BAB IV PERANCANGAN MODEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PERANCANGAN MODEL"

Transkripsi

1 36 BAB IV PERANCANGAN MODEL 4.1 Karakteristik Sistem Model simulasi yang akan dikembangkan menggambarkan sistem persaingan yang terjadi antara tiga produsen semen besar di Indonesia dalam memaksimalkan profit penjualan mereka melalui manejemen logistik dan distribusi yang efektif. PT A berpusat di Jawa Timur, PT B dan PT C berpusat di Jawa Barat. Produk yang akan dipasarkan oleh ketiga produsen tersebut merupakan jenis produk yang sama, yaitu semen jenis OPC. Pasar yang dimodelkan mencakup tujuh daerah atau wilayah yang merupakan pasar bagi ketiga produsen semen tersebut, yaitu: Bali, Jawa Timur, D.I.Y Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Produk dikirim dari pabrik ke masingmasing wilayah pasar dengan menggunakan moda tranportasi darat (truk). Setiap pasar memiliki karakteristik yang berbeda, demikian juga penguasaan pasar (market share) di masing-masing wilayah. PT A yang berpusat di Jawa Timur menguasai pasar di Jawa Timur, walaupun harga produk A di Jawa Timur lebih mahal dibandingkan pesaingnya. PT A mendapatkan profit margin yang cukup besar di Jawa Timur karena menjual produk dengan harga tinggi namun biaya distribusinya cukup rendah. Demikian juga sebalikknya PT B yang berpusat di Jawa Barat menguasai pasar di Jawa Barat. PT B juga mendapatkan profit margin yang cukup besar di Jawa Barat karena menjual produk dengan harga tinggi namun biaya distribusinya cukup rendah. Simulator ini nantinya hanya akan mensimulasikan keputusan-keputusan logistik dan distribusi yang diambil oleh PT A dalam pendistribusian produk dari pabrik sampai ke gudang

2 37 distributor, sedangkan keputusan-keputusan dari PT B dan C dihasilkan melalui generate data. Keputusan-keputusan dari PT B dan C ini nantinya akan mempengaruhi hasil keputusan yang diambil oleh PT A. Dalam model simulator ini, PT A digambarkan memiliki sistem distribusi dengan konfigurasi seperti pada gambar berikut : Gudang Penyangga Gudang Distributor Pabrik Gambar 4.1. Konfigurasi Distribusi Semen Perusahaan A Sepanjang rantai distribusi produk dari pabrik sampai ke distributor, terdapat sejumlah keputusan yang harus diambil oleh pemain, yaitu : 1. Menentukan besarnya kontrak volume untuk transportasi. 2. Menentukan besarnya kontrak volume untuk masingmasing gudang penyangga 3. Menentukan besarnya alokasi ke setiap wilayah propinsi berdasarkan quota distribusi yang ada. 4. Menentukan proporsi alokasi kesetiap alternative konfigurasi distribusi yang ada berdasarkan besarnya alokasi yang telah diputuskan pada poin (3). 5. Menentukan alokasi akhir ke distributor 6. Menentukan harga produk untuk masing-masing wilayah propinsi. Berikut ini adalah penjabaran dari keputusan-keputusan dalam model simulasi ini, yaitu : 1). Menentukan besarnya kontrak volume untuk transportasi. Penentuan besarnya kontrak volume untuk transportasi ini merupakan tahap awal (initial step) dari simulasi ini.

3 38 Dalam hal ini terdapat dua konrak transportasi yang harus diputuskan, yaitu kontrak transportasi dari pabrik ke gudang penyangga dan kontrak transportasi dari pabrik langsung ke distributor. Besarnya kontrak yang ditetapkan diawal ini akan berlaku terus sepanjang periode simulasi. Jadi setelah besarnya kontrak transportasi diputuskan, maka pemain tidak dapat merubah kontrak tersebut pada saat periode simulasi telah berjalan. Dampak dari keputusan kontrak transportasi ini yaitu apabila pemain memutuskan untuk memuat barang melebihi kontrak yang telah dibuat, maka kelebihan tersebut akan dikenakan tarif premium yang besarnya lebih tinggi dari tarif yang sesuai kontrak atau tarif regular. Berikut ini adalah besarnya tarif regular dan premium untuk masing-masing konfigurasi distribusi pada setiap wilayah propinsi. Tabel 4.1. Tarif Biaya Transportasi dari.ke.(rp/ton) 2) Menentukan besarnya kontrak volume untuk gudang penyangga Perusahaan A memiliki gudang-gudang penyangga yang ditempatkan disetiap wilayah propinsi, kecuali di DKI Jakarta dengan tujuan untuk mendekatkan produk ke pasar sehingga permintaan yang menghendaki untuk dipenuhi pada hari itu juga dapat dipenuhi. Status gudang-gudang penyangga tersebut merupakan gudang kontrak, dimana dalam hal ini terdapat dua tarif yang akan terbeban pada

4 39 persediaan yang disimpan di gudang tersebut, yaitu tarif regular dan premium. Dikenakan tarif regular jika penyimpanan yang dilakukan tidak melebihi kontrak volume yang dibuat dan akan terbeban tarif premium untuk setiap unit ton produk tersimpan yang melebihi kontrak volume penyimpanan pada suatu gudang. Seperti halnya pada penentuan kontrak transportasi diatas, penentuan kontrak volume ini juga dilakukan pada tahap awal simulasi. Tabel berikut ini merupakan tabel besarnya tarif regular dan premium dari penyimpanan persediaan (inventory stock) pada setiap gudang penyangga. Tabel 4.2. Tarif Biaya Inventory (Rp/ton) 3) Menentukan besarnya alokasi ke setiap wilayah propinsi berdasarkan quota distribusi yang ada. Penentuan alokasi ke setiap wilayah propinsi ini merupakan alokasi untuk memenuhi perkiraan permintaan pada periode H (sekarang) + lead time delivery. Total alokasi produk keseluruh wilayah propinsi tidak boleh melebihi quota distribusi yang ada dan tidak boleh ada sisa produk yang tidak didistribusikan atau dengan kata lain quota distribusi yang ada tersebut harus terdistribusi seluruhnya. Berikut ini adalah tabel lead time delivery dari pabrik ke setiap wilayah propinsi, quota distribusi per hari, dan perkiraan peramalan

5 40 Tabel 4.3. Lead Time Delivery (hari) Tabel 4.4. Quota Distribusi (ton) Tabel 4.5. Peramalan Permintaan 4) Menentukan proporsi alokasi kesetiap alternatif konfigurasi distribusi Penentuan proporsi alokasi kesetiap alternatif konfigurasi distribusi ini dilakukan setelah total alokasi untuk suatu wilayah telah ditentukan. Jadi dalam hal ini hanya menentukan jalur distribusi yang akan digunakan, apakah seluruhnya didistribusikan langsung dari pabrik ke gudang distributor ataukah seluruhnya didistribusikan

6 41 menuju gudang penyangga atau menggunakan proporsi tertentu. Namun dalam penentuan ini harus mempertimbangkan beberapa faktor yang membantu menekan resiko kesalahan pengambilan keputusan. Faktorfaktor yang semestinya diperhatikan yaitu perkiraan permintaan yang terjadi pada periode H + lead time delivery dan besarnya kontrak transportasi dan gudang penyangga yang telah dibuat. 5) Menentukan alokasi akhir ke distributor Alokasi akhir ke distributor ini merupakan akumulasi dari pasokan yang direlease langsung dari pabrik dengan yang direlease oleh gudang penyangga. Dalam menentukan total produk yang akan direlease ke distributor, pemain atau pengambil keputusan akan dihadapkan pada resiko adanya kemungkinan produk yang direlease tersebut melebihi permintaan sesungguhnya (over supply) dan kemungkinan terjadi pasokan yang lebih rendah dari permintaan. Jika kondisi pertama yang terjadi, maka kelebihan penawaran tersebut tidak dapat ditarik ulang dan akan dijual dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga normalnya. Tabel 4.6 merupakan tabel harga rugi untuk setiap wilayah Tabel 4.6. Ketetapan Harga Rugi pada Setiap Wilayah (Rp/zak) Sedangkan jika kondisi kedua yang terjadi, maka kekurangan pasokan tersebut tetap dapat dipenuhi dengan

7 42 back order. Dengan terjadinya back order berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan yang dalam hal ini yaitu biaya pendistribusian order tersebut dengan suatu tarif premium. Besarnya back order yang dapat dipenuhi bergantung pada besarnya stock yang tersedia di gudang penyangga. Sedangkan jika back order yang ada lebih besar dari stock yang tersedia di gudang penyangga (on-hand inventory), maka back order yang tidak dapat dipenuhi oleh pasokan dari gudang penyangga akan dipenuhi oleh pesaing sehingga pemain akan mengalami loss sales yang mengakibatkan pada penurunan market share. 6) Menentukan harga produk Penentuan harga produk ini memiliki interelasi yang kuat dengan daya serap produk di pasar. Harga produk yang ditetapkan rendah dapat menggerakkan pasar untuk menyerap produk yang kita release dengan lebih tinggi dan sebaliknya harga produk yang ditetapkan tinggi dapat menyebabkan kemampuan beli konsumen turun sehingga akan berdampak pada turunnya market share pemain. 4.2 Perhitungan Peramalan Permintaan Pasar Informasi permintaan pasar pada game simulator ini dihasilkan melalui generate data dengan menggunakan suatu nilai indeks. Nilai indeks tersebut digunakan untuk menggambarkan trend permintaan yang terjadi terhadap produk semen. Data awal yang didapat digunakan sebagai basic demand dalam mengenerate permintaan pasar yang ada adalah sebagai berikut :

