BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Toxoplasmosis Toxoplasmosis ditemukan pada tahun 1909 oleh Nicelle dan Manceaux yang pada saat itu menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara (Hiswani, 2003). Walaupun telah lama ditemukan, tetapi baru pada tahun 1970 dapat diketahui siklus hidup parasit Toxoplasma Gondii selengkapnya, yakni dengan ditemukannya siklus seksual pada kucing sebagai hospes tetapnya. Tidak hanya kucing, Toxoplasma gondii ini dapat menginfeksi secara luas, yang juga bisa ditularkan dari burung sampai mamalia, termasuk manusia (Suryawan, et al, 2006) Toxoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh protozoa yang disebut Toxoplasma Gondii (Ghonelm, et al, 2009). Infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii tersebar di seluruh dunia, pada hewan berdarah panas dan mamalia termasuk manusia sebagai hospes perantara, sedangkan kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif (Chahaya, 2003). Berdasarkan cara penularan dan gejala klinisnya, toxoplasmosis dapat dikelompokkan atas toxoplasmosis akuisita (dapatan) dan toksoplasmosis kongential. Baik toxoplasmosis akuista maupun kongential sebagian besar asimtomatik atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan dibedakan dengan penyakit lain (Chahaya, 2003). 7

2 Morfologi dan Siklus Hidup Toxoplasma Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya. Toxoplasma gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat dimana berkembang biak dalam sel dengan cara membelah diri. Setelah berkembang biak secara aseksual pada tubuh inang perantara (hewan dan manusia), parasit ini akan membentuk kista jaringan. Dalam bentuk kista inilah parasit akan berdiam diri di dalam jaringan saraf mata, otot jantung, alat pencernaan, dan lain sebagainya. Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Hal ini disebabkan pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati, parasit ini akan ikut mati (Hiswani, 2003). Di dalam usus kucing, Toxoplasma gondii berkembang biak secara seksual dan menghasilkan oosista, kemudian oosista dikeluarkan bersama-sama dengan tinja yang dapat hidup di tanah yang lembab dalam waktu yang cukup lama, bisa mencapai 18 bulan. Hewan dan manusia akan terinfeksi apabila menelan tanah, air atau tanaman yang terkontaminasi oosista (CDC, 2010). Di dalam usus, oosista pecah dan melepaskan 8 sporozoit, kemudian berkembang secara intraseluler di dalam usus dan nodus limfatikus. Selanjutnya terbentuk takizoit (bentuk yang membelah cepat) dan menyebar ke seluruh

3 9 tubuh melalui darah dan limfe. Takizoit dapat menginfeksi sel-sel otak, otot, jantung dan hati serta membentuk sista yang berisi bradizoit (bentuk yang membelah perlahan), jika inang membentuk zat kebal terhadap Toxoplasma gondii (Hartati, 2011). Infeksi transplasental terjadi jika induk terinfeksi primer selama kehamilan. Toxoplasma gondii berkembang di dalam plasenta, kemudian menyebar ke jaringan janin. Pada individu immunocomprimised bradizoit dapat dibebaskan dari kista menjadi bentuk takizoit dan menyebabkan infeksi ulang atau reaktivitasi (Hartati, 2011) Siklus Penularan Toxoplasmosis Gambar 2.1. Cara Penularan Toxoplasma Gondii Sumber: CDC, 2010 Infeksi toxopalsmosis terjadi, dimana ada kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya (Setta & Yamani, 2008). Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat menular pada manusia atau hewan lain. Seekor kucing dapat mengeluarkan sampai 10 juta ookista sehari selama 2 minggu. Di dalam tanah yang lembab dan teduh, ookista dapat hidup lama sampai lebih dari satu tahun, sedangkan pada tempat yang terkena

4 10 sinar matahari langsung dan tanah kering, parasit ini akan cepat mati. Bila di sekitar rumah tidak ada tanah, kucing akan berdefekasi di lantai atau tempat lain, di mana ookista bisa hidup cukup lama bila tempat tersebut lembab. Cacing tanah mencampur ookista dengan tanah, kecoa dan lalat dapat menjadi vektor mekanik yang dapat memindahkan ookista dari tanah atau lantai ke makanan (Chahaya, 2003). Selain itu, penularan bisa terjadi melalui tangan yang terkontaminasi (Hiswani, 2003). Daging yang mengandung kista T.Gondii juga merupakan sumber infeksi yang potensial terhadap manusia. Pada daging babi, domba dan kambing paling sering ditemukan kista parasit tersebut dibandingkan dengan daging ternak lainnya. (Dwinata, et al, 2009). Penularan toxoplasmosis dapat terjadi dari ibu ke janin (Toxoplasmosis kongential). Transmisi Toxoplasma gondii kepada janin terjadi dalam uterus melalui plasenta apabila pada saat kehamilan, ibu mengalami infeksi primer Toxoplasma gondii. Risiko penularan pada trimester pertama sebesar 15%, trimester kedua 25% dan trimester ketiga 65%. Namun, derajat infeksi terhadap janin paling besar terjadi pada trimester pertama, dimana sekitar 75% kasus infeksi Toxoplasma gondii tidak memperlihatkan gejala saat persalinan. Akan tetapi, 25-50% bayi yang dilahirkan akan mengalami hidrosefalus, korioretinitis, mikroptalmia, hepatosplenomegali, klasifikasi serebral, adepati, konvulsi dan perkembangan mental terganggu (Yaudza, 2010). Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium pada orang yang bekerja dengan binatang percobaan yang terinfeksi Toxoplasma gondii dan waktu mengerjakan autopsi

5 11 (Rosmaliah, 2001). Penularan toxoplasmosis juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan transplantasi organ (CDC, 2010) 2.4. Gejala Klinis Gejala klinis toxoplasmosis akuista biasanya jarang menimbulkan gejala. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toxoplasmosis akuista adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dengan sakit kepala. Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjar getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toxoplasmosis berupa ruam makulopapuler, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia (Chahaya, 2003). Apabila Toxoplasma gondii menyerang mata (toxoplasmosis ocular) akan menimbulkan gejala meliputi retinokoroiditis yang ditandai dengan floaters, lesi mata dan pengelihatan kabur. Pada kasus berat dapat pula disertai nyeri fotofobia. Pada retina dapat terjadi vaskulitis dan pendarahan (Vaughan, et al, 2008). Bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan 50% akan melahirkan anak dengan toxoplasmosis kongential. Gambaran klinis toxoplasmosis kongential dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus

6 12 atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, klasifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata (Chahaya, 2003). Toxoplasmosis kongential dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem syaraf penderita (Hiswani, 2003) Diagnosis Dasar pemeriksaan serologis ialah antigen toxoplasmosis bereaksi dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam serum darah penderita. Beberapa jenis pemeriksaan serologis yang umum dipakai ialah : Dye test Sabin Feldman, Complement Fixation test (CFT), reaksi Fluoresensi antibodi, Indirect Hemagglutination Test dan enzym linked immunosorben assay (ELISA) (Hiswani, 2003). Diagnosis terhadap toxoplasmosis secara mudah dapat ditegakkan dengan menemukan antibodi terhadap serum darah penderita. Anti toxoplasma gondii kelas IgM timbul segera setelah infeksi, dan baru mencapai puncaknya pada minggu keempat kemudian menurun secara lambat dan tidak terdeteksi lagi setelah empat bulan. Sedangkan anti toxoplasma kelas IgG dapat dideteksi setelah 3 atau 4 bulan infeksi dan kadarnya menetap sampai bertahun-tahun. Bila IgG positif dan dan IgM negatif, wanita tersebut terinfeksi sebelum kehamilan, ada risiko penularan kepada janinnya dan perlu

7 13 pengobatan. Bila IgG positif dan IgM positif, maka dilakukan uji ulang tiga minggu kemudian, bila titer tidak naik, berarti infeksi terjadi sebelum kehamilan, ada risiko untuk janin dan perlu dilakukan pengobatan. Bila IgG dan IgM negatif, wanita tersebut masih memungkinkan mendapat infeksi dan sebaiknya diulang setiap 4-6 minggu sekali, untuk mendeteksi serokonversi. Pemeriksaan antibodi kelas IgG dan IgM, bermanfaat untuk mengetahui apakah seseorang dalam efeksi akut, rentan atau kebal tehadap toxoplasmosis. Selain seperti cara diatas, bisa juga dilakukan pemeriksaan histopatologis jaringan otak, sum-sum tulang belakang, kelenjar limpe, cairan otak merupakan diagnosis pasti tetapi cara ini sulit dilakukan (Hiswani, 2003). Toxoplasmosis pada mata didiagnosis berdasarkan penampilan lesi pada mata dan uji serologis (CDC, 2010) Pengobatan Pada umumya penderita Toxoplasmosis dengan status imun yang baik tidak perlu pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan kombinasi pyrimethamine dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi obat tersebut secara sinergis akan menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam folat. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis mg sehari selama sebulan (Hiswani, 2003). Kombinasi kedua obat tersebut dapat menembus otak dan menghambat sintesa asam folat yang diperlukan untuk replikasi parasit. Kelemahan dari kedua obat ini adalah efek teratogenik sehingga tidak diberikan pada wanita hamil. Dan efek samping yang

8 14 lain ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan (Rosmaliah, 2001). Untuk ibu hamil yang terinfeksi, dapat diberikan Spiramycin. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah 2 4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti mengajurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2 3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang-seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis (Hiswani, 2003). Bayi baru lahir yang terinfeksi toxoplasmosis kongential umumnya diobati dengan pirimetamin, sulfonamida dan leucovorin (CDC, 2010) Pencegahan Apabila memelihara kucing, harus dijaga agar tidak berburu dan berkeliaran di luar rumah. Sebaiknya diberi makanan kering, makanan kaleng atau makanan matang saja. Hendaknya memakai sarung tangan pada saat membersihkan tempat kotoran kucing, setelah itu cuci tangan dengan sabun dan air hangat, begitu pula sehabis berkebun/kontak dengan tanah (CDC, 2010). Karena ookista biasanya memerlukan waktu 48 jam untuk menjadi infektif, maka pembersihan kotoran kucing setiap hari (dan pembuangannya dengan aman) dapat mencegah penularan. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan untuk kucing

9 15 peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70 o C yang disiramkan pada tinja kucing (Chahaya, 2003). Untuk mencegah risiko toxoplasmosis dan infeksi lain dari makanan, sebaiknya setelah membeli daging, bekukan terlebih dahulu daging selama beberapa hari pada suhu 0 F untuk mengurangi kemungkinan infeksi. Dianjurkan untuk memasak makanan dengan suhu yang aman, yang bisa diukur dengan menggunakan thermometer makanan. USDA (United States Departement of Agriculture) merekomendasikan suhu yang aman untuk persiapan daging yaitu 63 C pada potongan daging utuh (tidak termasuk unggas), 71 C - 74 C untuk daging giling dan daging utuh (termasuk unggas). Setelah dimasak, sebaiknya daging diistirahatkan terlebih dahulu selama 3 menit, karena pada saat itu suhu konstan atau terus meningkat akan menghancurkan patogen. (CDC, 2010). Ibu yang memasak, sebaiknya jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih (Chahaya, 2003). Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran, makanan yang matang harus di tutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut (Sukaryawati, 2011). Setelah kontak dengan daging mentah, unggas, makanan laut, buah dan sayur mentah, bersihkan talenan, piring, meja, peralatan dan tangan dengan menggunakan air hangat dan sabun (CDC, 2010).

10 16 Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala terhadap kemungkinan infeksi toxoplasma gondii (Hiswani, 2003). Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan minggu, dapat mengurangi kejadian Toxoplasmosis kongenital kurang dari 50%, karena lebih dari 50% Toxoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer pada trimester terakhir kehamilan (Chahaya, 2003). Pendidikan kesehatan tentang toxoplasmosis dan skrining antibodi anti Toxoplasma gondii sangat dianjurkan terutama bagi ibu yang hamil atau yang akan hamil (Rosmaliah, 2001) Faktor risiko toxoplasmosis Faktor risiko adalah kumpulan karakteristik, tanda-tanda, gejala pada seseorang dari suatu penyakit yang secara statistik memperlihatkan peningkatan insiden. Faktor risiko toxoplasmosis dapat dilihat dari faktor host, agent dan environment. Toxoplasma gondii merupakan faktor agent dari penyakit ini. Faktor host atau faktor penjamunya adalah konsumsi daging mentah dan kurang matang sempurna, konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi ookista Toxoplasma gondii, penularan melalui ibu ke janin (toxoplasmosis kongential), memelihara hewan, higine individu, transplantasi organ, transfusi darah serta kecelakaan kerja (tertular saat di laboratorium). Sedangkan faktor environment atau lingkungan adalah keberadaan hewan baik peliharaan maupun liar serta sanitasi makanan dan minuman (Chahaya, 2003). Daging yang mengandung kista Toxoplasma gondii merupakan sumber infeksi yang potensial terhadap manusia terutama bila dikonsumsi mentah atau tidak matang

11 17 sempurna. Di Korea pernah dilaporkan adanya outbreak toxoplasmosis pada 8 orang dewasa, dimana penyebabnya berkaitan erat dengan konsumsi daging babi mentah. Tiga orang diantaranya dilaporkan dalam waktu 3 bulan terakhir pernah mengkonsumsi makanan yang mengandung limpa dan hati babi mentah, sedangkan 5 orang lainnya pernah mengkonsumsi makanan yang mengandung hati babi mentah (Choi, et al, 1996). Hal serupa juga dinyatakan oleh Lopez, et al dimana dari 750 kematian akibat toxoplasmosis, 375 (50%) diantaranya disebabkan oleh konsumsi daging yang terkontaminasi dalam bentuk mentah atau tidak matang sempurna (Lopez, et al, 2000). Penelitian Kapperud, et al tahun 1994 menyatakan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi produk daging cincang mentah dan kurang matang berisiko 4,1 kali lebih tinggi daripada yang tidak mengkonsumsi daging mentah dan kurang matang (OR = 4,1 p = 0,002). Konsumsi daging kambing mentah atau setengah matang (OR = 11,4 p = 0,005) ; serta konsumsi daging babi mentah atau setengah matang (OR = 3,4 p = 0,03). Hasil penelitian Bobie, et al tahun 1998 menyatakan bahwa konsumsi daging mentah dan kurang matang merupakan faktor risiko toxoplasmosis pada wanita usia subur di Belgrade, Yugoslavia (RR = 2,22 CI = 95% (1,2-2,86)) dengan nilai p = 0,001. Penelitian oleh Dwiniata, et al, tahun 2009 juga menyatakan bahwa konsumsi daging mentah dan tidak matang sempurna merupakan salah satu faktor risiko toxoplasmosis pada ibu hamil di Kabupaten Badung (RR = 8,168 CI = 95% (1,710-38,958)) dan p (0,019) < 0,05). Hasil penelitian Sukaryawati tahun 2011 menyatakan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian toxoplasmosis pada ibu hamil di Kecamatan

12 18 Mengwi adalah konsumsi daging yang tidak matang sempurna (OR = 4,889 CI = 95% (1,915-12,479)) dan p (0,001) < 0,05). Daging mentah dan tidak matang sempurna oleh masyarakat di Bali biasanya dikonsumsi dalam bentuk pepes, sate, bakso, steak, dan lawar. Bahan makanan tersebut umumnya terbuat dari daging babi, sapi, kambing dan ayam. Dimana berbagai penelitian menyatakan adanya parasit Toxoplasma gondii pada hewan-hewan tersebut. Penelitian yang dilakukan Damriyasa tahun 1999 terhadap 420 induk babi di Provinsi Bali, melaporkan 35% dari induk babi yang diteliti positif terinfeksi Toxoplasma gondii. Penelitian serupa dengan prevalensi lebih rendah dilaporkan oleh Mastra yang meneliti 180 sampel serum babi yang diambil dari seluruh Kabupaten/Kota di Bali, dilaporkan prevalensi toxoplasmosis pada babi di Bali rata-rata 21,6% dengan variasi berkisar antara 5% -50%, dimana prevalensi toxoplasmosis pada babi di Kabupaten Badung dilaporkan sebesar 20% (Mastra, 2008). Selain daging babi, kambing dan sapi juga dilaporkan mengandung parasit Toxoplasma gondii. Toxoplasmosis pada kambing di Provinsi Shaanxi, Cina dilaporkan sebesar 14,1% (Zhao, et al, 2011). Sedangkan penelitian yang dilakukan di Malaysia tahun 2008, menunjukkan prevalensi pada masing-masing hewan yang diuji yakni 35,5% pada kambing, 14,5% pada kucing, 9,6% pada anjing dan 7,9% pada sapi lokal dan 4% pada sapi kuning (Chandrawathani, et al, 2008). Jittapalong, et al di Thailand menguji keberadaan Toxoplasma gondii pada sapi perah, dinyatakan prevalensinya sebesar 22,3% (Jittapalapong, et al, 2008). Di Indonesia prevalensi toxoplasmosis pada kambing berkisar antara 11-61% dan pada sapi kurang dari 10% (Gandahusada, 1995).

13 19 Di Provinsi Lampung dilaporkan prevalensi toxoplasmosis pada kambing sebesar 47,5% dan 9% pada sapi (Matsuo, 1996). Sedangkan di Ibukota Jakarta dilaporkan prevalensi toxoplasmosis pada kambing sebesar 48% (Iskandar, 1996). Berdasarkan uraian di atas, prevalensi toxoplasmosis pada hewan yang umum dikonsumsi masyarakat cukup tinggi terutama pada kambing dan babi. Tingginya prevalensi toxoplasmosis pada babi sangat berisiko dalam penularan toxoplasmosis terhadap manusia, khususnya bagi masyarakat Bali, mengingat tingginya konsumsi daging babi di Provinsi Bali termasuk di Kabupaten Mengwi. Konsumsi ternak babi di Bali biasanya dalam bentuk lawar dan sate. Lawar merupakan salah satu jenis makanan tradisional Bali yang bahannya terdiri atas daging, sayur, bumbu dan darah segar yang berfungsi sebagai pewarna merah (Suter, 1997). Penggunaan daging, kulit dan darah hewan mentah dalam lawar sangat berisiko dalam penularan parasit Toxoplasma gondii. Berdasarkan hasil penelitian Dwinata et al tahun 2009, dilaporkan bahwa lawar merupakan salah satu faktor risiko terjadinya toxopasmosis pada ibu hamil di Kabupaten Badung. Dimana orang yang sering mengkonsumsi lawar 1,224 kali lebih berisiko daripada yang jarang mengkonsumsi lawar, dengan nilai p (0,006) < (0,05) (RR = 1,224 CI = 95% (1,154-1,298)). Hewan peliharaan merupakan sumber penularan parasit Toxoplasma gondii terutama kucing sebagai hospes definitif. Hasil penelitian Dwinata, et al tahun 2009 menyatakan bahwa kepemilikan kucing merupakan faktor risiko toxoplasmosis pada ibu hamil di Kabupaten Badung (RR = 2,154 CI = 95% (1,567-2,961)) dan p (0,000) < 0,05). Membersihkan kotoran kucing juga dinyatakan sebagai faktor risiko

14 20 toxoplasmosis pada ibu hamil di Kabupaten Badung (RR = 4,473 CI = 95% (2,129-9,395)) dan p (0,001) < 0,05). Hal yang sama dinyatakan pada tahun 1994 oleh Kapperud et al dimana membersihkan kotoran kucing merupakan faktor risiko toxoplasmosis pada ibu hamil di Norwegia (OR = 5,5 p = 0,02). Menurut Dwinata et al, hal tersebut disebabkan adanya kontak dengan kotoran kucing yang mengandung ookista Toxoplasma gondii, sehingga terjadi kontaminasi (Dwinata, et al 2009). Tahun 2011, Sukaryawati juga menyatakan bahwa keberadaan kucing dalam lingkungan merupakan faktor risiko toxoplasmosis pada ibu hamil di Kecamatan Mengwi (OR = 3,249 CI = 95% (1,188-8,884)) dan p (0,022) < 0,050). Ayam merupakan host intermediat yang efisien untuk penularan Toxoplasma Gondii. Prevalensi Toxoplasma gondii pada ayam buras adalah indikator yang baik dalam mengukur prevalensi Toxoplasma gondii di lingkungan (Dubey, et al, 2003). Hal ini disebabkan kebiasaan ayam buras yang suka mencari makan di tanah (Dubey & Jones, 2008). Penularan toxoplasmosis oleh ayam dapat terjadi melalui konsumsi ayam yang terinfeksi (Dubey, 2010). Menurut hasil penelitian Sroka, et al di Brazil, konsumsi daging ayam lebih dari 2 kali seminggu merupakan faktor risiko toxoplasmosis (OR = 1,49 CI = 95% (1,12-2,00) p = 0,007) (Sroka, et al, 2010). Pada tahun 2003, dilaporkan prevalensi toxoplasmosis pada ayam buras di Brazil sebesar 40% (Dubey, et al, 2003). Di Mesir, diketahui prevalensi toxoplasmosis pada ayam buras sebesar 30%. (Deyab & Hassanein, 2005). Pada tahun yang sama di Austria dilaporkan prevalensi toxoplasmosis pada ayam buras sebesar 36,3% (Dubey, 2005). Di Lampung juga dilakukan penelitian tehadap ayam dan diketahui 3,8% (dari 130 ekor)

15 21 ayam positif toxoplasmosis. Prevalensi pada ayam buras (6%) lebih tinggi dibandingan dengan ayam ras (2,5%). Diperkirakan hal ini disebabkan adanya perbedaan lingkungan, karena ayam buras lebih banyak kontak dengan sumber penularan toxoplasma gondii yaitu air, tanah sampah dan bangkai (Matsuo, 1996). Berdasarkan berbagai penelitian di Dunia yang dikutip Dubey (2008), infeksi Toxoplasma gondii pada ayam buras mencapai 100%, dimana prevalensi tertinggi terjadi di kota Illinois di Amerika Serikat yakni sebesar 100% (Dubey, 2007). Sedangkan prevalensi toxoplasmosis pada ayam buras di Indonesia sebesar 26,6% (Dubey, 2010). Penelitian tahun 2010 juga menyatakan tingginya prevalensi toxoplasmosis pada ayam buras di Bali yakni dengan rata-rata sebesar 41,8% dengan variasi berkisar antara 32,4-51,2%. Dilaporkan prevalensi toxoplasmosis pada ayam di Kabupaeten Badung sebesar 36,1% (Mastra, 2010). Penularan toxoplasmosis melalui telur ayam juga dapat terjadi. Hal ini dinyatakan oleh Musafirin & Suwanti dalam penelitiannya terhadap telur yang dijual sebagai campuran jamu di Kota Surabaya, dilaporkan dari 30 butir telur yang diuji, terdapat 5 (16,7%) butir telur yang terinfeksi Toxoplasma gondii (Musafirin & Suwanti, 2008).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi semakin mudah dan cepat. Hingga saat ini penyakit yang disebabkan oleh parasit masih menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara beriklim tropis, penyakit akibat parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan parasit protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia (Kijlstra dan Jongert, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit intraseluler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Salah satu penyakit zoonosis adalah toksoplasmosis yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso BAB II VIRUS TOKSO 2.1. Definisi Virus Tokso Tokso adalah kependekan dari toksoplasmosis, istilah medis untuk penyakit ini. Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TORCH adalah singkatan dari toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan herpes, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa atau parasit darah dan virus. Penyebab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Kehamilan adalah suatu kondisi dari seorang wanita yang memiliki janin sedang tumbuh di dalam rahimnya (Maulina, 2010). Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Infeksi protozoa Toxoplasma gondii adalah salah satu yang paling umum dari pada infeksi parasit manusia dan hewan berdarah

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai sumber, yaitu: 1. Wawancara dan survey kepada Dr.dr.Raditya wratsangka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasmosis adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi semua mamalia dan spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh T.gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia (Hiswani,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasmosis 2.1.1 Definisi Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, yang merupakan parasit obligat intraselular yang dapat menginfeksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat intraseluler

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Toxoplasma gondii. Parasit ini pertama kali ditemukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang menyebabkan dampak merugikan terhadap hewan dan manusia diseluruh dunia. Toxoplasma gondii

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. Luasnya penyebaran toksoplasmosis

Lebih terperinci

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonis yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Parasit tersebut mampu menginfeksi hampir semua jenis sel berinti (nucleated

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO infeksi Toxoplasmosis sudah ada sejak tahun 1975, juga menurut survei WHO tahun 2009 Toxoplasmosis telah menyebar diseluruh dunia dan sekitar 300

Lebih terperinci

TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang pengerat, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut T. gondii. penyakit ini bersifat zoonosis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Toksoplasmosis Epidemiologi Penyakit Toksoplasmosis Toxoplasmosis disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini termasuk protozoa subfilum apicomplexa, kelas sporozoa, sub

Lebih terperinci

Virologi - 2. Virologi - 3. Virologi - 4

Virologi - 2. Virologi - 3. Virologi - 4 Virologi dasar Klasifikasi dan morfologi Reproduksi (replikasi) virus Hubungan virus dengan sel Virus yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui Virologi - 2 Virologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Partikel virus (virion), terdiri dari : Virologi adalah ilmu yang mempelajari tentang virus dan agent menyerupai virus:

Partikel virus (virion), terdiri dari : Virologi adalah ilmu yang mempelajari tentang virus dan agent menyerupai virus: Virologi dasar Klasifikasi dan morfologi Reproduksi (replikasi) virus Hubungan virus dengan sel Virus yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui Virologi - 2 Partikel virus (virion), terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. menelan stadium infektif yaitu daging yang mengandung larva sistiserkus.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. menelan stadium infektif yaitu daging yang mengandung larva sistiserkus. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Taeniasis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada manusia karena menelan stadium infektif yaitu daging yang mengandung larva sistiserkus. Penyebab taeniasis yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Giardiasis adalah penyakit diare yang disebabkan oleh protozoa patogen Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi protozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2013, United Nations Program on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa diperkirakan 35,3 juta orang hidup dengan HIV secara global. Wilayah yang terkena dampak

Lebih terperinci

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat LEMBAR KUESIONER Nama : Tanggal : Alamat : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat Beri tanda silang (x) pada jawaban yang benar Jenjang pendidikan terakhir yang anda jalani : a. SD b.

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toksoplasma gondii Menurut Konishi et al, (1987) dalam Chahaya, (2003) toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kucing terbagi dalam 3 kelompok, yaitu panthera, acinonyx dan felis. Panthera

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kucing terbagi dalam 3 kelompok, yaitu panthera, acinonyx dan felis. Panthera BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kucing (Felis silvestris catus) Dahulu kucing adalah binatang liar yang berasal dari miacis (sejenis musang yang hidup liar pada 60 juta tahun silam). Selama evolusinya keluarga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Taenia saginata 2.1.1. Definisi Taenia saginata merupakan cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, dan filum Platyhelminthes. Hospes definitif Taenia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

Trichomonas Vaginalis

Trichomonas Vaginalis Trichomonas Vaginalis Trichomonas vaginalis tidak mempunyai stadium kista. Stadium trofozoit berukuran 10-25 mikron x 7-8 mikron mempunyai 4 flagel anterior dan 1 flagel posterior yang melekat pada tepi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1985). Toxoplasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1985). Toxoplasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada binatang mengerat (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine,

Lebih terperinci

The IgM Insidence and IgG Prevalence of Positive Anti-Toxoplasma in Kedurus Abattoir Workers at Surabaya

The IgM Insidence and IgG Prevalence of Positive Anti-Toxoplasma in Kedurus Abattoir Workers at Surabaya INSIDEN IgM DAN PREVALENSI IgG ANTI-TOXOPLASMA POSITIF PADA PEKERJA RUMAH POTONG HEWAN KEDURUS SURABAYA The IgM Insidence and IgG Prevalence of Positive Anti-Toxoplasma in Kedurus Abattoir Workers at Surabaya

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. 1. Seroprevalensi antibodi IgG anti-t. gondii pada penderita skizofrenia tidak lebih

BAB. V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. 1. Seroprevalensi antibodi IgG anti-t. gondii pada penderita skizofrenia tidak lebih 70 BAB. V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN A. Kesimpulan 1. Seroprevalensi antibodi IgG anti-t. gondii pada penderita skizofrenia tidak lebih tinggi dari kelompok non-skizofrenia, namun dapat dikatakan

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERPAPARAN TERHADAP KUCING DENGAN KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA PEMELIHARA DAN BUKAN PEMELIHARA KUCING DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA

GAMBARAN KETERPAPARAN TERHADAP KUCING DENGAN KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA PEMELIHARA DAN BUKAN PEMELIHARA KUCING DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA GAMBARAN KETERPAPARAN TERHADAP KUCING DENGAN KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA PEMELIHARA DAN BUKAN PEMELIHARA KUCING DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA Description Between Cats Exposure with Toxoplasmosis Disease

Lebih terperinci

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, masyarakat hanya mengetahui bahwa telur ayam merupakan sumber protein hewani pelengkap gizi pada makanan, dan sebagian menggunakannya sebagai

Lebih terperinci

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Morfologi Trypanosoma dalam darah tampak sebagai flagelata yang pipih panjang(kira-kira 15-20 mikron), berujung runcing di bagian posterior, mempunyai flagel kurang dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

SEROPREVALENSI Toxoplasma gondii PADA HEWAN TERNAK KAMBING DI KOTA BANDAR LAMPUNG. (Skripsi) Oleh : AUDYA PRATIWI PUTRI RIYANDA

SEROPREVALENSI Toxoplasma gondii PADA HEWAN TERNAK KAMBING DI KOTA BANDAR LAMPUNG. (Skripsi) Oleh : AUDYA PRATIWI PUTRI RIYANDA SEROPREVALENSI Toxoplasma gondii PADA HEWAN TERNAK KAMBING DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh : AUDYA PRATIWI PUTRI RIYANDA UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 SEROPREVALENSI Toxoplasma gondii PADA

Lebih terperinci

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1. Infeksi Cacing Pita 2.1.1. Definisi Infeksi cacing pita atau taeniasis ialah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun, jutaan orang terekspos risiko penyakit mematikan melalui transfusi darah yang tidak aman. Pada database global, skrining tidak dilakukan untuk penyakit

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging juga dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan ternak lain, yaitu laju pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangbiakkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat menimbulkan cacat janin dan kematian janin. Lebih sulitnya gejala

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat menimbulkan cacat janin dan kematian janin. Lebih sulitnya gejala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Toxoplasma merupakan salah satu infeksi yang sangat berisiko pada ibu hamil karena dapat menimbulkan cacat janin dan kematian janin. Lebih sulitnya gejala klinis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

TOXOPLASMOSIS PENYAKIT ZOONOSIS YANG PERLU DI WASPADAI OLEH IBU HAMIL. Drh. Hiswani M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

TOXOPLASMOSIS PENYAKIT ZOONOSIS YANG PERLU DI WASPADAI OLEH IBU HAMIL. Drh. Hiswani M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara TOXOPLASMOSIS PENYAKIT ZOONOSIS YANG PERLU DI WASPADAI OLEH IBU HAMIL Drh. Hiswani M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola perilaku seksual Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai suatu bentuk kenakalan. Hubungan bebas diartikan sebagai hubungan seksual yang

Lebih terperinci

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU 1 Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

Publikasi : Buku Kesehatan Lingkungan,2010 Buku Epidemiologi Lingkungan (Teori dan Aplikasinya),2012

Publikasi : Buku Kesehatan Lingkungan,2010 Buku Epidemiologi Lingkungan (Teori dan Aplikasinya),2012 IDENTITAS DIRI Nama : Ramadhan Tosepu, SKM., M.Kes Tampat dan Tanggal Lahir : Wawonggole, 14 Agustus 1979 Kebangsaan : Indonesia Alamat Rumah :Kendari Permai Blok P2 No.1 Telp.085231154299, Email : adhan_lpmi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak diminati untuk dipelihara oleh masyarakat. Masyarakat banyak memelihara kucing, tetapi banyak juga yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus Herpes Simplex (HSV1 HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang

BAB I PENDAHULUAN. virus Herpes Simplex (HSV1 HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1 HSV2)

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT >> PENDAHULUAN Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik di Pasar Tradisional adalah acuan yang digunakan dalam melakukan kegiatan ritel pangan di pasar tradisional dan dalam rangka pengawasan keamanan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti virus dan bakteri sangat perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak yang mempunyai banyak pemukiman kumuh, yaitu dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi merupakan salah satu hewan komersil yang dapat diternakkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikalangan masyarakat. Babi dipelihara oleh masyarakat dengan

Lebih terperinci