Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun"

Transkripsi

1 INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2012 SEJARAH KOTA PAYAKUMBUH Otonomi daerah pada prinsipnya tidaklah sekedar pelimpahan wewenang (delegation of authority) dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah tetapi juga merupakan penyerahan wewenang (transfer of authority). Ini dapat diartikan bahwa Pemerintah Daerah bukan hanya sebagai pelaksana kebijakan (policy executor) yang dibuat Pemerintah Pusat tetapi Pemerintah Daerah juga merupakan pembuat kebijakan (policy maker). Penyerahan wewenang penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah sejalan dengan fungsi pemerintahan itu sendiri, yang memang diarahkan untuk peningkatan pelayanan dan fasilitasi kepada masyarakat. Penyerahan wewenang atau urusan ini tentunya berimplikasi terhadap akuntabilitas dari penyelenggara Pemerintahan Daerah, yang dituntut untuk lebih responsif, transparan dan akuntabel dalam upaya mengakomodir berbagai kebutuhan masyarakat dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat sebagai stake holder. Dengan demikian, pelaksanaan otonomi daerah harus sejalan dengan upaya menciptakan pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, maka Kepala Daerah wajib menyampaikan informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun sebelumnya kepada masyarakat. Memenuhi maksud Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Pertanggung Jawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, maka berikut disampaikan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2011 untuk diketahui oleh masyarakat dengan harapan dapat memberikan feed back kepada pemerintah daerah berupa masukan, saran dan perbaikan guna penyelenggaraan pemerintahan di tahun yang akan datang. Substansi utama dari Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2012 ini yaitu gambaran dari pelaksanaan penyelenggaraan urusan desentralisasi, tugas pembantuan dan tugas umum pemerintahan selama tahun 2012 yang dilaksanakan oleh. Secara de jure Kotamadya Payakumbuh telah ada dan terbentuk pada tahun 1956 bersamaan dengan empat kota lainnya di lingkungan Provinsi Sumatera Tengah yaitu Kotamadya Pekanbaru, Sawahlunto, Padang Panjang dan Solok melalui Undang-undang Nomor 08 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah. Namun, peresmian Kota Payakumbuh sebagai daerah Kotamadya baru dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 1970 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Amir Machmud yaitu melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 08 Tahun 1970 tentang berdirinya Kotamadya Payakumbuh. Keterlambatan perealisasian Kotamadya Payakumbuh disebabkan karena adanya aturan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 1956 yang menyatakan bahwa Payakumbuh dan Solok harus menunggu terlebih dahulu Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang batas daerah. Sementara, peraturan dimaksud bisa dilahirkan apabila Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota dan Propinsi Sumatera Tengah sudah menyampaikan bahan-bahan usulan. Dalam kenyataannya, bahan-bahan usulan dimaksud cukup sulit untuk dihadirkan dikarenakan berbagai dinamika dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan. Dengan terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan disusul kemudian dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR-DPR dan DPRD serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1969 membawa angin segar terhadap upaya percepatan perealisasian Kotamadya Payakumbuh. Dalam peraturan ini dinyatakan bahwa jumlah anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat yang dipilih untuk Daerah Pemilihan/Daerah Tingkat I Sumatera Barat adalah sebanyak 14 orang. Sementara Daerah Tingkat I Sumatera Barat saat itu hanya memiliki 8 Kabupaten dan 4 Kotamadya. Hal ini menjadi peluang bagi Payakumbuh dan Solok untuk segera diresmikan sebelum Pemilu Tahun Pada tahun 1970 terbentuklah Panitia Realisasi Kotamadya Payakumbuh yang dipimpin oleh H. C. Israr berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Barat Nomor 95/GSB/70 Tanggal 08 Juli 1970 dan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Limapuluh Kota Nomor 16/Blk 70 Tanggal 1 Agustus Panitia Realisasi Kotamadya Payakumbuh bertugas menentukan batas Kota, menyusun profil nagari yang akan bergabung ke Kota dan menginventarisir bangunan untuk sarana pemerintahan dan rumah Walikota termasuk masalah keuangan. Segera setelah Panitia Realisasi Kotamadya Payakumbuh menyelesaikan tugas-tugasnya, dibentuklah Panitia Peresmian Kotamadya Payakumbuh. Sesuai dengan radiogram Menteri Dalam Negeri Nomor SDP.9/6/181, peresmian Kotamadya Payakumbuh dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 1970 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kecamatan Padang Panjang Timur, Kecamatan Padang Panjang Barat di Kotamadya Daerah Tingkat II Padang Panjang, Kecamatan Sawahlunto Utara, Kecamatan Sawahlunto Selatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kecamatan Tanjung Harapan di Kotamadya Daerah Tingkat II Solok, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kecamatan Payakumbuh Barat dan Kecamatan Payakumbuh Timur di Kotamadya Daerah Tingkat II Payakumbuh dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat, Kota Payakumbuh hanya terdiri atas tiga kecamatan dan 73 kelurahan yaitu Kecamatan Payakumbuh Barat dengan 31 kelurahan, Kecamatan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan dan Kecamatan Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan. Dalam upaya mempercepat pelayanan dan mempermudah jangkauannya serta sejalan dengan usulan masyarakat Nagari Lamposi, Nagari Aua Kuniang dan Nagari Limbukan untuk mengusulkan pemekaran kecamatan maka pada tahun 2008 dilakukanlah pembentukan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dan Kecamatan Payakumbuh Selatan serta pemekaran kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 12 Tahun 2008 Tanggal 16 September 2008 tentang Pemekaran Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh dan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 13 Tahun 2008 Tanggal 16 September 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dan Kecamatan Payakumbuh Selatan. GAMBARAN UMUM KOTA PAYAKUMBUH 1. Kondisi Geografis Daerah Luas wilayah Kota Payakumbuh adalah hektar (80,43 km²) yang setara dengan 0,19% dari luas Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kota Payakumbuh terletak pada posisi ' ' Bujur Timur dan 0 10' 0 17' Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Limapuluh Kota yaitu: a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Limapuluh Kota. b. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Luak dan Kecamatan Situjuh Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota. c. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota. d. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Luak dan Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

2 Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemekaran Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh dan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dan Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kota Payakumbuh terdiri atas lima kecamatan yaitu Kecamatan Payakumbuh Utara, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kecamatan Payakumbuh Selatan dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dan 76 kelurahan dengan pembagian sebagai berikut: a. Kecamatan Payakumbuh Barat 1) Balai Nan Duo 2) Bulakan Balai Kandi 3) Daya Bangun 4) Ibuah 5) Koto Tangah 6) Kubu Gadang 7) Labuah Basilang 8) Nunang 9) Padang Datar 10) Padang Tangah 11) Padang Tinggi 12) Payolansek 13) Pakan Sinayan 14) Parak Batuang 15) Piliang 16) Parik Rantang 17) Subarang Batuang 18) Sungai Pinago 19) Talang 20) Tanah Mati 21) Tanjuang Gadang 22) Tanjuang Pauh b. Kecamatan Payakumbuh Utara 1) Balai Baru 2) Balai Batuang 3) Balai Cacang 4) Balai Gadang 5) Balai Gurun 6) Balai Jariang 7) Balai Kaliki 8) Bunian 9) Cubadak Aia 10) Kaniang Bukik 11) Koto Baru 12) Kubu Gadang 13) Labuah Baru 14) Muaro 15) Nankodok 16) Napar 17) Payolinyam 18) Payonibuang 19) Padang Kaduduak 20) Pasia 21) Talawi 22) Tambago 23) Tanjung Anau 24) Tarok 25) Taruko c. Kecamatan Payakumbuh Timur 1) Balai Batimah 2) Balai Jariang 3) Balai Nan Tuo 4) Bodi 5) Koto Baru 6) Koto Panjang 7) Padang Alai 8) Padang Tiakar Hilir 9) Padang Tiakar Mudik 10) Padang Tangah Payobada 11) Payobasuang 12) Ranah 13) Sicincin Hilir 14) Sicincin Mudik d. Kecamatan Payakumbuh Selatan 1) Ampangan 2) Aua Kuniang 3) Balai Panjang 4) Kapalo Koto 5) Koto Tuo 6) Limbukan 7) Limo Kampuang. 8) Padang Karambia 9) Sawah Padang e. Kecamatan Lamposi Tigo Nagori 1) Koto Panjang Dalam 2) Koto Panjang Padang 3) Padang Sikabu 4) Parambahan 5) Parit Muko Aie 6) Sungai Durian Pembagian wilayah administratif, lokasi ibukota kecamatan dan luas wilayah masing-masing kecamatan di Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel berikut: No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (Km2) 1. Payakumbuh Barat Tanjung Pauh 19,06 2. Payakumbuh Utara Padang Kaduduak 14,53 3. Payakumbuh Timur Balai Batimah 22,73 4. Payakumbuh Selatan Sawah Padang 14,68 5. Lamposi Tigo Nagari Sungai Durian 9,43 T O T A L 80,43 Sumber: Bagian Pemerintahan Setdako Payakumbuh Kondisi topografi wilayah Kota Payakumbuh dapat dikatakan bervariasi yaitu antara datar, curam dan sangat curam. Kota Payakumbuh berada pada ketinggian sekitar meter di atas permukaan laut. Kota Payakumbuh dilalui oleh lima buah sungai yaitu Batang Agam (14,6 km), Batang Pulau (11,4 km), Sungai Talang (11,4 km), Batang Sikali (10 km) dan Batang Lampasi (11,6 km). Suhu udara rata-rata Kota Payakumbuh yaitu 26 C dengan kelembaban udara berkisar antara 45-50%. Curah hujan di Kota Payakumbuh tergolong sedang yaitu rata-rata mm per tahun dengan jumlah hari hujan 156 hari setahun. Musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan September. 2. Gambaran Umum Demografis Jumlah penduduk Kota Payakumbuh berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Payakumbuh kondisi akhir tahun 2012 adalah sebanyak jiwa. Komposisi penduduk Kota Payakumbuh menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

3 Komposisi Penduduk Kota Payakumbuh Menurut Jenis Kelamin Tahun Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Total Pertumbuhan Rata-rata (%) , , , , ,99 Sumber: Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2012 Ket * : data diolah N o Kemudian dari komposisi penduduk Kota Payakumbuh berdasarkan kelompok umur menunjukkan proporsi yang baik dimana penduduk dengan usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar bila dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif (< 15 tahun dan > 64 tahun). Persentase penduduk berdasarkan kelompok usia produktif dan tidak produktif tertera pada tabel berikut: Komposisi Penduduk Kota Payakumbuh Berdasarkan Kelompok Umur Tahun Usia Jiwa/Tahun % / Tahun (Tahun) <15 36,8 37,5 37,91 31,21 31, ,3 75,7 77,86 63,07 63,07 63,5 3 >64 6,74 6,86 6,68 5,72 5,72 5,5 J u m l a h Sumber: Bappeda Kota Payakumbuh Berdasarkan data tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2012 persentase jumlah penduduk usia < 15 tahun lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 31% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 31,21%, sedangkan persentase jumlah usia produktif tahun meningkat dari dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 63,5% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 63,07% dan jumlah penduduk usia tidak produktif >64 lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,5% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,72%. Laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk per tahun. Angka ini dinyatakan dalam persentase seperti berikut: Jumlah dan Laju Pertambahan Penduduk Tahun Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan ,994 0, , , , * ,99 Sumber: Payakumbuh Dalam Angka 2012 Ket : * : data diolah Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pertambahan penduduk dari tahun 2009 ke tahun 2010, sangat tinggi, 10,26%. Pada tahun 2011 sendiri pertumbuhan penduduk secara aritmatik tercatat sebesar 1,81%. Pertumbuhan tersebut lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan Sumatera Barat yang secara rata-rata tercatat sebesar 1,28%. Laju pertumbuhan ini ditentukan oleh faktor demografi yang meliputi tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk di Kota Payakumbuh. 1) Tingkat Kelahiran/Fertilitas Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perubahan penduduk adalah tingkat kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Fertilitas menunjukkan banyaknya kelahiran yang dialami oleh seorang wanita yang dinyatakan dalam jumlah bayi yang dilahirkan hidup. Angka Child Women Ratio (CWR) yang kecil menunjukkan tingkat kelahiran yang rendah secara umum. Angka CWR yang rendah juga memberikan indikasi tanggungan wanita terhadap anak yang kecil. Secara umum CWR ini dikelompokkan sebagai berikut: Negara terbelakang: 710 Negara sedang berkembang: 400 Negara maju: 255 Pada tahun 2011, CWR tercatat sebesar 419, artinya terdapat 419 balita diantara penduduk, dibandingkan tahun 2010 angka CWR sebesar 411, yang berarti pada tahun 2011 mengalami kenaikan dari tahun berdasarkan kriteria diatas, CWR yang dimiliki Kota Payakumbuh masih tergolong tinggi. 2) Anak Dilahirkan Hidup Rata-rata anak lahir hidup 1,77 anak per wanita usia tahun pada tahun 2011 di Kota Payakumbuh. Angka rata-rata tersebut sama dengan tahun Angka Kota Payakumbuh tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata anak lahir hidup di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2011, yang tercatat sebesar 1,5 anak per wanita tahun. Rata-rata Anak Dilahirkan Hidup per Wanita Tahun di Kota Payakumbuh dan Provinsi Sumatera Barat Tahun No. Daerah Adminstratif Rata-rata Anak Lahir Hidup Provinsi Sumatera Barat Na 1,93 2 Kota Payakumbuh 1,75 1,77 Sumber: Susenas Dapat dikatakan bahwa kombinasi tingkat kelahiran dan keselamatan selama kelahiran relatif sama di Provinsi Sumatera Barat. Migrasi sebagai penyebab meningkatnya tingkat pertumbuhan penduduk mendapat alibi yang kuat dengan tingkat ALH ini. 3) Kepadatan Penduduk Salah satu dampak dari perubahan penduduk adalah tingkat kepadatan penduduk. Laju pertumbuhan yang positif akan berdampak pada peningkatan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan tingkat kehidupan sosial masayarakat. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin kompleks permasalahan sosial yang akan dihadapi oleh suatu daerah. Tingkat kepadatan penduduk menunjukkan jumlah penduduk di suatu wilayah pada tahun tertentu dibandingkan dengan luas wilayah yang dihuninya, dengan kata lain banyaknya penduduk di suatu wilayah untuk setiap kilometer persegi. Tingkat kepadatan yang tinggi di daerah perkotaan sangat rawan terhadap terjadinya konflik sosial yang muncul di masyarakat, seperti banyaknya pengangguran dan munculnya lingkungan kumuh atau lingkungan yang tidak memadai. Hal ini akan menyulitkan pemerintah daerah dalam menyediakan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

4 No. fasilitas-fasilitas sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebaliknya jika tingkat kepadatan penduduk terlalu rendah akan menyebabkan penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat relatif mahal. Sehingga ukuran kepadatan penduduk akan lebih bermakna bila dikaitkan dengan potensi yang ada dalam suatu daerah. Tingkat kepadatan penduduk Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel berikut: Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Payakumbuh Tahun Tahun Jumlah Penduduk Luas (Km²) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²) , , , , , Sumber data: Payakumbuh Dalam Angka 2012 Ket : * data diolah Dengan luas wilayah Kota Payakumbuh sekitar 80,43 km² kepadatan penduduk pada tahun 2009 adalah jiwa/km². Bila dibanding dengan tahun 2008 yaitu jiwa/km², berarti telah terjadi kenaikan 11 jiwa/km². Tahun 2010 dengan jumlah penduduk orang maka rata-rata tingkat kepadatan adalah sebesar jiwa/km². Dan tahun 2011 dengan jumlah penduduk orang maka rata-rata tingkat kepadatan adalah sebesar jiwa/km². Jumlah dan Kepadatan Penduduk pada Masing-masing Kecamatan di Kota Payakumbuh Tahun Kecamatan 1 Payakumbuh Barat 2 Payakumbuh Utara 3 Payakumbuh Timur 4 Payakumbuh Selatan 5 Lamposi Tigo Nagori Kepadatan Penduduk (Jiwa Tahun Luas /Km 2 ) (Km 2 ) * * , , , , , Sumber data: Payakumbuh Dalam Angka Ket : * data diolah Pertumbuhan penduduk yang positif akan membuat kepadatan penduduk semakin tinggi. Pada tahun 2011 kepadatan Kota Payakumbuh yaitu jiwa/km² yang merupakan kota terpadat ketiga setelah kota Padang dan Bukitinggi. Untuk persebaran penduduk kota Payakumbuh maka kecamatan Payakumbuh Barat dihuni oleh 40% penduduk yaitu orang jiwa/km², sedangkan kepadatan terendah ada pada kecamatan Payakumbuh Selatan yaitu 684 jiwa/km². Untuk mempertajam gambaran kepadatan penduduk, maka pada tabel berikut ditampilkan pula kepadatan netto. Berdasarkan kategori ini pada tahun 2011 kepadatan penduduk netto orang per km 2, sedikit naik dibandingkan tahun 2010 yaitu orang per km 2. Tahun Jumlah dan Kepadatan Penduduk Netto Tahun Jumlah Penduduk Luas Non Pertanian (Km²) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²) , , , Sumber data: Payakumbuh Dalam Angka 2012 No. Berdasarkan data pada tabel di atas, perlu ada kebijakan dalam penyediaan sarana dan prasarana, disamping mengatur penyebaran penduduk pada setiap wilayah, sejumlah ahli berpendapat bahwa ambang batas ideal kepadatan penduduk adalah sampai dengan jiwa per km2. Jika diperhitungkan sarana dan prasarana, maka idealnya sekitar 800 sampai dengan per km2. 4) Persebaran Penduduk Kecamatan Payakumbuh Barat yang mencakup Pasar Payakumbuh merupakan daerah favorit karena dihuni oleh hampir 40% penduduk. Hal ini terjadi karena lokasi pasar berada pada kecamatan ini. Kecamatan Lamposi Tigo Nagori memiliki penduduk paling sedikit hanya orang, akan tetapi kepadatan penduduk paling rendah ada di Kecamatan Payakumbuh Selatan yaitu 684 orang per km 2, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Sebaran Penduduk Menurut Luas Wilayah dan Kepadatan Kota Payakumbuh Tahun 2012* Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Penduduk (Jiwa) * Kepadatan Penduduk 1 Payakumbuh Barat 19, Payakumbuh Utara 17, Payakumbuh Timur 22, Payakumbuh Selatan 11, Lamposi Tigo Nagari 9, Kota Payakumbuh 80, Sumber: BPS Kota Payakumbuh Tahun 2012 Ket : * data diolah Kecamatan Payakumbuh Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak yaitu jiwa dan jumlah rumah tangga tertinggi dibanding 4 kecamatan lain. Berdasarkan Sensus Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2010 terlihat penyebaran penduduk di Kecamatan Payakumbuh Barat yakni sebesar 39,25%, Kecamatan Payakumbuh Utara sebesar 24,36%, Kecamatan Payakumbuh Timur sebesar 20,94%, Kecamatan Payakumbuh Selatan sebesar 8,04% dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagari sebesar 7,39%. Selama sepuluh tahun terakhir pola persebaran penduduk Kota Payakumbuh relatif sama, namun ada yang mengalami penurunan pada dua wilayah kecamatan karena terjadinya pemekaran wilayah dua kecamatan yaitu Kecamatan Payakumbuh Barat dengan pemekarannya Kecamatan Payakumbuh Selatan dan Kecamatan Payakumbuh Utara dengan pemekarannya Kecamatan Lamposi Tigo Nagori. Berikut tabel persebaran menurut kecamatan tahun 2000 dan tahun Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

5 Persebaran Penduduk Kota Payakumbuh Menurut Kecamatan Tahun 2000 dan Tahun 2010 (Data Antar Sensus Penduduk) Kecamatan Jumlah (jiwa) Tahun 2000 Tahun 2010 Persebaran (%) Jumlah (jiwa) Persebaran (%) Payakumbuh Barat , ,25 No. penduduk usia tidak produktif (<15 tahun dan 64 tahun >). Persentase penduduk berdasarkan kelompok usia produktif dan tidak produktif tertera pada tabel berikut: Komposisi Penduduk Kota Payakumbuh Berdasarkan Kelompok Umur Tahun Usia Jiwa (Tahun) * Payakumbuh Utara , ,36 Payakumbuh Timur , ,94 Payakumbuh Selatan ,04 Lamposi Tigo Nagori ,41 Jumlah * 100 Sumber data: BPS Kota Payakumbuh Ket: data hasil Sensus Penduduk ) Pengelompokan Penduduk Karakteristik penduduk yang paling penting dan berpengaruh terhadap tingkah laku sosial ekonomi penduduk adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut komposisi penduduk dan jenis kelamin. Komposisi Penduduk Kota Payakumbuh Menurut Jenis Kelamin Tahun Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Total Sex Ratio (%) < > J u m l a h Sumber: Payakumbuh Dalam Angka Ket. * : data diolah Berdasarkan data tabel di atas terlihat bahwa rata-rata jumlah penduduk usia < 15 berada pada kisaran 30% dari jumlah penduduk, jumlah usia produktif tahun sekitar 65% dan jumlah penduduk usia tidak produktif > 64 adalah 5% dari total penduduk Kota Payakumbuh dalam lima tahun terakhir. Hal ini menerangkan bahwa usia produktif mendominasi dari komposisi penduduk Kota Payakumbuh. Dari data yang ada kemudian dapat dipersempit lagi dengan menghitung jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan berdasarkan umur, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut. Data Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur di Kota Payakumbuh Tahun Kelompok Umur Tahun * No. 2012* Sumber: Payakumbuh Dalam Angka Ket : * data diolah Selanjutnya komposisi penduduk Kota Payakumbuh menurut jenis kelamin pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2012* Kecamatan Penduduk Laki-lsaki Perempuan Lk + Pr Sex Ratio 1. Payakumbuh Barat Payakumbuh Utara Payakumbuh Timur Payakumbuh Selatan Lamposi Tigo Nagori Jumlah Sumber data: Payakumbuh Dalam Angka 2012 Ket. * : data diolah Kota Payakumbuh Sumber data: Data diolah Komposisi penduduk Kota Payakumbuh berdasarkan kelompok umur menunjukkan penduduk dengan usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar bila dibandingkan jumlah Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

6 Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur di Kota Payakumbuh Tahun penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas secara intelegensia maupun skill yang mampu menunjang kebutuhan pada era sekarang ini. Kelompok Umur Tahun * Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2011 menurut Kecamatan di Kota Payakumbuh Kec. Payakumb uh Barat Payakumb uh Utara Payakumb uh Timur Jml. Gedu ng Sekola h SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Jml. Pddk. Usia 7-12 Tahun Rasio Jml. Gedu ng Sekol ah Jml. Pddk. Usia Tahun Rasio Jml. Gedun g Sekola h Jml. Pddk. Usia Tahun Rasio Jumlah Sumber: Payakumbuh Dalam Angka 2012 Ket. * : data diolah Komposisi penduduk Kota Payakumbuh dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan terbesar berada pada usia muda 0-4 tahun dan 5-9 tahun. Bila dilihat dari tabel komposisi penduduk, menunjukkan bahwa penduduk usia 0-4 tahun sebesar 11,1% dan usia 5-9 tahun sebesar 10,93%. Komposisi penduduk Kota Payakumbuh dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk perempuan terbesar berada pada usia muda 0-4 tahun dan tahun. Bila dilihat dari tabel komposisi penduduk menunjukkan bahwa penduduk usia 0-4 tahun sebesar 10,40% dan usia tahun sebesar 9,75%. Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Sementara itu penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi karena sudah melewati masa pensiun. Penduduk usia tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Proporsi penduduk menurut kelompok umur dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok usia 0-14 tahun, tahun dan 65 tahun keatas atau kelompok usia produktif dan non produktif. Penduduk yang non produktif adalah gabungan antara penduduk muda (0-14 tahun) dengan usia tua (65 tahun ke atas) mencapai 36,93%, sementara itu penduduk yang termasuk dalam usia produktif (15-64) sebesar 63,07%. Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat produktifitas penduduk tinggi, mengingat persentase penduduk usia produktif yang relatif besar. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan serta sikap manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan itu sendiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas sumber daya manusia sejalan dengan tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka kualitas sumber daya manusia juga semakin tinggi. Pemerintah dalam setiap rencana pembangunan selalu menyertakan pendidikan sebagai salah satu urusan yang harus mendapat perhatian penting. Hal ini berkaitan dengan Payakumb uh Selatan Lamposi Tigo Nagori JUMLAH Sumber data: Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh No. Berdasarkan kecamatan, rasio ketersediaan sekolah dengan penduduk usia 7-12 tahun pada Kecamatan Payakumbuh Barat memiliki rasio tertinggi yaitu 1 : 295 yang artinya 1 sekolah melayani 295 orang penduduk di Kecamatan Payakumbuh Barat usia 7-12 tahun. Demikian juga dengan rasio kecamatan lainnya di Kota Payakumbuh. Pada tingkat SMP/MTs rasio ketersediaan sekolah usia tahun di Kecamatan Payakumbuh Utara adalah yang terendah adalah 1 : 222 dan untuk tingkat SMA/MA/SMK Kecamatan Payakumbuh Timur memiliki rasio tertinggi 1 : 345. Dilihat dari ketenagakerjaan di Kota Payakumbuh terjadi peningkatan pada setiap lapangan usaha yang dilakukan. Pada tahun 2011 persentase angkatan kerja di Kota Payakumbuh adalah 67,17%. Dan jika dilihat dari sektor lapangan usaha yang digeluti, penduduk bekerja paling banyak di sektor perdagangan, rumah makan dan hotel yaitu 32,33%, diiringi sektor pertanian 22,05%, sektor jasa kemasyarakatan 21,45% dan sektor industri 8,75% dan sektor lainnya 15,40%. Lebih rinci perkembangan penduduk Kota Payakumbuh usia 15 tahun ke atas yang bekerja selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini: Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha Jenis Kegiatan 1 Pertanian/ Agriculture Laki- laki Tahun Pere m- puan Laki- laki Pere mpua n Lak laki Industri Perdagangan, 4 Jasa Rumah Makan dan Hotel Kemasyarakat an Lainnya Jumlah Sumber: Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2012 Ket. * : data diolah Pere mpua n Laki- laki Pere mpua n Laki- laki Pere mpua n Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

7 3. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan Daerah Alat analisa yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan komperatif sektor dan subsektor suatu daerah adalah dengan Indek koefisien lokasi (Location Quotient, LQ). LQ (koefisien lokasi) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional atau dengan kata lain LQ menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor-sektor dalam suatu daerah/wilayah dengan kondisi sektor-sektor pembangunan yang ada didaerah yang lebih luas. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis dan sektor mana yang bukan sektor basis dan Indikator ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan karena dalam era globalisasi seperti saat ini, tingkat persaingan sangatlah tajam. Dalam uraian ini nilai LQ diperoleh dengan membandingkan PDRB Kota Payakumbuh untuk sektor tertentu tahun dengan PDRB secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Barat tahun , hasil perhitungan sebagaimana yang tergambar berikut: Perkembangan Nilai Indek Koefisien Lokasi (LQ) Menurut Sektor dan Subsektor di Kota Payakumbuh Tahun No. Sektor / Subsektor Pertanian 0,44 0,44 0,44 0,44 0,45 0,44 2. a. Tanaman Pangan 0,58 0,58 0,56 0,58 0,58 0,58 b. Perkebunan 0,05 0,05 0,06 0,06 0,06 0,06 c. Peternakan 1,41 1,41 1,38 1,39 1,42 1,40 d. Perikanan 0,27 0,26 0,26 0,26 0,26 0,26 Ratarata Pertambangan dan Penggalian 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 a. Penggalian 0,15 0,15 0,15 0,14 0,14 0,15 3. Industri Pengolahan 4. 0,52 0,52 0,53 0,55 0,55 0,53 a. Industri Tanpa Migas 0,52 0,52 0,53 0,55 0,55 0,53 Listrik, Gas dan Air Minum 1,18 1,22 1,23 1,25 1,28 1,23 a. Listrik 0,85 0,91 0,93 1,00 1,02 0,94 b. Air Bersih 4,31 4,18 3,94 3,54 3,68 3,93 5. Bangunan 6. 1,43 1,45 1,46 1,39 1,37 1,42 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,99 0,99 1,01 1,04 1,04 1,01 a. Perdagangan Besar dan Eceran 0,97 0,97 0,99 1,02 1,03 1,00 b. Hotel 0,46 0,44 0,40 0,40 0,39 0,42 c. Restoran 1,89 1,83 1,75 1,79 1,78 1,81 7. Angkutan dan Komunikasi 8. 1,55 1,52 1,49 1,42 1,36 1,47 a. Angkutan 1,82 1,80 1,74 1,65 1,57 1,72 b. Komunikasi 0,71 0,73 0,77 0,78 0,81 0,76 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,88 1,89 1,94 2,00 2,07 1,96 a. Bank 2,47 2,53 2,68 2,82 2,94 2,69 b. Lembaga Keu. Tanpa Bank 0,51 0,52 0,51 0,51 0,51 0,51 c. Sewa Bangunan 2,30 2,25 2,25 2,28 2,34 2,28 d. Jasa Perusahaan 0,79 0,74 0,81 0,81 0,83 0,80 9. Jasa-jasa a. Pemerintahan Umum dan Pertahanan 1,50 1,49 1,47 1,41 1,38 1,45 1,50 1,49 1,47 1,39 1,37 1,44 b. Swasta 1,50 1,50 1,46 1,45 1,42 1,46 Sumber: data PDRB Kota Payakumbuh Tahun Ket : * data diolah Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai LQ dalam periode waktu lima tahun terakhir sedikit mengalami fluktuasi. Dapat dilihat sektor yang memiliki potensi ekonomi wilayah yang cukup penting untuk dikembangkan pada saat ini dan untuk yang akan datang di Kota Payakumbuh yang memiliki nilai LQ lebih besar dari satu, yaitu sektor listrik, gas dan air minum dengan nilai LQ rata-rata = 1,23, sektor bangunan dengan nilai LQ rata-rata = 1,42, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai LQ rata-rata = 1,01, sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai LQ rata-rata = 1,47, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai LQ rata-rata = 1,96 dan sektor jasa-jasa dengan nilai LQ rata-rata = 1,45. Angka koefisien ini memperlihatkan bahwa sektor ini mempunyai keunggulan komperatif yang yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama secara rata-rata di tingkat provinsi Sumatera Barat dan merupakan sektor basis di Kota Payakumbuh. Dilihat dari nilai LQ yang kurang dari satu, sektor pertanian merupakan sektor non basis di Kota Payakumbuh, tetapi didalam sektor pertanian tersebut terlihat bahwa subsektor peternakan ternyata mempunyai potensi pengembangan yang cukup tinggi dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,40. Meskipun nilai LQ sektor pertanian kurang dari satu, tetapi sektor pertanian masih potensial untuk dikembangkan. Sebagai wilayah perkotaan yang cepat berkembang dan semakin terbatas lahan pertaniannya, bahkan semakin lama akan semakin berkurang dengan tumbuhnya kota sebagai pusat pelayanan ekonomi, sosial, pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, maka pola pengembangan agribisnis yang sangat prospektif untuk dikembangkan mulai dari peningkatan produksi produk pertanian sampai pada pemasaran dan permodalan. Pada subsektor peternakan, pada saat ini Kota Payakumbuh tengah menyiapkan Sentra Pemasaran Peternakan Terpadu yang mengintegrasikan lokasi Pasar Ternak, Rumah Potong Hewan (RPH), Laboratorium Percontohan, BPP dan Instalasi Pengolahan Pakan di kawasan Kelurahan Koto Panjang Payobasung Kecamatan Payakumbuh Timur. Sektor industri pengolahan selama lima tahun terakhir ini belum menjadi sektor basis ekonomi Kota Payakumbuh dilihat dari LQ dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 yang relatif tetap dan nilai LQ rata-rata sebesar 0,53. Namun kedepan sektor industri pengolahan ini akan menjadi potensi yang dapat dikembangkan, terutama industri yang mengolah produk pertanian yang mengolah produk pertanian menjadi produk setengah jadi dan barang jadi. Hal ini merupakan tuntutan sebuah kota yang terus berkembang dimana sektor pertanian terus terdesak dan bertransformasi menjadi kota industri dan jasa. Kondisi ini telah disikapi oleh Pemerintah Kota Payakumbuh dengan penetapan Kawasan Industri dalam Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah di sepanjang koridor Jalan Arteri Primer Lingkar Utara tepatnya di Kelurahan Parambahan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori. Pada saat ini industri yang ada di Kota Payakumbuh umumnya masih tergolong menengah ke bawah dan industri kecil. Mayoritas dari UKM didominasi oleh usaha rumah tangga (home industry). Sektor listrik dan air bersih merupakan sektor basis di Kota Payakumbuh dengan nilai LQ rata-rata 1,24. Tetapi secara subsektor, subsektor listrik masih kurang untuk memenuhi kebutuhan listrik rumahtangga, perkantoran dan dunia usaha yang terus berkembang. Untuk kedepan tenaga listrik yang merupakan infrastruktur kota yang penting untuk mendukung perkembangan semua sektor ekonomi mesti tersedia dalam jumlah yang cukup. Potensi pengembangan subsektor air bersih cukup besar dalam perekonomian Kota Payakumbuh. Kota Payakumbuh disuplai dari tiga sumber, yaitu Batang Tabik, Sungai Dareh dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

8 Batang Sikamarunciang. Kapasitas produksi air bersih yang ada pada saat ini telah mampu melayani sekitar 94,1% jumlah penduduk Kota Payakumbuh. Sektor bangunan dengan nilai LQ rata-rata mencapai 1,42 pada lima tahun terakhir ini menunjukkan potensi pengembangan sektor bangunan yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah masyarakat yang mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Advice Planning. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis dengan nilai LQ rata-rata 1,01, kecuali pada subsektor hotel belum cukup berkembang dengan nilai LQ rata-rata lebih kecil dari satu. Namun kedepan, subsektor perhotelan punya prospek untuk dapat dikembangkan, mengingat Kota Bukittinggi sebagai daerah wisata sudah jenuh karena keterbatasan lahan. Subsektor perdagangan besar dan eceran cukup berkembang di Kota Payakumbuh yang lokasinya menyebar di berbagai wilayah Kota, baik Pasar Tradisional Ibuh, Pasar Pusat Pertokoan, Pasar Modern (Mall Payakumbuh) maupun yang tersebar di sepanjang ruas jalan utama dan di berbagai kelurahan di Kota Payakumbuh. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan di Kota Payakumbuh. Perkembangan sektor ini terutama pada subsektor pengangkutan cukup pesat di Kota Payakumbuh karena semakin pesatnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Payakumbuh Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan termasuk sektor basis utama di Kota Payakumbuh dengan nilai LQ ratarata tertinggi dibandingkan sektor lain yaitu 1,96. Namun yang lebih dominan dan pesat perkembangannya adalah subsektor keuangan terutama jasa perbankan. Pesatnya perkembangan jasa perbankan dikarenakan penambahan jumlah bank dan meningkatnya kucuran kredit yang disalurkan dunia perbankan serta kesadaran masyarakat untuk menabung semakin meningkat. Potensi pengembangan sektor jasa cukup besar dalam perekonomian Kota Payakumbuh dengan nilai LQ rata-rata nomor dua tertinggi setelah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 1,45. Sektor jasa disini banyak dihasilkan dari peranan sektor pemerintahan dalam melayani kebutuhan publik seperti: jasa-jasa pelayanan administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa rumah sakit, dan jasa pelayanan masyarakat lainnya. Sedangkan peranan sektor swasta masih belum cukup berarti terutama dari jasa hiburan dan rekreasi yang masih cukup rendah. Potensi unggulan daerah secara makro ekonomi juga dapat dilihat dari struktur perekonomian suatu daerah yang digambarkan oleh distribusi Produk Domestik Regionak Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha atau sektoral. PDRB merupakan gambaran dari tingkatan atau capaian nilai tambah yang dihasilkan dari produksi barang dan jasa suatu daerah pada periode tertentu. Ada banyak lapangan usaha yang mendukung perekonomian suatu daerah, namun untuk lebih memudahkan pendataan statistik maka Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkannya ke dalam sembilan lapangan usaha atau sektor ekonomi, yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air minum; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan kominikasi; sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. BPS juga mengelompokkan data PDRB menjadi kelompok sektoral terdiri dari kelompok sektor primer (sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian), kelompok sektor sekunder (sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air minum; sektor bangunan), dan kelompok sektor tersier (sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa). Struktur PDRB mencerminkan komposisi sumbangan masingmasing lapangan usaha atau sektor ekonomi sehingga dapat menjelaskan apakah perekonomian suatu daerah bertumpu pada satu lapangan usaha atau beberapa lapangan usaha, berbasiskan (unggulan) sektor primer, sektor sekunder atau sektor tersier. Berdasarkan data PDRB yang dikeluarkan BPS setiap tahunnya menunjukkan bahwa struktur perekonomian Kota Payakumbuh masih didominasi oleh kelompok sektor tersier (jasa-jasa). Pada tahun 2010 dan 2011 sektor tersier memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kota Payakumbuh masing-masing sebesar 71,57% dan 70,91%. Kemudian diikuti oleh sektor sekunder sebesar 17,88% tahun 2010 dan 18,60% tahun Selanjutnya diikuti oleh sektor primer sebesar 10,55% tahun 2010 dan 10,49% pada tahun Pada tahun 2012, berdasarkan data sementara PDRB, potensi ekonomi kota Payakumbuh masih berbasiskan pada sektor tersier yang meliputi 70,79% dari nilai PDRB yang mencakup aktivitas jasa-jasa secara umum (meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor perhubungan dan komunikasi; sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa) sebagai berikut: Distribusi Kelompok Sektoral PDRB Kota Payakumbuh Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Kelompok Distribusi (%) No. Ratarata Sektoral Sektor Primer 10,55 10,49 10,48 10,51 2 Sektor Sekunder 17,88 18,60 18,73 18,40 3 Sektor Tersier 71,57 70,91 70,79 71,09 Total Ket: *) data perkiraan Dengan data tersebut maka dapat digambarkan bahwa secara ekonomi potensi unggulan Kota Payakumbuh adalah pada sektor tersier atau sektor jasa-jasa, baik jasa perdagangan, jasa perhubungan, jasa perusahaan, jasa pemerintahan dan jasa usaha lainnya. Hal ini tidak terlepas dari posisi Payakumbuh sebagai pusat kegiatan lokal dan regional serta pintu gerbang antara dua provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau. Jika dilihat dari data PDRB menurut lapangan usaha menunjukkan bahwa sampai tahun 2012 struktur perekonomian Kota Payakumbuh masih didominasi oleh empat lapangan usaha, yaitu lapangan usaha jasa-jasa dengan kontribusi sebesar 21,81% terhadap PDRB; kemudian diikuti oleh lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi (21,32%); lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran (19,74%); serta lapangan usaha pertanian (9,98%). Sementara lima lapangan usaha lainnya memiliki kontribusi dibawah sektor pertanian, termasuk sektor industri pengolahan sebagai berikut: Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

9 No. Perkembangan Nilai dan Distribusi (Persentase) Sektor Ekonomi dalam Pembentukan Nilai PDRB Kota Payakumbuh Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan-Rupiah) Lapangan Usaha (Rp) % (Rp) % 1. Pertanian ,07 9, ,96 9,98 2. Pertambangan dan Penggalian ,38 0, ,89 0,50 3. Industri Pengolahan ,29 7, ,11 7,63 4. Listrik, Gas dan Air Minum ,59 1, ,21 1,65 5. Bangunan ,10 9, ,56 9,45 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,68 19, ,48 19,74 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,08 20, ,06 20,32 Keuangan, Persewaan dan Jasa ,18 8, ,17 8,92 Perusahaan 9. Jasa jasa ,62 21, ,87 21,81 Total , , Sumber: Buku PDRB Kota Payakumbuh tahun Ket : * data diolah) b. Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi Kota Payakumbuh pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,87 % dibandingkan tahun 2011, yang menghasilkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp , ,- (994,79 milyar rupiah) lebih tinggi dari capaian tahun 2011 sebesar Rp ,- (930,85 milyar rupiah). Pertumbuhan tersebut didukung oleh semua lapangan usaha atau sektorsektor ekonomi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang tertinggi tingkat pertumbuhannya mencapai 8,35%, diikuti oleh sektor bangunan mencapai 8,17%; sektor listrik, gas dan air minum mencapai 7,93%; sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,92%; sektor jasa-jasa 6,89%; sektor pertanian 6,46%; sektor industri 5,92%; sektor pertambangan dan penggalian 5,35%; dan terakhir sektor angkutan dan komunikasi sebesar 5,04%. Dari sembilan lapangan usaha atau sektor ekonomi tersebut pada tahun 2012 terdapat empat lapangan usaha yang tingkat pertumbuhannya lebih tinggi dari tahun 2011, yaitu: 1). sektor listrik, gas dan air minum dari 7,11% pada tahun 2011 menjadi 7,93% pada tahun 2012; 2). sektor perdagangan, hotel dan restoran dari 7,75% menjadi 7,92% pada tahun 2012; 3). sektor jasa-jasa dari 6,54% tahun 2011 menjadi 6,89% tahun 2012; dan 4). sektor pertanian dari 6,20% tahun 2011 menjadi 6,46% pada tahun Sementara lapangan usaha yang mengalami penurunan tingkat pertumbuhan sebanyak lima lapangan usaha, yaitu: 1). Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dari 9% pada tahun 2011 menjadi 8,53% pada tahun 2012; 2). sektor bangunan dari 8,35% pada tahun 2011 menjadi 8,17% pada tahun 2012; 3). Sektor industri dari 5,95% tahun 2011 menjadi 5,92 % pada tahun 2012; 4), sektor pertambangan dan penggalian dari 5,48% tahun 2011 menjadi 5,35% pada tahun 2012; dan 5). sektor angkutan dan komunikasi dari 5,15% menjadi 5,04% pada tahun Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang merupakan sektor tertinggi pertumbuhannya pada tahun 2012 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8,35 % dan nilai tambah bruto (value added) yang dihasilkan mencapai Rp , ,- didukung oleh 4 (empat) sub sektor, yaitu sub sektor bank yang tumbuh sebesar 10,61%; sub sektor lembaga keuangan tanpa bank tumbuh sebesar 5,93%; sub sektor sewa bangunan tumbuh sebesar 6,51%; dan sub sektor jasa perusahaan yang tumbuh sebesar 4,92%. Kemudian sektor listrik dan air minum sebagai sektor tertinggi ke tiga tingkat pertumbuhannya (7,93%) didukung oleh 2 (dua) sub sektor, yaitu: sub sektor listrik dengan tingkat pertumbuhan mencapai 7,19%; dan sub sektor air minum dengan tingkat pertumbuhan mencapai 9,82%. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan sektor ke empat tertinggi tingkat No. pertumbuhannya (7,92 %) di dukung oleh 3 (tiga) sub sektor, yaitu: sub sektor perdagangan besar dan eceran dengan tingkat pertumbuhan mencapai 7,98%; sub sektor hotel dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,69%; dan sub sektor restoran dengan tingkat pertumbuhan mencapai 6,75%. Secara keseluruhan tingkat pertumbuhan semua sektor dan sub sektor dengan nilai tambah bruto yang dihasilkannya pada tahun 2012 dapat dilihat sebagai berikut: Pertumbuhan PDRB Kota Payakumbuh Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun Sektor / Lapangan Usaha PDRB (Rp.000) *) LP (%) PDRB (Rp.000) LP (%) 1. Pertanian ,82 6, ,55 6,46 2. a. Tanaman Pangan b. Perkebunan c. Peternakan d. Perikanan ,27 6, ,05 6, ,30 5, ,03 5,91 24,311,65 6, ,41 6, ,60 3, ,05 4,10 Pertambangan dan Penggalian 3.366,99 5, ,12 5,35 Penggalian 3. Industri 4. Industri Tanpa Migas 3.366,99 5, ,12 5, ,71 5, ,32 5, ,71 5, ,32 5,92 Listrik, Gas dan Air Minum 13,259,33 7, ,79 7,93 a. Listrik b. Air Bersih 5. Bangunan ,23 11, ,31 7, ,09 8, ,48 9, ,37 8, ,56 8,17 Perdagangan, Hotel dan Restoran ,18 7, ,15 7,92 a. Perdagangan Besar dan Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. a. Angkutan b. Komunikasi ,60 7, ,56 7,98 650,45 6,54 693,97 6, ,13 6, ,62 6, ,38 5, ,64 5, ,71 3, ,95 3, ,66 13, ,69 12,67 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ,25 9, ,28 8,53 a. Bank b. Lembaga Keu. Tanpa Bank c. Sewa Bangunan d. Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa a. Pemerintahan Umum dan Pertahanan b. Swasta Pertumbuhan PDRB Sumber: Buku PDRB Kota Payakumbuh ,45 11, ,78 10, ,12 6, ,36 5, ,52 6, ,61 6, ,16 5, ,53 4, ,26 6, ,77 6, ,98 5, ,29 7, ,28 5, ,48 5, ,29 6, ,18 6,87 Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan Sumatera Barat, pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh lebih baik sebagai berikut: Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

10 No. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Payakumbuh dengan Propinsi Sumatera Barat dan Nasional tahun Tahun Kota Payakumbuh Laju Pertumbuhan (%) Provinsi Sumatera Barat Nasional ,38 5,93 6, ,79 6,22 6, ,87* 6,35 6,23 Sumber: BPS Kota Payakumbuh Ket : * data sementara Dari tabel diatas tampak bahwa laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dan Nasional masih berada dibawah laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh pada kurun waktu tersebut. Ekonomi Kota Payakumbuh tumbuh sebesar 6,38% pada tahun 2010 meningkat menjadi 6,79% pada tahun Demikian halnya dengan ekonomi Sumatera Barat dan Nasional yang juga tumbuh sebesar 5,93% dan 6,1% pada tahun 2010, mengalami peningkatan pada tahun 2011 hingga tumbuh sebesar 6,22% dan 6,5%. Pada tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah terus meningkat dari tahun 2011 sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomin global dan nasional serta perekonomian Sumatera Barat pasca gempa bumi diakhir tahun 2009 yang lalu. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 6,87%; Provinsi Sumatera Barat mencapai 6,35% dan nasional mencapai 6,23%. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tentunya diharapkan juga mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi ini adalah perkembangan pendapatan per kapita per tahun. Pada tahun 2010 pendapatan per kapita masyarakat Kota Payakumbuh atas dasar harga berlaku mencapai Rp ,83. Angka ini terus meningkat setiap tahun sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, hingga mencapai Rp ,26,- pada tahun Secara keseluruhan perkembangan pendapatan perkapita Kota Payakumbuh selama tiga tahun terakhir dapat dilihat sebagai berikut: PDRB Per Kapita Kota Payakumbuh Tahun Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun PDRB (Juta Rupiah) Jumlah PDRB per Kapita (Rupiah) ADHB ADHK Penduduk ADHB ADHK , , , , , , , , *) , , , ,42 Keterangan: *) data perkiraan Dari tabel di atas terlihat bahwa PDRB per kapita Kota Payakumbuh setiap tahunnya terus meningkat baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan, dimana pertumbuhan menurut harga berlaku jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan menurut harga konstan. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PAYAKUMBUH (RPJMD) A. VISI DAN MISI Kota Payakumbuh dihuni oleh masyarakat yang merupakan perpaduan dari berbagai latar belakang etnis dan budaya yang berbeda. Walaupun mayoritas masyarakat Kota Payakumbuh memiliki budaya Minangkabau khususnya Luak Limopuluah, namun sub budaya yang dimiliki masing-masing komunitas lainnya juga berkembang disesuaikan dengan budaya asalnya. Dengan memperhatikan potensi dan kondisi daerah, perkembangan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya serta infrastruktur yang dimiliki oleh Kota Payakumbuh, maka telah menetapkan visi pembangunan kota untuk tahun yaitu: Terwujudnya Payakumbuh sebagai Kota Sehat dan Mandiri yang Didukung oleh Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa. berikut: Pengertian Visi diatas dapat dijabarkan sebagai Kota Sehat: Pengertian kota sehat disini adalah sehat dalam arti luas yang meliputi aspek fisik, mental spiritual, pendidikan, perekonomian dan lingkungan hidup yang bersih, termasuk terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government), transparan, demokratis dan berlandaskan hukum. Perwujudan kota sehat ini sangat penting artinya sebagai landasan yang kuat untuk menggerakkan proses pembangunan kota secara lebih mantap pada tahap-tahap berikutnya. Pendidikan yang sehat adalah pendidikan yang menerapkan proses belajar mengajar yang baik untuk melahirkan siswa yang mempunyai sikap, perilaku dan fisik yang sehat didukung dengan sarana dan prasarana yang sehat. Perekonomian yang sehat maksudnya adalah perekonomian yang bisa memberikan kesejahteraan kepada rakyat (prosperity) berlandaskan kepada nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tatanan kehidupan masyarakat ditandai dengan indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB, income perkapita, purchasing power (daya beli), earning power, capital turn over dan saving yang baik. Mandiri: Pengertian mandiri disini yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam segala aspek dan mengurangi ketergantungan kepada pihak lain dengan memberdayakan potensi daerah secara optimal. Contoh: Mandiri dalam bidang pendidikan artinya daerah mampu menyediakan sarana dan prasarana yang berkualitas pada setiap jenjang pendidikan. Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa: pengertian sumber daya manusia yang berkualitas, beriman dan bertaqwa adalah pribadi yang mempunyai keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut, maka dirumuskan misi pembangunan kota sebagai berikut: 1. Mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya perekonomian masyarakat dan memperbaiki distribusinya; 2. Meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan, pembinaan generasi muda dan olahraga; 3. Meningkatkan status dan derajat kesehatan masyarakat; 4. Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa, agama dan adat di tengah-tengah masyarakat; 5. Memelihara, meningkatkan dan membangun sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan umum; 6. Mengembangkan pariwisata, seni dan budaya; 7. Menyelenggarakan pemerintahan daerah dengan prinsipprinsip tata kelola pemerintahan daerah yang baik (good local governance); 8. Penataan kota dan pengaturan tata ruang wilayah. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

11 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH 1. Strategi Pembangunan Daerah Keberhasilan pencapaian visi dan misi Pembangunan Jangka Menengah Kota Payakumbuh yang dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran akan sangat ditentukan oleh strategi pembangunan yang digunakan. Strategi pembangunan pada dasarnya adalah cara atau kondisi yang harus diciptakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Penetapan strategi pembangunan Kota Payakumbuh didasarkan pada beberapa kaidah ilmiah teknis dan teknis administratif yang didasari oleh beberapa persoalan utama daerah dan mempertimbangkan kelayakan implementasinya. a. Strategi Pembelajaran dan Pelaksanaan Nilai-nilai Agama Masyarakat Kota Payakumbuh bertekad untuk menjadikan agama sebagai pedoman hidup dalam keluarga dan bermasyarakat sehingga segala unsur Rukun Iman dan Rukun Islam dijadikan sebagai pedoman utama dalam berkehidupan. Keseimbangan praktek kehidupan dunia dan keseimbangan praktek ekonomi menuju keseimbangan sistem syariah adalah pilihan dan fokus mewujudkan pelaksanaan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat Kota. Untuk itu, peranan kelembagaan agama, fasilitas dan infrastruktur serta tenaga pengelolanya perlu ditingkatkan kompetensi dan kualitas keberadaannya. b. Strategi Penerapan Kebudayaan Minangkabau Mengingat warga Kota Payakumbuh pada umumnya adalah masyarakat Minangkabau, maka strategi penerapan budaya daerah menjadi sangat penting untuk mendorong proses pembangunan Kota. Oleh sebab itu, perlu diupayakanerus agar masyarakat tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan Minangkabau dan menerapkannya dalam proses pembangunan daerah. Khusus mengenai keberadaan tanah ulayat perlu terus dipertahankan untuk menjaga kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, agar proses pembangunan daerah tidak terkendala dengan status tanah ulayat tersebut maka perlu diupayakan terwujudnya sistem pengelolaannya dalam bentuk penggunaan sendiri, sewa, kerjasama atau bagi hasil. Pola seperti ini perlu ditetapkan secara yuridis dalam bentuk Peraturan Daerah khusus untuk pengelolaan tanah ulayat tersebut. c. Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kualitas sumber daya manusia diarahkan untuk mempercepat proses pemerataan akses pendidikan dan pemerataan mutu pendidikan. Strategi kualitas pendidikan lebih diarahkan pada pemilihan beberapa jenis kurikulum menjadi unggulan, khususnya bidang matematika, kewirausahaan dan keterampilan industri. Pemantapan fasilitas pembelajaran dan pemenuhan kompetensi guru serta peningkatan penyelenggaraan pendidikan formal menjadi pilihan. Khusus untuk penduduk dewasa, pendidikan untuk semua umur longlife education adalah salah satu strategi yang penting. Sedangkan strategi pembangunan pada bidang kesehatan terutama diarahkan untuk mengurangi dampak negatif berperannya faktor utama, diantaranya adalah perbaikan sanitasi dan air minum, khususnya pada kelompok masyarakat miskin. Disamping itu, strategi di bidang kesehatan juga dilakukan guna mengoptimalkan pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar melalui peran aktif pelayanan kesehatan dasar pada kelompok masyarakat miskin, termasuk penajaman dari pilihan pelayanan rumah sakit untuk jenis pelayanan tertentu. d. Strategi Peningkatan Kegiatan Ekonomi Rakyat Strategi pemilihan akan pertumbuhan sektor-sektor prioritas diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi secara luas. Strategi ini dilakukan mengingat keterbatasan sumber pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu, kebijakan investasi baik pemerintah maupun swasta dan masyarakat diarahkan kepada sektor-sektor pembangunan dengan tingkat pertumbuhan output dan nilai tambah yang tinggi. Penetapan dan pemilihan sektor dan bidang disesuaikan dengan potensi yang tersedia dan yang terkait dengan ketersediaan sumber daya, namun menggunakan prinsip keunggulan komparatif dan kompetitif Kota dibandingkan dengan daerah lain. Dalam kaitan dengan hal ini strategi pengembangan ekonomi Kota Payakumbuh diarahkan pada pengembangan ekonomi rakyat dengan fokus pada pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Agar hasil yang akan diperoleh menjadi optimal, maka segala upaya untuk merealisasikan potensi ekonomi kota diarahkan pada pilihan tersebut, dengan konsentrasi kegiatan pada industri pengolahan makanan rakyat. e. Strategi Peningkatan Pemerataan Pembangunan Strategi pemerataan pembangunan ini bertujuan untuk mendorong agar terjadi keseimbangan perkembangan pembangunan daerah baik antar golongan masyarakat maupun antar wilayah terutama untuk kegiatan pembangunan yang dapat menyentuh masyarakat miskin. Dengan demikian, penempatan lokasi kegiatan perlu dilakukan secara tersebar antar golongan masyarakat dan antar wilayah dengan mempedomani peruntukan wilayah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan daerah. Kawasan strategis perdagangan dan industri rumah tangga akan dikembangkan sepanjang jalan poros Bukittinggi-Payakumbuh dan dari Kota Payakumbuh menuju Kota Pekanbaru. Strategi pembangunan ini mencakup upaya pemanfaatan nilai strategis yang dimiliki Kota Payakumbuh melalui pengembangan infrastruktur terkait sehingga kegiatan perdagangan antar kota dapat ditingkatkan secara lebih cepat. Unsur pemerataan dapat dilihat dari kebijakan yang nantinya dapat mengangkat dan melibatkan kelompok masyarakat miskin dalam proses pembangunan, lebih khususnya kelompok usaha kecil dan menengah bagi mereka yang berasal dari keluarga miskin. Upaya untuk mendorong kelompok masyarakat yang mampu menyerap lapangan kerja adalah pilihan yang sangat strategis untuk mendorong proses pembangunan daerah pada masa yang akan datang. f. Strategi Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Strategi kelembagaan ekonomi Kota Payakumbuh perlu berpihak kepada sebagian besar masyarakat yang memerlukan dorongan investasi. Upaya untuk mengembangkan kelembagaan ekonomi masyarakat, baik melalui cara konvensional maupun dengan menerapkan sistem syariah, berupa koperasi jasa keuangan adalah sangat penting sekali dan merupakan strategi pokok untuk menyeimbangkan praktek kegiatan ekonomi masyarakat. Sedangkan pada saat bersamaan, pemanfaatan sumber dana dari zakat, infak dan sedekah akan terus dikembangkan dan dijadikan sebagai alternatif sumber pembiayaan investasi masyarakat yang masuk ke dalam kategori investasi kecil dan mikro. g. Strategi Peningkatan Efisiensi Penggunaan Anggaran Daerah Strategi peningkatan efisiensi penggunaan anggaran daerah dilakukan terhadap pembiayaan programprogram pembangunan yang dirasa kurang efektif dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