8 43 Tabel 4.7. Total Demand Semen OPC dan PPC Data pada tabel diatas merupakan data total demand untuk produk semen dari tiga produsen semen yang ada di pulau Jawa. Untuk menentukan demand yang dimiliki oleh masing-masing produsen, maka nilai demand pada tabel 4.7 diatas dikalikan dengan market share pada tabel 4.8 sehingga dihasilkan demand untuk masing-masing produsen semen yang disajikan pada tabel 4.9. Tabel 4.8. Market Share Semen OPC (%)

9 44 Tabel 4.9. Rata-Rata Demand Harian Semen OPC untuk Masing-Masing Produsen Semen Dari tabel 4.9 diatas kemudian dilakukan generate data untuk menghasilkan informasi permintaan pasar. Berikut ini merupakan merupakan informasi permintaan pasar hasil generate yang disajikan pada tabel 4.10 dan Tabel 4.10 merupakan informasi permintaan yang terjadi sebelum periode simulasi, atau dalam hal ini tabel 4.10 merupakan data history penjualan yang dimiliki oleh setiap produsen tersebut selama 10 hari. Sedangkan tabel 4.11 merupakan tabel yang menyajikan total permintaan yang diramalkan akan terjadi selama periode simulasi dan tabel 4.12 merupakan tabel hasil peramalan permintaan untuk produsen A.

10 45 Tabel History Penjualan Semen OPC untuk Masing- Masing Produsen Semen Tabel Hasil Peramalan Total Demand

11 46 Tabel Hasil Peramalan Permintaan untuk PT. A 4.3 Hasil Rancangan Model Model simulator ini memiliki tiga lembar kerja utama, yang nantinya digunakan oleh pemain (pengambil keputusan) untuk memasukkan keputusan yang diambil. Lembar kerja tersebut, yaitu : Form Initialization Lembar kerja ini merupakan lembar kerja pertama dan digunakan untuk memasukkan keputusan kontrak transportasi dan gudang. Tampilan (interface) lembar kerja tersebut adalah sebagai berikut :

12 47 Gambar 4.2. Tampilan Form Initialization Pada lembar kerja diatas, entry keputusan besarnya kontrak dilakukan secara manual pada kotak-kotak berwarna putih. Jika menghendaki untuk tidak melakukan kontrak, maka pada kotak yang ada diisikan dengan nilai 0

13 48 (nol). Untuk kontrak gudang DKI Jakarta tidak dapat dilakukan karena pada pasar DKI Jakarta tidak terdapat gudang penyangga. Pada lembar kerja ini pula tersaji beberapa informasi data yang dibutuhkan pemain sebelum memasukkan keputusannya. Informasi-informasi data tersebut, yaitu : informasi data-data kinerja masa lalu (past data), informasi hasil peramalan permintaan, dan beberapa parameter yang harus diketahui oleh pemain. Untuk menampilkan masingmasing informasi data tersebut dilakukan dengan mengarahkan kursor pada tombol yang akan anda tampilkan informasinya. Setelah seluruh kotak (box) terisi, selanjutnya tekan tombol OK untuk menuju lembar kerja berikutnya. Lembar Kerja Alokasi dari Pabrik Lembar kerja ini digunakan untuk memasukkan keputusan alokasi dari pabrik ke masing-masing wilayah pasar dan proporsi alokasi pendistribusian yang menuju gudang penyangga dan langsung menuju gudang distributor. Tampilan lembar kerja ini ditunjukkan pada gambar 4.3. Untuk memasukkan keputusan alokasi dari pabrik ke masing-masing wilayah pasar dilakukan melalui cell yang berwarna kuning. Dalam hal ini seluruh quota distribusi harus didistribusikan habis dan juga total alokasi yang dilakukan tidak bisa melebihi quota distribusi atau kapasitas produksi yang ada. Jika masih terdapat produk yang tersisa di pabrik, maka pemain tidak bisa melanjutkan ke lembar kerja berikutnya. Untuk menentukan proporsi alokasi pendistribusian ke gudang dan ke distributor dilakukan dengan menggeser scroll bar.

14 49

15 50 Lembar Kerja Alokasi Untuk Setiap Pasar Lembar kerja ini digunakan untuk memasukkan keputusan alokasi akhir ke gudang distributor dan juga memasukkan nilai harga yang ditetapkan. Tampilan lembar kerja ini ditunjukkan pada gambar 4.4. Pada lembar kerja tersebut, untuk memenuhi alokasi yang diinginkan ke distributor, maka akan diambilkan dari persediaan di gudang penyangga. Pemasukan alokasi dari gudang ke distributor ini dilakukan secara manual melalui cell alokasi yang berwarna kuning. Sedangkan untuk memasukkan harga yang ditetapkan dilakukan melalui cell harga yang berwarna kuning. Jumlah persediaan di gudang (on-hand) pada periode hari H merupakan penjumlahan dari persediaan kemarin (H-1) ditambah dengan jumlah barang yang masuk gudang dikurangi dengan barang yang keluar gudang. Secara matematis dituliskan sebagai berikut : On-Hand H = (on-hand H-1 ) + (jml. barang masuk) (alokasi + back order) Dalam perhitungan biaya inventory untuk hari H, inventory yang terbebani biaya inventory hanya inventory yang berasal dari inventory pada hari sebelumnya (H-1), sedangkan supply produk yang masuk gudang pada hari-h tidak terbebani biaya inventory.

16 51

17 Tahapan Simulasi Gambar 4.5 adalah tahapan dari simulasi ini, mulai awal sampai dengan akhir. Pertama kali yang harus dilakukan oleh pemain ketika lembar kerja form initialization terbuka adalah membaca informasi data yang ada, baik informasi data-data masa lalu (past data), membaca informasi hasil peramalan permintaan, dan membaca parameter-parameter yang ada. Setelah hal tersebut dilakukan, maka berikutnya pemain dapat melakukan pengambilan keputusan kontrak transportasi dan gudang. Berikutnya pemain akan masuk pada lembar kerja kedua, yaitu lembar kerja alokasi dari pabrik. Pada lembar kerja ini, pemain memasukkan keputusan alokasi untuk periode hari H dari pabrik untuk setiap wilayah pasar, dan juga menentukan proporsi alokasinya yang melalui gudang penyangga dan yang langsung ke gudang distributor. Jika total yang dialokasikan pemain masih dibawah kapasitas produksi atau quota distribusi, maka pemain tersebut harus merevisi alokasinya sehingga quota distribusi tersebut terdistribusi semuanya. Keputusan-keputusan berikutnya ini merupakan keputusan yang dijalankan pemain untuk setiap wilayah. Keputusan yang harus diambil berikutnya tersebut, yaitu keputusan alokasi produk dari gudang ke distributor untuk memenuhi jumlah pasokan yang dikehendaki. Sealain itu pemain juga harus menetapkan harga. Jika dengan alokasi tersebut ternyata permintaan yang ada lebih besar, maka kekurangan pasokan tersebut dapat dipenuhi melalui kebijakan back order. Namun demikian, jika on-hand di gudang tidak mampu memenuhi back order tersebut, maka kekurangannya akan dipenuhi oleh pesaing. Perhitungan keuntungan untuk produk yang over supply adalah jumlah alokasi dikurangi dengan jumlah produk yang terjual dikalikan dengan harga rugi yang berlaku untuk suatu pasar tersebut. Sedangkan perhitungan keuntungan untuk produk yang dipenuhi melalui back order adalah jumlah produk back order dikalikan harga yang ditetapkan dikurangi biaya untuk

18 53 memenuhi back order tersebut, yaitu jumlah back order dikalikan tarif transportasi premium untuk pendistribusian dari gudang ke distributor. Lost sale terjadi jika permintaan lebih tinggi dari pasokan dan tidak tersedia cukup persediaan untuk memenuhi kekurangan pasokan tersebut.

19 54 MULAI Tahap pembacaan informasi data history dan parameter-parameter Informasi Data History Data history penjualan Data history market share Data history on hand inventory Data history harga produk Data history biaya yang dikeluarkan untuk transportasi Data history biaya yang dikeluarkan untuk warehouse Data history profit margin Parameter-parameter Biaya kontrak volume untuk transportasi Biaya kontrak volume untuk gudang Quota distribusi Lead time pengiriman kesetiap wilayah Biaya produksi dan distribusi Membaca Informasi Peramalan Permintaan Tahap Inisialisasi Data Tentukan kapasitas kontrak gudang penyangga Tentukan kapasitas distribusi Tahap pengambilan keputusan alokasi harian dari pabrik untuk setiap wilayah pada periode H Berapa yang di alokasikan pabrik ke setiap wilayah? Tentukan proporsi distribusi yang melalui gudang penyangga dan yang langsung ke distributor TIDAK Apakah quota distribusi yang adatelah terserap habis? YA A B

20 55 Gambar 4.5. Tahapan Simulasi 4.5 Implementasi Model Simulasi Kriteria performansi yang digunakan untuk mengukur keputusan logistik dan distribusi yang paling efektif yang diambil oleh masing-masing pemain sebagai pengambil keputusan adalah profit margin yang diperoleh. Dari hasil implementasi model simulator terhadap 10 pemain, diperoleh profit margin setiap

21 56 pemain yang ditunjukkan pada lampiran 1. Grafik 4.1 merupakan total profit margin dari sepuluh pemain tersebut. perbandingan Total Profit Pemain Total Profit PEMAIN Pemain Pemain Pemain Pemain Pemain Pemain Pemain Pemain Pemain Pemain Grafik 4.1. Total Profit Margin Pemain

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, serta manfaat penelitian yang dapat diperoleh. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat yang menggunakan kendaraan tradisional tanpa bahan bakar tidak banyak. Kendaraan yang dimaksud misalnya sepeda, becak, dokar, dll. Karena kendaraan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat literatur dan melakukan studi kepustakaan untuk mengkaji dan menelaah berbagai buku, jurnal, karyai lmiah, laporan dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product

Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product dan Multi Retailer di PT. Petrokimia Gresik Oleh : Novita Purna Fachristy 2507100123 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Perusahaan BIS adalah sebuah perusahaan yang menghasilkan dan mendistribusikan cat. Saat ini perusahaan BIS, punya 8 pabrik manufaktur terletak di

Perusahaan BIS adalah sebuah perusahaan yang menghasilkan dan mendistribusikan cat. Saat ini perusahaan BIS, punya 8 pabrik manufaktur terletak di Hendy Simbolon Perusahaan BIS adalah sebuah perusahaan yang menghasilkan dan mendistribusikan cat. Saat ini perusahaan BIS, punya 8 pabrik manufaktur terletak di kota Atlanta dan Denver. Melayani kurang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan terhadap usulan distribusi dengan metode Distribution Requirement Planning, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang industri semen, dengan kapasitas total produksi

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang industri semen, dengan kapasitas total produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Semen Gresik (Persero). Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri semen, dengan kapasitas total produksi kurang lebih 9 juta ton pertahun. Semen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, supply chain management (SCM) telah menjadi salah satu alat perbaikan bisnis yang paling kuat. Setiap organisasi harus melakukan transformasi baik dari segi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Untuk sekarang ini, selain menginginkan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS SISTEM

BAB IV. ANALISIS SISTEM BAB IV. ANALISIS SISTEM IV.1 DESKRIPSI SISTEM Perencanaan distribusi dan transportasi merupakan sebuah sistem kompleks yang diperlukan perusahaan untuk melengkapi manajemen rantai pasoknya. Distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logistik bukanlah hal yang baru di dunia industri. Sepanjang sejarah logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan mengirimkannya ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi sangat tergantung kepada pemilihan moda transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN. distribusi sangat tergantung kepada pemilihan moda transportasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sistem distribusi barang dan jasa menuntut tingkat efisiensi yang tinggi dan tawaran harga yang kompetitif bagi konsumen yang akan membeli produk maupun bagi korporat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Industri semen merupakan salah satu penopang

Lebih terperinci

Remanufacturing Capacity Planning (RCP) Manajemen Simulator

Remanufacturing Capacity Planning (RCP) Manajemen Simulator Manual Penggunaan Remanufacturing Capacity Planning (RCP) Manajemen Simulator Akhmad Hidayatno Aziiz Sutrisno Rangga Widyatama Laboratorium Rekayasa, Pemodelan dan Simulasi Sistem Departemen Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekumpulan fasilitas, pasokan bahan baku, konsumen, produk dan metode yang digunakan untuk mengontrol penyimpanan produk, pembelian, dan pendistribusian disebut

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI

BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI 4.1 Definisi Logistic Logistik berasal dari bahasa Yunani Logos yang berarti rangsum, kata, kalkulasi, alasan, cara

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian Sebuah manajemen rantai pasok yang baik memerlukan berbagai keputusan yang berhubungan dengan aliran informasi, produk dan dana. Rancang bangun rantai pasokan untuk

Lebih terperinci

MASALAH TRANSPORTASI

MASALAH TRANSPORTASI MASALAH TRANSPORTASI Transportasi pada umumnya berhubungan dengan distribusi suatu produk, menuju ke beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, dan biaya transportasi minimum. Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dari sisi supply chain (rantai pasokan). Perusahaan bersaing dari sisi rantai

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dari sisi supply chain (rantai pasokan). Perusahaan bersaing dari sisi rantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini persaingan antar perusahaan tidak hanya dari sisi produk, harga, dan promosi tapi juga dari sisi supply chain (rantai pasokan). Perusahaan bersaing dari sisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggap dalam mengantisipasi keadaan di masa mendatang. Ditambah dengan krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggap dalam mengantisipasi keadaan di masa mendatang. Ditambah dengan krisis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan era globalisasi, banyak perusahaan dituntut untuk dapat cepat tanggap dalam mengantisipasi keadaan di masa mendatang. Ditambah dengan krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Produksi Beras Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Produksi Beras Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi beras terbanyak di dunia dan menggunakannya sebagai bahan makanan pokok utamanya. Beras yang dikonsumsi oleh setiap

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

#4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM

#4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM #4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM 1. Kompetisi Waktu Salah satu komponen yang dapat menentukan sebuah perusahaan dapat bersaing adalah waktu. Ada pepatah yang mengatakan WAKTU ADALAH UANG. Pepatah ini masih

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara. Proses interaksi antar negara terjadi di berbagai bidang, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah The Council of Logistics Management (CLM), organisasi pelopor logistik di Amerika Serikat yang memiliki anggota sekitar 15.000 orang mendefinisikan Manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Manajemen rantai pasok merupakan salah satu alat bersaing di industri, mulai dari pasokan bahan baku, bahan tambahan, kemasan, pasokan produk akhir ke tangan konsumen

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Bab ini meliputi 2 bagian utama, yaitu analisis data dan hasil penelitian. Analisis data menjabarkan dan mengalkulasikan penelitian yang telah dipaparkan secara

Lebih terperinci

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM dengan Model P Back Order

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM dengan Model P Back Order Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.4, Desember 2013, pp.304-308 ISSN 2302-495X Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM dengan Model P Back Order Edi Junaedi 1, Lely Herlina 2, Evi Febianti 3 1, 2, 3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk item yang diproduksi. Peramalan ini berguna sebagai dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk item yang diproduksi. Peramalan ini berguna sebagai dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahap pertama dalam perencanaan dan pengendalian produksi bila produksi bertipe made to stock adalah menentukan suatu peramalan akurat dari permintaan untuk

Lebih terperinci

Pemodelan Programasi Linier dan Solusi Manual Model Assignment

Pemodelan Programasi Linier dan Solusi Manual Model Assignment Pemodelan Programasi Linier dan Solusi Manual Model Assignment week 08 W. Rofianto, ST, MSi Model Transportasi Kota 1 2 3 4 Pabrik 1 $ 2 /ton $ 3 /ton $ 1.5 /ton $ 2.5 /ton 900 Pabrik 2 $ 4 /ton $ 3.5

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order Edi Junaedi 1, Lely Herlina 2, Evi Febianti 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa edi_junaedist@yahoo.com 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 sebesar 5,1%. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 sebesar 5,1%. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi ekonomi Indonesia yang belum membaik sejak tahun 2013, dan kondisi ekonomi global yang juga mengalami perlambatan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Model Pengangkutan Crude Palm Oil

Model Pengangkutan Crude Palm Oil TUGAS AKHIR Model Pengangkutan Crude Palm Oil (CPO) Untuk Domestik Oleh : Wahyu Aryawan 4105 100 013 Dosen Pembimbing : Ir. Setijoprajudo, M.SE. Bidang Studi Transportasi Laut dan Logistik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PERENCANAAN DISTRIBUSI

STRATEGI DAN PERENCANAAN DISTRIBUSI STRATEGI DAN PERENCANAAN DISTRIBUSI Oleh: Dr. Zaroni, CISCP., CFMP. Head of Consulting Division Supply Chain Indonesia Model bisnis sektor ritel mengalami perubahan besar dalam satu dekade terakhir ini.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventory merupakan salah satu hal yang penting dalam berjalannya proses produksi. Pengendalian inventory merupakan salah satu cara dalam mengendalikan proses produksi

Lebih terperinci

EVALUASI LOKASI GUDANG PENYANGGA DISTRIBUSI SEMEN JALUR DARAT PT. SEMEN PADANG TUGAS AKHIR

EVALUASI LOKASI GUDANG PENYANGGA DISTRIBUSI SEMEN JALUR DARAT PT. SEMEN PADANG TUGAS AKHIR EVALUASI LOKASI GUDANG PENYANGGA DISTRIBUSI SEMEN JALUR DARAT PT. SEMEN PADANG TUGAS AKHIR Oleh: RAHMI SYUKRIA 07173063 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ABSTRAK Semen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan pada laporan penelitian tesis ini memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan diteliti serta tujuan dilakukannya penelitian. Sub bab 1.1 menjelaskan latar belakang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Simulasi 2.1.1. Pengantar Simulasi Dalam dunia manufaktur, simulasi digunakan untuk menentukan schedule produksi, inventory level, dan prosedur maintenance, merencanakan

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Indri Hapsari, Stefanus Soegiharto, Theodore S.K. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia semakin bertambah. Pada tahun 2013 tercatat ada 349 perusahaan industri manufaktur baru yang terdaftar, sehingga totalnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian bahan baku kayu di perusahaan manufaktur Sagitria Collection yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN CYBER-TECHN. VOL 7 NO 1 (2012) OPTIMALISASI PENJUALAN AIR MINERAL DENGAN MODEL LINEAR PROGRAMMING DI CV. TIRTA GROUP.

I. PENDAHULUAN CYBER-TECHN. VOL 7 NO 1 (2012) OPTIMALISASI PENJUALAN AIR MINERAL DENGAN MODEL LINEAR PROGRAMMING DI CV. TIRTA GROUP. OPTIMALISASI PENJUALAN AIR MINERAL DENGAN MODEL LINEAR PROGRAMMING DI CV. TIRTA GROUP Deny Utomo *) ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penjualan air mineral dengan model linear programing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufacture, sebuah proses yang berjalan dari penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufacture, sebuah proses yang berjalan dari penyediaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pada industri manufacture, sebuah proses yang berjalan dari penyediaan material, proses produksi, penyimpanan sampai dengan delivery atau distribusi kepada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan. Perusahaan memproduksi berbagai

Lebih terperinci

Manual Sales Order Online (Distributor)

Manual Sales Order Online (Distributor) Manual Sales Order Online (Distributor) Daftar Isi 1. Proses Pemesanan Semen... 1 2. Fitur Aplikasi... 3 2.1 Pesan Semen... 4 2.2 Pesan Semen Gudang... 7 2.3 Tracking Pesanan... 9 2.4 Edit Pesanan... 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha mengalami perkembangan yang sedemikian cepatnya yang menyebabkan maraknya perusahaan-perusahaan manufaktur yang saling bersaing untuk menjadi yang terbaik

Lebih terperinci

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI PROPOSISI Logistics Value Creation Dari perspektif konsumen, logistik merupakan kegiatan untuk menyampai kan produk ke konsumen secara tepat, yang memenuhi tujuh kriteria tepat. Dikenal dengan tujuh tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia logistik, pendistribusian barang sudah menjadi bagian penting dan sangat diperhatikan. Distribusi merupakan langkah untuk memindahkan dan memasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta

BAB I PENDAHULUAN. produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Tirta Sibayakindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta Sibayakindo memiliki rantai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Lampiran 3 tersebut telah diketahui yang akan menjadi itemstock di store adalah 8. Tabel 5. 1 Hasil Klasifikais Item

BAB V ANALISA HASIL. Lampiran 3 tersebut telah diketahui yang akan menjadi itemstock di store adalah 8. Tabel 5. 1 Hasil Klasifikais Item BAB V ANALISA HASIL 1.1 Analisa Hasil ABC Analysis Dalam penentuan itemapa saja yang dapat di stock di store, peneliti menggunakan metode ABC Analysis melihat dari transaksi penjualan dalam bulan per satu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) Jonathan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PROGRAM MODEL PROBABILISTIK Q

BAB III PROGRAM MODEL PROBABILISTIK Q BAB III PROGRAM MODEL PROBABILISTIK Q 3.1 Karakteristik Model Q Karakteristik kebijakan persediaan model Q ditandai oleh dua hal mendasar sebagai berikut: 1. Besarnya ukuran pemesanan selalu tetap untuk

Lebih terperinci

PENGENALAN WINQSB I KOMANG SUGIARTHA

PENGENALAN WINQSB I KOMANG SUGIARTHA PENGENALAN WINQSB I KOMANG SUGIARTHA PENGENALAN WINQSB Software QSB (Quantity System for business) atau umumnya juga dikenal dengan nama WINQSB (QSB yang berjalan pada sistem operasi Windows) merupakan

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PRODUK SKINCARE DAN PLASTER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia)

PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PRODUK SKINCARE DAN PLASTER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia) PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PRODUK SKINCARE DAN PLASTER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia) DETERMINATION ORDER POLICY SKINCARE AND PLASTER PRODUCT VENDOR MANAGED

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer) PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer) Diana Safitri Yulianti, I Nyoman Pudjawan Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tercapai seefektif dan seefisien mungkin. salah satunya memproduksi pupuk urea. Produk ini di distribusikan ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tercapai seefektif dan seefisien mungkin. salah satunya memproduksi pupuk urea. Produk ini di distribusikan ke berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan monitoring adalah kegiatan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Monitoring digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING VII ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING 7.1. Penentuan Model Linear Programming Produksi Tempe Dampak kenaikan harga kedelai pada pengrajin tempe skala kecil, menengah, dan besar dianalisis dengan menggunakan

Lebih terperinci

FORMULA PKM WAREHOUSE DENGAN INVENTORY SIMULATOR

FORMULA PKM WAREHOUSE DENGAN INVENTORY SIMULATOR FORMULA PKM WAREHOUSE DENGAN INVENTORY SIMULATOR () (BRANCH BANDUNG 1) YUNI WARTONO - (143) INNOVATION AWARD PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk SUGGESTION SYSTEM INNOVATION REPOSITORY A. JUDUL FORMULA PKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money ( BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persediaan (inventory) dapat diartikan sebagai sumber daya mengganggur (idle resource) yang keberadaanya menunggu proses yang lebih lanjut (Nur Bahagia, 2006),

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 23 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Supply Chain Management 3.1.1 Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain: 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai ibu kota Negara Indonesia, Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan tidak akan pernah berhenti menghadapi permasalan internal maupun eksternal. Permasalahan internal menyangkut manajemen finansial, produksi, pemasaran, administrasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

Tentukan alokasi hasil produksi dari pabrik pabrik tersebut ke gudang gudang penjualan dengan biaya pengangkutan terendah.

Tentukan alokasi hasil produksi dari pabrik pabrik tersebut ke gudang gudang penjualan dengan biaya pengangkutan terendah. PENJELASAN METODE STEPPING STONE Metode ini dalam merubah alokasi produk untuk mendapatkan alokasi produksi yang optimal menggunakan cara trial and error atau coba coba. Walaupun mengubah alokasi dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persediaan Ristono (28) menyatakan bahwa persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, pengusaha akan dihadapkan pada resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin berkembang diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang berdiri di tengah kehidupan masyarakat. Berdirinya suatu perusahaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat mempunyai tujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Permasalahan yang terjadi di CARLogistik termasuk kategori kompleks. Berdasarkan hasil analisis dan observasi data yang peneliti lakukan, diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri retail dan chain store telah berkembang pesat dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan customer, baik dalam skala internasional, nasional, bahkan lokal. Walmart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjualan merupakan kegiatan yang mempengaruhi jumlah persediaan, maka pengendalian jumlah persediaan harus diperhatikan. Jumlah persediaan yang terlalu besar ataupun

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN TUGAS AKHIR EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN UNTUK MEMINIMASI BIAYA DISTRIBUSI (Studi Kasus pada Distributor Semen Holcim CV. Putra Abadi ) Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang

Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang Gunawan, et al. / Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang / Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 183 Pengembangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang Gerry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi pula tingkat kebutuhan dari perusahaan akan barang-barang. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. tinggi pula tingkat kebutuhan dari perusahaan akan barang-barang. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan pemasaran dewasa ini, maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan dari perusahaan akan barang-barang. Suatu perusahaan tidak akan

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam dunia bisnis global, persaingan di dunia industri semakin meningkat. Pelanggan mulai bisa membedakan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN BULLWHIP EFFECT PADA SUPPLY CHAIN

PERMASALAHAN BULLWHIP EFFECT PADA SUPPLY CHAIN PERMASALAHAN BULLWHIP EFFECT PADA SUPPLY CHAIN Tita Talitha Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No. 5-11 Semarang Email : tita@dosen.dinus.ac.id Abstract

Lebih terperinci

: Perencanaan pengadaan bahan baku bihun untuk meminimasi total biaya persediaan di PT. Tiga Pilar Sejahtera BAB I PENDAHULUAN

: Perencanaan pengadaan bahan baku bihun untuk meminimasi total biaya persediaan di PT. Tiga Pilar Sejahtera BAB I PENDAHULUAN Nama : Bahtiar Rohmat Judul : Perencanaan pengadaan bahan baku bihun untuk meminimasi total biaya persediaan di PT. Tiga Pilar Sejahtera BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah PT. Tiga Pilar Sejahtera

Lebih terperinci

TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO

TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO www.themegallery.com Apa itu Practical Game? LOGO www.themegallery.com Practical Game adalah permainan ditujukan pada pemahaman konsep pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Istilah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali digunakan pada tahun 1940 oleh Mc Closky dan Trefthen di suatu kota kecil Bowdsey Inggris. Riset Operasi adalah

Lebih terperinci