BAB IV PENYAKIT PARASITER PADA KARNIVORA. Gastrointestinal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENYAKIT PARASITER PADA KARNIVORA. Gastrointestinal"

Transkripsi

1 BAB IV PENYAKIT PARASITER PADA KARNIVORA Gastrointestinal Helminthiosis Ankilostomiasis Penyebab Ancylostoma caninum, A. braziliensis, Bunostomum spp., Necatorspp., Uncinaria spp,, Lokasi Usus halus Hospes Anjing, kucing, serigala, rubah dan kamivora liar lainnya. Deskripsi Cacing yang termasuk dalam Nematoda ini memiliki ciri spesifik adanya kapsula bukalis dan gigi untuk menghisap darah. Siklus hidup Larva stadium 3 dapat masuk ke dalam tubuh hospes melalui mulut (per os) atau per kutan. Untuk larva 3 yang per os, dapat juga mengalami migrasi somatik masuk melalui Kripta Lieberkuhn dan usus kecil. Pada larva yang masuk per kutan akan migrasi lewat pembuluh darah, ke jarrtung, ke alveoli, bronchioli dan trachea (migrasi tracheal). Gambaran patologis Cacing ini dapat mengakibatkan anemia, oedem, kadang-kadang terlihat ascites, hepar berwarna coklat muda. Pada usus hewan yang terinfeksi dapat mengalami hemoragi, mukosa membengkak tertutup mukosa, terlihat bintik merah pada mukosanya. Kadangkadang dapat ditemukan cacing di bagian mukosa. Gejala klinis Gejala yang spesifik tidak nampak, namun hewan terlihat mengalami dermatitis, diare dengan feses yang terkadang bercampur darah. Pertumbuhan terhambat, bulu kering dan kasar. Pada membrana mukosa terlihat pucat, kelemahan umum. Pada ja-c darah terlihat eosinofilia. Pada anak anjing yang terinfeksi dapat secara prenata melalui kolostrum. Anemia yang berat dapat terjadi kematian 3 minggu seteian kelahiran. Universitas Gadjah Mada 1

2 Patogenesis Berat ringannya penyakit dapat dikategorikan berdasarkan umur, misalnya pada yang muda lebih peka. Pada anjing yang diberi makan dengan baik relattf tahan terhadap infeksi. Apabila cadangan zat besi cukup, maka dapat terjadi anemia normositik normokromik, tetapi bila tidak cukup maka anemia mikrositik hipokromik. Infeksi per kutan dapat mengakibatkan gatal-gatal yang apabila digaruk mengakibatkan eksem basah. Kutaneus tarva migran dapat menimbulkan papula dan alur radang di kultt (pruritis). Cacing dewasa dapat menghisap darah dengan rakus 0,8 ml/cacing/hari yang dapat mengakibatkan kematian karena anemia dan diare berdarah. Pada kejadian kronis, terlihat anoreksia, pertumbuhan badan terhambat dan bulu jelek. Pada A. brazitiensis tidak secara nyata nampak anemia, 0,001 ml/cacing/hari. Pada infeksi berat dengan jumlah cacaing lebih 500 ekor cacing dewasa akan mengakibatkan hipoproteinemia dan diare. Diagnosa Dapat dilakukan dengan melihat gejala-gejala klinis dan penemuan telur cacingnya dalam pemeriksaan feses. Terapi Pengobatan dapat diberikan dengan memberi Tetrachioroethylene 0,2 ml/kg bb. Disophenol 7,5 mg/kg bb., Dtehlorvos mg/kg bb. Tetramizole 7,5-10 mg/kg bb, Mebendazole 40 mg/kg bb dan Nitroscanate 50 mg/kg bb. Pencegahan dan pengendalian Dapat dilakukan dengan cara memutus siklus hidup, yaitu pada L1 dan L2 tidak tahan terhadap kekeringan, untuk ttu larrtai selalu dijaga kebersihannya, feses sering dibersihkan. Lantai dibersihkan dengan Sodium borate 2 kg/10 m2. Untuk pennanganan suportif, dapat diberikan makanan yang kaya protein atau Iransfusi darah. Selain pemberian anthelmintika sangat dianjurkan. Dirofilariasis Penyebab Dirofilaria imitis Lokasi Ventrikel sebelah kanan dari jantung, arteria puimonalis. Universitas Gadjah Mada 2

3 Hospes Anjing, kucing, bisa manusia, kuda, singa dan beruang. Deskripsi Cacing nematoda ini memifiki panjang pada yang jantan cm, sedang betina cm, langsing, pada ujung posterior jantan ada spiral. Pada ekor terdapat aiae tateralis kecil. Pada yang betina bersifat ovovivipar, mikrofilaria ada di darah setiap saat. Siklus hidup Pada sikulusnya membutuhkan hospes intermedier nyamuk seperti culex, aedes, anopheles, dan sebagatnya. Nyamuk menghisap darah dari hospes defrnitif yang sakit, maka mikrofilaria akan terhisap masuk ke nyamuk, menuju tubulus malphigi ke rongga tubuh dan fabium dan kemudian dapat infektif selama hari. Nyamuk dengan larva infektif akan menghisap darah dan sekaligus memasukan mikrofilaria ke hospes, mengikuti aliran darah, ke jantung, ke arteria pulmonalis.. Gambaran patoiogis Dirofilaria dapat menyebabkan penyakft sistemik yang melibatkan penyakit paru-paru, jantung, hepar dan ginjal. Gejaia klinis Tergantung pada berat ringannya infeksi yang dapat mengakibatkan simptomatis atau asimptomatis. Pada kasus kronis dapat terjadi batuk, penurunan berat badan. Diagnosa Diagnosa dapat dilakukan dengan menemukan filaria yang kadang drtemukan dalam urin. Pada pemeriksaan natif dengan material darah dicampur antikoagulan dapat ditemukan mikrofilaria, meskipun sangat sulit dilakukan. Terapi Pengobatan dapat diberikan dengan Levamizole yang efektif terhadap mikrofilaria dengan dosis mg/kg bb po selama 14 hari. Ivermectin dapat berefek pada mikrofilaria, namun tidak untuk cacing dewasa. Untuk dewasa, dapat diberikan Metersamin 2,5 mg/kg bb dengan jarak pemberian 24 jam efektif untuk cacing filaria dewasa. Universitas Gadjah Mada 3

4 Pencegahan dan pengendalian Pemberantasan vektor seperti nyamuk sangat diperlukan. Ascariasis Penyebab: Toxocara canis, T. cati, T. leonina, T. mystax. Lokasi Usus halus Hospes Anjing, kucing dan srigala. Deskripsi Merupakan cacing nematoda yang banyak ditemukan pada anjing dan kucing. Cacing jantan memiliki panjang 10 cm, sedangkan betina 18 cm. Ada alae servikalis, untuk jantannya ada aiae caudalis. Panjang spikulum 0,75-0,95 mm. Telur berbentuk globular dengan dinding tebal 90 x 75 µn. Siklus hidup Memiliki siklus hidup yang komptek terdiri dari prenatal, colostral, paratenik dan tengsung. Telur infektif terteten oleh anjing, kemudtan masuk ke datam usus, menetas menjadi larva stadium 2 untuk selanjutnya menuju ke berbagai jaringan tubuh seperti hepar, pancreas dan ren. Kalau anjing betina bunting, maka L2 akan migrasi ke tubuh foetus mengakibatkan infeksi prenatal. Kemudian L2 menjadi L3 di hepar fetus, setelah fetus lahir L3 dapat ditemukan di paru-paru anak anjing kemudian berubah menjadi L4 di lambung dan pulmo, untuk selanjutnya menjadi L5 di usus. Periode prepaten yang dibutuhkan pada infeksi pre natal adalah hari setelah tahir. Pada infeksi transmamaer, larva berada di air susu induk, anak menyusui, kemudian tertular dan eating menjadi dewasa di usus anak anjing. Gambaran patologis Pada infeksi berat terjadi karena kebersihan yang buruk, terutama pada hewan muda. Infeksi pre natal pada T. canis dapat mengakibatkan kematian pada anak anjing. Apabila migrasi ke paru-paru maka akan menyebabkan pneumonia. Gejala klinis Kelemahan umum, muntah, diare, pneumonia, berakhir dengan kematian. Pada infeksi I sedang, ketemahan umum, peart touncit, tliare intermitten dan anemia. Universitas Gadjah Mada 4

5 Diagnosa Dilakukan berdasarkan gejala klinis dan menemukan telur eating dalam tinja. Terapi Pemberian berbagai macam anthelmintik dapat diberikan. Pemberian Fenbendazole dosis 50 mg/kg bb per hari hingga 2 minggu post partum. Dengan Ivermectin, jumlah eating dapat menurun drastis dengan dosis 0,3 mg/kg bb sc. Pencegahan dan pengendalian Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga keberishan, terutama pembuangan kotoran anjing dan kucing dan penggunaan desinfektan lantai untuk membunuh telur eating. Toksoplasmosis Penyebab Toxoplasma gondii Lokasi Jaringan Hospes Intermedier: Semua mamalia, manusia dan burung. Definitif: Semua hewan karnivora golongan Feliidae (kucing). Siklus hidup Toxoplasma gondii dimulai setelah oosista tertelan oleh hewan berdarah panas manusia. Parasit tersebut merupakan parasit intraseluler pada jaringan, terutama pada otot dan epitel usus. Pada infeksi akut yang berat, parasit dapat ditemukan dalam darah dan eksudat peritoneal. Pada kucing dan genus Felidae, siklus ini meliputi fase enteroepitelial dan ekstraintestinal, sedangkan pada hospes lain hanya terdapat fase ekstraintestinal. Siklus di dalam kucing ini sendiri dapat berlangsung kira-kira hari setelah infeksi dengan oosista, akan tetapi dapat hanya 3 sampai 5 hari apabila kucing tersebut menelan daging, misalnya daging tikus yang di dalamnya terdapat sista. Baik hospes definitif maupun hospes perantara, dapat terinfeksi dengan cara menelan oosista infektif maupun sista yang terdapat dalam jaringan hewan penderita. Oosista tersebut di dalam usus akan pecah dan melepaskan 8 sporozoit yang selanjutnya akan berkembang secara intraseluler di dalam usus dan nodus limfatikus. Setelah menembus lamina propia usus, organisme akan menyebar dalam darah dan limfe yang akhirnya terbentuklah takizort yang akan menyebar Universitas Gadjah Mada 5