12 efisien, dengan harapan program-program tersebut akan lebih berdayaguna dan berhasilguna. Daya guna dan hasil guna tersebut dapat diukur dari proses yang lebih cepat, tepat, mudah dan murah serta hasil dan manfaatnya lebih luas dengan resiko seminimal mungkin. Strategi pembangunan ini mensyaratkan adanya telaah program-program pembangunan berdasar kebijakan umum dan prioritas alokasi anggaran. Untuk itu, upaya meningkatkan belanja modal adalah salah satu yang sangat diperlukan untuk meningkatkan peranan anggaran terhadap perkembangan kegiatan ekonomi lokal dan pembangunan daerah secara keseluruhan. h. Strategi Peningkatan Prasarana dan Sarana Kota Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembangunan Kota Payakumbuh. Termasuk dalam hal ini pembangunan jaringan jalan, listrik dan air minum serta perhubungan dan komunikasi yang berkualitas untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah pembangunan prasarana dan sarana pendidikan dan kesehatan masyarakat guna mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia daerah. Sejalan dengan hal tersebut, pembangunan lingkungan permukiman juga perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. i. Strategi Penataan Ruang dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Strategi untuk mewujudkan kesinambungan pembangunan daerah dimulai dengan menyiapkan dokumen induk Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Renca Teknis Ruang Kota. Kemudian diupayakan agar rencana tata ruang ini benar-benar dilaksanakan secara konsekuen dan kepada pelanggar peraturan dikenakan sanksi yang tegas dan berat. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang baik dan sekaligus mengefisienkan penggunaan lahan kota yang terbatas. Demikian juga halnya dengan program pembangunan daerah yang juga harus dapat dilaksanakan secara berkelanjutan (sustainable) sehingga dapat menjamin kemajuan pembangunan yang terus menerus dan sekaligus menjamin tersedianya sumber daya yang cukup untuk generasi mendatang. Dalam hal penerapan strategi untuk mendorong keberlanjutan pembangunan daerah mensyaratkan perlunya evaluasi dan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan sehingga dapat diadakan koreksi dan perbaikan selama periode perencanaan dijalankan. Strategi ini mencakup upaya penciptaan keterkaitan yang tepat antara pembangunan berdimensi fisik dan alam dengan pembangunan sosial kemasyarakatan, yang berlandaskan pada sistem tata ruang kota dan mempertahankan daya dukung lingkungan wilayah. Sejalan dengan hal tersebut perlu pula diwujudkan keseimbangan antara perencanaan dan penganggaran untuk menjamin agar apa yang direncanakan betulbetul dapat dilaksanakan karena adanya dukungan dana yang cukup. j. Strategi Pelayanan Publik Prima Strategi pelayanan publik prima ini dilakukan dengan tujuan agar pelaksanaan pembangunan daerah yang dilakukan akan sesuai dengan prioritas yang sudah ditetapkan semula. Segala keperluan masyarakat diharapkan akan dapat dilayani secara terencana dalam waktu yang relatif singkat dan dengan kualitas jasa yang memuaskan. Disamping itu, strategi pelayanan satu pintu (One Stop Service) dengan kepastian waktu yang jelas sangat perlu dikembangkan guna menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi dewasa ini dan mendesak untuk segera diselesaikan karena berpotensi memberikan dampak dalam bentuk terganggunya kinerja dan kehidupan masyarakat kota. 2. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah tahun adalah sebagai berikut: a. Mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya perekonomian masyarakat dan memperbaiki distribusinya Arah kebijakan pembangunan daerah ini adalah: 1) Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berbasis lapangan usaha unggulan dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pemerataan distribusi pendapatan antar pelaku ekonomi maupun antar golongan pendapatan sehingga dapat mencapai stabilitas ekonomi. 2) Pengembangan dan pemberdayaan lapangan usaha pertanian dalam arti luas, untuk mendorong pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat serta perbaikan teknologi pertanian dan peningkatan pengelolaan pasca panen guna mendorong produktivitas dan penyediaan input bagi industri makanan lokal. 3) Pengembangan dan pemberdayaan lapangan usaha industri, untuk mendorong pengembangan produktivitas dan kualitas produk, penguatan keterkaitan industri, perbaikan teknologi produksi serta peningkatan kemampuan pemasaran produk industri dalam rangka peningkatan pendapatan para pelaku usaha, khususnya UMKM. 4) Peningkatan iklim usaha untuk mendorong investasi agar dapat mengurangi hambatanhambatan penanaman modal, baik yang berkaitan dengan perizinan, ketenagakerjaan, akses permodalan, infrastruktur dan kelembagaan. 5) Pengembangan kelembagaan ekonomi, perbankan, koperasi dan BMT untuk mendukung akses permodalan para pelaku usaha khususnya UMKM agar dapat mengembangkan usaha dan mendorong penciptaan lapangan pekerjaan serta upaya pengentasan kemiskinan Kota. 6) Pengembangan kawasan industri kerajinan rakyat yang dilengkapi dengan infrastruktur ekonomi untuk lebih memudahkan akses informasi, pembinaan dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Kawasan ini harus ditentukan untuk masingmasing lapangan usaha khususnya lapangan usaha unggulan, guna dapat menyesuaikan upaya pengembangannya dengan daya dukung lingkungan dan sekaligus untuk menjaga keberlanjutan usaha bersangkutan. 7) Pengembangan kerjasama regional dan antar daerah untuk menggali dan mendorong pengembangan potensi ekonomi kota, dengan memanfaatkan perkembangan kegiatan ekonomi dan perubahan lingkungan strategis di daerah sekitar kota dan daerah perbatasan, dengan tetap memperhatikan daya dukung dan kualitas lingkungan. 8) Perluasan lapangan kerja dalam upaya memberikan kesempatan bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi faktor-faktor yang menghambat. Kebijakan kesempatan kerja ditujukan untuk meningkatkan partisipasi angkatan kerja wanita dengan fokus kepada perluasan lapangan kerja yang terkait dengan pengolahan hasil pertanian, perikanan dan peternakan. Upaya ini dilakukan dengan mengembangkan nilai tambah dari Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

13 produk pertanian, perikanan dan sesuai dengan kebijakan pengembangan agribisnis. 9) Pemberdayaan keluarga miskin dalam bentuk memfasilitasi dan memberdayakan kelompok masyarakat miskin agar antara program yang disusun sejalan dengan kriteria kemiskinan yang dihadapi. Dalam konteks ini perlu ada kelembagaan yang memfasilitasi antara penduduk miskin dengan program yang ditujukan untuk mereka. Kebijakan ini akan menghasilkan dua hal. Pertama adalah menumbuhkan tenaga pendamping keluarga miskin baik dalam memberikan pemahaman berusaha, pendampingan usaha dan menjadi konsultan di lapangan. Sedangkan sasaran lainnya adalah pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan tahapan pemberdayaan masyarakat. 10) Perlindungan sosial, dengan memberikan perlindungan terhadap masyarakat miskin, baik dari tekanan internal ataupun tekanan eksternal. Perlindungan sosial diberikan karena penduduk miskin perlu memperoleh perlindungan agar dapat meringankan beban sebagai dampak dari berbagai faktor yang menyebabkan kemiskinan. Misalnya mendorong agar akses kepada pendidikan anak keluarga miskin melalui pengembangan sistem beasiswa, peningkatan akses kepada pelayanan kesehatan dasar dan pemenuhan kebutuhan pokok. Perlindungan sosial lainnya disesuaikan dengan persoalan di lapangan dan dilakukan analisis setiap tahunnya dalam penetapan target group program kemiskinan. 11) Pengendalian kependudukan dan keluarga sejahtera dilakukan dengan pengendalian besarnya jumlah anak yang difokuskan kepada kelompok ibu yang beresiko tinggi memiliki jumlah anak yang relatif tinggi, berpendidikan rendah dan berasal dari rumah tangga miskin dan hampir miskin. Arah kebijakan ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan sedini mungkin konsep keluarga sejahtera khususnya kepada kelompok Pasangan Usia Subur (PUS) dengan cara mengembangkan sistem kampanye yang menjangkau kelompok PUS. 12) Selain itu, pengaturan jarak kelahiran akan berkontribusi kepada pengendalian jumlah anak yang akan dilahirkan, norma jarak kelahiran di atas dua tahun sangat penting diupayakan dalam setiap paket kebijakan dan yang tidak kalah penting adalah pelayanan perlu diintensifkan kepada kelompok Pasangan Usia Subur baru yang beresiko tinggi untuk keluar dari sistem pengendalian kelahiran. Kebijakan kependudukan akan sangat terkait dengan keberhasilan kebijakan pendidikan dan kebijakan ekonomi secara sinergis. b. Meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan, pembinaan generasi muda dan olahraga Persoalan utama yang ditemukan pada urusan pendidikan adalah belum tercapainya pemerataan pendidikan. Hal ini terutama disebabkan karena berperannya faktor internal, berupa keadaan ekonomi dan pendidikan orang tua yang relatif rendah, khususnya masyarakat miskin. Sementara faktor eksternal adalah berbagai dampak dari kebijakan pemerintah yang berakibat kepada peningkatan harga dan biaya pendidikan. Selain dari itu, mutu pendidikan untuk seluruh jenjang pendidikan belum merata dan relatif sangat timpang terutama disebabkan karena terbatasnya ketersediaan alat pembelajaran dan laboratorium, kapasitas tenaga pendidik dan kesejahteraan guru. Fokus mutu pendidikan diarahkan kepada penguatan penguasaan bidang matematika, kewirausahaan dan humaniora mengingat karakter dan sumber daya lokal yang tersedia. Sementara pada bidang humaniora perlu diberikan pendidikan dengan materi adat dan budaya. Disamping itu untuk percepatan peningkatan kualitas sumber daya manusia, Pemerintah Kota juga akan memfasilitasi berdirinya perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dengan jurusan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan kota serta mempunyai prospek yang bagus di masa datang. Untuk itu, arah kebijakan pembangunan untuk pemerataan kualitas pendidikan, pembinaan generasi muda dan olahraga di Kota Payakumbuh ditetapkan sebagai berikut: 1) Peningkatan partisipasi rumah tangga melalui kampanye pendidikan yang diupayakan secara terus menerus sehingga makin lama semakin disadari oleh rumah tangga akan pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka. Ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi Komite Sekolah melalui peningkatan keterlibatan orang tua murid beserta stakeholders dalam merencanakan dan mengawasi proses pendidikan. Selain dari itu partisipasi masyarakat juga diupayakan meningkat pada berbagai jenjang pendidikan mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai pada jenjang pendidikan tinggi. Bentuk partisipasi ini diiringi oleh keinginan dan peranan pemerintah daerah untuk mengembangkan dan memperbaiki seluruh jenjang pendidikan. Sehingga ke depan persoalan pendidikan bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga tanggungjawab masyarakat secara lebih luas. 2) Peningkatan kemampuan profesionalisme guru ditujukan untuk meningkatkan kapasitas guru dalam menguasai dan melaksanakan sistem pendidikan yang menghasilkan kompetensi tertentu, pemetaan keadaan guru dan memberikan kesempatan untuk peningkatan kapasitas pengajar. Untuk pencapaian kompetensi tersebut diperlukan cara untuk merekrut calon guru yang akan dikembangkan kompetensinya. 3) Peningkatan mutu sekolah umum dan kejuruan, diarahkan kepada penguasaan terhadap kebutuhan pasar kerja berpedoman kepada tujuan pendidikan, dimana sasaran perubahan lebih kepada penilaian proses pembelajaran yang dapat mencapai aspek penguasaan materi, membangun emosional dan keterampilan berorganisasi serta mengembangkan spiritual anak didik. Kebijakan mutu diselaraskan dengan kebijakan pembangunan ekonomi, terutama di bidang UMKM dan pengolahan hasil agribisnis (pertanian, peternakan, perikanan, beserta pengolahan hasil alam) sesuai dengan visi kota. Ini dapat dilakukan dengan selalu mengintegrasikan kurikulum pendidikan yang mengacu kepada ketiga kepentingan tersebut. Prioritas pendidikan menengah diarahkan kepada peningkatan dan perluasan pendidikan kejuruan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat dan rencana pengembangan ekonomi lokal. Mutu pendidikan kejuruan juga perlu ditekankan kepada pemenuhan keahlian dan keterampilan kerja industri sesuai dengan aktivitas ekonomi yang berkembang di Kota Payakumbuh. 4) Peningkatan pendidikan non formal, untuk mengatasi persoalan yang terkait dengan bebas buta aksara, maka dirasa penting untuk tetap melanjutkan program penuntasan wajib belajar bagi mereka yang sudah berusia dewasa. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

14 Lembaga keterampilan kerja baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh swasta perlu didorong sesuai dengan misi yang dapat diakomodirnya. Secara spesifik, pendidikan non formal juga perlu lebih diintensifkan lagi khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendidikan rendah, berupa pendidikan keterampilan hidup, kewirausahaan dan segala keterampilan untuk bekerja. Peningkatan pengembangan pemuda dan olah raga, diarahkan untuk mengoptimalkan kemampuan pemuda dalam memberikan sumbangan dalam proses pembangunan. Selain dari itu, kegiatan kepemudaan juga diupayakan agar lebih produktif dan kreatif yang mendukung terwujudnya sentra UMKM. Sejalan dengan itu, untuk memantapkan keragaan pemuda maka kegiatan keolahragaan yang selektif juga diupayakan sehingga kegiatan keolahragaan ini dapat melengkapi dan menyiapkan pemuda untuk berpartisipasi secara ekonomis di pasar kerja. Peningkatan sarana dan prasarana olah raga juga sangat diperlukan untuk dapat memacu prestasi olah raga di tingkat regional maupun nasional. c. Meningkatkan status dan derajat kesehatan masyarakat Arah kebijakan untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan jaminan pelayanan kesehatan dasar, melalui konsolidasi terhadap upaya yang perlu dilakukan agar fungsi puskesmas beserta perangkat pendukungnya pada tingkat masyarakat dapat terlaksana. Upaya meningkatkan fungsi posyandu adalah salah satu strategi yang dapat mengatasi persoalan kurangnya pengetahuan sebagian kelompok masyarakat serta peningkatan kesadaran rumah tangga dalam merencanakan jumlah anak. 2) Peningkatan pelayanan prefentif dan kuratif, dengan fokus adalah faktor-faktor yang menyebabkan tingginya prevalensi ISPA dan diare serta penyakit yang beresiko terhadap kematian. Untuk itu, pendekatan strategi pengembangan pelayanan oleh masyarakat dan untuk masyarakat melalui posyandu perlu secara terus menerus diubah dari promotif kepada preventif dan kuratif. Upaya menggerakkan kembali keberadaan posyandu dapat disesuaikan dengan strategi pelayanan yang disusun oleh puskesmas. 3) Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit, untuk terjaminnya pelayanan dan perencanaan pelayanan melalui peningkatan kemampuan dalam penyediaan data bulanan terhadap jenis penyakit dan gejala kurang gizi yang ada pada masyarakat. Sehingga setiap tahun segala program yang disetujui hendaknya didasari dengan data dan fakta yang mampu menemukan akar masalah yang terjadi, sebagai bahan untuk merumuskan pilihan kualitas dan jenis pelayanan rumah sakit yang baik dan bermutu. 4) Peningkatan kesadaran rumah tangga untuk mewujudkan kesadaran bersama seluruh warga masyarakat terhadap lingkungan dan program pembiasaan hidup bersih. Hal ini ditopang dengan program selokanisasi dan drainase, khususnya daerah yang padat pemukiman. 5) Peningkatan fasilitas kesehatan dan penunjang, dengan peningkatan fasilitas air minum bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses air minum. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan program fisik ke dalam program yang menyediakan fasilitas aspek kesehatan. Selain dari itu perbaikan fasilitas sanitasi di sekolah berupa perbaikan toilet sekolah, toilet dan sanitasi masjid dan tempat umum diharapkan mampu memperbaiki kebiasaan hidup bersih dan pada gilirannya akan memperbaiki kesehatan. 6) Penyediaan dan peningkatan kapasitas tenaga medis, dengan kebijakan ini diharapkan program kesehatan yang akan disusun dapat menjamin agar setiap puskesmas dapat melayani masyarakat sesuai dengan sistem dan prosedur yang cepat dan baik. Untuk itu, kapasitas manajemen tenaga kesehatan harus selalu ditingkatkan. Seiring dengan itu, untuk dapat memberikan pelayanan yang baik, pusat pelayanan kesehatan perlu dilengkapi dengan fasilitas yang diperlukan untuk menunjang proses pengobatan dan penyembuhan berbagai penyakit yang lazim ditemui. d. Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa, agama dan adat di tengah-tengah masyarakat Arah kebijakan umum untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa, agama dan adat di tengah-tengah masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Mewujudkan konsep pembangunan insani yang holistik dan menempatkan pencapaian hakiki agama melalui hubungan manusia dengan pencipta sebagai tujuan akhir dari pembangunan. 2) Peningkatan kualitas pendidikan agama masyarakat, khususnya pembinaan generasi muda dengan menerapkan konsep pendidikan terpadu sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dengan orientasi utama pembinaan akhlak. 3) Menggali potensi zakat melalui Gerakan Daerah Pembayaran Zakat dengan mengembangkan lembaga zakat berbasis masjid dan pemerintah. Hasil penerimaan zakat dapat dialokasikan untuk pendidikan dan pemberdayaan masyarakat miskin. 4) Perbaikan sistem pembelajaran agama melalui institusi pendidikan formal dengan perbaikan kurikulum pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai pada jenjang pendidikan tinggi. 5) Pengembangan sarana peribadatan seperti masjid yang bersatu dengan sistem pendidikan pesantren, melalui sistem pendidikan boarding ala Kota Payakumbuh. 6) Pemberantasan penyakit masyarakat dengan penerapan peraturan yang tegas dan pemberian pemahaman agama melalui aktivitas dakwah pada kelompok masyarakat. 7) Peningkatan kualitas pengelolaan serta pengembangan fasilitas sarana ibadah dengan memperhatikan kepentingan seluruh lapisan umat beragama dengan akses yang sama bagi setiap pemeluk agama. e. Memelihara, meningkatkan dan membangun sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan umum Pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan umum dilakukan dalam rangka mempercepat aksesibilitas masyarakat kota serta untuk mendorong pengembangan perekonomian dan pelayanan bagi masyarakat Kota Payakumbuh dan wilayah hinterland-nya. Sedangkan pembangunan prasarana harus diarahkan pada kawasan-kawasan sentra produksi, perdagangan dan pertokoan, kawasan pemukiman baru serta kawasan atau jalur-jalur transportasi padat agar dapat terhindar dari masalah kemacetan dan untuk tetap terjaganya keteraturan dan kenyamanan kota. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

15 1) Peningkatan Jalan dan Jembatan Arah kebijakan pembangunan jalan dan jembatan terdiri dari pembangunan jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada serta perawatan jalan. Pembangunan jalan baru dimaksudkan untuk mendorong perkembangan daerah-daerah pemukiman baru, pasar dan daerah sentra produksi. Pembangunan jalan baru yang paling mendesak adalah pembangunan jalan dan jembatan dari Kelurahan Nunang ke Pasar Ibuh. Peningkatan jalan terdiri dari peningkatan konstruksi (pengaspalan) dan pelebaran jalan. Peningkatan konstruksi dengan pengaspalan jalan ini menggunakan sistem aspal hot mix. Sampai tahun 2012 ditargetkan seluruh ruas jalan di Kota Payakumbuh sudah diaspal hot mix ini. Pelebaran jalan diutamakan pada ruas jalan yang selama ini mengalami kemacetan karena volume lalu lintas yang padat. Dalam melakukan pelebaraan jalan ini disamping untuk pelebaran badan jalan juga disiapkan untuk lokasi sistem drainase, trotoar dan jalur hijau. Pelebaran jalan pada ruas jalan diatas dilakukan dengan sistem dua jalur yang dilengkapi dengan median jalan, trotoar, jalur hijau dan jaringan drainase terpadu yang disesuaikan dengan standar lebar jalan yang berlaku. Kebijakan dalam pembangunan jalan arteri adalah dengan menyelesaikan pembangunan Jalan Lingkar Utara dan Jalan Lingkar Selatan sesuai dengan standar teknis yang berlaku yaitu jalan dua jalur satu arah, yang dilengkapi dengan median jalan, trotoar dan drainase dan jalur hijau. Peningkatan Jalan Lingkar ini sangat diperlukan untuk mengantisipasi lonjakan volume transportasi yang melewati Kota Payakumbuh setelah selesainya pembangunan Kelok Sembilan Flight Over. Dengan selesainya pembangunan Jalan Lingkar ini akan mendorong pengembangan Kota Payakumbuh ke arah utara dan selatan. Pembangunan jalan arteri primer dan arteri sekunder perlu diikuti dengan peningkatan jalan kolektor dan jalan lokal. Prioritas pembangunan jaringan jalan kolektor dan jalan lokal ini adalah berupa pelebaran jalan-jalan kolektor dan jalan lokal yang masih di bawah standar sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. Terkait dengan pembangunan jalan kolektor ini diperlukan penyelesaian dan pembebasan tanah eks PT. KAI yang berada pada koridor Jln. Tan Malaka ke arah Suliki. Kebijakan pembangunan jalan dilakukan secara terpadu dan terintegrasi antara jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Pembangunan sistem jaringan jalan ini dilakukan pula secara terpadu dengan sistem jaringan drainase, jaringan listrik, air minum, dan telekomunikasi. 2) Peningkatan Sistem Jaringan Transportasi Secara umum arah kebijakan pembangunan sistem jaringan jalan adalah untuk meningkatkan dan memperlancar lalu lintas ke seluruh wilayah kota serta menghindari kemacetan pada ruas jalan yang terjadi pada waktu-waktu tertentu. Dan dalam rangka menghadapi perkembangan pembangunan Kota Payakumbuh kedepan dengan diselesaikannya pembangunan jalan Kelok Sembilan (Fly Over Kelok Sembilan) perlu dilakukan pembenahan terhadap sistem jaringan transportasi dimaksud. Dalam rangka memberikan kemudahan dan kelancaran transportasi serta untuk keselamatan penumpang maka sarana dan fasilitas penunjang perlu dilengkapi secara terpadu meliputi penataan rute angkutan lalu lintas, pemasangan marka dan rambu-rambu jalan, dan sebagainya. Kebijakan ini perlu pula diiringi dengan usaha penegakan hukum secara tegas serta penanganan dampak kecelakaan pada daerah rawan kecelakaan. 3) Pengembangan Perumahan dan Pemukiman Sebagai sebuah kota yang diperkirakan berkembang semakin pesat maka jumlah penduduk Kota Payakumbuh pada dua puluh tahun mendatang akan semakin besar. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk tersebut maka kebutuhan akan perumahan dan permukiman juga akan meningkat dengan pesat. Arah kebijakan dalam pembangunan perumahan dan permukiman ini adalah menyediakan perumahan dan pemukiman layak huni yang akan diprioritaskan bagi penduduk berpenghasilan rendah. Untuk mendorong masyarakat membangun perumahan ini adalah dengan penyediaan prasarana sosial dasar, sarana air bersih, listrik, drainase, jalan lingkungan dan pengelolaan sampah yang memadai secara merata ke seluruh wilayah. 4) Pengembangan Jaringan Listrik Sumber tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Payakumbuh berasal dari PLTA Maninjau dan PLTA Batang Agam yang didistribusikan melalui Gardu Induk dengan kapasitas 20 KV dan daya 200 KVA, dengan daya terpasang sebesar KWH. Pelayanan jaringan tenaga listrik boleh dikatakan sudah menyebar secara merata ke seluruh wilayah kota, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk industri, pemerintahan, sosial dan untuk penerangan umum. Kebijakan pengembangan tenaga listrik untuk masa lima tahun mendatang diarahkan kepada penambahan daya terpasang tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan industri, rumah tangga dan pelayanan ekonomi dan sosial masyarakat yang diperkirakan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan teknologi. Peningkatan daya terpasang ini perlu pula diikuti oleh perluasan jaringan transmisi dan distribusi pada wilayah pemukiman baru dan wilayah yang baru berkembang. Disamping itu perlu pula kebijakan untuk memperluas distribusi lampu jalan dan lampu penerangan umum untuk menunjang aktivitas pada malam hari dan untuk kepentingan keindahan dan keamanan serta ketertiban umum. 5) Peningkatan Pelayanan Air Bersih Kebutuhan terhadap pelayanan air bersih akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah dan aktivitas peduduk. Rata-rata kebutuhan terhadap air bersih adalah 120 liter/orang/hari sehingga berdasarkan perkiraan jumlah penduduk Kota Payakumbuh tahun 2012 sebanyak jiwa maka kebutuhan air bersih pada tahun 2012 adalah m3 perhari. Kebijakan pelayanan air bersih diarahkan kepada peningkatan kapasitas terpasang dan debit air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meliputi: rumah tangga, industri, niaga, pemerintahan, rumah ibadah dan sarana sosial lainnya. Pelayanan air bersih ini diberikan oleh PDAM Kota Payakumbuh. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

16 6) Peningkatan Sistem Drainase Sistem pembuangan air limbah yang akan dikembangkan pada masa mendatang masih menggunakan sistem campuran antara pembuangan air limbah dengan air hujan pada satu saluran. Pengembangan sistem drainase diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas saluran yang ada terutama saluran sekunder dan tersier. Sedangkan untuk penanganan air limbah yang berasal dari industri dilakukan dengan sistem khusus sesuai dengan jenis polusinya. Pembangunan saluran pembuangan ini akan diprioritaskan dengan membangun saluran sekunder permanen yang lokasinya diintegrasikan dengan sistem jaringan jalan yang ada. Dengan lancarnya pembuangan air limbah dari saluran sekunder menuju saluran primer akan diikuti oleh penyempurnaan saluran tersier akan dilakukan secara terpadu oleh pemerintah dan masyarakat. 7) Peningkatan Sistem Jaringan Irigasi Sistem jaringan irigasi yang handal akan dikembangkan dimasa mendatang adalah peningkatan konstruksi jaringan yang sudah ada dari saluran tanah, menjadi irigasi permanen sehingga kebocoran air dapat ditekan dan dapat mengaliri daerah pertanian. Disamping itu, kebijakan strategis lainnya adalah pembangunan Bendungan Batang Agam di Padang Ambacang, yang nantinya dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai sumber air PDAM dan selain itu juga menambah debit air sungai. f. Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Pariwisata yang mempunyai banyak keterkaitan dengan sektor lain memerlukan pengelolaan yang lebih terarah dan profesional. Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan dengan mempertimbangkan potensi daerah, maka kebijakan pengembangan pariwisata dan budaya daerah kedepan diarahkan kepada: 1) Pengembangan potensi objek wisata unggulan secara spasial; 2) Pengembangan industri pariwisata, seni dan budaya; 3) Peningkatan pemasaran wisata, seni dan budaya; 4) Integrasi pengembangan pariwisata, seni dan budaya dengan daerah sekitarnya. g. Reformasi Birokrasi dan Mengurangi Praktek KKN Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah pada dasarnya merupakan peningkatan kemampuan kelembagaan di daerah yang meliputi kelembagaan pemerintah daerah, kelembagaan DPRD (legislatif daerah), kelembagaan masyarakat dan dunia usaha dalam rangka mendukung penyelenggaraan otonomi daerah dan penciptaan tata pemerintahan yang baik di Kota Payakumbuh. Peningkatan kemampuan kelembagaan daerah ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan aparatur dan anggota DPRD serta peningkatan partisipasi masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta kerjasama antar daerah. Dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik, pembangunan masih tetap diarahkan pada peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui kebijakan berikut ini: 1) Meningkatkan kemampuan kelembagaan birokrasi dan administrasi publik. Untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan birokrasi dan administrasi publik, maka perlu didorong penataan kelembagaan daerah melalui: Menyempurnakan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) termasuk tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi) agar tidak tumpang tindih, sehingga fungsi-fungsi kelembagaan daerah dapat berjalan secara lebih memadai, efektif, dengan struktur lebih proporsional, ramping, luwes dan responsif serta diiringi dengan anggaran berbasis kinerja; Meningkatkan efektifitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada semua tingkat dan lini pemerintahan daerah; Meningkatkan kualitas aparatur pemerintah agar memiliki kemampuan dan kompetensi tertentu yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya melalui pendidikan S2 atau setara dengan pendidikan lanjutan yang selektif dan memperbanyak diklat-diklat fungsional; Meningkatkan kesejahteraan pegawai dan pemberlakuan sistem karir berdasarkan prestasi; Meningkatkan penegakan sistem dan budaya birokrasi yang profesional sebagai pelayan publik dengan mengembangkan etika dan moral aparatur melalui peningkatan pembinaan dan pengawasan melekat; Meningkatkan kerjasama yang sinergis antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan komitmen memperkecil kesenjangan ekonomi, sosial, gender dan budaya dalam masyarakat; Meningkatkan koordinasi vertikal dan horizontal, baik antara pemerintah propinsi terhadap pemerintah Kota Payakumbuh maupun antar unit kerja dilingkungan Pemerintah Kota; Mewujudkan kerjasama Kota Payakumbuh dengan daerah atau institusi lainnya yang saling menguntungkan; Mewujudkan pengembangan dan pemanfaatan e-government dan dokumen/arsip daerah dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan daerah. 2) Meningkatkan demokratisasi pemerintahan dan partisipasi masyarakat. Kebijakan untuk meningkatkan demokratisasi pemerintahan dan partisipasi masyarakat diarahkan kepada: Tegaknya sistem demokrasi yang baik dan benar; Berjalannya sistem rekruitmen politik berdasarkan prinsip meritokrasi (berdasarkan kemampuan dan prestasi); Meningkatkan peran dan fungsi DPRD dalam menyerap, mengartikulasikan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; Meningkatkan kualitas lembaga legislatif dan organisasi partai politik untuk mampu menjalankan fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan dengan dilandasi oleh etika dan moral yang sehat; Menciptakan ruang komunikasi politik yang baik dan benar antara pemerintah dan masyarakat; Menegakkan prinsip pelaksanaan pemerintahan yang tidak diskriminatif dan tidak KKN; Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

17 Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengartikulasikan kepentingannya secara beretika dan menjunjung tinggi hukum; Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik yang disertai dengan peningkatan etika komunikasi politik yang sehat mulai dari kalangan elit sampai lapisan masyarakat umum; Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan, implementasi kebijakan, menikmati hasil kebijakan dan ikut terlibat dalam mengevaluasi kebijakan publik; Mewujudkan debat publik yang rasional, obyektif, argumentatif dan faktual mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan kepentingan umum; Meningkatkan budaya politik masyarakat untuk menggunakan mekanisme dan prosedur sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam menyalurkan berbagai aspirasi dan kepentingan mereka baik yang ditujukan kepada pemerintah maupun kepada organisasi politik; Mewujudkan prinsip keadilan jender dalam berbagai tingkatan kegiatan pemerintahan; Meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. 3) Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan. Kebijakan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan diarahkan kepada: Meningkatkan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar, pelayanan umum dan pelayanan unggulan; Meningkatkan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya, berpartisipasi dalam proses pembangunan dan mengawasi jalannya pemerintahan; Meningkatkan transparansi, partisipasi dan mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan sebaran informasi. 4) Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan wewenang dan praktek KKN. Kebijakan untuk mendorong upaya penuntasan penanggulangan penyalahgunaan wewenang diarahkan kepada: Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) pada semua tingkat dan lini pemerintahan dan pada semua kegiatan; Pemberian sanksi yang seberat-beratnya bagi pelaku KKN sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Peningkatan efektifitas pengawasan aparatur melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat; Peningkatan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif dan bertanggungjawab; Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasilhasil pengawasan dan pemeriksaan; Peningkatan pemberdayaan penyelenggaraan negara, dunia usaha dan masyarakat dalam pemberantasan KKN. h. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Arah kebijakan pembangunan yang ditetapkan untuk mencapai peningkatan kualitas lingkungan hidup terkait sekali dengan perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah serta pengelolaan pertanahan. Dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup, arah kebijakan pembangunan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; 2) Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup; 3) Meningkatkan pengendalian terhadap pencemaran/kerusakan kualitas sumber daya air; 4) Meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan; 5) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan hidup. Kemudian terkait dengan arah kebijakan pengembangan tata ruang Kota Payakumbuh yang telah ditetapkan dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh adalah pengembangan kota dengan satu pusat pelayanan utama dengan 3 Sub Pusat Pelayanan. Pengembangan sub-sub pusat pelayanan adalah dengan membangun pasar-pasar satelit sebagai fungsi utamanya. Struktur tata ruang yang dituju adalah sebagai berikut: 1) Pusat Pelayanan Utama tetap berada di pusat Kota (BWK A) dengan fungsinya sebagai pusat perdagangan dan jasa serta pelayanan sosial lainnya. 2) Sub Pusat Pelayanan Barat dengan pusat terletak di Lampasi. Sub pusat ini dikembangkan dengan membangun pasar satelit untuk pelayanan kawasan sekitarnya, termasuk terminal mini serta kawasan perdagangan berbentuk toko atau ruko. 3) Sub Pusat Pelayanan Selatan dengan pusat pelayanan di Pakan Sinayan Koto Nan Ampek. Sub pusat ini dikembangkan mengingat pesatnya perkembangan kawasan perumahan di kawasan ini. Pengembangan kawasan dilakukan dengan membangun pasar satelit untuk melayani kawasan sekitarnya serta kawasan perdagangan berbentuk toko atau ruko. 4) Sub Pusat Pelayanan Utara dengan pusat pelayanan terletak di Payolinyam dan Nan Kodok. Sub pusat ini dikembangkan dengan membangun pasar satelit untuk pelayanan kawasan sekitarnya, terminal mini serta kawasan perdagangan berbentuk toko atau ruko. Perubahan penggunaan lahan yang cukup besar masih akan terjadi dalam bentuk penambahan untuk bangunan dan pekarangan, baik untuk perumahan maupun untuk perkantoran, perdagangan, dan bangunan sosial lainnya. Perluasan bangunan dan pekarangan ini akan mengurangi lahan pertanian, baik sawah maupun ladang. Pengurangan lahan pertanian juga akan terjadi untuk pembangunan prasarana terutama untuk pembangunan jalan baru dan pelebaran jalan. Disamping itu, diperlukan pula penyediaan lahan untuk pengembangan fasilitas sosial meliputi perekonomian, pemukiman dan kesehatan khususnya pada kawasan rumah sakit. 1) Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan perdagangan terdiri dari kawasan perdagangan dan jasa yang bersifat hirarkis, kawasan perdagangan dan jasa yang bersifat linier dan kawasan perdagangan jasa yang bersifat khusus. Kawasan perdagangan dan jasa yang bersifat hirarkis terdiri dari kawasan perdagangan dan jasa Pusat Kota (CBD) dan kawasan perdagangan Sub Pusat Kota. Kawasan perdagangan dan jasa linier adalah kawasan perdagangan dan jasa yang berada di sepanjang koridor jalan arteri dan jalan kolektor. Sedangkan kawasan perdagangan bersifat khusus adalah perdagangan untuk barang tertentu seperti pasar ternak, rest area dan sebagainya. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa akan diintensifkan di Kawasan Pusat Kota (CBD) Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

18 dalam bentuk pelayanan pasar skala regional dan skala kota. Pemanfaatan lahan di kawasan pusat kota ini akan didukung dengan penyediaan lahan untuk perkantoran pemerintah dan swasta. 2) Kawasan Industri Struktur industri yang ada di Kota Payakumbuh saat ini adalah berupa industri kecil dan industri rumah tangga yang lokasinya menyatu dengan perumahan penduduk. Sebagian besar dari industri rumah tangga ini berupa industri makanan ringan yaitu berbagai jenis kerupuk yang menggunakan bahan mentah ubi kayu. Permasalahan yang muncul pada kawasan industri rumah tangga ini adalah pencemaran lingkungan pemukiman yang ditimbulkan dari limbah industri ini. Oleh sebab itu, kebijakan pengolahan limbah industri yang berada di pemukiman penduduk ini perlu mendapat prioritas dalam pengembangan industri di masa mendatang. Untuk mendorong peningkatan skala usaha dari industri kecil menjadi industri skala menengah dan besar perlu disiapkan suatu kawasan yang khusus. Lokasi kawasan industri ini direncanakan di sepanjang koridor Jalan Lingkar Utara. Penetapan lokasi di kawasan sepanjang arteri primer ini untuk memudahkan investor memperoleh akses yang baik dalam pemasaran dan memperoleh bahan mentah. Untuk mewujudkan lokasi kawasan industri ini, maka rencana penggunaan tanah di sepanjang koridor jalan Lingkar Utara ini harus dikendalikan agar tidak berubah fungsi untuk penggunaan lain. Untuk itu penerapan pengawasan dan pengendalian pembangunan melalui mekanisme Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus dilaksanakan dengan tegas. 3) Kawasan Perkantoran Kawasan perkantoran pemerintah berupa Kantor Walikota akan ditempatkan di kawasan perkantoran Bupati Lima Puluh Kota dan kawasan Kubu Gadang untuk perkantoran pemerintah lainnya. Sedangkan untuk lokasi perkantoran swasta diarahkan ke koridor Jalan Arteri Primer Jalan Lingkar Utara, Koridor Jalan Arteri Sekunder yaitu Jalan Sudirman dan Sukarno Hatta, dan Kolektor seperti Jalan Tan Malaka dan Jalan Ahmad Yani. Permasalahan utama dalam mewujudkan rencana kawasan perkantoran di atas adalah mencapai kesepakatan dalam pembebasan dan ganti rugi tanah pada lokasi yang direncanakan. 4) Pengembangan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Pengembangan kawasan Ruang Terbuka Hijau dimaksudkan untuk melestarikan sumber daya air dan tanah sebagai fungsi paru-paru kota. Disamping itu pengembangan kawasan Ruang Terbuka Hijau juga dimaksudkan untuk kesegaran udara dan keindahan kota. Di dalam RUTRK Payakumbuh, kebijakan pengembangan Ruang Terbuka Hijau terdiri dari: Ruang Terbuka Hijau sebagai tempat olahraga; Ruang Terbuka Hijau di sepanjang sempadan sungai; Ruang Terbuka Hijau Taman Kota, lingkungan pemukiman, jalan utama, lokasi pembuangan sampah dan sekitar tempat pemakaman umum. Kebijakan untuk menetapkan tempat olah raga menjadi Ruang Terbuka Hijau terdiri dari lapangan olah raga skala kota, skala kecamatan dan skala lingkungan. Fungsi lapangan olah raga ini dikembangkan sebagai lokasi taman bermain dan tempat rekreasi bagi anak-anak. Untuk merealisasikan fungsi lapangan olah raga sebagai Ruang Terbuka Hijau, maka lapangan olah raga yang ada sekarang perlu dipertahankan keberadaannya dengan mencegah terjadinya alih fungsi lapangan olah raga untuk kegiatan lain. Untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan ini kebijakan yang perlu ditempuh adalah: Mengintensifkan pengawasan penggunaan lahan melalui pemberian izin Advice Planning dan Izin Mendirikan Bangunan dengan menerapkan sanksi yang tegas; Menjadikan lapangan olah raga, tempat rekreasi, dan lapangan bermain sebagai asset Pemerintah Kota dengan memberikan ganti rugi lahan masyarakat yang difungsikan sebagai lapangan olah raga; Mengalokasikan dana APBD untuk pengadaan tanah guna pembayaran ganti rugi tanah masyarakat. Guna mewujudkan fungsi kawasan sempadan sungai sebagai Ruang Terbuka Hijau maka 50 meter kiri kanan sungai harus dijadikan taman kota. Pembangunan taman kota dilengkapi dengan pembangunan jalan inspeksi sehingga memudahkan pengawasan dan pencegahan munculnya bangunan liar oleh masyarakat. Pembangunan taman kota di sepanjang sempadan sungai ini hendaknya sudah dimulai pada sempadan sungai yang ada di pusat kota. Kawasan sempadan sungai seperti dimaksudkan diatas pada saat ini sudah banyak yang terisi bangunan. Untuk masa ke depan pembangunan baru harus dilarang dengan tegas dan bangunan lama yang sudah terlanjur ada tidak dizinkan lagi untuk diperpanjang. C. Prioritas Daerah Penyusunan kebijakan umum dan program pembangunan Kota Payakumbuh merupakan penjabaran dari strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah dalam upaya mencapai visi dan misi Kota. Untuk mengimplementasikan visi dan misi kedalam bentuk yang lebih operasional, penyusunan kebijakan umum dan program pembangunan daerah kedalam 9 (sembilan) Prioritas Pembangunan Kota Payakumbuh Tahun sebagai berikut: 1. Pengurangan Angka Kemiskinan dan Pengangguran Analisis sebelumnya menujukkan bahwa persoalan kemiskinan kota masih perlu diatasi mengingat angka kemiskinan masih cukup tinggi. Kemiskinan Kota Payakumbuh berkaitan erat dengan rendahnya pendidikan, minimnya fasilitas fisik perumahan, tingginya beban ketergantungan penduduk, dan lemahnya akses masyarakat kepada permodalan. a. Sasaran Sasaran pembangunan yang ingin dicapai pada prioritas pengurangan kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai berikut: Berkurangnya jumlah penduduk miskin menjadi dua per tiga kondisi tahun 2005, yaitu dari KK yang terdiri dari orang menjadi KK yang terdiri dari orang tahun 2012; Menurunnya angka pengangguran dari 9,9% pada tahun 2005 menjadi 7% tahun b. Kebijakan Umum Pembangunan Pembangunan daerah dan hasil-hasilnya perlu terus diupayakan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan masyarakat. Dalam upaya tersebut, kebijakan umum pembangunan dalam rangka Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

19 pengurangan angka kemiskinan adalah sebagai berikut: Dilaksanakannya pemberdayaan masyarakat miskin dengan fokus mengatasi faktor utama yang mempengaruhi keberadaan orang miskin, yakni kurangnya keterampilan dan pendidikan, kurangnya akses modal, kurangnya pemberdayaan dan kurangnya fasilitas fisik penunjang, termasuk kurangnya akses terhadap pekerjaan; Dilaksanakannya upaya perlindungan sosial untuk kelompok rumah tangga miskin, berupa jaminan pendidikan untuk anak-anak miskin, jaminan pembiayaan kesehatan serta jaminan tempat tingggal dan pekerjaan; Pendataan dan penataan sektor informal yang banyak menjadi lapangan usaha bagi pencari kerja dan sering memunculkan pengangguran tersembunyi di kawasan perkotaan. Sedangkan kebijakan umum pembangunan yang dapat mengurangi pengangguran adalah: Meningkatkan keterampilan kerja bagi pencari kerja; Mengembangkan akses permodalan awal bagi penganggur dan penggunaan iptek tepat guna; Mendorong aktif dan peningkatan peran Balai Latihan Kerja; Mengembangkan bursa tenaga kerja dan menghubungkan pencari kerja dengan pengguna tenaga kerja. c. Fokus kegiatan Upaya untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran ini difokuskan pada: Mengurangi masyarakat yang masuk ke dalam perangkap kemiskinan, melalui program pemberdayaan ekonomi, pengembangan kapasitas rumah tangga miskin dan memperbesar akses terhadap permodalan dan teknologi; Mengembangkan sistem pelayanan jaminan sosial untuk kesehatan, pendidikan, dan perumahan; Mendorong dan menumbuhkan kewirausahaan khususnya wanita dalam rangka penciptaan lapangan dan peluang kerja; Mengoptimalkan peranan institusi kelembagaan Badan Amil Zakat (BAZ) dan praktek ekonomi yang dapat memberikan akses lebih besar kepada rumah tangga miskin untuk berusaha, melalui pengoptimalan kelembagaan ekonomi Islam, baik yang berbasis masjid dan sarana ibadah, maupun kelembagaan masyarakat lainnya; Mengembangkan usaha ekonomi rakyat yang dapat mengurangi angka pengangguran melalui program pembekalan dan peningkatan keterampilan kerja, mengurangi hambatan berusaha dan permodalan dan pengembangan jiwa kewirausahaan. 2. Peningkatan Kualitas Pendidikan Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan Kota Payakumbuh. Dengan memahami persoalan yang ada pada aspek pembangunan manusia melalui pendidikan, dapat dirumuskan sasaran dari peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut: a. Sasaran Pembangunan Sasaran pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan untuk lima tahun mendatang adalah: Peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) > 100%, APK pendidikan SMA/MA menjadi > 100%; Tercapainya nilai rata-rata UAS SD/MI > 7,00 dengan tingkat kelulusan 98,50%, nilai rata-rata UN SMP/MTs > 6,87 dengan tingkat kelulusan 97% dan nilai rata-rata UN SMA/MA > 7,00 dengan tingkat kelulusan 97%; Tercapainya rata-rata lama belajar SD menjadi 6,05 tahun, SMP 3,05 tahun dan SMA 3,05 tahun. b. Kebijakan Umum Pembangunan Kebijakan umum untuk mencapai sasaran pembangunan pendidikan kedepan adalah: Menyelesaikan program wajib belajar dan penuntasan buta aksara; Mengembangkan kepustakaan dan proses pembelajaran; Pengembangan tenaga kependidikan, khususnya pada kualitas; Pengembangan partisipasi masyarakat. c. Fokus kegiatan Prioritas peningkatan kualitas pendidikan difokuskan pada: Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan terutama kepada bidang matematika, wirausaha dan budaya; Peningkatan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang pendidikan terutama fasilitas bacaan dan minat baca; Pemberdayaan fungsi institusi pendidikan seperti yayasan, Dewan Pendidikan Kota, Komite Sekolah dan peningkatan partisipasi masyarakat; Pembinaan dan peningkatan kualitas pendidikan luar sekolah serta pemberantasan buta aksara melalui sistem pendidikan seumur hidup longlife education ; Pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi dan keluarga miskin serta subsidi SPP secara bertahap. 3. Peningkatan Kualitas Kesehatan Tanpa perbaikan kualitas kesehatan masyarakat kota, maka dalam jangka panjang akan memberikan implikasi terhadap keberlangsungan pendidikan dan produktivitas kerja masayarakat. Dengan menyadari hal ini, kegiatan yang fokus terhadap pelayanan kesehatan dasar dan mempertajam pelayanan rumah sakit perlu dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, dalam lima tahun yang akan datang pembangunan kesehatan harus terintegrasi ke dalam program pembangunan secara keseluruhan. a. Sasaran Pembangunan Sasaran pembangunan kesehatan untuk lima tahun mendatang adalah: Menurunkan angka kematian bayi dari 43,1 per tahun 2004 menjadi 35 per tahun 2012; Menurunnya persentase anak bergizi sedang dan kurang dari 17,5% menjadi 7,5% tahun b. Kebijakan Umum Pembangunan Kebijakan umum pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut: Menyediakan pelayanan kesehatan dasar yang mampu menjangkau seluruh kelompok masyarakat; Memperbaiki kompetensi tenaga pelayanan kesehatan serta peralatan kesehatan yang mampu digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar; Mendukung dan membantu terlaksananya program nasional; Memperluas jangkauan pelayanan khususnya untuk mengatasi persoalan penyakit menular; Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

20 Pemantapan manajemen pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit c. Fokus kegiatan Prioritas peningkatan kualitas kesehatan difokuskan pada: Peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan melalui peningkatan kualitas, keterampilan dan disiplin tenaga kesehatan serta peningkatan manajemen pelayanan kesehatan dasar; Peningkatan sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan baik jumlah maupun kualitasnya; Pemberdayaan institusi kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, puskesmas keliling, posyandu dan sejenisnya. 4. Peningkatan Pembangunan Ekonomi Rakyat Melalui Usaha Mikro Kecil dan Menengah a. Sasaran Pembangunan Sasaran pembangunan ekonomi rakyat adalah sebagai berikut: Meningkatnya pertumbuhan kegiatan UMKM dan industri kerajinan rakyat khas Kota Payakumbuh; Lahirnya wirausaha baru dalam bidang UMKM; Meningkatnya keterampilan dan kualitas spiritual pelaku usaha; Berkembangnya akses permodalan; Berkembangnya IPTEK tepat guna; Bertambah luasnya pasar hasil produk olahan. b. Kebijakan Umum Pembangunan Kebijakan umum pembangunan ekonomi rakyat adalah sebagai berikut: Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah berbasis usaha unggulan. Upaya yang dilakukan untuk pengembangan ekonomi daerah berbasis usaha unggulan adalah: Mengembangkan lapangan usaha unggulan yang berbasis sumber daya ekonomi lokal; Mengembangkan lapangan usaha ekonomi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat kota; Mendorong pembinaan dan peningkatan kualitas tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat; Meningkatkan kualitas dan kapasitas ekonomi pelaku usaha yang ada, baik di sektor formal maupun non formal melalui pembinaan dan peningkatan keterampilan serta kualitas spiritual dan kewirausahaan; Mendorong pertumbuhan dan pengembangan lapangan usaha unggulan melalui pembukaan akses pada informasi, permodalan maupun pembinaan dan pemasaran. Mengembangkan dan Memberdayakan Usaha Pertanian dan Peternakan Upaya untuk pengembangan dan pemberdayaan usaha pertanian dan peternakan adalah: Meningkatkan kualitas kapasitas ekonomi pelaku usaha pertanian yang ada, baik di sektor formal maupun non formal melalui pembinaan dan program peningkatan keterampilan dan kewirausahaan bidang pertanian dalam arti luas; Mengembangkan sarana dan prasarana pertanian, peternakan dan perkebunan; Penataan sistem dan kelembagaan, untuk ketersediaan serta distribusi input dan output lapangan usaha pertanian; Penerapan sistem insentif bagi pelaku usaha yang mendorong penguatan industri unggulan kota. Mengembangkan dan Pemberdayaan Usaha Industri Upaya untuk pengembangan dan pemberdayaan usaha industri adalah: Meningkatkan kualitas dan kapasitas ekonomi pelaku usaha industri, baik di sektor formal maupun non formal melalui pembinaan dan peningkatan keterampilan dan kewirausahaan bidang industri; Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung aktivitas industri, mulai dari hulu hingga ke hilir; Meningkatkan keterkaitan antar dan intra industri serta menguatkan struktur industri lokal, melalui penataan sistem dan kelembagaan serta distribusi input dan output baik untuk pasar lokal maupun pasar regional dan internasional; Meningkatkan produktivitas dengan menggunakan teknologi tepat guna; Meningkatkan kualitas produk dengan sistem jaminan kesehatan dan keselamatan serta kemasan yang memenuhi standar; Mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja, terutama tenaga kerja muda yang produktif dan terampil. Meningkatkan Iklim Usaha untuk Mendorong Investasi. Upaya pembangunan dalam rangka peningkatan iklim usaha untuk mendorong investasi adalah sebagai berikut: Menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk menumbuh kembangkan lapangan usaha industri khususnya industri yang berbasis input lokal dan mampu meningkatkan daya serap ekonomi terhadap tenaga kerja serta mampu menciptakan nilai tambah ekonomi; Penataan regulasi perizinan bagi usaha baru dan penataan ulang bagi pelaku usaha yang ada untuk lebih memudahkan perhitungan kebutuhan investasi secara makro; Mengembangkan pola kemitraan dan kerjasama dengan para investor baik dari dalam maupun luar negeri untuk mengembangkan usaha industri unggulan; Menyusun regulasi ekonomi daerah yang mampu menjamin dan mendorong keamanan dan kenyamanan berinvestasi secara kompetitif dan sehat. Mengembangkan Kelembagaan Ekonomi, Perbankan dan Koperasi. Upaya pembangunan untuk pengembangan kelembagaan ekonomi, perbankan dan koperasi adalah sebagai berikut: Meningkatkan peran kelembagaan ekonomi dan mengembangkan sistem kelembagaan untuk mendukung pembinaan pelaku usaha khususnya UMKM yang merupakan mayoritas pelaku usaha; Meningkatkan peran perbankan dan koperasi sebagai intermediator keuangan melalui keterbukaan akses dan informasi bagi semua lapisan masyarakat; Pemberdayaan kelembagaan ekonomi dan pembiayaan untuk mendorong aktivitas ekonomi kota pada umumnya dan lapangan usaha unggulan khususnya; Pemberdayaan kelembagaan ekonomi dan pembiayaan berbasis syariah untuk mendorong aktivitas ekonomi kota pada umumnya dan lapangan usaha unggulan khususnya, yang sesuai dengan filosofi Adat Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

21 Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABSSBK). Mengembangkan Kawasan dan Infrastruktur Ekonomi Upaya pembangunan untuk pengembangan kawasan dan infrastruktur ekonomi adalah sebagai berikut: Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur ekonomi untuk mendorong aktivitas ekonomi dan peningkatan output; Penataan kawasan ekonomi yang jelas, tegas dan konsisten guna menjamin keberlangsungan usaha; Penataan kawasan ekonomi sesuai dengan daya dukung lingkungan untuk menjaga kualitas lingkungan. Mengembangkan Kerjasama Pembangunan Antar Daerah. Upaya pembangunan untuk pengembangan kerjasama pembangunan antar daerah adalah sebagai berikut: Menjalin kerjasama dengan kawasan hinterland/perbatasan untuk mengembangkan aktivitas ekonomi bersama secara adil, proporsional dan sehat; Membuat kawasan pertumbuhan bersama dengan daerah potensial untuk menghindari munculnya kemungkinan konflik ekonomi, sosial dan budaya; Menentukan secara jelas sistem kerja dan bagi hasil antar daerah hinterland yang menjadi mitra usaha/kerja sama. c. Fokus Kegiatan Prioritas pembangunan ekonomi Kota Payakumbuh difokuskan kepada: Pengembangan ekonomi rakyat berupa peningkatan nilai tambah sektor yang erat kaitannya dengan usaha kecil dan menengah yang terkait dengan pertanian dan pengolahan hasil pertanian, perikanan dan peternakan perkotaan. Pengembangan kelembagaan ekonomi masyarakat berupa koperasi, BMT dan kelembagaan penyedia dana lainnya dalam rangka menuju keseimbangan sistem ekonomi. Intensifikasi dan diversifikasi pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian dan peternakan serta mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian dan peternakan. Pengembangan dan pembinaan industri kecil berbasiskan hasil pertanian dan peternakan melalui peningkatan penerapan teknologi tepat guna. Penguatan keterkaitan industri baik intra maupun antar industri yang berbasis pemanfaatan sumber daya lokal. Mendorong keseimbangan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku ekonomi dan tenaga kerja serta merintis pendamping ekonomi dan tenaga yang handal dalam bermitra. 5. Peningkatan Iman dan Taqwa a. Sasaran Pembangunan Sasaran pembangunan iman dan taqwa adalah terselenggaranya kehidupan beragama yang baik yang merupakan perwujudan dari sehat jasmani dan rohani seluruh masyarakat kota. Secara spesifik akan terlihat dari ukuran sebagai berikut: Terkelolanya zakat beserta kelembagaannya secara baik dan pada tahun 2012 sebesar 70% dari masyarakat sudah membayar zakat serta dapat disalurkan secara tepat pada masyarakat yang membutuhkan dan berhak menerimanya; Menuju keseimbangan praktek ekonomi yang berbasiskan syariah. Tahun 2012 praktek ekonomi syariah diharapkan akan mencapai sekitar 25% dari aktivitas ekonomi kota; Terjaganya tatanan hidup, etika dan gaya hidup masyarakat yang sesuai dengan Syariah Islam. b. Kebijakan Umum Pembangunan Kebijakan umum pembangunan dalam upaya peningkatan iman dan taqwa adalah: Mengembangkan kapasitas dan kualitas para pendidik agama dan pendakwah; Mengembangkan kualitas kelembagaan ibadah dan manajemennya; Meningkatkan peran kontrol masyarakat. c. Fokus kegiatan Prioritas pembangunan peningkatan iman dan taqwa difokuskan kepada: Penyeimbangan nilai-nilai ilmu dan agama yang akan menghasilkan masyarakat agamis dan berbudaya; Pengembangan ketenagaan, sistem dan perluasan fungsi rumah ibadah; Peningkatan kualitas pendidikan agama di lembaga pendidikan formal dan non formal untuk menghasilkan keseimbangan pencapaian intelektual, emosional dan spritual masyarakat; Pembinaan dan peningkatan fungsi dan peranan adat dan agama dalam kehidupan masyarakat disertai dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang kegiatan adat dan keagamaan. 6. Peningkatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Kota a. Sasaran Pembangunan Sasaran yang hendak dicapai dari prioritas peningkatan penyediaan prasarana dan sarana kota adalah: Meningkatnya kemantapan jalan dan jembatan dalam kota; Meningkatnya kelancaran transportasi ke daerahdaerah sentra produksi, aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat; Tersedianya sarana perkotaan yang memadai; Terpeliharanya kualitas jaringan irigasi; Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman; Meningkatnya pelayanan air minum bagi masyarakat. b. Kebijakan Umum Pembangunan Kebijakan umum pembangunan peningkatan penyediaan prasarana dan sarana kota adalah: Pembukaan jalan baru dalam rangka meningkatkan kelancaran trasportasi dan mendorong pembangunan wilayah pinggiran; Meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan dalam kota; Pelebaran dan pengaspalan untuk memperlancar transportasi; Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana publik dan aparatur; Pembenahan kualitas lingkungan permukiman kumuh; Meningkatkan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi; Rehabilitasi jaringan irigasi; Meningkatkan kapasitas jaringan pipa air minum. c. Fokus kegiatan Prioritas penyediaan prasarana dan sarana kota difokuskan kepada: Pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan infrastruktur kota; Penataan dan pembangunan pasar dan fasilitas penunjang lainnya, seperti sistem drainase kota; Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

22 Penataan kawasan dan lokasi sesuai fungsi serta peruntukannya; Peningkatan sanitasi kota (pengelolaan limbah dan persampahan) yang dapat mempertahankan lingkungan hidup bersih dan nyaman; Peningkatan fungsi terminal, perparkiran dan fasilitas umum lainnya; Pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi; Pembangunan sarana dan prasarana seperti perlengkapan Kantor Walikota dan land mark kota. 7. Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Pengembangan parawisata menjadi penting dilakukan mengingat Sumatera Barat telah disepakati sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata. Salah satu rumusan kepariwisataan Sumatera Barat dalam jangka panjang adalah handal pada bidang pariwisata kuliner dan memperbaiki fasilitas pendukung yang menuju pada daerah wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya. Pada masa yang akan datang Kota Payakumbuh juga perlu ambil bagian dari proses dijadikannya Sumatera Barat menjadi Daerah Tujuan Wisata. a. Sasaran Pembangunan Sasaran pembangunan bidang pariwisata dan kebudayaan adalah: Terwujudnya Kota Payakumbuh sebagai daerah tujuan wisata; Meningkatnya perekonomian masyarakat sejalan dengan berkembangnya pariwisata, seni dan budaya; Meningkatnya perhatian dan kesadaran masyarakat untuk menghargai serta melestarikan kesenian dan budaya daerah; Meningkatnya profesionalisme aparatur dalam pengelolaan potensi-potensi wisata dan budaya daerah; Terintegrasinya pariwisata Payakumbuh dengan pariwisata Sumatera Barat beserta sistemnya. b. Kebijakan Umum Pembangunan Pengembangan pariwisata dan kebudayaan Kota Payakumbuh kedepan diarahkan kepada: Mengembangkan informasi yang mendorong masyarakat mengenal pariwisata Kota Payakumbuh; Membangun dan memantapkan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang dianggap menjadi tujuan wisata; Mengintegrasikan sistem kepariwisataan yang ada di Kota Payakumbuh dengan pariwisata Sumatera Barat; Mendorong dan menggerakkan potensi-potensi pariwisata, seni dan budaya daerah di Kota Payakumbuh; Menggiatkan promosi wisata melalui berbagai media dan kerjasama antar daerah; Meningkatkan pembinaan, pengelolaan serta mengembangkan sarana dan prasarana pariwisata, seni dan budaya daerah; Meningkatkan kecintaan dan kesadaran masyarakat terhadap seni budaya daerah. c. Fokus kegiatan Prioritas ini difokuskan pada: Mendorong dan memilih jenis pariwisata yang menjadi kekuatan utama yang dimiliki oleh Kota Payakumbuh; Mengembangkan sistem kepariwisataan yang terintegrasi dengan pariwisata Sumatera Barat; Mendorong peningkatan kualitas infrastrukur dan informasi pada daerah-daerah yang dianggap menjadi tujuan wisata daerah; Mengembangkan dan memelihara seni dan kebudayaan daerah serta objek pariwisata lainnya yang menjadi karakteristik dan keunggulan kota. 8. Reformasi Birokrasi dan Mengurangi Praktek KKN Salah satu pilar pelayanan publik adalah bagaimana pelayanan publik lebih profesional, dan dilakukan atas dasar pelayanan yang cepat dan prima, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Persoalan yang penting diatasi adalah bagaimana memperbaharui sikap dan tekad pelayan publik bahwa pelayan publik adalah bagian dari ibadah. Disamping itu juga perlunya kapasitas ketenagaan yang ada untuk menjawab tantangan reformasi pelayanan publik serta peningkatan sarana dan prasarana aparatur terutama gedung kantor untuk Kantor Balaikota, Dinas-dinas dan kantor lainnya. Untuk melaksanakan program ini, terlebih dahulu harus ditunjang dengan kegiatan pengadaan tanah untuk lokasi pembangunan kantor tersebut. Untuk biaya pembangunan gedung kantor diharapkan dapat dibantu dengan dana APBN dan dana APBD Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan untuk penyediaan dan pembebasan tanah perlu dianggarkan dalam APBD Kota Payakumbuh. Pembangunan Kantor Balaikota direkomendasikan di Kawasan Kantor Bupati disejalankan dengan pembangunan Masjid Agung dan Taman Kota yang akan berfungsi sebagai Land mark Kota Payakumbuh. a. Sasaran Pembangunan Sasaran yang akan dicapai dari reformasi birokrasi dan mengurangi praktek KKN adalah: Meningkatnya kualitas pelayanan publik; Selesainya Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang mampu mempercepat pelayanan publik yang prima; Tersedianya tenaga yang handal untuk mengisi beban SOTK sesuai dengan visi dan misi pembangunan Kota Payakumbuh; Terbangunnya sistem yang dapat menghindarkan terjadinya KKN; Meningkatnya peranan dan fungsi lembaga politik daerah; Terciptanya masyarakat yang sadar hukum dan perlindungan hukum; Meningkatnya sarana dan prasarana pemerintahan dalam upaya peningkatan kinerja aparatur; Meningkatnya koordinasi, komunikasi dan kerjasama antar SKPD, antar daerah dan antara Pemerintah Kota dengan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat; Meningkatnya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan; Terwujudnya pengelolaan administrasi kependudukan yang baik dengan data yang lengkap dan akurat. b. Kebijakan Umum Pembangunan Arah pembangunan reformasi birokrasi dan mengurangi praktek KKN adalah sebagai berikut: Menyempurnakan SOTK serta penjabaran Tupoksi SKPD melalui penyempurnaan sistem kelembagaan yang efektif dan fleksibel berdasarkan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik; Melaksanakan review secara terus menerus terhadap SOTK serta beban kerja; Meningkatkan sarana dan prasarana pemerintahan dalam upaya peningkatan kinerja aparatur; Menyempurnakan sistem administrasi kependudukan dan kearsipan yang efektif dan efisien; Meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan; Meningkatkan efektivitas pengawasan aparatur; Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

23 Meningkatkan kompetensi pelayanan publik untuk seluruh kewenangan yang diberikan; Meningkatkan mutu perencanaan pembangunan daerah; Meningkatkan pembinaan hukum dan perlindungan hukum; Meningkatkan kerjasama antar SKPD, antar daerah dan antar tingkatan pemerintahan. c. Fokus kegiatan Prioritas reformasi birokrasi dan mengurangi praktek KKN difokuskan kepada: Penerapan dan peningkatan kualitas, disiplin dan kesejahteraan sumber daya aparatur; Melanjutkan penyempurnaan dan pemberdayaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kota; Melanjutkan, menyempurnakan dan penyiapan piranti hukum yang partisipatif, yang disertai dengan penegakan hukum; Peningkatan ketertiban dan ketentraman serta pemberantasan penyakit masyarakat; Peningkatan penerimaan daerah dari sumbersumber yang sah dan mewujudkan transparansi pemanfaatannya; Peningkatan hubungan kemitraan antara DPRD, pemerintah daerah dan stakeholders kota. Pengembangan sistem persampahan terpadu untuk peningkatan penyehatan lingkungan pemukiman kota; Pengembangan sistem jaringan pengolahan limbah industri, rumah tangga, perdagangan dan sarana umum lainnya; Penetapan peruntukan dan pengembangan RTH. b. Fokus kegiatan Prioritas meningkatkan kualitas lingkungan hidup difokuskan kepada: Mengembangkan sistem penghijauan kota dan taman kota yang menjamin dalam jangka panjang bahwa Kota Payakumbuh memiliki kontribusi terhadap pengembangan kota hijau; Mengembangkan daerah-daerah resapan air disertai dengan sistem pengairan yang dapat menghindarkan genangan dalam rangka mewujudkan kota yang sehat; Menyelaraskan pembangunan fisik kota yang sejalan dengan pembangunan berwawasan lingkungan. 9. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Pengembangan lingkungan hidup dan tata ruang kota menjadi sangat strategis pada masa sekarang lebih-lebih kualitas lingkungan semakin lama semakin menunjukkan tendensi memburuk. Bahkan perubahan iklim dunia saat sekarang diperkirakan meningkatkan suhu global, ditambah dengan pola pemanfaatan ruang yang kurang terkendali dan hal ini berkonsekwensi terhadap musim dan cuaca ataupun struktur ruang kota. Untuk itu Kota Payakumbuh perlu meningkatkan kewaspadaan lingkungan dan penataan ruang. a. Sasaran Pembangunan Sasaran pembangunan lingkungan hidup adalah: Terwujudnya tata ruang yang serasi dan seimbang sesuai dengan fungsi kawasan; Terwujudnya kawasan-kawasan hijauan kota; Tertatanya daerah resapan air dan terpeliharanya aliran sungai; Terwujudnya pembangunan kota berwawasan lingkungan. b. Kebijakan Umum Pembangunan Kebijakan umum peningkatan kualitas lingkungan hidup Kota Payakumbuh adalah sebagai berikut: Menyiapkan dokumen rencana tata ruang sebagai arahan penggunaan dan pemanfaatan ruang; Menyusunan RTBL lanjutan dan penyelesaian sistem informasi tata ruang kota; Mengintensifkan pengawasan penggunaan lahan melalui pemberian izin Advice Planning dan Izin Mendirikan Bangunan dengan menerapkan sanksi yang tegas; Melakukan pemetaan penghijauan kota; Dipastikan adanya daerah hijauan kota dan fasilitas umum yang mampu menunjukkan proses penghijauan kota; Mengalokasikan dana APBD untuk pengadaan tanah guna pembayaran ganti rugi tanah masyarakat; Peningkatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan peruntukan kawasan; Penyediaan lahan untuk pengembangan fasilitas sosial, perekonomian, pemukiman yang berwawasan lingkungan; Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

24 PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagian urusan pemerintahan telah diserahkan kepada pemerintah daerah. Urusan utama pemerintahan yang terkait dengan perencanaan, pembangunan, penyediaan dan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat telah dilimpahkan kepada pemerintah kabupaten/kota dan provinsi untuk dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan karateristik daerah (otonomi daerah). Selain urusan pemerintahan, daerah juga telah diberikan sumber pendanaan yang besar dan kewenangan yang luas untuk mengelola sumber-sumber pendapatan asli daerah, utamanya dari perpajakan (desentralisasi fiskal). Sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah untuk mendanai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Daerah diberikan dana perimbangan dan/atau hibah dari APBN dan kewenangan untuk memungut dan mengelola perpajakan daerah (local taxing power) serta kewenangan untuk melakukan pinjaman. Sistem pendanaan atas urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan berdasar prinsip money follow functions, pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masingmasing tingkat pemerintahan. A. Pengelolaan Pendapatan Daerah Sumber-sumber Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Pendapatan Asli Daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari hasil Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, yang digali dari daerah berdasarkan asas desentralisasi. Dana Perimbangan merupakan pendanaan Daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Ketiga komponen Dana Perimbangan dialokasikan kepada daerah dalam satu kesatuan sistem transfer dana dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah guna mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah (vertical imbalance) serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-daerah (horizontal imbalance). Komposisi sumber Pendapatan Daerah dari tahun 2011 sampai dengan 2013 adalah seperti berikut: Perbandingan Komposisi Pandapatan Daerah Tahun 2011 s/d 2013 umber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh-2013 Berpedoman pada data diatas, maka Kebijakan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2012 meliputi jumlah Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah serta strategi untuk mencapainya, antara lain: 1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Untuk penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012, memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 S dan realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya serta ketentuan peraturan perundang-undangan terkait; b. Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; c. Kebijakan penganggaran tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha; d. Rasionalitas hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan atas penyertaan modal atau investasi daerah lainnya, dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan, baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai penyertaan modal (investasi daerah); e. Pendapatan yang berasal dari bagian laba bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Payakumbuh yang layanannya belum mencapai 80% dari jumlah penduduk yang menjadi cakupan pelayanan PDAM dianggarkan sebagai hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan tersebut dianggarkan untuk tambahan penyertaan modal kepada PDAM sesuai peraturan perundang-undangan; f. Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Penerimaan BLUD dianggarkan dalam jenis pendapatan Lain-lain PAD yang Sah, obyek pendapatan BLUD, rincian obyek pendapatan BLUD; g. Penerimaan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan dalam APBD pada akun Pendapatan, kelompok Pendapatan Asli Daerah, jenis Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dan rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat Penerima. 2. Dana Perimbangan Untuk penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012, memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Perhitungan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) didasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran 2011 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2010; b. Perhitungan alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) mempertimbangkan besaran alokasi DBH yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Tahun Anggaran 2011, dengan mengantisipasi kemungkinan tidak stabilnya harga hasil produksi minyak/gas/pertambangan lainnya tahun 2012 dan/atau tidak tercapainya hasil produksi minyak/gas/pertambangan lainnya tahun 2012 serta memperhatikan realisasi DBH Tahun Anggaran 2010; c. Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dapat dianggarkan sebagai pendapatan daerah, sepanjang telah ditetapkan dalam APBN Tahun Anggaran Dalam hal pemerintah daerah akan memperoleh DAK Tahun Anggaran 2012 setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2012 ditetapkan, maka pemerintah daerah menganggarkan DAK dimaksud dengan cara terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2012 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, selanjutnya DAK dimaksud ditampung dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012; d. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau untuk kabupaten/kota dan provinsi dialokasikan sesuai keputusan Gubernur. 3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Untuk penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam APBD Tahun Anggaran 2012, memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Alokasi dana penyesuaian dianggarkan sebagai pendapatan daerah pada kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sepanjang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana penyesuaian yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2012 setelah peraturan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

25 daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2012 ditetapkan, maka pemerintah daerah menganggarkan dana penyesuaian dimaksud dengan cara terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2012 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya dana penyesuaian dimaksud ditampung dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran b. Target pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari bagi hasil yang diterima dari pemerintah provinsi, didasarkan pada alokasi bagi hasil tahun anggaran 2011 dengan memperhatikan realisasi bagi hasil tahun anggaran 2010, sedangkan bagian pemerintah kabupaten/kota yang belum direalisasikan oleh pemerintah provinsi akibat pelampauan target tahun anggaran 2011, ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran c. Target pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya dianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan. Dalam hal penetapan APBD penerima bantuan mendahului penetapan APBD pemberi bantuan, maka penganggaran bantuan keuangan pada APBD penerima bantuan dilakukan dengan cara melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD penerima bantuan dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD untuk bantuan yang bersifat khusus dan persetujuan DPRD untuk bantuan keuangan yang bersifat umum, selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD penerima bantuan. Dalam hal penganggaran untuk bantuan keuangan tersebut terjadi setelah penetapan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012, maka bantuan keuangan tersebut ditampung dalam laporan realisasi anggaran pemerintah provinsi atau kabupaten/kota penerima bantuan. d. Penetapan target penerimaan hibah yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah lainnya atau sumbangan pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi sumbangan, dianggarkan dalam APBD pada kelompok pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, setelah adanya kepastian penerimaan dimaksud. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam mencapai target Pendapatan Daerah Kota Payakumbuh Tahun Anggaran 2012, adalah sebagai berikut: 1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah Pelaksanaan desentralisasi fiskal dilakukan melalui pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut pajak (taxing power) dan transfer ke daerah. Dalam hal ini, kebijakan taxing power kepada daerah dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang- Undang ini merupakan langkah strategis untuk lebih memperkuat kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam rangka membangun hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang lebih ideal. Berpedoman pada Undang-undang tersebut diatas maka intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Daerah adalah sebagai berikut: a. Perubahan penetapan pajak daerah dan retribusi daerah dari open-list system menjadi closed-list system. Salah satu pertimbangan penerapan closed-list system adalah untuk memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha mengenai jenis pungutan daerah yang wajib dibayar serta meningkatkan efisiensi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Dengan closed-list system, pemerintah daerah hanya dapat memungut jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang tercantum dalam Undang-Undang. b. Pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan dan retribusi daerah (local taxing empowerment), melalui beberapa kebijakan, yaitu: Memperluas basis pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada, seperti perluasan basis Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Retribusi Izin Gangguan; Menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah, seperti, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dan Retribusi Izin Usaha Perikanan; Menaikkan tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah, seperti, Pajak Hiburan, Pajak Parkir dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; dan memberikan diskresi penetapan tarif pajak kepada daerah kecuali Pajak Rokok. c. Memperbaiki sistem pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah melalui kebijakan bagi hasil pajak provinsi kepada kabupaten/kota yang lebih pasti serta kebijakan earmarking untuk jenis pajak daerah tertentu. Kebijakan bagi hasil pajak ini mencerminkan bentuk tanggungjawab pemerintah provinsi untuk ikut serta menanggung beban biaya yang diperlukan oleh kabupaten/kota dalam pelaksanaan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sementara itu, dengan adanya kebijakan earmarking, sebagian hasil pendapatan pajak daerah tertentu dialokasikan untuk membiayai kegiatan yang dapat dirasakan secara langsung oleh pembayar pajak tersebut d. Meningkatkan efektivitas pengawasan pungutan daerah dengan mengubah mekanisme pengawasan dari sistem represif (berdasarkan Undang undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) menjadi sistem preventif dan korektif. Melalui peningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan Pendapatan Daerah. Hal ini diikuti dengan peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan serta memberikan reward dan punishment bagi pengelola, pemungut maupun wajib pajak dan wajib retribusi. e. Penyederhanaan sistim dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah. Dalam hal ini Pemerintah Daerah dapat lebih menyesuaikan kebijakan perpajakan dengan kondisi daerah untuk lebih menciptakan iklim investasi yang lebih baik sehingga pada gilirannya terjalin hubungan kemitraan yang lebih baik antara Pemerintah Daerah dengan pengusaha/investor dan masyarakat untuk memikul tanggung jawab pembangunan. Dengan adanya kejelasan, kepastian dan kesederhanaan berbagai regulasi yang ada serta pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat karena didorong dengan sumber pendanaan yang memadai dalam memenuhi kebutuhan pembangunan sarana dan prasarana perekonomian. f. Melakukan sosialisasi dan pendekatan formal dan informal kepada masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak/Retribusi khususnya. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sepanjang tahun agar semakin meningkat peran serta masyarakat dalam pembangunan Daerah. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

26 2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Secara umum target dan realisasi Pendapatan Daerah dapat dilihat pada grafik di bawah ini Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2012 Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh 2013/APBD 2012 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa Realisasai Pendapatan Daerah Asli Daerah dan Dana Perimbangan melebihi dari target yang telah ditetapkan. Khusus untuk Lain-lain Pendapatan yang Sah belum mencapai target yang ditetapkan, dari target Rp 55,67 Milyar dapat direalisasikan sebesar Rp 54,90 Milyar yang bersumber dari dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah lainnya. Pencapaian target pendapatan daerah Kota Payakumbuh secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Realisasi Pendapatan Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2012 Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh Permasalahan dan Solusi Berdasarkan tabel di atas secara umum pencapaian target Pendapatan Daerah Kota Payakumbuh relatif tidak menemui masalah yang berarti. Ini terlihat dari realisasi pendapatan daerah sebesar Rp ,46 dari target/anggaran sebesar Rp ,00, atau dapat direalisasikan 100,79%. Namun, jika ditinjau lebih dalam maka masih ada target Pendapatan Daerah yang belum mencapai terget yang telah ditetapkan yakni pada: a. Badan Kesatuan Bangsa dan Penanggulangan Bencana Alam realisasinya tidak mencapai 75% dari target yang tetapkan (67,50%) yang berasal dari Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran. b. Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan rata-rata realisasi pendapatannya sebesar 69,22%. Target penerimaan daerah bersumber dari Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebesar 76,10% dari target; Retribusi Pelayanan Pasar sebesar 96,75% dari target; Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan sebesar 65,92% dari target dan Retribusi Tempat Khusus Parkir sebesar 86,18% dari target. c. Dinas Tata Ruang dan Kebersihan realisasinya 97,72% dari target. Target Peneriman yang tidak mencapai 100% berasal dari Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, yakni 94, 37%. d. Dinas Perhubungan dan Komunikasi rata-rata realisasinya sebesar 75,63%. Penerimaan Daerah yang tidak mencapai target adalah dari Retribusi Parkir di tepi Jalan Umum realisasinya sebesar 65,84% dari target. Retribusi Terminal sebesar 98,17% dari target sedangkan penerimaaan dari Retribusi Pelayanan Persampahan, Retribusi Pengujian Kendaraan dan Retribusi Izin Trayek realisasinya lebih dari 100%. Dilain sisi, tingkat capaian Pendapatan Daerah pada sebagian besar SKPD melebihi dari target yang telah ditetapkan, bahkan untuk Pendapatan Daerah yang menjadi target Badan Penanaman Modal Derah dan Pelayanan Satu Pintu dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mencapai dua kali lipat lebih (200,31%), yang bersumber dari Retribusi Izin Gangguan/Keramaian serta Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil. Dalam mencapai target Pendapatan Daerah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Payakumbuh Tahun Anggaran 2012 tentunya menghadapi kendala-kendala. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Melaksanakan sosialisasi berupa penyuluhan dan pendekatan formal dan informal oleh SKPKD dan SKPD terkait, kepada wajib pajak dan wajib retribusi. Kegiatan ini berupa pertemuan/rapat dan dialog serta kunjungan ke lapangan. b. Melakukan pembekalan kepada petugas pemungut, berupa bimbingan teknis yang dilaksanakan oleh SKPKD ataupun instansi lain yang relevan, serta bimbingan teknis di lapangan. c. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan/pengelolaan pendapatan daerah pada SKPD inner. Kegiatan ini berupa rapat intensifikasi yang membahas masalah yang dihadapi oleh SKPD dan mencarikan solusi jangka panjang dan jangka pendeknya serta kegiatan monitoring langsung ke lapangan terhadap objek/wajib pajak dan retribusi maupun SKPD pengelola PAD. d. Meningkatkan pengawasan internal Pengguna Anggaran terhadap masing-masing petugas pemungut agar dalam melaksanakan tugas selalu taat dan patuh pada prosedur dan ketentuan yang belaku dalam pemungutan PAD. e. Meningkatan pengawasan fungsional oleh instansi pengawas, seperti Inspektrorat. B. Pengelolaan Belanja Daerah Belanja Daerah disusun berdasarkan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh masyarakat, khususnya dalam pemberian pelayanan umum. Oleh karena itu, dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012, penetapan target capaian baik dalam konteks daerah, satuan kerja dan kegiatan sejalan dengan urusan yang menjadi kewenangannya. Komposisi Belanja Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh tiga tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini. Komposisi Belanja Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2011 s/d 2013 umber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh 2013 S Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

27 1. Kebijakan Umum Belanja Daerah Secara teoritis, kebijakan Pemerintah Daerah khususnya belanja daerah dapat mempengaruhi indikator ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Alokasi belanja daerah yang proporsional dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Dilain sisi pertumbuhan ekonomi juga merupakan indikator yang dapat dipengaruhi oleh belanja daerah. Namun, mengingat bahwa kontribusi belanja pemerintah daerah dalam pembentukan PDRB relatif kecil maka signifikansi secara langsung mungkin tidak terlalu besar. Namun demikian, belanja pemerintah daerah memiliki multiplier effects terhadap pembangunan daerah. Berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka kebijakan belanja daerah dapat dibagi sebagai berikut: a. Kebijakan terhadap Belanja Tidak Langsung, terdiri dari: Belanja Pegawai; penganggarannya untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD dengan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD dan pemberian gaji ketiga belas, pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai tahun 2012, acress yang besarnya maksimum 2,5% (dua setengah persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan; serta penyediaan dana penyelenggaraan asuransi kesehatan (Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun). Belanja Hibah; digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya dan diberikan secara selektif dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah, rasionalitas serta ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. Belanja Bantuan Sosial; Penganggaran untuk belanja bantuan sosial dimaksud harus dibatasi jumlahnya dan diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan peruntukkan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Belanja Bantuan Keuangan; Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal sedangkan bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah/desa penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Bantuan keuangan kepada partai politik; dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, besaran penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang bantuan keuangan kepada partai politik. Belanja Tidak Terduga; penetapan anggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi tahun anggaran sebelumnya dan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. b. Kebijakan terhadap Belanja Langsung, terdiri dari: Kebijakan belanja langsung diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan wajib penyelenggaran kantor pemerintahan seperti rekening listrik, telepon dan air serta untuk menyelenggarakan urusan wajib dan urusan pilihan pemerintah daerah yang disesuikan dengan potensi dan keunggulan daerah. Kedua urusan diatas diterjemahkan kedalam program dan kegiatan pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan senatiasa berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang. Alokasi anggaran pada masing-masing program dan kegiatan direncanakan oleh SKPD harus terukur serta harus mampu meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat luas. Pelaksanaan program dan kegiatan yang didanai oleh Dana Alokasi Khusus harus mempedomani petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian terkait dan mengaju pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Komposisi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Kota Payakumbuh pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Payakumbuh 3 (tiga) tahun terakhir seperti yang ditampilkan pada grafik di bawah ini: Komposisi Belanja Daerah Kota Payakumbuh 3 (tiga) Tahun Terakhir Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh Pembiayaan Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayarkan kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Dalam hal masih terdapat program dan kegiatan yang dibutuhkan serta target atau sasaran yang belum terpenuhi, Pemerintah Daerah agar menghindari terjadinya dana yang menganggur (Idle Money), dalam bentuk Sisa Lebih Pembiayaan Tahun Berjalan dalam APBD. Target dan realisasi Pembiayaan Daerah tahun 2012 adalah sebagai berikut: Realisasi Pembiayaan Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2012 Sumber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh 2013 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Tahun 2012 bersumber dari SILPA Tahun 2011 adalah sebesar Rp ,29 dan hasil penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga yakni Penyertaan Sapi Bibit sebesar Rp ,00. Sedangkan Pengeluaran Pembiyaan dialokasikan untuk sebagai penyertaan Modal pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Payakumbuh sebesar Rp ,00 dan pada Bank Nagari Sumatera Barat sebesar Rp ,00 serta untuk Dana Bergulir kepada Kelompok Masyarakat sebesar Rp ,00. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

28 3. Target dan Realisasi Belanja Daerah Target Belanja Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2012 direncanakan sebesar Rp ,00, dengan realisasi sebesar 93,10% atau sebesar Rp ,00. Belanja Daerah tersebut bersumber dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh. Secara lebih rinci data realisasinya dapat dilihat pada tabel berikut: Realisasi Belanja Tidak Langsung SKPD di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2012 ber: SIE SIPKD Kota Payakumbuh 2013 Sum Realisasi Belanja Langsung SKPD di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2012 Sumber : SIE Kota Payakumbuh APBD 2012 Berdasarkan tabel diatas realisasi Belanja Daerah adalah sebesar Rp ,00 atau 93,10% dari target belanja daerah yang telah ditetapkan, dengan rincian; Belanja Langsung Daerah yang mencapai 90,19% dari target sebesar Rp ,00, sedangkan realisasi Belanja Tidak Langsung adalah 95,00% dari target Belanja Tidak Langsung daerah sebesar Rp , Permasalahan dan Solusi Secara umum pencapaian target Belanja Daerah Kota Payakumbuh relatif tidak menemui masalah yang berarti. Hal ini terlihat dari tingkat capaian Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2012 lebih dari 90% yakni sebesar Rp ,00 atau 93,10%. Namun, jika ditinjau lebih dalam maka masih ada target Belanja Daerah yang belum mencapai terget yang telah ditetapkan yakni pada: a. Belanja Tidak Langsung; sisa anggarannya sebesar Rp ,00 atau 5,00% yang tidak terealisasi, bersumber dari sisa anggaran Tambahan Penghasilan PNS (TPP PNS), karena pembayaran yang dilakukan sesuai dengan kinerja PNS dan hari kerja PNS serta sebagian kecil berasal dari sisa Belanja Gaji dan Tunjangan PNS. b. Belanja Langsung; sisa anggarannya sebesar Rp ,00 dari total anggaran Belanja Langsung Rp ,00 atau 9,81%. Namun, jika ditinjau lebih dalam maka masih ada target Belanja Daerah yang tidak mencapai target anggaran yang telah ditetapkan yakni pada: Dinas Pendidikan; realisasinya belanjanya 80,46% dari target anggaran yang di tetapkan yaitu Rp ,00,. Untuk Belanja Barang dan Jasa 20,38% tidak terealisasi. Sedangkan Realisasi Belanja Modal sebesar Rp ,00 dari target anggaran sebesar Rp ,00, dengan kata lain yang tidak dapat diserap adalah 21,36% dari total Belanja Modal pada Dinas Pendidikan. Dinas Pertanian, sisa anggaranya sebesar Rp ,00 atau 20,85% dari anggaran belanja sebesar Rp ,00. Untuk belanja Modal anggaran belaja yang tidak terserap sebesar Rp ,00 atau 25,27% dan Belanja Barang Jasa sebesar Rp ,00 atau 16,32%. Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan rata-rata realisasi anggran belanjanya sebesar 83,85%. Realisasi Belanja yang belum optimal adalah Belanja Barang dan Jasa, dengan sisa anggaran sebesar Rp ,00 dari total Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp ,00 atau sebesar 32,10%. Sekretariat DPRD; dari total belanja SKPD sebesar Rp ,00 yang dapat direalisasikan sebesar Rp ,00, sehingga sisa anggaran yang tidak terserap Rp ,00 atau 16,94%. Hal ini dominan dipengaruhi oleh Belanja Pegawai sebesar Rp ,00 atau 24,64% dan Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp ,00 atau 18,06%. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, sisa anggaran belanjanya sebesar Rp ,00 dari total belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebesar Rp ,00 atau 16,05%. Hal ini dominan dipengaruhi oleh realisasi Belanja Barang dan Jasa yang tidak dapat direalisasikan yakni sebesar 22,53%. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2014 Memenuhi maksud Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1982 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR, KECAMATAN PADANG PANJANG BARAT DI KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG PANJANG, KECAMATAN SAWAHLUNTO

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim 27 BAB IV KONDISI UMUM A. Letak Geografis, Iklim Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambidengan luas wilayah sekitar 7.160 km 2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º 27

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN 102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan desentralisasi di Indonesia sejak tahun 1998 menuntut daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara arif dan bijaksana agar peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari struktur keseluruhan LPPD Kota Medan Tahun 2008, dipandang perlu menyajikan terlebih dahulu dasar hukum pembentukan Kota Medan sebagai daerah

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH 2.1. Geografi dan Demografi Wilayah 2.1.1.Geografis Kota Solok Secara geografis Kota Solok berada pada posisi 0 0 44 28 LS sampai 0 0 49 12 LS dan 100 0 32 42 BT sampai 100 0

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari masa ke masa. Pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci