PERMINTAAN KUANTITAS DAN KUALITAS BUAH-BUAHAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI LAMPUNG RINI DESFARYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERMINTAAN KUANTITAS DAN KUALITAS BUAH-BUAHAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI LAMPUNG RINI DESFARYANI"

Transkripsi

1 PERMINTAAN KUANTITAS DAN KUALITAS BUAH-BUAHAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI LAMPUNG RINI DESFARYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Permintaan Kuantitas dan Kualitas Buah-buahan Rumahtangga di Provinsi Lampung adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain pada tesis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir tesis. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2015 RINI DESFARYANI NIM H

4 4 RINGKASAN RINI DESFARYANI. Permintaan Kuantitas dan Kualitas Buah-buahan Rumahtangga di Provinsi Lampung. Dibimbing oleh SRI HARTOYO dan LUKYTAWATI ANGGRAENI. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil buah-buahan yang cukup besar. Tingkat produksi buah yang besar tersebut merupakan suatu hal yang menunjang dari segi ketersediaan buah. Jika dihubungkan dengan tingkat konsumsi, dapat diketahui bahwa buah yang tersedia ternyata tidak secara langsung menjamin bahwa masyarakat dapat memenuhi seluruh kebutuhan konsumsinya dapat dilihat dari tingkat konsumsi buah yang masih sangat rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan buah-buahan rumah tangga di Provinsi Lampung, (2) menganalisis respon perubahan permintaan kuantitas dan kualitas buah-buahan akibat perubahan harga dan pendapatan di Provinsi Lampung. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik), yaitu data dari modul pengeluaran konsumsi dan kor rumah tangga hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) untuk Provinsi Lampung tahun Data tersebut merupakan data kerat lintang (cross section) dengan sampling unit rumah tangga. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan model AIDS (Almost Ideal Demand System) dan model persamaan tunggal dengan bentuk semilog. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga buah (baik harga sendiri maupun harga silang), pengeluaran, dan jumlah anggota rumahtangga terbukti berpengaruh terhadap permintaan buah-buahan. Berdasarkan nilai elastisitas harga silang diketahui bahwa secara umum semua buah memiliki nilai elastisitas permintaan yang bervariasi, ada yang positif dan negatif baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Secara umum, nilai elastisitas pendapatan bernilai positif pada semua jenis buah yang dianalisis. Hal ini berarti peningkatan pada pendapatan akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada permintaan buah-buahan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kata kunci: permintaan buah, Almost Ideal Demand System, SUR, elastisitas, kualitas, kuantitas

5 5 SUMMARY RINI DESFARYANI. Quantity and Quality Demand of Fruits Households in Lampung Province. Supervised by SRI HARTOYO and LUKYTAWATI ANGGRAENI. Lampung Province is one of the largest producers of fruits.that big production level is a matter of support in terms availability of fruits. If associated with consumption levels, can be known that these available fruits are not utilized optimally by consumers. It can be seen from the level consumption of fruits that still low. This study aim to: (1) analyze factors that affect the demand of fruits household at Lampung Province, (2) analyze the change response in quantity and quality demand of fruits due to changes in price and income at Lampung Province. Type of data used in this research is secondary data obtained from BPS (Central Bureau of Statistic), that is data from module consumption expenditure and kor household from SUSENAS result (Survei Sosial Ekonomi Nasional) for Lampung Province in This data was cross section with sampling household unit. The output data then analyze used AIDS (Almost Ideal Demand System) model, and single equation models with semilog form. The result shows that the variable price of fruits (either own price nor cross price), expenditure, and family size shown affect the demands of fruits. Based on value of the cross price elasticity, known that generally all fruits have a variation of demand elasticity, there are positive or negative in terms of both quality and quantity. Generally the value of income elasticity is positive on all types of fruits that analyzed. This means the increase in income will affected an increase in the demand for fruits both in terms of quantity and quality. Keywords: demand of fruits, Almost Ideal Demand System, SUR, elasticity, quality, quantity.

6 6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 7 PERMINTAAN KUANTITAS DAN KUALITAS BUAH-BUAHAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI LAMPUNG RINI DESFARYANI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8 8 Penguji Luar Komisi Pembimbing Penguji Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian : Dr. Ir. Harianto, M.S : Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S

9 9

10 10 PRAKATA Alhamdulillahirobbil alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-nya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul dalam penelitian ini adalah Permintaan Kuantitas dan Kualitas Buah-buahan Rumah Tangga di Provinsi Lampung. Tesis ini disusun sebagai tugas akhir dari tugas belajar pada Program Magister Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, S.P, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan motivasi terutama kaitannya dalam penyelesaian tesis ini.terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Harianto, M.S selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberikan saran terkait perbaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor atas segala ilmu yang diberikan selama proses perkuliahan dan Insya Allah ilmu yang telah diberikan akan menjadi bekal dan diamalkan oleh penulis. Terima kasih kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga dan sahabat atas segala doa, dukungan, dan motivasi yang tak henti-hentinya diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2015 Rini Desfaryani

11 11 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan menyebutkan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas (Rusono et al. 2013). Dapat diketahui bahwa pangan memiliki peran penting bagi setiap manusia terutama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing. Pertumbuhan pangan dengan segala permasalahannya mengalami perkembangan yang sangat cepat. Hal ini terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi antara lain karena adanya perkembangan penduduk yang sangat pesat dari sisi jumlah, pergeseran pola konsumsi masyarakat, ataupun karena persoalan semakin sempitnya ketersediaan lahan yang ada sebagai tempat berproduksi bahan-bahan pangan. Ruang lingkup pangan mencakup sub sistem yang terkait dan saling tergantung satu sama lainnya, yang terdiri dari keamanan, ketahanan, dan keberlangsungan pangan. Semua subsistem hendaknya dapat berjalan beriringan demi tercapainya keadaan pangan yang stabil. Pemerintah diharapkan dapat mewujudkan suatu keadaan negara yang terjamin dari segi keamanan, ketahanan, dan keberlangsungan pangan. Ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Menurut UU No. 7 tahun 1996, ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau. Peningkatan ketahanan pangan menjadi prioritas utama yang sangat perlu dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam pembangunan. Ketahanan pangan mencakup tiga unsur pokok yang meliputi ketersediaan pangan, distribusi, dan konsumsi (Khudori, 2010). Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup masih belum dapat menjamin tercukupinya kebutuhan konsumsi pangan masyarakat. Pusat data dan sistem informasi pertanian (Pusdatin) tahun 2012 di dalam buku statistik konsumsi pangan 2012 menjelaskan bahwa konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan (baik bentuk asli maupun olahan) yang dikonsumsi oleh seseorang/penduduk dalam jangka waktu tertentu (maupun konsumsi normatif) untuk hidup sehat dan produktif. Pangan harus tersedia dan dapat dijangkau oleh masyarakat, serta pangan yang dikonsumsi dapat terjamin mutu gizinya. Ketiga unsur pokok tersebut harus benar-benar diperhatikan agar dapat tercipta suatu keadaan yang tahan pangan. Jika dilihat dari aspek konsumsi, konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih didominasi oleh pangan sumber karbohidrat. Kuntjoro (1984) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa rata-rata proporsi anggaran belanja sumber karbohidrat terhadap jumlah pengeluaran bahan pangan penting masih sangat tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, Timmer (2004) menjelaskan bahwa tipe rumah tangga masyarakat Indonesia mendapatkan lebih dari setengah energi dari makanan yang berasal dari beras, dan menghabiskan sekitar 10 persen dari pendapatannya untuk

12 12 konsumsi beras tersebut. Sedangkan rumah tangga miskin mengalokasikan persen dari total pengeluarannya untuk beras. Data terbaru juga memperlihatkan bahwa konsumsi pangan masyarakat akan karbohidrat masih dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan sumber pangan lain walaupun trennya sudah mengalami penurunan (Tabel 1). Tabel 1 Persentase pengeluaran kelompok pangan terhadap total pengeluaran pangan tahun di Indonesia Kelompok Pangan Padi-padian Umbi-umbian Ikan Daging Telur dan susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan lemak Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan minuman jadi Tembakau dan sirih Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik tahun (diolah) Pada Tabel 1 diketahui bahwa perkembangan konsumsi pangan untuk kelompok padi-padian dan umbi-umbian tahun 2013 (17.14%) cenderung mengalami penurunan daripada tingkat konsumsi pada tahun 2008 (20.13%). Jika dilihat dari persentasenya terhadap pengeluaran pangan total, konsumsi untuk pangan sumber karbohidrat masih relatif cukup besar dibandingkan konsumsi pangan lain seperti sumber vitamin dan mineral yang terkandung di buah-buahan masih memiliki porsi yang kecil (4.60%). Pada dasarnya tidak hanya kebutuhan akan karbohidrat saja yang diperlukan. Konsumsi akan bahan pangan lain yang kaya akan vitamin dan mineral seperti buah-buahan menjadi sangat penting untuk dicukupi kebutuhannya. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, pola pikir masyarakat dalam konsumsi pun ikut berkembang. Pola konsumsi masyarakat secara perlahan mengalami perubahan dengan meningkatkan konsumsi pangan yang bernilai tinggi dan mengurangi konsumsi pangan sumber karbohidrat seperti padi dan umbiumbian. Senada dengan Indonesia, dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa di India pun diversifikasi makanan yang dikonsumsi mulai menjauh dari dominasi makanan sereal yang notabenenya merupakan sumber karbohidrat dan menuju ke komoditi makanan yang bernilai tinggi seperti daging dan buah-buahan (Kumar et al. 2006; 2007 dalam Kumar et al. 2011). Konsumsi buah-buahan di Indonesia pada dasarnya sudah meningkat sebesar 8,21 % dari sebelumnya 31,93 kg/kapita/tahun pada tahun 2010 menjadi sebesar

13 13 34,55 kg/kapita/tahun pada tahun Namun angka tersebut masih jauh di bawah standar konsumsi yang direkomendasikan oleh FAO, yakni sebesar 73 kg/kapita/tahun (Hendriadi, 2013). Rendahnya konsumsi buah-buahan tersebut perlu diklarifikasi apakah karena masih rendahnya kesadaran konsumsi masyarakat atau karena masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat. Jika dilihat dari sisi ketersediaan buah dalam negri, daerah produsen buahbuahan tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil buah-buahan yang cukup besar. Produksi beberapa komoditi buah-buahan di Provinsi Lampung ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Produksi beberapa komoditi buah-buahan di Provinsi Lampung tahun No Buah Tahun (ton) Mangga Jeruk Durian Pisang Pepaya Salak Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2011, 2012, 2014 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi buah-buahan di Provinsi Lampung cukup besar. Terutama pada komoditi buah pisang, Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah sentra produksi pisang terbesar di Indonesia, begitu pun untuk buah lain seperti pepaya dan durian. Tingkat produksi buah yang besar tersebut merupakan suatu hal yang menunjang dari segi ketersediaan buah. Jika dihubungkan dengan tingkat konsumsi, dapat diketahui bahwa buah yang tersedia ternyata tidak secara langsung menjamin bahwa masyarakat dapat memenuhi seluruh kebutuhan konsumsinya. Akses masyarakat juga menjadi penting untuk dilihat. Delisle (1990) dalam Ofwona (2013) menjelaskan bahwa pola konsumsi makanan yang bervariasi tergantung pada tingkat sosial ekonomi dan karakteristik rumah tangga. Penelitian tentang permintaan buah-buahan menjadi penting untuk dilakukan terkait upaya peningkatan konsumsi buah-buahan. 1.2 Masalah Penelitian Buah merupakan salah satu komoditi pangan yang mengandung banyak vitamin serta mineral yang merupakan komponen gizi penting bagi tubuh setiap manusia. Selain itu, buah merupakan sumber serat yang sangat berguna bagi pencernaan makanan dalam tubuh manusia. Buah merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia guna menunjang kesehatan tubuh. Jika dilihat dari aspek konsumsi, tingkat konsumsi buah-buahan di Provinsi Lampung masih cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari proporsi pengeluaran untuk kelompok buah-buahan yang masih rendah. Pada tahun 2013 share pengeluaran buah-buahan hanya sebesar 3,96% dari total pengeluaran pangan. Padahal dari sisi ketersediaan, Provinsi Lampung memiliki hasil produksi buah-buahan yang cukup

14 14 besar. Hal ini mengindikasikan bahwa pangan yang tersedia dalam hal ini adalah buah-buahan ternyata tidak langsung dapat diserap dengan baik oleh masyarakat. Penelitian tentang permintaan sudah cukup banyak dilakukan, namun dalam lingkup yang besar dan tidak spesifik. Penelitian-penelitian yang sebelumnya dilakukan hanya menganalisis tentang permintaan buah-buahan secara agregat (Kumar et al. 2011; Ofwona, 2013; Pusposari, 2012; Rachman, 2001; Dianarafah, 1999; Deaton, 1990). Kajian tentang permintaan buah dalam lingkup yang lebih spesifik juga perlu untuk dilakukan karena ada perbedaan selera konsumen dalam mengkonsumsi suatu komoditi buah dan buah lainnya. Penelitian lain yang sudah dilakukan terhadap komoditi buah yang lebih spesifik sudah pernah dilakukan oleh Hartoyo (1997) di Jawa Barat dan Sriwijayanti et al. (2004) di DKI Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besaran elastisitas untuk komoditi buah-buahan yang dianalisis memiliki magnitude yang berbeda. Perbedaan hasil dimungkinkan terjadi karena perbedaan faktor-faktor sosiodemografi yang ada di kedua daerah penelitian. Pertanyaan yang muncul adalah faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap permintaan buah-buahan di Provinsi Lampung? Hal yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan permintaan buah-buahan bersifat dinamis dan dapat berubah antara lain karena unsur harga buah itu sendiri dan tingkat pendapatan. Harga buah dapat berubah sewaktu-waktu terkait dengan jumlah ketersediaannya. Perubahan harga tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada permintaan buah-buahan. Ditinjau dari tingkat pendapatan, tingkat pendapatan penduduk di Provinsi Lampung mengalami peningkatan setiap tahunnya (Tabel 3). Tabel 3 Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan Provinsi Lampung Rata-rata pengeluaran per Tahun kapita sebulan (Rp) Tingkat perubahan (%) Sumber: Badan Pusat Statistik tahun Tingkat pendapatan yang diproksi dari rata-rata tingkat pengeluaran menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada tingkat pendapatan per kapita pada tiap tahunnya. Seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat, akan berpengaruh terhadap pola pengeluaran dan konsumsi. Hartoyo (1997) dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perubahan tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap perubahan jumlah buah-buahan yang diminta. Hal yang perlu diperhatikan adalah perubahan pada harga dan pendapatan tidak hanya menyebabkan perubahan konsumsi konsumen dari segi kuantitas, tetapi juga dari segi kualitas. Beberapa penelitian terdahulu hanya memfokuskan pada respon perubahan permintaan akibat perubahan harga dan pendapatan dari segi kuantitas (Hartoyo, 1997; Sriwijayanti et al. 2004). Seperti yang disebutkan oleh Yu dan Abler

15 15 (2009) dalam Ogundari (2012) bahwa rekomendasi kebijakan yang didasarkan atas analisis yang tidak melihat respon perubahan permintaan konsumen dari segi kualitas akibat perubahan pendapatan dapat menjadi subjek kesalahan yang signifikan dalam desain kebijakan dan proses perencanaan. Hal ini dikarenakan peningkatan permintaan mungkin tidak memberikan indikasi adanya peningkatan permintaan untuk kualitas. Jika hanya dari segi kuantitas, maka hanya akan tampak respon perubahan permintaan buah-buahan dari segi kuantitas namun tidak tampak perubahan pilihan konsumsi konsumen kaitannya dengan kualitas buah itu sendiri. Kualitas buah yang dimaksud meliputi rasa, bentuk, warna, dan sebagainya. Kualitas suatu buah itu sendiri dicerminkan dari tingkat harga. Buah dengan kualitas rendah, maka harganya akan relatif lebih murah dibandingkan dengan yang kualitasnya lebih tinggi pada suatu komoditi buah tertentu. Pada masing-masing komoditi buah, dengan adanya peningkatan pada harga dan pendapatan dimungkinkan akan menyebabkan terjadinya pertukaran konsumsi oleh konsumen, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Konsumen akan mengubah pilihan konsumsinya dari buah yang kualitasnya rendah ke buah yang kualitasnya lebih tinggi. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana respon perubahan permintaan kuantitas dan kualitas buah-buahan akibat perubahan harga dan pendapatan di Provinsi Lampung? Respon perubahan permintaan akibat perubahan harga dan pendapatan masyarakat, baik dari kuantitas maupun kualitas perlu dikaji karena merupakan informasi penting bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan berkaitan dengan perbaikan konsumsi masyarakat. Beberapa pertanyaan yang diajukan di atas merupakan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini. Hal yang perlu ditekankan dalam penelitian ini adalah bahwa perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu (Kumar et al. 2011; Ofwona, 2013; Pusposari, 2012; Dianarafah, 1999; Deaton, 1990) terletak pada analisis yang dilakukan secara spesifik pada komoditas buah-buahan. Selain itu dalam penelitian ini juga memperhatikan unsur sosiodemografi untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap permintaan buah-buahan di Provinsi Lampung. Penelitian ini diharapkan dapat menjembatani bagian dari kesenjangan dalam penelitian sebelumnya dengan tidak hanya menganalisis respon perubahan permintaan akibat perubahan harga dan pendapatan dari segi kuantitas, tetapi juga dari segi kualitas. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis faktor- faktor yang berpengaruh terhadap permintaan buahbuahan rumah tangga di Provinsi Lampung. 2. Menganalisis respon perubahan permintaan kuantitas dan kualitas buah-buahan akibat perubahan harga dan pendapatan di Provinsi Lampung.

16 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1. Pemerintah dan para pemangku kepentingan, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam penentuan dan perumusan kebijakan terkait upaya peningkatan konsumsi buah-buahan. 2. Peneliti lain, sebagai informasi dan bahan referensi dalam melakukan penelitian lain yang sejenis. 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buahbuahan dan respon perubahan permintaan kuantitas dan kualitas buah-buahan akibat perubahan harga dan pendapatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari modul pengeluaran konsumsi pangan untuk kelompok buah-buahan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) untuk Propinsi Lampung tahun Terdapat lima buah yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu buah jeruk, rambutan, duku, pisang, dan pepaya. Kelima buah dipilih dengan alasan buah-buah tersebut merupakan buah dengan tingkat konsumsi yang relatif tinggi di Provinsi Lampung. Harga buah dalam penelitian ini secara implisit diperoleh berdasarkan pembagian antara nilai pengeluaran buah dengan jumlah buah yang dikonsumsi pada masingmasing rumahtangga. Buah yang dikonsumsi oleh masing-masing rumahtangga tidak dibedakan berdasarkan macam buah tersebut, misalnya pada buah jeruk, tidak dibedakan apakah jeruk tersebut merupakan jeruk mandarin, jeruk medan, atau jeruk lainnya tetapi dianggap sebagai satu kesatuan buah yang sama, yaitu buah jeruk. Perbedaan pada harga pada satu jenis buah-buahan diasumsikan terjadi karena perbedaan kualitas buah tersebut bukan karena perbedaan wilayah ataupun faktor lainnya. 2 TINJAUAN PUSTAKA Teori Permintaan 2.1 Tinjauan Teori-teori Permintaan menunjukkan jumlah barang yang bersedia dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga dan periode waktu tertentu. Pada kurva permintaan, akan dapat dilihat hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harga barang tersebut, dengan faktor yang lain dianggap konstan sebesar tertentu. Besarnya jumlah barang yang diminta sangat tergantung pada harga barang tersebut. Semakin tinggi harga barang, maka jumlah barang yang diminta akan semakin kecil. Teori permintaan didasarkan atas teori prilaku konsumen (consumer behavior), yang menunjukkan prilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang. Konsumen akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasan dengan melakukan konsumsi dengan batasan anggaran yang dimiliki. Sebaliknya, konsumen yang berusaha untuk meminimumkan biaya, akan berusaha untuk mempertahankan kepuasannya. Dari hal

17 17 inilah akan didapatkan fungsi permintaan. Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut fungsi permintaan. Fungsi permintaan konsumen menunjukkan jumlah optimal dari setiap barang sebagai fungsi dari harga dan pendapatan yang dihadapi konsumen (Varian, 2006). Terdapat dua macam fungsi permintaan, yaitu fungsi permintaan Marshallian dan fungsi permintaan Hicksian. Fungsi permintaan Marshallian diderivasi dari analisis maksimisasi utilitas. Fungsi permintaan Marshallian menunjukkan jumlah komoditi yang akan dibeli oleh konsumen sebagai fungsi dari harga komoditi dan pendapatannya (Henderson and Quandt, 1980). Beberapa ekonom sering menggunakan istilah yang berbeda untuk mengatakan fungsi permintaan Marshallian, seperti a consumer s ordinary demand function (Henderson and Quandt, 1980), uncompensated demand function (Nicholson, 2008). Fungsi permintaan yang lainnya adalah fungsi permintaan Hicksian yang diderivasi dari minimisasi biaya. Fungsi permintaan Hicksian menunjukkan jumlah komoditi yang akan dibeli oleh konsumen sebagai fungsi dari harga komoditi pada kondisi utilitas tertentu. Fungsi permintaan Hicksian sering disebut juga dengan compensated demand function (Henderson and Quandt, 1980). Secara matematis, fungsi permintaan Marshallian dan fungsi permintaan Hicksian dapat dituliskan sebagai berikut : X m = f (px, py, M)... (2.1) X h = f (px, py, U)... (2.2) Keterangan : X m dan X h : jumlah barang X yang diminta Px : harga barang x py : harga barang y M : pendapatan U : utilitas Dapat dilihat bahwa fungsi permintaan Marshallian merupakan fungsi dari harga dan pendapatan. Pada fungsi permintaan Marshallian, konsumen berusaha memaksimumkan utilitas dengan batasan berupa anggaran sebesar tertentu. Jadi pada fungsi permintaan Marshallian, utilitas akan berubah-ubah dan pendapatan nominal adalah tetap. Sedangkan pada fungsi permintaan Hicksian, tingkat utilitas sudah ditentukan, lalu dicari budget yang minimal. Jadi pada fungsi permintaan Hicksian, pendapatan rill tetap dan pendapatan nominal yang diubah. Fungsi permintaan Hicksian merupakan fungsi dari harga dan utilitas. Deaton and Muellbauer (1980) menjelaskan ada beberapa karakteristik pada fungsi permintaan, yaitu adding up, homogeneity, symmetry, dan negativity. 1. Adding up Karakteristik ini menjelaskan bahwa jika dijumlahkan seluruh share belanja suatu komoditi terhadap total belanja, maka hasilnya adalah sama dengan satu. Maksudnya adalah total nilai dari permintaan konsumen merupakan total pengeluaran konsumen. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : P1 X1 + P2 X2 = m... (2.3) P 1 X 1 m + P 2X 2 m = 1... (2.4)

18 18 dimana : P1 s1 + s2 = 1... (2.5) : harga X1 P2 : harga X2 X1 : jumlah barang X1 X2 : jumlah barang X2 s1 : share pengeluaran untuk X1 s2 : share pengeluaran untuk X2. 2. Homogeneity Karakteristik ini menjelaskan bahwa fungsi permintaan merupakan homogenous degree of zero untuk harga dan pendapatan, maksudnya adalah jika semua harga dan pendapatan naik dengan proporsi yang sama, maka permintaan tidak akan berubah. Pada fungsi permintaan Hicksian merupakan homogenous degree of zero hanya untuk harga pada fungsi permintaan Hicksian. Hal ini dimaksudkan jika semua harga naik dengan kelipatan yang sama, maka permintaan tidak akan berubah. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : hi (u,θp) = hi (u,p) = gi (θx, θp) = gi (x, p) ; untuk θ > 0... (2.6) 3. Symmetry Penurunan koefisien harga silang pada permintaan Hicksian adalah simetri, dimana untuk semua i j. h i (u, p) p j = h j (u, p) p i... (2.7) Simetri menunjukkan bahwa apabila pendapatan riil konstan, maka jika terjadi peningkatan pada harga komoditi ke-i, perubahan permintaan komoditi ke j akibat perubahan harga komoditi ke i akan sama pengaruhnya dengan perubahan permintaan komoditi ke i akibat perubahan harga komoditi ke j. Simetri merupakan jaminan dan pengujian dari kekonsistenan pilihan konsumen. Tanpa ini, akan memungkinkan konsumen membuat pilihan yang tidak konsisten. 4. Negativity Karakteristik ini menunjukkan bahwa hubungan antara harga dan jumlah yang diminta adalah negatif. x i < 0... (2.8) p i Hal ini sesuai dengan hukum permintaan (law of demand). Apabila terjadi peningkatan pada harga suatu barang, maka permintaan terhadap barang tersebut akan mengalami penurunan. Negativity berasal dari concavity fungsi biaya, yang diperoleh dari fakta bahwa konsumen berusaha untuk meminimumkan biaya atau equivalen dengan memaksimumkan utilitas.

19 Efek Substitusi dan Pendapatan Ketika pendapatan berubah, maka hanya akan terlihat efek pendapatan. Jika pendapatan meningkat, maka garis anggaran akan bergeser ke atas sejajar dengan garis anggaran lama yang menyebabkan alokasi konsumsi konsumen pun berubah. Konsumen akan bergerak ke kurva indiferen yang lain pada tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Adanya peningkatan pendapatan menyebabkan konsumsi konsumen juga akan meningkat, sedangkan ketika harga suatu barang berubah, maka akan ada dua efek yang terjadi: tingkat pertukaran dari satu barang ke barang lain (substitution effect), dan perubahan total daya beli dari pendapatan (income effect) (Varian, 2006). Begitu pula menurut Pindyck and Rubinfeld (2007), yang menjelaskan jatuhnya harga barang akan menimbulkan dua efek, yaitu : 1. Konsumen akan cenderung membeli lebih banyak barang yang harganya menjadi lebih murah dan membeli lebih sedikit barang tersebut yang sekarang harganya relatif lebih mahal. Reaksi atas perubahan harga relatif barang ini disebut efek substitusi (substitution effect). 2. Karena salah satu barang sekarang menjadi lebih murah, konsumen menikmati kenaikan daya beli rill. Konsumen lebih untung karena dapat membeli jumlah barang yang sama dengan uang yang lebih sedikit, sehingga konsumen memiliki sisa uang untuk membeli barang tambahan. Perubahan permintaan akibat dari perubahan dalam daya beli riil ini disebut efek pendapatan (income effect). Secara geometris, Nicholson (2008) menjelaskan bahwa perubahan pada harga barang akan mengubah slope kendala anggaran (budget constrain). Sebagai konsekuensi pergerakan ke pilihan yang memaksimumkan utilitas, tidak hanya menyebabkan konsumen pindah ke kurva indiferen yang lain, tetapi juga merubah MRS (marginal rate of substitution). Pada efek substitusi, ketika konsumen menginginkan untuk tetap mempertahankan utilitas dengan tetap berada pada kurva indiferen yang sama, pola konsumsi harus diubah sehingga dapat memiliki MRS yang sama pada rasio harga yang baru. Pada efek pendapatan, peningkatan karena perubahan harga menyebabkan pendapatan riil konsumen berubah. Konsumen tidak dapat tetap berada pada kurva indiferen yang sama dan harus bergerak ke kurva indiferen yang lain. Secara grafis, efek yang diakibatkan oleh perubahan harga barang dapat dilihat pada Gambar 1.

20 20 A C Sumber : Nicholson, 2008 Gambar 1. Efek substitusi dan pendapatan dari turunnya harga barang Ketika harga barang x jatuh, dari p x 1 x ke p x 2 x, maka pilihan konsumen untuk memaksimumkan utilitas akan bergeser dari x*, y* menjadi x**, y**. Pergerakan ini dapat dibedakan menjadi dua analisis efek yang berbeda: pertama, efek substitusi yang melibatkan pergerakan sepanjang kurva indiferen awal ke titik B, dimana MRS sama dengan rasio harga yang baru. Efek substitusi x x B (diasosiasikan dengan gerakan dari A ke B) mengubah harga relatif barang tetapi membuat pendapatan rill (kepuasan) konstan. Kedua, efek pendapatan, x B x (yang dihubungkan dengan gerakan B ke C) menjaga harga relatif konstan, tetapi meningkatkan daya beli. Efek pendapatan melibatkan pergerakan ke tingkat utilitas yang lebih tinggi karena pendapatan riil telah meningkat. Pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa baik efek substitusi maupun efek pendapatan menyebabkan lebih banyak barang x yang harus dibeli ketika harga turun. Pada Gambar 1 juga diketahui bahwa barang merupakan barang normal karena efek pendapatan yang bernilai positif. Perlu diperhatikan bahwa titik I/Py sama seperti sebelum terjadi perubahan harga. Hal ini disebabkan tidak terjadi perubahan pada harga barang y, yaitu py.

21 Elastisitas Kuantitas dan Kualitas Teori prilaku konsumen menjelaskan bahwa konsumen yang rasional akan memilih konsumsi barang yang dapat memberikan kepuasan yang lebih tinggi (Deaton and Muellbauer, 1980). Hal ini menunjukkan bahwa konsumen akan berusaha untuk melakukan pilihan kualitas barang yang dibeli. Pilihan kualitas dengan sendirinya merefleksikan pengaruh harga sebagai respon konsumen terhadap perubahan harga dengan melakukan pertukaran baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Deaton, 1988). Perubahan pengeluaran untuk konsumsi komoditi sebagai respon dari perubahan pendapatan atau variabel penjelas lainnya dapat dibagi menjadi perubahan pada kuantitas dan perubahan pada kualitas (Deaton, 1988; Harianto, 1994). Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut: E i = P i q i + Q i P i... (2.9) dimana E i merupakan perubahan pengeluaran pada komoditi ke-i, P i merupakan harga komoditi ke-i, dan Q i merupakan kuantitas komoditi ke-i yang dikonsumsi. Jika pengeluaran pada suatu komoditi dinotasikan dengan E yang merupakan perkalian antara kuantitas yang dikonsumsi (Q) dan tingkat harga (P), maka elastisitas pengeluaran kaitannya dengan pendapatan (Y) didefinisikan sebagai: ε ey = E Y Y E dari persamaan (2.10) dapat dituliskan: dengan ε ey = (PQ) Y (PQ) Y Y PQ = P Q P + Q Y Y maka persamaan (2.11) dapat diubah menjadi : atau Q P ε ey = (P + Q ) Y Y Y PQ ε ey = Q Y + P Y Y Q Y P disederhanakan menjadi:... (2.10)... (2.11)... (2.12)... (2.13)... (2.14) ε E = ε Qu + ε Ql... (2.15) Dimana ε E merupakan elastisitas pengeluaran, ε Qu merupakan elastisitas kuantitas, dan ε Ql merupakan elastisitas kualitas. Persamaan (2.15) menunjukkan jumlah dari elastisitas kuantitas dan kualitas yang sama dengan elastisitas pengeluaran. Estimasi elastisitas pengeluaran dan kuantitas umumnya berbeda. George and King (1971) dalam Harianto (1994) memperkirakan bahwa umumnya elastisitas kualitas sehubungan dengan pendapatan adalah positif. Kelompok tingkat pendapatan yang lebih tinggi membayar lebih besar dibandingkan kelompok pendapatan rendah untuk jumlah yang sama.

22 22 Sama seperti pendapatan, elastisitas kuantitas dan kualitas juga dapat diperoleh dari harga silang (cross-price). Efek dari perubahan pada harga barang y (harga silang) pada pengeluaran komoditi x, dengan variabel lain adalah konstan, dapat dituliskan: E x = (P xq x ) Q x P x = P P y P x + Q y P x y P y dimana Py merupakan harga komoditi y ( harga silang). Elastisitas harga silang dapat dirumuskan sebagai berikut: atau: ε xy = Q x P y P y Q x ε xy Q x P y = Q x P y Substitusi persamaan (2.18) dalam persamaan (2.16) maka diperoleh: E x P x Q x P x = ε P xy + Q y P x y P y dengan mengalikan masing-masing ruas dengan P y E x maka diketahui: E x P y P y E x = ε xy + P x P y P y P x disederhanakan menjadi: E ε Py = ε Qu Ql Py + ε Py... (2.16)... (2.17)... (2.18)... (2.19)... (2.20)... (2.21) E dimana ε Py adalah elastisitas pengeluaran terhadap harga silang, ε Qu Py adalah elastisitas kuantitas dari harga silang, dan ε Ql Py adalah elastisitas kualitas dari harga silang. Elastisitas kualitas diperoleh dari selisih antara elastisitas pengeluaran dan elastisitas kuantitas sehubungan dengan harga silang (cross price). Berdasarkan rumus di atas diketahui bahwa elastisitas kualitas dalam penelitian ini menunjukkan perubahan kualitas buah akibat perubahan baik itu pada pendapatan maupun pada harga silang. Perubahan kualitas itu sendiri dicerminkan dari perubahan harga pada suatu jenis buah. Pada dasarnya, perbedaan harga disebabkan karena perbedaan pada apa-apa yang melekat pada masing-masing jenis buah. Jika dibandingkan antara buah yang dijual di supermarket dan buah yang dijual di pasar, dimana buah yang dijual di supermarket memiliki packaging yang lebih bagus, tempat penjualannya bersih, pelayanannya bagus, dan sebagainya, sedangkan di pasar, packagingnya kurang bagus, tempat penjualan kotor, becek, dan kurang nyaman. Hal-hal tersebut yang menyebabkan terdapat perbedaan pada harga buah yang dijual di kedua tempat yang berbeda tersebut walaupun pada dasarnya buah yang diperjualbelikan adalah sama. Jadi, kualitas dilihat dari apa yang melekat pada buah tersebut, misalnya dari segi tempat dan pelayanan yang menyebabkan perbedaan pada harga. Perbedaan harga yang cukup besar mengindikasikan

23 23 perbedaan kualitas yang cukup besar pula, karena dalam hal ini, kualitas dicerminkan dari tingkat harga Penelitian Terdahulu Penelitian tentang permintaan sudah cukup banyak dilakukan, diantaranya dilakukan oleh Nurfarma (2005) yang meneliti tentang dampak krisis ekonomi terhadap pola konsumsi dan permintaan pangan rumah tangga di Propinsi Sumatera Barat dengan menggunakan model LA-AIDS. Beliau memasukkan unsur sosial ekonomi yaitu jumlah anggota rumah tangga dan tingkat pendidikan dalam penelitiannya dan menunjukkan hasil yang signifikan. Respon permintaan pangan terhadap perubahan pendapatan lebih elastis dan polanya bervariasi antar kelompok pendapatan. Secara agregat, kelompok buah-buahan bersifat inelastis. Nilai elastisitas harga silang menunjukkan adanya hubungan yang komplementer dan substitusi antar kelompok pangan. Hartoyo (1997) menganalisis permintaan buahbuahan di Jawa Barat dengan menggunakan model AIDS (Almost Ideal Demand System). Hasil analisis menunjukkan bahwa elastisitas harga sendiri dari buah mempunyai nilai yang inelastis, yang berarti permintaan buah-buahan tersebut tidak responsif terhadap perubahan harga. Nilai elastisitas harga silang diketahui ada yang bernilai positif dan negatif yang berarti ada yang memiliki hubungan komplementer dan ada juga yang memiliki hubungan substitusi antar komoditi yang dianalisis. Penelitian dengan menggunakan model AIDS sudah dilakukan oleh beberapa peneliti (Jabarin and Al-Karablieh, 2011; Kumar et al. 2011; Ozelik and Sahinli, 2009; Deaton, 1990). Jabarin and Al-Karablieh (2011) melakukan penelitian untuk mengestimasi elastisitas harga dan pendapatan dari 10 produk sayuran utama yang dikonsumsi di Jordan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua nilai elastisitas harga memiliki tanda yang negatif dan signifikan secara statistik. Berdasarkan elastisitas pengeluaran, tomat, mentimun, dan kentang merupakan barang pokok. Rata-rata budget share mengindikasikan konsumen menghabiskan 30 persen dari alokasi belanja sayuran mereka pada tomat dan kentang. Kumar et al. (2011) mengestimasi elastisitas permintaan untuk komoditas makanan di India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi elastisitas pendapatan bervariasi diantara berbagai tingkat pendapatan dan elastisitas pendapatan terendah untuk kelompok sereal, dan tertinggi untuk produk hortikultura dan produk ternak. Analisis efek harga dan pendapatan berdasarkan estimasi sistem permintaan diketahui bahwa dengan kenaikan harga bahan pangan, permintaan untuk makanan pokok (beras, gandum, dan gula) tidak terpengaruh, tetapi komoditas pangan bernilai tinggi kemungkinan akan terkena dampak negatif. Ozelik and Sahinli (2009) menggunakan model AIDS untuk mengestimasi elastisitas harga pada 12 kelompok komoditi di Turkey. Kelompok komoditi yang dianalisis yaitu makanan dan minuman non alkohol; minuman beralkohol, rokok, dan tembakau; pakaian; rumah dan sewa; perlengkapan dan perabotan rumah; kesehatan; tranportasi; komunikasi; hiburan dan budaya; jasa pendidikan; restoran dan hotel; berbagai barang dan jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisitas harga ditemukan sejalan dengan parameter estimasi dari AIDS. Elastisitas harga dengan model AIDS sesuai dengan teori ekonomi yang bernilai negatif. Untuk kelompok makanan dan minuman non alkohol; minuman beralkohol, rokok, dan tembakau; perlengkapan dan perabotan rumah; komunikasi; jasa pendidikan; restoran dan hotel,

24 24 serta berbagai barang dan jasa memiliki nilai elastisitas yang inelastis, yang berarti permintaan tidak elastis. Sedangkan untuk kelompok pakaian; rumah dan sewa; kesehatan; transportasi; hiburan dan budaya permintaannya adalah elastis. Penelitian tentang respon perubahan harga dan pendapatan terhadap perubahan permintaan kuantitas dan kualitas pernah dilakukan oleh Harianto (1994) menggunakan bentuk semi-logarithmic single equation model. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara umum elastisitas kualitas terkait harga dan pendapatan memiliki nilai yang positif. Elastisitas kuantitas kaitannya dengan tingkat pendapatan adalah bernilai positif, sedangkan elastisitas kuantitas kaitannya dengan harga silang ada yang bernilai positif dan ada yang bernilai negatif. Ogundari (2012) menganalisis permintaan daging, ayam, dan ikan dari segi kualitas dan kuantitas. Analisis tentang elastisitas kuantitas dan kualitas hanya dikaitkan dengan tingkat pendapatan dengan menggunakan bentuk double-log single equation model. Hasil analisis menunjukkan untuk semua komoditi yang dianalisis memiliki nilai elastisitas kuantitas dan kualitas yang positif. 2.3 Kerangka Pemikiran Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Pemenuhannya menjadi sangat penting demi terwujudnya masyarakat yang memiliki daya saing. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat meliputi sisi ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Dalam hal ini, permasalahan pangan yang perlu mendapat perhatian adalah terkait tingkat konsumsi pangan non karbohidrat yang masih rendah, khususnya buah-buahan. Konsumsi buah-buahan di Provinsi Lampung masih cukup rendah yang terlihat dari proporsi pengeluaran konsumsi untuk kelompok buah-buahan yang masih rendah. Pada tahun 2013 share pengeluaran buah-buahan terhadap total pengeluaran pangan hanya sebesar 3.96 persen yang bahkan masih di bawah rata-rata tingkat konsumsi nasional yaitu sebesar 4.60 persen terhadap total pengeluaran pangan. Padahal jika dilihat dari sisi ketersediaan, produksi buah-buahan di Lampung cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa pangan yang tersedia dalam hal ini adalah buahbuahan ternyata tidak secara langsung menjamin bahwa masyarakat dapat memenuhi seluruh kebutuhan konsumsinya. Pada dasarnya Pemerintah memiliki peluang untuk dapat meningkatkan konsumsi buah karena jika dilihat dari tren konsumsi buah di Provinsi Lampung, menunjukkan tren yang positif dan juga ditunjang dari sisi ketersediaan buah-buahan yang cukup besar. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi permintaan buah-buahan, baik itu harga maupun pengeluaran. Perbedaan kondisi sosial ekonomi masyarakat juga diduga berpengaruh terhadap permintaan buah-buahan. Jika dilihat dari jumlah anggota rumah tangga, semakin banyak jumlah anggota rumah tangga menyebabkan semakin banyak jumlah buah yang harus dibeli oleh suatu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi buah-buahan rumah tangga, sehingga permintaan buah-buahan rumah tangga tersebut akan lebih besar. Permintaan buahbuahan bersifat dinamis dan dapat berubah antara lain karena unsur harga dan tingkat pendapatan. Pada masing-masing komoditi buah, dengan adanya peningkatan pada harga dan pendapatan dimungkinkan akan menyebabkan terjadinya pertukaran konsumsi oleh konsumen, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.

25 25 Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan ekonometrika terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan buahbuahan serta respon perubahan permintaan kuantitas dan kualitas buah-buahan akibat perubahan harga dan pendapatan. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diambil kesimpulan yang pada akhirnya dapat memberi saran kebijakan yang perlu dilakukan oleh Pemerintah untuk menunjang peningkatan konsumsi buah-buahan di Provinsi Lampung. Alur kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 2. Permasalahan pangan Rendahnya konsumsi buah-buahan Peluang peningkatan konsumsi buah-buahan Analisis deskriptif Analisis ekonometrika Faktor yang berpengaruh terhadap permintaan buah-buahan: 1. Harga buah bersangkutan 2. Harga buah lain 3. Pengeluaran 4. Jumlah anggota rumahtangga Perubahan permintaan kuantitas dan kualitas buah-buahan akibat perubahan harga dan pendapatan Kesimpulan Saran kebijakan Gambar 2. Alur kerangka pemikiran 2.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Diduga faktor yang berpengaruh terhadap permintaan buah-buahan adalah harga buah itu sendiri, harga buah lain, pengeluaran, dan jumlah anggota rumah tangga. 2. Peningkatan harga buah lain diduga akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada permintaan kuantitas dan kualitas buah. Begitu pun peningkatan pada pendapatan diduga akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada permintaan kuantitas dan kualitas buah.

26 26 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik), yaitu data dari modul pengeluaran konsumsi dan kor rumah tangga hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) untuk Propinsi Lampung tahun Data tersebut merupakan data kerat lintang (cross section) dengan sampling unit rumah tangga. Data yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan data konsumsi pangan rumah tangga untuk kelompok pangan buah-buahan. Adapun buah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah buah jeruk, rambutan, duku, pisang, dan pepaya. Data konsumsi pangan dalam SUSENAS diperoleh dengan metode recall selama selang waktu satu minggu yang lalu. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa ada rumahtangga yang tidak mengkonsumsi jenis buah yang dianalisis pada waktu periode survei, yang disebut dengan pengamatan kosong. Rumahtangga tersebut harus tetap dimasukkan dalam analisis. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah pengamatan kosong tersebut, rumah tangga sampel dikelompokkan berdasarkan jumlah anggota rumahtangga dan tingkat pendapatan. Lalu kemudian dicari nilai konsumsi dan pengeluaran rata-rata dari tiap-tiap kelompok. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data kelompok tersebut. Data lain yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah data kor yang menggambarkan kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang digunakan untuk mengetahui faktor sosiodemografi yang berpengaruh terhadap permintaan buahbuahan di Propinsi Lampung. 3.2 Metode Analisis Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan ekonometrika. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan SAS Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Untuk menjawab tujuan pertama dari penelitian ini digunakan metode analisis ekonometrika dengan menggunakan model AIDS (Almost Ideal Demand System). Model AIDS digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter permintaan komoditi buah-buahan. Model AIDS merupakan pengembangan dari kurva Engel dan persamaan Marshall yang diturunkan dari teori maksimisasi kepuasan. Model AIDS dikembangkan oleh Deaton and Muellbauer (1980). Dari fungsi biaya dapat didefinisikan minimum pengeluaran yang diperlukan untuk mencapai tingkat utilitas yang spesifik pada tingkat harga tertentu. Adapun fungsi biaya AIDS adalah sebagai berikut : log c(u,p)= 0 + k k log pk + 1 γ 2 k j kj* log pk log pj + uβ0 k pk βk... (3.1)

27 27 Fungsi permintaan dapat diturunkan secara langsung dari fungsi biaya tersebut, dimana turunan dari harga adalah kuantitas permintaan : c (u,p) / pj = q. Dengan mengalikan kedua sisi dengan pi / c(u,p), maka diperoleh : log c(u, p) log p = p 1q 1 c(u, p) = w i... (3.2) dengan wi merupakan pangsa anggaran komoditi ke i. Dengan demikian, diferensiasi logaritma dari persamaan (3.2) memberikan share anggaran sebagai fungsi dari harga dan utilitas : dengan wi = i + γ j ij log pj + βi log (x/p)... (3.3) γij = 1 2 (γij* + γji*)... (3.4) Untuk memaksimumkan utilitas konsumen, total pengeluaran x sama dengan c (u,p) dan persamaan ini dapat dibalik untuk memberikan persamaan u sebagai fungsi dari p dan x, fungsi utilitas tidak langsung. Dari persamaan (3.1) dan (3.3) maka dapat diperoleh fungsi permintaan AIDS sebagai berikut : w i = i + γ ij log p j + β i log ( x j )... (3.5) P Agar fungsi permintaan yang diduga dapat konsisten dengan teori permintaan, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu aditif, kehomogenan, dan simetri (Sitepu dan Sinaga, 2006). Beberapa syarat tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: Aditif : i i = 1, i γ ij = 0, i β i = 0... (3.6) Homogen : i γ ij = 0... (3.7) Simetri : γ ij = γ ji... (3.8) Model AIDS yang digunakan dalam penelitian ini adalah : w i = α i0 + γ ij log p j + β i log ( x P ) + α i1 log x 1 + u j Keterangan : i, j = 1,2,3,4,5 yang masing-masing menunjukkan kelompok komoditas buah wi = proporsi pengeluaran buah ke-i (w i = p i q i /x) α, γ, β = parameter regresi pj = harga buah ke-j (Rp) x = total pengeluaran buah-buahan (Rp) P* = indeks harga Stone = Jumlah anggota rumah tangga (orang) x1... (3.9) Pendugaan parameter dilakukan dengan metode SUR (Seemingly Unrelated Regression). Adapun buah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah buah jeruk, rambutan, duku, pisang, dan pepaya. Kelima buah tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa konsumsi kelima buah tersebut cukup besar di Provinsi Lampung.

28 Respon Perubahan Permintaan Kuantitas Akibat Perubahan Harga dan Pendapatan Untuk menentukan elastisitas, baik elastisitas harga sendiri, elastisitas harga silang, maupun elastisitas pengeluaran dalam penelitian ini diperoleh dari penurunan model permintaan AIDS. Penurunan rumus elastisitas dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Elastisitas pengeluaran Diketahui bahwa : w i = p iq i X Sehingga diperoleh: q i = w ix p i Dapat diubah menjadi: ln qi ln qi = ln wi + ln X ln pi = ln wi + ln X - ln pi Dengan menurunkan persamaan (3.13) terhadap X maka: ln q i ln X = lnw i ln X + ln X ln X ln p i ln X = w i w i ln X + 1 = w i w i ln X + 1 = w i ln X w i Berdasarkan persamaan (3.9) diketahui w i lnx = β... (3.18) i Maka persamaan (3.17) dapat diubah menjadi: ln q i ln X = β i w i + 1 η i = β i w i (3.10)... (3.11)... (3.12)... (3.13)... (3.14)... (3.15)... (3.16)... (3.17)... (3.19)... (3.20)

29 29 2. Elastisitas harga sendiri Dengan menurunkan persamaan (3.13) terhadap pi maka diperoleh: ln q i ln p i = lnw i ln X + ln p i ln p i ln p i ln p i = w i w i 1 ln p i = w i 1 1 ln p i w i Berdasarkan persamaan (3.9) diketahui : w i lnp i = γ ii Maka persamaan (3.23) dapat diubah menjadi:... (3.21)... (3.22)... (3.23)... (3.24) ln q i ln p i = γ ii w i 1 e ii = γ ii w i 1... (3.25)... (3.26) 3. Elastisitas harga silang Sama halnya seperti penurunan pada elastisitas harga sendiri di atas, dengan menurunkan persamaan (3.13) terhadap pj maka diperoleh: ln q i ln p j = lnw i ln X + ln p i ln p j ln p j ln p j = w i w i ln p j = w i 1 ln p j w i Berdasarkan persamaan (3.9) diketahui: w i ln p j = γ ij Maka persamaan (3.29) dapat diubah menjadi:... (3.27)... (3.28)... (3.29)... (3.30) ln q i ln p j = γ ij w i... (3.31) e ij = γ ij w i... (3.32) Elastisitas harga biasanya merupakan bilangan yang bernilai negatif. Jika harga suatu barang naik, maka jumlah permintaan akan turun (Pindyck and Rubinfeld, 2007). Elastisitas harga merupakan negatif jika kurva permintaan yang bersesuaian

PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG

PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 137-148 137 PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG Rini Desfaryani 1, Sri Hartoyo 2, dan Lukytawati Anggraeni 2 1)Program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan adalah data rumah tangga, khususnya untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP)

KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP) KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP) Juni Trisnowati 1, Kim Budiwinarto 2 1) 2) Progdi Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas

Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas Kim Budiwinarto * ) * ) Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS) Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 162 166 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

Lebih terperinci

Kata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga.

Kata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI PANGAN HEWANI PADA KONSUMEN RUMAHTANGGA DI KOTA PADANG Noni Novarista, Rahmat Syahni, Jafrinur Abstract: The objectives of this research were to determine: (1)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA

ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA Daru Wahyuni, Losina Purnastuti, & Mustofa Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia Email: daruwahyuni@yahoo.co.id Abstrak: Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROPINSI BANTEN MUHARDI KAHAR

ANALISIS POLA KONSUMSI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROPINSI BANTEN MUHARDI KAHAR ANALISIS POLA KONSUMSI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROPINSI BANTEN MUHARDI KAHAR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Kemiskinan mengandung banyak pengertian, berbeda antara satu lokasi/daerah dengan daerah yang lain pada setiap waktu. Definisi kemiskinan dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI

ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori Teori Permintaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori Teori Permintaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori 2.1.1 Teori Permintaan Permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Hubungan antara jumlah

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU

RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU Dinda Julia, Djaimi Bakce, Jumatri Yusri Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085278262490; Email: dinda_agb08@yahoo.com ABSTRACT This research aim to analyze

Lebih terperinci

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA Data pola konsumsi rumah tangga miskin didapatkan dari data pengeluaran Susenas Panel Modul Konsumsi yang terdiri atas dua kelompok, yaitu data pengeluaran

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: APLIKASI SISTEM PERSAMAAN SEEMINGLY UNRELATED REGRESSIONS PADA MODEL PERMINTAAN PANGAN Kim Budiwinarto 1 1 Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta Abstrak Fenomena ekonomi yang kompleks

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Produksi Setiap tindakan dalam proses produksi selalu diiringi dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu memaksimalkan keuntungan dengan mengalokasikan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Nilam Anggar Sari.,SE.,M.Si Penulis adalah Pengajar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Jawa yang terdiri dari 6 provinsi yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data 29 4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahunan deret waktu (time series), dari tahun 1985 hingga 2011. Adapun sumbersumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anindita Ardha Pradibtia Kelas : 4 SE 1 NIM : 09.5878 Judul Proposal : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : ZAENUL LAILY

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : ZAENUL LAILY ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh : ZAENUL LAILY PROGRAM STUDI S-1 AGRIBISNIS FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI DAN PERMINTAAN BUAH PADA TINGKAT RUMAH TANGGA DI PULAU JAWA PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

ANALISIS POLA KONSUMSI DAN PERMINTAAN BUAH PADA TINGKAT RUMAH TANGGA DI PULAU JAWA PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS) ANALISIS POLA KONSUMSI DAN PERMINTAAN BUAH PADA TINGKAT RUMAH TANGGA DI PULAU JAWA PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS) Oleh : TUNJUNG PAWESTRI KUSUMO WARDANI A14303045 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI. : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah

PROPOSAL SKRIPSI. : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anindita Ardha Pradibtia Kelas : 4 SE 1 NIM : 09.5878 Judul Proposal : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah Dosen Pembimbing : Dr. Hamonangan Ritonga M.Sc. LATAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT SKRIPSI Disusun Oleh : VILIYAN INDAKA ARDHI 24010211140090 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang tiada henti, karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan

Lebih terperinci

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS

POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS CARBOHYDRATE-BASED FOOD CONSUMPTION PATTERNS OF SOCIETY IN THE CITY OF BENGKULU Felycia Tiera Kencana, Ketut Sukiyono,

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005 ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005 SKRIPSI HILMA RAMDHIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA KETIMPANGAN KONSUMSI PANGAN DAN NONPANGAN ANTARDESA DAN KOTA DI INDONESIA TAHUN 2008 OLEH BARUDIN H

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA KETIMPANGAN KONSUMSI PANGAN DAN NONPANGAN ANTARDESA DAN KOTA DI INDONESIA TAHUN 2008 OLEH BARUDIN H ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA KETIMPANGAN KONSUMSI PANGAN DAN NONPANGAN ANTARDESA DAN KOTA DI INDONESIA TAHUN 2008 OLEH BARUDIN H14094011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya sudah merupakan kebiasaan. Prevalensi konsumsi rokok cenderung meningkat dari

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI Adi Bhakti Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jambi adibhakti@unja.ac.id ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota 41 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota meliputi rumah tangga miskin yang dijadikan sampel Susenas di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU KONSUMEN (Pendekatan Kardinal) 2 Pengertian dasar Perilaku konsumen dianalisa untuk mengetahui

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Pola Konsumsi Non Beras Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber

Lebih terperinci

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 1990-2000,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Agroforestri adalah sistem manajemen sumberdaya alam yang bersifat dinamik dan berbasis ekologi, dengan upaya mengintegrasikan pepohonan dalam usaha pertanian dan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR No. 02/06/3505/Th.I, 13 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 RINGKASAN Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Blitar pada tahun 2016

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah sesuatu yang hakiki dan menjadi hak setiap warga negara untuk memperolehnya. Ketersediaan pangan sebaiknya

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang meliputi buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan berfungsi penting dalam proses metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki dan harus dipenuhi oleh negara maupun masyarakatnya. Menurut Undang Undang nomor 7 tahun 1996 tentang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu terentu. Pengeluaran konsumsi menjadi komponen

Lebih terperinci

ICASERD WORKING PAPER No.56

ICASERD WORKING PAPER No.56 ICASERD WORKING PAPER No.56 ANALISIS PERILAKU KONSUMSI PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DAN NABATI PADA MASA KRISIS EKONOMI DI JAWA Ening Ariningsih Juli 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

Harga (Pq) Supply (S)

Harga (Pq) Supply (S) I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume 2, Nomor 3 (2018): 179-186 ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis)

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN PROTEIN HEWANI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKABUMI NINDYA SHINTA H

POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN PROTEIN HEWANI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKABUMI NINDYA SHINTA H POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN PROTEIN HEWANI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKABUMI NINDYA SHINTA H14100010 ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJAMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi.

PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi. PERMINTAAN DAN PENAWARAN Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi. Materi Kurva Permintaan Faktor faktor yang mempengaruhi permintaan Elastisitas permintaan Kurva Penawaran Faktor faktor yang mempengaruhi penawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

V. DINAMIKA PANGSA PENGELUARAN PANGAN DI INDONESIA. pangan dan konsumsi individu di tingkat rumah tangga. Informasi tentang

V. DINAMIKA PANGSA PENGELUARAN PANGAN DI INDONESIA. pangan dan konsumsi individu di tingkat rumah tangga. Informasi tentang 121 V. DINAMIKA PANGSA PENGELUARAN PANGAN DI INDONESIA Dalam penelitian ini ketahanan pangan diukur berdasarkan ketersediaan pangan dan konsumsi individu di tingkat rumah tangga. Informasi tentang ketersediaan

Lebih terperinci

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO Add your company slogan Permintaan Pasar LOGO Pokok Bahasan Permintaan Individu dan Permintaan Pasar Elastisitas Individu dan Elastisitas Pasar Elastisitas dan penerimaan (revenue) Elastisitas konstan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th XI, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Luasnya lahan pertanian di Indonesian pada kenyataannya belum mampu

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN Faharuddin, M.Si. (Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sumatera Selatan) 8.1. Konsep Dasar Ketahanan Pangan Ketahanan pangan dikonseptualisasikan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9 ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9 Elastisitas... adalah ukuran seberapa besar para pembeli dan penjual memberikan reaksi terhadap perubahanperubahan kondisi yang terjadi di pasar. 2 Elastisitas

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN HARGA BERAS TERHADAP POLA KONSUMSI PANGAN PADA RUMAH TANGGA DALAM JANGKA PENDEK DI PROVINSI LAMPUNG. Tesis. Oleh MAYA NARANG ALI

PENGARUH PERUBAHAN HARGA BERAS TERHADAP POLA KONSUMSI PANGAN PADA RUMAH TANGGA DALAM JANGKA PENDEK DI PROVINSI LAMPUNG. Tesis. Oleh MAYA NARANG ALI PENGARUH PERUBAHAN HARGA BERAS TERHADAP POLA KONSUMSI PANGAN PADA RUMAH TANGGA DALAM JANGKA PENDEK DI PROVINSI LAMPUNG Tesis Oleh MAYA NARANG ALI PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Food Security, Household, Ordinal Logistik Regression

ABSTRACT. Keywords : Food Security, Household, Ordinal Logistik Regression ABSTRACT INDA WULANDARI. Determinant of Household Food Security in East Nusa Tenggara Province. Under supervision of SRI HARTOYO and YETI LIS PURNAMADEWI. The issue of food security has become an important

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci