam Mruk 2006), individu yang memiliki Self-esteem rendah teridentifikasi memiliki karakterisrik rendah diri, terutama apabila dibandingkan dengan orang lain yang memiliki Self-esteem tinggi memiliki perasaan yang hipersensitiv, tidak stabil, memiliki rasa kurang percaya diri, menjadi lebih peduli dan lebih melindungi Self-esteem yang dimiliki dari ancaman yang mengancam Self-esteemnya, lebih menghindari mengambil sesuatu yang beresiko, pesimis, kesepian dan keterasingan. Dikatakan juga oleh Mruk (2006), beberapa penyebab Self-esteem rendah adalah mengalami trauma di masa kecil, mengalami pengkhiantan (yang menimbulkan perasaan depresi, permusuhan dan terisolasi), dan mengalami stigmatisasi (rasa menyalahkan diri sendiri dan malu). Walaupun self-esteem hanya dibagi menjadi 2, Coopersmith (1959, 1967) dan Rosenberg (1965) (dalam Mruk 2006), mengatakan bahwa terdapat jenis self-esteem normal. Pada perspektif self-esteem normal, seseorang cukup memiliki pengalaman positif untuk menghindari masalah, namun tidak mencapai keadaan yang benar benar tinggi, dan menginginkan kondisi self-esteem yng lebih tinggi. sehingga orang orang yang memiliki self-esteem normal berada pada kondisi yang cukup stabil, aman, seimbang dan mampu membuat self-esteemnya menjadi lebih tinggi. (Coopersmith (1959, 1967) & Rosenberg (1965), dalam Mruk, 2006). 2.2 Emerging Adult Pengertian Emerging Adult Partisipan pada penelitian ini berusia tahun, yang secara fase perkembangan berada pada Fase Emerging adult yaitu dengan rentang usia tahun. (Arnett, 2000). Menurut Arnett dan Fishel (2013), pada usia tahun memasuki tahap launching yang mana pada tahap ini emerging adults lebih menuju kemandirian seperti memilih perguruan tinggi, percintaan, ataupun tempat tinggal. Pada usia tahun emerging adults memasuki tahap exploring salah satunya ialah aspek percintaan, dalam kehidupan percintaan emerging adults melalui proses seperti mencari cinta, mencintai, kehilangan cinta dan menemukan cinta yang baru namun pada tahap ini
5 11 emerging adults sudah mencari sesuatu yang lebih intim serta terlihat adanya kehidupan pernikahan yang membahagiakan. Sementara itu, menurut Arnett (2000), terdapat 5 hal dalam fase perkembangan emerging adult. 1. The Age Identity Exploration Pada usia emerging adult individu akan terus mencoba bermacam macam kemungkinan, terutama dalam hal cinta dan pekerjaan. Individu yang memasuki tahap ini, akan lebih mengeksplorasi kemungkinan kehidupan mereka di berbagai bidang, terutama di bidang pekerjaan dan cinta. Individu ini akan lebih independen dan memutuskan untuk meninggalkan rumah untuk dapat lebih betanggung jawab, bekerja dan menikah. 2. The Age of Instability Walaupun emerging adult sudah memilih untuk mengambil sebuah tanggung jawab untuk bekerja dan menikah, mereka masih berada di titik yang tidak stabil dikarenakan masih banyaknya ide ide dalam diri mereka untuk lebih di eksplorasi, namun kebanyakan ide ide tersebut masih belum mencapai titik kematangan karena ketidak stabilan dalam perkembangannya. Masih banyak rencana rencana yang direncanakan dan pada akhirnya harus kembali di telaah ulang dikarenakan belum matangnya rencana tersebut. 3. The Self-focused Age Emerging Adult merupakan usia dimana individu berpusat pada dirinya sendiri, melakukan segala sesuatu dengan caranya sendiri. Walaupun dibalik semua itu mereka masih memiliki orang tua atau saudara yang menjadi batas standard dan aturan dalam menjalani hidup. Disini merupakan awal dimana mereka belajar menentukan aturannya sendiri pada saat nanti mereka sudah memiliki keluarga sendiri, pekerjaan tetap dan komitmen dalam hidup. 4. The Age of feeling in between Dalam emerging adult, mereka memasuki tahapan transisi dimana dari masa remaja ke dalam dewasa. Individu berusaha memahami suatu hal dengan cara dan logika yang dewasa walaupun masih berada di dalamnya logika remaja masih mempengaruhi cara berpikirnya. Mereka masih terus mengeksplorasi dirinya dalam ketidakstabilan cara berpikir sehingga mereka masih harus berpegang pada aturan aturan dasar yang ada.
6 12 5. The Age of Possibilities Emerging adult merupakan suatu fase dimana mereka mencoba berbagai kemungkinan untuk mengeksplorasi tentang harapan harapan yang akan di wujudkan pada saat mereka memasuki fase yang lebih tinggi lagi. Mereka mencoba berbagai macam hal yang menurut individu tersebut masih mungkin dicapai di usianya, seperti mencari pekerjaan, mencari pasangan hidup dan merencanakan berbagai rancangan masa depan untuk dijalani Tugas Emerging Adult Menurut Arnett (2000) dan Arnett (dalam Santrock, 2008), seperti yang dijabarkan diatas emerging adult memiliki tugas tugas yang harus dipenuhi diantaranya ialah: 1. Menerima keadaan dirinya 2. Mengeksplorasi identitas diri 3. Mencari pekerjaan 4. Mencari pasangan hidup 5. Meninggalkan reaksi dan adaptasi kekanak kanakan. 6. Mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri 7. Membina hubungan (bergaul) dan mengemban tanggung jawab sosial,dimana salah satu caranya adalah dengan mencari dan bergabungdengan suatu kelompok sosial yang cocok Self-Esteem pada Emerging Adult. Menurut Rosenberg dan Owens (dalam Guindon, 2010), seseorang yang memiliki Self-Esteem yang tinggi cenderung mampu menghargai dirinya, mengintrospeksi dirinya dan mampu berkembang dengan hasi introspeksi dirinya, sebaliknya seseorang yang memiliki Self-Esteem yang rendah akan cenderung menutup diri, pesimis, sinis dan berusaha untuk melindungi Self-Esteemnya dengan berusaha tidak membuat kesalahan. Sementara itu menurut Arnett (2000), Emerging adult ialah fase dimana dirinya mampu mengeksplorasi identitas diri. Dengan adanya kemampuan eksplorasi identitas diri maka seorang emerging adult mampu mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri, menerima keadaan dirinya. Sehingga kesimpulannya, seseorang di fase emerging adult mampu mengevaluasi bagaimana tinggi atau rendahnya Self-Esteem yang dimilikinya.
7 Online Dating Pengertian Online Dating Menurut Kamus Online Cambridge (2014), pengertian online dating ialah suatu cara memulai hubungan romantis di internet, dengan memberikan informasi tentang diri Anda atau membalas informasi orang lain. Dikatakan juga oleh Egan (dalam Toma, Hancock dan Ellison 2008), online dating adalah sebuah layanan yang berbasis Internet, yang memudahkan pengguna untuk membuat profil di Internet dan kemudian digunakan untuk mengkontak dan dikontak pengguna lain. Sementara itu oleh Kamus Online Oxford (2014), online dating merupakan suatu cara praktis mencari pasangan romantis atau seksual di Internet, biasanya melalui situs khusus yang disediakan khusus untuk online dating. Sedangkan dikatakan juga oleh Hardey (dalam Degenova 2004), online dating merupakan suatu layanan yang dibuat untuk membuat seseorang bersama, salah satu cara bertemu orang baru dan membuat sebuah perkembangan pada suatu hubungan. Menurut Hartman (dalam Fazriyati, 2013), tujuan dari online dating ialah memberitahukan orang lain mengenai diri sendiri dan memberitahu pada orang lain tentang apa yang di cari dalam online dating. Seperti dikutip dari Setipe.com pada salah satu situs online dating yang bernama Setipe, Setipe merupakan situs online dating yang menggunakan system perhitungan kecocokan untuk match making pasangan. dengan menggunakan salah satu alat test yang berbasis pada Algoritma dan menggabungkan ilmu psikologi di dalamnya, anggota terlebih dahulu diberikan psikotest sebagai dasar match making anggotanya. Anggota lain tidak bisa melihat data anggota lainnya kecuali anggota lain tersebut memiliki kecocokan dengan anggota lain yang sedang mencari pasangan. Setipe memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi yang menghindarkan seseorang dari perkenalan yang tidak diinginkan karena terpaut perbedaan yang cukup signifikan. Namun berbeda dengan Setipe, ditulis dalam indonesiacupid.com, mendaftar menjadi anggota pada situs Indonesiacupid.com tidak dipungut biaya dan sudah bisa menjadi anggota dan melakukan online dating. Pada anggota gratis hanya diberikan fasilitas untuk dapat melihat biodata dari anggota lain. Untuk dapat berkirim pesan serta saling berkomunikasi lebih lanjut, seseorang harus mendaftar pada kanggotaan Gold atau Platinum. Pada keanggotaan Gold dapat berkomunikasi dengan seluruh anggota lain dan posisi profil berada diatas keanggotan standar. Sementara itu pada keanggotaan
8 14 Platinum mendapatkan fasilitas yang sama dengan Gold, namun mendapatkan fasilitas pesan secara video, bisa melangsungkan berkomunikasi secara video apabila anggota memiliki perangkat webcam serta letak profil dan lambing profil berada diatas keanggotaan Gold. Begitu juga dengan Tinder dan juga Beetalk yang memiliki fitur yang berbeda dengan Setipe dan juga Indonesiacupid. Untuk pengguna smartphone lebih banyak menggunakan dua aplikasi smartphone ini dikarenakan penggunaannya yang cukup simple dengan hanya memberikan tanda tertentu untuk menunjukan ketertarikannya pada seseorang yang menampilkan profilenya dalam aplikasi tersebut dan apabila satu sama lain memberikan tanda yang sama maka keduanya akan dapat berkomunikasi untuk memulai perkenalan Emerging Adult dan Online Dating Menurut Arnett (2000) dan Arnett (dalam Santrock, 2008), tugas emerging adult ialah bekerja, menerima keadaan dirinya, mengeksplorasi identitas diri, meninggalkan reaksi dan adaptasi kekanak - kanakan, mencari pasangan hidup dan mampu mencari lingkungan sosial yang cocok. Waktu individu yang sedang berada pada fase emerging adult sudah banyak tersita dikarenakan kesibukannya untuk memenuhi tugas yang menjadi tugas dasar dari emerging adult sendiri, yang menyebabkan mereka yang ada pada fase tersebut mempunyai suatu jalan alternative untuk memenuhi semua tugas tugasnya. Salah satu alternative bagi emerging adult adalah dengan melakukan online dating. Dikarenakan dengan menggunakan sarana online dating individu yang berada dalam fase emerging adult masih tetap dapat beraktifitas memenuhi tugas tugasnya sebagai seorang emerging adult. 2.4 Kerangka Berpikir Dalam Penelitian ini individu yang menjadi partisipan yang sedang diteliti oleh peneliti adalah individu yang berada pada usia tahun. Usia tersebut merupakan usia seseorang yang berada pada fase emerging adult (Arnett, 2000). Menurut Arnett (2000) dan Arnett (dalam Santrock, 2008), seperti yang dijabarkan diatas emerging adult memiliki tugas tugas yang harus dipenuhi diantaranya ialah menerima keadaan dirinya, mengeksplorasi identitas diri, Mencari pekerjaan, mencari pasangan hidup, meninggalkan reaksi dan adaptasi kekanak kanakan, mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri, Membina hubungan (bergaul) dan mengemban tanggung jawab
9 15 sosial,dimana salah satu caranya adalah dengan mencari dan bergabung dengan suatu kelompok sosial yang cocok. Sehingga online dating merupakan salah satu cara alternative yang dapat dilakukan oleh Emerging Adult untuk memenuhi salah satu tugasnya. Online dating merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh Seseorang, ketika mereka merupakan pengguna internet aktif dan ingin memiliki suatu hubungan romantis dari internet (Cambridge, 2014). Berdasarkan penelitian Kim, M., Kwon, K-N dan Lee, M. (2009), di Amerika, diketahui bahwa individu yang melakukan online dating memiliki tingkat Self-esteem yang lebih tinggi daripada yang tidak melakukan online dating dan juga terdapat fenomena yang menjelaskan apabila seseorang yang melakukan online dating dapat mengalami penurunan atau peningkatan Self-esteem. Di Indonesia seseorang yang melakukan online dating dianggap memiliki tingkat Self-esteem yang rendah, namun sampai dengan penelitian ini dilakukan belum ada sumber atau penelitian yang mencantumkan bagaimana gambaran pasti dari self-esteem pada emerging adult anggota situs online dating di Indonesia khususnya Jakarta. Self-esteem memiliki peran penting dalam kehidupan sehari hari sehingga bukan tidak mungkin Self-esteem mampu mempengaruhi aktifitas online dating yang di lakukan oleh emerging adult. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini guna memberikan gambaran pasti dari Self-esteem emerging adult anggota online dating.
10 16
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Perkembangan hidup pada manusia akan membawa seorang manusia menuju sebuah usia yang memiliki tugas untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup, menghasilkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat seseorang memutuskan untuk menikah, maka ia akan memiliki harapan-harapan yang tinggi atas pernikahannya (Baron & Byrne, 2000). Pernikahan merupakan awal terbentuknya
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Problematic Internet Use (PIU) didefinisikan sebagai penggunaan internet yang menyebabkan sejumlah gejala
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas
Lebih terperinciGAMBARAN SELF-ESTEEM PADA EMERGING ADULT ANGGOTA SITUS ONLINE DATING DI JAKARTA
GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA EMERGING ADULT ANGGOTA SITUS ONLINE DATING DI JAKARTA Okky W. Astiarini Oasisscorpio.kiky@yahoo.com Pingkan C.B. Rumondor prumondor@binus.edu Abstrak Berdasar pada fenomena yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan. harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu pengertian.
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Selain itu, bab ini juga berisikan saran, baik saran metodologis maupun saran praktis
Lebih terperinciSumber : diakses pada 18 November pukul WIB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya era globalisasi, berpengaruh terhadap sektor kehidupan manusia. Salah satunya di bidang percintaan. Dulunya pencarian jodoh biasa dilakukan secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Emotional Eating 2.1.1 Definisi Emotional Eating Menurut Arnow (1995) emotional eating adalah keinginan untuk makan ketika timbul perasaan emosional seperti frustrasi, cemas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Resolusi Konflik Setiap orang memiliki pemikiran atau pengertian serta tujuan yang berbeda-beda dan itu salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu hubungan kedekatan
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Kesepian Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesiapan Menikah Individu dapat dikatakan telah siap menikah ketika ia telah mampu menyandang peranperan barunya yaitu sebagai suami atau istri, kemudian berusaha untuk terlibat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kesepian 2.1.1 Definisi Kesepian Kesepian didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang diinginkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari hubungannya dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial kita memerlukan hubungan interpersonal secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan
6 BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH II.1 Pengertian Harga diri (Self-Esteem (SE)) II.1.1 Definisi Harga diri (Self-Esteem) Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan
Lebih terperinciDisusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog
PELATIHAN PSIKOLOGI DAN KONSELING BAGI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog MAHASISWA Remaja Akhir 11 20 tahun,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumtif Menurut Fromm (1995) perilaku konsumtif merupakan perilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan berlebihan dan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tahap perkembangan remaja, kebanyakan mereka tidak lagi mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Celebrity Worship 2.1.1 Definisi Celebrity Celebrity adalah seseorang atau sekelompok orang yang menarik perhatian media karena memiliki suatu kelebihan atau daya tarik yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini salah satu fenomena yang semakin sering muncul di Jakarta adalah perceraian. Fakta yang ada tidak semua pernikahan berjalan dengan lancar, tidak sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2012). Remaja merupakan usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membina hubungan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual. Gelaja-gelaja
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada dilingkungannya hingga waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson
BAB II LANDASAN TEORI A. Keintiman 1. Pengertian Keintiman Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson (dalam Kroger, 2001) mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara
BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai
Lebih terperinciPSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dalam masyarakat industri modern adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
Lebih terperinciKonsep diri, KDK, Sal
KONSEP DIRI S A L B I A H, S K p Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sejak lahir sampai dewasa manusia tidak pernah lepas dari suatu ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, dibesarkan dalam lingkup keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase dewasa awal yang dimulai usia 10 hingga 12 tahun hingga berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap
BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja. tergolong kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase yang ditandai dengan meninggalkan rumah dan menjadi orang dewasa yang hidup sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Defenisi Motivasi Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan
Lebih terperinci