6 ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan limfe. Takizort sendiri dapat menembus selsel yang besar di dalam tubuh dan memperbanyak diri secara intraseluler sampai sel yang ditempati menjadi hancur. Adanya kombinasi antara tanggap kebal berperantara sel dan humoral yang terjadi pada individu yang imunokompeten, akan dapat menghambat replikasi, sehingga akan menyebabkan terhambatnya perkembangan sista jaringan yang mengandung bradizoit. Perbanyakan dari takizort akan dapat menyebabkan luka pada jaringan yang apabila berlangsung lama, akan menjadi parah dan menimbulkan kematian akibat imnudefisiensi. Bradizoit sebetulnya tidak terlibat dalam proses yang dapat menimbulkan peradangan. Oleh karena itu dapat bertahan dalam jaringan selama hidup hospes. Bentuk dari sista jaringan akan lebih mudah terbentuk dalam sistim syaraf pusat, otot dan organ-organ dalam. Bradizoit yang ada di dalam sista dapat juga menjadi aktif, menyebabkan parasfiemia, mentmbutkan infeksi dan pecahnya jaringan sehingga dapat menimbulkan gejala klinis. Oosista yang keluar dari hospes definitf akan mengatami sporulasi di bawah kondisi alam yang sesuai menjadi 8 sporozoit, yaitu bentuk yang infektif pada manusia dan hewan. Apabila oosista yang telah bersporulasi ini mencemari makanan atau minuman dan kemudian tertelan oleh hospes perantara, maka akan pecah di dalam usus. Sporozoit yang dikeluarkan tersebut akan menginfeksi dan selanjutnya mengadakan muttiptikasi di dalam sel epitel usus dan fimfonodus di sekitarnya, sehingga akhimya terbentuk trofozoit. Trofozort ini akan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan limfe. Selanjutnya terjadilah fase mukiplikasi secara seksual yang akan membentuk sista jaringan dengan kandungan bradizoit yang banyak. Secara seksual (gametogenesis), trofozoit akan mengadakan multiplikasi dan diferensiasi intraseluler secara endodiogeni, sehingga masing-masing trofozoit akan menghasilkan dua merozoit. Siklus reproduksi yang repetitif tersebut akan membentuk koloni organisme yang berbentuk roset dengan sel mukosanya yang mengalami pembengkakan, kemudian pada akhirnya akan pecah. Proses selanjutnya adalah pembelahan secara skizogoni yang akan menghasilkan 5 sampai 32 merozoit yang masuk ke dalam lumen usus dan menembus sel epitel usus di sekitarnya. Merozoit tersebut selanjutnya akan mengalami proses pembentukan garnet atau gametogoni yang akan menghasilkan mikrogamet (garnet jantan) dan makrogamet (garnet betina). Apabila kedua garnet tersebut bersatu, maka terjadilah zigot atau bentukan yang dinamakan oosista. Oosista tersebut selanjutnya akan keluar bersama dengan feses yang masih non infektif. Melalui suatu proses yang dinamakan sporulasi, oosista tersebut akan berkembang menjadi sporoblas yang di dalamnya masing-masing Tnengandung sporosista. Sporosista tersebut masing-masing akan membetah diri lagi untuk menghasilkan 4 sporozott. Sehingga di dalam 1 oosista terdapat 8 sporozoit. Gametostt sendiri pembentukannya bertangsung di datam usus halus setama 3 sampai 15 hari setelah infeksi terjadi Periode yang dibutuhkan mulai dari masuknya oosista atau parasit ke dalam tubuh Universitas Gadjah Mada 6

7 hospes hingga terjadinya gejala klinik atau periode prepaten dari toxoplasma adalah hari. Perkembangan selanjutnya akan berakhir di dalam usus kucing, yaitu dengan terbentuknya oosista. Untuk berkembang menjadi oosista di dalam tubuh kucing dapat memerlukan yang lebih singkat, apabila infeksi yang terjadi berupa penelanan sistozott atau bentuk bradizoitnya, yaitu berkisar antara 3-21 hari. Apabila kucing tersebut menelan bentuk takizoit, maka perlu waktu hari. Siklus perkernbangan Toxoplasma gondii akan lebih sempurna apabila kucing memakan jaringan atau daging dari hospes perantara yang mengandung sista jika dibanding menelan oosista dari tanah. Dengan demikian, maka jumlah oosista yang dikeluarkan bersama kotoran kucing akan lebih banyak setelah menelan sista jaringan apabila dibanding dengan menelan oosista yang bersporulasi. Oosista adalah berrtuk dari T. gondii yang hanya terdapat pada kotoran (feses) kucing dan sebangsanya yang menderita toksoptesmosis. Oosista ini mempunyai bentuk sperikal dengan ukuran untuk yang bersporulasi adaiah 11-14x9-11 µn, tanpa mikropil, residu atau butir polar dan berisi 2 sporosista berbentuk efip dengan ukuran kira-kira 8,5 x 6 µn, tanpa disertai benda stieda. Sporozoit memiliki ukuran 8x2 µm. Tiap-tiap oosista mengandung 4 sporosista yang mempunyai bentuk elipsoid. Sporulasi terjadi pada temperatur 24 C dalam waktu 2 sampai 3 hari dan oosista yang bersporulasi memiliki ukuran 13 x 12 µm. Bentuk ini sangat tahan terutama yang telah mengalami sporulasi (mengandung sporozoit) dapat bertahan selama 306 hari pada suhu 37 C dan pada suhu antara 37 C - 50 C, oosista yang belum bersporulasi hanya akan dapat bertahan selama 24 jam. Dengan pendinginan pada suhu -21 C, pada oosista yang belum bersporulasi akan dapat bertahan sampai 28 hari. Sedangkan pada suhu -6 C oosista ini mampu bertahan sampai 14 hari. Selanjutnya, pada kondisi tingkungan yang optimal, oosista dapat bertahan infektif hingga 5 tatrun. Meskipun demikian ternyata tidak ada hubungan antara kejadian toksoplasmosis yang dideteksi secara serologis dari suatu hospes dengan keadaan cuaca atau perubahan iklim. Oosista-oosista yang dilepaskan oleh kucing, selanjutnya pada saat hujan dapat mengapung di permukaan air, dapat masuk ke dalam larva cacing, menempel di tubuh cacing, atau terjilat oleh insekta. Dengan demikian, dengan cara tersebut memungkinkan oosista-oosista dapat menyebar kemana-mana sebagai suatu sumber infeksi toksoplasmosis. Suatu infeksi buatan pernah dilakukan terhadap kucing dengan memberikan 1 juta oosista per oral. Pada saat defekasi pertama, dapat ditemukan 1 juta oosista-oosista dari 1 gram tinja kucing. Jumlah tersebut memang tergantung pada infeksi yang diberikan sebelumnya. Dalam proses selanjutnya selama periode prepaten, dapat dihasilkan hingga 600 juta oosista. Penularan toksoplasmosis dapat terjadi dengan cara kongenital dan perolehan. Cara Universitas Gadjah Mada 7

8 penularan kongenital adalah dengan masuknya organism parasit tersebut melalui plasenta dari ibu yang dipindahkan dari hospes definitif (kucing) yang terinfeksi yang menular ke fetusnya (bayi). Kucing biasanya menderita toksoplasmosis namun tanpa menunjukkan gejala atau asimtomatik. Kejadian tersebut beriangsung subktinik, akan tetapi pada keturunannya manifestasi tersebut dapat menjadi infeksi klinik. Penularan dengan cara perolehan tersebut dapat terjadi selama periode embrionik melalui berbagai cara, misatnya peroral, melatui luka, melalui telur cacing dan sebagainya. Penularan yang paling sering terjadi pada manusia dan hewan termasuk unggas adalah melalui makanan yang terkontaminasi oleh oosista dari imja kucing atau sebangsanya. Pada kenyataannya, infeksi yang terjadi melalui oosista dari kucing, ternyata kurang berperan menimbulkan toksoplasmosis jika dibanding dengan infeksi yang diperoleh melalui daging yang tercemar sista. Penularan pada manusia paling sering terjadi dengan cara mengkonsumsi daging mentah atau daging kurang matang, terutama daging domba dan babi. Selain itu juga sering terjadi akibat makan sayuran mentah yang tidak dicuci sebelumnya. Infeksi lain yang potensial adalah melalui plasenta, minum air susu domba atau menghirup udara yang tercemar oosista. Prevalensi yang tinggi akibat toksoplasmosis sering dijumpai pada daerah dataran rendah. Telah banyak penetitian yang dilakukan lerhadap kejadian penyakit Toksoplasmosis dengan tingkat prevalensi yang beraneka ragam dengan tergantung pada musim, ada tidaknya toeing dan sebangsanya serta letak geografis. Beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi tingkat prevalensi toksoplasmosis adalah : kepekaan spesies, kebiasaan makan rumput dan adanya sejumlah oosista dari kucing liar yang terinfeksi oosista toksoplasma. Gejala Pada umumnya toksoplasmosis tidak menunjukkan gejala yang khas. Hal tersebut terjadi terutama pada kasus setema siklus enteroepitelial, sehingga pada penyakit ini tidak memberikan gambaran spesifik pada saluran gastrointestinal. Berlainan dengan kasus toksoplasmosis ekstraintestinal, gambaran klinisnya lebih terlihat dengan infeksi melalui plasenta. Hal ini dapat berakibat kematian pada anak yang dikandungnya. Gejala-gejala klinis yang sering menyertai toksoplasmosis adalati demam, hiperestesia otot, turunnya berat badan tubuh, anoreksia dan ataksia, Terdapat 3 tipe infeksi T. gondii dengan menunjukkan gejata klinis yang berbeda, yaitu toxoplasmosis akut, sub akut dan kronis. Dari ketiga gejala tersebut, tampaknya loksoplasmosis subakut merupakan infeksi yang lebih nyata terjadi sebagai akibat dari kerusakan sistim syaraf pusat dan kerusakan jaringan. Begitu banyaknya orang dengan Universitas Gadjah Mada 8

9 hasil pemeriksaan serologis positif terhadap toksoplasmosis, menandakan, bahwa infeksi ini sebetulnya jinak. Sebagian besar dari orang-orang tersebut tidak atau hanya sedikit menunjukkan gejala ringan misatnya pilek ataupun flu ringan. Mungkin gejala yang lebih berat akan terlihat pada infeksi kongenital, transpiasentai atau pada pasien yang rentan. Kucing di seluruh dunia merupakan sumber laten dari infeksi Toxop/asma gondii. Infeksi Toksoplasma pada kucing tidak menunjukkan gambaran Minis yang spesifik. Dari suatu penelitian hanya dijumpai gejala klinis pada kucing yang baru dilahirkan dengan gejala klinis seperti enteritis, hepatitis, miokarditis, miositis, pneumoni dan ensefalitis, Setelah 2 minggu kemudian gejala klinis ini menjadi hilang dan kadang-kadang masih disertai temperatur tubuh yang meningkat. Gejala-gejala spesifik yang lain tidak dijumpai. Pada kucing yang dijumpai dengan mengeliminasikan oosista dalam jumlah besar, hanya sedikit terjadi diare ringan. Beberapa laporan penelitian dan pengamatan terhadap kejadian infeksi alam pada kucing dijumpai adanya gejala-gejala anoreksia, demam, gejala gangguan pemafasan dan ensefalitis. Toksoplasmosis yang kronis sering disertai adanya gejala-gejala anoreksia, anemia, abortus, steril, gangguan syaraf pusat, demam, miokarditis dan gangguan pernafasan. Pada kucing umur 2 minggu dengan toksoplasmosis akut, sebelum mati akan menunjukkan gejala pneumonia, hepatitis, miokarditis, ensefalitis dan retinitis yang kemungkinan besar infeksi ini diperoleh secara transplasenter. Penelitian pada kucing yang menderita toksoplasmosis bersama dengan infeksi Feline Immunodeficiency Virus (FIV), infeksi dapat berkembang menjadi suatu tnfeksi dengan gejala-gejata penyakit klinis. Toxoplasma gondii merupakan penyakit parasiter yang sering terjadi juga pada hewan karnivora. Anjing datang hari ini juga berperan penting dalam penyebaran toksoplasmosis. Penelitian secara serologis pada anjing di Eropa menunjukkan adanya tingkat prevalensi yang besarnya 7-89 %. Anjing biasanya mendapat infeksi dari T. gondii terutama karena makan daging yang mengandung sista. Infeksi yang lain dapat diperoleh melalui kontaminasi dari kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasmosis. Dari infeksi ini, anjing merupakan awal dari sumber infeksi untuk hewan yang fain. Sista yang diperoleh per oral dalam bentuk sporozoit akan menembus organ dan berkembang lebih lanjut secara endodiogeni. Infeksi toksoplasmosis pada anjing pada umumnya juga berjalan tanpa menunjukkan gejala klinis yang spesifik, karena parasit ini secara teratur dikeluarkan oleh anjing yang sehat. Infeksi laten Toksoplasma pada unggas diduga dijumpai pada berbagai jenis burung dan unggas yang dipelihara di rumah. Dari jenis-jenis unggas yang mungkin dapat terinfeksi adalah : ayam, kalkun, burung merpati dan itik. Selain itu pada burung kenari dan bangau pernah juga dilaporkan adanya kematian akibat toksoplasmosis. Dalam peternakan unggas yang dipelihara secara intensif, kasus infeksi toksoptasmosis jarang dijumpai. Universitas Gadjah Mada 9

10 Diagnosa Diagnosa toksoplasmosis secara klinis pada hewan dan manusia sangat diteguhkan mengingat penyakit ini bersifat asimtomatis atau subklinis pada infers kronis, sedangkan pada infeksi yang akut, gejala umumnya mirip dengan penyakit infeksi lain. Sehingga perlu dilakukan upaya pembuktian adanya Toxoplasma gondii dengan berbagai cara. Secara umum, diagnosa toksoplasmosis dapat ditegakkan dengan mengelompokkannya menjadi 3 macam, yaitu diagnosa klinis, biologis dan laboratoris. Diagnosa akan menjadi lebih sulit, jika gejala klinis toksoplasmosis menyerupai penyakit infeksi dan non infeksi yang lain. Untuk itu, perlu dilakukan diagnosa lain yang meyakinkan dengan cara isolasi parasit tersebut dan menginokulasikan jaringan yang diduga pada meneit atau hewan-hewan percobaan lain yang peka. Diagnosa-diagnosa tersebut di atas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Diagnosa serologis dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi di dalam serum berupa IgM dan IgG, serta adanya antigen dalam tubuh hospes. Kadang-kadang suatu diagnosa menjadi tidak sensitif terutama pada pasien yang memiliki respon imun kurang. Selain itu, dengan pemeriksaan histologis juga kadang-kadang tidak menemukan adanya parasit, mengingat perubahan pada toksoplasmosis tidak spesifik. Pencegahan Toksoplasmosis di seluruh dunia kejadiannya relatif tinggi. Diduga hampir 500 juta manusia dari seluruh dunia secara serologis menderita toksoplasmosis. Di USA diperkirakan 3000 bayi yang lahir menderita toksoplasmosis kongenital setiap tahun dan menimbulkan beban biaya perawatan antara US$ juta. Angka tersebut belum termasuk kerugian moril akibat keguguran atau kematian bayi. Toksoplasmosis pada kambing dan domba memegang peranan yang sangat penting, mengingat kasus abortus yang banyak terjadi terutama pada domba. Di seluruh dunia kurang lebih terdapat % domba yang seropositif terhadap toksoplasmosis. Sedangkan pada anak domba di Inggris, terdapat angka 2,2 % seropositif. Sumber infeksi toksoplasmosis di peternakan domba kebanyakan berasal dari pakan yang tercemar oosista toksoplasma dan infeksi dapat tahan selama 2 tahun. Mengingat infeksi yang sering terjadi adalah per oral atau melalui mulut, maka hal tersebut dijadikan sebagai dasar utama pencegahan masuknya bentuk infektif ke dalam tubuh hospes definitif atau hospes perantara. Beberapa cara berikut ini dianjurkan sebagai upaya untuk mencegah infeksi toksoplasmosis pada manusia: Daging yang akan dikonsumsi, terutama daging domba, babi dan kelinci, harus dimasak terlebih dahulu agar sista-sista toksoplasma yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut mati. Universitas Gadjah Mada 10

11 Kucing yang dipelihara di rumah sebaiknya diberi pakan matang untuk mencegah infeksi yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat pakan, minum dan alas tidur harus selalu dicuci/dibersihkan. Bak pasir kotoran kucing dibuang ke dalam kakus. Hindari kontak antara kucing yang dipelihara dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing, musang, dll.) dan reptilia kecil seperti cecak, kadal dan bengkarung yang kemungkinan dapat sebagai hewan perantara toksopfasmosis. Penanganan terhadap kotoran kucing, sebaiknya dengan menggunakan sarung langan yang disposable (dibuang setelah dipakai). Bagi wanita yang mengandung, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif, jangan memelihara atau menangani kucing, kecuali apabila memakai sarung tangan. Apabila seseorang sedang mernegang daging, bekerja dengan daging atau organ yang masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut atau hidung. Peralatan dapur setelah selesai, sebaiknya segera dicuci dengan sabun. Bagi orang yang senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung tangan, mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan. Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari seseorang dengan seronegatif Toxop/asmos/s. Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlu dilakukan. Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko-toko dapat berguna untuk membasmi oosista. Bagi yang memiliki hewan peliharaan di rumah, sebaiknya selalu memeriksakan hewan kesayangannya tersebut pada dokter hewan praktek secara rutin atau Poliklinik Hewan terdekat agar supaya hewan kesayangannya selalu dalam keadaan sehat. Sirkulasi dan jaringan Hepatozoon Penyebab Parasit ini disebabkan oleh Hepatozoon sp. Pada genus ini merogoni di dalam viscera vertebrata. Pembuahan Dan sporogoni dalam caplak, tungau, kutu, lalat, nyamuk atau avertebrata penghisap darah. Hospes vertebrata terinfeksi karena makan hospes intermedier vertebrata. Sporozoit dilepaskan dalam usus, menembus, masuk peredarah darah ke hepar, pulmo, limpa atau sumsum tulang. Sporozoit menjadi sejumlah merozoit melalui pembelahan ganda. Merozoit generasi terakhir masuk ke dalam darah. Universitas Gadjah Mada 11

12 Hepatozoon canis Terdapat di seluruh dunia dan berparasit pada anjing dan kucing. Siklus hidup Merogoni terjadi dalam limpa Dan sumsum tulang. Ada beberapa tipe meront. Meront menghasilkan makro Dan mikromeront. Mikromerozoit masuk leukosit membentuk gamont yang dikelilingi kapsul lebut. Mereka dapat keluar dari leukosit Dan kapsul Dan bebas dalam darah. Vektornya caplak Rhipicephalus sanguineus. Nimfa Dan deasa dapat menularkan infeksi. Anjing terinfeksi karena makan caplak yang terinfeksi Gejala klinis Seringkali terlihat pada anjing yang sehat tapi sbtlnya berat, demam, kurus, anemia Dan limpa membesar. Anjing dapat mati pada umur 4-8 minggu Pengendalian dan Pencegahan Pengendaliannya dilakukan dengan mencegah infestasi caplak. Hepatozoon felis Hepatozoon ini terdapat pada kucing. Penutup Topik pokok bahasan ini secara keseluruhan dapat dipahami intisarinya dengan cara mahasiswa mengerjakan soal-soal berikut ini: 1. Jelaskan tentang penyakit-penyakit helminthiosis pada anjing dan kucing! 2. Jelaskan tentang toksoplasmosis pada hewan! 3. Jelaskan mengenai infeksi hepatozoonosis pada anjing! 4. Terangkan mengenai arthropoda yang menyerang anjing! Universitas Gadjah Mada 12

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. Luasnya penyebaran toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai sumber, yaitu: 1. Wawancara dan survey kepada Dr.dr.Raditya wratsangka,

Lebih terperinci

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso BAB II VIRUS TOKSO 2.1. Definisi Virus Tokso Tokso adalah kependekan dari toksoplasmosis, istilah medis untuk penyakit ini. Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Salah satu penyakit zoonosis adalah toksoplasmosis yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TORCH adalah singkatan dari toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan herpes, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa atau parasit darah dan virus. Penyebab

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan parasit protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia (Kijlstra dan Jongert, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasmosis adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi semua mamalia dan spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit intraseluler

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat intraseluler

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara beriklim tropis, penyakit akibat parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang menyebabkan dampak merugikan terhadap hewan dan manusia diseluruh dunia. Toxoplasma gondii

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN Oleh : Kelompok 7 Program Profesi PSIK Reguler A Prilly Priskylia 115070200111004 Youshian Elmy 115070200111032 Defi Destyaweny 115070200111042 Fenti Diah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonis yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Parasit tersebut mampu menginfeksi hampir semua jenis sel berinti (nucleated

Lebih terperinci

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah. 1. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasmosis 2.1.1 Definisi Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, yang merupakan parasit obligat intraselular yang dapat menginfeksi

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

AKABANE A. PENDAHULUAN

AKABANE A. PENDAHULUAN AKABANE Sinonim : Arthrogryposis Hydranencephaly A. PENDAHULUAN Akabane adalah penyakit menular non contagious yang disebabkan oleh virus dan ditandai dengan adanya Arthrogryposis (AG) disertai atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO infeksi Toxoplasmosis sudah ada sejak tahun 1975, juga menurut survei WHO tahun 2009 Toxoplasmosis telah menyebar diseluruh dunia dan sekitar 300

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Toxoplasma gondii. Parasit ini pertama kali ditemukan oleh

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Filariasis 1. Filariasis Filariasis adalah suatu infeksi cacing filaria yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk dan dapat menimbulkan pembesaran

Lebih terperinci

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Kehamilan adalah suatu kondisi dari seorang wanita yang memiliki janin sedang tumbuh di dalam rahimnya (Maulina, 2010). Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2.1 Helminthiasis Cacing merupakan parasit yang bisa terdapat pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda

Lebih terperinci

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Morfologi Trypanosoma dalam darah tampak sebagai flagelata yang pipih panjang(kira-kira 15-20 mikron), berujung runcing di bagian posterior, mempunyai flagel kurang dari

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama mata kuliah : Penyakit Parasiter Kode/SKS : 3/1 Prasyarat : Parasitologi Umum Status mata kuliah : Wajib/ tim teaching Deskripsi singkat : Mata

Lebih terperinci

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah terjadinya pengindraan terhadap suatu objek menggunakan panca indra manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis terluas di dunia dan merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR dr. I NYOMAN PUTRA Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF) Definisi Merupakan penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

xvii Universitas Sumatera Utara

xvii Universitas Sumatera Utara xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths Manusia merupakan hospes yang utama untuk beberapa nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan yang penting

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang ditemukan di seluruh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang ditemukan di seluruh BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang ditemukan di seluruh dunia (Aiello, 1997; Dubey, 2010). Parasit ini dapat menginfeksi hampir semua hewan berdarah panas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN INTISARI... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN INTISARI... ABSTRACT... BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar hampir di seluruh Nusantara. Populasisapibali dibandingkan dengan sapi lainnya seperti sapi ongole,

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

Proses Penyakit Menular

Proses Penyakit Menular Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan

Lebih terperinci

Gambar 12 Kondisi tinja unta punuk satu memperlihatkan bentuk dan dan tekstur yang normal atau tidak diare.

Gambar 12 Kondisi tinja unta punuk satu memperlihatkan bentuk dan dan tekstur yang normal atau tidak diare. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel tinja unta punuk satu yang didapatkan memiliki struktur seperti tinja hewan ruminansia pada umumnya. Tinja ini mempunyai tekstur yang kasar dan berwarna hijau kecoklatan. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS PARASITOLOGI OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS DEFINISI PARASITOLOGI ialah ilmu yang mempelajari tentang jasad hidup untuk sementara atau menetap pada/ di dalam jasad hidup lain dengan maksud mengambil sebagian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA Editor: Nama : Istiqomah NIM : G1C015022 FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2015 /2016 1 IDENTIFIKASI FILARIASIS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuda (Equus caballus) Kuda sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber daging, alat transportasi dan kemudian berkembang menjadi hewan yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit)

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Rita Shintawati Pendahuluan Relapsing fever (RF) demam berulang infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Gejala klinis yg khas timbulnya demam berulang diselingi periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi merupakan salah satu hewan komersil yang dapat diternakkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikalangan masyarakat. Babi dipelihara oleh masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan yang lainnya sehingga mendorong manusia untuk memberi perhatian lebih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan yang lainnya sehingga mendorong manusia untuk memberi perhatian lebih. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum dan klasifikasi Anjing Anjing adalah hewan yang sangat dekat dengan manusia. Anjing merupakan hewan kesayangan dengan jumlah ras terbanyak dan memiliki perbedaan

Lebih terperinci

Rickettsia prowazekii

Rickettsia prowazekii Rickettsia prowazekii Nama : Eva Kristina NIM : 078114026 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Abstrak Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke

Lebih terperinci

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM PENGARUH LARUTAN LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM, > ' SKRIPSI Oleh: OSYE SYANITA ALAMSARI B01496142 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) CACING TAMBANG Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) PROGRAM STUDY D-IV ANALIS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang pesat, membaiknya keadaan ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trichuris trichiura Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang hidup di sekum dan kolon ascending manusia. Pejamu utama T.trichiura adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Infeksi protozoa Toxoplasma gondii adalah salah satu yang paling umum dari pada infeksi parasit manusia dan hewan berdarah

Lebih terperinci

BAB III Penyakit Parasiter Pada Non Ruminansia Gastrointestinal

BAB III Penyakit Parasiter Pada Non Ruminansia Gastrointestinal BAB III Penyakit Parasiter Pada Non Ruminansia Gastrointestinal Koksidiosis Eimeria deblecki Oosista elipsoid 20-30X14-19 µm, Waktu sporulasi 10 hari. Stadium endogen ada di sel epithel vili usus posterior

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit 4 Parasit TINJAUAN PUSTAKA Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan

Lebih terperinci

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui

Lebih terperinci

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9 BAB 3 DISKUSI Larva migrans adalah larva cacing nematoda hewan yang mengadakan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak berkembang menjadi bentuk dewasa. Terdapat dua jenis larva migrans, yaitu cutaneous

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed),

Lebih terperinci

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN BAB 1. PENDAHULUAN Kebutuhan protein hewani asal ternak yang semakin terasa untuk negara berkembang, khususnya Indonesia, harus terus ditangani karena kebutuhan itu semakin bertambah disebabkan oleh pertambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit halus)cacing tersebut menggulung dan berbentuk kumparan dan biasanya mempunyai

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah Yunani

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Toxoplasmosis Toxoplasmosis ditemukan pada tahun 1909 oleh Nicelle dan Manceaux yang pada saat itu menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara (Hiswani, 2003).

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN 69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang di hadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila,

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila, CESTODA JARINGAN Cacing dalam kelas Cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah.

Lebih terperinci