ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN"

Transkripsi

1 ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN Fensi Arintia Ekaputri Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya, Surabaya Alamat: Green Semanggi Mangrove, Cluster Osbornia, Blok E1-05, Jl. Wonorejo Timur, Surabaya Telepon: / / Fax: fensiyputriy@gmaiil.com Abstrak Permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi menuntut untuk diperhatikan, sebab secanggih apapun teknologi yang dipergunakan, tetap karyawan dalam organisasilah yang akhirnya menjalankannya. SDM sebagai prediktor dalam keterikatan kerja memiliki andil yang besar pada organisasi. Ketika karyawan memiliki kondisi mental yang positif dan merasa puas akan pekerjaannya, selanjutnya akan muncul semangat, dedikasi, dan penghayatan. Kenyataannya, ketika seorang karyawan dalam menjalankan tugasnya, ia mengalami banyak sekali tantangan. Adversity Quotient (AQ) mengukur kemampuan seseorang dalam menghadapi persoalan hidup. Tantangan yang dihadapinya terkadang membuat ingin menyerah dalam bekerja. Psychological capital (PsyCap) adalah hal positif individu yang ditandai self efficacy, optimism, hope, dan resilience. PsyCap penting bagi karyawan, karena dalam bekerja, ia tidak lepas dari masalah individual yang dapat berakibat negatif pada pekerjaannya. Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis ingin mengamati dan menganalisis karyawan di sebuah sekolah tinggi. Penelitian ini akan dilakukan secara deskriptif dan korelasional. Pengambilan sampel akan ditentukan dengan teknik purposive random sampling. Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan skala AQ, PsyCap, dan keterikatan kerja yang diharapkan dapat mengungkap AQ dan PsyCap pada karyawan di sekolah tinggi. Manfaat penulisan ini adalah sebagai masukan bagi karyawan sekolah tinggi dalam upaya meningkatkan kinerjanya dan sebagai feedback bagi sekolah tingginya dalam meningkatkan keterikatan kerja. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui profil dan hubungan AQ dan PsyCap dengan keterikatan kerja pada karyawan sekolah tinggi. Kata Kunci: Adversity quotient, keterikatan kerja, pegawai sekolah tinggi, psychological capital. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

2 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persepsi terhadap dukungan organisasi adalah salah satu sumber daya yang mendukung kerja pegawai menuju arah yang lebih baik. Dengan kata lain sumber daya yang rendah akan berakibat pada rendahnya keterikatan kerja (Schaufeli, 2007). Pada sekolah tinggi selaku organisasi yang bergerak di bidang jasa, dipastikan perlu untuk memperhatikan persepsi terhadap dukungan organisasi yang dirasakan oleh pegawainya, yang dalam hal ini adalah karyawan. Seorang karyawan diharapkan memiliki persepsi yang baik dalam meningkatkan keterikatan kerja yang tujuannya untuk mencapai performa kerja yang lebih baik lagi. Permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya manusia dalam suatu organisasi menuntut untuk diperhatikan, sebab secanggih apapun teknologi yang dipergunakan dalam suatu organisasi serta sebesar apapun modal organisasi, tetap karyawan dalam organisasilah yang akhirnya menjalankannya. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa dukungan dari karyawan dalam melaksanakan tugasnya, keberhasilan organisasi akan sulit tercapai. Konstribusi karyawan pada suatu organisasi jelas dapat menentukan langkah dari organisasi tersebut. Sumber daya manusia sebagai prediktor dalam keterikatan kerja memiliki andil yang sangat besar pada organisasi. Ketika karyawan memiliki kondisi mental yang positif dan merasa puas akan pekerjaannya, menurut Bakker dan Demerouti (2008), akan muncul semangat ( vigor), dedikasi (dedication), dan penghayatan (absorbtion). Semangat disini lebih mengacu pada perasaan penuh energi ketika bekerja. Dedikasi mengarah pada adanya keterlibatan yang kuat pada suatu pekerjaan dan merasakan suatu pengalaman yang antusias, menginspirasi, membanggakan, dan penuh tantangan. Sedangkan penghayatan dipahami dengan penuh konsentrasi dan ketika bekerja, pekerja merasa bahwa waktu berjalan dengan cepat sehingga mengalami kesulitan untuk lepas dari pekerjaan. Stoltz memperkenalkan konsep Adversity Quotient (AQ), dimana seseorang dapat diukur kemampuannya dalam menghadapi masalah atau persoalan hidup. Definisi AQ menurut Stoltz (2000), adalah nilai yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam mengatasi dan bertahan dalam kesulitan yang dihadapi. Orang dengan AQ tinggi diharapkan akan mampu membantu dirinya dalam meningkatkan daya saing, produktivitas, kreativitas dan inovasi, juga motivasi. Stoltz (2000) juga menambahkan bahwa control, origin and ownership, reach, dan endurance (CO2RE) sebagai aspek-aspek dari AQ, mengungkapkan tentang bagaimana seseorang dalam mengendalikan peristiwa yang menimbulkan kesulitan dan berkaitan dengan cara merespon dan menangani kesulitan tersebut, sehingga ketika menalani pekerjaannya, individu tersebut merasa mendapatkan kepuasan. Dan orang tersebut menurut Stoltz termasuk dalam salah satu pendaki kesuksesan atau climber dan tergolong sebagai orang yang memiliki AQ tinggi. Kenyataannya, ketika seorang karyawan dalam menjalankan tugasnya, ia mengalami banyak sekali tantangan. Tantangan-tantangan yang dihadapinya itu tidak jarang membuat ia ingin menyerah dan berhenti mengerjakan pekerjaannya. Hal itu juga yang melatarbelakangi besarnya turnover pada perusahaan/organisasi tersebut. Karakteristik manusia sebagai sumber daya yang positif, akhir-akhir ini banyak diteliti. Psikologi adalah salah satu bidang ilmu yang mencoba menelaah hal tersebut, yang pada akhirnya memunculkan istilah psikologi positif. Salah satu bentuk psikologi positif adalah Psychological Capital (PsyCap) atau modal psikologis. Menurut Luthans, et al. (2007), PsyCap adalah hal positif pada individu yang ditandai oleh self efficacy, optimism, hope, dan resilience. PsyCap ini sangat penting bagi seorang karyawan, karena dalam melaksanakan pekerjaannya, tentunya ia tidak akan lepas dari masalah individual yang dapat berakibat negatif pada pekerjaannya. Masalah individual disini misalnya; masalah dengan keluarga atau teman yang terkadang hal tersebut terbawa ketika bekerja dan berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada customer. Pada kasus ini, akan lebih baik apabila seorang karyawan di sebuah sekolah tinggi, memiliki aspek-aspek pada PsyCap tersebut, karena akan sangat membantu dan mempermudah dalam mengatur dirinya pada saat memberikan pelayanan kepada mahasiswa atau rekan kerjanya. 224 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

3 1.2. Tujuan Tujuan dari penulisan Paper Gagasan Pemikiran ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui profil AQ dan PsyCap dengan keterikatan kerj pada karyawan di Sekolah Tinggi. b. Untuk memaparkan karakter karyawan di Sekolah Tinggi. c. Untuk memaparkan analisis psikologis dalam sikap menghadapi suatu permasalahan dalam bekerja (berpikir positif). d. Untuk mengetahui hubungan antara AQ dan PsyCap dengan keterikatan kerja Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian pada latar belakang dan tujuan masalah diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan yaitu: a. Apakah AQ dan PsyCap berhubungan erat dengan keterikatan kerja pada pegawai Sekolah Tinggi? b. Bagaimana sikap pegawai ketika menghadapi suatu permasalahan dalam bekerja? 1.4. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat teortitis Dapat memberi masukan yang berarti bagi pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi industri, sesuai dengan bagaimana karyawan pada sekolah tinggi mampu bertahan dari permasalahan dalam pekerjaannya dan bagaimana ia mengoptimalkan hal-hal positif dari dirinya untuk mencapai keterikatan kerja yang tinggi. b. Manfaat praktis Sebagai masukan bagi karyawan pada sekolah tinggi dalam upaya meningkatkan kinerjanya. Dapat juga sebagai feedback bagi sekolah tinggi tempat pegawai tersebut bekerja dalam membantu meningkatkan keterikatan kerja. 2. METODE 2.1. Metode Pengumpulan Data Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

4 Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah menggunakan metode angket terbuka dan angket tertutup, yang terdiri angket AQ, angket PsyCap, dan angket keterikatan kerja. Angket AQ yang digunakan adalah angket asli diperoleh dari Adversity Response Profile (ARP) Quicktake dibuat oleh Stoltz (2000), yang akan digunakan untuk menggali dimensi -dimensi AQ yaitu CO2RE. Angket tertutup dimaksudkan untuk mengontrol dan membatasi jawaban subjek agar tidak terlalu luas, sehingga respon subjek dapat diarahkan pada permasalahan. Sedangkan angket terbuka digunakan untuk menggali informasi lain yang terkait dengan keterikatan kerja dan mengetahui identitas subjek secara lengkap, seperti nama (disamarkan dengan inisial agar subjek merasa aman), jenis kelamin, dan lain-lain. Kedua angket tersebut disusun menurut skala model Likert (method of summated ratings) yang telah dimodifikasi, yaitu suatu metode pernyataan sikap yang menggunakan respon subjek sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Pernyataan (butir pernyataan) yang dibedakan menjadi dua, yaitu pernyataan yang mendukung dan pernyataan tidak mendukung. Menurut skala model Likert, setiap butir pertanyaan dilengkapi dengan 5 pilihan alternatif jawaban, namun peneliti hanya menggunakan 4 pilihan alternatif jawaban, dengan tidak mencantumkan alternatif jawaban raguragu karena seringkali memiliki arti ganda, menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah, dan tidak dapat menunjukkan kecenderungan jawaban subjek kearah setuju atau tidak setuju sehingga banyak data dan informasi penelitian yang tidak dapat ditangkap oleh peneliti. Keempat alternatif pilihan jawaban tersebut adalah: - Sangat Sesuai (SS) - Sesuai (S) - Tidak Sesuai (TS) - Sangat Tidak Sesuai (STS) Jenis pernyataan yang digunakan dalam angket ini adalah menggubakan pernyataan yang mendukung variabel yang diteliti (favourable) dan yang tidak mendukung variabel yang diteliti (unfavourable). Untuk mengatasi kesalahan pada pembuatan aitem, maka sebelum penyusunan aitem terlebih dahulu dibuat kerangka teoretik mengenai hal-hal yang ingin diungkapkan. Kerangka teoretik ini biasanya dikenal dengan blueprint Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini keseluruhan analisis data dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Selanjutnya dilakukan Uji Instrumen untuk mengukur validitas alat ukur yang menggunakan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson. Dengan teknik ini dapat ditemukan konsistensi internal item dalam suatu alat ukur dengan mengkorelasikan skor item dengan skor totalnya (Azwar, 2004). Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini diuji dengan teknik alpha cronbach, karena teknik ini lebih mudah digunakan dan tidak terlalu dibatasi oleh aturan-aturan tertentu seperti jumlah butir yang standar dan tingkat kesulitan butir yang seimbang. Selain itu juga dapat diterapkan pada penilaian jawaban kosong atau kasusnyadapat digugurkan. Kemudian dilakukan pula uji asumsi untuk mengukur uji normalitas dan uji linearitas, dan yang terakhir adalah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment Pearson, dengan kriteria penarikan kesimpulan: p 0,05 = signifikan. 3. PEMBAHASAN 226 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

5 3.1. Keterikatan Kerja Pada Karyawan Menurut Bakker & Demerouti (2008), keterikatan kerja diartikan sebagai kondisi mental yang positif, puas, dan berhubungan dengan pekerjaan yang dikarakteristikkan dengan semangat (vigor), dedikasi ( dedication), dan penghayatan ( absorbtion). Semangat mengacu pada perasaan penuh dengan energi dan kegembiraan mental yang tinggi dalam pekerjaan, kerelaan untuk memberikan usaha pada suatu pekerjaan, dan tetap tekun walaupun menghadapi kesulitan. Dedikasi mengarah pada adanya keterlibatan yang kuat pada suatu pekerjaan dan merasakan suatu pengalaman yang antusias, menginspirasi, membanggakan, dan penuh tantangan. Penghayatan dipahami dengan penuh konsentrasi dan terpikat secara senang dengan pekerjaan, pekerja merasa bahwa waktu berjalan dengan cepat sehingga mengalami kesulitan untuk lepas dari pekerjaan. Semangat dan dedikasi merupakan dimensi inti dari keterikatan kerja. Kahn (dalam Saks, 2006) mendefinisikan enggagement sebagai penggunaan keanggotaan organisasi terhadap kinerja individu; dalam engagament, individu mengekspresikan dirinya baik secara fisik, kognitif maupun emosional selama dia bekerja. Sedangkan disengagement merujuk pada tidak adanya keterikatan antara diri pekerja dengan pekerjaannya; dalam disengagement, individu akan cenderung menarik diri dan membatasi dirinya untuk terlibat secara fisik, kognitif maupun emosional dengan pekerjaannya. Berdasar definisi yang dikemukakan oleh Kahn tersebut, bekerja. Menurut Maslach et al. (dalam Saks, 2006), engagement dikarakteristikkan dengan adanya energi, keterlibatan diri ( involvement), dan perasaan mampu ( efficacy) dalam melakukan suatu pekerjaan. Engagement merupakan lawan dari 3 dimensi burnout, yakni exhaustion, cyniscism, dan inefficacy. Sebuah penelitian mengenai burnout dan engagement mengungkapkan bahwa dimensi utama burnout (exhaustion dan cyniscm) berlawanan satu sama lain dengan dimensi engagement (vigor dan dedication) (Gonzalez-Roma et al. dalam Saks, 2006). Berdasarkan uraian definisi sebelumnya, penulis memilih untuk menggunakan pengertian Bakker dan Demerouti (2008) dan menyimpulkan bahwa keterikatan kerja adalah kondisi mental yang positif, puas, dan berhubungan dengan pekerjaan yang dikarakteristikkan dengan semangat, dedikasi, dan penghayatan. Pengertian ini dipilih karena merupakan perspektif yang mencakup seluruh pengertian dari keterikatan kerja. Ketika karyawan sekolah tinggi memiliki keterikatan kerja yang kuat dengan pekerjaannya, maka jelas akan menguntungkan organisasinya, dan tentu saja dirinya sendiri. Karyawan tersebut akan terus menerus menghasilkan sesuatu yang secara parallel dapat meningkatkan potensinya yang belum atau sudah tergali, dan menerapkannya ketika bekerja. Menurut Schaufeli et al. (2002) dengan membangun engagement, sinergi terbentuk di antara karyawan sebagai individu dan organisasi sebagai sebuah kesatuan, yang berarti bahwa outcomes yang optimal ada pada keduanya. Bagi engaged employee, bentuk dari keterikatan tersebut meliputi: 1. Perilaku positif yang berhubungan dengan pekerjaan dan identifikasi yang kuat tentang pekerjaannya. 2. Kesehatan mental yang bagus, meliputi emosi yang positif dan resiko burnout yang rendah. 3. Prestasi kerja yang bagus. 4. Motivasi intrinsik yang meningkat. 5. Penambahan sumber-sumber kerja dan sumber-sumber pribadi, terutama dalam self efficacy. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

6 Salanova et al. (2011) menambahkan bahwa emosi positif seperti antusiasme, kepuasan, dan kenyamanan dapat memprediksi kinerja dan keterikatan kerja. Sebaliknya, Fredrickson et al. (dalam Ouweneel et al., 2012) menemukan dalam studi eksperimennya bahwa emosi positif tidak berakibat langsung pada kesejahteraan, bahkan hubungan antara emosi positif dan kesejahteraan telah dimediasi oleh sumber daya yaitu hope (harapan). Berdasarkan studi terakhir Fredrickson, akan lebih masuk akal untuk menyimpulkan bahwa emosi positif akan mengarahkan pada keterikatan kerja melalui sumber daya personal, seperti harapan Psychological Capital PsyCap sendiri merupakan keadaan positif psikologis seseorang yang terdiri dari karakteristik adanya kemampuan diri (self efficacy) dalam semua tugas, optimisme, harapan (hope), serta kemampuan untuk bertahan dan maju ketika dihadapkan pada sebuah masalah (resiliency) (Luthans et al., 2007). Psikologi positif berkaitan dengan kekuatan individu (bukan kelemahan dan disfungsi) dan bagaimana mereka dapat tumbuh dan berkembang (bukan diperbaiki atau dipertahankan). Positive organizational behavior (perilaku organisasi positif), atau disebut dengan POB, menempatkan psikologi positif pada tempat kerja. Sejalan dengan kriteria perkembangan POB, Bandura (1997, dalam Avey et al., 2009) telah menunjukkan bahwa self efficacy dapat ditingkatkan dalam empat cara yang sangat spesifik. Pertama, keberhasilan yang dikembangkan ketika pekerja mengalami kesuksesan. Kedua, keberhasilan karyawan dapat dikembangkan ketika mereka belajar bagaimana melakukan sesuatu dengan mengamati orang lain (modeling) di kelompok pembanding mereka relevan menyelesaikan tugas dan dihargai. Ketiga, keyakinan dikembangkan ketika menerima umpan balik positif dari orang lain yang dihormati. Keempat, yaitu keyakinan yang dikembangkan dan ditingkatkan melalui fisiologis. Kompetensi dan PsyCap yang positif akan mengarahkan karyawan untuk berprestasi unggul, dengan didorong oleh keyakinan diri yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang menantang, memiliki atribusi positif tentang makna sukses di masa yang akan datang, berusaha agar selalu mengarah pada tujuan, dan ketika dihadapkan pada kesulitan, ia dapat bertahan. Tidak semua orang memiliki daya tahan yang tinggi dalam menghadapi tantangan, sehingga banyak dari mereka yang putus asa, bahkan tidak bersemangat untuk menggapai tujuan kerja, bahkan tidak berdedikasi pada apa yang dikerjakannya. PsyCap itu diyakini mampu berkontribusi positif dalam diri seseorang sehingga ia dapat berkinerja optimal Adversity Quotient AQ adalah suatu kecerdasan yang dimiliki seseorang di dalam mengatasi kesulitan dan sanggup untuk bertahan hidup (Stoltz, 2000). Selanjutnya, menurut Stoltz (2000), AQ dapat digunakan untuk mengakselerasi perubahan, mengurangi turnover, sebagai penguat dalam sebuah kelompok, dan merubah individu campers (menetap/tidak berubah) menjadi individu yang climbers (mendaki). Berdasar definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa AQ merupakan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai ukuran pada bagaimana suatu individu dapat atau mampu bertahan dan mengatasi setiap masalah yang muncul dalam dirinya. Aspek-aspek dalam AQ adalah control, origin and ownership, reach, dan endurance. Oleh karena itu, individu yang memiliki AQ yang tinggi akan cenderung memeluk perubahan dan bertahan dalam menjalani proses perubahan, mampu membantu meningkatkan daya saing, produktivitas, kreativitas, motivasi, dan ketekunan 228 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

7 dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang muncul sampai akhirnya dapat mengatasi permasalahannya tersebut dengan sukses Dimensi dan Tipe Orang Berdasar Tingkat Adversity Quotient Dimensi-dimensi AQ menurut Stoltz (2000) adalah control, origin and ownership, reach, dan endurance, atau lebih dikenal dengan CO2RE. Dimensi-dimensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Control (kendali) Menjelaskan tentang bagaimana keyakinan karyawan dalam mengendalikan suatu peristiwa yang menimbulkan kesulitan yang berkaitan dengan bagaimana ia berespon pada kesulitan dan menangani kesulitannya. Karyawan dengan kendali yang baik, akan dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik, karena ia selalu berpandangan positif pada tiap permasalahan yang dihadapinya. b. Origin and Ownership (asal-usul dan pengakuan) Membahas tentang asal-usul atau penyebab munculnya permasalahan dan keberanian untuk mengakui akibat-akibat yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut. Karyawan dengan AQ yang rendah selalu menempatkan diri sebagai semua sumber permasalahan yang dihadapinya, selalu melemparkan kesalahan pada orang lain, atau berpura-pura tidak terjadi apa-apa. c. Reach (jangkauan) Reach dapat diartikan sebagai batasan-batasan yang harus dibangun saat permasalahan itu muncul, dengan tujuan agar tidak menjangkau atau mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan. Karyawan yang memiliki AQ rendah, akan melihat suatu peristiwa buruk tersebut sebagai suatu bencana dan akan mempengaruhi semua aspek dalam kehidupannya. Sedangkan karyawan dengan AQ yang tinggi, dapat dengan mudah membatasi pada setiap permasalahan yang muncul sehingga masalah tersebut tidak sampai mengganggu aspek lain dalam kehidupannya. d. Endurance (daya tahan) Daya tahan disini meliputi daya tahan fisik (kondisi tubuh yang sehat) dan psikis (mental yang sehat). Karyawan yang mempunyai daya tahan yang rendah akan selalu beranggapan bahwa permasalahan dan penyebabnya akan selalu ada dan membuat karyawan tersebut menjadi malas untuk mencoba, takut untuk berusaha, dan merasa kalah atau merasa tidak mampu dalam mengatasi tiap permasalahannya sebelum mencoba terlebih dahulu. Saat karyawan berhadapan dengan kesulitan, maka dengan segera harus mempunyai solusi atas permasalahannya tersebut, sehingga karyawan tersebut dapat dengan segera keluar dari masalah dan tidak sampai pada dampak-dampak yang dimunculkan akibat dari kesulitannya. Respon yang diberikan setiap orang menurut Stoltz (2000), berasal dari pembelajaran yang mereka dapatkan sebelumnya. Ketika seseorang terkondisi untuk pesimistis, atau merasa kurang mampu dalam memandang permasalahan, maka ia akan cenderung kurang ulet dalam menyelesaikan masalahnya. Sebenarnya, respon yang diberikan lebih disebabkan karena persepsi negatif terhadap kemampuan diri dalam menghadapi permasalahan, dan hal ini disebut dengan learned helplessness. Karyawan yang menghadapi kesulitan, harus mempunyai respon dan persepsi yang positif atas dirinya. karyawan tersebut pada dasarnya harus memandang bahwa kesulitan tersebut dapat diatasi. Menurut Stoltz (2000), bila seseorang sudah pernah gagal, maka akan lebih baik bila lebih peka dalam melihat faktor-faktor kegagalan di masa lalu dan berusaha untuk meminimalkan risiko Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

8 kegagalan di masa datang. Terlebih lagi, ia harus memandang bahwa dirinyalah yang mampu mengatasi kesulitan yang ia hadapi. Singkatnya, ia harus mempunyai locus of control internal dalam menghadapi sutatu masalah dan mampu memotivasi diri dalam mengatasinya sehingga ia akan mempunyai optimisme yang tinggi dalam menghadapi setiap kesulitan. Stoltz (2000) mengungkapkan bahwa ada sifat -sifat mental tertentu yang dimiliki oleh orang-orang yang mampu meraih kesuksesan. Kehidupan dianalogikan oleh Stoltz sebagai suatu pendakian dan setiap orang memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam pendakian tersebut. Seseorang yang belum melakukan suatu usaha namun ia sudah menyerah terlebih dahulu, atau mungkin ia melihat suatu pendakian tersebut adalah hal yang mustahil dilakukan. Orang tersebut cenderung akan berhenti di tengah jalan ketika pesaingnya terus berlari tanpa henti. Tipe orang yang demikian ini adalah tipe orang quitter. Ada pula yang melakukan pendakian, namun belum sampai pada puncak yang dituju, orang tersebut sudah merasa puas atas hasil yang dicapainya, karena merasa tempat berhentinya tersebut adalah tempat yang cukup nyaman untuk ditempati. Orang ini dapat dimasukkan pada tipe camper dan biasanya orang tersebut masih memiliki sejumlah inisiatif, semangat, dan usaha. Sedangkan orang-orang yang sukses, kebanyakan termasuk dalam tipe climber, ia selalu merasa tidak puas dan selalu berusaha untuk mencapai puncak, menyambut baik tantangan, motivasi diri tinggi, tidak menghiraukan hambatan yang akan menghadangnya karena ia menganggap hambatan tersebut sebagai suatu yang dapat ditaklukkan dan bukan dihindari, juga selalu ingin meraih hasil yang lebih tinggi dari orang lain. Pada dasarnya AQ seseorang dapat ditingkatkan dengan menggunakan beberapa pelatihan. Salah satu pelatihan yang paling banyak digunakan adalah LEAD (listen, explore, analyze, dan do). Rangkaian LEAD didasarkan pada pengertian bahwa kita dapat mengubah keberhasilan kita dengan mengubah terlebih dahulu kebiasaan berpikir kita dan secara sadar membentuk pola-pola baru Karyawan pada Sekolah Tinggi Karyawan sekolah tinggi disini adalah merupakan tenaga kependidikan, yaitu karyawan atau staff administrasi pendidikan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana. 4. KESIMPULAN 230 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

9 Dari penjelasan sebelumnya diatas, tampak bahwa terdapat hubungan positif dan kuat antara AQ dan PsyCap dengan keterikatan kerja karyawan. Dimana ketika ketangguhan kerja karyawan tersebut baik, maka ia akan berusaha untuk menunjukkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi, yang nantinya bila tujuan tersebut tercapai, ia dapat menunjukkan kondisi mental yang baik pula, bersemangat, berdedikasi dan memberi penghayatan lebih pada pekerjaannya. Diharapkan, dengan AQ pada masing-masing pegawai, dapat merespon kesulitankesulitan yang terjadi, dalam hal ini adalah kesulitan yang terjadi dalam menjalankann pekerjaan sebagai pegawai pada sekolah tinggi. Menurut model teoritis, ada hubungan antara adversity quotient dan psychological capital dengan keterikatan kerja. Dimana bila seorang karyawan yang memiliki ketangguhan kerja yang kurang atau bahkan cenderung rendah, maka ia akan menghasilkan keterikatan kerja yang rendah pula. Sebaliknya, bila seorang karyawan memiliki AQ tinggi, maka ia akan berusaha untuk menunjukkan keterikatan kerja yang baik pula, dan oleh karenanya ia dapat menunjukkan kondisi mental yang positif di tempat kerja, bersemangat, berdedikasi dan memberi penghayatan lebih pada pekerjaannya. PsyCap yang kuat akan membuat para karyawan berkomitmen kuat pada pekerjaannya. Komitmen ini dicirikan dengan kemauan bekerja keras dan tidak menyerah pada kesulitankesulitan, keterlibatan penuh pada pekerjaan, antusiasme dan berkonsentrasi penuh dalam bekerja. Karyawan yang berkomitmen dengan pekerjaannya akan bekerja dengan sungguh-sungguh, tekun, persisten dengan serius, bahkan terlihat tanpa beban. Berdasar penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bila individu merasa optimis dalam menghadapi masalah yang sedang atau akan dihadapinya, maka ia akan memiliki motivasi yang tinggi dalam menghadapi segala kesulitan yang datang padanya dan mereka akan merespon kesulitan tersebut sebagai suatu peluang dengan tujuan tertentu dan dapat sepenuhnya memegang kendali dirinya atas kesulitan tersebut, sehingga menimbulkan keterikatan kerja yang tinggi. Rencana pengembangan penelitian ini nantinya akan dilanjutkan dengan penelitian lapangan, dengan menyebarkan angket kepada subjek, mengolah data, dan mendapatkan hasil riil dari asumsi yang dikemukakan oleh peneliti. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

10 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Avey, James B., Luthans, F., Jensen, Susan M. (2009). Psychological Capital: A Positive Resource for Combating Employee Stress and Turnover. Human Resource Management, September October 2009, Vol. 48, No. 5, Pp Wiley Periodicals, Inc. [2] Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [3] Bakker, A. B., Demerouti, E. (2008). Towards A Model of Work Engagement. Career Development International, 13 (3), [4] Luthans, F., Youssef, C. M., & Avolio, B. J. (2007). Psychological Capital: Developing the Human Competitive Edge. New York: Oxford University Press. [5] Ouweneel, E., Le Blanc, P., Schaufeli, W. B., & Van Wijhe, C. (2012). Good morning, good day: A diary study on positive emotions, hope, and work engagement. Human Relations, 65, [6] Saks, A. M. (2006). Antecendent and Consequences of Employee Engagement. Journal of Managerial Psycholog, Vol.21 No.7, [7] Salanova, M., Lorens S., and Schaufeli W. B. (2011). Yes, I can, I feel good, and I just do it! On gain cycles and spirals of efficacy beliefs, affect, and engagement. Applied Psychology: An International Review 60(2): [8] Schaufeli, W. B., Salanova, M., Gonzalez-Roma, V., & Bakker, A. B. (2002). The measurement of engagement and burnout: A confirmative analytic approach. Journal of Happiness Studies, 3, [9] Stoltz, Paul G. (2000). Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: PT. Grasindo. [10] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. 232 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Employee Engagement 2.1.1 Pengertian Employee Engagement Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel mereka, tetapi belum ada definisi jelas mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Work Engagement BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian Work Engagement Menurut Macey & Scheneider (2008), engagement yakni rasa seseorang terhadap tujuan dan energi yang terfokus, memperlihatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM : HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X Nama Disusun Oleh : Dyah Anggraini NPM : 10507067 Jurusan : Psikologi Dosen Pembimbing : Intaglia Harsanti, S.Psi., M.Si Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Analogi Matematis Menurut Gilmer (Kuswana, 2011), berpikir merupakan suatu pemecahan masalah dan proses penggunaan gagasan atau lambang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan kehidupan bangsa, hal ini tidak lepas dari peran seorang guru. Guru memiliki peran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam barang serta jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 35 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode penelitian yang meliputi populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian, serta teknik analisis data. 3.1 Pengambilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO ARIANI Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ariani_arin@ymail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian, dan dalam hal ini dibatasi secara sistematis sebagai berikut: Variabel penelitian, subjek penelitian, metode dan instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. NADHIRA DANESSA M. ABSTRAK Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan metode penelitian ini akan menguraikan : (A) Identifikasi variabel-variabel penelitian, (B) Defenisi operasional penelitian, (C) Populasi dan sampel, (D) Metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang antara lain dari pendekatan analisis, kedalaman analisis serta sifat permasalahannya. Dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber pendapatan seseorang dapat berasal dari berbagai hal. Menurut Kiyosaki (2002) terdapat empat sumber untuk mendapat penghasilan, yaitu sebagai karyawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi pada era globalisasi saat ini menuntut adanya persaingan yang semakin ketat dalam dunia kerja. Hal ini mengakibatkan adanya tuntutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan Indonesia. Kementerian Pertanian menyatakan bahwa pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI 2.1 Keterikatan Kerja 2.1.1 Keterikatan Kerja Pada dasarnya keterikatan kerja merupakan beberapa istilah dari job engagement, dan employee engagement. Menurut Schaufeli et al.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. WORK ENGAGEMENT 1. Definisi Work Engagement Work engagement menjadi istilah yang meluas dan populer (Robinson, 2004). Work engagement memungkinkan individu untuk menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan maupun perusahaan, baik di Indonesia maupun diluar negeri. Definisi asuransi menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan kerja marak dibicarakan di tahun-tahun belakangan ini, namun yang pertama menyebutkan mengenai kosep ini adalah Kahn (1990), sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan ekonomi global yang dicirikan dengan perubahan cepat, dinamika tinggi, permintaan tinggi atas inovasi, dan (karenanya) memiliki tingkat ketidakpastian

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan ####

PETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan #### Identitas Responden Jenis Kelamin : Kuliah di : Angkatan : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : Lama tinggal di Jawa Tengah : Tidak pernah tinggal di Jawa Tengah sebelumnya: (Ya/ Tidak) PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan penelitian sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang hendak dicapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri Sipil adalah unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Work Engagement Konsep engagement atau keterikatan dipopulerkan oleh Kahn (1990) yang mendefinisikan work engagement adalah

Lebih terperinci

KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG

KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG Nurul Kusuma Dewi 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT Lilik Aslichati, Universitas Terbuka (lilika@ut.ac.id) Abstrak Penelitian penelitan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis 2. Variabel Independen : Tuntutan Pekerjaan B. Definisi Operasional 1. Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Pengertian Employee Engagement Kata engage memiliki berbagai makna dan banyak peneliti yang memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat dewasa ini mengakibatkan perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital (sumber daya manusia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: 1. Variabel tergantung : Stres Kerja 2. Variabel bebas : a. Hardiness b. Kecerdasan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Rullyta Indrianti Dr. Cholichul Hadi, Msi.,psi. Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 MENGEMBANGKAN DIRI

PERTEMUAN 3 MENGEMBANGKAN DIRI PERTEMUAN 3 MENGEMBANGKAN DIRI Arti dan Tujuan Mengembangkan Diri Arti mengembangkan diri adalah: Suatu usaha sengaja dan terus menerus, tanpa henti, yang dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk, untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai Adversity Quotient pada siswa/i SMP X kelas I di Bandung (Suatu Penelitian Survei yang dilakukan pada Siswa/i SMP Yayasan Badan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda (Turmudi dan Sri Harini,

Lebih terperinci

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Nama : Farid Hikmatullah NPM : 12512773 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Intaglia Harsanti, Msi LATAR BELAKANG MASALAH Karyawan divisi

Lebih terperinci

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Rullyta Indrianti Dr. Cholichul Hadi, Msi.,psi. Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan situasi yang kompetitif. Situasi kompetitif ini terjadi. Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan situasi yang kompetitif. Situasi kompetitif ini terjadi. Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dunia kerja saat ini, jumlah perusahaan di Indonesia semakin bertambah sehingga mengakibatkan situasi yang kompetitif. Situasi kompetitif ini terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Nasution dan Usman (2007, h.2) mengatakan penelitian adalah sebuah proses untuk mendapatkan solusi dari permasalahan setelah melakukan studi dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif dimana keunggulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja didefinisikan sebagai tindakan yang hasilnya dapat dihitung, selain itu juga dapat didefinisikan sebagai hasil kontribusi karyawan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam kajian pustaka diaplikasikan dalam penelitian. Bab ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. pendekatan kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data, serta penyajian hasilnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data, serta penyajian hasilnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Rancangan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

Ani Khoerunni mah 1, Kriswandani 2, Wahyudi 2. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Ani Khoerunni mah 1, Kriswandani 2, Wahyudi 2. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT (AQ) DAN POLA ASUH DEMOKRATIS (AUTHORITATIVE) ORANGTUA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA Ani Khoerunni mah 1, Kriswandani

Lebih terperinci

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan MEDIAPSI 2016, Vol. 2, No. 2, 38-45 Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan Ferry Iswanto, Ike Agustina ferry.iswanto44@gmail.com Program Studi Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA Rahmani Azizah 15010113140103 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro ABSTRAK

Lebih terperinci

Pertemuan 3 MENGEMBANGKAN DIRI

Pertemuan 3 MENGEMBANGKAN DIRI Pertemuan 3 MENGEMBANGKAN DIRI Arti dan Tujuan Mengembangkan Diri Arti mengembangkan diri adalah: Suatu usaha sengaja dan terus menerus, tanpa henti, yang dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk, untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergantian manajer wilayah yang terjadi pada BUMN adalah suatu hal yang biasa terjadi, salah satunya pada PT. Kimia Farma, Tbk. Pergantian manajer wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job 9 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung dan menjelaskan variabel dalam penelitian. Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pembahasan komitmen organisasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berkaitan dengan angka-angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Reliabilitas Alat Ukur, serta (F). Metode Analisa Data. a. Variabel bebas : Budaya Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. Reliabilitas Alat Ukur, serta (F). Metode Analisa Data. a. Variabel bebas : Budaya Organisasi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan diuraikan mengenai (A). Identifikasi Variabel Penelitian, (B). Defenisi Operasional Penelitian, (C). Populasi dan Teknik Pengambilan

Lebih terperinci

ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 2015/2016

ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 2015/2016 ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 215/216 Bakri M * ) E-mail: bakrim6@yahoo.co.id Sudarman Bennu * ) E-mail: sudarmanbennu@untad.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif yang merupakan suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan Kerja Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement dinyatakan Vazirani (2007) sebagai tingkat komitmen dan keterlibatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi berbagai ancaman kesehatan global, kini beberapa negara termasuk Indonesia semakin meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya. Menteri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 68 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi karena dapat berpengaruh terhadap kinerja dan tingkat turnover

BAB I PENDAHULUAN. organisasi karena dapat berpengaruh terhadap kinerja dan tingkat turnover BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan psikologis karyawan merupakan hal yang penting bagi organisasi karena dapat berpengaruh terhadap kinerja dan tingkat turnover karyawan (Page & Vella-Brodick,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI Kontribusi Psychological Capital terhadap Organizational Citizenship Behavior pada Guru Sekolah Negeri Disusun Oleh : Nicholas Jahja - 16513410 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Korelasional. Menurut Azwar (2012) Penelitian Korelasional merupakan penelitian yang bertujuan menyelidiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara menyeluruh. Berbicara masalah bisnis tentu tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara menyeluruh. Berbicara masalah bisnis tentu tidak lepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan pasar global berdampak pada perkembangan bisnis dan ekonomi secara menyeluruh. Berbicara masalah bisnis tentu tidak lepas dari aktivitas produksi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Work Engagement 2.1.1 Definisi Work Engagement Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan terhadap peran mereka dalam pekerjaan, dimana mereka akan mengikatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah engagement pertama kali digunakan dalam setting pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan dengan hakikat manusia, yaitu sebagai makhluk berketuhanan, makhluk individual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami banyak perubahan. Salah satu penyebab dari perubahan tersebut adalah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiono (2010) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini makin banyak organisasi menghadapi suatu lingkungan yang dinamis dan berubah yang selanjutnya menuntut agar organisasi itu menyesuaikan diri (Sunarto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran peran dan fungsi sumber daya manusia yang sangat dramatis. Fungsi sumber daya manusia tidak dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting, 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam membangun negara yang sejahtera dan mampu menyejahterakan rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting, termasuk di negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai metode penelitian. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerik

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung 1 Olla Tiyana, 2 Eni Nuraeni Nugrahawati 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci