BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat intraseluler penyebab dari toksoplasmosis (Tavassoli et al., 2013). Stadium pada T. gondii yaitu ookista, takizoit dan kista jaringan. Ookista hanya diproduksi oleh inang definitif (bangsa kucing), sedangkan takizoit dapat berkembang secara aseksual di inang perantara (mamalia, unggas) dan inang definitif. Kista jaringan merupakan stadium infektif dari takizoit (Subekti dan Arrasyid, 2006). Toksoplasmosis dapat menyerang siapa saja disegala umur dan telah tersebar di berbagai wilayah di dunia (Fusco et al., 2007). Kasus asimtomatis lebih banyak ditemukan pada penyakit ini. Wanita hamil yang memiliki sistem imun normal, infeksi dari T. gondii dapat menyebabkan retadarsi mental, hidrocephalus, penyakit neurologik pada janin (Panah et al., 2013). Transmisi toksoplasmosis dapat terjadi melalui dua mekanisme; yaitu (1) secara vertikal dari ibu hamil ke janin dan (2) secara horizontal yang berhubungan dengan pola hidup dan lingkungan seperti memakan daging yang kurang matang atau memakan dan meminum seperti susu, sayuran mentah yang terkontaminasi Toxoplasma gondii (Fusco et al., 2007). Toxoplasma gondii memerlukan manusia, hewan dan lingkungan sebagai faktor pendukung kelangsungan hidupnya. Ookista yang dikeluarkan dari feses kucing yang terinfeksi dan telah bersporulasi mampu hidup sampai bertahun- 1

2 2 tahun di lingkungan karena dipengaruhi oleh kelembaban dan paparan sinar matahari (suhu) di area tersebut. Kasus toksoplasmosis diketahui lebih besar di dataran yang lebih rendah daripada dataran yang lebih tinggi. Sumber air terkontaminasi dengan ookista dari tanah pada saat terjadi banjir atau tanah yang hanyut saat hujan. Tanah yang hanyut ini juga membawa ookista dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Ookista yang telah mengkontaminasi sungai mengalir ke tempat yang lebih rendah (Ishaku et al., 2009). Mekanisme tersebut akan berdampak pada penyebaran toksoplasmosis dibeberapa daerah yang memiliki kondisi geografis yang mendukung. Analisis spasial adalah salah satu cara pendataan dalam upaya untuk pengelolaan (manajemen) penyakit berbasis wilayah dan uraian tentang data penyakit secara geografis berkenaan dengan persebaran penyakit serta hubungan antar variabel, dimana masing-masing variabel dapat menjadi faktor risiko terjadinya toksoplasmosis. Berbagai faktor risiko dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu (1) faktor demografi dan pola hidup; (2) faktor geografis dan lingkungan. Lingkungan sebagai salah satu faktor pendukung dari kelangsungan hidup T. gondii dapat mengalami perubahan. Perubahan lingkungan tersebut akan berpengaruh pula pada kasus toksoplasmosis. Ecosystem approach to human health (Ecohealth) merupakan kajian mengenai perubahan, biologis fisik, lingkungan sosial, ekonomi dan berkaitan perubahan bagi kesehatan manusia (Gopalan, 2010). Deteksi lingkungan yang rentan penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan Sistem 2

3 3 Informasi Geografis (SIG). Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem yang mampu mengolah, memperbaiki, memperbaharui, dan menganalisis data, khususnya data spasial. Pendekatan SIG sebagai upaya untuk mencegah sedini mungkin penyebaran toksoplasmosis dan untuk mengetahui wilayah prevalensi dari penyakit ini. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang pernah diteliti terjadi kasus toksoplasmosis pada tahun 1975 yaitu sebanyak 20%. Jawa Tengah bagian selatan memiliki karakter lokasi pegunungan dengan daerah landai di bagian selatan. Wilayah ini memiliki banyak daerah aliran sungai (DAS) besar yang mengalir ke berbagai kabupaten di provinsi tersebut. Perbedaan suhu dan kelembaban udara karena perbedaan ketinggian lokasi, banyak peternakan hewan, daerah persawahan dan perkebunan yang diirigasi dari bendungan yang masuk dalam daerah aliran sungai memungkinkan sebagai faktor distribusi dari toksoplasmosis. Kasus toksoplasmosis yang cukup tinggi di berbagai wilayah di dunia, termasuk Indonesia memerlukan suatu perhatian khusus agar persebarannya dapat ditekan. Seroprevalensi merupakan metode serologis yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah kasus penyakit yang ada pada suatu populasi tertentu pada waktu tertentu. Sampai saat ini belum diketahui pola spasial mengenai distribusi kasus toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan. Data spasial kasus toksoplasmosis diharapkan dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko keruangan terhadap penyebaran toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan. 3

4 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dibuat perumusan masalalah sebagai berikut: 1. Bagaimana seroprevalensi toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan? 2. Bagaimana distribusi keruangan toksoplasmosis Jawa Tengah bagian selatan dengan menggunakan SIG? 3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui seroprevalensi toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan. 2. Mengetahui distribusi keruangan toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan dengan menggunakan SIG. 3. Mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya toksoplasmosis dengan pendekatan Ecohealth. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, penelitian mengenai analisis spasial dan faktor risiko toksoplasmosis menggunakan metode ELISA pernah dilakukan oleh Fihiruddin pada tahun 2012 dan Sujono pada tahun Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut adalah lokasi dari pengambilan sampel, faktor risiko secara geografis, jumlah klaster dan jumlah 4

5 5 sampel yang diambil. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan kedua penelitian tersebut mengenai metode secara serologis yang menggunakan ELISA untuk mendeteksi adanya IgG dan IgM. Hasil yang positif dari uji ELISA juga akan di plotkan dalam peta. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Memberikan informasi tentang toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan dengan pendekatan ecohealth. 2. Memberikan informasi mengenai distribusi keruangan toksoplasmosis dan populasi yang berisiko terhadap toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan dengan menggunakan SIG. 3. Dapat digunakan untuk pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan penanganan toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan. 5