BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan bakteri nonmotil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan bakteri nonmotil"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan bakteri nonmotil penyebab tuberkulosis pada manusia. Bakteri ini berbentuk batang sehingga disebut juga dengan Bacillus tuberculosis (Gambar 2.1). Berdasarkan struktur dinding selnya yang mengandung peptidoglikan tebal, M. tuberculosis diklasifikasikan ke dalam bakteri gram positif. Bakteri bersifat aerob obligatif sehingga kompleks M. tuberculosis selalu ditemukan di lobus paru bagian atas yang memiliki sirkulasi udara yang baik (Todar, 2008). Pada manusia, bakteri dapat mengalami fase dorman atau laten. Laju replikasi yang lambat dan kemampuan untuk bertahan dalam keadaan laten mengakibatkan infeksi tuberkulosis bersifat kronis. Waktu replikasi bakteri lambat, yaitu sekitar 24 jam dan membutuhkan 3-4 minggu untuk membentuk koloni secara in vitro (Uplekar, 2012). Gambar 2.1 Struktur Morfologi M. tuberculosis (Goldstein, 2011) 6

2 7 M. tuberculosis memiliki dinding sel yang terdiri dari dua bagian. Bagian luar membran berupa sel amplop yang mengandung lebih dari 60% lipid. Lipid tersebut mengandung beberapa komponen, seperti asam mikolat, glikolipid dan polisakarida (Todar, 2008). Asam mikolat mencapai 50% dari berat kering sel amplop. Asam mikolat adalah molekul hidrofobik yang membentuk cangkang lipid di sekeliling sel M. tuberculosis. Komponen ini berpengaruh terhadap permeabilitas permukaan sel (Todar, 2008). Selain komponen tersebut, terdapat peptidoglikan (PG) yang berikatan kovalen dengan arabinogalaktan (AG). Arabinogalaktan melekat pada asam mikolat dengan meromycolate panjang dan rantai pendek. Kompleks dinding sel ini disebut dengan mycolyl arabinogalactanpeptidoglikan (magp). Selain itu, terdapat komponen lain berupa protein, phosphatidylmyo inositol mannosides (PIMs), phthiocerol lipid, lipomannan (LM) dan lipoarabinomannan (LAM). Bagian dalam terdiri dari komponen lipid bilayer, beberapa mengandung asam lemak dengan rantai pendek dan beberapa asam lemak pendek dengan rantai panjang (Brennan, 2003) (Gambar 2.2). Pada saat dilakukan ekstraksi dengan pelarut yang sesuai, dinding sel akan rusak, sedangkan lipid bebas, protein, LAM serta PIMs akan terlarut. Kompleks magp yang penting untuk kelangsungan hidup sel akan menjadi residu yang tidak larut. Inti dinding sel diketahui mengandung jembatan diglycosyl-p yang terletak di antara PG dan galaktan linear. Seluruh unit penghubung, galaktan dan arabinan disintesis sebagai unit pada polyfrenyl-p pembawa lipid. Polyfrenyl-P pembawa lipid terlibat dalam penempelan asam mikolat baru pada dinding sel (Brennan, 2003).

3 8 Transformasi biokimia M. tuberculosis dikode oleh beberapa gen pada jalur sintesis asam mikolat. Sintesis berlangsung dari acetyl CoA dan malonyl CoA. Acetyl CoA diubah menjadi acyl CoA pada FAS I. Sedangkan malonyl CoA diubah menjadi malonyl ACP oleh Gen FabD. Acyl CoA maupun malonyl CoA oleh Gen FabH akan diubah menjadi beta ketoacyl-acp yang merupakan berperan dalam fatty acid synthases (FAS) II sebagai prekursor sintesis asam mikolat. Beta ketoacyl ACP kemudian direduksi oleh gen maba. Selanjutnya pembentukan acyl ACP dikatalisis oleh inha dan elongasi dikatalisis oleh kasa dan kasb (Brennan, 2003). Gambar 2.2 Struktur Dinding Sel M. tuberculosis (McLean, et al., 2007) Genomik Whole Genom M. tuberculosis H37Rv terdiri atas bp (Liu, et al., 2014). Genom ini merupakan genom terbesar kedua setelah Escherichia coli. Genom terdiri dari 4000 gen dengan komponen G + C yaitu 65,6%. Kandungan

4 9 basa tersebut penting untuk produksi enzim yang terlibat dalam lipogenesis dan lipolisis serta produksi protein kaya glisin dengan struktur berulang yang merupakan sumber variasi antigenik (Cole, et al., 1998). Pada sekuen whole genom, setiap gen memiliki regio tertentu. Promoter inha berada pada regio ; Gen inha berada pada regio dan gen katg berada pada regio (Flandrois, et al., 2014) Mekanisme dan Faktor-faktor Virulensi Terdapat beberapa sifat umum M. tuberculosis yang berkontribusi terhadap virulensinya, yaitu: a. Mekanisme masuk sel Pada saat kontak dengan makrofag host, M. tuberculosis berikatan langsung dengan reseptor mannose melalui glikolipid dinding sel alveolar, LAM atau secara tidak langsung melalui reseptor komplemen tertentu. Glikoprotein ditemukan pada permukaan alveolar yang dapat meningkatkan ikatan dan penyerapan M. tuberculosis dengan meningkatkan regulasi reseptor mannose. Sehingga M. tuberculosis lebih cenderung menyerang alveolar (Smith, 2003; Todar, 2008). M. tuberculosis yang terfagositosit berada dalam vacuoule endocytic atau fagosom. Jika siklus pematangan fagosomal terjadi secara normal, yaitu fusion fagosom lizosom maka bakteri akan lisis karena berada pada lingkungan ph asam atau lisis oleh enzim lizosom. Namun apabila M. tuberculosis menyekresi protein maka dapat mengubah membran fagosom sehingga fusi fagosom lizosom akan terhambat (Smith, 2003).

5 10 b. Detoksifikasi radikal oksigen M. tuberculosis dapat mengganggu efek racun dari intermediate oxygen reaktive yang dihasilkan dalam proses fagositosis dengan tiga mekanisme, yaitu: 1. Glikolipid, sulfatides dan LAM akan mengatur mekanisme sitotoksik oksidatif. 2. Uptake makrofag melalui reseptor komplemen dapat memotong aktivasi respiratory burst. 3. Oksidatif burst dapat dinetralkan oleh produksi enzim katalase dan superoksida dismutase. (Todar, 2008) c. Waktu pertumbuhan lambat Waktu pertumbuhan yang lambat mengakibatkan sistem kekebalan tubuh tidak mudah mengenali bakteri atau mungkin kurang sensitif untuk difagositosis (Todar, 2008). d. Konsentrasi lipid dinding sel tinggi Konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding sel akan mempengaruhi impermeabilitas dan ketahanan terhadap agen antimikroba. Ketahanan terhadap hambatan senyawa asam dan basa baik intraseluler maupun ekstraseluler lingkungan serta ketahanan terhadap lisis osmotik melalui deposisi komplemen dan serangan lizosim (Todar, 2008). e. Genom M. tuberculosis Sekitar gen dalam genom M. tuberculosis, 525 terlibat dalam dinding sel dan proses sel, 188 gen mengkode protein regulasi dan 91 gen yang terlibat dalam virulensi, detoksifikasi dan adaptasi. Lebih dari 200 gen yang diidentifikasi

6 11 sebagai pengkode enzim untuk metabolisme asam lemak. Jumlah yang besar ini berkaitan dengan kemampuan patogen untuk tumbuh dalam jaringan host yang terinfeksi, dengan asam lemak menjadi sumber karbon utama (Todar, 2008). f. LAM LAM adalah kompleks glikolipid yang mengandung pengulangan subunit disakarida arabinosa-mannose. LAM merupakan komponen utama dari dinding sel M. tuberculosis. Penambahan LAM pada protein makrofag dapat menekan produksi IFN-gamma. LAM juga dapat mengikat radikal oksigen secara in vitro serta dapat melindungi bakteri dari mekanisme berpotensi mematikan seperti burst respiratory (Todar, 2008). g. Mycobacterium tuberculosis Pili (MTP) Selama menginfeksi host-nya, M. tuberculosis menghasilkan pili yang terlibat dalam kolonisasi awal host. Pili merupakan fibrillar meshwork padat yang terdiri atas gulungan serta serat agregat tipis yang memanjang hingga beberapa mikrometer dari permukaan bakteri. Struktur ini diberi nama Mycobacterium tuberculosis pili (Todar, 2008). 2.2 Multidrug Resistance Tuberculosis (MDR-TB) MDR-TB adalah penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh strain M. tuberculosis yang resisten terhadap minimal rifampisin dan isoniazid (WHO, 2012). Kelompok obat ini disebut sebagai obat lini pertama atau primer (Depkes RI, 2005). Pasien dengan MDR-TB membutuhkan waktu beberapa bulan lebih lama, bahkan mungkin mencapai 2 hingga 3 tahun untuk memperoleh uji kultur

7 12 negatif dibandingkan dengan pasien TB tanpa MDR (Dipiro, et al., 2008). Pengobatan MDR-TB membutuhkan penggunaan jangka panjang OAT lini kedua. Beberapa efek yang potensial terjadi pada pengobatan MDR-TB yaitu pasien mendapatkan pengobatan yang tidak adekuat dalam waktu lama; peningkatan risiko kegagalan pengobatan atau kematian; seleksi terhadap strain yang resisten OAT; pasien tetap terinfeksi dan meningkatkan penyebaran penyakit (Tessema, et al., 2012). Resistensi OAT disebabkan salah satunya karena adanya mutasi pada target obat sehingga mengurangi pengikatan obat atau mengakibatkan peningkatan produksi target. INH memblok biosintesis asam mikolat M. tuberculosis pada konsentrasi MIC (minimum inhibitor consentration) obat dan mereduksi 99% dari bakteri (Bennerje, 1994). 2.3 Isoniazid Isoniazid (INH) atau asam isonikotinat hidrazid adalah agen bakterisida sintetik pertama yang diproduksi pada awal tahun 1900 tetapi tidak digunakan sebagai antituberkulosis sampai tahun 1952 (Whitney dan Wainberg, 2002). INH memiliki struktur yang sederhana terdiri dari sebuah cincin piridin dan sebuah gugus hidrazid, kedua komponen ini penting untuk aktivitas melawan M. tuberculosis. Pada, strain M. tuberculosis yang menunjukkan resisten terhadap INH (Silva and Palomino, 2011). Mutasi dalam beberapa gen, meliputi katg, kasa, oxyr-ahpc, fura, inia, inib, inic, ndh, dan inha telah ditemukan dan bertanggung jawab terhadap resisten INH. Frekuensi mutasi penyebab resistensi telah diuraikan

8 13 dalam beberapa penelitian. Mutasi terjadi pada gen katg sebesar 50-95%; gen inha sebesar 8-43% dan sisanya pada gen lain (Zhang and Yew, 2009). Gambar 2.3 Struktur Isoniazid (Kolyva and Karakousis, tt) Isoniazid memiliki mekanisme kerja yang sama dengan ethionamide (ETH) yaitu menghambat biosintesis asam mikolat. ETH merupakan analog dari INH yang termasuk dalam OAT lini kedua. Adanya kesamaan struktur dan fenomena resistensi silang mengindikasikan bahwa kedua OAT ini memiliki target molekular yang sama (Morlock et al., 2003). 2.4 Gen Resisten Isoniazid inha Salah satu target setelah pengaktifan INH adalah protein yang dikode oleh gen inha. InhA merupakan gen pengkode enzim enoil reduktase, enzim yang terlibat dalam biosintesis asam mikolat yang merupakan target kerja dari INH dan ETH (Banerjee et al., 1994; Rozwarski et al., 1998). Ikatan INH diaktivasi untuk membentuk kompleks terner INH-NADH sehingga menghasilkan penghambatan biosintesis asam mikolat (Ramaswamy dan Musser, 1998).

9 14 Berdasarkan penelitian Hazbon et al. (2006), 0-5% dari isolat M. tuberculosis yang resisten terhadap INH, bermutasi pada open reading frame (ORF) inha. Mutasi pada gen inha ataupun pada daerah promoter akan menyebabkan resistensi terhadap INH (Isoniazid) dan ETH (Ethionamide) (Morlock et al., 2003). Mutasi promoter inha diketahui terjadi pada posisi -24 (G T), -16 (A G), atau -8 (T G/A) dan -15 (C T) (Gambar 2.4) (Ramaswamy dan Musser, 1998). Pada identifikasi mutasi isolat MDR-TB di Bali menggunakan teknik PCR, diperoleh adanya mutasi pada regio promoter inha pada posisi -15 (C T) (Kusdianingrum, 2014). Adanya mutasi pada promoter mengekspresikan terjadinya resistensi INH level rendah. Sekitar 70-80% dari resistensi INH dalam isolat klinis M. tuberculosis dapat dikaitkan dengan mutasi di gen katg dan inha (Ramaswamy dan Musser, 1998). Berdasarkan penelitian pada isolat di Myanmar, dilaporkan adanya mutasi pada gen inha dari sebagian kecil isolat MDR-TB. Isolat yang resisten terhadap isoniazid sebanyak 2 dari 96 (2,1%) sampel dengan titik mutasi pada kodon 94 dengan perubahan asam amino Serin menjadi Alanin (TCG GCG) (Valvatne, et al., 2009). Selain itu, pada penelitian lainnya diketahui adanya jenis dan mutasi di titik yang sama pada 4 strain isolat (Brossier, et al., 2006). Gambar 2.4 Titik Mutasi pada Promoter inha (Ramaswamy dan Musser, 1998)

10 katg Isoniazid masuk ke dalam sel sebagai prodrug. INH akan diaktivasi oleh enzim katalase peroksidase yang dikode oleh gen katg. Peroksidase dibutuhkan dalam mengaktivasi INH menjadi isonikotinat asil. Bentuk aktif inilah yang akan menghambat biosintesis asam mikolat. Terganggunya biosintesis asam mikolat mengakibatkan kehilangan integritas selular dan kematian bakteri (Cardoso, et al., 2004). Hilangnya aktivitas katalase akan mengakibatkan resistensi INH. Selain itu, adanya mutasi pada gen katg juga mengakibatkan resistensi INH (Cardoso, et al., 2004). Mutasi katg paling sering terjadi pada kodon 315. Substitusi Serin menjadi Treonin diperkirakan terjadi 30-60% dari isolat resisten INH (Johnson, et al., 2009). 2.5 Mutasi Gen Mutasi atau dalam bahasa latin disebut mutare didefinisikan sebagai perubahan. Pada awalnya mutasi ditandai dengan adanya perubahan ekspresi fenotip hingga diketahui terdapat perubahan genotip. Perubahan diwariskan dalam urutan nukleotida DNA (Schleif, 1993). Mutasi dapat terjadi dengan tidak mengubah fenotip. Kebanyakan mutasi hanya mempengaruhi satu nukleotida di lokasi tertentu sehingga disebut mutasi titik. Ada beberapa jenis mutasi titik, antara lain: a. Silence mutation Silence mutation merupakan jenis mutasi yang tidak dapat dideteksi. Mutasi

11 16 ini terjadi karena adanya substitusi basa tunggal pada kodon sehingga membentuk formasi baru sebagai asam amino yang sama. Sebagai contoh, kodon AGG diubah ke CGG dan masih merupakan pengkode untuk Arginin. Meskipun mutasi telah terjadi, ekspresi mutasi ini sering tidak akan terdeteksi kecuali pada tingkat DNA atau mrna. Bila tidak ada perubahan protein atau konsentrasi, tidak akan ada perubahan fenotip organisme (Schleif, 1993). b. Missense mutation Tipe mutasi ini melibatkan substitusi basa tunggal dalam DNA yang mengubah kodon untuk satu asam amino menjadi kodon asam amino lain. Sebagai contoh kodon GAG yang mengekspresikan asam amino Asam glutamat diubah menjadi GUG, yang merupakan kode untuk valin. Ekspresi mutasi missense dapat bervariasi. Tentu mutasi dinyatakan pada tingkat protein struktur (Schleif, 1993). c. Nonsense mutation Jenis mutasi ini mengakibatkan terminasi translasi lebih awal sehingga menghasilkan polipeptida lebih pendek. Mutasi melibatkan perubahan kodon menjadi kodon stop (UAA; UAG; UGA). Ekspresi fenotip tidak banyak dipengaruhi bila mutasi mengakibatkan satu atau dua asam amino saja yang tersisa setelah kodon stop. Namun kehilangan fungsi normal pasti akan terjadi jika mutasi terjadi lebih dekat ke tengah gen (Schleif, 1993). d. Frameshift mutation Mutasi frameshift timbul dari penyisipan atau penghapusan satu atau dua basa nukleotida dalam daerah pengkode gen. Kode terdiri dari urutan yang tepat

12 17 dari kodon triplet, sehingga penambahan atau penghapusan kurang dari tiga pasangan basa akan menyebabkan reading frame yang akan bergeser untuk semua kodon hilir. Mutasi frameshift biasanya sangat merusak dan menghasilkan fenotip mutan dari sintesis protein nonfungsional (Schleif, 1993). Gambar 2.5 Mutasi Titik (Schleif, 1993) Mutasi frameshift terdiri atas beberapa tipe, yaitu: a. Mutasi Delesi merupakan adanya penghilangan atau penghapusan pasang basa. b. Mutasi Insersi merupakan adanya penambahan pasang basa di tempat baru DNA. c. Mutasi Substitusi merupakan adanya perubahan satu basa dengan basa lainnya. (UCMP, tt)

13 Posisi Pertama Posisi Ketiga 18 Tabel 2.1 Kode Genetik Universal (Schleif, 1993) Posisi Kedua U C A G U C A G UUU Phe UCU UAU Tyr UGU Cys U UUC UCC Ser UAC UGC C UUA Leu UCA UAA Stop UGA Stop A UUG UCG UAG UGG Trp G CUU CCU CAU His CGU U CUC Leu CCC Pro CAC CGC Arg C CUA CCA CAA Gln CGA A CUG CCG CAG CGG G AUU ACU AAU Ile Asn AGU Ser U AUC ACC Thr AAC AGC C AUA ACA AAA Lys AGA Arg A AUG Met ACG AAG AGG G GUU GCU GAU Asp GGU U GUC Val GCC Ala GAC GGC Gly C GUA GCA GAA Glu GGA A GUG GCG GAG GGG G 2.6 Isolasi DNA Template DNA untuk proses PCR dapat dipersiapkan dengan menggunakan metode isolasi. Metode isolasi adalah penyiapan DNA kromosom ataupun DNA plasmid menurut metode standar yang tergantung dari jenis sampel asal DNA tersebut. Metode isolasi DNA kromosom atau DNA plasmid memerlukan tahapan yang lebih kompleks dibandingkan dengan penyiapan DNA dengan menggunakan metode lisis. Prinsip isolasi DNA kromosom atau DNA plasmid adalah pemecahan dinding sel, yang diikuti dengan pemisahan DNA kromosom atau DNA plasmid dari komponen-komponen lain. Dengan demikian akan diperoleh kualitas DNA yang lebih baik dan murni (Handoyo dan Rudiretna, 2000).

14 Polymerase Chain Reaction (PCR) Polymerase Chain Reaction adalah suatu teknik amplifikasi DNA secara in vitro. Segmen DNA dapat dikalikan jumlahnya bahkan hingga lebih dari satu juta kali lipat hanya dalam beberapa jam. PCR dapat diaplikasikan dalam penggandaan DNA untuk berbagai keperluan karena memiliki sensitifitas yang tinggi (Handoyo dan Rudiretna, 2000) Tahapan Siklus PCR Proses PCR melibatkan beberapa tahap, yaitu predenaturasi template DNA; denaturasi template DNA; penempelan (annealing) primer pada template DNA; pemanjangan primer (elongasi) dan pemantapan (elongasi akhir). Tahapan proses dapat dilihat pada Gambar 2.6. Adapun tahapan proses secara lengkap, yaitu : 1. Predenaturasi dan Denaturasi Predenaturasi dan denaturasi dilakukan pada suhu tinggi, yaitu >90 C. Suhu yang direkomendasikan adalah C agar proses denaturasi terjadi secara tuntas. Proses denaturasi dilakukan selama 1-2 menit untuk siklus awal dan memerlukan 5-30 detik untuk siklus selanjutnya (Biolabs, 2013; Zodar, 2011). 2. Annealing Tahapan annealing atau penempelan memerlukan waktu 20 detik hingga 1 menit. Temperatur annealing yang digunakan biasanya adalah C, tergantung primer yang digunakan (Biolabs, 2013; Zodar, 2011). Temperatur dapat dioptimasi mulai dari 5 C di bawah suhu Tm. Optimasi diperlukan agar tidak terjadi mispriming atau kesalahan penempelan (Biolabs, 2013). Ikatan hidrogen antar DNA akan terbentuk bila sekuen primer memiliki kecocokan

15 20 dengan sekuen template DNA. Adanya ikatan DNA polimerase pada primer dan template DNA akan memulai sintesis DNA (Zador, 2011). 3. Elongasi dan Elongasi akhir Temperatur yang umum digunakan untuk tahapan elongasi adalah 72 C. Suhu disesuaikan dengan suhu optimum aktivitas Taq polimerase (Biolabs, 2013; Novel, dkk., 2011). DNA polimerase akan mensintesis untaian DNA komplemen pada untai template DNA dengan penambahan dntps dari ujung 5 ke ujung 3. Waktu yang dibutuhkan tergantung dari panjang fragmen DNA yang diamplifikasi (Zador, 2011). Laju pemanjangan yang disarankan adalah 1 menit per kilobasa dengan penggunaan <5 pasang primer dan 2 menit per kilobasa untuk lebih dari 6 pasang primer. Pada temperatur optimum, DNA polimerase akan mencetak ribuan DNA setiap menitnya. Suhu elongasi akhir yang digunakan adalah C selama 5-15 menit setelah siklus akhir PCR untuk memastikan untaian DNA telah seluruhnya diperpanjang (Novel, dkk., 2011). Jumlah siklus yang umum adalah kali. Namun dibutuhkan hingga 40 siklus untuk mendeteksi jumlah amplifikasi rendah (Biolabs, 2013). Jumlah amplikon pada akhir siklus PCR secara teoritis dapat dihitung menurut rumus: Y = (2 n -2n) X Keterangan: Y : jumlah amplikon n : jumlah siklus X : jumlah molekul template DNA semula (Handoyo dan Rudiretna, 2000)

16 21 I II II Gambar 2.6 Tahapan Proses Amplifikasi PCR (Zador, 2011) Keterangan gambar: (I) Tahap denaturasi untai DNA; (II) Tahap annealing primer; (III) Tahap elongasi primer Komponen Reaksi PCR 1. Template DNA Template DNA merupakan regio DNA yang mengandung fragmen target yang akan diamplifikasi (Zador, 2011). Template DNA berfungsi sebagai cetakan untuk sintesis untai DNA yang baru (Handoyo dan Rudiretna, 2000). 2. Primer Primer berfungsi sebagai pembatas fragmen DNA target yang akan diamplifikasi. Selain itu, primer merupakan penyedia gugus hidroksi (-OH) pada ujung 3 yang diperlukan saat proses elongasi DNA (Handoyo dan Rudiretna, 2000). Untuk satu regio target, diperlukan satu pasang primer yang merupakan komplemen dari ujung 3 untai DNA sense dan anti sense DNA target (Zador, 2011).

17 22 3. DNA polimerase DNA polimerase berfungsi sebagai katalis reaksi polimerisasi DNA. Enzim ini digunakan pada tahap elongasi (Handoyo dan Rudiretna, 2000). DNA polimerase yang sering digunakan adalah Taq polimerase dengan temperatur optimum berkisar sekitar 70 C (Zador, 2011). 4. dntps Deoksinukleotida trifosfat merupakan empat nukleotida (datp, dctp, dgtp dan dttp) yang mengandung gugus trifosfat. Nukleotida ini berfungsi sebagai building block dalam sintesis untai DNA (Zador, 2011). dntp akan menempel pada gugus -OH ujung 3 dari primer pada proses elongasi dan membentuk untai baru yang komplementer dengan untai template DNA (Handoyo dan Rudiretna, 2000). 5. Larutan Buffer Buffer berfungsi sebagai penyangga ph pada reaksi PCR dan menjaga stabilitas dari DNA polimerase yang digunakan (Handoyo dan Rudiretna, 2000; Zodar, 2011). 6. Kation Divalen, Magnesium atau Ion Mangan Kation berfungsi sebagai kofaktor dalam menstimulasi aktivitas DNA polimerase. Kation akan meningkatkan interaksi primer dengan template DNA yang membentuk kompleks larut dengan dntp (Handoyo dan Rudiretna). Kation yang umum digunakan adalah Mg 2+ (Zador, 2011).

18 Multiplex PCR Multiplex PCR atau disebut juga reaksi berantai polimerase adalah suatu metode enzimatis untuk memperbanyak secara eksponensial sekuen nukleotida secara in vitro (Novel, dkk., 2011). Multiplex PCR merupakan salah satu modifikasi atau variasi teknik PCR yang dapat mengamplifikasi dua hingga lebih regio DNA secara simultan (Edwards, 1994; Henegariu et al., 1997). Pada metode multiplex PCR digunakan sejumlah pasangan primer untuk mengamplifikasi regio DNA target. Keunggulan multiplex PCR bila dibandingkan dengan metode PCR lainnya, yaitu: 1. Adanya kontrol internal dari amplifikasi beberapa fragmen sekaligus. Hal ini berfungsi untuk mengetahui adanya hasil negatif palsu. Reaksi dapat dikatakan negatif atau gagal apabila seluruh produk tidak tampak pada visualisasi. Bila hanya satu atau beberapa produk saja dari seluruh fragmen yang diamplifikasi tidak tampak, dapat dikatakan hasil adalah negatif palsu. 2. Multiplex PCR lebih mampu mengindikasikan kualitas template DNA dibandingkan pada PCR tunggal. Penurunan kualitas template DNA akan menunjukkan pita-pita panjang lebih lemah dibandingkan yang pendek. 3. Efisiensi biaya dan waktu persiapan bila dibandingkan dengan multiplex tunggal. Multiplex PCR merupakan teknik yang dapat dipilih bila ingin mengeluarkan biaya serta menggunakan template DNA yang relatif sedikit. Persiapan reaksi amplifikasi untuk beberapa fragmen dapat dilakukan sekaligus. (Edwards, 1994)

19 Desain Primer Primer PCR merupakan oligodioksinukleotida atau oligomer yang didesain sebagai komplemen ujung sekuen amplikon target PCR. Dua buah primer PCR merupakan komplemen dari untai tunggal target amplifikasi sehingga tidak saling berhubungan. Pemilihan primer yang digunakan dalam proses PCR sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Panjang Primer Panjang primer yang ideal adalah bp (Henegariu, et al., 1997). Primer dengan panjang kurang dari 18 bp memiliki kemungkinan terjadinya mispriming tinggi. Hal ini akan mengurangi spesifisitas primer dan berakibat pada efektivitas dan efisiensi proses PCR. Namun pada penggunaan primer yang terlalu panjang tidak akan meningkatkan spesifisitas primer secara bermakna melainkan mengakibatkan biaya primer yang lebih mahal (Handoyo dan Rudiretna, 2000). b. Persen (%) GC Kandungan basa G dan C pada primer umumnya adalah 35-60% (Henegariu, et al., 1997). Primer dengan % (G+C) rendah diperkirakan tidak akan mampu berkompetisi untuk menempel secara efektif pada target yang dituju sehingga akan menurunkan efisiensi proses PCR. Pada ujung 3, basa nukleotida sebaiknya G atau C. Nukleotida A atau T bersifat lebih toleran terhadap mismatch dari pada G atau C karena memiliki jumlah ikatan hidrogen yang lebih sedikit (Handoyo dan Rudiretna, 2000).

20 25 c. Temperatur Annealing Temperatur annealing yang baik adalah C (Henegariu, et al., 1997). Temperatur annealing umumnya dapat dihitung 5 C lebih rendah dari perkiraan melting temperature (Judelson, 2006). d. Melting Temperature (Tm) Melting temperature adalah temperatur ketika 50% untai ganda DNA terpisah. Tm berkaitan dengan komposisi primer dan panjang primer. Secara teoritis Tm primer dapat dihitung dengan menggunakan rumus [2(A+T) + 4(C+G)] (Handoyo dan Rudiretna, 2000). Temperatur yang ideal adalah C. Primer dengan Tm di atas C akan mudah mengalami mispriming pada temperatur rendah. Primer dengan Tm rendah tidak akan dapat bekerja pada termperatur tinggi. Pada dua buah primer yang digunakan harus memiliki perbedaan Tm tidak lebih dari 5 C (Judelson, 2006). e. Interaksi Primer-primer Pada primer forward dan reverse sebaiknya tidak ada dimer maupun hairpin (Henegariu, et al., 1997). Dimer menunjukkan adanya hibridisasi antara basa primer yang identik. Dimer pada ujung 3 dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan dimer bagian lain pada Gambar 2.8. DNA polimerase dapat mengikat spesies yang identik dan memperpanjang di kedua arah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan efisiensi amplifikasi hingga produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan (Yuryev, tt). Hairpin memiliki kesamaan dengan dimer, namun pada hairpin ujung-ujung primer saling berkomplemen. Interaksi hairpin dapat dilihat pada Gambar 2.9.

21 26 Gambar 2.7 Dimer Primer pada Ujung 3 (Judelson, 2006) Gambar 2.8 Dimer Primer selain pada Ujung 3 (Judelson, 2006) Gambar 2.9 Hairpin Primer (Judelson, 2006) f. Stabilitas Primer Stabilitas primer menentukan efisiensi false priming. Primer yang ideal memiliki ujung 5' yang stabil dan ujung 3' yang tidak stabil. Jika primer memiliki ujung 3' stabil, maka ikatan ke situs komplemen akan menggantung di tepi. Hal ini akan mengakibatkan pita sekunder. Sehingga disarankan stabilitas ujung 5 lebih tinggi dibandingkan dengan ujung 3 (PBI, 2009). g. Repeats dan Runs Repeats merupakan pengulangan dinukleotida secara berurut pada primer. Sedangkan runs merupakan pengulangan nukleotida secara berurut pada primer. Adanya Repeats dan runs akan meningkatkan kemungkinan false priming. Primer tidak diperbolehkan memiliki repeats ataupun runs sebanyak tiga atau lebih (PBI, 2009).

22 27 Hasil amplifikasi dengan primer yang dirancang seringkali kurang sesuai dengan yang diharapan sehingga dianjurkan untuk melakukan optimasi proses PCR. Dalam proses optimasi dapat dilakukan perlakuan sebagai berikut: 1. Apabila produk tidak dideteksi, maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi primer atau penurunan temperatur annealing. 2. Yield produk rendah, dapat dilakukan peningkatan konsentrasi primer; untuk produk yang panjang dapat dilakukan penurunan waktu elongasi; sedangkan untuk produk yang pendek dapat dilakukan pemanjangan waktu elongasi. 3. Yield produk terlalu banyak dapat dilakukan penurunan konsentrasi primer atau untuk produk yang panjang, waktu elongasi diturunkan (Loffert, et al., 1999). 2.9 Analisis Produk PCR Produk PCR dapat dilakukan analisis dengan menggunakan elektroforesis dan sekuensing Elektroforesis Elektroforesis merupakan metode pemisahan yang digunakan untuk menentukan ukuran molekul fragmen DNA (BEC, 2003). Prinsip pemisahannya adalah molekul yang lebih kecil akan melewati pori-pori gel lebih mudah daripada yang lebih besar. Tingkat migrasi fragmen DNA linear berbanding terbalik dengan log ukurannya dalam pasangan basa. Ini berarti bahwa semakin kecil fragmen linier, semakin cepat bermigrasi melalui gel. Mobilitas molekul selama

23 28 elektroforesis dapat dipengaruhi oleh konsentrasi gel dan volume larutan gel agarosa (BEC, 2003). Elektroforesis horizontal merupakan tipe yang paling umum digunakan untuk memisahkan molekul DNA dibandingkan dengan tipe vertikal (pemisah protein). Chamber elektroforesis memiliki elektroda pada kedua ujungnya yang memiliki konduktivitas listrik yang baik (BEC, 2003). Gel agarosa yang digunakan sebagai media dibuat dengan melarutkan serbuk agarosa dalam larutan buffer mendidih. Pada beberapa eksperimen diperlukan gel agarosa dengan persentase hingga 1% atau 1,5% untuk memperoleh pemisahan yang baik. Larutan tersebut kemudian didinginkan sampai sekitar 55 C dan dituangkan ke dalam baki pengecoran yang berfungsi sebagai cetakan. Sumur dibuat dengan cetakan comb saat larutan gel mengeras. Setelah gel mengeras, gel direndam dalam buffer pada alat elektroforesis yang berisi elektroda positif di satu sisi dan elektroda negatif pada sisi yang lain. Sampel dapat dicampurkan dengan komponen, seperti gliserol atau sukrosa, yang berfungsi sebagai pemberat. Sumber listrik (DC) terhubung ke alat elektroforesis. Molekul yang memiliki muatan negatif akan bermigrasi ke arah elektroda positif (anoda) sedangkan molekul bermuatan positif bermigrasi ke arah elektroda negatif (katoda). Semakin tinggi tegangan yang diberikan maka semakin cepat sampel bermigrasi. Buffer berfungsi sebagai konduktor listrik dan untuk mengontrol ph molekul biologis. DNA bermigrasi melalui gel menuju elektroda positif selama elektroforesis (BEC, 2003).

24 29 Dalam proses elektroforesis diperlukan suatu perwarnaan untuk menentukan secara tepat migrasi sampel. Pewarna yang paling umum digunakan adalah Etidium bromida atau Methylene blue. Visualisasi hasil pemisahan elektroforesis membutuhkan sumber cahaya ultraviolet gelombang pendek (transiluminator) (BEC, 2003) Sekuensing Sekuensing berfungsi untuk memperoleh urutan DNA produk PCR. Sekuen yang diperoleh dapat digunakan untuk dibandingkan dengan sekuen wild type produk sehingga diketahui adanya perubahan urutan nukleotida (Edwards and Gibbs, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang disebabkan oleh resistensi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) terhadap minimal dua jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis Tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap dua atau lebih Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama,

Lebih terperinci

V. GENETIKA MIKROORGANISME

V. GENETIKA MIKROORGANISME V. GENETIKA MIKROORGANISME Genetika merupakan suatu cabang ilmu yang membahas tentang sifat-sifat yang diturunkan oleh suatu organisme. Penelaahan genetika secara serius pertama kali dilakukan oleh Gregor

Lebih terperinci

KROMOSOM, GEN, DAN DNA

KROMOSOM, GEN, DAN DNA KROMOSOM, GEN, DAN DNA Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antara kromosom, gen, dan DNA Menjelaskan proses replikasi, transkripsi, dan translasi Membuat peta pikiran tentang kromosom,

Lebih terperinci

Saya telah melihat cara membuat strand dna ini di internet dan akhirnya,,,, inilah hasilnya

Saya telah melihat cara membuat strand dna ini di internet dan akhirnya,,,, inilah hasilnya Untuk menghasilkan bahan 3D saya ini, bahan yang telah saya gunakan adalah kertas berwarna, dawai, double tape, gabus dan pelekat. Bahan-bahan ini merupakan bahan yang mudah untuk dicari dan semestinya

Lebih terperinci

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini akan membahas hasil PCR, hasil penentuan urutan nukleotida, analisa in silico dan posisi residu yang mengalami mutasi dengan menggunakan program Pymol. IV.1 PCR Multiplek

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN TEORI DASAR BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN TEORI DASAR BIOTEKNOLOGI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN TEORI DASAR BIOTEKNOLOGI The Central Dogma of Molecular biology Replikasi DNA: adalah proses penggandaan pita DNA dengan menggunakan DNA tetua sebagai cetakan; Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

MUTASI GEN. Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen

MUTASI GEN. Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen MUTASI GEN Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen Mutasi : Mutasi >< Perubahan Fisiologi Perubahan pada bahan genetik yang menyebabkan perubahan ekspresinya Terjadi perubahan pada tingkat metabolisme Perubahan

Lebih terperinci

STRUKTUR DNA DAN RNA

STRUKTUR DNA DAN RNA STRUKTUR DNA DAN RNA MATERIAL GENETIKA Informasi genetika dari organisme dibawa dalam bentuk molekul DNA yang pada beberapa makhluk / organisme dalam bentuk RNA yang kemudian akan dipindahkan dalam bentuk

Lebih terperinci

T25 Oktober 2013 Kelas Reguler Sore Prodi Agroteknologi UMBY Dosen : Tyastuti Purwani

T25 Oktober 2013 Kelas Reguler Sore Prodi Agroteknologi UMBY Dosen : Tyastuti Purwani T25 Oktober 2013 Kelas Reguler Sore Prodi Agroteknologi UMBY Dosen : Tyastuti Purwani DASAR-DASAR GENETIKA OLEH: SUHERMAN, Ph.D Perkembangbiakan Makhluk Hidup Aseksual ; keturunannya berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN POHON FILOGENETIK

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN POHON FILOGENETIK BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN POHON FILOGENETIK 2.1 Klasifikasi Makhluk Hidup Sistem klasifikasi organisme memiliki dua pandangan besar yaitu sistem klasifikasi Fenetik dan Filogeni. Sistem klasifikasi

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION

APLIKASI METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION APLIKASI METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION UNTUK IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER inha, GEN inha DAN GEN katg PADA ISOLAT MULTIDRUG RESISTANCE Mycobacterium tuberculosis Skripsi LUH KETUT BUDI MAITRIANI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis (TB),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis (TB), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis (TB), suatu penyakit infeksi kronik (Boucau, 2008). Mikobakterium ini dibungkus oleh

Lebih terperinci

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: RINA BUDI

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

II. BAHAN GENETIK DAN EKSPRESI GEN

II. BAHAN GENETIK DAN EKSPRESI GEN A. Latar Belakang A.1. Bahan Genetik II. BAHAN GENETIK DAN EKSPRESI GEN DNA: Deoxyribo Nucleic Acid, merupakan bahan dasar genetik yang terbentuk dari tiga komponen yaitu: 1. Basa, yang merupakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru (pulmonary tuberculosis),

Lebih terperinci

DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Luh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan bakteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan bakteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan bakteri intraseluler sebagai agen penyebab penyakit tuberkulosis pada manusia. Bakteri ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. Secara umum penyebaran bakteri ini melalui inhalasi, yaitu udara yang tercemar oleh penderita

Lebih terperinci

Indikator 30. Urutan yang sesuai dengan sintesis protein adalah

Indikator 30. Urutan yang sesuai dengan sintesis protein adalah Indikator 30 1. Fase-fase sintesis protein: 1) RNAd meninggalkan inti menuju ribosom 2) RNAt mengikat asam amino yang sesuai 3) RNAd dibentuk di dalam inti oleh DNA 4) Asam amino berderet sesuai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

BAB III. SUBSTANSI GENETIK

BAB III. SUBSTANSI GENETIK BAB III. SUBSTANSI ETIK Kromosom merupakan struktur padat yg tersusun dr komponen molekul berupa protein histon dan DNA (kumpulan dr kromatin) Kromosom akan tampak lebih jelas pada tahap metafase pembelahan

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Desain Primer secara in silico untuk Amplifikasi Fragmen Gen rpob Mycobacterium tuberculosis DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena resistensi tuberkulosis ( TB). MDR-TB didefinisikan sebagai keadaan resistensi terhadap setidaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 10. GENETIKA MIKROBA Genetika Kajian tentang hereditas: 1. Pemindahan/pewarisan sifat dari orang tua ke anak. 2. Ekspresi

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Hasil yang diperoleh dari tahapan penelitian akan dijelaskan pada bab ini. Dimulai dengan amplifikasi gen katg, penentuan urutan nukleotida (sequencing), dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

APLIKASI METODE POLYMERASE CHAIN REACTION APLIKASI METODE POLYMERASE CHAIN REACTION-RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (PCR-RFLP) UNTUK DETEKSI MUTASI PROMOTER inha PADA PASIEN MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) Skripsi

Lebih terperinci

TRANSLASI. Sintesis Protein

TRANSLASI. Sintesis Protein TRANSLASI Sintesis Protein TRANSLASI TRANSLASI : adalah proses penterjemahan informasi genetik yang ada pada mrna kedalam rantai polipeptida/protein Informasi genetik pada mrna berupa rangkaian basa atau

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Ekspresi gen

Pokok Bahasan: Ekspresi gen Pokok Bahasan: Ekspresi gen Sub Pokok Bahasan : 3.1. Regulasi Ekspresi 3.2. Sintesis Protein 3.1. Regulasi ekspresi Pengaruh suatu gen dapat diamati secara visual misalnya pada anggur dengan warna buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi dan Struktur Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria berfungsi sebagai organ respirasi dan pembangkit energi dengan

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan sekuen non kode (sekuen yang tidak mengalami sintesis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun Bakteri Mtb termasuk ke dalam genus Mycobacterium dengan bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun Bakteri Mtb termasuk ke dalam genus Mycobacterium dengan bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium tuberculosis (Mtb) merupakan jenis bakteri yang menyebabkan penyakit TB. Mtb pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882.

Lebih terperinci

PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Unitas, Vol. 9, No. 1, September 2000 - Pebruari 2001, 17-29 PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) [General Principles and Implementation of Polymerase Chain Reaction] Darmo Handoyo

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI FRAGMEN DAN IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER

AMPLIFIKASI FRAGMEN DAN IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER AMPLIFIKASI FRAGMEN DAN IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER inha, GEN inha DAN GEN katg PADA ISOLAT MULTIDRUG RESISTANCE Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) DENGAN METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION SKRIPSI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan cara memfermentasi karbohidrat, selnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resistensi bakteri Resistensi antibiotik menjadi masalah ketika antibiotik digunakan secara luas dengan tujuan pemusnahan bakteri, akan tetapi bakteri yang resisten terhadap

Lebih terperinci

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI Deniariasih, N.W. 1, Ratnayani, K. 2, Yowani, S.C. 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

EKSPRESI GEN. Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga

EKSPRESI GEN. Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga EKSPRESI GEN Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga Mengalirnya informasi dari DNA menuju protein tidak dapat berjalan secara langsung. Pertama DNA akan digunakan sebagai model / cetakan dalam sintesis

Lebih terperinci

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION Proses Amplifikasi Daerah Promoter inha pada Isolat P11 Mycobacterium tuberculosis Multidrug Resistance di Bali dengan Teknik Polymerase Chain Reaction (Asmara, A. A. R., Yustiantara, S., Yowani, S.C.)

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI. Perubahan Genetik, Replikasi DNA, dan Ekspresi Gen

BIOTEKNOLOGI. Perubahan Genetik, Replikasi DNA, dan Ekspresi Gen BIOTEKNOLOGI Perubahan Genetik, Replikasi DNA, dan Ekspresi Gen Sekilas tentang Gen dan Kromosom 1882, Walther Flemming menemukan kromosom adalah bagian dari sel yang ditemukan oleh Mendel 1887, Edouard-Joseph-Louis-Marie

Lebih terperinci

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging DNA membawa informasi genetik dan bagian DNA yang membawa ciri khas yang diturunkan disebut gen. Perubahan yang terjadi pada gen akan menyebabkan terjadinya perubahan pada produk gen tersebut. Gen sering

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggandaan dan penyediaan asam amino menjadi amat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

19/10/2016. The Central Dogma

19/10/2016. The Central Dogma TRANSKRIPSI dr.syazili Mustofa M.Biomed DEPARTEMEN BIOKIMIA DAN BIOLOGI MOLEKULER FK UNILA The Central Dogma 1 The Central Dogma TRANSKRIPSI Transkripsi: Proses penyalinan kode-kode genetik yang ada pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI TEKNIK PCR OVERLAPPING 1. Sintesis dan amplifikasi fragmen ekson 1 dan 2 gen tat HIV-1 Visualisasi gel elektroforesis

Lebih terperinci

Definisi Sintesis Protein

Definisi Sintesis Protein Definisi Sintesis Protein Manusia, hewan, dan tumbuhan sangat memerlukan protein sebagai unsur utama penyusun tubuhnya. Protein pada manusia dan hewan terdapat paling banyak pada membran sel, sitoplasma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kodon (kode genetik) adalah deret nukleotida pada mrna yang terdiri atas kombinasi tiga nukleotida berurutan yang menyandi suatu asam amino tertentu sehingga sering

Lebih terperinci

Proses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita

Proses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita Proses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita 1. Replikasi 2. Transkripsi 3. Translasi TOPIK REPLIKASI Replikasi: Adalah proses perbanyakan bahan genetik. Replikasi bahan genetik dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut (6):

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut (6): BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Escherichia coli Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut (6): Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies : Bacteria : Proteobacteria : Gammaproteobacteria :

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mitokondria Mitokondria merupakan salah satu organel yang mempunyai peranan penting dalam sel berkaitan dengan kemampuannya dalam menghasilkan energi bagi sel tersebut. Disebut

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL 3.1.1 Isolasi Vibrio harveyi Sebanyak delapan isolat terpilih dikulturkan pada media TCBS yaitu V-U5, V-U7, V-U8, V-U9, V-U24, V-U27, V-U41NL, dan V-V44. (a) (b) Gambar

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

Skripsi MADE RAI DWITYA WIRADIPUTRA

Skripsi MADE RAI DWITYA WIRADIPUTRA DETEKSI MUTASI DAERAH RRDR GEN rpob PADA ISOLAT DNA SPUTUM PASIEN MULTIDRUG RESISTANTT Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) DENGANN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION-RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi RNA Total RNA total sengon diisolasi dengan reagen Trizol dari jaringan xylem batang sengon yang tua (berumur 5-10 tahun) dan bibit sengon yang berumur 3-4 bulan.

Lebih terperinci

Nama : Abed Nego Silaban. Kelas XII IPA 1 UJI KOMPETENSI. A. Pilihan Ganda

Nama : Abed Nego Silaban. Kelas XII IPA 1 UJI KOMPETENSI. A. Pilihan Ganda Nama : Abed Nego Silaban Kelas XII IPA 1 UJI KOMPETENSI A. Pilihan Ganda 1. Pernyataan berikut yang tidak benar mengenai mutasi adalah... a. Mutasi hanya terjadi pada kromosom kelamin b. Mutasi terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis, agen penyebab TB yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hewan Babi Hewan babi berasal dari Genus Sus, Linnaeus 1758 mempunyai bentuk hidung yang rata sangat khas, hewan ini merupakan jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.

Lebih terperinci

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN Protein Kuliah Biokimia ke-3 PS Teknologi Hasil Pertanian Univ.Mulawarman Krishna P. Candra, 2015 PROTEIN Protein berasal dari kata latin Proteus (penting) Makromolekul yang dibentuk dari satu atau lebih

Lebih terperinci

Kasus Penderita Diabetes

Kasus Penderita Diabetes Kasus Penderita Diabetes Recombinant Human Insulin Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Sejak Banting & Best menemukan hormon Insulin pada tahun 1921, pasien diabetes yang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Debbie S. Retnoningrum Sekolah Farmasi, ITB Pustaka: 1. Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, hal. 27-28; 110-120 2. Groves MJ, 2006, hal. 40 44 3. Brown TA, 2006,

Lebih terperinci

Bagian-bagian kromosom

Bagian-bagian kromosom BAB3: SUBSTANSI GENETIKA KROMOSOM Bagian-bagian kromosom 1. kromatid. 2. senrtomer. 3. lengan pendek. 4. lengan panjang. SUBSTANSI GENETIKA Seluruh peristiwa kimia (metabolisme) diatur oleh suatu master

Lebih terperinci

BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA

BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA 03 MATERI AN LATIHAN SBMTN TO LEVEL - XII SMA BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK Komponen terkecil penyusun makhluk hidup disebut sel. Setiap sel eukariotik memiliki nukleus yang mengandung kromosom. Setiap

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inha MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inha MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inha MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) I Gusti Ayu Agung Septiari 1 *, Putu Sanna Yustiantara 1,2, dan

Lebih terperinci

BAHAN PENYUSUN GENETIK

BAHAN PENYUSUN GENETIK Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agribisnis Pertemuan Ke 4 BAHAN PENYUSUN GENETIK Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

BABm METODE PENELITIAN

BABm METODE PENELITIAN BABm METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectioned, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan distnbusi genotipe dan subtipe VHB

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR

KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR Arif Sardi Biologi, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom:

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: 100 Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: DNA polimer nukleotida (deoksiribosa+fosfat+basa nitrogen) gen (sekuens/dna yang mengkode suatu polipeptida/protein/sifat

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi dan Karakteristik Bahan Baku Produk tuna steak dikemas dengan plastik dalam keadaan vakum. Pengemasan dengan bahan pengemas yang cocok sangat bermanfaat untuk mencegah

Lebih terperinci

Ada 2 kelompok basa nitrogen yang berikatan pada DNA yaitu

Ada 2 kelompok basa nitrogen yang berikatan pada DNA yaitu DNA DNA adalah rantai doble heliks berpilin yang terdiri atas polinukleotida. Berfungsi sebagi pewaris sifat dan sintesis protein. Struktur DNA (deoxyribosenucleic acid) yaitu: 1. gula 5 karbon (deoksiribosa)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

EKSPRESI GEN. Dyah Ayu Widyastuti

EKSPRESI GEN. Dyah Ayu Widyastuti EKSPRESI GEN Dyah Ayu Widyastuti Ekspresi Gen Gen sekuen DNA dengan panjang minimum tertentu yang mengkode urutan lengkap asam amino suatu polipeptida, atau RNA (mrna, trna, rrna) Ekspresi Gen Enam tahapan

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci