BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan
|
|
- Sukarno Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Sektor pertanian mencakup lima sub sektor yaitu tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Sub sektor perikanan memiliki andil dalam pemulihan ekonomi karena beberapa alasan antara lain (Sutarjo, 2013): 1. sumber daya perikanan, baik ikan, sumber daya perairan, dan lahan tambak masih cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal; 2. permintaan ikan dunia dari tahun ketahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat pendidikan masyarakat; 3. pola hidup masyarakat dunia pada saat ini dicirikan dengan semakin selektifnya makanan yang disajikan, dengan memenuhi kriteria gizi yang tinggi, mudah disajikan, dan terjangkau masyarakat; 1
2 2 4. jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan mencapai lebih dari 233 juta jiwa merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk perikanan; 5. Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan, walaupun masih relatif kecil kontribusinya, akan tetapi menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat, dan bahkan peningkatannya tertinggi dibandingkan dengan sub sektor sektor lain. Tabel 1.1 Pertumbuhan PDB Sub Sektor Pertanian Tahun (Dalam Persen) Sub sektor Tanaman bahan makanan 2,6 2,98 3,43 5,91 3,45 Tanaman perkebunan 2,48 3,79 4,40 3,84 3,59 Peternakan dan hasilnya 2,13 3,35 2,36 3,89 3,93 Kehutanan 1,47 2,85 1,10 0,36 1,70 Perikanan 5,87 6,90 5,39 4,81 5,50 Sumber: BPS, 2009 Dewasa ini pertumbuhan penduduk telah membawa akibat yang cukup luas di berbagai segi kehidupan manusia. Kenaikan jumlah penduduk tidak hanya menuntut kenaikan bahan pangan, tetapi peningkatan di bidang gizipun mulai diperhatikan. Konsumsi ikan masyarakat dari waktu kewaktu selalu meningkat sehingga mengakibatkan permintaan ikan juga akan meningkat. Dalam hal ini untuk meningkatkan permintaan akan produk perikanan yang memenuhi kebutuhan gizi itu adalah dengan mengembangkan budidaya ikan. Tabel. 1.2 Volume Produksi Ikan Di Indonesia (Dalam Ton) Volume produksi Perikanan tangkap Perikanan Budidaya Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012.
3 3 Selain tingkat produksinya yang rendah, tingkat konsumsi ikan per kapita di Indonesia pun masih terbilang rendah. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2012, bahwa tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia pada tahun 2012 sebesar 33,89 kg, lebih rendah dari Thailand 35 kg per kapita per tahun, Malaysia 45 kg per kapita per tahun, dan bahkan tertinggal jauh oleh Jepang 120 kg per kapita per tahun. Keadaan tersebut sangat memprihatinkan di tengah kayanya sumber daya perikanan Indonesia dan di tengah pentingnya konsumsi ikan bagi kebutuhan hidup manusia, seperti diketahui makanan merupakan salah satu unsur yang penting bagi pertumbuhan. Tahun Tabel 1.3 Statistik Konsumsi Dan Penyediaan Ikan Tahun Total Penyediaan (1000 Ton) Per Kapita (Kg/Kap/Th) Konsumsi ikan Per Kapita (Kg/Kap/Th) Selisih/sisa yang tidak dikonsumsi ,00 38,39 30,48 7, ,00 41,95 32,25 9, ,00 46,31 33,89 12,42 Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Lebong merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu adalah daerah yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Potensi perikanan Kabupaten Lebong, diproyeksikan kedalam luasan areal perairan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan budidaya. Luas perairan umum adalah ha. Dari luasan perairan umum tersebut di atas, areal yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya adalah sungai, danau, rawa, air genangan, dan waduk/irigasi teknis. Jenis ikan yang sudah dikembangkan yaitu ikan mas dan nila sudah mempunyai pangsa pasar, kususnya pasar lokal. Mengingat pentingnya kebutuhan akan ikan bagi penduduk Indonesia umumnya dan khususnya
4 4 Kabupaten Lebong sebagai sumber protein hewani yang mudah didapatkan, serta mengingat pentingnya hasil perikanan untuk ditingkatkan dalam upaya menaikkan pendapatan petani/pembudidaya ikan, sehingga tingkat konsumsi dan permintaan terhadap ikan akan meningkat dan kesejahteraan masyarakatpun juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai permintaan masyarakat terhadap hasil perikanan perlu dilakukan. Sub sektor perikanan menyumbangkan kontribusi positif terhadap PDRB Kabupaten Lebong. Produksi ikan pada jenis usaha budidaya ditahun 2011 mengalami peningkatan kurang lebih 19 persen. Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Lebong Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun (Dalam Jutaan Rupiah) Sub sektor Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Sumber: Bappeda Kabupaten Lebong, 2012 Jumlah penduduk Kabupaten Lebong tahun 2011 kurang lebih mencapai 100,7 ribu jiwa. Kecamatan Lebong Utara merupakan kecamatan dengan penduduk tertinggi meliputi 15,6 persen dari total Kabupaten Lebong, sedangkan kecamatan dengan penduduk terendah yaitu Kecamatan Lebong Atas atau 4,5 persen dari seluruh total penduduk Kabupaten Lebong. Perhitungan sex ratio penduduk menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Lebong masih didominasi oleh laki-laki sebesar 111, dengan kata lain setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 111 penduduk laki-laki. Secara persentase juga terlihat
5 5 bahwa 52,7 persen dari total penduduk Kabupaten Lebong merupakan penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk di Kabupaten Lebong sebesar 37 jiwa/kilometer persegi. Artinya setiap satu kilometer persegi didiami lebih kurang 37 orang penduduk. Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Lebong Jumlah Pria (jiwa) Jumlah Wanita (jiwa) Total (jiwa) Pertumbuhan penduduk (%) - 1,59 1,55 6,69 1,52 Kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) Sumber: Bappeda Kabupaten Lebong, 2012 Sub sektor perikanan yang menjadi unggulan Kabupaten Lebong adalah ikan air tawar dalam hal ini ikan mas. Hal ini dikarenakan kualitas produksi ikan mas dari Kabupaten Lebong terjaga baik. Jenis usaha perikanan di Kabupaten Lebong dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu budidaya, penangkapan dan pembenihan. Jika dilihat perkembangan produksi dalam kurun waktu , maka 3 jenis usaha tersebut secara umum mengalami peningkatan, baik dari segi luas areal usaha maupun produksi yang dihasilkan. Untuk jenis usaha budidaya merupakan penghasil tertinggi tahun 2011 produksinya meningkat 19 persen dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 2.249,8 ton dengan peningkatan luas 77 hektar. Untuk tingkat kecamatan, Kecamatan Bingin Kuning, Kecamatan Lebong Sakti dan Kecamatan Uram Jaya adalah 3 kecamatan dengan luas areal usaha perikanan terluas di Kabupaten Lebong.
6 6 Tabel 1.6 Produksi Ikan Di Kabupaten Lebong Dari Tahun Tahun Jumlah produksi (ton) Sumber: Dinas perikanan dan Peternakan Kabupaten Lebong, 2012 Produksi ikan di tahun 2012 menurut jenis ikan yang dibudidayakan menunjukkan bahwa ikan mas merupakan komoditas utama perikanan budidaya di Kabupaten Lebong. Tabel 1.7 Produksi Ikan Menurut Jenis Di Kabupaten Lebong Tahun 2012 Jenis ikan Produksi (ton) Mas Nila Jumlah Sumber: Dinas perikanan dan Peternakan Kabupaten Lebong, 2012 Tersedianya data mengenai produksi ikan mas yang cukup tinggi tersebut tidak diimbangi dengan data mengenai permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong. Ikan mas yang dijual di Kabupaten Lebong selain dari hasil produksi budidaya, juga banyak didatangkan dan dibawa pedagang dari luar Kabupaten Lebong, sehingga kebutuhan akan ikan mas belum bisa diprediksi karena belum ada data yang pasti mengenai permintaan ikan di Kabupaten Lebong. Penelitian tentang permintaan ikan di Kabupaten Lebong juga masih sangat sedikit mengingat masih minimnya data empiris dan literatur tentang perikanan di Kabupaten Lebong. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisa permintaan konsumen rumah tangga terhadap ikan mas.
7 Perumusan masalah Untuk memprediksi permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong maka ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu. 1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong. 2. Besar kecilnya derajat kepekaan permintaan ikan mas (elastisitas) ditinjau dari perubahan harga ikan mas itu sendiri maupun perubahan harga dari komoditas lain (substitusi/komplementer) di wilayah Kabupaten Lebong. Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelaahan perilaku masyarakat Kabupaten Lebong terhadap permintaan ikan mas ditinjau dari karakteristik permintaan. Faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku konsumen terhadap permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong diidentifikasikan sebagai harga ikan mas itu sendiri, harga barang substitusi (ikan nila, ikan tongkol, daging ayam), dan jumlah pendapatan keluarga. Semua faktor tersebut secara bersama-sama diduga mempengaruhi permintaan konsumen terhadap ikan mas di Kabupaten Lebong. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah. 1. Seberapa besar pengaruh harga ikan mas, harga ikan nila, harga ikan tongkol, harga daging ayam, dan pendapatan keluarga terhadap permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong? 2. Sejauh mana tingkat elastisitas permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong?
8 8 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang analisis permintaan konsumen rumah tangga terhadap ikan mas di Kabupaten Lebong Tahun 2013, untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan mas dan mengetahui elastisitasnya, belum pernah dilakukan. Namun terdapat penelitian sejenis yang pernah dilakukan diantaranya adalah. Dey et. al. (2008) dari India melakukan penelitian untuk menganalisis heterogenitas produk perikanan dalam hal spesies, sumber dan tanggapan budaya konsumen, dan faktor-faktor mempengaruhi permintaan ikan di bawah regulasi negara-negara Asia. Secara khusus penelitian ini membandingkan permintaan ikan dalam beberapa kelompok pendapatan untuk menentukan bagaimana rumah tangga berpenghasilan rendah dan tinggi, menanggapi/merespon perubahan harga dan pendapatan. Penelitian ini menggunakan alat analisis model Quadratic AIDS (Almost Ideal Demand System). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa elastisitas harga dan elastisitas pendapatan semua jenis ikan, baik rumah tangga miskin relatif lebih elastis dibandingkan rumah tangga kaya. Virgantari (2011) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengadakan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan produk ikan penduduk Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan menduga elastisitas harga dan elastisitas pendapatan beberapa kelompok ikan menurut kelompok pendapatan. Alat analisis yang digunakan yaitu metode Multistage Budgetting Approach dengan pendekatan
9 9 model Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar penduduk Indonesia di berbagai wilayah lebih banyak mengkonsumsi ikan segar dari pada ikan awetan maupun udang. Rumah tangga di perkotaan memiliki preferensi yang lebih tinggi untuk konsumsi ikan segar maupun udang/hewan air lain yang segar dari rumah tangga di perdesaan. Semakin besar golongan pengeluaran, semakin besar pula alokasi pengeluaran untuk konsumsi ikan. Debnat et. al. (2012) dari India mengadakan penelitian untuk memperkirakan permintaan dan elastisitas pendapatan untuk jenis ikan yang berbeda di Tripura, dan memperkirakan permintaan ikan. Alat analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS/Regresi berganda), analisis respon elastisitas, PASW 18 (Predictive Analysis Software 18). Hasil dari penelitian ini adalah Koefisien fungsi pengeluaran pangan dan ikan untuk perkotaan Tripura, pedesaan dan secara keseluruhan telah ditemukan positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa respon pengeluaran pangan terhadap perubahan pendapatan dan pengeluaran ikan, perubahan anggaran makanan yang substansial. Dhraief et. al. (2012) dari Tunisia mengadakan penelitian untuk menganalisis dampak variabel sosio-ekonomi dan demografi pada permintaan daging dan ikan oleh konsumen di Tunisia. Alat analisis yang digunakan adalah AIDS (Almost Ideal Demand System). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pola konsumsi daging dan ikan oleh usia, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan yang relatif berbeda sebagai pembeda untuk faktor-faktor ekonomi (pengeluaran pangan dan harga). Perubahan karakteristik demografi
10 10 dan ekonomi yang mempengaruhi perubahan dalam permintaan daging dan ikan. Ogundari (2012) dari Nigeria mengadakan penelitian untuk menganalisis elastisitas permintaan dari daging sapi, daging ayam, dan ikan di Nigeria. Alat analisis yang digunakan adalah analisis respon elastisitas dan kurva Engels. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa elastisitas permintaan dari daging sapi, daging ayam, dan ikan adalah inelastis. Permintaan untuk kualitas daging sapi, daging ayam, dan ikan meningkat karena pendapatan rumah tangga yang meningkat. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut adalah bahwa penelitian ini berbeda dalam jumlah variabel yang diteliti. Penelitian ini juga berbeda waktu penelitian dan tempat penelitian yang dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut memiliki cakupan wilayah yang lebih luas yaitu negara dan internasional, sedangkan cakupan wilayah penelitian ini adalah wilayah di sebuah wilayah kabupaten. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagaimana dari perumusan permasalahan di atas adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis pengaruh harga ikan mas, harga ikan nila, harga ikan tongkol, harga daging ayam, dan pendapatan keluarga terhadap permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong. 2. Menganalisis elastisitas permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong.
11 Manfaat penelitian Diharapkan temuan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi hal-hal berikut. 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam hal penentuan kebijakan terutama dalam mengupayakan ketersediaan pangan khususnya ikan mas di Kabupaten Lebong. 2. Sebagai informasi bagi masyarakat, praktisi dan akademisi dalam mengadakan penelitian lanjutan serta studi-studi tentang permintaan ikan di Kabupaten Lebong. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang direncanakan adalah sebagai berikut. Bab I Pengantar memuat tentang latar belakang, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Dan Alat Analisis menguraikan tentang tinjaua pustaka, landasan teori, dan alat analisis yang digunakan. Bab III Analisis Data Dan Pembahasan menguraikan tentang cara penelitian dan hubungan antar variabel yang diamati, hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan Dan Saran memuat kesimpulan dan saran yang merupakan kesimpulan dari analisis data serta saransaran atau rekomendasi sesuai hasil penelitian.
VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA
161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan penyokong utama perekonomian rakyat. Sebagian besar masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pangan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
199 IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan data Susenas tahun 2008, dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia di berbagai wilayah lebih banyak mengkonsumsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan
Lebih terperinciPRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA
PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA Oleh : I Wayan Rusast Abstrak Pertumbuhan ekonomi telah menggeser pola konsumsi dengan penyediaan produk pangan ternak yang lebih besar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang kehidupan sosial dan ekonomi bagi masyarakat di negara Indonesia ini. Selain menyediakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu daerah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya, dengan cara mengembangkan seluruh sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta
Lebih terperinciNepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12
BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ± 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 Km dan luas laut sekitar 3.273.810 Km². Sebagai negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia menjadi titik berat dalam pembangunan bidang ekonomi. Konsep pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciPROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA
PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat kesejahteraan masyarakat serta merta akan menjadi satu tolak ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan dan jumlah komposisi tenaga kerja tersebut akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan suatu negara diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena
Lebih terperinciAnalisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan ketahanan pangan Nasional pada hakekatnya mempunyai arti strategis bagi pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciBoks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI
Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar
Lebih terperinciANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract
ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA Disusun oleh : Karmila Ibrahim Dosen Fakultas Pertanian Universitas Khairun Abstract Analisis LQ Sektor pertanian, subsektor tanaman pangan,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciPERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK
Jurnal S. Pertanian 1 (3) : 213 222 (2017) PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 1 Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan
I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah
Lebih terperinciDETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan
Lebih terperinciperan menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap pembangunan ekonomi di suatu daerah. Secara umum penduduk berperan sebagai input produksi dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciSeuntai Kata. Bengkulu, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Ir. Dody Herlando, M.Econ.
La p o r a nha s i l Se n s u spe r t a n i a n2 0 1 3Pr o v i n s i Be n g k u l u Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik
Lebih terperinci