IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA"

Transkripsi

1 IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA Data pola konsumsi rumah tangga miskin didapatkan dari data pengeluaran Susenas Panel Modul Konsumsi yang terdiri atas dua kelompok, yaitu data pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Rumah tangga dikategorikan miskin apabila pengeluaran per kapita per bulan berada dibawah garis kemiskinan propinsi yang telah ditetapkan BPS (Tabel 4.1). Tabel 4.1. Garis Kemiskinan Menurut Propinsi di Pulau Jawa tahun 2008, 2009 dan 2010 (Rupiah) Kota Desa Propinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Indonesia Sumber: BPS, Data dan Informasi Kemiskinan Berdasarkan garis kemiskinan tersebut di atas didapatkan jumlah sampel rumah tangga miskin di Pulau Jawa yaitu sebanyak 3955 sampel rumah tangga miskin pada tahun 2008, tahun 2009 sebanyak 3580 sampel dan pada tahun 2010 sebanyak 3313 sampel. Dari sampel tersebut dilakukan analisis pola konsumsi rumah tangga miskin. Jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih banyak daripada perkotaan. Secara nasional, penduduk miskin di perdesaan berjumlah hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia hampir 60 persen tinggal di Pulau Jawa Pangsa Pengeluaran Total Rumah Tangga Miskin Secara garis besar kebutuhan konsumsi barang dan jasa pada rumah tangga terdiri dari dua kelompok yaitu kebutuhan pangan dan bukan pangan. Pada tingkat pendapatan tertentu, rumah tangga akan mengalokasi pendapatannya guna memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan. Teorema Engel menyatakan untuk

2 44 rumah tangga yang berpendapatan rendah/miskin pengeluaran untuk pangan khususnya kebutuhan pokok sangat tinggi. Rumah tangga miskin akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan pangan sehingga sebagian besar pendapatannya akan digunakan untuk membeli makanan. Demikian pula yang terjadi pada rumah tangga miskin di Pulau Jawa. Pada periode persentase pengeluaran untuk makanan pada rumah tangga miskin di Pulau Jawa lebih dari 60 persen atau hampir dua kali lipat dari pengeluaran bukan makanan (Tabel 4.2). Tabel 4.2. Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan Menurut Tipe Wilayah di Pulau Jawa Tahun Persentase Pengeluaran per kapita sebulan Tipe Wilayah Makanan Non Makanan Perkotaan 62,35 62,10 62,57 37,65 37,90 37,43 - Perdesaan 66,22 65,12 65,77 33,78 34,88 34,23 Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi diolah Pola konsumsi rumah tangga miskin di perkotaan dan perdesaan menjelaskan bahwa teorema Engel juga berlaku bagi rumah tangga berpendapatan rendah/miskin baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Tabel 4.2 menunjukkan alokasi pengeluaran terbesar untuk komoditi makanan mencapai lebih dari 60 persen dengan persentase pengeluaran makanan yang lebih besar pada rumah tangga miskin di perdesaan dibandingkan dengan rumah tangga miskin di perkotaan. Secara umum, selama periode , pola konsumsi makanan pada rumah tangga miskin di perdesaan cenderung mengalami sedikit penurunan. Hal sebaliknya terjadi pada daerah perkotaan dimana terjadi sedikit peningkatan pada konsumsi makanan. Pola konsumsi bukan makanan di perdesaan cenderung meningkat walau peningkatannya relatif kecil. Konsumsi bukan makanan pada wilayah perkotaan cenderung sedikit mengalami penurunan. Tabel 4.3. menunjukkan pola konsumsi makanan dan bukan makanan pada rumah tangga miskin di tiap propinsi di Pulau Jawa. Persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi bukan makanan.

3 45 Hal ini terjadi di tiap propinsi namun besaran persentase pengeluarannya berbeda. Khusus Propinsi DKI Jakarta persentase pengeluaran untuk makanan hampir seimbang dengan persentase pengeluaran non makanan. Tabel 4.3. Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan Menurut Propinsi di Pulau Jawa Tahun Persentase Pengeluaran per kapita sebulan Propinsi Makanan Non Makanan DKI Jakarta 53,01 54,58 53,74 46,99 45,42 46,26 Jawa Barat 65,84 64,80 66,03 34,16 35,20 33,97 Jawa Tengah 64,48 63,69 63,80 35,52 36,31 36,20 DI Yogyakarta 59,73 60,70 60,66 40,27 39,30 39,34 Jawa Timur 65,19 64,03 64,38 34,81 35,97 35,62 Banten 66,23 66,80 65,42 33,77 33,20 34,58 Jawa 64,62 63,87 64,23 35,38 36,13 35,77 Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi diolah 4.2. Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin Konsumi makanan terdiri konsumsi pangan dan rokok. Konsumsi makanan terbagi menjadi 14 kelompok konsumsi komoditi yaitu padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan jadi, tembakau dan sirih. Tabel 4.4. menunjukkan persentase pengeluaran untuk komoditi makanan yang paling tinggi dialokasikan untuk pengeluaran kelompok komoditi padi-padian (± 21%), pengeluaran tertinggi kedua untuk konsumsi komoditi makanan jadi (±10%), kemudian komoditi sayuran (±6%), tembakau dan sirih (±5%), bahan minuman dan kacang-kacangan (±4%). Secara umum pada periode ini, konsumsi untuk padi-padian cenderung tidak berubah. Konsumsi umbi-umbian dan makanan jadi cenderung menurun sementara konsumsi kelompok komoditi ikan, daging, sayur-sayuran, kacangkacangan dan bahan minuman cenderung mengalami sedikit peningkatan. Pada periode , persentase pengeluaran makanan pada rumah tangga miskin menurut propinsi di Pulau Jawa didominasi oleh persentase pengeluaran untuk padi-padian dan makanan jadi, hanya komposisi persentase

4 46 pengeluaran yang sangat berbeda pada propinsi DKI Jakarta dimana persentase pengeluaran untuk makanan jadi hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan persentase pengeluaran untuk padi-padian, kondisi ini sangat berbeda dengan propinsi lainnya di Pulau Jawa (Lampiran 1). Tabel 4.4. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Rumah tangga Miskin Menurut Kelompok Makanan di Pulau Jawa, Kelompok Makanan Padi-padian 22,00 20,82 21,21 - Umbi-umbian 0,75 0,62 0,62 - Ikan 2,92 2,97 3,47 - Daging 0,64 0,67 0,77 - Telur dan susu 2,03 2,29 2,23 - Sayur-sayuran 5,84 5,87 6,03 - Kacang-kacangan 3,38 3,66 4,16 - Buah-buahan 1,53 1,31 1,34 - Minyak dan lemak 3,59 3,20 3,57 - Bahan minuman 3,20 3,15 4,26 - Bumbu-bumbuan 1,73 1,62 1,83 - Konsumsi lainnya 1,68 1,72 1,63 - Makanan jadi 10,41 10,85 8,49 - Tembakau dan sirih 4,92 5,10 4,79 Jumlah makanan 64,62 63,87 64,23 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Panel Modul Konsumsi 2008, 2009, 2010 diolah. Persentase pengeluaran kelompok makanan pada rumah tangga miskin baik di perdesaan maupun di perkotaan juga memiliki pola yang sama. Persentase pengeluaran padi-padian, makanan jadi dan kelompok komoditi sayuran merupakan konsumsi terbesar pada rumah tangga miskin baik di perdesaan maupun di perkotaan. Hal ini dimungkinkan masih relatif mudahnya mencari dan mendapatkan sayuran sebagai alternatif pilihan pengganti lauk pauk (Lampiran 2) Pangsa Pengeluaran Bukan Pangan Rumah Tangga Miskin Konsumsi kelompok komoditi bukan pangan terdiri dari konsumsi kelompok komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga, kelompok barang dan jasa, kelompok pakaian, alas kaki dan tutup kepala, kelompok barang-barang tahan lama, kelompok pajak dan asuransi, kelompok keperluan pesta dan upacara. Konsumsi kelompok komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga terdiri dari

5 47 konsumsi perumahan/sewa rumah dan pemeliharaannya, konsumsi listrik, bahan bakar, pos dan telekomunikasi. Konsumsi kelompok komoditi barang dan jasa terdiri dari konsumsi barang dan jasa untuk keperluan pribadi/individu misalnya perlengkapan mandi dan cuci, konsumsi barang dan jasa kesehatan dan konsumsi barang dan jasa pendidikan serta kelompok barang dan jasa transportasi. Pada Tabel 4.5 terlihat persentase pengeluaran bukan makanan yang paling tinggi adalah untuk pengeluaran kelompok perumahan dan fasilitas rumah tangga (±17%) dan kelompok komoditi barang dan jasa (±12%). Tabel 4.5. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Rumah tangga Miskin Menurut Kelompok Bukan Makanan di Pulau Jawa, Kelompok Bukan Makanan Perumahan dan fasilitas rumah tangga 17,60 17,76 17,28 - Barang dan jasa 11,89 12,23 12,63 - Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 3,92 4,03 3,92 - Barang-barang tahan lama 1,02 1,18 0,98 - Pajak dan asuransi 0,48 0,52 0,63 - Keperluan pesta dan upacara 0,34 0,43 0,34 Jumlah bukan makanan 35,38 36,13 35,77 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Panel Modul Konsumsi 2008, 2009, 2010 diolah. Persentase pengeluaran komoditi bukan makanan terjadi peningkatan pada kelompok komoditi barang dan jasa serta komoditi pajak dan asuransi, walaupun peningkatan persentase pengeluarannya relatif kecil. Persentase pengeluaran untuk kelompok komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga serta komoditi barang tahan lama cenderung mengalami penurunan. Persentase pengeluaran untuk bukan makanan tiap propinsi di Pulau Jawa didominasi oleh kelompok komoditi perumahan dan komoditi barang dan jasa. Pada propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten terjadi peningkatan persentase pengeluaran untuk bukan makanan. Peningkatan persentase ini didorong oleh meningkatnya persentase pengeluaran untuk komoditi barang dan jasa, pakaian, alas kaki dan tutup kepala, barang-barang tahan lama, pajak dan asuransi. Persentase pengeluaran untuk kelompok komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga serta keperluan pesta dan upacara mengalami penurunan di tiap propinsi. (Lampiran 1).

6 48 Persentase pengeluaran bukan makanan pada rumah tangga miskin di daerah perdesaan dan perkotaan tidak berbeda. Persentase pengeluaran terbesar untuk kelompok komoditi perumahan dan fasilitas perumahan serta kelompok komoditi barang dan jasa (Lampiran 2) Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin Informasi mengenai struktur pengeluaran rumah tangga dapat mengindikasikan seberapa penting pengeluaran kelompok komoditi terhadap struktur pengeluaran rumah tangga. Rata-rata pengeluaran untuk tiap kelompok komoditi Pulau Jawa, perkotaan dan perdesaan dapat dilihat Tabel 4.6. Tabel 4.6. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Miskin Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan Menurut Tipe Wilayah di Pulau Jawa Tahun Persentase Rata-rata Pengeluaran RTM Sebulan Kelompok Komoditi Perkotaan Perdesaan Makanan pokok 19,99 18,76 19,33 24,70 23,36 23,77 Lauk pauk 8,18 8,88 8,97 8,38 8,82 9,06 Rokok 4,92 5,17 4,98 4,02 4,59 4,78 Makanan lainnya 29,26 29,30 29,29 29,12 28,35 28,16 Jumlah Makanan 62,35 62,10 62,57 66,22 65,12 65,77 Telekomunikasi 0,41 0,67 0,87 0,22 0,43 0,61 Pendidikan 3,23 3,63 4,06 2,57 3,19 3,30 Non makanan lainnya 34,01 33,59 32,50 30,98 31,26 30,32 Jumlah Bukan Makanan 37,65 37,90 37,43 33,78 34,88 34,23 Total Pengeluaran 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Rata-rata (000 rupiah) Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi Diolah Rata-rata total pengeluaran rumah tangga miskin per tahun di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor ketersediaan fasilitas dan kemudahan mengakses sehingga penduduk miskin di perkotaan lebih tinggi rata-rata pengeluarannya. Hasil yang sama juga didapatkan pada studi sebelumnya yang dilakukan oleh Ariningsih (2004) dan Kahar (2010). Secara statistik rata-rata pengeluaran rumah tangga miskin untuk semua komoditi memiliki perbedaan yang nyata yang ditunjukkan oleh hasil uji rata-rata dan keragaman antara perdesaan dan perkotaan (Lampiran 3).

7 49 Persentase pengeluaran terbesar pada rumah tangga miskin adalah untuk konsumsi komoditi pangan yang besarnya di atas 60 persen. Pola yang sama terjadi pada rumah tangga miskin di perdesaan dan perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa teorema Engel berlaku pada rumah tangga miskin baik di kota maupun di desa. Interpretasi dari temuan ini adalah apabila terjadi kenaikan harga pangan maka rumah tangga miskin akan terkena dampak yang besar karena sebagian besar proporsi pengeluarannya untuk konsumsi pangan. Selama periode , persentase pengeluaran untuk pangan di perdesaan cenderung mengalami penurunan sementara persentase pengeluaran untuk pangan di perkotaan cenderung meningkat. Hasil yang sama pada studi sebelumnya yang dilakukan oleh Nurfarma (2005) di Sumatra Barat. Persentase pengeluaran untuk makanan pokok lebih tinggi di perdesaan dibandingkan dengan perkotaan. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga miskin di perdesaan lebih cenderung mengalokasikan pendapatannya guna memenuhi kebutuhan makanan pokok. Persentase pengeluaran untuk lauk pauk, rokok dan makanan lainnya hampir sama antara perdesaan dan perkotaan. Persentase pengeluaran untuk makanan lainnya sekitar persen, persentase pengeluaran untuk lauk pauk sekitar 8-10 persen, persentase pengeluaran untuk rokok sekitar 5 persen. Selama periode , persentase pengeluaran untuk makanan pokok baik di perdesaan maupun di perkotaan cenderung mengalami penurunan. Persentase pengeluaran untuk lauk pauk, rokok, dan makanan lainnya cenderung mengalami peningkatan baik di perdesaan maupun di perkotaan. Persentase pengeluaran rumah tangga miskin untuk bukan makanan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Hal ini lebih disebabkan adanya kemudahan mengakses dalam memenuhi kebutuhan bukan pangan dan jasa pada rumah tangga miskin di perkotaan. Persentase pengeluaran pada rumah tangga miskin untuk telekomunikasi sangat kecil yaitu dibawah satu persen baik di perdesaan maupun di perkotaan. Persentase pengeluaran untuk pendidikan juga cukup kecil persentasenya bila dibandingkan dengan persentase pengeluaran rumah tangga miskin untuk rokok.

8 50 Persentase pengeluaran untuk non makanan lainnya cukup besar sekitar persen. Selama periode , terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga miskin terhadap pengeluaran untuk bukan makanan di perdesaan dan penurunan konsumsi bukan makanan di perkotaan. Persentase pengeluaran untuk konsumsi telekomunikasi dan pendidikan mengalami peningkatan, sementara persentase pengeluaran rumah tangga miskin untuk kelompok komoditi non makanan lainnya sedikit menurun baik di perdesaan maupun di perkotaan Pangsa Pengeluaran Telekomunikasi Rumah tangga Miskin Pengeluaran telekomunikasi termasuk ke dalam kelompok komoditi perumahan dan fasilitas perumahan. Persentase pengeluaran per kapita sebulan rumah tangga miskin untuk kelompok perumahan dan fasilitas rumah tangga paling tinggi dalam kelompok komoditi bukan pangan (Tabel 4.5). Kelompok ini terdiri dari komoditi sewa rumah, pemelliharan, listrik, air dan bahan bakar untuk memasak serta pos dan telekomunikasi. Rincian persentase pengeluaran untuk kelompok perumahan dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan Rumah Tangga Miskin untuk Kelompok Barang Perumahan dan Fasilitas Perumahan di Pulau Jawa, Kelompok Barang Perumahan dan fasilitas perumahan - Sewa, kontrak, perkiraan sewa rumah 7,14 7,46 7,76 - Pemeliharaan rumah dan perbaikan ringan 0,33 0,25 0,22 - Rekening listrik, air dan bahan bakar 7,55 8,08 8,04 - Rekening telepon, pulsa HP, wartel, pos 0,30 0,53 0,73 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Panel Modul Konsumsi 2008, 2009, 2010 diolah Persentase pengeluaran untuk komoditi sewa rumah, listrik, air dan bahan bakar serta komoditi telekomunikasi yang terdiri dari rekening telepon, pulsa HP, wartel dan benda pos cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan yang cukup besar terjadi pada komoditi sewa rumah dan telekomunikasi. Peningkatan persentase pengeluaran rumah tangga miskin untuk pos dan telekomunikasi terjadi di perdesaan dan perkotaan. Persentase pengeluaran untuk

9 51 pos dan telekomunikasi di perdesaan meningkat hampir tiga kali lipat dari 0,22 persen pada tahun 2008 menjadi 0,61 persen pada tahun 2010 dan di perkotaan meningkat dua kali lipat dari 0,41 persen pada tahun 2008 menjadi 0,87 persen pada tahun Pada Tabel 4.8. terlihat bahwa peningkatan pengeluaran rumah tangga miskin untuk telekomunikasi terjadi hampir di seluruh propinsi di Pulau Jawa baik itu perdesaan maupun perkotaan hanya persentase peningkatannya saja yang berbeda. Tabel 4.8. Persentase Pengeluaran per Kapita Rumah Tangga Miskin untuk Komoditi Telekomunikasi Menurut Tipe Wilayah dan Propinsi di Pulau Jawa Persentase Pengeluaran Telekomunikasi per kapita sebulan Propinsi Perkotaan Perdesaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) DKI Jakarta 0,91 1,33 1, Jawa Barat 0,20 0,44 0,78 0,09 0,19 0,33 Jawa Tengah 0,39 0,63 0,83 0,26 0,52 0,72 DI Yogyakarta 0,70 1,11 1,02 0,54 0,79 1,08 Jawa Timur 0,49 0,76 0,95 0,26 0,52 0,70 Banten 0,31 0,66 0,86 0,05 0,13 0,24 Jawa 0,41 0,67 0,87 0,22 0,43 0,61 Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi Diolah Pengeluaran rumah tangga miskin untuk kelompok komoditi telekomunikasi juga secara rata-rata berbeda nyata antara perdesaan dan perkotaan. Rata-rata pengeluaran telekomunikasi rumah tangga miskin di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan yang di perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi terhadap telekomunikasi rumah tangga miskin di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan. Fenomena ini menunjukkan bahwa rumah tangga miskin baik di perdesaan maupun di perkotaan telah mampu mengkonsumsi komoditi telekomunikasi yang pada awalnya merupakan barang mewah Pangsa Pengeluaran Rokok Rumah tangga Miskin Komoditi tembakau dan sirih mencakup komoditi rokok, komoditi tembakau dan komoditi sirih. Sekitar 70 persen rumah tangga miskin, kepala

10 52 rumah tangganya mengkonsumsi rokok dimana modus jumlah batang yang dikonsumsi sebanyak 84 batang seminggu atau sekitar 12 batang rokok sehari (hasil susenas diolah). Merokok merupakan perilaku konsumsi yang mahal biayanya, seperti yang diungkapkan Busch et al.(2004). Rata-rata pengeluaran rokok rumah tangga miskin di Pulau Jawa berdasarkan daerah tempat tinggal berbeda nyata antara perkotaan dan perdesaan. Rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok lebih tinggi 1,5 kali lipat di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan Tabel 4.9. Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Rokok, Tembakau dan Sirih Menurut Tipe Wilayah dan Propinsi di Pulau Jawa Tahun Persentase Pengeluaran per kapita sebulan Uraian Rokok Tembakau dan Sirih (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tipe Wilayah - Perkotaan 4,51 4,84 4,62 5,19 5,30 5,07 - Perdesaan 3,00 3,60 3,85 4,73 4,96 5,08 Propinsi DKI Jakarta 3,83 4,07 3,06 3,83 4,07 3,06 Jawa Barat 4,55 4,87 5,05 5,81 5,76 5,71 Jawa Tengah 3,03 3,10 3,68 4,58 4,36 4,82 DI Yogyakarta 1,38 2,10 2,45 2,86 3,28 3,57 Jawa Timur 3,39 3,88 3,86 4,71 4,92 4,78 Banten 5,25 9,00 7,39 5,55 9,08 7,53 Jawa 3,63 4,11 4,22 4,92 5,10 5,08 Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi Diolah Persentase pengeluaran rumah tangga miskin untuk tembakau dan sirih merupakan salah satu persentase terbesar pada rumah tangga miskin di perdesaan maupun di perkotaan yaitu sekitar lima persen. Persentase pengeluaran rokok pada rumah tangga miskin di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan perdesaan, namun bila digabungkan dengan persentase pengeluaran untuk tembakau maka persentase pengeluaran untuk kelompok komoditi tembakau dan sirih hampir sama antara rumah tangga miskin di perdesaan dan di perkotaan. Pengeluaran untuk komoditi ini 2,5 kali lipat dari pengeluaran yang dialokasikan untuk kesehatan baik di perdesaan dan perkotaan dan 1,5 kali lipat dari pengeluaran yang dialokasikan untuk pendidikan di perdesaan.

11 53 Secara umum terjadi peningkatan persentase pengeluaran untuk tembakau dan sirih. Rumah tangga miskin di Propinsi Banten mengalokasi pengeluaran untuk tembakau dan sirih paling tinggi di antara propinsi lainnya di Pulau Jawa. Peningkatan persentase pengeluaran untuk kelompok komoditi tembakau dan sirih ini didukung oleh peningkatan persentase pengeluaran untuk rokok. Pada Tabel 4.9. persentase pengeluaran untuk rokok menyumbang lebih dari 75 persen dari persentase pengeluaran untuk komoditi tembakau dan sirih Pendidikan Kepala Rumah Tangga Selain pengaruh kondisi daerah tempat tinggal, pola konsumsi juga di pengaruhi oleh tingkat pendidikan kepala rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu kepala rumah tangga/istri dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki perbedaan struktur pengeluaran rumah tangga. Tingkat pendidikan mendorong rumah tangga mengalokasikan pengeluaran kepada pangan yang lebih bermutu. Persentase kepala rumah tangga miskin di Pulau Jawa pada Tabel 4.10, yang tidak pernah sekolah atau pernah sekolah tetapi tidak lulus SD sekitar 52,8 persen. Kondisi tersebut terutama terjadi di perdesaan 57,6 persen daripada di perkotaan 46,2 persen, sementara kepala rumah tangga yang pendidikannya lebih tinggi dari SD sebanyak 12,7 persen. Pendidikan KRT di atas SD lebih banyak di perkotaan 19,5 persen dibandingkan perdesaan 7,8 persen. Bila dilihat dari kemampuan membaca dan menulis, kepala rumah tangga miskin yang mampu membaca dan menulis pada tahun 2010 di Pulau Jawa hanya 76 persen dengan persentase lebih besar di perkotaan yaitu 81 persen dibandingkan dengan perdesaan yaitu 72 persen. Berdasarkan propinsi di Pulau Jawa, 95 persen kepala rumah tangga miskin di DKI Jakarta yang dapat membaca, sementara di Jawa Timur hanya 69 persen. Persentase pendidikan KRT yang di atas SD di Propinsi Banten paling rendah dibandingkan propinsi yang lainya.

12 54 Tabel Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Menurut Pendidikan dan kemampuan Membaca dan Menulis Menurut Wilayah dan Propinsi di Pulau Jawa, Uraian Tidak pernah sekolah <SD SD >SD Bisa Membaca dan Menulis Wilayah Perkotaan 14,6 31,6 34,3 19,5 81,0 Perdesaan 22,2 35,4 34,6 7,8 72,0 Propinsi DKI Jakarta 6,6 22,4 25,0 46,1 95,0 Jawa Barat 8,1 32,2 47,0 12,7 91,0 Jawa Tengah 22,2 35,6 32,2 9,9 71,0 DI Yogyakarta 19,6 29,2 26,3 24,9 74,0 Jawa Timur 24,7 33,4 29,2 12,8 69,0 Banten 20,9 44,4 25,4 9,4 76,0 Jawa 19,0 33,8 34,5 12,7 76,0 Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi Diolah Rata-rata pengeluaran rumah tangga miskin selain dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan juga dibedakan menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh kepala rumah tangga yaitu kepala rumah tangga berpendidikan SD ke bawah ( SD) dan kepala rumah tangga yang berpendidikan di atas SD (>SD). Pembedaan jenjang pendidikan dilatarbelakangi oleh asumsi pada umumnya bahwa kepala rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat pendapatan yang lebih baik karena cenderung lebih produktif. Fakta empiris pun memperlihatkan secara statistik bahwa baik di perdesaan maupun di perkotaan, rata-rata pendapatan yang didekati dengan total pengeluaran rumah tangga miskin berbeda nyata berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangganya dimana rata-rata pendapatan/pengeluaran rumah tangga miskin lebih tinggi pada rumah tangga yang KRT-nya berpendidikan di atas SD (Lampiran 4 dan 5). Pada rumah tangga yang pendidikan kepala rumah tangganya lebih tinggi cenderung lebih produktif sehingga pendapatannya lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Hasil pengujian secara empiris menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi telekomunikasi pada rumah tangga miskin berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangga tidak berbeda antara perdesaan maupun perkotaan. Hal ini menujukkan bahwa besarnya pengeluaran telekomunikasi rumah tangga miskin

13 55 dapat dikatakan sama pada rumah tangga miskin di perdesaan maupun di perkotaan. Hasil yang sama didapatkan pada pengeluaran rokok di perdesaan. Berdasarkan pendidikan kepala rumah tangganya, rumah tangga miskin di perkotaan yang kepala rumah tangganya di atas SD pengeluaran untuk konsumsi rokok nyata lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga miskin yang kepala rumah tangganya berpendidikan SD ke bawah, sementara di perdesaan rata-rata pengeluaran untuk rokok tidak berbeda nyata antara rumah tangga miskin yang kepala rumah tangganya berpendidikan di atas SD dan di bawah SD. Hal ini dimungkinkan rumah tangga miskin di perkotaan lebih banyak mengkonsumsi rokok sementara di perdesaan lebih banyak mengkonsumsi tembakau.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya sudah merupakan kebiasaan. Prevalensi konsumsi rokok cenderung meningkat dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam 57 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam penelitiannya penulis menggunakan data analisis dan interprestasi dari arti

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th XI, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang tiada henti, karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 No. 07/01/62/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/07/31/Th. XIV, 2 Juli 2012 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 No. 66/09/33/Th. IX, 15 ember 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 4,577 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 05/01/33/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 4,562 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 34/07/33/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. II/1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 RINGKASAN Garis Kemisknan (GK) tahun 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013 No. 31/07/91/Th. VI, 1 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi September 2012 sebesar

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU Nomor 51/07/21/Th. XII, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. III/1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015 No. 06/01/51/Th. X, 4 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015 Terjadi kenaikan persentase penduduk miskin di Bali pada September 2015 jika dibandingkan dengan 2015. Tingkat kemiskinan pada

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016 No. 07/07/62/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VII, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 No., 05/01/81/Th. XV, 2 Januari 2014 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 47/07/52/TH.X, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 804,44 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli 2017 1. PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64 /09/52/TH.IX, 15 SEPTEMBER 2015 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 823,89 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017 No. 46/07/51/Th. X, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017 Terjadi kenaikan persentase penduduk miskin di Bali pada 2017 jika dibandingkan dengan September 2016. Tingkat kemiskinan pada 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN (PTE101002) PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. Dr.Ir. Rini Dwiastuti, MS (Editor) TM 3 MATERI PEMBELAJARAN Sektor

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012 BADAN PUSAT STATISTIK No. 6/01/52/TH.VII, 2 JANUARI 2013 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 828,33 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. TM2 MATERI PEMBELAJARAN PENDAHULUAN PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN PANGAN DAN SERAT PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014 No. 34/07/31/Th. XVI, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014 Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 No. 40/07/33/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 4,836 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016 No. 47/07/51/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 178.18 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/TH.X, 4 JANUARI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 802,29 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th X, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu terentu. Pengeluaran konsumsi menjadi komponen

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015 B P S P R O V I N S I A C E H No. 46/09/TH.XVIII, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN Maret 2015 MENCAPAI 851 RIBU ORANG RINGKASAN Pada Maret 2015, jumlah

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013 No. 32/07/31/XV, 1 Juli 2013 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013 Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di DKI

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013 No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 47/07/35/Th.XIV, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2016 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,23 poin persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan dibandingkan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014 No. 05/01/81/Th. XVII, 02 Januari 2015 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012 No. 04/01/31/Th. XV/ 2 Januari 2013 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan September

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 No. 07/07/62/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 No. 05 /1 /13/Th. XVIII / 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2014 adalah 354.738 jiwa. Dibanding Maret

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015 No. 05/01/36/Th.X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 690,67 RIBU ORANG Pada bulan ember 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016 No. 06/01/51/Th. XI, 3 Januari 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 174.94 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 No. 04 / 01 /13/Th. XIX / 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 349.529 jiwa. Dibanding (379.609 jiwa) turun

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010 No. 27/ 07/91/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 sebanyak 256.840 jiwa (35,71 persen) turun menjadi

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2017 No. 35/07/31/Th.XIX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2017 sebesar 389,69 ribu

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 05/01/35/Th.XIV, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada bulan September 2015 dibandingkan turun sebesar

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 No. 42/7/13/Th. XIX/18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada 2016 adalah 371.555 jiwa. Dibanding (349.529 jiwa) naik sebanyak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 125/07/21/Th. III, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Profil Kemiskinan Provinsi Bengkulu September 2017 No. 06/01/17/Th. XII, 2 Januari 2018 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Profil Kemiskinan Provinsi Bengkulu September 2017 Persentase Penduduk Miskin

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/09/53/Th.XVIII, 15 Sept 2015 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 1.159,84 RIBU ORANG (22,61PERSEN) Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 06/01/35/Th.XIII, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada bulan September 2014 dibandingkan turun sebesar

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 146,90 RIBU JIWA (11,19 PERSEN) Persentase penduduk

Lebih terperinci

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 05/01/12/Th. XX, 03 Januari 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA SEPTEMBER SEBANYAK 1.452.550 ORANG (10,27%) Jumlah penduduk miskin di

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 786,58 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 No. 07/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 SEBANYAK 154,20 RIBU JIWA Persentase penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG. No. 04/01/91/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG. Jumlah penduduk miskin berkurang 6,75 ribu

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 45/07/35/Th.XV, 17 Juli 2017 Profil Kemiskinan Di Jawa Timur Maret 2017 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,08 Poin Persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan Maret 2017

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK

KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK 522 Jambi Dalam Angka 2008 FOOD SUPPLY AND POPULATION OF EXPENDITURE BAB 10 KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK 10.1. Pengeluaran dan Konsumsi

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 44/09/31/Th XVII, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2015 sebesar 398,92 ribu orang (3,93

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013 No. 05/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 186,53 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013 No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 4,705 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011 No. 07/01/62/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014 No. 31/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 622,84 RIBU ORANG Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN 38/07/Th. XX, 17 JULI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2017

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 SEBANYAK 153,21 RIBU JIWA Persentase penduduk

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 05/01/35/Th.XV, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2016 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,20 poin persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan ember

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 No. 06/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 195,95 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45 /07/52/TH.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 793,78 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016 No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 325.600 ORANG (17,03 PERSEN) PERSENTASE KEMISKINAN SEPTEMBER 2016 TURUN JIKA DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 42/07/76/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 SEBANYAK 152,73 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 64/09/35/Th.XIII, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada bulan dibandingkan September 2014 naik sebesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009 No. 29/07/51/Th. III, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009 Jumlah penduduk miskin di Bali pada bulan Maret 2009 tercatat sebesar 181,7 ribu orang, mengalami penurunan sebesar 33,99 ribu orang

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 41/07/76/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 149,76 RIBU JIWA (11,30 PERSEN) Persentase penduduk miskin

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH. BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET 2016 No. 08/07/18/TH.VIII, 18 Juli 2016 Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016 mencapai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH. BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER 2016 No. 08/07/18/TH.IX, 3 Januari 2017 Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2016

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Garis Kemiskinan (GK) mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain variabel konsumsi rumahtangga yang membedakan pada tiap klasifikasi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN 07/07/Th. XI, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2016

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 39/07/16/ Th. XIX, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA SELATAN MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KEADAAN MARET 2017 MENCAPAI 13,19 PERSEN Keadaan Maret

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 MENCAPAI 29,89 JUTA ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 BADAN PUSAT STATISTIK No. 38/07/Th. X, 2 Juli 2007 TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014 B P S P R O V I N S I A C E H No. 4/01/Th.XVIII, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 837 RIBU ORANG RINGKASAN Pada September

Lebih terperinci

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017 No. 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017 ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET NAIK MENJADI 5,45 PERSEN Angka kemiskinan Provinsi Banten hasil Survei Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016 No. 05/01/75/Th.XI, 3 Januari 2017 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016 Berdasarkan survei pada September 2016 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,63 persen. Angka

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013 No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 682,71 RIBU ORANG Pada bulan September 2013, jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 54/09/61/Th.XVIII, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015 No. 05/01/33/Th. X, 4 Januari 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 13,32 PERSEN Pada bulan ember 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VIII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2012 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci