HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN INDIVIDU-ORGANISASI DAN MODAL PSIKOLOGIS DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA STAF ADMINISTRASI PERGURUAN TINGGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN INDIVIDU-ORGANISASI DAN MODAL PSIKOLOGIS DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA STAF ADMINISTRASI PERGURUAN TINGGI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN INDIVIDU-ORGANISASI DAN MODAL PSIKOLOGIS DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA STAF ADMINISTRASI PERGURUAN TINGGI Johanes Gregorious Gozalie Magister Psikologi Sains, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya Alamat Korespondensi: Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya, Telp Abstrak Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara kesesuaian individu-organisasi dan modal psikologis dengan keterikatan kerja yang dimiliki staf administrasi perguruan tinggi. Persaingan antar perguruan tinggi yang semakin ketat membuat pelayanan yang diberikan menjadi salah satu kunci keberhasilan sebuah perguruan tinggi. Salah satu pelayanan yang sering diabaikan, namun cukup penting adalah pelayanan administrasi. Maka dari itu, staf administrasi perguruan tinggi seharusnya menunjukkan sikap melayani yang prima kepada stakeholder. Namun sayangnya, tidak semua staf administrasi perguruan tinggi menunjukkan sikap tersebut. Sikap kerja yang prima akan ditunjukkan seorang staf ketika staf tersebut memiliki keterikatan kerja yang tinggi terhadap pekerjaannya. Keterikatan kerja seorang staf diindikasikan oleh tiga hal yaitu semangat, dedikasi, dan penghayatan. Staf akan memiliki keterikatan kerja jika staf tersebut memiliki kesesuaian dengan organisasinya. Didukung pula, jika staf tersebut memiliki modal psikologis yang tinggi, maka keterikatan kerja staf tersebut akan semakin tinggi. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jika staf administrasi perguruan tinggi memiliki nilai, tujuan, pemenuhan kebutuhan, serta budaya yang sesuai dengan perusahaan, ditunjang dengan modal psikologis yang baik, maka keterikatan kerja staf tersebut akan semakin besar. Subjek dalam penelitian ini adalah staf administrasi berjenis kelamin pria dan wanita, dengan kriteria masa kerja lebih dari 5 (lima) tahun dan berstatus karyawan tetap. Teknik pengumpulan sampel adalah menggunakan proportion random sampling. Pengambilan sampel dilakukan di sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya. Kata kunci: Modal Psikologis, Kesesuaian Individu-Organisasi, Keterikatan Kerja 186 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

2 1. PENDAHULUAN Jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang semakin banyak dari tahun ke tahun membuat persaingan di antara perguruan tinggi semakin ketat. Maka dari itu, tiap perguruan tinggi diharuskan memiliki sumber daya yang unggul. Sumber daya utama yang harus dimiliki oleh perguruan tinggi adalah dosen atau tenaga pendidik, namun di samping itu, sumber daya yang juga memegang peranan penting dalam berlangsungnya aktifitas di perguruan tinggi adalah staf administrasi. Staf administrasi tidak hanya berkaitan dengan tugas-tugas administratif saja, namun juga tugas-tugas lain yang terkait dengan pelayanan, antara lain membantu proses belajar mengajar, kemahasiswaan, kepegawaian, sarana prasarana, pembangunan infrastruktur, keuangan, perpustakaan, serta hubungan masyarakat. Tugas-tugas staf administrasi yang sangat terkait dengan pelayanan kepada pihak eksternal maupun internal membuat staf administrasi seharusnya memiliki mental yang positif dan memiliki totalitas dalam bekerja. Namun yang terjadi, berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan cukup banyak staf administrasi perguruan tinggi yang tidak menunjukkan sikap yang positif dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, terutama dari pihak eksternal. Di beberapa perguruan tinggi di Surabaya, hal yang paling sering terjadi adalah melempar-lempar informasi sehingga pelanggan menjadi bingung dan pada akhirnya tidak menemukan solusi dari layanan yang diberikan oleh petugas administrasi. Selain itu, ada pula terjadi di beberapa universitas, staf administrasi melayani dengan nada dan sikap yang ketus, sehingga menimbulkan kesan yang tidak ramah. Bahkan di salah satu universitas swasta, peneliti menemukan ada petugas sedang tiduran di atas sofa. Hal tersebut mencerminkan sikap-sikap yang kurang positif dan penuh. Sikap-sikap tersebut sangat terkait dengan motivasi dalam bekerja. Salah satu konsep motivasi yang dapat menjelaskan fenomena tersebut yaitu keterikatan kerja. Keterikatan kerja merupakan keadaan mental seseorang terkait dengan pekerjaannya yang bersifat positif dan penuh. Terdapat 3 karakteristik yang dapat menilai keterikatan kerja seorang karyawan, yaitu vigor (semangat), dedication (dedikasi), dan absorption (penghayatan). Semangat ditandai dengan energi tinggi dan ketahanan mental saat bekerja, keinginan untuk berinvestasi pada suatu pekerjaan dan tetap bertahan walaupun mengalami kesulitan. Dedikasi mengarah pada seseorang yang sangat terlibat pada pekerjaannya dan merasakan signifikansi, antusias, terinspirasi, bangga, dan memperoleh tantangan dari pekerjaannya. Penghayatan ditandai dengan berkonsentrasi penuh dan bahagia terlibat dalam pekerjaannya di mana hal ini mengakibatkan waktu terasa cepat berlalu dan orang tersebut sulit untuk memisahkan diri dari pekerjaannya (Schaufeli et al., 2002). Menurut Saks (2006), keterikatan kerja memiliki hubungan yang positif dengan berbagai hal yang berkaitan dengan organisasi dan karyawan. Dalam kaitannya dengan karyawan, Soane et al. (2010, dalam Banihani et al., 2013) menemukan bahwa keterikatan kerja mempengaruhi wellbeing dan kinerja karyawan. Kinerja karyawan yang terikat dengan pekerjaannya akan memiliki kinerja lebih baik daripada karyawan yang tidak terikat dengan pekerjaannya. Hal tersebut disebabkan karena empat hal, yaitu karyawan yang terikat mengalami emosi positif seperti happiness, enthusiasm, dan joy; mereka memiliki kesehatan yang lebih baik; mereka mampu membuat sumber-sumber pribadi dan organisasi; dan mereka sering membagi keterikatannya kepada orang lain (Bakker, 2009). Ketika karyawan mengalami hal -hal positif dan memiliki keterikatan kerja yang tinggi, maka karyawan tersebut akan puas terhadap pekerjaannya, sehingga intention to quit dari karyawan menjadi kecil. Hal tersebut juga disampaikan oleh Koyuncu, Burke, dan Fiksenbaum (2006) dalam penelitiannya kepada manajer dan profesional di Turkish Bank yang menemukan bahwa keterikatan kerja berhubungan dengan intention to quit dan job satisfaction dari karyawan. Dalam level organisasi, Harter et al. (2002) menyetujui bahwa keterikatan kerja memiliki hubungan dengan business outcome berupa kepuasan pelanggan, profit, produktivitas, turnover karyawan, dan kecelakaan kerja. Di sisi lain, karyawan yang tidak memiliki keterikatan kerja membawa pengaruh buruk untuk keuangan perusahaan (Loehr & Schwartz dalam Banihani, 2013). Sebagai contoh, di Singapore, biaya yang dikeluarkan untuk menanggung karyawan yang tidak Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

3 terikat sebesar 4,9-6,7 miliar Poundsterling per tahun (Flade; Frank et al. dalam Banihani, 2013). Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterikatan kerja sangat penting dan memiliki pengaruh positif baik dalam level individu maupun organisasi. Dewasa ini, studi mengenai keterikatan kerja telah menggunakan Job Demand-Resources (JD-R) model sebagai kerangka teori untuk memprediksi keterikatan kerja. Sesuai dengan namanya, JD-R Model terdiri dari dua aspek, yaitu job demands dan job resources (Bakker & Leiter, 2010). Job demands merupakan aspek fisik, psikologis, sosial, atau organisasional dari pekerjaan yang membutuhkan usaha atau kemampuan fisik dan/atau psikologis berkesinambungan dari karyawan (Bakker & Demerouti, 2007). Contoh dari job demands adalah tekanan waktu dan pekerjaan, emotional demands of client work, fisik lingkungan kerja yang merugikan, ketidakjelasan peran, konflik dalam peran, dan peran yang berlebihan. Di sisi lain, job resources adalah aspek fisik, psikologis, sosial, atau organisasi dari pekerjaan yang mampu mengurangi beban pekerjaan, berfungsi dalam mencapai tujuan kerja, dan mendukung pertumbuhan, pembelajaran, dan perkembangan karyawan (Bakker & Demerouti, 2008). Contoh dari job resources adalah gaji, kesempatan karir, keamanan bekerja, kejelasan peran, dan keikutsertaan dalam pengambilan keputusan, performance feedback, variasi keterampilan, dan otonomi. Menurut Bakker & Demerouti (2007), tingginya job resources jika dikombinasikan dengan job demands, baik tinggi maupun rendah dapat menghasilkan motivasi dan keterikatan yang tinggi. Menurut Bakker & Leiter (2010), pada awal penelitian mengenai keterikatan kerja, terdapat kemungkinan adanya faktor di luar pekerjaan yang dapat meningkatkan keterikatan. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara keterikatan dengan personal variable. Pada akhirnya, Xanthopoulou et al. (2007) menggabungkan konsep personal resources ke dalam model JD-R. Personal resources mereka yakini dapat dikembangkan dan dikelola untuk meningkatkan kinerja. Hamid & Yahya (2011) memaparkan bahwa keterikatan kerja tidak hanya dapat diprediksi dengan model JD-R saja, melainkan ada prediktor-prediktor lain yang berhubungan dengan keterikatan kerja. Prediktor tersebut adalah person fit. Hamid & Yahya (2011) menjelaskan hubungan antara person fit dengan keterikatan kerja menggunakan Field Theory dari Lewin dan Theory of Planned Behavior (TPB) dari Ajzen. Field theory menjelaskan bahwa interaksi antara individu dengan lingkungan kerjanya akan memunculkan sebuah perilaku. Individu yang merasakan lingkungan kerjanya positif, maka individu tersebut akan memunculkan perilaku positif. Maka dari itu, ketika karyawan merasa cocok baik dengan pekerjaan maupun organisasinya, mereka akan bekerja secara efektif dengan cara menyesuaikan perannya dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Dengan kata lain, ketika karyawan merasa dirinya cocok dengan pekerjaan dan organisasinya, mereka akan menunjukkan keterikatan kerja yang tinggi (Lewin dalam Hamid & Yahya, 2011). Ajzen (1991) menyatakan bahwa karyaw an yang memiliki knowledge, skill, dan ability yang baik akan dapat mengimplementasikan pekerjaannya dengan baik pula. Hal tersebut membuat karyawan tersebut memiliki keterikatan dengan implementasi pekerjaan. Karyawan yang memiliki kemampuan yang cocok dengan pekerjaan dan organisasinya dapat menunjukkan kinerja yang efektif, sehingga dapat melakukan implementasi pekerjaannya untuk mencapai visi dan misi perusahaan dan akhirnya karyawan tersebut merasa terikat dengan perannya dalam perusahaan. Berdasarkan paparan ketiga teori tersebut yaitu JD-R Model, Field Theory, dan TPB, maka penulis menilai bahwa keterikatan kerja tidak selamanya hanya dapat diprediksi menggunakan job resources, job demands, dan personal resources. Ternyata ada pula variabel-variabel lain yang tidak termasuk ke dalam job resources, job demands, dan personal resources yang dapat menjadi prediktor untuk keterikatan kerja, misalnya person fit, baik person-job fit ataupun personorganization fit (P-O Fit). Adanya gap teori keterikatan kerja ditinjau dari JD-R Model, Field Theory, serta TPB membuka peluang penelitian yang dapat menggabungkan ketiga teori tersebut. Selain itu, pentingnya keterikatan kerja, kesesuaian individu-organisasi, dan modal psikologis dalam sebuah organisasi atau perusahaan, didukung pula oleh adanya gap empirik yang terjadi pada staf administrasi di perguruan tinggi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Kesesuaian Individu-Organisasi dan Modal Psikologis dengan Keterikatan Kerja. 188 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

4 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Kesesuaian Individu Organisasi dan Modal Psikologis secara simultan dengan Keterikatan Kerja. Ketika seorang karyawan merasa sesuai dengan perusahaan tempatnya bekerja, maka keterikatan kerjanya akan semakin meningkat. Begitu pula ketika karyawan memiliki modal psikologis yang tinggi, maka keterikatan kerjanya juga akan semakin meningkat. Penelitian ini memiliki tiga buah hipotesis, dua di antaranya adalah hipotesis minor dan sebuah hipotesis mayor. Hipotesis mayor dari penelitian ini adalah ada hubungan antara Kesesuaian Individu-Organisasi dan Modal Psikologis dengan Keterikatan Kerja. Sedangkan hipotesis minor pertama adalah ada hubungan positif antara Kesesuaian Individu-Organisasi dengan Keterikatan Kerja dengan mengontrol Modal Psikologis. Hipotesis minor kedua adalah ada hubungan positif antara Modal Psikologis dengan Keterikatan Kerja dengan mengontrol Kesesuaian Individu-Organisasi. Keterikatan Kerja Tokoh pertama yang menemukan konsep keterikatan kerja adalah Kahn (1990) yang mendefinisikan keterikatan kerja sebagai harnessing of organization members selves to their work roles: in engagement, people employ and express themselves physically, cognitively, emotionally, and mentally during role performances. Dengan kata lain, karyawan yang terikat akan menaruh perhatian dan usaha besar pada pekerjaannya, baik secara fisik, pikiran, emosi, maupun mental karena karyawan tersebut mengenali pekerjaannya. Selanjutnya, Rothbard (2001) yang te rinspirasi dengan konsep Kahn mendefinisikan keterikatan kerja sebagai konsep motivasi dua dimensi yang terdiri dari attention (ketersediaan pemikirian dan banyaknya waktu yang dihabiskan seseorang dalam memikirkan sebuah peran) dan absorption (intensitas dari fokus seseorang terhadap sebuah peran). Maslach et al. (2001) mendefinisikan keterikatan kerja sebagai lawan dari burnout. Menurut Maslach et al. (2001), keterikatan kerja adalah kondisi dimana karyawan memiliki energi dan hubungan efektif dengan pekerjaannya, dan mereka justru menganggap tekanan dan banyaknya pekerjaan sebagai suatu tantangan. Di sisi lain, Schaufeli et al. (2002) mendefinisikan keterikatan kerja sebagai a positive, fulfilling, work-related state of mind that is characterized by vigor, dedication, and absorption. Dengan kata lain, karyawan yang terikat dengan pekerjaannya akan memiliki keadaan mental yang positif dan penuh ketika bekerja. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterikatan kerja adalah keadaan dimana karyawan mengerahkan seluruh energi dan kemampuannya, baik secara fisik, pikiran, emosi, maupun mental secara efektif, positif dan penuh di dalam pekerjaannya. Dalam penelitian ini, konsep keterikatan kerja yang dipakai adalah konsep dari Schaufeli et al. (2002) yang mendefinisikan keterikatan kerja sebagai keadaan mental seorang karyawan terkait dengan pekerjaannya yang bersifat positif dan penuh dan memiliki karakteristik semangat, dedikasi, dan penghayatan. Keterikatan kerja dapat diprediksi oleh 3 faktor, yaitu job resources, personal resources, dan job demands (Bakker & Demerouti, 2007; Bakker & Demerouti, 2008). Ketiga faktor tersebut diintegrasikan menjadi sebuah model bernama JD-R Model seperti yang terdapat pada Gambar 1. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

5 JOB RESOURCES - Autonomy - Performance feedback - Social support - Supervisory coaching - Etc. PERSONAL RESOURCES - Optimism - Self-efficacy - Resilience - Hope - Etc. JOB DEMANDS - Work pressure - Emotional demands - Mental demands - Physical demands - Etc. KETERIKATAN KERJA - Vigor - Dedication - Absorption Gambar 1. JD-R Model (Bakker & Demerouti, 2008) Kesesuaian Individu-Organisasi Ada dua macam definisi yang dipakai dalam konsep kesesuaian individu-organisasi. Sebagian besar peneliti mendefinisikan kesesuaian individu-organisasi sebagai kesesuaian antara individu dengan organisasi (Kristof, 1996). Van Vianen, De Pater, & Van Dijk (2007, dalam Sutarjo, 2011) menambahkan bahwa kesesuaian individu-organisasi merupakan kesesuaian antara kepribadian, tujuan, dan nilai individu dengan organisasi. Kristof (1996) mendefinisikan kesesuaian individu-organisasi sebagai kesesuaian antara individu dengan organisasi yang terjadi ketika: (a) salah satu dari entitas (individu atau organisasi) menyediakan kebutuhan entitas yang lainnya, atau (b) kedua entitas te rsebut memiliki karakter yang mirip bahkan sama, atau (c) keduanya. Kristof (1996) membagi kesesuaian dalam kesesuaian individu-organisasi ke dalam 2 macam kesesuaian, yaitu supplementary fit dan complementary fit. Supplementary fit terjadi ketika individu memiliki karakteristik yang hampir sama dengan individu lain di dalam lingkungan organisasi. Sedangkan complementary fit terjadi ketika karakter individu memberikan pemenuhan atau penambahan pada karakter lingkungan organisasinya. Selain perspektif supplementary dan complementary fit, Kristof (1996) juga menyatakan bahwa kesesuaian individu-organisasi dapat dilihat dari perspektif needs-supplies dan demandsabilities. Dilihat dari sisi needs-supplies, kesesuaian individu-organisasi terjadi ketika organisasi dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan individu. Sedangkan jika dilihat dari sisi demandsabilities, kesesuaian individu-organisasi terjadi ketika individu memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Interaksi antara kedua perspektif tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa supplementary fit (panah a ) menggambarkan hubungan antara karakteristik organisasi dan individu. Karakter organisasi terdiri dari budaya, iklim, nilai, tujuan, dan aturan. Sedangkan karakter individu terdiri dari kepribadian, nilai, tujuan, dan sikap. Ketika ada kemiripan antara karakteristik organisasi dan individu, maka terjadilah supplementary fit. 190 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

6 Gambar 2. Model Konsep Kesesuaian Individu-Organisasi (Kristof, 1996) Masing-masing entitas memiliki supplies dan demands. Organisasi memiliki demands seperti waktu, tenaga, komitmen, pengalaman, serta kemampuan ( Knowledge, Skills, Abilities / KSAs) dari individu. Sedangkan individu memiliki demands seperti kebutuhan keuangan, kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis, serta kebutuhan pengembangan diri. Jika diperhatikan dari Gambar 2, maka demands organisasi merupakan supplies individu, dan sebaliknya, demands individu merupakan supplies organisasi. Ketika supplies organisasi sesuai dengan demands individu, di sinilah terjadi needssupplies fit (panah b ). Sedangkan ketika demands organisasi sesuai dengan supplies yang dimiliki individu, di sinilah terjadi demands-abilities fit (panah c ). Kedua hubungan demandssupplies disebut juga complementary fit. Kristof (1996) juga menyatakan bahwa terdapat empat karakteristik untuk menilai kesesuaian antara individu dengan organisasi, yaitu kesesuaian nilai antara nilai intrinsik individu dengan organisasi, kesesuaian antara tujuan individu dengan organisasi, kesesuaian antara kebutuhan karyawan dan kekuatan yang terdapat dalam lingkungan kerja dengan sistem dan struktur organisasi, dan kesesuaian antara kepribadian individu dengan iklim atau budaya organisasi. Modal Psikologis Penelitian dan teori yang dihasilkan tokoh-tokoh psikologi, mulai dari awal perkembangannya hingga sampai saat ini banyak berorientasi pada konsep psikologi positif (Luthans, Avolio, Avey, & Norman, 2007). Dalam perkembangannya, konsep psikologi positif yang disebut juga positive organizational behavior (POB) tersebut banyak dipakai juga untuk mengelola sumber daya manusia dalam organisasi. POB didefinisikan sebagai studi dan aplikasi dari kekuatan positif dan kapasitas psikologis yang dimiliki sumber daya manusia yang dapat diukur, dikembangkan, dan dikelola secara efektif untuk meningkatkan kinerja. Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan bahwa konsep psikologi positif memiliki empat kriteria, yaitu hope (harapan), resilience (resiliensi), optimism (optimisme), dan self-efficacy (keyakinan akan kemampuan diri sendiri), dan jika digabungkan akan membentuk sebuah konsep yang dinamakan modal psikologis (Luthans et al., 2007). Dari beberapa konsep dan kriteria tersebut, Luthans et al. (2007) mendefinisikan modal psikologis sebagai sebuah pengembangan kondisi psikologis yang positif dari seseorang yang memiliki karakteristik memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri untuk mengeluarkan usaha dalam rangka menyelesaikan tantangan dalam pekerjaan, membuat tekad positif dalam mencapai keberhasilan sekarang dan di masa yang akan datang, tekun dalam pencapaian tujuan, jika perlu Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

7 membuat jalur dalam mencapai tujuan dalam rangka untuk mencapai keberhasilan, dan ketika mengalami masalah atau kesulitan, mampu bertahan dan bahkan bangkit untuk mencapai kesuksesan. Menurut Luthans et al. (2007), terdapat empat karakteristik yang membentuk konsep modal psikologis, yaitu keyakinan diri, harapan, optimisme, dan resiliensi. Bandura (1997, dalam Page & Donohue, 2004) mendefinisikan keyakinan diri sebagai keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengelola dan melaksanakan tugas-tugasnya dalam mencapai sebuah tujuan. Sedangkan menurut Stajkovic & Luthans (1998, dalam Luthans et al., 2007), keyakinan diri adalah kepercayaan diri karyawan terhadap kemampuannya untuk mengerahkan motivasi, sumber daya kognitif, atau tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sukses. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, Stajkovic & Luthans (1998, dalam Luthans et al., 2007) menemukan bahwa keyakinan diri memiliki hubungan yang kuat dan positif dengan kinerja. Dalam modal psikologis, keyakinan diri memiliki kontribusi dalam membuka diri terhadap tantangan dan kemauan untuk memberikan usaha lebih dalam mencapai tujuan (Page & Donohue, 2004). Snyder et al. (1991, dalam Luthans et al., 2007) mendefinisikan harapan sebagai motivasi positif seseorang yang didasarkan pada keinginan untuk sukses. Harapan memiliki tiga konsep dasar yaitu agency (energi atau motivasi untuk mencapai tujuan), pathways (cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan), dan goals (tujuan yang ingin dicapai). Dengan kata lain, harapan merupakan kemauan seseorang untuk sukses dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan melaksanakan cara untuk mencapai kesuksesan (Snyder, 2000, dalam Luthans et al., 2007). Dalam modal psikologis, harapan memiliki kontribusi dalam menentukan tujuan dan keinginan untuk mencapai tujuan tersebut, disertai dengan rencana atau strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut (Page & Donohue, 2004). Luthans & Youssef (2004, dalam Page & Donohue, 2004) menjelaskan bahwa optimisme merupakan sebuah tipe pembagian kejadian dari seseorang, kejadian positif bersifat internal, pemanen, dan dapat menjalar ke kejadian lain, sedangkan kejadian negatif bersifat eksternal, sementara, dan spesifik pada sebuah kejadian saja. Seligman (2002, dalam Page & Donohue, 2004) menjelaskan dua dimensi optimisme berdasarkan persepsi dari seseorang terhadap sebuah kejadian. Seseorang yang optimis akan melihat kejadian negatif sebagai hal yang sementara dan kejadian positif sebagai hal yang permanen. Selain itu, orang yang optimis akan melihat efek negatif sebagai akibat yang spesifik terhadap sebuah kejadian, sedangkan efek positif akan dilihat sebagai kebalikannya. Snyder (2002, dalam Luthans et al., 2007) mendefinisikan optimismee sebagai proses berpikir berdasarkan tujuan yang berjalan ketika sebuah hasil yang dicapai memiliki nilai substansial. Seligman (1998, dalam Luthans et al., 2007) menemukan bahwa optimismee memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kinerja ketika diterapkan langsung pada tempat kerja. Dalam modal psikologis, optimismee memiliki kontribusi dalam memberikan batasan antara pengaruh negatif dan positif dari sebuah kejadian, serta memberikan harapan positif terkait dengan masa depan (Page & Donohue, 2004). Dalam konsep psikologi positif, resiliensi memiliki karakteristik penyelesaian masalah dan adaptasi secara positif terhadap sebuah resiko atau kesulitan (Masten, 2001, dalam Luthans et al., 2007). Dalam konteks di tempat kerja, resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan psikologis seseorang untuk bertahan, dan bahkan bangkit dari kesulitan, ketidakpastian, konflik, kegagalan, bahkan peningkatan tanggung jawab dalam pekerjaan (Luthans, 2002, dalam Luthans et al., 2007). Dalam modal psikologis, resiliensi memiliki kontribusi dalam mengembalikan kondisi seseorang ketika mengalami kejadian yang tidak menyenangkan (Page & Donohue, 2004). 192 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

8 2. METODE Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dengan metode survey. Dalam penelitian ini, variabel yang menjadi dependent variable, yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain adalah keterikatan kerja. Sedangkan variabel yang menjadi independent variable, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain adalah kesesuaian individu-organisasi dan modal psikologis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf administrasi di sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya yang telah berstatus karyawan tetap dan memiliki masa kerja di atas lima tahun. Jumlah populasi tersebut adalah 259 orang. Dari total populasi tersebut kemudian dilakukan proses sampling dengan jumlah sampel sebesar 157 orang. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah proportion random sampling. Hal tersebut disebabkan adanya bagianbagian dalam struktur organisasi perguruan tinggi tesebut, sehingga agar semua karyawan bisa mendapatkan kesempatan yang sama dalam penelitian, maka akan diambil sampel dari tiap-tiap bagian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat ukur. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterikatan kerja karyawan adalah Utrecht Work Engagement Scale (UWES) yang dikembangkan oleh Schaufeli dan Bakker (2003). Instrumen tersebut terdiri dari 17 aitem dan dibagi menjadi tiga aspek, yaitu vigor (6 aitem), dedication (5 aitem), dan absorption (5 aitem). Instrumen yang digunakan untuk mengukur kesesuaian individu-organisasi adalah Angket P-O Fit yang didasarkan pada konsep Kristof (1996). Instrumen tersebut terdiri dari 16 aitem yang terbagi menjadi empat aspek, yaitu value congruence (4 aitem), goal congruence (4 aitem), employee need fulfillment (4 aitem), dan culture personality congruence (4 aitem). Instrumen yang digunakan untuk mengukur modal psikologis adalah Psychological Capital Questionnaire (PCQ) yang dikembangkan oleh Luthans et al. (2007). Instrumen tersebut memiliki 24 aitem yang dibagi ke dalam 4 aspek, yaitu hope, efficacy, resilience, dan optimism dimana masing-masing aspek memiliki enam aitem. Uji validitas yang dipakai pada penelitian ini adalah expert judgement atau konsultasi dengan ahli, dalam hal ini dosen pembimbing. Teknik pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konsistensi internal menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode structural equation model. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Paper ini merupakan sebuah rancangan penelitian yang pada akhirnya akan diimplementasikan pada sebuah tesis. Oleh karena itu, untuk sementara, paper ini belum memiliki hasil penelitian. Namun, peneliti mencoba melakukan studi literatur berdasarkan penelitianpenelitian terdahulu yang terkait dengan variabel-variabel penelitian ini, yaitu kesesuaian individuorganisasi, modal psikologis, dan keterikatan kerja. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu, antara lain: Tabel 1. Hasil studi literatur dari penelitian sebelumnya mengenai kesesuaian individu-organisasi, modal psikologis, dan keterikatan kerja No. Peneliti Judul Penelitian 1. Hamid & Yahya (2011) Relationship between Person-Job Fit and Person- Organization Fit on Employee s Work Engagement: A Study among Engineers in Semiconductor Companies in Malaysia Hasil Penelitian r = 0,406 Kesimpulan P-O Fit berkorelasi positif dengan keterikatan kerja 2. Biswas & Mediator Analysis of standardized P-O Fit memiliki hubungan Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

9 Bhatnagar (2013) 3. Sugianto, Thoyib, & Noermijati (2012) 4. Rostiana & Lihardja (2013) 5. Yungsiana, Widyarini, & Silviandari (2014) Employee Engagement: Role of Perceived Organizational Support, P-O Fit, Organizational Commitment and Job Satisfaction Pengaruh P-O Fit, Motivasi Kerja, dan Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Pegawai The Influence of Psychological Capital to Work Engagement and Organizational Citizenship Behavior Pengaruh Psychological Capital dan Organizational- Based Self Esteem terhadap Work Engagement 6. Baco et al. (2014) Modal Psikologi (Psychological Capital), Stres Kerja dan Komitmen Kerja (Work Engagement): Satu Penelitian Awal β = 0,48; CR = 4,67 ρ = 0,437; t hitung = 5,754 > t tabel = 1,96 r = 0,563 t hitung = 8,491 > t tabel = 1,977 r = 0,622 yang signifikan dengan employee engagement Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara P- O Fit dengan motivasi kerja, dimana motivasi merupakan konsep yang membentuk keterikatan kerja Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja Modal psikologis memiliki pengaruh terhadap keterikatan kerja Modal psikologis memiliki hubungan positif dan signifikan dengan keterikatan kerja Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan, keterikatan kerja memegang peranan penting dalam sebuah organisasi. Keterikatan kerja berpengaruh terhadap outcome dari sebuah organisasi atau perusahaan, baik secara finansial maupun secara kesejahteraan karyawan. Penelitian-penelitian sebelumnya memiliki hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesesuaian individu-organisasi, modal psikologis, dan keterikatan kerja. Jika dilihat, memang dalam penelitian-penelitian tersebut belum ada yang menilai hubungan antara kesesuaian individu dan modal psikologis dengan keterikatan kerja secara simultan, namun justru hal tersebut menjadi kesempatan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap ketiga hal tersebut secara bersama-sama sekaligus merupakan letak orisinalitas dari penelitian ini. Secara parsial, nilai korelasi antara kesesuaian individu-organisasi dengan keterikatan kerja yaitu cukup tinggi (r >0,3) dan semua hasil penelitian terdahulu menunjukkan hasil korelasi yang positif antara kedua variabel tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara kesesuaian individuorganisasi dan keterikatan kerja terdapat hubungan yang positif. Begitu pula dengan modal psikologis. Secara parsial, nilai korelasi antara modal psikologis dengan keterikatan kerja juga tinggi (r>0,5) dan semua hasil penelitian terdahulu menunjukkan hasil korelasi yang positif antara kedua variabel tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara modal psikologis dan keterikatan kerja terdapat hubungan yang positif. Dengan hasil parsial tersebut, diharapkan pada penelitian ini, hasil secara simultan juga menunjukkan adanya hubungan antara kesesuaian individu-organisasi dan modal psikologis dengan keterikatan kerja. 4. KESIMPULAN Keterikatan kerja memiliki dampak yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan, termasuk salah satunya perguruan tinggi. Jika karyawan dalam sebuah perusahaan memiliki keterikatan kerja yang tinggi, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap outcome dari perusahan tersebut, baik secara finansial maupun kesejahteraan karyawan. Berdasarkan beragam hasil penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kesesuaian antara seorang karyawan dengan organisasinya, maka akan semakin tinggi pula tingkat keterikatan kerja dari karyawan tersebut. Begitu pula, semakin tinggi modal psikologis yang dimiliki seorang karyawan, maka akan semakin tinggi pula tingkat keterikatan kerja dari karyawan tersebut. 194 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

10 Rencana pengembangan penelitian ini selanjutnya adalah dengan memunculkan sisi kualitatif dari penelitian ini. Perlu juga dikembangkan secara spesifik jenis kesesuaian individuorganisasi menurut persepsi karyawan, modal psikologis karyawan, dan keterikatan kerja menurut persepsi karyawan. Dengan demikian, ketiga variabel tersebut akan sangat identik dengan kondisi subyek penelitian dan akan dapat memberikan kontribusi yang lebih dalam untuk pengetahuan di bidang psikologi industri dan organisasi. DAFTAR PUSTAKA [1] Ajzen, I The Theory of Planned Behavior. Journal of Organizational Behavior and Human Decision Process. 50: [2] Baco, B., Nor, M., Malek, M Modal Psikologi (Psychological Capit al), Stres Kerja dan Komitmen Kerja (Work Engagement): Satu Penelitian Awal. [Online]. From: [Accesed on 17 Mei 2015]. [3] Bakker, A Building Engagement in The Workplace. In R.J. Burke & C.L. Cooper (ed.). The Peak Performing Organization (pp ). Oxon, UK: Routledge. [4] Bakker, A. & Demerouti, E The Job Demands-Resources Model: State of The Art. Journal of Managerial Psychology. 22: [5] Bakker, A. & Demerouti, E Towards a Model of Work Engagement. Career Development International. 13: [6] Bakker, A. & Leiter, M Work Engagement A Handbook of Essential Theory and Research. New York: Psychology Press. [7] Banihani, M., Lewis, P., Syed, J Is Work Engagement Gendered? Gender in Management: An International Journal. 28: [8] Biswas, S., Bhatnagar, J Mediator Analysis of Employee Engagement: Role of Perceived Organizational Support, P-O Fit, Organizational Commitment and Job Satisfaction. Vikalpa: The Journal for Decision Makers. 38: [9] Hamid, S., Yahya, K Relationship between Person-Job Fit and Person-Organization Fit on Employees Work Engagement: A Study Among Engineers in Semiconductor Companies in Malaysia. Annual Conference on Innovations in Business & Management, London, UK: [10] Harter, J. et al Business-Unit-Level Relationship Between Employee Satisfaction, Employee Engagement, and Business Outcomes: A Meta-Analysis. Journal of Applied Psychology. 87: [11] Kahn, W Psychological Conditions of Personal Engagement and Disengagement at Work. Academy of Management Journal. 33: [12] Koyuncu, M., Burke, R.J., & Fiksenbaum, L Work Engagement among Women Managers and Professionals in a Turkish Bank: Potential Antecedents and Consequences. Equal Opportunities International. 25: [13] Kristof, A Person-Organization Fit: An Integrative Review of Its Conceptualizations, Measurement, and Implications. Journal of Personnel Psychology. 49: [14] Luthans, F., Avolio, B., Avey, J., & Norman, S Positive Psychological Capital: Measurement and Relationship with Performance and Satisfaction. Leadership Institute Faculty Publications. 11: [15] Maslach et al Job Burnout. Annual Review of Psychology. 52: [16] Page, L. & Donohue, R Positive Psychological Capital: A Preliminary Exploration of The Construct. Working Paper of Monash University Business and Economics Faculty. 51: [17] Rostiana, Lihardja, N The Influence of Psychological Capital to Work Engagement and Organizational Citizenship Behavior. International Conference on Entrepreneurship and Business Management (ICEBM), Sanur, Bali November Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

11 [18] Rothbard, N Enriching or Depleting? The Dynamics of Engagement in Work and Family Roles. Administrative Science Quarterly. 46: [19] Saks, A.M Antecedents and Consequences of Employee Engagement. Journal of Managerial Psychology. 21: [20] Schaufeli, W. & Bakker, A UWES Utrecht Work Engagement Scale. Utrecht: Occupational Health Psychology Unit, Utrecht University. [21] Schaufeli, W. et al The Measurement of Engagement and Burnout: A Two Sample Confirmatory Factor Analytic Approach. Journal of Happiness Studies. 3: [22] Sugianto, S., Thoyib, A., Noermijati Pengaruh Person Organization Fit (P -O Fit), Motivasi Kerja, dan Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Pegawai (Pada Pegawai UB Hotel, Malang). Jurnal Aplikasi Manajemen. 10: [23] Sutarjo Ten Ways of Managing Person-Organization Fit (P -O Fit) Effectively: A Literature Study. International Journal of Business and Social Science. 2: [24] Xanthopoulou, D. et al The Role of Personal Resources in The Job Demand- Resources Model. International Journal of Stress Management. 14: [25] Yungsiana, I., Widyarini, I., Silviandari, I Pengaruh Psychological Capital dan Organizational-Based Self Esteem terhadap Work Engagement. [Online]. From: RGANIZATIONAL-BASED_SELF_ESTEEM_TERHADAP_WORK_ENGAGEMENT. [Accesed on 3 Mei 2015]. 196 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber pendapatan seseorang dapat berasal dari berbagai hal. Menurut Kiyosaki (2002) terdapat empat sumber untuk mendapat penghasilan, yaitu sebagai karyawan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Employee Engagement 2.1.1 Pengertian Employee Engagement Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel mereka, tetapi belum ada definisi jelas mengenai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO ARIANI Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ariani_arin@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan Indonesia. Kementerian Pertanian menyatakan bahwa pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Work Engagement BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian Work Engagement Menurut Macey & Scheneider (2008), engagement yakni rasa seseorang terhadap tujuan dan energi yang terfokus, memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan kerja marak dibicarakan di tahun-tahun belakangan ini, namun yang pertama menyebutkan mengenai kosep ini adalah Kahn (1990), sehingga

Lebih terperinci

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Rullyta Indrianti Dr. Cholichul Hadi, Msi.,psi. Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat dewasa ini mengakibatkan perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital (sumber daya manusia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan kehidupan bangsa, hal ini tidak lepas dari peran seorang guru. Guru memiliki peran

Lebih terperinci

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Rullyta Indrianti Dr. Cholichul Hadi, Msi.,psi. Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan tersebut menuntut adanya kemajuan dalam kehidupan manusia. Globalisasi memberikan dampak

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bonyta Ermintika Rizkiani, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan Kerja Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement dinyatakan Vazirani (2007) sebagai tingkat komitmen dan keterlibatan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Pengertian Employee Engagement Kata engage memiliki berbagai makna dan banyak peneliti yang memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. NADHIRA DANESSA M. ABSTRAK Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan perusahaan

Lebih terperinci

KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG

KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG Nurul Kusuma Dewi 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan yang lebih tinggi terhadap karyawan atau calon karyawan agar dapat terus bersaing di dunia korporasi yang semakin kompetitif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Work Engagement Konsep engagement atau keterikatan dipopulerkan oleh Kahn (1990) yang mendefinisikan work engagement adalah

Lebih terperinci

ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN

ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN Fensi Arintia Ekaputri Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya, Surabaya Alamat: Green Semanggi Mangrove,

Lebih terperinci

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian mengenai Work Engagement dalam konteks organisasi kesehatan atau rumah sakit, jika ditelusuri berdasarkan catatan publikasi masih sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri Sipil adalah unsur

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar belakang

1 PENDAHULUAN Latar belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar belakang Organisasi menghadapi persaingan yang amat ketat dan kompetitif saat ini. Globalisasi, perkembangan komunikasi dan teknologi informasi yang terjadi cepat selama 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting, 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam membangun negara yang sejahtera dan mampu menyejahterakan rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting, termasuk di negara

Lebih terperinci

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT Lilik Aslichati, Universitas Terbuka (lilika@ut.ac.id) Abstrak Penelitian penelitan yang dilakukan

Lebih terperinci

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Work Engagement A.1. Definisi Work Engagement Istilah engagement dalam konteks peran kerja karyawan mulai dibicarakan sejak lima belas tahun yang lalu dalam berbagai literatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job 9 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung dan menjelaskan variabel dalam penelitian. Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pembahasan komitmen organisasional

Lebih terperinci

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY)

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY) GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY) Rian Pri¹, Zamralita² ¹Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara Email : rianpri13@gmail.com ²Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

GAMBARAN TUNTUTAN PEKERJAAN (JOB DEMANDS) DAN DUKUNGAN PEKERJAAN (JOB RESOURCES) PADA PEGAWAI INSTITUSI X DKI JAKARTA

GAMBARAN TUNTUTAN PEKERJAAN (JOB DEMANDS) DAN DUKUNGAN PEKERJAAN (JOB RESOURCES) PADA PEGAWAI INSTITUSI X DKI JAKARTA GAMBARAN TUNTUTAN PEKERJAAN DAN DUKUNGAN PADA PEGAWAI INSTITUSI X DKI JAKARTA Wistrianti Lestari, et al GAMBARAN TUNTUTAN PEKERJAAN (JOB DEMANDS) DAN DUKUNGAN PEKERJAAN (JOB RESOURCES) PADA PEGAWAI INSTITUSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. WORK ENGAGEMENT 1. Definisi Work Engagement Work engagement menjadi istilah yang meluas dan populer (Robinson, 2004). Work engagement memungkinkan individu untuk menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini sedang melakukan transformasi dan reformasi pelayanan kesehatan primer serta penguatan sistem kesehatan melalui sistem

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI LAMPUNG

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI LAMPUNG NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI LAMPUNG Oleh : Putri Rizky Hazrati Nur Pratiwi Noviati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif dimana keunggulan

Lebih terperinci

Hubungan Employee Engagement dengan Perilaku Produktif Karyawan

Hubungan Employee Engagement dengan Perilaku Produktif Karyawan Hubungan Employee Engagement dengan Perilaku Produktif Karyawan Fransiscus Aprilian Sri Widodo Sami an, M.Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This research aims to find out

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia merupakan aset yang penting dan perlu dikelola secara profesional karena setiap organisasi mengharapkan sumber daya manusia yang kompeten, loyal, dan

Lebih terperinci

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali 2 structural equation model (SEM) to examine the relationship and the effects of independent variable to the dependent variable by the presence of mediator variable. The result of this research was that

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi

Lebih terperinci

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Nama : Farid Hikmatullah NPM : 12512773 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Intaglia Harsanti, Msi LATAR BELAKANG MASALAH Karyawan divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Pada tahun 1992, beberapa orang sarjana lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dari berbagai disiplin ilmu

Lebih terperinci

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan MEDIAPSI 2016, Vol. 2, No. 2, 38-45 Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan Ferry Iswanto, Ike Agustina ferry.iswanto44@gmail.com Program Studi Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi berbagai ancaman kesehatan global, kini beberapa negara termasuk Indonesia semakin meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya. Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan saat ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Hal ini terlihat dari peningkatan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan pada hasil pembahasan, maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dukungan organisasional terdukung memiliki pengaruh positif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen organisasi perlu diperhatikan pada setiap anggota yang ada dalam organisasi.allen dan Meyer (1990: 2) menyatakan anggota dengan komitmen organisasi, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran peran dan fungsi sumber daya manusia yang sangat dramatis. Fungsi sumber daya manusia tidak dianggap

Lebih terperinci

Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena

Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena 1 Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global adalah mempertahankan karyawan yang berkualitas. Karyawan potensial yang engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja

Lebih terperinci

: deskriptif, work engagement, dosen, Kota Bandung

: deskriptif, work engagement, dosen, Kota Bandung ABSTRAK Penellitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Work pada Dosen Pengajar KBK Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Bandung. Tujuannya adalah memperoleh gambaran mengenai work engagement dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... ABSTRAK...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... ABSTRAK... Abstrak Tinggi rendahnya derajat work engagement pada guru akan sangat berpengaruh terhadap penghayatan atas pekerjaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai work engagement

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Resource Management (HRM) memainkan peran yang penting untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng, Chang, & Yeh, 2004; Zulkarnain,

Lebih terperinci

Peran Conscientiousness sebagai Moderator dari Hubungan Job Resources dan Work Engagement Karyawan Information Technology (IT) pada PT.

Peran Conscientiousness sebagai Moderator dari Hubungan Job Resources dan Work Engagement Karyawan Information Technology (IT) pada PT. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 1, No. 1, April 2017: hlm 296-303 ISSN 2579-6348 (Versi Cetak) ISSN-L 2579-6356 (Versi Elektronik) Peran Conscientiousness sebagai Moderator dari Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keterikatan kerja selalu menjadi isu penting di dalam dunia kerja, hal ini sangat berkaitan dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang kemudian akan menentukan keberhasilan dan kemajuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI 2.1 Keterikatan Kerja 2.1.1 Keterikatan Kerja Pada dasarnya keterikatan kerja merupakan beberapa istilah dari job engagement, dan employee engagement. Menurut Schaufeli et al.

Lebih terperinci

PENGARUH PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DAN ORGANIZATIONAL-BASED SELF ESTEEM TERHADAP WORK ENGAGEMENT

PENGARUH PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DAN ORGANIZATIONAL-BASED SELF ESTEEM TERHADAP WORK ENGAGEMENT JURNAL MEDIAPSI VOLUME 1 NOMOR 1, DESEMBER 2015, HAL 40-50 PENGARUH PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DAN ORGANIZATIONAL-BASED SELF ESTEEM TERHADAP WORK ENGAGEMENT Ade Indah Dwitasari, Ilhamuddin, Selly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasi secara sadar dan memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja didefinisikan sebagai tindakan yang hasilnya dapat dihitung, selain itu juga dapat didefinisikan sebagai hasil kontribusi karyawan dalam

Lebih terperinci

Gambaran Keterikatan Kerja pada Dosen-Tetap Ditinjau dari Karakteristik Personal

Gambaran Keterikatan Kerja pada Dosen-Tetap Ditinjau dari Karakteristik Personal Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 1, No. 1, April 2017: hlm 338-345 ISSN 2579-6348 (Versi Cetak) ISSN-L 2579-6356 (Versi Elektronik) Gambaran Keterikatan Kerja pada Dosen-Tetap Ditinjau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penghitungan dengan alat AMOS melalui penyebaran kuisioner yang

BAB III METODE PENELITIAN. penghitungan dengan alat AMOS melalui penyebaran kuisioner yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif yaitu berdasar penghitungan dengan alat AMOS melalui penyebaran kuisioner yang disebar karyawan berbagai hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT, JOB ENGAGEMENT, DAN TASK PERFORMANCE DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR. Ivan A.

HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT, JOB ENGAGEMENT, DAN TASK PERFORMANCE DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR. Ivan A. HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT, JOB ENGAGEMENT, DAN TASK PERFORMANCE DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR ABSTRAK Job engagement merupakan istilah yang populer dan secara luas digunakan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan ekonomi global yang dicirikan dengan perubahan cepat, dinamika tinggi, permintaan tinggi atas inovasi, dan (karenanya) memiliki tingkat ketidakpastian

Lebih terperinci

STUDI KORELASIONAL ANTARA HUMAN CAPITAL

STUDI KORELASIONAL ANTARA HUMAN CAPITAL STUDI KORELASIONAL ANTARA HUMAN CAPITAL DAN WORK ENGAGEMENT PADA STAF BIDANG PAJAK PENDAFTARAN DAN PAJAK PENETAPAN DINAS PELAYANAN PAJAK (DISYANJAK) KOTA BANDUNG FADHILA DWI UTAMI Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kurniawati, 2013). Begitu pula seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. (Kurniawati, 2013). Begitu pula seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses kehidupan untuk mengembangkan diri setiap individu agar dapat melangsungkan kehidupannya (Kurniawati,

Lebih terperinci

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Andri 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 andric@minamas.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA Rahmani Azizah 15010113140103 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dinamika kerja saat ini menimbulkan tantangan baru bagi mental pekerja, salah satunya adalah ancaman stres. Diuraikan dalam Harvey et al. (2012), dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Salah satu lembaga pada jalur

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI Kontribusi Psychological Capital terhadap Organizational Citizenship Behavior pada Guru Sekolah Negeri Disusun Oleh : Nicholas Jahja - 16513410 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya 148 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 5535 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menggambarkan lapangan atau obyek penelitian dan teknik analisa yang digunakan untuk menganalisa suatu model mengenai pengaruh Person-Organization Fit(P-O fit) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian. Selain itu juga akan dibahas tentang definisi, aspek dan karakteristik, faktor-faktor yang mempengaruhi,

Lebih terperinci

PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA DOSEN DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA DOSEN DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA Suharianto, Nurlaila Effendy : Pengaruh Psychological Capital Terhadap Work Engagement... Hal. 23-34 PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA DOSEN DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

Francisca Aully Adestyani Harlina Nurtjahjanti * Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Francisca Aully Adestyani Harlina Nurtjahjanti * Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Francisca Aully Adestyani Harlina

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan penelitian sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang hendak dicapai.

Lebih terperinci

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat beriringan dengan munculnya penyakit-penyakit yang semakin kompleks.hal itu menuntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah engagement pertama kali digunakan dalam setting pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Work Engagement 2.1.1 Definisi Work Engagement Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan terhadap peran mereka dalam pekerjaan, dimana mereka akan mengikatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepuasan Kerja Stephen P. Robbins (2008:40) kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka,

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka, 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi kuantitatif, dimana pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Hubungan Antara Job Demands dan Job Resources dengan Work Engagement di Bank Yudha Bhakti Kantor Cabang Bandung,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. X

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. X HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. X Briananta Winda Kurniawan, Harlina Nurtjahjanti Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedharto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini makin banyak organisasi menghadapi suatu lingkungan yang dinamis dan berubah yang selanjutnya menuntut agar organisasi itu menyesuaikan diri (Sunarto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, salah satunya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia yang terus meningkat menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, salah satunya adalah satwa. Tidak jarang manusia

Lebih terperinci

Silvia Indra Mustika Kusdi Rahardjo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT

Silvia Indra Mustika Kusdi Rahardjo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang   ABSTRACT PENGARUH PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (Studi pada Staf Medis Rumah Sakit Lavalette Malang) Silvia Indra Mustika Kusdi Rahardjo

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI : KASUS PT. CENTRAL BANDUNG RAYA

PENGARUH TEKANAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI : KASUS PT. CENTRAL BANDUNG RAYA PENGARUH TEKANAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI : KASUS PT. CENTRAL BANDUNG RAYA GRINNA TRI HANDAYANI IWAN NURSALAM ABSTRAK Salah satu faktor yang menentukan hasil penjualan adalah kinerja karyawan. Hal

Lebih terperinci

PENGARUH INTERNAL CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KETERIKATAN KARYAWAN PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK TUGAS AKHIR FIKA FAUZIATI

PENGARUH INTERNAL CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KETERIKATAN KARYAWAN PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK TUGAS AKHIR FIKA FAUZIATI PENGARUH INTERNAL CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KETERIKATAN KARYAWAN PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan 8 BAB II TELAAH TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Goal Setting Theory Goal setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Locke, 1978. Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. X DI BOGOR

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. X DI BOGOR HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. X DI BOGOR Gita Fedora Ramdhani, Dian RatnaSawitri Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergantian manajer wilayah yang terjadi pada BUMN adalah suatu hal yang biasa terjadi, salah satunya pada PT. Kimia Farma, Tbk. Pergantian manajer wilayah tersebut

Lebih terperinci

Hubungan antara Self-efficacy dan Hardiness dengan Work engagement pada. anggota DPRD Kota Surakarta.

Hubungan antara Self-efficacy dan Hardiness dengan Work engagement pada. anggota DPRD Kota Surakarta. Hubungan antara Self-efficacy dan Hardiness dengan Work engagement pada Anggota DPRD Kota Surakarta The Relationship Between Self-efficacy and Hardiness with Work engagement on Surakarta City Council Members

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT ABSTRAK Psikologia, 2014, Vol. 9, No. 1, hal. 9-14 9 HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT Vivi Gusrini Pohan* dan Rebekka Riski Anggelina Batubara

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013) HUBUNGAN ANTARA KONFLIK KELUARGA-KERJA, MAKNA KERJA SEBAGAI PANGGILAN, DAN PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN ORGANISASIONAL DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA GURU Oleh : Regina Martha Tanudjaja Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan situasi yang kompetitif. Situasi kompetitif ini terjadi. Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan situasi yang kompetitif. Situasi kompetitif ini terjadi. Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dunia kerja saat ini, jumlah perusahaan di Indonesia semakin bertambah sehingga mengakibatkan situasi yang kompetitif. Situasi kompetitif ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik BAB I PENDAHULUAN Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik penelitian. Latar belakang masalah berisi pemaparan mengenai isu konseptual employee engagement dan isu kontekstualnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dunia ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan di segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan

Lebih terperinci