Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun"

Transkripsi

1 INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2014 Memenuhi maksud Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Pertanggung Jawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, maka berikut disampaikan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2014 untuk diketahui oleh masyarakat dengan harapan dapat memberikan feed back kepada pemerintah daerah berupa masukan, saran dan perbaikan guna penyelenggaraan pemerintahan di tahun yang akan datang. Substansi utama dari Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2014 ini yaitu gambaran dari pelaksanaan penyelenggaraan urusan desentralisasi, tugas pembantuan dan tugas umum pemerintahan selama tahun 2014 yang dilaksanakan oleh. SEJARAH KOTA PAYAKUMBUH Secara de jure Kotamadya Payakumbuh telah ada dan terbentuk pada tahun 1956 bersamaan dengan empat kota lainnya di lingkungan Provinsi Sumatera Tengah yaitu Kotamadya Pekanbaru, Sawahlunto, Padang Panjang dan Solok melalui Undang-undang Nomor 08 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah. Namun, peresmian Kota Payakumbuh sebagai daerah Kotamadya baru dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 1970 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Amir Machmud yaitu melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 08 Tahun 1970 tentang berdirinya Kotamadya Payakumbuh. Keterlambatan perealisasian Kotamadya Payakumbuh disebabkan karena adanya aturan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 1956 yang menyatakan bahwa Payakumbuh dan Solok harus menunggu terlebih dahulu Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang batas daerah. Sementara, peraturan dimaksud bisa dilahirkan apabila Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota dan Propinsi Sumatera Tengah sudah menyampaikan bahanbahan usulan. Dalam kenyataannya, bahan-bahan usulan dimaksud cukup sulit untuk dihadirkan dikarenakan berbagai dinamika dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan. Dengan terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan disusul kemudian dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR-DPR dan DPRD serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1969 membawa angin segar terhadap upaya percepatan perealisasian Kotamadya Payakumbuh. Dalam peraturan ini dinyatakan bahwa jumlah anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat yang dipilih untuk Daerah Pemilihan/Daerah Tingkat I Sumatera Barat adalah sebanyak 14 orang. Sementara Daerah Tingkat I Sumatera Barat saat itu hanya memiliki 8 Kabupaten dan 4 Kotamadya. Hal ini menjadi peluang bagi Payakumbuh dan Solok untuk segera diresmikan sebelum Pemilu Tahun Pada tahun 1970 terbentuklah Panitia Realisasi Kotamadya Payakumbuh yang dipimpin oleh H. C. Israr berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Barat Nomor 95/GSB/70 Tanggal 08 Juli 1970 dan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Limapuluh Kota Nomor 16/Blk 70 Tanggal 1 Agustus Panitia Realisasi Kotamadya Payakumbuh bertugas menentukan batas Kota, menyusun profil nagari yang akan bergabung ke Kota dan menginventarisir bangunan untuk sarana pemerintahan dan rumah Walikota termasuk masalah keuangan. Segera setelah Panitia Realisasi Kotamadya Payakumbuh menyelesaikan tugas-tugasnya, dibentuklah Panitia Peresmian Kotamadya Payakumbuh. Sesuai dengan radiogram Menteri Dalam Negeri Nomor SDP.9/6/181, peresmian Kotamadya Payakumbuh dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 1970 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kecamatan Padang Panjang Timur, Kecamatan Padang Panjang Barat di Kotamadya Daerah Tingkat II Padang Panjang, Kecamatan Sawahlunto Utara, Kecamatan Sawahlunto Selatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kecamatan Tanjung Harapan di Kotamadya Daerah Tingkat II Solok, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kecamatan Payakumbuh Barat dan Kecamatan Payakumbuh Timur di Kotamadya Daerah Tingkat II Payakumbuh dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat, Kota Payakumbuh hanya terdiri atas tiga kecamatan dan 73 kelurahan yaitu Kecamatan Payakumbuh Barat dengan 31 kelurahan, Kecamatan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan dan Kecamatan Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan. Dalam upaya mempercepat pelayanan dan mempermudah jangkauannya serta sejalan dengan usulan masyarakat Nagari Lamposi, Nagari Aua Kuniang dan Nagari Limbukan untuk mengusulkan pemekaran kecamatan maka pada tahun 2008 dilakukanlah pembentukan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dan Kecamatan Payakumbuh Selatan serta pemekaran kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 12 Tahun 2008 Tanggal 16 September 2008 tentang Pemekaran Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh dan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 13 Tahun 2008 Tanggal 16 September 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dan Kecamatan Payakumbuh Selatan. Selanjutnya dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Kelurahan, melakukan penataan Kelurahan dengan berpedoman kepada Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 07 Tahun 2013 tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan di lingkungan. Pada tahun 2014 dilakukan penataan terhadap 25 Kelurahan menjadi 11 Kelurahan yang ditetapkan melalui 11 Peraturan Daerah, yaitu: 1. Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Koto Tuo Limo Kampuang. 2. Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Kapalo Koto Ampangan. 3. Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Padang Alai Bodi. 4. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Nunang Daya Bangun. 5. Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Padang Tinggi Piliang. 6. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Padang Tiakar. 7. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Sicincin. 8. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Tiakar. 9. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Ompang Tanah Sirah. 10. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Taratak Padang Kampuang. 11. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelurahan Tigo Koto Dibaruah. Dengan ditetapkannya 11 Peraturan Daerah sebagaimana tersebut di atas, pada akhir tahun 2014 yang lalu, jumlah kelurahan di Kota Payakumbuh adalah sebanyak 62 Kelurahan, yaitu 20 Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Barat, 20 Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara, 9 Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Timur, 7 Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Selatan dan 6 Kelurahan di Kecamatan Lamposi Tigo Nagori. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

2 GAMBARAN UMUM KOTA PAYAKUMBUH 1. Kondisi Geografis Daerah Luas wilayah Kota Payakumbuh adalah hektar (80,43 km²) yang setara dengan 0,19% dari luas Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kota Payakumbuh terletak pada posisi ' ' Bujur Timur dan 0 10' 0 17' Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Limapuluh Kota yaitu: a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Limapuluh Kota. b. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Luak dan Kecamatan Situjuh Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota. c. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota. d. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Luak dan Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota. Kondisi topografi wilayah Kota Payakumbuh dapat dikatakan bervariasi yaitu antara datar, curam dan sangat curam. Kota Payakumbuh berada pada ketinggian sekitar meter di atas permukaan laut. Kota Payakumbuh dilalui oleh lima buah sungai yaitu Batang Agam (14,6 km), Batang Pulau (11,4 km), Sungai Talang (11,4 km), Batang Sikali (10 km) dan Batang Lampasi (11,6 km). Suhu udara rata-rata Kota Payakumbuh yaitu 26 C dengan kelembaban udara berkisar antara 45-50%. Curah hujan di Kota Payakumbuh tergolong sedang yaitu rata-rata mm per tahun dengan jumlah hari hujan 156 hari setahun. Musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan September. 2. Kondisi Administrastif Daerah Secara administrasi pemerintahan, Kota Payakumbuh terdiri dari 5 Kecamatan dan 62 Kelurahan, yang sebelumnya terdiri dari 76 Kelurahan. Penggabungan kelurahan ini terjadi dari 25 kelurahan menjadi 11 kelurahan pada empat Kecamatan di Kota Payakumbuh, kecuali Kecamatan Lamposi Tigo Nagari. Berikut daftar nama kelurahan baru dan Peraturan Daerah yang mendasari pembentukannya. No Nomor Perda Nama Kelurahan 1. 5 Tahun 2014 Koto Tuo Limo Kampuang (Penggabungan Kelurahan Koto Tuo dan Kelurahan Limo Kampuang) 2. 6 Tahun 2014 Kapalo Koto Ampangan 3. 7 Tahun 2014 Padang Alai Bodi (Penggabungan Kelurahan Kapalo Koto dan Kelurahan Ampangan) (Penggabungan Kelurahan Padang Alai dan Kelurahan Bodi) Tahun 2014 Sicincin Tahun 2014 Tiakar (Penggabungan Kelurahan Sicincin Mudik dan Kelurahan Sicincin Hilir) (Penggabungan Kelurahan Ranah, Kelurahan Balai Batimah dan Kelurahan Balai Nan Tuo) Tahun 2014 Ompang Tanah Sirah (Penggabungan Kelurahan Talawi, Kelurahan Balai Batuang dan Kelurahan Tanjuang Anau) Tahun 2014 Taratak Padang Kampuang (Penggabungan Kelurahan Payonibung dan Kelurahan Tambago) Tahun 2014 Tigo Koto Dibaruah Sumber: Bagian Hukum Setdako Payakumbuh (Penggabungan Kelurahan Nan Kodok, Kelurahan Payolinyam dan Kelurahan Kaniang Bukik) Berikut diuraikan nama kecamatan dan nama kelurahan yang ada di Kota Payakumbuh setelah penggabungan dan pembentukan kelurahan baru pada tahun No. Kecamatan Kelurahan A. Kecamatan Payakumbuh Barat 1 Balai Nan Duo 2 Bulakan Balai Kandi 3 Nunang Daya Bangun 4 Ibuah 5 Koto Tangah 6 Kubu Gadang 7 Labuah Basilang 8 Padang Datar 19 Padang Tangah 10 Padang Tinggi Piliang 11 Payolansek 12 Pakan Sinayan 13 Parak Batuang 14 Parik Rantang 15 Subarang Batuang 16 Sungai Pinago 17 Talang 18 Tanah Mati 4. 8 Tahun 2014 Nunang Daya Bangun (Penggabungan Kelurahan Nunang dan Kelurahan Daya Bangun) 5. 9 Tahun 2014 Padang Tinggi Piliang Tahun 2014 Padang Tiakar (Penggabungan Kelurahan Padang Tinggi dan Kelurahan Piliang) (Penggabungan Kelurahan Padang Tiakar Hilir dan Kelurahan Padang Tiakar Mudik) B. Kecamatan Payakumbuh Utara 19 Tanjuang Gadang 20 Tanjuang Pauh 1 Balai Baru 2 Balai Cacang 3 Balai Gadang 4 Balai Gurun 5 Balai Jariang Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

3 C. Kecamatan Payakumbuh Timur D. Kecamatan Payakumbuh Selatan E. Kecamatan Lamposi Tigo Nagori 6 Balai Kaliki 7 Bunian 8 Cubadak Aia 9 Koto Baru 10 Kubu Gadang 11 Labuah Baru 12 Muaro 13 Tigo Koto Dibaruah 14 Napar 15 Taratak Padang Kampuang 16 Padang Kaduduak 17 Pasia 18 Ompang Tanah Sirah 19 Tarok 20 Taruko 1 Tiakar 2 Balai Jariang 3 Koto Baru 4 Koto Panjang 5 Padang Alai Bodi 6 Padang Tiakar 7 Padang Tangah Payobada 8 Payobasuang 9 Sicincin 1 Aua Kuniang 2 Balai Panjang 3 Kapalo Koto Ampangan 4 Koto Tuo Limo Kampuang 5 Limbukan 6 Padang Karambia 7 Sawah Padang 1 Koto Panjang Dalam 2 Koto Panjang Padang 3 Padang Sikabu 4 Parambahan 5 Parit Muko Aie 6 Sungai Durian Sumber: Bagian Pemerintahan Setdako Payakumbuh Pembagian wilayah administratif, lokasi ibukota kecamatan dan luas wilayah masing-masing kecamatan di Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel berikut. No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (Km2) 1. Payakumbuh Barat Tanjung Pauh 19,06 2. Payakumbuh Utara Padang Kaduduak 14,53 3. Payakumbuh Timur Tiakar 22,73 4. Payakumbuh Selatan Sawah Padang 14,68 5. Lamposi Tigo Nagari Sungai Durian 9,43 T O T A L 80,43 Sumber: Bagian Pemerintahan Setdako Payakumbuh 3. Gambaran Umum Demografis Pandangan terhadap penduduk seperti pisau bermata dua, satu sisi sebagai asset dan sisi lain sebagai beban. Penduduk merupakan aset jika pertambahannya akan meningkatkan daya saing atau nilai tambah, sebaliknya merupakan beban jika kehadirannya mengurangi daya saing. Laju pertumbuhan penduduk merupakan indikator yang menunjukkan kecepatan perubahan penduduk di suatu daerah. Data ini akan dapat membantu pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan, khususnya mengenai penyediaan perumahan, pendidikan, dan fasilitas sosial lainnya yang secara keseluruhan mempengaruhi pola pemukiman penduduk dan struktur ruang daerah. Selain itu, informasi mengenai jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dapat digunakan oleh pemerintah daerah dalam menentukan target pemasukan melalui pajak/retribusi di masa yang akan datang. Masalah kependudukan yang terdapat di setiap daerah bukan hanya menyangkut masalah kelahiran, kematian, dan migrasi tetapi menyangkut pula masalah sosial budaya, politik, pertahanan dan keamanan yang dapat menghambat usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan sumberdaya manusianya. Jika pertumbuhan dilihat dari data Susenas, untuk Kota Payakumbuh laju pertumbuhan penduduk tahun tercatat 1,79. Angka tersebut lebih tinggi dari pada pertumbuhan penduduk Sumatera Barat pada periode yang sama pada kisaran 1,14. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik diperoleh jumlah penduduk Kota Payakumbuh tahun 2013 sebanyak jiwa, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dengan sex ratio 99. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2013 lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya perbedaan cara hitung, dimana penduduk yang ditampilkan merupakan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dengan demikian didapatkan pertumbuhan penduduk sebesar 0,98% dibandingkan dengan tahun Peningkatan jumlah penduduk berdampak langsung kepada peningkatan kepadatan yaitu dari jiwa perkilometer persegi pada tahun 2012, menjadi jiwa perkilometer persegi pada tahun Kecamatan yang paling padat penduduknya tetap Kecamatan Payakumbuh Barat, sama dengan tahun sebelumnya dan yang paling kecil adalah Kecamatan Payakumbuh Selatan. Penduduk Kota Payakumbuh pada tahun 2013 berjumlah jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 0,98% selama Pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibanding dengan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sumatera Barat yaitu 1,32% tahun Komposisi penduduk Kota Payakumbuh menurut jenis kelamin tahun menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

4 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Total Sex Ratio Sumber: Payakumbuh Dalam Angka 2014 Kemudian dari komposisi penduduk Kota Payakumbuh berdasarkan kelompok umur menunjukkan proporsi yang baik dimana penduduk dengan usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar bila dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif (<15 tahun dan 64 tahun>). Jumlah penduduk menurut kelompok umur per jenis kelamin di Kota Payakumbuh tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut. Kelompok Umur Tahun 2013 Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Sumber: Payakumbuh Dalam Angka 2014 Berdasarkan data tabel 1.5 diatas terlihat bahwa proporsi penduduk usia < 15 tahun adalah 30,011%; jumlah usia produktif tahun adalah 64,506%; dan jumlah penduduk usia tidak produktif > 64 adalah 5,483% pada tahun Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Payakumbuh berada pada struktur umur transisi. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Sementara itu penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi karena sudah melewati masa pensiun. Penduduk usia tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat produktivitas penduduk tinggi, mengingat persentase penduduk usia produktif yang relatif besar. Pertambahan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per tahun di Kota Payakumbuh. Angka ini dapat dinyatakan dalam persentase seperti terlihat pada tabel berikut. Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertambahan Penduduk per Tahun (%) , , , , ,98 Sumber: Payakumbuh Dalam Angka 2014 Peningkatan jumlah penduduk berdampak langsung kepada peningkatan kepadatan yaitu dari jiwa perkilometer persegi pada tahun 2012, menjadi jiwa perkilometer persegi pada tahun Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Payakumbuh Barat yaitu jiwa per kilometer persegi dan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Payakumbuh Selatan yaitu 712 jiwa per kilometer persegi. Sementara kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 adalah sebesar 120 orang per kilometer persegi dan Kota Payakumbuh merupakan kota terpadat ketiga setelah Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Kepadatan penduduk merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan tingkat kehidupan sosial masyarakat. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin kompleks permasalahan sosial yang akan dihadapi oleh suatu daerah. Tingkat kepadatan penduduk menunjukkan jumlah penduduk di suatu wilayah pada tahun tertentu dibandingkan dengan luas wilayah yang dihuninya, dengan kata lain banyaknya penduduk di suatu wilayah untuk setiap kilometer persegi. Tingkat kepadatan yang ideal di suatu daerah tidak dapat ditentukan dengan pasti, karena tergantung dari potensi yang dimiliki dan kemampuan penduduk di daerah tersebut untuk memanfaatkan potensi yang ada. Tingkat kepadatan yang tinggi di daerah perkotaan sangat rawan terhadap terjadinya konflik sosial yang muncul di masyarakat, seperti banyaknya pengangguran dan munculnya lingkungan kumuh atau lingkungan yang tidak memadai. Hal ini akan menyulitkan pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas-fasilitas sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebaliknya jika tingkat kepadatan penduduk terlalu rendah akan menyebabkan penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat relatif mahal. Sehingga ukuran kepadatan penduduk akan lebih bermakna bila dikaitkan dengan potensi yang ada dalam suatu daerah. Jumlah penduduk dan kepadatan per kecamatan di Kota Payakumbuh tahun 2013 seperti pada tabel berikut. No Kecamatan Payakumbuh Barat Payakumbuh Utara Payakumbuh Timur Payakumbuh Selatan Lamposi Tigo Nagori Luas (Km2) 19,66 14,53 22,73 14,09 9,42 Jumlah Penduduk (Jiwa) Penduduk RT Kepadatan Penduduk Kota Payakumbuh 80, Sumber: Payakumbuh Dalam Angka Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

5 Karakteristik penduduk yang paling penting dan berpengaruh terhadap tingkah laku sosial ekonomi penduduk adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut komposisi penduduk dan jenis kelamin. Sex ratio penduduk Kota Payakumbuh adalah 99 atau setiap 100 perempuan terdapat 99 laki-laki. Berikut dapat dilihat jumlah penduduk menurut jenis kelamin per kecamatan di Kota Payakumbuh tahun 2013 digambarkan pada tabel berikut. No. Kecamatan Penduduk Lk Pr Lk + Pr Sex Ra tio 1 Payakumbuh Barat Payakumbuh Utara Payakumbuh Timur Payakumbuh Selatan Lamposi Tigo Nagori Kota Payakumbuh Sumber: Payakumbuh Dalam Angka 2014 Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perubahan penduduk adalah tingkat kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Fertilitas menunjukkan banyaknya kelahiran yang dialami oleh seorang wanita yang dinyatakan dalam jumlah bayi yang dilahirkan hidup. Fertilitas sebagai bagian yang turut mempengaruhi pertumbuhan penduduk telah diupayakan oleh Pemerintah untuk dikendalikan agar pertumbuhan penduduk dapat menurun. Hal ini dicerminkan oleh salah satu program pemerintah untuk menciptakan keluarga berkualitas dengan 2 orang anak lebih baik. Jumlah anak yang banyak akan berpengaruh pada resiko kesehatan ibu dan anaknya, serta beban ekonomi yang harus ditanggung oleh keluarga tersebut. Pada tahun 2013 di Kota Payakumbuh, rata-rata anak lahir hidup 1,60 anak per wanita dan rata-rata yang pernah lahir dan sekarang masih hidup sebesar 1,57. Artinya rata-rata anak yang pernah dilahirkan oleh wanita usia subur (15-49) berkisar 1-2 orang dan anak tersebut sekarang masih hidup. Berikut tabel rata-rata anak yang pernah dilahirkan per wanita yang pernah kawin dan sekarang masih hidup tahun Kelompok Umur Ibu Yang Pernah Dilahirkan Jumlah Anak Sekarang Masih Hidup ,39 0, ,52 1, ,87 1, ,77 2, ,23 2, ,10 3,01 Sumber: INKESRA Kota Payakumbuh Tahun 2013 No. Strategi pembangunan pendidikan dijabarkan melalui empat sendi pokok yaitu pemerataan kesempatan, relevansi pendidikan dengan pembangunan, kualitas pendidikan dan efisiensi pengelolaan. Pemerataan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan diupayakan dengan menambah sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah dan penambahan tenaga pengajar baik untuk pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi. Relevansi pendidikan menjadi salah satu aspek penting yang dapat mendukung upaya Pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Kualitas pendidikan ditingkatkan dengan maksud untuk menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengelolaan pendidikan dimaksud agar pendidikan diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Salah satu upaya untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menunjang keberhasilan di bidang pendidikan, maka peningkatan jumlah sarana pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung. Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan diharapkan dapat memperluas jangkauan pelayanan dan kesempatan memperoleh pendidikan dalam rangka menunjang program wajib belajar. Disamping kelengkapan prasarana pendidikan yang memadai, banyaknya kelas dan guru sangat menentukan bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik. Berikut jumlah sarana dan prasarana pendidikan tahun di Kota Payakumbuh. Jenis Sekolah Kementerian yang membawahi Diknas Agama Jml. Diknas Agama Jml. 1 TK SD/MI SMP/MT s 4 SMA/SM K/MA 5 Akademi/ Univ Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Ukuran lain yang biasanya digunakan adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu jumlah penduduk yang masih sekolah pada masing-masing kelompok usia sekolah dibagi dengan jumlah penduduk di masing-masing kelompok usia sekolah yang bersangkutan. APS dibagi dalam 3 kelompok umur yaitu 7-12 tahun mewakili usia sekolah SD, tahun mewakili SLTP dan tahun mewakili SLTA. Jika dilihat dari tingkat pendidikan yang telah ditamatkan pada tahun 2012, sekitar 20,06% menamatkan pendidikan Sekolah Dasar. Sementara itu penduduk yang menamatkan pendidikan SMP/MTs (20,45%), SMA/SMK/MA (29,75%) dan perguruan tinggi (11,68%) menunjukkan kenaikan dibanding tahun Perubahan ini menunjukkan suatu perkembangan yang baik. Berikut persentase penduduk usia 10 tahun ke atas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki pada tahun Untuk menggambarkan sejauh mana program Pemerintah dalam bidang pendidikan tercapai di Kota Payakumbuh digunakan berbagai indikator di bidang pendidikan antara lain jumlah sarana pendidikan, Angka Partisipasi Sekolah, tingkat pendidikan penduduk dan Angka Melek Huruf penduduk. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

6 No Tingkat Pendidikan Tahun Provinsi Sumbar Tidak punya ijazah 19,46 18,05 18,39 26,23 2 SD / MI 22,63 20,06 22,72 24,44 3 SMP/MTs 19,22 20,45 18,16 18,82 4 SMA/SMK/MA 28,60 29,75 30,38 23,59 5 Akademi/Univ. 10,10 11, D1 s.d D ,61 2,24 7 D4/S ,76 4,17 8 S2/S ,98 0,51 Sumber: INKESRA Kota Payakumbuh Tahun 2013 Rata-rata lama sekolah adalah indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat rata-rata jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk usia 15 tahun ke atas. Bila dilihat dari ratarata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh yang berumur 15 tahun keatas pada tahun 2013 adalah 9,91 tahun. Artinya rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh baru sampai level tamat Sekolah Lanjutan Atas kelas satu. Kondisi ini masih sama dengan Tahun Rata-rata Lama Sekolah Kota Payakumbuh ini lebih tinggi dari rata-rata Provinsi Sumatera Barat yang tercatat hanya 8,63 pada tahun Berikut rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas Kota Payakumbuh tahun Tahun Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) , , ,91 Sumbar ,63 Sumber: INKESRA Kota Payakumbuh Tahun 2013 Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari Angka Melek Huruf yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Angka Melek Huruf di Kota Payakumbuh pada tahun 2013 sebesar 99,36%. Ini artinya dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas terdapat 99 orang yang bisa membaca dan menulis, sedangkan yang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin 1 orang. Bila dibandingkan dengan angka Provinsi Sumatera Barat yaitu 97,38% maka Kota Payakumbuh masih berada di atas Provinsi Sumatera Barat. Angka Putus Sekolah adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan di bidang pendidikan dan untuk melihat keterjangkauan pendidikan maupun pemerataan pendidikan pada masing-masing kelompok umur (7-12, dan tahun). Semakin tinggi Angka Putus Sekolah menggambarkan kondisi pendidikan yang tidak baik dan tidak merata. Pada tahun 2013, Angka Putus Sekolah pada jenjang SD adalah 0%, SMP/MTS adalah 1,54% dan SMA/SMK/MA adalah 10,03%. Bila dibandingkan dengan angka rata-rata Provinsi Sumatera Barat, Angka Putus Sekolah di Kota Payakumbuh masih lebih rendah untuk semua jenjang pendidikan. Penduduk dilihat dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu daerah. Namun, tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk berusia kerja lah yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang mencari pekerjaan/mempersiapkan usaha. Sedangkan yang masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, pensiunan dan lain-lain. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2013 dapat memberikan gambaran umum tentang keadaan ketenagakerjaan di Kota Payakumbuh yang meliputi komposisi Angkatan Kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka. Secara keseluruhan, jumlah angkatan kerja lebih banyak dari pada penduduk yang bukan angkatan kerja. Pada tahun 2013, proporsi angkatan kerja adalah 66,75% dari jumlah penduduk 15 tahun keatas dan bukan angkatan kerja adalah 33,24%. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Payakumbuh Tahun 2013 adalah 66,8%. Ini lebih tinggi dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 yaitu 66,6%. Tahun 2013 TPAK laki-laki sebesar 82,5 lebih tinggi dari pada TPAK perempuan sebesar 51,6 karena penduduk laki-laki umumnya pencari nafkah utama di keluarga. Rendahnya TPAK perempuan disebabkan kegiatam utama perempuan masih banyak bertumpu pada mengurus rumah tangga dibandingkan menjadi angkatan kerja (bekerja atau mencari kerja). Bila ditinjau dari jenis kelamin, pada penduduk laki-laki persentase angkatan kerjanya jauh lebih tinggi dari bukan angkatan kerja. Berbeda dengan penduduk perempuan, dimana proporsi antara angkatan kerja dengan bukan angkatan kerja sangat tipis bedanya. Hal ini disebabkan penduduk perempuan banyak kegiatannya mengurus rumah tangga. Jenis Kegiatan Tahun 2013 Lk Pr Total Angkatan Kerja Bekerja Tahun Angka Melek Huruf - Mencari Kerja/ Pengangguran , , ,36 Sumbar ,38 Sumber: INKESRA Kota Payakumbuh Tahun 2013 Bukan Angkatan Kerja Sekolah Lainnya JUMLAH Sumber: Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2014 Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

7 No. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja memberikan informasi tentang penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi, dimana gambaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel berikut. Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Laki-laki Perempuan Jumlah ,9 50,3 67, ,9 50,6 67, ,5 51,6 66,8 Sumbar ,5 51,5 66,6 Sumber: INKESRA Kota Payakumbuh 2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Payakumbuh tahun 2013 sebesar 66,8%. Ini berarti bahwa penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi (bekerja dan mencari kerja) sekitar orang dari setiap 100 orang penduduk usia kerja. Dibandingkan dengan keadaan angkatan kerja tahun sebelumnya, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2013 mengalami sedikit perubahan dari tahun Tahun 2013, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja lakilaki sebesar 82,5% lebih tinggi dari pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan sebesar 51,6% karena penduduk lakilaki umumnya pencari nafkah utama di keluarga. Rendahnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan disebabkan kegiatan utama perempuan masih banyak bertumpu pada mengurus rumah tangga dibandingkan menjadi angkatan kerja (bekerja atau mencari kerja). Bila dibanding dengan angka rata-rata Provinsi Sumatera Barat yaitu 66,6%, maka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Payakumbuh masih lebih tinggi. Proporsi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan angka yang menunjukkan distribusi/penyebaran penduduk bekerja di setiap lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan tersebut disederhanakan menjadi lima kelompok besar, yaitu pertanian, industri, perdagangan, jasa-jasa dan lain-lain. Pada Tahun 2013, jasa kemasyarakatan merupakan lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak yaitu sebesar 29,50%, sektor ini didominasi oleh penduduk perempuan yaitu 37,10% sedang laki-laki hanya 24,30%. Sektor kedua yang menyerap tenaga kerja cukup banyak adalah perdagangan yaitu 28,80% dan sektor ketiga adalah pertanian yaitu 19%, sektor ini juga didominasi oleh penduduk perempuan yang mencapai 20,40%. Lapangan Usaha Sumb ar L P (L+P) L P (L+P) Pertanian 25,80 19,24 40,66 18,20 20,40 19,00 39,3 2 Industri 6,14 13,85 7,80 6,80 8,60 7,50 6,5 3 Perdagangan 26,03 33,48 21,19 27,40 31,20 28,80 22,9 4 Jasa Kemasyarak atan 17,34 26,52 16,00 24,30 37,10 29,50 17,4 5 Lainnya 24,69 6,91 14,41 23,30 2,70 15,50 13,9 Sumber: INKESRA Kota Payakumbuh Tahun Kondisi Ekonomi Keberhasilan dalam pemerataan pembangunan merupakan modal utama dalam upaya meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan perekonomian rakyat, memperkukuh kesetiakawanan sosial, menanggulangi kemiskinan, dan mencegah proses munculnya kemiskinan baru yang mungkin timbul. Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan dari penduduk yang disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin, dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan. Rendahnya pendapatan penduduk miskin mengakibatkan rendahnya pendidikan dan kesehatan sehingga mempengaruhi produktivitas mereka yang sudah rendah dan meningkatkan beban ketergantungan bagi masyarakat. Penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan mencakup mereka yang berpendapatan sangat rendah, tidak berpendapatan tetap, atau tidak berpendapatan sama sekali. Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi diukur melalui penilaian terhadap indikator pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), laju inflasi, PDRB per kapita, indeks gini, pemerataan pendapatan versi Bank Dunia, indeks ketimpangan Wiliamson, persentase penduduk di atas garis kemiskinan, dan angka kriminalitas. Namun karena keterbatasan data, maka pada fokus ini hanya diulas beberapa indikator yang terkait dengan tingkat kesejahteraan masyarakat melalui penggunaan data PDRB, diantaranya pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dan PDRB per kapita. Sementara pada fokus pemerataan ekonomi belum bisa diulas karena di kota Payakumbuh belum ada hasil survey atau penelitian yang menyangkut dengan angka Indeks Gini dan Indeks Ketimpangan Wiliamson. Kondisi perekonomian Kota Payakumbuh yang digambarkan melalui data PDRB tahun menunjukkan bahwa terdapat 3 sektor yang mengalami peningkatan kontribusi terhadap perekonomian kota Payakumbuh, yaitu; sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sebagaimana tergambar pada tabel berikut. PERINCIAN 2012 % 2013*) % 1. Pertanian ,57 a. Tanaman Pangan dan Hortikultura , , ,83 9,99 6, ,77 6,42 b. Perkebunan 7.140,86 0, ,06 0,28 c. Peternakan ,85 2, ,11 2,61 d. Kehutanan X X e. Perikanan ,85 0, ,89 0,69 Pertambangan dan Penggalian a. Migas dan Gas Bumi ,14 0, ,10 0,45 b. Non Migas X X X c. Penggalian ,14 0, ,10 0,45 3. Industri Pengolahan ,76 X 7, ,85 7,40 a. Industri Migas X X b. Industri Tanpa 7, ,85 7,40 Migas ,76 Listrik, Gas dan Air ,41 1, ,78 1,61 Bersih a. Listrik ,45 1, ,88 1,12 b. G a s X X c. Air Bersih ,96 0, ,91 0,49 5. Bangunan ,62 Perdagangan, Hotel dan 6. Restoran ,59 a. Perdagangan Besar dan Eceran ,29 9, ,81 9,18 20, ,97 20,68 19, ,64 19,69 b. H o t e l 1.737,35 0, ,95 0,07 c. Restoran ,95 0, ,38 0,92 Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

8 7. 8. PERINCIAN 2012 % 2013*) % Pengangkutan dan Komunikasi a. Angkutan , ,54 19, ,07 19,73 17, ,65 16,75 1. Kereta Api X X 2. Jalan Raya (Darat) ,60 16, ,21 16,38 3. Angkutan Laut, Sungai, Danau dan X X Penyeb. 4. Ang.kutan Udara X X 5. Jasa Penunjang Angkutan 9.784,93 0, ,44 0,38 b. Komunikasi ,42 2, ,42 2,98 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ,05 a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank dan Jasa Penunjang / Keuangan ,90 9, ,23 9,25 4, ,49 4, ,72 0, ,90 0,53 c. Sewa Bangunan ,57 3, ,21 3,88 Berdasarkan kelompok sektor, selama tiga tahun terakhir ( ) perekonomian kota Payakumbuh masih didominasi oleh sektor tersier dengan kontribusi rata-rata 71,36% dari nilai PDRB yang mencakup aktivitas jasa-jasa secara umum (meliputi lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran; lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi; lapangan usaha keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan lapangan usaha jasa-jasa), kemudian diikuti oleh kelompok sektor sekunder dengan kontribusi rata-rata sebesar 18,19% dari nilai PDRB (meliputi lapangan usaha industri; dan lapangan usaha listrik, gas dan air minum, dan lapangan usaha bangunan); dan kelompok sektor primer dengan kontribusi rata-rata sebesar 10,44% dari PDRB (mencakup Lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian). No. Klp. Sektoral 1 Primer 2 Sekunder 3 Tersier Total Sumber: PDRB Kota Payakumbuh 2014 *) data sementara Distribusi (%) *) Ratarata 10,60 10,55 10,47 10,46 10,44 10,50 17,56 17,88 18,57 18,46 18,19 18,13 71,84 71,57 70,96 71,07 71,36 71,36 100,00 100,00 100,00 100, ,00 d. Jasa Perusahaan 2.232,86 0, ,63 0,09 9. Jasa-Jasa / Services a. Pemerintahan Umum dan Pertahanan b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakat an 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah Tangga , , ,45 21, ,22 21,70 14, ,90 14,37 7, ,31 7, ,38 2, ,75 2, ,69 0, ,52 0, ,38 4, ,04 4,92 P D R B ,35 100, ,86 100,00 Sumber: PDRB Kota Payakumbuh 2014 x): Data sementara No. PDRB atas dasar harga berlaku maupun harga konstan tahun 2013 mengalami kenaikan dibandingkan tahun Pada tahun 2012 nilai PDRB ADHB adalah sebesar Rp ,35 (dalam jutaan rupiah) naik menjadi Rp ,86 (dalam jutaan rupiah) pada tahun Sementara PDRB ADHK pada tahun 2012 adalah sebesar Rp (dalam jutaan rupiah) dan meningkat menjadi Rp (dalam jutaan rupiah) pada tahun 2013, sebagaimana tertuang pada tabel berikut. Tahu n PDRB (Juta Rupiah) Jumlah pendudu k PDRB per kapita (Rupiah) ADHB ADHK ADHB ADHK * ) Sumber : PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2014 *) data sementara Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selama empat tahun terakhir sektor sekunder mengalami peningkatan dari 17,88% pada tahun 2010 menjadi 18,57% pada tahun 2011 setelah itu mengalami penurunan kembali yaitu 18,46 pada tahun 2012 dan tahun 2013 kembali mengalami penurunan menjadi 18,18%. Kemudian sektor primer justru mengalami penurunan peranan terhadap PDRB, masing-masing sektor primer turun dari 10,55% tahun 2010 menjadi 10,47% pada tahun 2011, tahun 2012 sebesar 10,46 dan tahun 2013 sebesar 10,44% di mana penurunannya tidak signifikan dan sektor tersier turun dari 71,57% tahun 2010 menjadi 70,96% pada tahun 2011, setelah itu terjadi kenaikan pada tahun 2012 dan tahun 2013 yaitu 71,07% dan 71,36%. Hal ini terjadi karena sektor ekonomi di kota Payakumbuh masih banyak berskala UMKM dan non formal sehingga rentan untuk beralih usaha ke sektor lainnya. Jika dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi, maka perekonomian kota Payakumbuh mampu berkembang dengan baik, meskipun akibat krisis ekonomi global di tahun 1998 juga turut dirasakan dampaknya, di mana perekonomian kota Payakumbuh pernah mengalami penurunan hingga mencapai - 4,32% pada tahun Sejalan dengan membaiknya perekonomian nasional, maka sejak tahun 2002, pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh terus naik dengan peningkatan yang relatif stabil hingga mencapai 6,42 % pada tahun Namun memasuki tahun 2009 kinerja perekonomian kota Payakumbuh mengalami kontraksi dan perlambatan pertumbuhan akibat dunia kembali dilanda krisis ekonomi yang diawali oleh krisis keuangan di Amerika Serikat sejak pertengahan tahun Dampak dari kondisi tersebut, memperlambat pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh pada tahun 2009 dengan capaian sebesar 5,80%, turun sebesar 0,62% dari pertumbuhan tahun Selanjutnya pada tahun 2010 ekonomi kota Payakumbuh tumbuh sebesar 6,38%, lebih baik dari pertumbuhan tahun 2009 tapi masih di bawah pertumbuhan tahun Yang mencapai 6,42%.Kemudian pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Payakumbuh terus naik mencapai 6,79%,namun masih di bawah target pertumbuhan sesuai asumsi makro ekonomi pada APBD kota Payakumbuh tahun 2011 sebesar 6,82%. Pada tahun 2012 baru bisa dicapai pertumbuhan sebesar 6,82% yang mana telah melampaui target RPJMD sebesar 6,81%. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh sebesar 6,72% lebih kecil dari tahun Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

9 No. Dari tabel terlihat bahwa berdasarkan PDRB harga konstan pada tahun 2013, lapangan usaha yang pertumbuhannya paling tinggi adalah lapangan usaha keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 9,20%; diikuti oleh lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran mencapai 8,45%; lapangan usaha bangunan tumbuh sebesar 7,30%; dan lapangan usaha industri pengolahan tumbuh sebesar 6,86% serta diikuti oleh lapangan usaha lainnya. Sementara berdasarkan PDRB harga berlaku, lapangan usaha yang paling tinggi pertumbuhannya adalah perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 19,14%; diikuti oleh keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 18,15%; pertanian sebesar 16,64%; jasa-jasa sebesar 15,49%, angkutan dan komunikasi sebesar 15,38%, bangunan sebesar 14,86%; industri pengolahan sebesar 13,04% dan diikuti oleh lapangan usaha lainnya. Lapangan Usaha 1. Pertanian Pertambanga n dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa jasa ADH B 14,45 10,51 15,86 17,05 17,04 15,97 12,29 14,95 12,40 Pertumbuhan (%) *) ADH K 6,20 5,48 7,75 10,73 8,35 7,75 5,31 9,08 5,58 ADH B 12,20 8,76 11,60 10,16 12,87 16,09 8,13 15,77 11,86 ADH K 6,07 4,71 6,52 6,12 7,13 8,71 4,29 8,76 7,06 ADH B 16,64 7,20 13,04 11,98 14,86 19,14 15,38 18,15 15,49 ADH K 5,47 2,73 6,86 4,73 7,39 8,45 3,95 9,20 7,04 PDRB 14,25 6,79 12,18 6,82 16,22 6,72 Sumber: PDRB Kota PayakumbuhTahun 2014 *) data sementara No. Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi menurut sub sektor atau sub lapangan usaha, maka laju pertumbuhan yang tertinggi pada tahun 2013 adalah sub sektor Bank dengan pertumbuhan sebesar 11,60% dan diikuti oleh sub sektor restoran sebesar 11,40%. Selanjutnya yang ke tiga dan seterusnya berturut turut adalah sub sektor hotel (10,11%), sub sektor komunikasi (9,64%), sub sektor peternakan (9,16%), sub sektor bangunan (7,39%) sub sektor pemerintahan umum dan pertahanan (7,24) sub sektor industry tampa gas (6,86%0 sub sektor sewa bangunan (6,81%)sub sektor swasta (6,63%) sub sektor listrik (6,21%), dan diikuti oleh sub sektor lainnya dengan pertumbuhan dibawah 6%, sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Sektor / Lapangan usaha *) 1. Pertanian 3,83 5,18 6,20 6,07 5,47 2. a. Tanaman Pangan 3,41 4,98 6,25 5,68 4,18 b. Perkebunan 4,63 5,65 5,82 7,11 4,19 c. Peternakan 4,78 5,80 6,77 7,31 9,16 d. Perikanan 4,02 4,53 3,66 4,6 4,29 Pertambangan dan penggalian 4,28 5,61 5,48 4,71 2,73 Rata rata 5,35 4,90 5,48 6,76 4,22 4,56 No. Sektor / Lapangan usaha *) a. Penggalian 4,28 5,61 5,48 4,71 2,72 3. Industri 6,97 5,98 5,95 6,52 6,86 4. a. Industri Tanpa Migas 6,97 7,18 5,95 6,52 6,86 Listrik, Gas dan Air Minum 7,89 4,65 7,11 6,12 4,73 a. Listrik 10,16 10,61 6,42 7,06 6,21 b. Air Bersih 3,27 1,73 8,92 3,72 0,82 5. Bangunan 6,17 8,53 8,35 7,13 7, Perdagangan, hotel dan restoran 6,88 7,41 7,85 8,71 8,45 a. Perdagangan Besar dan Eceran 6,96 7,50 7,82 8,66 8,35 b. Hotel 5,55 5,94 8,54 8,11 10,11 c. Restoran 5,41 5,76 8,55 9,91 10,40 Angkutan dan Komunikasi 4,95 4,88 5,16 4,29 3,95 a. Angkutan 3,60 3,50 3,66 2,79 2,77 b. Komunikasi 14,35 13,61 13,76 12,19 9,64 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8,43 9,47 9,00 8,76 9,20 a. Bank 11,49 12,20 11,18 11,09 11,60 b. Lembaga Keu. Tanpa Bank 5,39 6,39 6,22 6,46 5,48 c. Sewa Bangunan 5,72 7,00 6,98 6,34 6,81 d. Jasa Perusahaan 7,27 5,86 5,11 6,99 5,89 9. Jasa Jasa 5,00 5,38 6,46 7,06 7,04 a. Pemerintahan Umum dan Pertahanan 5,49 5,72 7,11 7,78 7,24 b. Swasta 4,07 4,72 5,17 5,63 6,63 Rata rata 4,56 6,46 6,70 6,10 8,09 3,69 7,51 7,86 7,86 7,65 8,01 4,65 3,26 12,69 8,97 11,51 5,99 6,57 6,22 6,19 6,67 5,24 Pertumbuhan PDRB 5,80 6,38 6,79 6,82 6,72 6,42 Sumber: PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2014 *) data sementara Dari tabel diatas juga terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi selama lima tahun terakhir adalah sub sektor komunikasi sebesar 12,69%, diikuti oleh sub sektor bank sebesar 11,51% dan sub sektor listrik sebesar 8,09%. Dengan memperhatikan pertumbuhan sektor lapangan usaha di atas menunjukkan bahwa Payakumbuh sedang giatnya melaksanakan pembangunan ekonomi yang berbasiskan UMKM, dicerminkan oleh tingginya pertumbuhan lapangan usaha dalam kelompok sektor jasa-jasa (sektor tersier) terutama jasa perbankan dan lembaga keuangan, jasa sewa bangunan, jasa perseorangan dan rumah tangga, jasa angkutan serta jasa perdagangan dan restoran. Kemudian juga terjadi peningkatan pertumbuhan lapangan usaha kelompok industri (sektor sekunder) seperti lapangan usaha bangunan, air bersih dan industri pengolahan. Potensi masing-masing sektor ekonomi di Kota Payakumbuh dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Sektor Pertanian Pembangunan pertanian di Kota Payakumbuh merupakan faktor yang dominan dan potensial dalam menentukan perekonomian masyarakat. Luas kota Payakumbuh 8043,13 Ha. Potensi lahan yang bisa dikembangkan saat ini untuk budidaya tanaman pangan yaitu lahan kering seluas Ha dan lahan persawahan 2,751 Ha. Pengembangan agribisnis Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

10 No. sangat dimungkinkan dengan kondisi Kota Payakumbuh yang terbatas lahan pertaniannya, bahkan semakin lama akan berkurang dengan tumbuhnya kota sebagai pusat pelayanan ekonomi, sosial, pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan. Dilihat dari penggunaan tanah di Kota Payakumbuh, Ha merupakan lahan sawah; Ha kolam; dan sisanya berupa tanah kering. Sebagian besar tanah kering dimanfaatkan untuk bangunan yaitu sebesar Ha. Sisanya digunakan untuk kebun, hutan rakyat, penggembalaan dan lainnya (hutan negara,semak belukar,dll) sebesar Ha. Berdasarkan penggunaan tanah di atas, tanah untuk bangunan dan sekitarnya merupakan areal terluas yaitu 36,08%. Jumlah ini telah melebihi areal tanah untuk sawah yang tercatat hanya 34,20%. Pengembangan dan pembangunan pertanian tanaman pangan diharapkan selain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi lokal dalam rangka ketahanan pangan, juga diperdagangkan untuk kebutuhan industri makanan dan kerajinan serta kebutuhan konsumsi luar daerah. Jumlah kelompok tani pada tahun 2014 sebanyak 257 kelompok. Luas area tanam dan produksi tanaman pangan Kota Payakumbuh periode 2011 s.d dapat dilihat pada tabel berikut. 1. Padi Komoditi a. Luas area tanam Tahun * Satu an Ha b. Luas area Ha panen c. Produksi Ton 2. Jagung d. Produktivitas 5,55 5,14 5,09 4,84 Ton/ ha a. Luas area tanam b. Luas area panen Ha Ha c. Produksi , 55 Ton d. Produktivitas 5,37 6,24 5,55 5,73 Ton/ ha 3. Ubi Kayu a. Luas area tanam b. Luas area panen Ha Ha c. Produksi ,93 Ton d. Produktivitas 36,34 38,99 42,07 7,18 Ton/ ha 4. Ubi Jalar a. Luas area tanam b. Luas area panen Ha Ha c. Produksi Ton d. Produktivitas 12, Ton/ ha 5. Kacang Tanah a. Luas area tanam b. Luas area panen Ha Ha c. Produksi Ton d. Produktivitas 1, Ton/ ha No. Komoditi 6. Kacang panjang 7. Cabe 8. Terung a. Luas area tanam b. Luas area panen Tahun * Satu an Ha Ha c. Produksi 264,5 234,5 218,8 218,8 Ton d. Produktivitas 3,08 3,91 3,91 3,91 Ton/ ha a. Luas area tanam b. Luas area panen Ha Ha c. Produksi 377,8 283,8 236,9 48 Ton d. Produktivitas 2,88 3,23 3,25 3,25 Ton/ ha a. Luas area tanam b. Luas area panen Ha Ha c. Produksi 521,2 363, Ton d. Produktivitas 4,78 6,27 6,72 6,72 Ton/ ha 9. Ketimun a. Luas area tanam b. Luas area panen Ha Ha c. Produksi 969,7 673,9 471,9 471,9 Ton d. Produktivitas 7,95 6,61 5,75 5,75 Ton/ ha 10. Kangkung a. Luas area tanam b. Luas area panen Ha Ha c. Produksi 547, ,8 280,8 Ton d. Produktivitas 4,21 5,11 5,11 5,11 Ton/ ha Kebijakan pembangunan bidang perikanan diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat petani ikan dengan peningkatan produktifitas dan efisiensi usaha perikanan sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya wirausaha perikanan. Untuk itu pembangunan bidang perikanan diarahkan untuk pengembangan budidaya ikan air tawar, pengembangan agribisnis perikanan, peningkatan sarana dan prasarana perikanan, pencegahan dan pemberantasan penyakit ikan. Pada tahun 2013 luas kolam yang diusahakan masyarakat untuk budidaya ikan tidak mengalami perkembangan bahkan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena berkembangnya infrastruktur kota sehingga banyak terjadi perubahan fungsi lahan. Jika dilihat dari kebutuhan konsumen akan ikan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bila diambil angka rata-rata konsumsi ikan oleh masyarakat yaitu sebesar 18 kg/kapita/tahun maka kebutuhan ikan di Kota Payakumbuh sebanyak lebih kurang ton. Untuk memenuhi jumlah tersebut dibutuhkan bibit sebanyak lebih kurang 26,1 juta ekor setahun dengan asumsi keberhasilan hidup (survive rate) 70%. Lahan yang berpotensi untuk kegiatan budidaya perikanan yang telah Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

11 dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun 2013 adalah kolam seluas 200 Ha. Adapun jumlah produksi perikanan Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel berikut Jenis No. Jumlah Pro Luas Jumlah Pro Luas Usaha (Unit) duksi (Ha) (Unit) duksi (Ha) 1 Kolam 1, ,57 1,5 349, Keramba 10 1,5-10 1,5-3 Perairan Umum 45 4,2 38, ,3 38,95 Sumber data : Dinas Perikanan dan Peternakan No. 1. Kerusakan hutan dan lahan akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan cukup signifikan, baik frekuensi kejadiannya maupun besar bencana alam yang ditimbulkan. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya sekedar merusak ekosistem hutan tetapi juga kelangsungan berbagai flora dan fauna serta sosial kemasyarakatan. Melihat laju kerusakan lingkungan dan luasnya dalam dekade terakhir ini maka sudah sangat perlu dilakukan tindakan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung lingkungan, mencegah banjir, tanah longsor, erosi, dan sekaligus untuk mendukung produktivitas sumber daya hutan dan lahan serta melestarikan keragaman hayati. Adapun potensi kehutanan di Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel berikut. Jenis Data Industri Pengolahan Hasil Hutan Tahun Sumber data: Dinas Tanaman Pangan dan Bunhut Satuan buah Pembangunan peternakan diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dengan pengembangan peternakan rakyat, salah satunya yaitu dengan penguatan modal masyarakat. Disamping itu juga dilakukan pelayanan kesehatan ternak secara intensif, bimbingan usaha, temu agribisnis dan berbagai bentuk penyuluhan lainnya. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut terjadi peningkatan minat usaha di bidang peternakan, sehingga usaha ini secara berangsurangsur mengalami perubahan paradigma dari usaha sampingan kepada usaha utama. Peternakan yang ada di Kota Payakumbuh umumnya berskala kecil yang terdiri dari peternakan ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak yang diusahakan oleh masyarakat adalah sapi, kerbau, kuda kambing, ayam, puyuh dan itik. Perkembangan populasi ternak dan unggas dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut. No. Jenis Ternak dan Unggas (ekor) Tahun * No. No. Jenis Ternak dan Unggas (ekor) 9. Ayam Ras Pedaging Tahun * Program pembangunan ditujukan pada pengembangan sapi potong, kambing, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik dan ayam buras. Untuk ternak sapi potong telah terjadi penurunan populasi dari ekor pada tahun 2011, turun menjadi ekor pada tahun 2012, dan turun lagi menjadi ekor pada tahun 2013 dan tahun Diharapkan populasi dari sapi potong akan terus mengalami peningkatan seiring meningkatnya permintaan masyarakat konsumen akan daging sapi, dan dengan perkembangan fasilitas pembangunan infrastruktur RPH dan Pasar Ternak dengan laju pertumbuhan populasi sapi potong sebesar 1% pertahun pada tahun Untuk ternak kambing, dari tahun 2012 sampai tahun 2014 jumlah populasi kambing relatif tetap yaitu ekor pada tahun 2011, ekor pada tahun 2012 dan ekor pada tahun 2013 dan Jenis Ternak dan Unggas (ekor) Tahun * 1. Daging kg a. Daging kg Sapi , b. Daging Kerbau , c. Daging kambin g , d. Daging Kuda e. Daging ayam buras f. Daging Ayam ras pedagin g g. Daging ayam ras petelur , , , h. Daging itik , Telur kg a. Telur kg ayam ras Sat. kg kg kg kg kg kg kg 1. Sapi Kerbau Kuda Kambing Ayam Kampung Puyuh Itik b. Telur ayam buras , c. Telur itik , Sumber Data: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Payakumbuh * Data Sementara kg kg 8. Ayam Ras Petelur Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

12 No. Produksi daging dan telur mengalami peningkatan pada tahun 2014, hal ini disebabkan semakin stabilnya harga pakan, harga jual daging sapi, ayam dan telur dan juga seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat konsumen terhadap daging dan telur. Tanaman perkebunan di Kota Payakumbuh merupakan usaha perkebunan rakyat, dengan lahan yang terbatas. Dari tahun produksi tanaman perkebunan dan buah-buahan di kota Payakumbuh berfluktuasi. Data luas area dan produksi serta produktivitas tanaman perkebunan dan buah-buahan tahun 2011 s.d 2014 dapat dilihat pada tabel berikut. Komoditi Tahun * 1. Kelapa a. Luas area panen 596,60 581,60 569, Ha b. Produksi , Ton c. Produktivitas 0,74 0,75 0,83 0,68 Ton/ha 2. Tebu a. Luas area panen 10,5 11,85 7,90 7,95 Ha b. Produksi 40 30,50 58,50 59,4 Ton c. Produktivitas 3,81 2,57 7,40 7,47 Ton/ha 3. Tembakau a. Luas area panen 17, Ha b. Produksi 13,80-0,8 - Ton c. Produktivitas 0,8-0,8 - Ton/ha 4. Kopi a. Luas area panen 7,50 6,75 6,75 7,75 Ha b. Produksi 9,75 6,75 6,75 8,70 Ton c. Produktivitas 1, ,12 Ton/ha 5. Cengkeh a. Luas area panen 9,00 8,9 7,5 7,5 Ha b. Produksi 9,25 6,40 3,95 3,75 Ton c. Produktivitas 1,02 0,72 0,53 0,5 Ton/ha 6. Aren a. Luas area panen 8,00 7,5 7,5 7,5 Ha b. Produksi 6,10 5,4 6,00 6,00 Ton c. Produktivitas 0,76 0,72 0,8 0,8 Ton/ha 7. Kakao a. Luas area panen , 87 Ha b. Produksi ,51 Ton c. Produktivitas 0,94 1 0,97 0,73 Ton/ha 8. Alpukat a. Produksi 249,40 237,24 269,40 245,9 Ton 9. Belimbing a. Produksi 13,21 11,90 12,80 14,7 Ton 10. Duku/langsat a. Produksi 9,60 8,40 6,80 3,41 Ton 11. Nenas a. Produksi 1,70 1,20 1,40 3 Ton 12. Pepaya a. Produksi 186,10 174,10 180,50 93,48 Ton 13. Pisang a. Produksi 389,41 383,90 380, ,2 Ton 14. Rambutan a. Produksi 88,98 74,81 75,80 75,80 Ton 15. Salak a. Produksi 0,6 0,5 0,5 1 Ton 16. Sawo a. Produksi 49 84,39 84,39 58,8 Ton 17. Durian a. Produksi 40,20 35,30 33,12 175,2 Ton 18. Jambu biji a. Produksi 21,46 19,60 19,50 22,2 Ton 19. Jeruk a. Produksi 30,05 23,90 23,90 17,5 Ton 20. Mangga a. Produksi 8,34 8,30 8,90 45 Ton 21. Manggis a. Produksi 5,47 4,90 4,80 6,67 Ton Sumber data: Dinas Tanaman Pangan, Bunhut Kota Payakumbuh * Data Sementara Sat. 2) Sektor Industri Sektor industri saat ini belum menjadi basis ekonomi Payakumbuh karena kontribusinya masih kecil terhadap perekonomian daerah. Namun kedepan sektor industri akan menjadi potensi yang dapat dikembangkan. Hal ini merupakan tuntutan sebuah kota yang terus berkembang dimana sektor pertanian terus terdesak dan bertransformasi menjadi kota industri dan jasa. Kondisi ini telah disikapi oleh Pemerintah Daerah dengan penetapan kawasan industri di dalam Peraturan Daerah tentang RTRW Kota Payakumbuh di sepanjang koridor jalan arteri primer Lingkar Utara tepatnya di Kelurahan Parambahan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori. Pada umumnya industri yang ada di Payakumbuh tergolong menengah ke bawah dan kecil. Mayoritas dari usaha kecil menengah (UKM) ini didominasi oleh usaha rumah tangga (home industry). Jumlah industri kecil yang tercatat pada tahun 2014 adalah sebanyak unit, dan usaha rumah tangga (home industry) sebanyak unit. Berikut pada tabel 1.26 ditampilkan perkembangan sektor industri dan pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja pada empat tahun terakhir. No. Jenis data Tahun Unit usaha Satuan unit 2. Tenaga kerja orang Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Payakumbuh Pada tahun 2014 terdapat unit usaha baik formal maupun non formal, jumlah tenaga kerja terserap sebanyak orang. Pada bidang usaha hasil pertanian, kimia dan kehutanan, jenis industri yang paling banyak adalah industri kerupuk dan sejenisnya yaitu sebanyak 246 unit, atau naik 6,9 persen dibandingkan tahun 2011 sementara pekerja ada orang. Selanjutnya industri roti dan sejenisnya sebanyak 108 unit usaha dengan 371 pekerja. Pada industri bidang logam, mesin dan aneka didominasi oleh industri bordir/sulaman sebanyak 125 unit dengan jumlah pekerja 250 orang. Dibandingkan tahun 2012, telah terjadi penurunan yang cukup tajam yaitu sebanyak 66,4%. Hal ini berdampak terhadap penurunan tenaga kerja yang berkurang sebanyak 366 orang. 3) Sektor Listrik dan Air Bersih Ketersediaan energi listrik di Kota Payakumbuh dikelola oleh PLN cabang Payakumbuh. Jangkauan listrik telah meliputi 76 kelurahan atau 100% wilayah Kota Payakumbuh. Adapun ketersediaan air bersih di Kota Payakumbuh dikelola oleh PDAM Payakumbuh dengan cakupan pelayanan meliputi 76 kelurahan atau 98%. Sektor listrik dan air bersih merupakan sektor basis di Kota Payakumbuh tetapi secara sub sektor, kapasitas listrik masih kurang untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, perkantoran dan dunia usaha yang terus berkembang. Untuk itu kedepan tenaga listrik yang merupakan infrastruktur kota yang penting untuk mendukung perkembangan semua sektor ekonomi mesti tersedia dalam jumlah yang cukup untuk keperluan aktivitas kehidupan semua entitas sepanjang masa. Di Kota Payakumbuh listrik dikelola oleh PT. PLN. Sumber tenaga listrik Kota Payakumbuh berasal dari PLTA Maninjau dan PLTA Singkarak yang diistribusikan melalui gardu induk dengan kapasitas tegangan 20 KV dengan daya 200 KVA. Jumlah pelanggan listrik selama lima tahun ini terus meningkat dari pelanggan pada tahun 2010 menjadi pelanggan pada tahun 2014 dengan pelanggan terbanyak adalah rumah tangga dan perdagangan. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

13 No. Kota Payakumbuh disuplai dari 3 sumber, yaitu Batang Tabik, Sungai Dareh dan Batang Sikamarunciang. Produksi air dari ketiga sumber tadi adalah M. Kapasitas produksi air bersih yang ada saat ini telah mampu melayani sekitar 94,1% jumlah penduduk. 4) Sektor Bangunan Sebagai wilayah perkotaan, kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan pemerintahan terhadap bangunan untuk perumahan, perkantoran dan berbagai jenis usaha lebih cepat berkembang dibandingkan wilayah pedesaan. Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh yang relatif cukup tinggi di Provinsi Sumatera Barat maka perkembangan bangunan selama lima tahun terakhir juga cukup tinggi. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah masyarakat yang mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sepanjang tahun tumbuh rata-rata sebesar 21,95% dan Advice Planning tumbuh rata-rata sebesar 25,67%. Sektor bangunan kontribusinya mengalami penurunan dari 9,29% (2012) menjadi 9,18% (2013). Pembangunan ruko yang sedikit menurun menjadi salah satu sebabnya. Meskipun 5 tahun sebelumnya konstribusinya selalu mengalami kenaikan dari 8,67% (2009) menjadi 9,29% (2012). 5) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan dikategorikan kecil, menengah dan besar didasarkan jumlah modal, yaitu; a. Perdagangan dengan modal senilai Rp 0.00,- s/d Rp ,- tergolong kecil; b. Perdagangan dengan modal senilai Rp ,- s/d Rp ,- tergolong menengah; c. Perdagangan dengan modal lebih besar dari Rp ,- tergolong besar; Tercatat data pengusaha kecil pada tahun 2014 adalah orang, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak orang. Pengusaha menengah adalah 198 orang, dengan penyerapan tenaga kerja mencapai orang. Infrastruktur pendukung perdagangan seperti pasar tersedia dalam kategori pasar tradisional yaitu Pasar Ibuh Barat dan Ibuh Timur, kategori pasar lokal yaitu Pusat Pertokoan Blok Barat dan Blok Timur. Disamping itu juga tersedia pasar swalayan sebanyak 4 buah, toko serta kios yang tersebar di sekitar pusat keramaian di kota Payakumbuh, seperti tertera pada tabel berikut. Jenis Data 1. Pasar tradisional (Ibuh Barat dan Ibuh Timur) 2. Pasar lokal (Pertokoan Blok Barat dan Timur) Tahun Satuan buah buah 3. Pasar swalayan buah 4. Toko Petak 5. Kios Petak 6. Mall Buah Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Payakumbuh Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis dalam perekonomian Kota Payakumbuh, kecuali subsektor hotel belum cukup berkembang. Namun kedepan, sektor perhotelan punya prospek untuk dapat dikembangkan mengingat Kota Bukittinggi sebagai daerah wisata sudah jenuh karena keterbatasan lahan. Usaha perdagangan cukup berkembang di Kota Payakumbuh yang lokasinya menyebar di berbagai wilayah kota, baik di Pasar Tradisional Ibuh, Pasar Pusat Pertokoan, Pasar Modern (Mall Payakumbuh) maupun yang tersebar di sepanjang ruas jalan utama dan tersebar di berbagai kelurahan di Kota Payakumbuh. Walaupun usaha perdagangan cukup pesat berkembang namun datanya belum tercatat di Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh, kecuali yang berada di kawasan Pasar Payakumbuh. 6) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Selama periode lima tahun terakhir kontribusi sektor angkutan dan komunikasi mengalami penurunan dari 21,80% tahun 2009 menjadi 19,73% tahun Menurunnya jumlah penumpang angkutan darat akibat meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi menyebabkan penurunan pertumbuhannya. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan di Kota Payakumbuh. Perkembangan sektor ini terutama sub sektor pengangkutan cukup pesat di Kota Payakumbuh. Terbukti dari Kontribusi terbesar struktur ekonomi Kota Payakumbuh yang masih disumbangkan oleh sektor jasa-jasa. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi kedua terbesar, yang diikuti oleh Sektor angkutan dan komunikasi di urutan ketiga. 7) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan termasuk sektor basis di Kota Payakumbuh, namun yang lebih dominan dan pesat perkembangannya adalah sub sektor keuangan terutama dari jasa perbankan. Lembaga perbankan yang ada di Kota Payakumbuh antara lain BPD (Bank Nagari) sebanyak 1 unit dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebanyak 2 unit. Sementara itu Perbankan Nasional yang beroperasi di Kota Payakumbuh antara lain BNI, BRI, Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri serta bank swasta nasional yakni, Bank Danamon, Bank Muamalat, Bank Bukopin, Bank Mega, BCA, BTPN dan Bank Pundi. Lembaga keuangan yang terdapat di Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel berikut. No. Nama Bank Jumlah (unit) 1. Bank Nagari (BPD) 1 2. BPR 2 3. BNI BRI 1 5. Bank Mandiri 1 6. Bank Syariah Mandiri 1 7. Bank Danamon 1 8. Bank BCA 1 9. Bank Simpan Pinjam Danamon Bank Muamalat Indonesia Bank Bukopin BTPN 1 Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Payakumbuh Perkembangan lembaga perbankan ini merupakan konsekwensi dari pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh. Lembaga perbankan ini diharapkan mampu menyalurkan kredit baik kepada masyarakat konsumen maupun pada pelaku usaha khususnya UMKM guna pengembangan usaha industri kecil dan UMKM di Kota Payakumbuh serta mendorong perekonomian masyarakat Kota Payakumbuh dalam arti luas. Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan representasi rakyat dalam kehidupan ekonomi sehingga perlu diberikan prioritas yang tinggi dalam Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

14 No. pembangunannya. Koperasi dan UMKM diunggulkan dalam penyerapan tenaga kerja dan belum penuh mekanisasi. Pertumbuhan koperasi selama dua tahun terakhir, tahun 2013 dan 2014 adalah relatif stagnan. Kondisi ini terjadi, dikarenakan pemerintah berkonsentrasi kepada kualitas manajemen perkoperasian. Kegiatan Sosialisasi perundangundangan koperasi dan pelatihan manajemen diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan pengurus dan anggota koperasi. Kelemahan koperasi saat ini adalah pengelolaannya yang masih manual dan pada umumnya belum tersentuh teknologi. Hal ini membuat peranannya dalam memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah belum optimal. Selain itu masih adanya kredit yang pengembaliannya macet, akibat supervisi terhadap pemberian pinjaman tidak optimal dilaksanakan. Diharapkan dengan adanya kegiatan restrukturisasi kelembagaan pada koperasi, maka koperasi yang tidak aktif dapat diciutkan dengan pembubaran atau penataan kembali kelembagaannya sehingga menjadi koperasi aktif lagi. tabel berikut menampilkan perkoperasian di Kota Payakumbuh dalam empat tahun terakhir. Jenis koperasi 1. Koperasi Unit Desa (KUD) 2. Koperasi fungsional (KPRI) 3. Koperasi karyawan (Kopkar) Tahun Koperasi serba usaha Koperasi wanita (Kopwan) 6. Koperasi tani (Koptan) 7. Koperasi pondok pesantren/kopontren Koperasi angkutan Tahun Kota Payakumbuh Laju Pertumbuhan (%) Propinsi Sumatera Barat Nasional ,80 4,16 4, ,38 5,93 6, ,79 6,22 6, ,82 6,35 6, ,72 6,20 5,70 Sumber: BPS Kota Payakumbuh Tahun 2014 Dari tabel berikut tampak bahwa laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dan Nasional masih berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh pada kurun waktu tersebut. Ekonomi kota Payakumbuh tumbuh sebesar 5,80% pada tahun 2009 naik menjadi menjadi 6,38% pada tahun Demikian halnya dengan ekonomi Sumatera Barat dan nasional yang juga tumbuh sebesar 4,16% dan 4,5% pada tahun 2009, mengalami peningkatan pada tahun 2010 hingga tumbuh sebesar 5,93% dan 6,1%. Pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah terus meningkat dari tahun 2010 sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian global dan nasional serta perekonomian Sumatera Barat pasca gempa bumi diakhir tahun 2009 yang lalu. Laju pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh pada tahun 2013 mencapai 6,72%; Propinsi Sumatera Barat mencapai 6,20% dan nasional mencapai 5,70%. Dibanding tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh mengalami penurunan sebesar 0,4%, penurunan pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh dan Provinsi Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi secara nasional, yang disebabkan karena faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia itu berupa ketidakpastian perekonomian global. Isu penghentian penggelontoran stimulus perekonomian AS oleh bank sentral AS, Federal Reserve, akan tetapi sejumlah indikator perekonomian menunjukkan perbaikan. Banyak negara yang goyah atas kebijakan bank sentral AS itu. Indonesia menjadi salah satunya. 9. Koperasi pasar (Koppas) 10 Koperasi simpan pinjam (KSP) 2 2 2* Jumlah Kabupaten/Kota PDRB Berlaku (Milyar Rp) PDRB Konstan (Milyar Rp) Pertu mbuh an Ekono mi (% ) PDRB Perka pita (juta Rp) Peran an Thd PDRB Propi nsi (% ) 1. Koperasi aktif Koperasi tidak aktif Koperasi Primer 4 Koperasi Non KUD Sumber data: Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Payakumbuh Keterangan : * : Tidak aktif # : Data belum tersedia Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan Sumatera Barat, pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh lebih baik sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Kabupaten a. Mentawai 2, b. Pesisir Selatan 6, , c. Solok 7, , d. Sijunjung 4, , e. Tanah Datar 7, , f. Padang Pariaman 9, , g. Agam 9, , h. Limapuluh Kota 9, , i. Pasaman 4, , j. Solok Selatan 2, k. Dharmasraya 3, , l. Pasaman Barat 9, , Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

15 Kota a. Padang 35, , b. Solok 1, c. Sawahlunto 1, d. Padang Panjang 1, e. Bukittinggi 3, , f. Payakumbuh 2, , g. Pariaman 2, Jumlah Kab/Kota 125, , Propinsi 127, , Sumber: BPS Kota Payakumbuh Tahun 2014 Kondisi internal yang buruk yaitu berupa melemahnya ekspor Indonesia, yang selama ini didominasi ekspor sumber daya alam, dan meningkatnya impor yang didominasi jasa dan barang modal, telah menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan, defisit ini akhirnya membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi turun. Untuk Provinsi Sumatera Barat, terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi disebabkan antara lain karena kenaikan harga BBM sehingga konsumsi rumahtangga melemah akibat tingkat inflasi yang cukup tinggi, di samping juga aktivitas perdagangan melambat, dan juga disebabkan karena kurangnya pasokan pangan, struktur pasar yang kurang sehat, dan jalur transportasi angkutan yang sangat panjang. Sejalan dengan hal tersebut kondisi ini juga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh juga menurun menjadi 6,72 dibanding tahun 2012 yang tercatat 6,82. Penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 juga disebabkan tingkat inflasi secara nasional yang mengalami peningkatan, dimana tingkat inflasi mencapai 8,38% pada tahun 2013, naik dari tahun 2012 yang mana laju inflasi hanya 4,30%. Akibatnya proses produksi lapangan usaha mengalami kenaikan biaya, yang membuat beberapa usaha menekan produksi barang dan jasa guna antisipasi kenaikan biaya produksi. Penyebab terjadinya kenaikan inflasi adalah pertama karena kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya nilai rupiah; kedua karena adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitasnya. Kenaikan upah tenaga kerja menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga memicu kenaikan harga jual di dalam negeri. Terlebih lagi jika tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitas dengan peningkatan jumlah produksi. Jika kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi terjadi kenaikan harga juga tidak bisa dielakkan; dan ketiga karena adanya kenaikan harga BBM yang dewasa ini sudah mencapai seperlima dari pengeluaran pemerintah pusat. Tingkat inflasi kota Payakumbuh pada tahun 2009 yang dihitung menggunakan angka inflasi ibu kota propinsi Sumatera Barat (Kota Padang) adalah sebesar 2,05% lebih rendah dari inflasi tahun 2008 sebesar 11,02% dan nasional sebesar 2,78%, juga lebih rendah dari target inflasi yang tertuang di dalam RKPD tahun 2009 (<10%) dan RPJMD tahun ke dua sebesar 6,6%. Pada tahun 2010 tingkat inflasi kota Payakumbuh mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan tahun 2009 mencapai 7,84%, namun pada tahun 2011 tingkat inflasi kota Payakumbuh mengalami penurunan menjadi 5,37% dan pada tahun 2012 turun lagi menjadi 4,16%. Seiring dengan kenaikan inflasi nasional pada tahun 2013 terjadi kenaikan inflasi yang cukup besar di Kota Payakumbuh jika dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 10,87%. Secara keseluruhan capaian indikator laju inflasi dapat dilihat pada tabel berikut. No Inflasi (%) Pertum buhan 2,05 7,84 5,37 4,16 10,87 6,06 Sumber: PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2014 *) Data Sementara Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi ini adalah perkembangan pendapatan per kapita per tahun yang diukur dengan data PDRB per kapita. Pada tahun 2009 PDRB per kapita masyarakat Kota Payakumbuh atas dasar harga berlaku mencapai Rp ,- Angka ini terus meningkat setiap tahun sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, hingga mencapai Rp ,- pada tahun Secara keseluruhan perkembangan PDRB perkapita kota Payakumbuh selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut. Tahun PDRB (juta rupiah) Jumlah PDRB per kapita (rupiah) Uraian *) Ratarata pendu- ADHB ADHK duk ADHB ADHK *) Sumber: PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2014 *) data sementara Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa PDRB per kapita kota Payakumbuh setiap tahunnya terus meningkat baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan, dimana pertumbuhan menurut harga berlaku jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan menurut harga konstan. Hal ini disebabkan harga konstan menggunakan harga pada tahun 2000 yang tentunya untuk menghilangkan pengaruh inflasi guna mendapatkan angka riil. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

16 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PAYAKUMBUH (RPJMD) A. VISI DAN MISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Payakumbuh Tahun adalah rencana pelaksanaan tahap kedua ( ) dan ketiga ( ) dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Payakumbuh Tahun , dimana visi pembangunan jangka panjang daerah Kota Payakumbuh untuk Tahun 2025 adalah Terwujudnya Payakumbuh Sebagai Kota Maju dengan Pengembangan Sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, RPJPD Kota Payakumbuh telah menetapkan pula 6 misi utama pembangunan daerah, meliputi 1) Mewujudkan tata kehidupan beragama dan berbudaya berdasarkan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah; 2) Mewujudkan tata pemerintahan daerah yang baik, demokratis, berlandaskan hukum dan dilaksanakan secara partisipatif; 3) Mewujudkan sumber daya manusia berkualitas melalui perbaikan mutu pendidikan, derajat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial; 4) Mewujudkan sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang produktif dan efisien serta mampu bersaing di dunia global; 5) Mewujudkan prasarana dan sarana perkotaan yang cukup dan berkualitas baik; dan 6) Mewujudkan lingkungan hidup Kota yang tertata baik, bersih, hijau dengan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan. Mengacu kepada pentahapan pembangunan daerah pada RPJPD Kota Payakumbuh pada Tahap ke-2 Tahun , penekanan pembangunan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia meliputi peningkatan mutu pendidikan, peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pengembangan serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Arah pembangunan ini mencakup beberapa bidang pembangunan yaitu: 1. Bidang agama dan budaya dengan fokus pada pendalaman pemahaman keagamaan untuk mendorong terwujudnya masyarakat yang berbudi luhur dan berakhlak mulia; 2. Bidang pembangunan hukum dan pemerintahan dengan fokus pada terwujudnya tata kelola pemerintahan yang partisipatif, akuntabel dan transparan, penegakan hukum yang berkeadilan, pelayanan publik yang prima dan terbangunnya sistem pengelolaan tanah ulayat yang mempunyai kepastian hukum; 3. Bidang ekonomi dengan fokus pada penyediaan sarana dan prasarana untuk kawasan industri, memfasilitasi terwujudnya agribisnis maju dan efisien, pengembangan usaha wisata dan terbangunnya beberapa lokasi pusat kegiatan sektor ekonomi; 4. Bidang sarana dan prasarana perkotaan dengan fokus pada pengembangan sistem jaringan jalan untuk kelancaran lalu lintas, penyediaan prasarana tenaga listrik ke seluruh wilayah Kota, penyediaan air bersih bagi penduduk Kota, mewujudkan sistem drainase yang representatif dan menyediakan sarana dan prasarana perhubungan dan komunikasi yang cukup bagi warga Kota; 5. Pembangunan lingkungan hidup dengan fokus mewujudkan penataan ruang yang serasi, efektif dan efisien, terpeliharanya kawasan konservasi alam dan jalur hijau dan mewujudkan masyarakat sadar lingkungan. Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang terpadu dan bersinergi antara pembangunan nasional dan pembangunan daerah, diperlukan sinkronisasi prioritas nasional dan daerah. Sehubungan dengan itu perlu digambarkan terlebih dahulu visi dan misi serta prioritas pembangunan yang terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , yang selanjutnya akan dijadikan acuan dalam penentuan prioritas pembangunan daerah. Berikut ini adalah gambaran ringkas visi, misi dan prioritas pembangunan nasional. Visi Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Sejahtera mencerminkan terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokrasi mencerminkan terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia dan keadilan mencerminkan terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan dan memperhatikan prioritas nasional tersebut diatas serta mengakomodir visi, misi, kepala daerah terpilih, maka visi pemerintah Kota Payakumbuh Tahun adalah: Terwujudnya Payakumbuh Menjadi Kota yang Maju, Sejahtera dan Religius, Pro Rakyat, Berbasis Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan yang Berlandaskan kepada Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Kota yang maju yang dimaksudkan disini adalah Kota yang ditandai dengan semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia, sebagai pusat kegiatan ekonomi dan pusat kegiatan sosial budaya dan hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Sejahtera dan religius yang dimaksudkan disini adalah sejahtera mengarah pada tujuan terlayani dan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yaitu rasa aman dan tentram serta adil dalam segala bidang. Religius yaitu mempunyai keyakinan tentang adanya Tuhan dan adanya aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan alam dan keyakinan tersebut dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Pro rakyat dalam hal ini dimaksudkan adalah mengupayakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berpihak kepada rakyat untuk meningkatkan kesejateraan rakyat. Kegiatan ekonomi juga digerakkan oleh ekonomi kerakyatan berbasis UMKM. Berbasis ilmu pengetahuan dan pendidikan dalam hal ini dimaksudkan sebagai meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat untuk mencapai taraf yang lebih tinggi untuk dapat bersaing secara global. Dengan pengetahuan dan pendidikan yang baik, masyarakat akan dapat melakukan aktivitas dan usahanya berdasarkan pertimbangan dan kajian yang matang. Berlandaskan kepada Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam hal ini dimaksudkan bahwa dalam segala aktifitas kehidupan dan kegiatannya selalu bertolak dari kesadaran dan ketentuan yang bersumber dari falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam rangka upaya mewujudkan masyarakat yang berdaulat, aman dan tentram. Misi pada dasarnya merupakan upaya yang ditetapkan untuk mewujudkan visi pembangunan daerah. Berdasarkan pengertian ini, maka misi pembangunan daerah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Payakumbuh sampai dengan tahun 2025 ditetapkan sebagai berikut: Mewujudkan tata kehidupan beragama dan berbudaya berdasarkan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah; mewujudkan tata pemerintahan daerah yang baik, Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

17 demokratis, berlandaskan hukum dan dilaksanakan secara partisipatif; mewujudkan sumber daya manusia berkualitas melalui perbaikan mutu pendidikan, derajat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial; mewujudkan sentra usaha mikro, kecil dan menengah yang produktif dan efisien serta mampu bersaing di dunia global; mewujudkan prasarana dan sarana perkotaan yang cukup dan berkualitas baik; dan mewujudkan lingkungan hidup Kota yang tertata baik, bersih dan hijau dengan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan. Misi pembangunan jangka menengah daerah tahun ditetapkan sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Payakumbuh tersebut, sebagai berikut: 1. Menjadikan Payakumbuh sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru berbasis ekonomi kerakyatan di Sumatera Barat; 2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, profesional dan bebas KKN; 3. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama di tengah masyarakat sesuai dengan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah; 4. Mewujudkan pendidikan yang merata, berkualitas dan berkarakter untuk mewujudkan sumber daya manusia Kota Payakumbuh yang berilmu dan bermoral; 5. Meningkatkan kualitas kesehatan dan pelayanan kesehatan masyarakat; 6. Melakukan revitalisasi nagari dan memberdayakan kelembagaan masyarakat adat lokal dalam membangun masyarakat dan Kota Payakumbuh; 7. Mengoptimalkan pembangunan infrastruktur publik dan fasilitas umum sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh. B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN I. Strategi Pembangunan Daerah Mengacu kepada pentahapan pembangunan daerah pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Payakumbuh pada Tahap ke-2 Tahun , penekanan pembangunan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia meliputi peningkatan mutu pendidikan, peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pengembangan serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Arah pembangunan ini mencakup beberapa bidang pembangunan yaitu: a. Bidang agama dan budaya dengan fokus pada pendalaman pemahaman keagamaan untuk mendorong terwujudnya masyarakat yang berbudi luhur berakhlak mulia; b. Bidang pembangunan hukum dan pemerintahan dengan fokus pada terwujudnya tata kelola pemerintahan yang partisipatif, akuntabel dan transparan, penegakan hukum yang berkeadilan, pelayanan publik yang prima dan terbangunnya sistem pengelolaan tanah ulayat yang mempunyai kepastian hukum; c. Bidang ekonomi dengan fokus pada penyediaan sarana dan prasarana untuk kawasan industri, memfasilitasi terwujudnya agribisnis maju dan efisien, pengembangan usaha wisata dan terbangunnya beberapa lokasi pusat kegiatan sektor ekonomi; d. Bidang sarana dan prasarana perkotaan dengan fokus pada pengembangan sistem jaringan jalan untuk kelancaran lalu lintas, penyediaan prasarana tenaga listrik ke seluruh wilayah Kota, penyediaan air bersih bagi penduduk Kota, mewujudkan sistem drainase yang representatif, menyediakan sarana dan prasarana perhubungan dan komunikasi yang cukup bagi warga Kota; e. Pembangunan lingkungan hidup dengan fokus mewujudkan penataan ruang yang serasi, efektif dan efisien, terpeliharanya kawasan konservasi alam dan jalur hijau dan mewujudkan masyarakat sadar lingkungan. Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang terpadu dan bersinergi antara pembangunan nasional dan pembangunan daerah, juga diperlukan sinkronisasi prioritas nasional dan daerah dengan memperhatikan visi dan misi serta prioritas pembangunan yang terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , yang selanjutnya akan dijadikan acuan dalam penentuan prioritas pembangunan daerah. Untuk itu, strategi yang dilaksanakan dalam memenuhi tujuan dan sasaran yang ada di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Payakumbuh Tahun adalah: Misi 1: Menjadikan Payakumbuh sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru Berbasis Ekonomi Kerakyatan di Sumatera Barat. Untuk mencapai sasaran pada Misi ini maka strategi yang diperlukan adalah sebagai berikut: a. Menciptakan iklim yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya ekonomi masyarakat; b. Membangun image kota (city branding) Payakumbuh sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di Sumatera Barat; c. Mengembangkan kota wisata yang terintegrasi dan didukung oleh produk UMKM; d. Menciptakan iklim kreatif berbasis ekonomi untuk mendukung pengembangan pariwisata; e. Mengembangkan sentra pemasaran pertanian terpadu; f. Mengembangkan industri pengolahan berbasis komoditi unggulan daerah; g. Meningkatkan daya saing komoditi daerah; h. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung aktivitas ekonomi masyarakat; i. Meningkatkan peran kelembagaan dan permodalan dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing; j. Meningkatkan produktifitas, kuantitas dan kualitas hasil pertanian dalam arti luas; k. Mengembangkan gerakan terpadu dalam menfasilitasi petani untuk meningkatkan pendapatannya; l. Mengembangkan kelembagaan petani dan pemasaran hasil pertanian; m. Mengembangkan kewirausahaan daerah; n. Meningkatkan kualitas SDM dan kompetensi pelaku UMKM; o. Mewujudkan prosedur perizinan yang dibangun dari kesepakatan dengan dunia usaha; p. Membaiknya kemudahan berusaha dan meningkatnya daya saing Kota Payakumbuh; q. Mewujudkan integrasi sistem, konektivitas yang mendukung perpindahan komoditi secara efektif dan efisien; r. Meningkatkan kerjasama promosi dan investasi. Misi 2: Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Profesional dan Bebas KKN. Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih merupakan salah satu prasyarat penting untuk mencapai sasaran pembangunan. Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih juga dapat meningkatkan daya saing dalam pelaksanaan pembangunan. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dapat ditandai dengan adanya keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas dan efesiensi, supremasi hukum, keadilan dan partisipasi. Dengan penerapan tata kelola yang baik dan bersih dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

18 Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, professional dan bebas KKN dilakukan strategi sebagai berikut 1) penerapan e-government dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, 2) mengembangkan sistem bentuk dan peran serta masyarakat yang bersifat aspiratif, partisipatif, responsif, dan akuntabel berbasis TIK, 3) membangun hubungan kerjasama antar pemerintah, 4) menciptakan iklim kompetisi yang sehat antar unit layanan publik dalam pemberian pelayanan prima dan berkualitas kepada masyarakat dan pihak terkait lainnya, 5) meningkatkan kompetensi dan inovasi dalam pelayanan publik, 6) melakukan restrukturisasi organisasi dan tata kerja instansi berdasarkan analisis objektif sesuai tupoksi, 7) menyediakan dan mengembangkan sistem rekruitmen, promosi dan mutasi yang transparan dan kompetitif sesuai dengan kebutuhan organisasi, 8) meningkatkan kapasitas dan kualitas aparatur daerah melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kompetensinya, 9) meningkatkan kualitas dan kapasitas aparatur penyelenggaraan pemerintahan, 10) meningkatkan kompetensi aparatur, 11) menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang baru, 12) meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan daerah berdasarkan prinsip transparansi, efisiensi dan akuntabilitas, 13) meningkatkan efisiensi, transparansi, efektifitas dan akuntabilitas penggunaan anggaran dan pengelolaan barang milik daerah, 14) melakukan pengkajian dan penyusunan materi hukum yang aspiratif dan akomodatif melalui pengkajian dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan, 15) peningkatan koordinasi pemahaman hukum bagi masyarakat, aparatur dan penegakan hukum; dan 16) menyediakan fasilitas sarana prasarana hukum. Misi 3: Mewujudkan Masyarakat yang Berakhlak Mulia dan Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Agama di Tengah Masyarakat. Dalam hal menerapkan strategi mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama ditengah masyarakat merupakan landasan utama kehidupan masyarakat Kota Payakumbuh. Landasan filosofis ini sudah dimiliki sejak lama, sehingga kedepan perlu terus dipelihara dan diterapkan dalam tata kehidupan masyarakat. Ciri-ciri tata kehidupan masyarakat yang demikian antara lain adalah: taat beragama, berakhlak mulia, jujur, peduli sesama manusia, rukun dengan agama lain serta peduli terhadap masa depan dan keselamatan masyarakat dan bumi ciptaan Tuhan. Untuk mencapai sasaran pada Misi 3, diperlukan strategi sebagai berikut: 1) peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat, 2) penguatan fungsi masjid dan tempat ibadah sebagai pusat kegiatan masyarakat, 3) peningkatan syiar Islam dan kegiatan keagamaan dalam upaya penguatan akidah dan akhlak serta pemberantasan pelanggaran norma agama dan budaya, 4) membangun suasana beragama dan berbudaya dalam berbagai kegiatan dan agenda, 5) penguatan lembaga sosial keagamaan dan lembaga adat; dan 6) meningkatkan komunikasi antar umat beragama. Misi 4: Mewujudkan Pendidikan yang Merata, Berkualitas dan Berkarakter untuk Mewujudkan Sumber Daya Manusia Kota Payakumbuh yang Berilmu dan Bermoral. Dalam menunjang sektor pembangunan di bidang pendidikan diperlukan sumber daya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi juga merupakan prasyarat mutlak untuk mewujudkan pemerataan kualitas pendidikan dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi sesuai dengan harapan masyarakat yang maju dan sejahtera. Untuk mencapai sasaran yang hendak diwujudkan pada Misi 4, diperlukan strategi sebagai berikut 1) peningkatan pemerataan dan akses pelayanan pendidikan 2) perluasan layanan pendidikan non-formal yang bermutu dan berkualitas; 3) pemantapan dan penerapan pendidikan sesuai dengan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP); 4) pemantapan kurikulum dan pendidikan akhlak mulia; 5) peningkatan kompetensi dan profesionalitas pendidik/guru dan tenaga kependidikan; 6) meningkatkan kapasitas tenaga pendidik; 7) meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama tenaga pendidik dan 8) meningkatkan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses dan pelaksanaan pembelajaran dan pembangunan. Misi 5: Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Pembangunan bidang kesehatan merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat penting untuk semua lapisan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan secara berkualitas, mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik sehingga akan tercapai produktifitas yang lebih tinggi, berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan baik program yang bersifat promotif, preventif maupun kuratif. Untuk mencapai sasaran yang hendak diwujudkan pada Misi 5, diperlukan strategi sebagai berikut: 1) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat; 2) peningkatan cakupan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan; 3) peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar; 4) peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih; 5) meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pembangunan kesehatan; 6) peningkatan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat akan kondisi kesehatan; 7) memasyarakatkan pola hidup sehat dan seimbang; dan 8) meningkatkan kesadaran masyarakat untuk penurunan prevalensi balita kurang gizi. Misi 6: Melakukan Revitalisasi Nagari dan memberdayakan Kelembagaan Masyarakat Adat Lokal dalam Membangun Masyarakat dan Kota Payakumbuh. Lembaga masyarakat adat lokal merupakan sistem organisasi kemasyarakatan asli yang telah ada secara turun temurun yang dibentuk untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan tidak termasuk ke dalam lembaga pemerintahan vertikal. Yang termasuk ke dalam lembaga masyarakat lokal di Kota Payakumbuh sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 adalah Nagari dan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 05 Tahun 2007, dari enam unsur komponen Lembaga Kemasyarakatan (Pasal 7), yang merupakan Lembaga Kemasyarakatan lokal adalah lembaga adat serta lembaga lainnya. Maka lembaga adat di Nagari yang dimaksud itu adalah Lembaga Kaum (Pangulu Kaum dan Perangkatnya), Lembaga Kampuang (Tuo Kampuang dan perangkatnya), Lembaga Suku (Pangulu Suku dan Perangkatnya) serta Lembaga Nagari (Pucuak dan atau Kaampek Suku dan perangkatnya). Sedangkan lembaga kemasyarakatan lainnya adalah KAN (Kerapatan Adat Nagari) dan Bundo Kanduang sebagai lembaga penunjang eksistensi lembaga adat yang asli. Untuk mencapai tujuan dan sasaran Misi 6 ini dilaksanakan strategi sebagai berikut: 1) peningkatkan vitalitas lembaga adat asli masyarakat nagari yang berada di Kota Payakumbuh; 2) peningkatan peran serta lembaga adat masyarakat lokal di nagari dalam mencari solusi permasalahan di tengah masyarakat; 3) peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan perangkat lembaga adat masyarakat lokal; 4) peningkatan pembiayaan bagi operasional lembaga adat masyarakat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya; dan 5) peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas lembaga adat masyarakat lokal. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

19 II. Misi 7: Mengoptimalkan Pembangunan Infrastruktur Publik dan Fasilitas Umum sesuai RTRW Kota Payakumbuh Dalam mengoptimalkan pembangunan infrastruktur, Kota Payakumbuh tetap mengacu pada prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam upaya menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, kualitas dan kuantitas lingkungan hidup yang bersih serta menyenangkan akan dapat diwujudkan melalui pencegahan pengotoran air, polusi udara, penataan pembangunan yang merata sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Untuk mencapai sasaran yang hendak diwujudkan pada Misi 7 dilaksanakan strategi sebagai berikut: 1) peningkatan fungsi kawasan sesuai dengan peruntukkannya; 2) membangun kawasan yang menjadi ikon kota; 3) pengembangan prasarana dan sarana perdagangan dan perekonomian; 4) pengembangan dan penataan SPPK; 5) meningkatkan aksesibilitas ke seluruh kawasan di wilayah Kota Payakumbuh; 6) peningkatan infrastruktur air bersih, listrik, telepon, air limbah, drainase dan persampahan; 7) meningkatkan struktur jaringan jalan yang sistematis; 8) peningkatan ketersediaan sumber-sumber air baku untuk pemenuhan kebutuhan air minum dan irigasi; 9) peningkatan dan pemeliharaan kualitas prasarana dan sarana sistem irigasi; 10) pembangunan prasarana dan sarana pengamanan tebing sungai dan pengendalian banjir; 11) pembangunan prasarana dan sarana perhubungan yang berkesinambungan; 12) peningkatan pelayanan transportasi umum; 13) pembenahan pelayanan dan fasilitas perparkiran; 14) penataan kawasan yang berwawasan lingkungan; 15) pembangunan dan peningkatan sarana pengelolaan limbah yang dapat merusak kualitas lingkungan; 16) mewujudkan RTH yang berkualitas; 17) peningkatan sarana dan prasarana serta kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana; 18) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pemerintahan; 19) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana keagamaan; 20) peningkatan prasarana dan sarana olahraga yang representatif; 21) peningkatan peran organisasi keolahragaan; 22) peningkatan kualitas bibit olahragawan dan prestasi olahraga; 23) pelestarian bangunan bersejarah dan cagar budaya; 24) penguatan budaya daerah dan kearifan lokal dalam mendukung terwujudnya wisata budaya; 25) penguatan nilai-nilai budaya daerah; dan 26) peningkatan kapasitas kelembagaan adat, seni dan budaya daerah. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Misi 1: Menjadikan Payakumbuh sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru Berbasis Ekonomi Kerakyatan di Sumatera Barat. Arah kebijakan untuk melaksanakan strategi pada Misi 1 adalah 1) membangun dan mengembangkan simpul-simpul pertumbuhan ekonomi Kota atau Sub Pusat Pengembangan Kota sesuai RTRW Kota Payakumbuh; 2) membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana perekonomian Kota Payakumbuh; 3) menumbuhkembangkan industri kepariwisataan yang didukung oleh sektor perdagangan, hotel, restoran, industri dan jasa; 4) mengembangkan industri pariwisata yang religius berdasarkan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah; 5) peningkatan kualitas promosi wisata; 6) menyelenggarakan event-event pariwisata, seni dan budaya dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisata yang berskala daerah, nasional dan internasional; 7) mengembangkan wisata kuliner dalam rangka meningkatkan kunjungan wisata; 8) membangun pusat distribusi logistik untuk produk pertanian dalam arti luas; 9) pembentukan Perusahaan Daerah sebagai pengelola aset daerah yang dipisahkan; 10) memastikan dan membangun wawasan kedaulatan dan supply chain produk unggulan; 11) membangun dan mengembangkan kawasan industri dan pergudangan serta Rest Area; 12) meningkatkan keterampilan dan manajemen pelaku usaha UMKM; 13) pelatihan pemanfaatan teknologi bagi pengusaha industri; 14) membangun sarana dan prasarana pendukung yang membuka akses lebih luas dan membangun sistem logistik yang efisien dan bisa menumbuhkan keunggulan, 15) meningkatkan SDM petani; 16) mengembangkan sistem pertanian dan kelembagaan pasar pertanian; 17) optimalisasi Sub Terminal Agribisnis (STA) dan Terminal Agribisnis (TA); 18) meningkatkan SDM angkatan kerja; 19) memfasilitasi penempatan tenaga kerja di dalam dan di luar negeri; 20) meningkatkan keterampilan angkatan kerja sesuai kebutuhan pasar; 21) mengoptimalkan Balai Latihan Kerja dan lembaga sejenis; 22) meningkatkan kualitas pelayanan perizinan; 23) memfasilitasi calon investor yang masuk ke Kota Payakumbuh; 24) pemberian insentif bagi penanam modal/investor; 25) meningkatkan kelancaran arus distribusi barang dan jasa; 26) membangun kemitraan antara Pemerintah Kota dengan dunia usaha; dan 27) meningkatkan kemitraan bisnis bagi UKM dengan pengusaha dalam negeri/asing. Misi 2: Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Profesional dan Bebas KKN. Sedangkan arah kebijakan untuk melaksanakan strategi dari Misi 2 tersebut adalah: 1) menyusun rencana penerapan e- government yang konkret dan terukur; 2) membangun sistem jaringan informasi di lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh dan stakeholder lainnya; 3) menerapkan sistem kearsipan dan dokumentasi berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK); 4) menerapkan sistem pelaporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terintegrasi berbasis TIK; 5) meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan; 6) mengembangkan kualitas penyelenggaraan musrenbang daerah; 7) mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian sebagai dasar pengambilan kebijakankebijakan strategis di Kota Payakumbuh; 8) mengembangkan dan menyediakan sarana dan prasarana sosialisasi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat; 9) menyusun dan menyediakan instrumen hukum beserta SOP penyelenggaraan pemerintahan daerah; 10) memperkuat sistem penanganan pengaduan masyarakat yang dilakukan secara responsif, obyektif, transparan dan akuntabel; 11) membangun sinergisitas dan penguatan lembaga kemasyarakatan berdasarkan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah; 12) mengembangkan dan meningkatkan jalinan kerjasama dan kemitraan dengan pers, LSM, lembaga kemasyarakatan dan stakeholder lainnya; 13) meningkatkan kerjasama antar pemerintah; 14) menyusun dan menyediakan regulasi dan SPM pelayanan publik; 15) mengembangkan sistem dan manajemen pelayanan publik berbasis pemanfaatan dan pengembangan TIK; 16) meningkatkan kualitas SDM personil pemberi layanan publik; 17) pemberian reward bagi personil dan SKPD yang memberikan pelayanan publik yang prima dan berkualitas; 18) melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan publik secara berkala dan berkesinambungan, 19) pengelolaan manajemen kepegawaian berbasis TIK (egovernment); 20) melaksanakan revitalisasi/penataan kelurahan secara proporsional; 21) menyediakan dan mengembangkan sistem penegakan disiplin aparatur yang efektif disertai dengan pemberian reward dan punishment; 22) meningkatkan pemahaman hukum para aparatur terhadap bidang tugas pokok dan fungsinya; 23) penerapan pakta integritas bagi aparatur di lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh; 24) melakukan perekrutan aparatur berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja; 25) menyediakan sistem penilaian kinerja aparatur yang terukur, objektif dan berbasis kinerja, 26) menempatkan personil aparatur sesuai dengan kompetensinya; 27) mengembangkan, menyediakan dan memfasilitasi diklat yang berbasis kompetensi untuk para aparatur; 28) menyelenggarakan pemerintahan daerah yang profesional dan bebas KKN; 29) melaksanakan monitoring maupun pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kinerja aparatur; 30) pemberian penghargaan/reward bagi aparatur Pemerintah Daerah; 31) pembentukan Holding Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

20 BUMD dan kerjasama dengan BUMN dan dunia usaha; 32) meningkatkan kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah; 33) menerapkan dan mengembangkan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD); 34) melakukan pengelolaan barang milik daerah secara tertib, efisien, efektif dan akuntabel melalui penerapan aplikasi sistem informasi manajemen barang milik daerah; 35) menuntaskan status hukum kepemilikan barang milik daerah Kota Payakumbuh; 36) penerapan e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa; 37) mengembangkan sistem pengawasan dan pengendalian penggunaan anggaran dan pemanfaatan barang milik daerah berbasis TIK; 38) mengembangkan dan pengelolaan keuangan berbasis TIK; 39) peningkatan kualitas belanja daerah dalam APBD; 40) penetapan dan penyampaian Rancangan Perda APBD dan Rancangan Perda Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara tepat waktu; 41) menindaklanjuti laporan pengaduan masyarakat dan hasil temuan BPK dan instansi pengawas lainnya; 42) menyusun Program Legislasi Daerah (Prolegda) secara terencana sesuai dengan aspirasi masyarakat, perencanaan pembangunan dan penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; 43) menegakan pelaksanaan Perda dan peraturan perundangundangan lainnya dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan penghormatan terhadap HAM; dan 44) menyediakan database dan publikasi peraturan daerah dalam sistem informasi peraturan daerah. Misi 3: Mewujudkan Masyarakat yang Berakhlak Mulia dan Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Agama di Tengah Masyarakat. Dalam mengimplementasikan strategi yang telah disebutkan diatas, dirumuskan arah kebijakan sebagai berikut 1) peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan keagamaan; 2) meningkatkan peran dan fungsi ulama dan majelis ulama ditengah masyarakat; 3) meningkatkan standarisasi minimal prasarana dan sarana ibadah dan pengelolaannya; 4) meningkatkan fungsi dan peran masjid sebagai pusat kegiatan dan informasi bagi masyarakat; 5) menerapkan ABS-SBK dalam berbagai kegiatan di Kota Payakumbuh; 6) menghapus pornografi dan pornoaksi dalam berbagai kegiatan masyarakat; 7) meningkatkan pembinaan lembaga sosial keagamaan dan lembaga adat dan 8) mengembangkan forum komunikasi antar umat beragama. Misi 4: Mewujudkan Pendidikan yang Merata, Berkualitas dan Berkarakter untuk Mewujudkan Sumber Daya Manusia Kota Payakumbuh yang Berilmu dan Bermoral. Sedangkan arah kebijakan untuk melaksanakan strategi tersebut adalah 1) meningkatkan pemerataan dan akses pendidikan pada semua jenjang pendidikan; 2) meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua jenjang pendidikan; 3) meningkatkan layanan pendidikan non formal; 4) meningkatkan pengelolaan, pengawasan dan manajemen pendidikan; 5) meningkatkan kualitas lulusan sekolah; 6) fasilitasi pendidikan tinggi 7) penerapan pendidikan akhlak mulia sebagai bidang studi tambahan di semua jenjang pendidikan; 8) peningkatan kualifikasi guru; 9) fasilitasi sertifikasi guru; 10) pelatihan keislaman dan akhlak mulia bagi tenaga pendidik dan kependidikan; 11) meningkatkan penelitian dan pengembangan terapan; dan 12) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan penelitian dan pengembangan. Misi 5: Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Sedangkan arah kebijakan untuk melaksanakan strategi tersebut adalah 1) sosialisasi kesehatan kepada masyarakat; 2) peningkatan kualifikasi RSUD dr. Adnaan WD; 3) peningkatan kualitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan; 4) peningkatan kualitas pelayanan kesehatan; 5) meningkatkan pengembangan kapasitas tenaga kesehatan yang merata dan bermutu; 6) meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan yang merata; 7) meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan; 8) meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit secara intensif; 9) peningkatan penyehatan lingkungan dan pencegahan serta pemberantasan penyakit menular dan tidak menular; 10) peningkatan pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan 11) meningkatkan status gizi balita. Misi 6: Melakukan Revitalisasi Nagari dan Memberdayakan Kelembagaan Masyarakat Adat Lokal dalam Membangun Masyarakat dan Kota Payakumbuh. Sedangkan arah kebijakan untuk melaksanakan strategi tersebut adalah 1) pembinaan lembaga adat masyarakat lokal di nagari yang berada dalam Kota Payakumbuh; 2) optimalisasi peran dan fungsi lembaga adat masyarakat lokal di nagari yang berada dalam Kota Payakumbuh; 3) pengadaan dan atau melengkapi prasarana dan sarana lembaga sosial kemasyarakatan lokal di nagari yang berada dalam Kota Payakumbuh; 4) inventarisasi perangkat lembaga adat lokal dan potensi kekayaan adat masyarakat lokal di masing-masing nagari; 5) pendampingan dan penguatan terhadap perangkat lembaga masyarakat lokal di nagari; 6) mengembangkan pelatihan yang berkualitas; 7) mengembangkan pola insentif yang efektif dan 8) mengembangkan pola pengawasan berbasis masyarakat. Misi 7: Mengoptimalkan Pembangunan Infrastruktur Publik dan Fasilitas Umum Sesuai RTRW Kota Payakumbuh. Sedangkan arah kebijakan untuk melaksanakan strategi sebagai berikut: 1) penataan kawasan pusat kota; 2) pembangunan pusat-pusat pengembangan baru (new development point); 3) menetapkan ikon Kota Payakumbuh dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat; 4) pembangunan prasarana dan sarana perdagangan dan perekonomian; 5) pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru pada SPPK; 6) pengembangan jaringan jalan baik peningkatan maupun pembangunan baru, terutama pada poros barat timur kota, khusus pengembangan boulevard baru sebagai jalan utama kota yang baru; 7) membangun infrastruktur air bersih, listrik, telepon, air limbah, drainase dan persampahankota Payakumbuh; 8) meningkatkan kualitas prasarana dan sarana jalan Kota Payakumbuh; 9) pembangunan sumber-sumber air baku baru; 10) konservasi terhadap sumber air baku yang telah ada; 11) rehabilitasi dan pemeliharaan terhadap prasarana dan sarana sistem irigasi; 12) pembangunan pengamanan tebing di sepanjang aliran sungai, pembuatan bangunan pengendalian aliran sedimen dan banjir; 13) pembangunan prasarana dan sarana transportasi massal; 14) pengendalian disiplin operasional angkutan jalan raya; 15) pembangunan fasilitas perparkiran; 16) menetapkan kebijakan pengendalian lingkungan hidup; 17) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup; 18) meningkatkan teknologi pengelolaan pencemaran lingkungan; 19) meningkatkan infrastruktur pengendalian dampak lingkungan; 20) pembangunan dan peningkatan fasilitas RTH; 21) pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana; 22) pembangunan prasarana dan sarana pemerintahan yang mendukung terciptanya pelayanan prima; 23) pembangunan prasarana dan sarana agama guna mendukung kegiatan keagamaan; 24) peningkatan prasarana dan sarana olahraga (Gedung Olahraga, Stadion dan sarana penunjang lainnya); 25) meningkatkan pembinaan olah raga yang intensif dan konsisten; 26) Pemberian insentif kepada organisasi keolahragaan dan olahragawan yang berprestasi; 27) revitalisasi bangunan bersejarah dan cagar budaya; 28) meningkatkan promosi budaya dan adat istiadat baik skala lokal, regional, nasional dan internasional dalam menunjang kepariwisataan; 29) meningkatkan dan mengembangkan lembaga adat, seni dan budaya daerah; 30) meningkatkan sosialisasi dan pendidikan adat dan budaya kepada generasi Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

21 muda dan 31) meningkatkan dan mengembangkan lembaga adat, seni dan budaya daerah. C. PRIORITAS DAERAH 1. Peningkatan Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Berbasiskan UMKM Pembangunan ekonomi kerakyatan diarahkan untuk memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat untuk bisa berkembang secara bersama, disektor pertanian, perindustrian, perdagangan, dan jasa-jasa. Pembangunan ekonomi kerakyatan dilakukan pemerintah dengan beberapa tingkatan melalui strategi berikut: a. Perlindungan UMKM Ekonomi kerakyatan merupakan kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh lapangan usaha yang pada umumnya digeluti oleh masyarakat banyak dalam rangka memenuhi kelangsungan hidupnya. Usaha tersebut umumnya berskala kecil, bersifat perorangan, menggunakan tenaga kerja upahan (buruh), seperti petani tradisional, pedagang kecil, buruh, pengrajin, jasa perorangan dan sebagainya yang kemudian sering kita dengar dengan sebutan UMKM (usaha mikro kecil dan menengah). Pengalaman krisis ekonomi menunjukkan bahwa yang ambruk bersama ekonomi kita atau bahkan yang menyebabkan ambruknya ekonomi negara kita pada waktu itu bukanlah ekonomi rakyat, tetapi usaha besar, kaum konglomerat yang besarnya ditopang oleh fasilitas serta kebijakan yang berpihak dan menguntungkan mereka, terutama dalam penyediaan modal melalui perbankan. Usaha ekonomi rakyat dan usaha kecil yang sedikit sekali menikmati fasilitas dan perlindungan, justru yang menjadi penopang ekonomi kita selama krisis. Bahkan banyak diantaranya yang justru berkembang selama krisis. Berdasarkan kenyataan itu maka Kota Payakumbuh dengan luas wilayah Ha dan jumlah penduduk jiwa, memprioritaskan pembangunan ekonominya pada ekonomi kerakyatan. Hal ini sangat dimungkinkan karena ekonomi Payakumbuh dimotori oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan potensi mencapai ± unit usaha. Dari jumlah tersebut 73,44% diantaranya adalah usaha mikro; 25,54% adalah usaha kecil; dan 1,02% merupakan usaha menengah-besar. Dalam rangka penanggulangan kemiskinan sebagai dampak krisis moneter dan krisis ekonomi global, maka pemerintah Kota Payakumbuh, sejak tahun 2003 telah menyiapkan lembaga pembiayaan yang didanai oleh APBD. Kelembagaan tersebut diberi nama Badan Pinjaman Dana Bergulir (BPDB) dengan sasaran usaha mikro dan koperasi Simpan Pinjam. Dengan program ini pula pedagang garendong yang menjual kebutuhan harian rumah tangga dari pasar tradisional Ibuh bisa berkembang, mulai dari gerobak ke sepeda dan sepeda motor. Dengan bersepeda motor pedagang garendong lebih mampu menjangkau ibu rumah tangga hingga ke daerah hinterland seperti Kabupaten Tanah Datar, Agam dan Limapuluh Kota. b. Pemberdayaan UMKM Usaha kecil (industri, petani agribisnis, pedagang, peternak ayam petelur, rumah makan, perbengkelan, usaha bordir dan sebagainya) yang mempekerjakan beberapa orang dengan usaha yang bersifat informal, perlu diberdayakan oleh pemerintah melalui pelatihan kewirausahaan, pinjaman dana bergulir, fasilitasi pemasaran dan kemitraan usaha. Dengan pemberdayaan tersebut maka ke depan diharapkan usaha kecil bisa berkembang menjadi usaha menengah dan usaha menengah menjadi usaha besar yang mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih besar pula. Pemberdayaan usaha kecil diupayakan berkelompok untuk memudahkan pembinaan. Kelompok masyarakat (Pokmas) jika membentuk wadah disebut kelembagaan, jika di sektor pertanian terdapat kelembagaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Poktan dan Gapoktan), maka di sektor industri dan perdagangan dinamakan asosiasi, dan berbagai nama kelembagaan ekonomi lainnya. Pemberdayaan kelembagaan dan pelaku ekonomi ini di Kota Payakumbuh dilakukan secara komprehensif dan terpadu, artinya semua permasalahan yang di hadapi oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah, difasilitasi oleh pemerintah dari hulu (up stream) sampai ke hilir (down stream) baik disisi produksi, distribusi, permodalan, maupun pemasaran. Namun tentu saja dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan anggaran daerah maupun dukungan pemerintah pusat dan propinsi. c. Penguatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM perlu penguatan untuk kepemilikan aset dan peningkatan kapasitas sehingga berdaya saing. Untuk itu perlu difasilitasi akses ke perbankan untuk mendapatkan kredit, pemberian insentif, subsidi, dan penciptaan iklim usaha yang sehat. Selain itu usaha mikro kecil dan menengah juga perlu difasilitasi untuk melakukan kerjasama dalam bentuk kemitraan, baik dengan usaha besar maupun usaha sejajar dalam bentuk kegiatan yang saling melengkapi dan mendukung sehingga saling menguntungkan Akhirnya dengan berkembangnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dilindungi, diberdayakan, dan diperkuat oleh pemerintah dan pemerintah daerah sehingga produksi dan produktifitasnya meningkat baik disektor pertanian, perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa-jasa maka perekonomian daerah akan tumbuh lebih cepat dan tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang lebih luas sehingga akan lebih banyak menyerap angkatan kerja. Dengan demikian masalah pengangguran dan kemiskinan akan dapat ditekan dan di atasi. Selain itu upaya untuk mendorong investasi dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah juga terus dikembangkan melalui pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang terkait dengan penciptaan iklim usaha yang kondusif dan bersaing, penataan regulasi perizinan, pengembangan pola kemitraan dan kerjasama daerah serta pengembangan kawasan dan peningkatan infrastruktur perekonomian. Dengan kondisi tersebut di atas, maka tujuan peningkatan pembangunan ekonomi kerakyatan yang berbasiskan UMKM pada tahun 2014 adalah meningkatkan kapasitas UMKM dalam peningkatan produksi, penyerapan tenaga kerja dan menurunkan tingkat kemiskinan di kota Payakumbuh. Sasaran yang akan dicapai dari prioritas ini adalah: Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi tahun 2014 mencapai 6,89 % dan peningkatan pendapatan perkapita menjadi Rp ,- dengan menerapkan arah kebijakan: 1) Mewujudkan stabilisasi harga kebutuhan pokok agar penghidupan masyarakat tidak semakin memburuk, dengan fokus kegiatan: a) Penyelenggaraan pasar murah dan bazaar pada waktu dan tempat yang tepat. 2) Pengembangan lapangan usaha dan kelembagaan yang mendukung pertumbuhan komoditi unggulan daerah, dengan fokus kegiatan: Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

22 a) Melanjutkan pembangunan dan pemanfaatan sarana pemasaran yang masih terbengkalai seperti pembangunan pondok promosi, sentra pemasaran peternakan terpadu. b) Penguatan kelembagaan, jaringan informasi pasar dan promosi produk unggulan. c) Menjalin dan penguatan kemitraan usaha. 3) Membangun dan Mengembangkan simpul-simpul pertumbuhan ekonomi kota atau Sub Pusat Pengembangan Kota (SPPK) sesuai RTRW Kota Payakumbuh dengan fokus kegiatan: a) Pengembangan sentra-sentra/outlet perdagangan b) Penataan pedagang kaki lima dan pedagang kuliner malam. 4) Membangun dan Mengembangkan kawasan industri dan pergudangan serta Rest Area dengan fokus kegiatan: a) Pengembangan pergudangan dan bongkar muat b) Menyiapkan terminal khusus barang c) Pembenahan sistem jaringan transportasi perkotaan 5) Meningkatnya pemanfaatan lahan dan potensi pertanian dengan menerapkan arah kebijakan: a) Pengembangan dan pemberdayaan usaha pertanian dengan fokus kegiatan: Penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian 6) Meningkatnya produksi pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan, dengan menerapkan arah kebijakan: a) Revitalisasi pertanian dengan fokus kegiatan: Pengembangan kawasan sentra agribisnis dengan pola agropolitan Pengembangan kawasan sentra agrowisata Pembinaan dan penguatan kelembagaan petani Peningkatan populasi ternak 7) Meningkatnya investasi dalam bentuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 12,08% dengan menerapkan arah kebijakan: a) Kerjasama antar daerah dan luar negeri dengan fokus kegiatan: Kerjasama daerah untuk mengembangkan aktivitas ekonomi bersama secara adil, proporsional dan sehat. b) Peningkatan iklim usaha untuk mendorong investasi dengan fokus kegiatan: Peningkatan regulasi dan promosi investasi. Pengembangan usaha penginapan dan perhotelan serta turunan usaha pendukungnya. 8) Meningkatnya akses ke permodalan dan pemasaran untuk peningkatan kapasitas UMKM dan koperasi, dengan menerapkan arah kebijakan: a) Pengembangan dan peberdayaan UMKM dan Koperasi dengan fokus kegiatan: Fasilitasi peningkatan akses ke permodalan bagi pelaku ekonomi b) Pengembangan kelembagaan ekonomi dan pembiayaan untuk mendukung akses ke permodalan dan pemasaran dengan fokus kegiatan Mendorong aktivitas Koperasi, BLUD, STA, LKMA, KMN dan TA. Peningkatan fungsi STA menjadi TA berskala regional. Peningkatan keterampilan kewirausahaan dan manajemen usaha. 9) Meningkatnya penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dalam pengembangan industri dan kerajinan rakyat dengan menerapkan arah kebijakan a) Pemberdayaan usaha dan peningkatan kualitas hasil industri dan kerajinan rakyat dengan fokus kegiatan. Peningkatan produktivitas dan kualitas (daya saing) produk industri dan kerajinan menggunakan TTG. 10) Meningkatnya penataan kawasan pengembangan ekonomi a) Penataan kawasan ekonomi yang jelas, tegas dan konsisten guna menjamin kelangsungan usaha dengan fokus kegiatan: Lanjutan revitalisasi Pasar Ibuh menuju pasar sehat; Memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya pusat perdagangan modern maupun pasarpasar tradisional. 2. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik Upaya mewujudkan prinsip-prinsip good governance seperti transparansi, akuntabilitas, rule of law, kompetensi, partisipasi dan social justice dalam mengelola pemerintahan di Kota Payakumbuh dimulai dari lingkungan Pemerintah Kota. Langkah-langkah yang diambil antara lain adalah: a. Peningkatan komitmen pelayanan dan disiplin aparatur pemerintah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, termasuk meningkatkan etos kerja serta efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia dan jaminan adanya pelayanan pemerintahan yang bebas dari unsur-unsur KKN; b. Penetapan petunjuk dan prosedur pelayanan secara jelas dan transparan serta peningkatan frekunesi sosialisasi peraturan-peraturan dan perizinan; c. Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur dan peningakatn semangat pegabdian aparatur pemerintah kota payakumbuh; d. Penetapan tindakan tegas bagi setiap pelanggaran yang dilakukan oleh setiap pejabat dan staf sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu berbagai langkah-langkah yang sama juga akan diberlakukan bagi masyarakat luas. Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran hukum masyarakat dapat menyebabkan lemahnya perilaku dan kesadaran masyarakat akan hukum. Karena itu sosialisasi dan penyuluhan produk hukum perlu digalakkan malalui pelaksanaan kegiatan: a. Peningkatan kegiatan penyuluhan hukum terpadu antar instansi terkait; b. Peningakatan kegiatan produk hukum daerah (operasi yutisi) untuk menghindari kemungkinan terjadinya diskriminasi perlakuan hukum, praktek kolusi, korupsi dan nepotisme yang dapat memicu kemarahan masyarakat; c. Sosialisasi yang mengarah kepada pembentukan sikap dan perilaku anggota masyarakat termasuk penyelenggaraan negara yang menghomati dan menjunjung tinggo hukum yang berlaku; d. Mewujudkan sistem hukum daerah yang serasi dengan sistem hukum nasional melalui legislasi terpadu; Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

23 e. Membangun momentum bagi berlangsungnya perubahan paradigma kekuasaan menjadi paradigma moral dan akal budi; f. Peningkatan kualiatas aparatur pendukung produk-produk hukum daerah. Selanjutnya juga melaksanakan kegiatan lain yang bertujuan untuk menegakkan prinsip-prinsip penghargaan terhadap hak azazi manusia melalui kegiatan seperti: a. Meningkatkan pemahaman dan penghargaan hak azazi manusia di kalangan aparatur pemerintah, aparatur keamanan dan masyarakat luas; b. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan yang melawan terhadap Hak Azazi Manusia. Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, sasaran pembangunan yang ditetapkan adalah: a. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efektif, efisien dan akuntabel melalui penerapan e-governance dengan kebijakan penerapan e- government, membangun sistem sistem jaringan informasi di lingkungan pemerintah kota payakumbuh dan stake holder lainnya, menerapkan sistem kearsipan dan dokumentasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi, menerapkan sistem pelaporan penyelenggaraan pemerintah daerah yang berbasis TIK; b. Meningkatnya kualitas produk hukum daerah yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan kepentingan penyelenggaraan pemerintah daerah dengan kebijakan menyusun program legislasi daerah secara terencana, perencanaan pembangunan dan penjabaran lebih lanjut, peraturan perundangan yang lebih tinggi, menegakkan pelaksanaan perda dan peraturan perundang-undangan lainnya dengan menjunjung tinggi supermasi hukum dan penghormatan terhadap HAM, selain itu kebijakan yang dilaksanakan adalah menyediakan data base dan publikasi peraturan daerah dalam sistem informasi daerah; c. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam perencanaan dalam pelaksanaan dan pengawasan pemerintah daerah dengan kebijakan menyumbangkan dan meningkatkan kualitas penyelenggraan Musrenbang daerah, mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian sebagai dasar engambil kebijakan strategis, mengembangkan dan menyediakan sarana dan prasarana penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat, memperkuat sistem penanganan pengaduan masyarakat, membangun sinergitas dan penguatan kelembagaan kemasyarakatan berdasarkan ABS-SBK, mengembangkan dan meningkatkan jalinan kerjasama dan kemitraan dengan pers, LSM, lembaga kemasyarakatan dan stakeholder. Selanjutnya kebijakan yang akan dilaksanakan adalah menyusun dan menyediakan instrumen hukum beserta SOP mengenai bentuk dan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah; d. Sasaran selanjutnya adalah terciptanya sistem dan manajemen pelayanan publik yang cepat, mudah, murah, transparansi, pasti dan terjangkau serta berbasis TIK dengan kebijakan menyusun dan menyediakan SOP pelayanan publik, mengembangkan sistem dan manajemen pelayanan publik berbasis pemanfaatan TIK, meningkatkan kualitas SDM personil pemberi layanan publik; e. Tersusunnya struktur kelembagaan pemerintahan Kota Payakumbuh yang proporsional, efektif dan efisien melalui kebijakan melalui pengelolaan manajemen kepegawaian berbasis TIK, menyediakan dan mengembangkan sistem penegakan disiplin aparatur yang efektif disertai dengan pemberian reward dan punishment, meningkatkan pemahaman hukum para aparatur terhadap tupoksinya, penerapan pakta integritas bagi aparatur, melakukan perekrutan aparatur berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja, menyediakan sistim penilaian kinerja aparatur yang terukur, obyektif dan berbasis kinerja dan menempatkan personal apartur sesuai dengan kompetensinya; f. Meningkatkan kemampuan profesional, integritas, kepribadian dan disiplin aparatur dengan kebijakan mengembangkan, menyediakan dan memfasilitasi diklat yang berbasis kompeteni untuk aparatur; g. Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah dan rasio kemandirian keuangan daerah dengan kebijakan pembrntukan holding BUMD dan kerjasama dengan BUMN dan dunia usaha, meningkatkan kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah; h. Optimalisasi pengelolaan keuangan daertah dengan kebijakan menerapkan dan mengembangkan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah (SIPKD); i. Diraihnya laporan keuangan pemerintah Daerah (LKPD) berstatus Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK RI dengan kebijakan melakukan pengelolaan barang milik daerah secara tertib, efisien, efektif dan akuntabel. Menuntaskan status hukum barang milik daerah, penerapan e- procurement, mengembangkan sistim pengawasan dan pengendalian penggunaan anggaran dan pemanfaatan barang milik daerah berbasis TIK, peningkatan kualitas belanja daerah dalam APBD, penetapan dan penyampaian rancangan perda pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan menindak lanjuti laporan pengaduan masyarakat dan hasil temuan BPK RI serta instansi pengawasan. 3. Penurunan Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran Menurunkan angka kemiskinan merupakan tanggung jawab pemerintah dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat menjadi lebih layak dan bermartabat. Terkait dengan permasalahan sebagaimana telah diuraikan pada bab 2 dan belum diterimanya data yang lebih detail mengenai hasil PPLS 2011 (by name by address) maka sasaran dari prioritas Penurunan Angka Kemiskinan pada tahun 2013 sebagai berikut: a. Berkurangnya jumlah masyarakat miskin sebanyak 458 RTS (6,5%) dari RTS pada tahun 2011 menjadi RTS pada tahun 2014; b. Berkurangnya jumlah pengangguran terbuka dari 6,77% pada tahun 2011 menjadi 6% pada tahun 2014 ; c. Meningkatnya ketersediaan bahan pokok dan peningkatan daya beli masyarakat; d. Terpenuhinya tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan klinik spesialis yang representatif. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka arah kebijakan yang ditempuh adalah dengan cara, melalui: a. Peningkatan pelayanan dasar masyarakat miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial. b. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat. c. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja d. Mengembangkan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat e. Penyediaan dana bergulir dan pendampingan masyarakat f. Peningkatan peran serta kepemudaan g. Peningkatan semangat kewirausahaan pemuda h. Pengendalian distribusi dan ketersediaan bahan pokok. i. Memfasilitasi Berkembangnya fasilitas pelayanan kesehatan j. Adapun fokus kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 adalah: k. Memberikan bantuan dan perlindungan social l. Pemberian beasiswa untuk keluarga miskin m. Pemberian kemudahan berobat bagi keuarga miskin n. Mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat o. Pengembangan fasilitas kredit perbankan bagi UKM dan dunia usaha khususnya UMKM p. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

24 q. Pengendalian harga dan pembinaan ketahanan pangan. r. Pembinaan dan pengawasan. 4. Pengembangan Pariwisata dan Budaya Daerah Pengembangan Pariwisata dan Budaya Daerah merupakan prioritas agar mendapat perhatian yang lebih serius, karena dengan adanya peningkatan di sektor wisata akan dapat menggerakan sektor lainnya seperti perdagangan, telekomunikasi dan komunikasi, transportasi, industri serta sektor informal yang berkembang di masyarakat. Berdasarkan analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja yang dierencakan dalam RPJMD, maka sasaran pembangunan pengembangan pariwisata dan budaya daerah tahun 2014 adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya kunjungan wisata ke Kota Payakumbuh dengan menerapkan arah kebijakan: 1) Membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana wisata dengan fokus kegiatan: a) Peningkatan objek wisata unggulan sejalan dengan pembinaan seni dan pelestarian budaya daerah b) Mendorong dan memfasilitasi peran swasta dalam pengembangan wisata seperti hotel, restoran dan sebagainya. b. Meningkatnya perekonomian masyarakat sejalan dengan berkembangnya pariwisata, seni dan budaya daerah dengan menerapkan arah kebijakan: 1) Meningkatkan manajemen pengelolaan pariwisata secara professional dengan fokus kegiatan: a) Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan pariwisata dan menggiat kan promosi wisata melalui berbagai media b) Pengembangan Pusat Promosi Pariwisata c. Berkembangnya wisata kuliner, dengan menerapkan arah kebijakan: 1) Mendorong dan menggerakkan industri pariwisata a) Peningkatan koordinasi, kerjasama daerah dan sinergitas pembangunan kepariwisataan dengan pelaku usaha b) Pengintegrasian Pariwisata Payakumbuh dengan Pariwisata Sumatera Barat beserta sistemnya c) Pengembangan Industri Cinderamata d. Meningkatnya perhatian dan kesadaran masyarakat untuk menghargai serta melestarikan seni dan budaya daerah dengan menerapkan arah kebijakan: 1. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya daerah a) Peningkatan pembinaan seni dan budaya daerah b) Mengembangkan Jasa Hiburan dan Rekreasi bagi masyarakat seperti Sarana Olahraga/ Klub Olahraga, Stasiun Pemancar Radio, Sasana Budaya, dan sebagainya. 5. Peningkatan Iman dan Taqwa Pembangunan sumberdaya manusia memerlukan keseimbangan antara intelegensia, emosional dan spiritual sebagai pembentuk kepribadian dan karakternya. Oleh sebab itu peningkatan nilainilai keimanan dan ketaqwaan masyarakat juga diperlukan untuk membentengi diri dari perbuatan yang dilarang agama yang dapat merugikan baik bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Salah satu upaya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat adalah dengan meningkatkan kualitas dan peran lembaga-lembaga keagamaan, tenaga pengajar dan kelompok pengajian ditengah masyarakat. Kebijakan ini didukung oleh kebijakan anggaran dengan memberikan bantuan kepada organisasi keagamaan, guru-guru TPA/TPSA, garin mesjid dan kelompok-kelompok Yasin yang tersebar di setiap kelurahan sehingga dapat lebih berperan aktif dalam mensyiarkan agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari peningkatan iman dan taqwa memang tidak dapat diukur secara langsung karena berkaitan dengan perubahan perilaku seseorang, namun secara umum dampaknya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat dan lingkungan seperti menurunnya angka kejahatan, berkurangnya kegiatan-kegiatan yang merupakan penyakit masyarakat (pekat) serta meningkatnya keamanan ditengah masyarakat. Semakin derasnya arus globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah membuka peluang terjadinya interaksi budaya. Proses interaksi ini di satu sisi bisa berpengaruh positf terhadap perkembangan karakter SDM dan perubahan orientasi tata nilai dan perilaku, namun di sisi lain dapat menimbulkan pengaruh negatif, seperti munculnya identitas dan prilaku yang tidak sesuai dengan nilai tradisi, budaya, serta norma adat dan agama yang dianut masyarakat khususnya di kota Payakumbuh. Oleh sebab itu perlu adanya dukungan berupa kegiatan-kegiatan yang dapat memperkuat masyarakat kota Payakumbuh khususnya generasi muda dalam membentengi diri agar tidak jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan yang melanggar agama, adat, dan aturan serta nilai yang berlaku. Berdasarkan analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, sasaran pembangunan yang ingin dicapai dari prioritas peningkatan iman dan taqwa ini di tahun 2014 adalah: a. Meningkatnya peran dan fungsi lembaga keagamaan dan sosial kemasyarakatan secara terintegrasi dalam pembinaan akhlak ditengah masyarakat; b. Terwujudnya kerukunan hidup antar umat beragama; c. Meningkatnya Keimanan dan Ketaqwaan Masyarakat Kota Payakumbuh; d. Menurunnya angka kejahatan/kriminalitas dan penyakit masyarakat lainnya; e. Berkurangnya kenakalan remaja dan perbuatan maksiat Arah Kebijakan: a. Meningkatkan kapasitas dan peran lembaga keagamaan dan sosial kemasyarakatan; b. Peningkatan pelayanan dan pembinaan kehidupan beragama; c. Peningkatan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama, adat dan Peraturan perundan-undangan; d. Peningkatan pembinaan dan pengawasan terhadap pemuda dan generasi muda; e. Fokus Kegiatan: f. Pembinaan dan peningkatan fungsi, peran adat dan agama serta koordinasi stakeholder; g. Pelaksanaan koordinasi lintas sektor dalam membina kerukunan kehidupan beragama; h. Peningkatan pendidikan agama dan keagamaan; i. Penyuluhan, pembinaan dan penanggulangan masalah penyakit masyarakat; j. Pelaksanaan gerakan terpadu pengamalan ABS-SBK; k. Pembinaan bagi eks penyandang masalah sosial (napi, PSK, Narkoba dan pekat lainnya); l. Pemberantasan Pekat; m. Gerakan terpadu pembinaan terhadap pemuda dan generasi muda. 6. Peningkatan Pemerataan dan Kualitas Pendidikan Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat kecerdasan dan keterampilan serta sikap manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka kualitas sumber daya manusia juga semakin tinggi. Pemerintah dalam setiap rencana pembangunan selalu menetapkan pendidikan sebagai salah satu urusan yang harus mendapat perhatian penting. Hal ini berkaitan dengan penyediaan sumber daya manusia yang Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

25 berkualitas secara intelegensia maupun skill yang mampu menunjang kebutuhan pada era sekarang ini. Dalam menunjang sektor pembangunan di bidang pendidikan diperlukan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi juga merupakan prasyarat mutlak untuk mewujudkan pemerataan kualitas pendidikan dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang memiliki kompentensi tinggi sesuai dengan harapan masyarakat yang maju dan sejahtera. Berdasarkan evaluasi dan permasalahan yang dihadapi, maka sasaran yang akan dicapai pada prioritas Peningkatan Kualitas Pendidikan tahun 2014 adalah: a. Meningkatnya mutu/kualitas untuk semua jenjang pendidikan, yang ditandai dengan: 1) Meningkatnya APM dan APK pada semua jenjang pendidikan, APM SD 124% SMP 91% SMA 110% APK SD sebesar 138%, SMP 120% dan SMA 138% pada tahun ) Meningkatnya jumlah lulusan SD menjadi 100%, SMP menjadi 97,6%, SMA menjadi 99,50% dan SMK menjadi 83% dan Berkurangnya angka mengulang SD menjadi 6,71%, SMP menjadi 1,3%, SMA menjadi 0,37% dan SMK menjadi 1,5%. 3) Meningkatnya persentase guru yang memenuhi kualifikasi S1 dan S2 4) Meningkatnya persentase guru yang memiliki sertifikasi 5) Menurunnya angka putus sekolah, SD menjadi 0%, SMP menjadi 0,8% SMA menjadi 0% dan SMK menjadi 3,41% 6) Meningkatnya daya saing lulusan sekolah kejuruan 7) Meningkatnya angka melek huruf menjadi 99,7% 8) meningkatnya rata-rata lama sekolah dari 9,7 menjadi 9,96 9) Terpenuhinya rasio buku pokok SD 1:3, SMP 1:5 dan SMA/K 1:8 10) Ketersediaan laboratorium biologi dan Fisika untuk SMP, biologi,fisika, Kimia,bahasa,multimedia untuk SMA 11) Terpenuhinya rasio siswa/kelas SMP: 1: 32, MTs: 1: 32, SMA: 1: 32, MA: 1: 32, SMK: 1: 32 b. Terbentuknya anak didik yang sehat, bersikap mental baik, bermoral, berakhlak mulia, cerdas, cakap dan terampil c. Terlaksananya pemerataan kualitas tenaga pendidik dan sarana penunjang pendidikan di seluruh sekolah pada semua jenjang pendidikan d. Meningkatnya minat baca masyarakat dengan pemanfaatan perpustakaan daerah e. Terbukanya peluang usaha baru bagi masyarakat f. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan g. Menurunkan Angka Putus Sekolah h. Meningkatnya jumlah lulusan SMA/SMK yang diterima di PTN (2 Besar Sumbar) i. Berkembangnya pendidikan tinggi yang ditandai dengan penambahan program studi, peningkatan penerimaan mahasiswa dan kualitas dosen, sarana prasarana dan lainlain Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kebijakan yang ditempuh pada tahun 2014 adalah: a. Peningkatan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal bidang pendidikan b. Penerapan pendidikan berkarakter c. Pemetaan kebutuhan tenaga pendidik d. Peningkatan pembinaan terhadap perpustakaan dan taman bacaan masyarakat e. Peningkatan pembinaan pendidikan non formal f. Peningkatan manajemen pelayanan pendidikan g. Mewujudkan Pendidikan yang murah, merata dan bermutu (3M) h. Fasilitasi pendidikan tinggi Fokus kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 adalah: a. Peningkatan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan 1) Peningkatan pendidikan bagi anak usia dini/informal 2) Peningkatan kualitas wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan program belajar 12 tahun 3) Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan menengah b. Peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan c. Penambahan kurikulum dalam muatan lokal untuk pembentukan akhlak mulia d. Memberikan pemahaman tentang pedidikan berkarakter e. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan f. Peningkatan kulitas layanan perpustakaan daerah g. Pengembangan perpustakaan dan taman bacaan masyarakat h. Memfasilitasi pengembangan pembinaan pendidikan non formal (kewirausahaan, keterampilan, kecakapan hidup) i. Pemberian beasiswa j. Peningkatan Fasilitasi pendidikan bagi siswa kurang mampu 7. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Sasaran yang akan dicapai pada prioritas Peningkatan Kualitas Kesehatan tahun 2014 adalah: a. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan ibu & anak yang diukur dari: 1) Menurunnya angka kematian bayi menjadi maksimal 10 kasus pada tahun ) Meningkatnya persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4 minimum 90% pada tahun ) Dipertahankannya persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani minimum 95% pada tahun ) Tercapainya Standar Minimal angka persalinan oleh tenaga kesehatan minimal 90 % pada tahun ) Angka persentase cakupan pelayanan nifas minimum 95 % pada tahun ) Angka persentase cakupan neonatus dengan komplikasi pada tahun 2014 diperkirakan 100%. 7) Meningkatnya persentase cakupan kunjungan bayi minimum 90% pada tahun ) Meningkatnya persentase cakupan pelayanan anak balita minimal 75% pada tahun ) Meningkatnya persentase desa/kelurahan UCI (Universal Child Immunization) minimal 90% pada tahun ) Meningkatnya pencapaian keluarga PHBS diatas 75%pada tahun ) Menurunnya persentase balita BGM menjadi 0,2% pada tahun ) Meningkatnya angka D/S menjadi 86% pada tahun b. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan 1) Meningkatnya kesembuhan penderita TBC diatas 90% pada tahun 2014; dan 2) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan. c. Meningkatnya fungsi rumah sakit umum dalam melayani kesehatan masyarakat. d. Terpenuhinya tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan klinik spesialis yang representatif. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kebijakan yang ditempuh pada tahun 2014 adalah: 1) Peningkatan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat; 2) Peningkatan pelayanan preventif dan kuratif; 3) Peningkatan ketersediaan obat dan sarana kesehatan; 4) Peningkatan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; 5) Peningkatan kualitas sanitasi masyarakat; 6) Peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit; Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

26 7) Fasilitasi berkembangnya fasilitas pelayanan kesehatan; Fokus kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 adalah: 1) Peningkatan kualitas SDM dan tenaga kesehatan 2) Perbaikan gizi masyarakat; 3) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan dasar dan rumah sakit; 4) Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular; 5) Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; 6) Penanggulangan KEP, KVA dan Anemia gizi lainnya; 7) Pengadaan obat essensial dan sangat essensial; 8) Penanggulangan penyakit menular; 9) Penanggulangan penyakit tidak menular; 10) Melakukan penyuluhan kesehatan dan lingkungan, meningkatkan peran serta masyarakat antara lain melalui penerapan Kawasan Bebas Merokok dan Car Free Day; 11) Peningkatan pelayanan kesehatan di RSU menuju kualitas sesuai Klasifikasi Tipe B; 12) Pemenuhan sarana dan prasarana Layanan Spesialis; 13) Peningkatan kualitas dan kuantitas dokter spesialis; dan 14) Pembinaan dan pengawasan. 8. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Peningkatan kualitas lingkungan hidup merupakan prioritas karena kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang terkonsentrasi di wilayah perkotaaan, perubahan gaya hidup yang konsumtif serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup. Pencemaran sungai dan tanah oleh industri pertanian dan rumah tangga memberikan dampak negatif yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan lingkungan secara keseluruhan, maka sasaran pembangunan peningkatan kualitas lingkungan hidup tahun 2014 adalah: a. Terkelolanya sampah dengan baik, sehingga dapat bernilai ekonomis; b. Terpenuhinya kualitas air sungai sesuai dengan baku mutu air; c. Terciptanya air tanah yang berkualitas bebas dari pembuangan air limbah rumah tangga; d. Terciptanya udara yang bersih dan bebas polusi; e. Terpeliharanya kawasan konservasi. Untuk mendukung sasaran peningkatan kualitas lingkungan tersebut diperlukan arah kebijakan sebagai berikut: a. Pemberdayaan kelompok-kelompok masyarakat dalam pengelolaan sampah; b. Penerapan pengelolaan sampah melalui sistem 3 R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle (mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang); c. Pemeliharaan sumber daya air sungai yang berwawasan lingkungan; d. Pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan; e. Pengendalian dan pengawasan faktor pemicu polusi udara; f. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang dan kawasan konservasi; Fokus kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 adalah: a. Pembinaan kepada kelompok-kelompok masyarakat dalam pengelolaan sampah; b. Peningkatan cakupan pelayanan persampahan dan optimalisasi pemanfaatan TPA Regional; c. Pengendalian pemanfaatan sumber daya air sungai; d. Pengelolaan DAS terpadu; e. Fasilitasi pembangunan WC dengan sistem septictank komunal pada kawasan kumuh; f. Pengembangan dan peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan aturan yang telah diterapkan; g. Optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian; dan h. Penerapan Perda RTRW. 9. Peningkatan Sarana dan Prasarana Peningkatan Sarana dan Prasarana perkotaan merupakan prioritas karena dilihat dari kondisi sarana dan prasarana saat ini masih ditandai dengan belum optimalnya aksebilitas,kualitas ataupun cakupan pelayanan. Di sisi lain pembangunan sarana dan prasarana diharapkan mampu menjadi pendukung pembangunan sektor rill, pengembangan wilayah, pendukung sektor produksi, mempercepat perkembangan perekonomian dan meningkatkan pelayanan bagi masyarakat Kota Payakumbuh dan wilayah sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis terhadap evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, maka sasaran pembangunan sarana dan prasarana perkotaan tahun 2014 adalah sebagai berikut: a. Terwujudnya aksebilitas yang merata diseluruh wilayah kota; b. Meningkatnya rasa aman dan nyaman pemakai lalulintas; c. Terpenuhinya kebutuhan perumahan masyarakat yang memenuhi standar; d. Meningkatnya pembangunan drainase sepanjang 5,4 km (dari 68,7km tahun 2013 menjadi 74,1km pada tahun 2014); e. Meningkatnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman; f. Terlaksananya pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya; g. Meningkatnya kualitas dan kuantitas saluran irigasi dari 161 km tahun 2013 menjadi 171 km tahun 2014; h. Berkurangnya bencana banjir dan kerusakan sungai; i. Meningkatnya prestasi dan pemasyarakatan olahraga; j. Meningkatnya ketersediaan Penerangan Jalan Umum (PJU) sebanyak 150 titik pada tahun 2014; k. Tertibnya penempatan dan pembangunan tower; dan l. Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih sebesar 3,6% dari 97% tahun 2013 menjadi 100% pada tahun Sedangkan arah kebijakan peningkatan pembangunan sarana dan prasarana adalah: a. Peningkatan kualitas sistem jaringan prasarana transportasi; b. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana jalan serta bangunan pelengkap jalan; Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

27 c. Pengembangan alternatif-alternatif pembiayaan pengadaan perumahan; d. Perencanaan dan pembangunan drainase yang sesuai dengan master plan; e. Penataan lingkungan perumahan dan pemukiman; f. Peningkatan pengendalian dan pemanfaatan ruang; g. Peningkatan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi; h. Normalisasi aliran sungai; i. Meningkatnya ketersedian sarana dan prasarana olah raga; j. Penambahan daya dan perluasan jaringan listrik; k. Pengaturan penempatan tower; dan l. Optimalisasi potensi sumber air bersih. Fokus kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 adalah: a. Peningkatan kualitas jalan dan jembatan; b. Pemeliharaan jalan dan jembatan; c. Penambahan dan pemeliharaan bangunan pelengkap jalan (trotoar, marka dan rambu-rambu jalan); d. Memfasilitasi pengembangan perumahan oleh investor; e. Pembangunan dan rehabilitasi drainase kota; f. Pemberdayaan masyarakat dalam penataan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman; g. Penataan kawasan sesuai dengan RTRW; h. Penyusunan RDTRK dan Peraturan Zonasi (Zoning Regulation); i. Optimaliasi pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang; j. Pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi; k. Pengamanan daerah aliran sungai; l. Pengembangan dan pemeliharaan sarana olah raga/stadion olahraga; m. Memfasilitasi pengembangan jaringan listrik dan pemasangan lampu jalan; n. Pembentukan regulasi tentang penempatan tower; o. Meningkatkan manajemen pengelolaan air bersih; dan p. Mengembangkan kemitraan dengan pihak swasta atau masyarakat. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

28 PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 didasarkan pada prinsip sebagai berikut: 1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan urusan dan kewenangannya; 2. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; 3. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD; 4. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; 5. Memperhatikan asas keadilan dan kepatutan; dan 6. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya Kondisi umum pendapatan dan belanja Pemerintah Kota Payakumbuh pada ABPD Tahun 2014 dan Perubahan APBD Tahun 2014 mengalami peningkatan, sedangkan pembiayaan daerah terjadi penurunan karena target penerimaan pembiayaan yang bersumber dari SILPA tahun 2013 ternyata lebih besar dari realisasi SILPA setelah dilakukan audit oleh BPK RI. Secara lebih rinci hal tersebut dapat dilihat pada pada grafik dan tabel dibawah ini. Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh- DB 2014 A. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain-lain yang Sah. Berdasarkan grafik dibawah ini dapat terlihat perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Payakumbuh dari tahun 2011 sampai dengan tahun Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh- DB 2014 I. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2014, kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut: a. Pendapatan Asli Daerah Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 dan realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya, serta ketentuan peraturan perundang-undangan terkait 2) Tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha. 3) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah, agar memperhatikan potensi pajak daerah dan retribusi daerah 4) Penerimaan atas jasa layanan kesehatan masyarakat yang dananya bersumber dari hasil klaim kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diterima oleh SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang belum menerapkan PPK-BLUD, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan namun pada waktu berjalan, pengelolaa pendapatan Kapitasi BPJS diubah sebagaimana diatur oleh Peraturan Presiden RI Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Dana Kapitasi BPJS pada FKTP 5) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan atas penyertaan modal atau investasi daerah lainnya, harus rasional dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan, sesuai dengan tujuan penyertaan modal dimaksud. 6) Penerimaan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain- Lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai peruntukannya. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

29 b. Dana Perimbangan Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak yang terdiri atas DBH- Pajak Bumi dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan Perdesaan, DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) dan DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH- CHT) dialokasikan sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI mengenai Alokasi Sementara DBH-Pajak Tahun Anggaran ) Penganggaran Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA), yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH- Pertambangan Umum, DBH-Perikanan, DBH-Minyak dan Gas Bumi, DBH-Panas Bumi dialokasikan sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI mengenai Perkiraan Alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran ) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan sesuai Peraturan Presiden mengenai Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran ) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) dianggarkan sesuai Peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi DAK Tahun Anggaran c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain- Lain Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Penganggaran Dana Penyesuaian lainnya dan Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Penyesuaian lainnya dan Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran c. Penyederhanaan sistim dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah. Dengan adanya kejelasan, kepastian dan kesederhanaan berbagai regulasi yang ada serta pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat karena didorong dengan sumber pendanaan yang memadai dalam memenuhi kebutuhan pembangunan sarana dan prasarana perekonomian. d. Peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan serta memberikan reward dan punishment bagi pengelola, pemungut maupun wajib pajak dan wajib retribusi. e. Melakukan sosialisasi dan pendekatan formal dan informal kepada masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak/Retribusi khususnya. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sepanjang tahun agar semakin meningkat peran serta masyarakat dalam pembangunan Daerah. f. Meningkatkan intensitas koordinasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menghasilkan PAD sehingga memberikan kontribusi dari masing-masing bagian pendapatan daerah. g. Kebijakan dalam penetapan PDRD yang tadinya open-list system menjadi closed-list system diharapkan dapat mendukung kejelasan, kepastian, dan kesederhanaan regulasi. 2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Secara umum target dan realisasi Pendapatan Daerah pada tahun anggaran 2014 dapat dilihat pada grafik dibawah ini. 2) Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari pemerintah provinsi Tahun Anggaran ) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya dianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan. Desentralisasi fiskal merupakan kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Pusat dalam rangka memberikan ruang bagi Pemerintah Daerah untuk mendorong pembangunan daerah setempat. Kebijakan ini menganut prinsip money follows function dimana pendanaan mengikuti fungsi atau urusan yang diserahkan kepada daerah baik yang meliputi kebijakan expenditure dan revenue assignment. Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka mendukung pemenuhan sumber-sumber pendapatan daerah, Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk penggalian potensi pungutan pajak dan retribusi. Disamping kebijakan tersebut diatas, adapun upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah secara riil sebagai berikut: Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh- DB 2014 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa Realisasi Pendapatan Asli Daerah sebesar 100,29% atau sebesar Rp ,33 dan Dana Perimbangan mencapai 100,02% atau sebesar Rp ,00 serta Lain lain Pendapatan yang Sah sebesar 99,74% atau sebesar Rp ,00 dari target yang telah ditetapkan. Khusus untuk pencapaian target Pendapatan Asli Daerah Kota Payakumbuh tahun anggaran 2014, pada masing masing SPKD dapat dilihat pada grafik berikut: a. Penerapan closed-list system untuk Pajak dan Retribusi Daerah, hal ini memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha mengenai jenis pungutan daerah yang wajib dibayar serta meningkatkan efisiensi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Dengan closed-list system, pemerintah daerah hanya dapat memungut jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang tercantum dalam Undang-Undang. b. Meningkatkan efektivitas pengawasan pungutan daerah dengan mengubah mekanisme pengawasan dari sistem represif menjadi sistem preventif dan korektif. Melalui peningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan Pendapatan Daerah. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

30 B. PENGELOLAAN BELANJA DAERAH Belanja Daerah disusun berdasarkan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh masyarakat, khususnya dalam pemberian pelayanan umum. Komposisi langsung dan belanja tidak langsung pada Belanja Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh dari tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini. Sumber: Data diolah DPPKA Kota Payakumbuh Permasalahan dan Solusi Berdasarkan grafik diatas secara umum pencapaian target Pendapatan Daerah Kota Payakumbuh relatif tidak menemui masalah yang berarti. Ini terlihat dari realisasi pendapatan daerah sebesar Rp ,33 atau 100,01% dari target sebesar Rp ,00. Namun demikian tentu hal ini bukan berarti tanpa ada kendala dalam pencapaian target tersebut. Masalah yang dihadapi cendrung yang bersumber dari pengelolaan PAD, antara lain sebagai berikut: a. Masih ada Wajib Pajak belum paham dengan kewajibannya, seperti Wajib Pajak Reklame yang tidak melaporkan pemasangan reklame yang telah mereka lakukan, dan belum memadai kemampuan Wajib Pajak untuk menghitung sendiri (self assesment). b. Belum semua Wajib Pajak dengan menggunakan alat pungut sebagai mana mestinya, seperti pengelola hotel dan restoran penetapan pajaknya masih berdasarkan Surat Ketetapan Pajak, belum menggunakan Bill yakni 10% dari transaksi Hotel dan restoran. c. Masih terdapat Wajib pajak nakal, yakni data yang disampaikan belum sesuai dengan data yang sebenarnya, seperti pada data transaksi perolehan hak atas tanah untuk penetapan BPHTP. d. Masih terbatasnya kemampuan SDM pengelola Pendapatan daerah baik dari sisi kualitas maupun kuantitas Berkaitan dengan masalah tersebut diatas, maka berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Melaksanakan sosialisasi berupa penyuluhan dan pendekatan formal dan informal oleh SKPKD dan SKPD terkait, kepada wajib pajak dan wajib retribusi. Kegiatan ini berupa pertemuan/rapat dan dialog serta kunjungan ke lapangan. b. Melakukan pembekalan kepada petugas pemungut, berupa bimbingan teknis yang dilaksanakan oleh SKPKD ataupun instansi lain yang relevan, serta bimbingan teknis di lapangan. c. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan/pengelolaan pendapatan daerah pada SKPD inner. Kegiatan ini berupa rapat intensifikasi yang membahas masalah yang dihadapi oleh SKPD dan mencarikan solusi jangka panjang dan jangka pendeknya serta kegiatan monitoring langsung ke lapangan terhadap objek/wajib pajak dan retribusi maupun SKPD pengelola PAD. d. Meningkatkan pengawasan internal Pengguna Anggaran terhadap masing-masing petugas pemungut agar dalam melaksanakan tugas selalu taat dan patuh pada prosedur dan ketentuan yang belaku dalam pemungutan PAD. e. Meningkatan pengawasan fungsional, seperti melakukan uji petik oleh Tim Khusus, Verifikasi data Objek Pajak/Retribusi serta pegawasan oleh Inspektorat. Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh DB Kebijakan Umum Belanja Daerah Berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Daerah Tahun Anggaran 2014, maka kebijakan belanja daerah dapat sebagai berikut: a. Kebijakan terhadap Belanja Tidak Langsung, terdiri dari: 1) Belanja Pegawai Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai dalam rangka perhitungan DAU Tahun Anggaran 2013 dengan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas. Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan dan mempertimbangkan kebutuhan penggankatan CPNS tahun Penyediaan dana penyelenggaraan asuransi kesehatan yang dibebankan pada APBD berpedoman pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD, memperhatikan kemampuan keuangan daerah dengan persetujuan DPRD sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun Penganggran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 2) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD harus mempedomani peraturan kepala daerah yang telah Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

31 disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan di bidang hibah dan bantuan sosial. 3) Belanja Bantuan Keuangan Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, objek belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian objek belanja nama partai politik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman pada peraturan perundangundangan di bidang bantuan keuangan kepada partai politik. 3) Alokasi anggaran pada masing-masing program dan kegiatan direncanakan oleh SKPD harus terukur serta harus mampu meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat luas. 4) Pelaksanaan program dan kegiatan yang didanai oleh Dana Alokasi Khusus harus mempedomani petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian terkait dan mengaju pada peraturan dan perundangundangan yang berlaku. Komposisi belanja pegawai, belanja barang /jasa dan belanja modal pada Belanja Langsung dapat di lihat pada grafik dibawah ini: 4) Belanja Tidak Terduga Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2013 dan kemungkinan adanya kegiatankegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2014, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya. Komposisi Belanja Tidak Langsung yang terdiri dari belanja pegawai dan belanja non pegawai pada tahun 2014, didominasi oleh belanja gaji pokok dan tunjangan serta dana penyesuian untuk tunjangan sertifikasi guru/tambahan penghasilan guru, sebagaimana yang ditampilkan pada grafik dibawah ini. Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh DB Target dan Realisasi Belanja Daerah Target Belanja Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2014 direncanakan sebesar Rp ,00, dengan realisasi sebesar 88,02% atau sebesar Rp ,00. Belanja Daerah tersebut bersumber dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh. Realisasi Belanja Tidak Langsung adalah sebesar Rp ,00 atau 87,18% dari Rp ,00 anggaran yang dialokasikan. Sedangkan prosentase realisasi belanja langsung / belanja untuk pencapian program dan kegiatan sebesar 89.00%. Jika ditampilkan dalam bentuk grafik, data realisasinya dapat dilihat pada grafik berikut: b. Kebijakan terhadap Belanja Langsung, terdiri dari: 1) Kebijakan belanja langsung diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan wajib penyelenggaran kantor pemerintahan seperti rekening listrik, telepon dan air serta untuk menyelenggarakan urusan wajib dan urusan pilihan pemerintah daerah, yang dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan. Penyusunan Anggaran Belanja mempedoman SPM yang telah ditetapkan, dan Standar Biaya serta Standar Satuan harga Barang dan Jasa yang telah ditetapkan Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh- BD 2014 Total realisasi belanja langsung untuk pelakasanaan urusan wajib dan urusan pilihan pemerintah Kota Payakumbuh, adalah sebesar Rp ,00 atau 89,00% dari target sebesar Rp ,00. Belanja tersebut digunakan untuk penyelenggaraan program dan kegaitan pada masing-masing SKPD, untuk lebih jelas realisasi belanja langsung daerah dapat dilihat pada tabel berikut; 2) Kedua urusan diatas diterjemahkan kedalam program dan kegiatan pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan senatiasa berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

32 Sumber: Data diolah DPPKA Kota Payakumbuh 2014 Berdasarkan grafik diatas pada umumnya realisasi Belanja langsung pada masing masing SKPD tidak menemui masalah yang berarti, ini terlihat dari realisasi anggaran mendekati target anggaran yang dialoksikan terhadap SKPD yang bersangkutan. Serapan anggaran diatas 80% dan merata di seluruh SKPD ini dan hal ini mencerminkan peningkatan dari tahun Untuk lebih jelas persentase realisasi anggaran belanja program kegiatan pada masing- masing SKPD dapat dilihat pada grafik berikut. dalam memahami dan bergerak cepat sehingga kegiatan dapat dilaksanakan. Masih terbatasnya Sumber Daya aparatur yang memahami alur proses dalam pengelolaan keuangan, baik dari sisi penyusunan anggaran, proses penata usahaan dan pertanggungjawab. Solusi untuk hal ini yang telah dilakukan adalah melaksanakan sosialisasi, pembinaan baik secara formal maupun informal. Melakukan peningkatan kemampuan aparatur pengelola keuangan dalam bentuk peningkatan pendidikan formal maupun Bimbingan Teknis Pemanfaat Teknologi informasi yang belum optimal, aplikasi yang teritegrasi baru pada tahapan penyusunan anggaran, penatausahan, dan laporan realisasi anggaran, sedangkan kebutuhan pemanfaat TI dapat memungkinkan pada setiap proses pengelolaan keuangan dan aset. Secara bertahap pengembangan TI terus dilakukan berdasarkan analisa regulasi dan kebutuhan. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pengelolaan keuangan, seperti akses jaringan internet pada beberapa SKPD, sehingga menjadi kendala dalam input transaski keuangan, secara bertahap dilakukan pembenahan jaringan dalam bentuk VPN-IP dan jaringan nirkabel (gelombang Radio). B. Pembiayaan Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayarkan kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Dalam hal masih terdapat program dan kegiatan yang dibutuhkan serta target atau sasaran yang belum terpenuhi, Pemerintah Daerah agar menghindari terjadinya dana yang menganggur (Idle Money), dalam bentuk penggunaan Sisa Lebih Pembiayaan Tahun Berjalan dalam APBD. 3. Permasalahan dan Solusi Berdasarkan data yang disajikan sebelumnya, secara umum pencapaian target Belanja Daerah Kota Payakumbuh relatif tidak menemui masalah yang berarti. Namun jika ditinjau lebih dalam maka masih ada target Belanja Daerah yang belum mencapai terget yang telah ditetapkan yakni pada: Penerimaan Pembiayaan Tahun 2014 bersumber dari SILPA Tahun 2013 adalah sebesar Rp ,00. Sedangkan Pengeluaran Pembiyaan dialokasikan untuk sebagai penyertaan Modal pada Bank Nagari Sumatera Barat dianggarkan sebesar Rp ,00 dan seluruhnya dapat direalisasikan, Target dan realisasi pembiayaan daerah separti yang disajikan pada grafik dan tabel berikut ini. a. Belanja Tidak Langsung; anggarannya sebesar Rp ,00 dan realisasi anggarannya sebesar Rp ,00. Sebagaian besar sisa anggaran tersebut bersumber dari sisa anggaran Tambahan Penghasilan PNS (TPP PNS) yakni sebesar Rp , karena pembayaran yang dilakukan sesuai dengan kinerja PNS serta stardar pembayaran Dana Sertifikasi Guru. b. Belanja Langsung; berdasarkan data sebelumnya realisasi anggarannya Belanja Langsung dapat diserap dengan baik oleh SKPD. Namun, dalam proses pengelolaan keuangan daerah tentu mengalami kendala dan masalah antara lain sebagai berikut: Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh- BD 2014 Perubahan regulasi dari Pemerintah Pusat berkaitan dengan pengelolan Dana Alokasi Khusus, serta perubahan pengelolaan dana Kapitasi BPJS. Untuk mengatasi hal ini aparatur terkait senantiasa proaktif Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2012 SEJARAH KOTA PAYAKUMBUH Otonomi daerah pada prinsipnya tidaklah sekedar pelimpahan wewenang (delegation of authority) dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH 2.1. Geografi dan Demografi Wilayah 2.1.1.Geografis Kota Solok Secara geografis Kota Solok berada pada posisi 0 0 44 28 LS sampai 0 0 49 12 LS dan 100 0 32 42 BT sampai 100 0

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN OMPANG TANAH SIRAH

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN OMPANG TANAH SIRAH WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN OMPANG TANAH SIRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1982 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR, KECAMATAN PADANG PANJANG BARAT DI KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG PANJANG, KECAMATAN SAWAHLUNTO

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015 DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH 2.1. Kondisi Geografi dan Demografi Kota Bukittinggi Posisi Kota Bukittinggi terletak antara 100 0 20-100 0 25 BT dan 00 0 16 00 0 20 LS dengan ketinggian sekitar 780 950 meter

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci